Anda di halaman 1dari 4

DR ANDRI, SPKJ, FAPM

Kompas.com - 26/04/2016, 13:00 WIB

Saya baru saja menghadiri dan menjadi pembicara di 4th Asian Central
Nervous System Summit meeting di Bangkok, Thailand. Pada kesempatan
kali ini saya tidak hanya datang sebagai peserta sebagaimana ACNS
pertama di Chengdu, Republik Rakyat Tiongkok tahun 2013 lalu tetapi juga
berkesempatan untuk menjadi pembicara untuk topik bagaimana
mencegah depresi pada usia lanjut.

Selain itu juga saya menjadi moderator pada acara ini berkaitan dengan
tema Mental Health Issues in Asia. Topik saya adalah sekian kecil topik
yang membahas tentang bagaimana mencegah gangguan jiwa khususnya
pada usia lanjut. Beberapa pembicara lain lebih fokus pada diagnosis dan
terapi terbaru di bidang gangguan jiwa khususnya depresi dan gangguan
cemas.

Pembicara dari Asia sendiri hanya terdiri dari 3 orang yaitu Prof Kongsakon
dari Thailand, Prof Kim Jae Min dari Korea Selatan dan saya sendiri.
Dominasi pembicara Asia di acara seminar di Asia sendiri memang masih
kurang sampai saat ini. Pembicara lain berasal dari USA, Italy, United
Kingdom dan Belanda.

Ledakan populasi usia lanjut

Presentasi saya dibuka dengan menunjukkan suatu kondisi yang perlu


menjadi perhatian, yaitu tingginya angka populasi lanjut usia di Asia dan
Global. Khususnya untuk Asia saja, tahun 2000 populasi lanjut usia yang
206.822 akan meningkat dua kali lipat di tahun 2025 menjadi 456.303 dan
tiga kali lipat di tahun 2050 menjadi 857.040.

Untuk Asia Tenggara sendiri populasinya di tahun 2000 berjumlah 24.355


dan menjadi dua kali lipat di tahun 2025 menjadi 57.836. Sedangkan di
tahun 2050 diprediksikan akan bertambah empat kali lipat menjadi
128.958.

Data ini diambil dari laporan United Nations di tahun 2001. Sangat
menariknya adalah pertambahan populasi lanjut usia ini hanya terjadi di
benua Asia sedangkan di benua lain seperti Eropa, Amerika dan Afrika
termasuk stabil sejak 1980. (Sumber : World Population Aging 2015 :
Highlights.United Nation)

Ledakan usia populasi lanjut usia ini menimbulkan masalah terkait lanjut
usia termasuk gangguan jiwa pada populasi ini yang akan mengalami
peningkatan juga.

Populasi gangguan jiwa pada lanjut usia menurut laporan WHO sebesar
15% dan yang terbanyak adalah depresi dan demensia.

Depresi pada lansia

Depresi adalah gangguan kejiwaan yang sangat sering dialami oleh


manusia. Gejala yang berkaitan dengan suasana perasaan ini sangat
mengganggu kualitas hidup dan meningkatkan risiko kematian akibat
bunuh diri. Pasien yang mengalami gangguan depresi memiliki ciri dan
gejala yang mengenai perasaan, pikiran dan perilaku. Gejala umum seperti
rasa sedih yang berlebihan, penurunan mood, putus asa dan tiada harapan
serta tidak ingin beraktifitas seperti biasa karena rasa lelah dan tidak ada
keinginan bergerak yang sangat berat.

Pada lanjut usia gejala depresi lebih sering dikeluhkan sebagai gejala
berkaitan dengan fisik seperti banyaknya keluhan fisik seperti nyeri, rasa
lelah, sulit tidur dan gangguan konsentrasi.

Sering gejala ini terkaburkan dengan gejala demensia sehingga tidak jarang
pasien depresi pada lansia juga mengalami apa yang disebut
pseudodementia atau demensia palsu karena walaupun tidak mengalami
demensia tapi mengalami penurunan memori yang cukup signifikan akibat
depresinya.

Masalah yang terkait depresi pada lanjut usia sayangnya tidak dikenali baik
di pelayanan kesehatan primer dan sekunder karena masih banyaknya
pendapat kalau depresi atau gangguan suasana perasaan pada lanjut usia
adalah sesuatu yang wajar karena proses penuaannya.

Penelitian yang dimuat di Jurnal Canadian Psychiatry, Vol49, Suppl 1,


March 2004 mengatakan bahwa pasien gangguan depresi pada lansia
hanya bisa dideteksi oleh dokter di pelayanan primer tidak lebih dari 51%.
Padahal prevalensi gangguan depresi lansia di pelayanan primer bisa
mencapai 4.4% pada wanita dan 2.7% pada laki-laki.

Selain itu, faktor klasik stigma gangguan jiwa juga masih turut menghantui
orang untuk mencari pertolongan untuk masalah gangguan jiwa. Masalah
depresi pada lanjut usia juga semakin dipersulit karena faktor terkait
masalah medis yang dialami individu dan juga fisiologis yang sudah
semakin berkurang fungsinya.

Belum lagi penggunaan obat yang banyak pada beberapa lansia dengan
penyakit yang beragam. Tidak heran jika angka kesembuhan depresi pada
lansia hanya berkisar 30% saja.

Pencegahan

Populasi lanjut usia memang akan terus meningkat terutama di Asia. Jika
kita tidak mencegah masalah gangguan jiwa pada lanjut usia khususnya
depresi maka akan sangat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Produktivitas yang rendah dari lanjut usia ditambah dengan masalah


gangguan jiwa akan membuat kompleks penanganan dan kondisi
keseharian tempat tinggal lanjut usia tersebut.

Beberapa faktor risiko bisa dikenali baik dan dimodifikasi baik. Saat
kemarin saya presentasi, masalah faktor risiko ini menjadi lebih dapat
perhatian daripada sekedar penanganan kasus-kasus depresi lansia yang
sebenarnya tidak mempunyai angka kesembuhan yang terlalu baik.

Faktor seperti makanan sehat, olahraga, sosialisasi, berhenti merokok dari


sekarang dan tidak minum alkohol adalah hal-hal yang sebenarnya mudah
dilakukan segera sejak muda.

Makanan sehat sendiri dalam seminar ini banyak dibahas terutama terkait
dengan minyak ikan omega 3 yang mempunyai faktor proteksi terhadap
terjadinya depresi dan gangguan perasaan lain pada individu. Sosialisasi
yang baik di antara individu bukan dari sekedar jumlah kelompok yang
dimiliki tetapi juga kualitas hubungan sosialisasi itu menjadi faktor utama
sebagai pencegah stres atau stress buffering .

Pola hidup sehat selama ini kadang tidak menjadi perhatian utama karena
dianggap hanya dilakukan jika perlu saja. Bahkan ada beberapa yang
berpendapat bahwa pola hidup sehat membuat orang seperti tidak
menikmati hidup.

Pada akhir presentasi saya mengingatkan kembali bahwa dengan


prevalensi angka kejadian depresi lansia yang tinggi dan tingkat
kesembuhan yang rendah, maka ada baiknya upaya pencegahan depresi
sejak dini adalah salah satu yang harus lebih ditekankan. Lebih baik
mencegah daripada mengobati.

Salam Sehat Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai