Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS

TERHADAP KONVERSI MINYAK JAGUNG


MENJADI METIL ESTER

Elizabeth D.C. Sidabutar*, M. Nur Faniudin, M. Said

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: e.desfelia@yahoo.com ; mozanto19@yahoo.com

Abstrak

Biodiesel adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan monoalkyl ester yang terbuat dari
minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati). Biodiesel merupakan bahan bakar diesel alternatif yang
menjanjikan sebagai solusi untuk mengatasi kelangkaan BBM. Metil ester ini diperoleh dari reaksi
transesterifikasi antara minyak nabati dan alcohol dengan bantuan katalis basa. Proses pembuatan
biodiesel pada penelitian ini menggunakan minyak jagung, methanol dan katalis basa NaOH. Katalis
NaOH dipilih karena memiliki keuntungan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam
reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh rasio perbandingan reaktan, jumlah katalis dan
waktu reaksi terhadap konversi minyak jagung menjadi metil ester dan untuk mengetahui konstanta
kecepatan reaksi (k). Variabel proses yang digunakan adalah rasio minyak jagung dan metanol (R = 1:6,
1:8 dan 1:10), jumlah katalis 1% dan 2%, dan waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit. Hasil penelitian
menunjukan bahwa konversi minyak nabati menjadi metil ester terbaik sebesar 96,411% dan konstanta
kecepatan reaksi terbaik sebesar 2,55 . 10-2 menit-1diperoleh pada rasio reaktan 1 :8 , jumlah katalis 2 %
dan waktu reaksi 120 menit.

Kata kunci: biodiesel, metanol, minyak jagung, NaOH, transesterifikasi

Abstract

Biodiesel is the name for a type of fatty esters, commonly known as mono alkyl esters and was made
from plants (vegetable oil). Biodiesel is an alternative diesel fuel as a promising solution to overcome the
scarcity of fuel. Methyl ester is produced from trans-esterification reaction between vegetable oil and
alcohol in the presence of base catalyst. Process of biodiesel reaction using corn oil, methanol and NaOH
(base catalyst). NaOH catalyst was chosen because it has the advantage of no need for high temperature
and pressure in the reaction. This research was conducted to see the effect of the ratio of reactants,
amount of catalyst and reaction time on the conversion of corn oil into methyl ester and to determine the
reaction rate constant (k). Process variable used is the ratio of corn oil and methanol (R = 1:6, 1:8 and
1:10), the amount of catalyst 1% and 2%, and reaction time 30, 60, 90 and 120 minutes. The results
showed that the best conversion of vegetable oils into methyl esters is 96.411% and the best reaction rate
constant is 2.55. 10-2 min-1 obtained in the ratio of reactants 1: 8, 2% of the amount of catalyst and the
reaction time of 120 minutes.

Keywords: biodiesel, CH3OH, corn oil, NaOH, transeterification

1. PENDAHULUAN bumi Indonesia yang makin menipis, impor


minyak bumi yang semakin tinggi dan kenaikan
Salah satu masalah krusial yang dihadapi harga minyak bumi dunia yang dapat dipastikan
oleh bangsa Indonesia saat ini adalah energi. akan diikuti oleh kenaikan harga BBM sehingga
Kebutuhan energi masyarakat dan industri setiap berdampak pada kenaikan harga kebutuhan
tahun meningkat. Mengingat cadangan minyak

Page 40 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


pokok di masyarakat maka diperlukan Sedangkan diesel berasal dari nama suatu mesin
pengembangan energi alternatif terbarukan. injeksi yang diciptakan oleh Rudolph Diesel.
Salah satu upaya diversifikasi energi Jadi, biodiesel merupakan bahan bakar mesin
adalah melalui penyediaan bahan bakar energi diesel yang berasal dari minyak nabati atau
yang dapat diperbaharui seperti biodiesel atau hewani yang dapat bekerja pada mesin diesel
biogasoline yang dapat dihasilkan dari minyak konvensional, sekalipun tanpa perlu ada
nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa modifikasi ataupun dengan penambahan bahan
sawit, minyak kedelai, minyak jagung, minyak pelindung (PL. Puppung, 1985). Biodesel secara
biji karet, minyak bunga matahari dan minyak kimia didefinisikan sebagai metil ester atau
jarak pagar. Biodiesel atau methyl ester diperoleh monoalkil ester yang diturunkan dari minyak
dari proses methanolisis minyak atau lemak, atau lemak alami, seperti minyak nabati, lemak
menggunakan reaksi transesterifikasi ataupun hewan atau minyak goreng bekar yang dapat
esterifikasi dengan katalis basa atau asam dan digunakan langsung atau dicampur dengan
metanol. Umumnya bahan baku yang digunakan minyak diesel (Peeples 1988 ; Darnoko et
adalah minyak kelapa sawit, dan jarang yang al.2001)
menggunakan bahan baku lain. Pada prinsipnya, proses pembuatan
Minyak jagung merupakan trigliserida biodiesel sangat sederhana. Biodiesel dihasilkan
yang disusun oleh gliserol dan asam-asam lemak. melalui proses yang disebut reaksi esterifikasi
Komposisi trigliserida yang tinggi membuat asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi
minyak jagung juga cocok digunakan sebagai trigliserida dengan alkohol dengan bantuan
bahan baku pembuatan biodiesel. Mengingat hal katalis dan dari reaksi ini akan dihasilkan metil
tersebut, penelitian ini akan meneliti mengenai ester/etil ester asam lemak dan gliserol :
penggunaan minyak jagung pada proses katalis
Minyak lemak + alkohol/methanol biodiesel + gliseril
pembuatan biodiesel.
Masalah yang ditemui dalam pembuatan Biodiesel mengandung oksigen, maka
biodiesel dari bahan baku minyak jagung adalah flashpointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
bagaimana pengaruh temperatur dan tekanan, terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap
jumlah katalis, dan rasio reaktan terhadap yang membahayakan pada suhu kamar, maka
konversi minyak jagung menjadi metil ester. biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel
Serta, bagaimana menentukan kinetika reaksinya. dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur
jawaban terhadap permasalahan tersebut dan senyawa benzen yang karsinogenik,
Agar didapat hasil yang memuaskan pada sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang
penelitian ini, maka ditetapkan beberapa acuan lebih bersih dan lebih mudah ditangani
sebagai ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup dibandingkan dengan petroleum diesel.
penelitian ini meliputi temperatur reaksi +70⁰C Kelebihan lain dapat kita
dan waktu reaksi 1-2 jam dengan interval 30 pertimbangkan dari segi lingkungannya yaitu ,
menit. Katalis dipilih NaOH dengan biodiesel memiliki tingkat toksisitasnya yang 10
pertimbangan ekonomis. Kemudian Rasio kali lebih rendah dibandingkan dengan garam
reaktan (minyak : methanol) yang digunakan dapur dan juga memiliki tingkat
adalah 1:6, 1:8 dan 1:10. Terakhir, rasio jumlah biodegradabilitinya sama dengan glukosa,
katalis yang digunakan adalah 1% dan 2% dari sehingga sangat cocok digunakan di perairan
jumlah massa reaktan untuk bahan bakar kapal/motor.
Diharapkan Hasil penelitian dapat Penelitian tentang alkoholisis minyak
dimanfaatkan untuk perancangan reaktor pada nabati menghasilkan biodiesel telah banyak
skala pilot plant dan sebagai pengembangan dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya
teknologi transesterifikasi minyak jagung dan Farris tahun 1979, melakukan penelitian tentang
metanol dengan katalis NaOH menghasilkan alkoholisis minyak kacang kedelai dan metanol
metil ester sebagai bahan bakar terbarukan serta dengan katalis NaOCH3 2 % dari berat minyak,
mengatasi krisis bahan bakar terutama minyak rasio reaktan metanol : minyak, 6 : 1, temperatur
solar/minyak diesel. 110 oC, konversi yang dihasilkan 79 % dalam
waktu 60 menit.
Pada tahun 1989, Endang meneliti
Biodiesel alkoholisis minyak biji nyamplung dan etanol
Biodiesel berasal dari dua kata yaitu bio dengan katalis KOH, hasil yang relatif baik
dan diesel. Bio berarti bahan alami yang berasal diperoleh pada kondisi rasio reaktan etanol :
dari mahluk hidup yang mudah diperbaharui minyak, 8 : 1, temperatur 80 oC dan katalisator 2
serta mudah kembali untuk terurai di alam. % dari berat minyak, konversi mencapai 78 %

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 41


dalam waktu 60 menit. Kemudian Noureddin diabetes.Seperti halnya lemak dan minyak
dan Zhu pada tahun 1997, meneliti alkoholisis lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas
minyak kacang kedelai dan metanol dengan trigliserida yang merupakan ester dari gliserol
katalis H3PO4 pada rasio reaktan metanol : dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi
minyak, 6 : 1, katalis 2 % dari volume minyak, sebagai berikut:
temperatur 70 oC dan menghasilkan metil ester O
dengan konversi 68 %.
CH2OH CH2– O – C – R1
Selanjutnya pada tahun 1999, Kusmiyati
meneliti alkoholisis minyak biji kapuk dan O
metanol dengan katalis zeolit aktif, hasil yang
CHOH + 3RCOOH CH – O – C – R2+3H2O
relatif baik diperoleh pada rasio reaktan metanol
: minyak, 6 : 1, temperatur 130 oC, konversi O
berkisar 64 % dalam waktu 60 menit. Pada tahun CH2OH CH2– O – C – R3
1999 juga Roni, dkk. meneliti alkoholisis minyak
biji kepuh dan etanol, keadaan yang relatif baik Gliserol asam lemak trigliserida
pada rasio reaktan etanol : minyak, 6 : 1,
temperatur 110 oC, persentase katalisator 2 %
dari berat minyak, konversi yang diperoleh 71 %. Selain trigliserida masih terdapat senyawa
Dari penelitian Agustina, dkk. tahun non trigliserida dalam jumlah kecil. Yang
2010, didapatkan hasil yang terbaik pada ratio termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain
raktan 1 : 10, dengan ratio katalis NaOH 2%. : motibgliserida, diglisrida, fosfatida,
Temperatur 65oC, konversi yang di peoleh karbohidrat, turunan karbonidrat., protein, dan
sebesar 78,9677%. Pada Tahun 2011 bahan-bahan berlendir atau getah (gum) serta
Badaruddin, dkk meneliti pembuatan biodiesel zat-zat berwarna yang memberikan warna serta
dari minyak kelapa sawit, keadaan yang relatif rasa dan bau yang tidak diinginkan.
baik pada ratio reaktan 1 : 8, temperatur 65oC,
persentase katalisator CaO 2% dari berat minyak, Metanol
konversi yang diperoleh 90,23% dalam waktu Alkohol yang paling umum digunakan
180 menit. untuk transesterifikasi adalah metanol, karena
Dan penelitian yang dilakukan oleh harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih
Mirna, dkk tahun 2009, didapatkan persen tinggi dibandingkan dengan alkohol rantai
konversi sebesar 90,00% pada persentase panjang, sehingga metanol ini mampu
katalisator KOH 2% dari berat minyak. Tahun memproduksi biodiesel yang lebih stabil.
2011, Dwi Yandhi Saputra dan Charles Daniel Metanol disebut juga metil alkohol merupakan
melakukan penelitian alkoholisis minyak kelapa senyawa paling sederhana dari gugus alkohol.
sawit menggunakan katalis NaOH. Dari Rumus kimianya adalah CH3OH. Metanol
penelitian mereka, didapat hasil terbaik dengan berwujud cairan yang tidak berwarna, dan mudah
persentase katalis 2%, ratio 1:10 dan waktu menguap. Metanol memiliki berat molekul
reaksi 60 menit yaitu sebesar 92,47 % 32,042, titik leleh -98oC dan titik didih 64oC.
(Andi Nur Alam Syah, 2006)
Minyak jagung Berbeda dengan etanol, metanol tersedia
Minyak jagung merupakan trigliserida dalam bentuk absolut yang mudah diperoleh,
yang disusun oleh glliserol dan asam-asam sehingga hidrolisa dan pembentukan sabun
lemak. Presentase trigliserida sekitar 98,6%, akibat air yang terdapat dalam alkohol dapat
sedangkan sisanya merupakan bahan non diminimalkan. Biaya untuk memproduksi etanol
minyak seperti abu, zat warna atau lilin. Asam absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar
lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari biodiesel berbasis etanol tidak berdaya saing
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. secara ekonomis dengan metil ester asam lemak,
Dalam 100 kg jagung dengan kandungan air sehingga membiarkan bahan baker diesel fosil
16%,akan menghasilkan sekitar 64 kg tepung bertahan sendiri. Disamping itu, harga alkohol
butiran dan 3 kg minyak jagung. juga tinggi sehingga menghambat
Kelebihan minyak jagung dibandingkan penggunaannya dalam produksi biodiesel dalam
dengan minyak nabati yang lain, adalah skala industri. (Erliza, dkk, 2007)
kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi,
mengandung asam lemak essensial (omega 3dan Katalis
omega 6), serta vitamin E, sehingga sangat baik Katalis adalah suatu bahan yang
untuk penurunan kadar kolesterol ,mencegah digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan
penyakit jantung, stroke, kanker, asma,dan lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat

Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


suatu reaksi, terlibat dalam reaksi tetapi tidak
ikut terkonsumsi menjadi produk Pemilihan CA t
dC A
katalis ini sangat bergantung pada jenis asam
lemak yang terkandung di dalam minyak
- ∫
C Ao
CA
= k’ ∫ dt
0
(6)
tersebut. Jenis asam lemak dalam minyak sangat
berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan CA = CAo (1 - x) (7)
kimia biodiesel, karena asam lemak ini yang
akan membentuk ester atau biodiesel itu sendiri Dengan mensubtitusikan persamaan (7) ke dalam
(Mardiah, dkk. tahun 2006). Biasanya, dalam persamaan (6) maka didapatkan:
pembuatan biodiesel yang sering digunakan ialah x
dx
katalis natrium hidroksida.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih
∫1− x
0
= k’. t (8)

padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, Dengan mengintegralkan persamaan (8)
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat diperoleh persamaan :
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam - ln (1 - x) = k’. t (9)
air dan akan melepaskan panas ketikadilarutkan.
Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun Dimana :
kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih k = konstanta kinetika reaksi (menit-1)
kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut k diperoleh dari slope –ln (1-x) Vs t.
dalam dietil eter dan pelarut non-polar x = konversi minyak kelapa sawit
lainnya.Larutan natrium hidroksida akan t = waktu reaksi (menit)
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi
Proses Produksi Biodiesel alkoholisis antara lain waktu reaksi, temperatur,
Secara umum reaksi transesterifikasi katalisator, kecepatan pengadukan, rasio reaktan
antara minyak nabati (trigliserida) dan alkohol dan konsentrasi (Raharja , dkk tahun2000).
(metanol) dapat digambarkan sebagai berikut : a) Waktu
Makin lama waktu reaksi, makin besar
konversi reaksi, ini disebabkan kesempatan zat-
zat pereaksi untuk saling bertumbukan makin
besar. Tetapi apabila konversi tidak berubah,
penambahan waktu reaksi tidak menguntungkan.
b) Temperatur
Semakin tinggi temperatur (sampai pada
batas tertentu), makin cepat jalannya reaksi.
Pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi
dipengaruhi oleh katalisator yang digunakan.
c) Katalisator
A + 3B 3C + D (1) Makin kecil tenaga aktivasi, konstanta
kecepatan reaksi makin besar. Tenaga aktivasi
-rA = k w CA CB3 (2) dapat diperkecil dengan mengaktifkan reaktan,
yaitu dengan cara menambah katalisator,
Karena reaksi ini menggunakan metanol sehingga menyebabkan tumbukan antara zat-zat
yang berlebihan, maka reaksi dapatdianggap pereaksi makin besar. Katalisator yang
searah dan berorde satu terhadap minyak, digunakan bisa berupa asam, atau basa.
sehingga reaksinya menjadi: d) Pengadukan
Agar reaksi dapat berjalan dengan baik,
A + 3B 3C+D (3) diperlukan pencampuran sebaik- baiknya, yakni
dengan cara pengadukan agar menaikkan
frekuensi tumbukan sehingga kecepatan reaksi
Persamaan reaksinya menjadi: akan bertambah besar. Frekuensi tumbukan yang
semakin besar menyebabkan konstanta kecepatan
dC A reaksi makin besar pula .
-rA = - = k’ . CA (4)
dt e) Rasio Reaktan
Reaksi alkoholisis pada umumnya
Dimana, k’ = k. w . CB3 (5) menggunakan alkohol yang berlebihan agar
reaksi dapat berjalan sempurna, karena

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 43


menyebabkan reaksi bergeser ke kanan (Widodo, Peralatan lain yang digunakan untuk analisa
1993) . Selain itu pemakaian alkohol berlebihan antara lain : Erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes,
akan memperbesar frekuensi tumbukan , heater, beker gelas, piknometer, dan corong
sehingga konstanta kecepatan reaksi bertambah pemisah
(Kirk and Othmer, 1980). Menurut Groggins
(1958), menggunakan alkohol berlebih atau Prosedur Kerja
mengambil salah satu hasil reaksi akan
menggeser keseimbangan ke kanan, dengan Prosedur Penelitian
demikian di dapat hasil produk yang banyak dari 1) Minyak jagung dimasukkan ke dalam labu
proses alkoholisis leher tiga yang dilengkapi dengan
f) Konsentrasi termometer, pemanas, dan kondensor.
Kecepatan reaksi sebanding dengan Kemudian, dipanaskan sampai suhu 70ºC.
besarnya konsentrasi reaktan (Groggins, 1958). Agar diharapkan pada waktu
Bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka pencampuran,penurunan suhu tidak
kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah signifikan dari suhu yang diharapkan yaitu
molekul yang bertumbukan akan bertambah, 65oC.
apabila zat pereaksi yang digunakan semakin 2) Mencampurkan metanol dengan minyak
murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi. jagung yang telah dipanaskan terlebih dahulu,
Minyak yang dipakai sebaiknya bersih dan dengan perbandingan volume dari rasio
kering serta alkohol dengan kadar yang tinggi reaktan 1:6 ke dalam beker gelas dan katalis
(Bailey, 1945) dengan jumlah 1% dari massa minyak.
Kemudian, memanaskan kembali campuran
metanol dan minyak jagung tersebut sampai
2. METODOLOGI suhu 65ºC.
3) Pengambilan sampel sebanyak 10 ml pada
Bahan dan alat interval waktu 30 menit selama 2 jam.
Bahan baku proses transesterifikasi 4) Sampel dimasukan ke dalam botol sampel
pembentukan metil ester ini adalah minyak dan didiamkan selama 24 jam agar terlihat
jagung dengan % FFA yang rendah sebagai dua lapisan, kemudian sampel dipisahkan
sumber asam lemak dan metanol 96 %, dengan dengan pipet tetes.
bantuan katalis NaOH. Bahan lain yang 5) Setelah mendapatkan campuran lapisan
digunakan untuk analisa antara lain : KOH, gliserol (pada lapisan bawah).Kemudian,
Phenolptalin, Etanol, HCl, Natrium asetat, Asam dilanjutkan menganalisa gliserol dengan
asetat anhidrid dan aquadest. Bahan baku Metode Griffin untuk mengetahui konversi
direaksikan dalam suatu reaktor batch berupa dari minyak nabati
labu leher tiga berpengaduk yang dilengkapi 6) Lakukan kembali pada persen katalis 2 %,
dengan termometer sebagai alat ukur temperatur serta rasio reaktan 1:8 dan 1:10
dan pipet hisap untuk pengambilan sampel.
Reaktor ini menggunakan heating mantle dan Prosedur Analisa
dirangkai dengan kondensor. Rangkaian alat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah Analisa Bahan Baku
ini : Analisa bahan baku (minyak jagung)
dilakukan untuk mengetahui nilai FFA,
Keterangan : ekuivalen asam lemak bebas, ekuivalen asam
1. Heating mantle lemak total, dan berat jenis.
2. Magnetic stirrer
3. Labu leher tiga 5
Analisa Kadar Gliserol
4. Thermometer
5. Condenser
Gliserol dianalisa dengan cara Asetin (Griffin,
4
6. Pipet hisap 1955). Sampel dibiarkan semalam didalam
3
7. Pompa
6
2
corong pemisah agar sisa metanol menguap
8. Ember
1
hingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan
gliserol berada di bawah dan metil ester di
P-2

7
E-2
lapisan atas.
P-3

E-3
8

E-1

Gambar 1. Rangkaian peralatan penelitian

Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


Pengolahan Data Sedangkan pada jumlah katalis 2% konversi
yang dicapai sebesar 64.954% pada waktu reaksi
Data hasil penelitian diolah secara grafik 60 menit dan 83.222% pada waktu reaksi 120
dan statistik untuk menentukan konversi reaksi menit.
pada berbagai rasio reaktan, jumlah katalis dan Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka,
waktu reaksi, kondisi operasi optimum dan dimana peningkatan jumlah katalis
parameter kinetika reaksi. mengakibatkan jumlah active site semakin
Konstanta laju reaksi ditentukan dari banyak yang akan memberikan peluang
reaksi order 1 dengan menggunakan metanol terjadinya reaksi pembentukan metil ester
berlebihan. Hubungan konversi dan waktu reaksi semakin banyak atau konversi minyak jagung
dinyatakan dengan persamaan –ln(1-x) = k. t, semakin tinggi. Penggunaaan katalis diatas 2%
dimana k sebagai slope persamaan tersebut. diperkirakan tidak menghasilkan peningkatan
Gliserol yang terbentuk dihitung dengan konversi yang signifikan.
persamaan Griffin : Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
Wr Wg dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% untuk
G= (Vb − Vs ) N HCl waktu reaksi 60 menit, persen konversi yang
Ws Wa didapat adalah 61,49% dan pada jumlah katalis
Keterangan : 2% adalah 70,53%. Sedangkan penelitian yang
G : Gliserol yang terbentuk (mgek) dilakukan oleh Dwi Yandhi dan Charles tahun
Wr : Berat campuran minyak – metanol (gr) 2011 dengan jumlah katalis 1%, persen konversi
Ws : Berat sampel yang diambil (gr) yang didapat adalah 68,01% untuk waktu reaksi
Wg : Berat lapisan gliserol (gr) 60 menit, sedangkan pada jumlah katalis 2%
Wa : Berat lapisan gliserol yang dianalisis (gr) konversi yang dicapai sebesar 79,37%
Vb : Volume HCl titrasi blanko (ml)
Vs : Volume HCl titrasi sampel (ml)
NHCl :Normalitas HCl (mgek/ml)
% Konversi

Konversi dihitung dengan persamaan berikut :


1% NaOH
G
XA =
( A t − A b ) x ( VM xρ M ) 2% NaOH
Keterangan :
XA : Konversi bagian
Waktu (menit)
G : Gliserol yang terbentuk, mgek
At : Asam lemak total (mgek/gr minyak)
Ab : Asam lemak bebas (mgek/gr minyak)
Gambar 2. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap
VM : Volume minyak (ml)
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 6
ρM : Rapat massa minyak (gr/ml)
Pengaruh jumlah katalis terhadap
konversi minyak kelapa sawit pada rasio reaktan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1:8 ditampilkan pada Gambar 3. Sama seperti
ratio sebelumnya, peningkatan konversi minyak
Pengaruh Jumlah Katalis Terhadap Konversi jagung terjadi seiring peningkatan jumlah katalis
Hubungan jumlah katalis dengan konversi yang digunakan. Pada jumlah katalis 1%,
reaksi ini dapat dilihat dengan memvariasikan konversi yang dicapai adalah 64,090% pada
rasio reaktan dan waktu reaksi sebagaimana waktu reaksi 60 menit dan 84.742% pada waktu
ditampilkan pada Gambar 2. Grafik ini reaksi 120 menit. Sedangkan pada jumlah katalis
menunjukkan setiap kenaikan jumlah katalis 2% konversi yang dicapai sebesar 74.115% pada
mengakibatkan kenaikan persen konversi. Untuk waktu reaksi 60 menit dan 96.411% pada waktu
setiap selang waktu reaksi 30 menit terlihat reaksi 120 menit.
perbedaan metil ester yang terbentuk pada Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
jumlah katalis 1% dan 2% pada variasi rasio dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% dan
reaktan. waktu reaksi 60 menit, persen konversi yang
Pada rasio reaktan 1:6 dan jumlah katalis didapat adalah 88,16% dan pada jumlah katalis
1%, persen konversi yang didapat adalah 2% adalah 89,99% untuk waktu reaksi 60 menit.
56,009% pada waktu reaksi 60 menit dan Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
78,591% pada waktu reaksi 120 menit, Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan jumlah

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 45


katalis 1%, persen konversi yang didapat adalah
83,34% pada waktu reaksi 60 menit, sedangkan
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai
sebesar 90,58%

% Konversi
1…
% Konversi

Waktu (menit)
1…

Gambar 4. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap


Waktu (menit) Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 10

Pengaruh Ratio Reaktan Terhadap Konversi


Gambar 3. Pengaruh Jumlah Katalis terhadap Hubungan antara ratio raktan dengan
Konversi pada Ratio Reaktan 1 : 8 konversi reaksi dapat dilihat dengan cara
memvariasikan ratio reaktan. Pada hasil
Pada Gambar 4. menunjukkan setiap penelitian mengenai pengaruh ratio reaktan ini
kenaikan jumlah katalis mengakibatkan kenaikan didapati bahwa kenaikan ratio metanol dalam
persen konversi pada rasio reaktan 1:10. Pada reaktan meningkatkan jumlah metil ester yang
jumlah katalis 1%, persen konversi yang didapat terbentuk ini dapat terlihat dari Gambar 5. dan
adalah 65.820 % pada waktu reaksi 60 menit dan Gambar 6.
92,071% pada waktu reaksi 120 menit. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada
Sedangkan pada jumlah katalis 2% konversi jumlah katalis 1% persen konversi meningkat
yang dicapai sebesar 72,684 % pada waktu reaksi untuk waktu 60 menit dari 56.009% pada ratio
60 menit dan 95.750% pada waktu raksi 120 reaktan 1 : 6 dan 64.090% pada ratio reaktan 1 :
menit. 8 menjadi 65.820% pada ratio raktan 1 : 10.
Dari ketiga gambar di atas, menunjukkan Dapat dilihat juga bahwa persen konversi
bahwa jumlah katalis NaOH berbanding lurus meningkat untuk jumlah katalis 1% pada waktu
dengan persen konversi pembuatan metil ester. 120 menit. Dari 78,591% pada ratio reaktan 1 : 6
Disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah menjadi 84,742% pada ratio reaktan 1 : 8 dan
katalis yang digunakan, semakin tinggi juga 92,071% pada rasio reaktan 1:10 untuk waktu
konversi yang didapatkan. reaksi 120 menit. Hal ini menunjukkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna, semakin tinggi waktu yang digunakan, maka
dkk. tahun 2009 pada jumlah katalis 1% pada semakin tinggi persen konversi yang didapatkan
waktu reaksi 60 menit, persen konversi yang Penelitian yang dilakukan oleh Mirna,
didapat adalah 88,48 % dan pada jumlah katalis dkk. untuk waktu 60 menit dari 61,49% pada
2% adalah 90.00 % untuk waktu reaksi 60 menit. ratio reaktan 1 : 6 dan 88,16% pada ratio reaktan
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi 1 : 8 menjadi 88,48% pada ratio reaktan 1 :10.
Yandhi dan Charles tahun 2011 dengan jumlah Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
katalis 1%, persen konversi yang didapat adalah Yandhi dan Charles untuk waktu 60 menit dari
88,59 % pada waktu reaksi 60 menit, sedangkan 68,01% pada ratio reaktan 1 : 6 dan 84,34% pada
pada jumlah katalis 2% konversi yang dicapai ratio reaktan 1 : 8 menjadi 88,59% pada ratio
sebesar 92,47 % reaktan 1 :10

Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


79.37% pada ratio reaktan 1 : 6 dan 90.58% pada
ratio reaktan 1 : 8 menjadi 92.47% pada ratio
reaktan 1 :10.

Konstanta Kinetika Reaksi


Konstanta kinetika reaksi ditentukan dari
slope persamaan –ln(1 – x) = k t yang
diturunkan dari persamaan laju reaksi orde satu
karena metanol yang digunakan
berlebihan.Konstanta laju reaksi merupakan
parameter penting yang digunakan dalam
Gambar 5. Pengaruh Ratio Reaktanterhadap perancangan reaktor. Konstanta laju reaksi
Konversi pada Jumlah Katalis 1% dipengaruhi oleh jumlah katalis dan rasio reaktan
(minyak jagung dan metanol).
Hal yang berbeda terlihat dari katalis Dengan menggunakan metanol ekses
yang lain yaitu 2 % pada Gambar 6. Untuk waktu laju reaksi ditentukan sebagai pseudo first order.
60 menit didapat bahwa terjadi kenaikan Konstanta laju reaksi mengalami peningkatan
konversi dari 64.954% pada ratio reaktan 1 : 6 dengan peningkatan jumlah katalis NaOH. Pada
menjadi 74.115% pada ratio reaktan 1 : 8 namun ratio reaktan 1 : 6 dan jumlah katalis 1%,
turun menjadi 72.684% pada ratio raktan 1 : 10. didapat konstanta laju reaksi sebesar 1,41 x10-2
Pada saat jumlah katalis yang digunakan 2% dan menit-1 dan pada jumlah katalis 2%, konstanta
waktu reaksi 120 menit juga didapat bahwa laju reaksi adalah 1,53 x10-2 menit-1. Dari
terjadi kenaikan konversi dari 83,222 % pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yandhi dan
rasio reaktan 1:6 menjadi 96,411 % pada rasio Charles, untuk ratio 1 : 6 pada setiap jumlah
reaktan 1:8 namun turun menjadi 95.750 % pada katalis juga didapati kenaikan konstanta
rasio reaktan 1:10. kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah katalis
1% didapat konstanta laju reaksi sebesar 3.27
x10-1 menit-1 dan pada jumlah katalis 2%
konstanta laju reaksi adalah 5.13 x10-1 menit-1
Konstanta laju reaksi pada ratio reaksi 1
: 8 ditentukan pada setiap peningkatan jumlah
katalis.Pada jumlah katalis 1% didapat konstanta
laju reaksi sebesar 1,59.10-2 menit-1 dan pada
jumlah katalis 2% konstanta laju reaksi adalah
2,55.10-2 menit-1. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Dwi Yandhi dan Charles, untuk ratio 1 : 8
pada setiap jumlah katalis juga didapati kenaikan
konstanta kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah
katalis 1% didapat konstanta laju reaksi sebesar
6.07 x10-1 menit-1 dan pada jumlah katalis 2%
Gambar 6. Pengaruh Ratio Reaktanterhadap konstanta laju reaksi adalah 8.002 x10-1 menit-1
Konversi pada Jumlah Katalis 2% Dari perhitugan konstanta laju reaksi pada
Hal ini dapat disebabkan pada rasio ratio reaksi 1 : 10 pada Lampiran 4, untuk setiap
reaktan 1:10 jumlah minyak semakin sedikit dan jumlah katalis juga didapati kenaikan konstanta
jumlah metanol semakin banyak. Hal ini kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah katalis
menyebabkan reaksi yang terjadi di dengan 1% didapat konstanta laju reaksi sebesar 2,14
bantuan katalis semakin banyak sehingga x10-2 menit-1 dan pada jumlah katalis 2%
diperkirakan apabila waktu reaksi diperpanjang konstanta laju reaksi adalah 2,32 x10-2 menit-1.
maka akan didapat konversi yang lebih tinggi Dari penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yandhi
dibandingkan rasio 1:8. dan Charles, untuk ratio 1 : 10 pada setiap
jumlah katalis juga didapati kenaikan konstanta
Penelitian yang dilakukan oleh Mirna, kecepatan reaksi. Dimana, pada jumlah katalis
dkk. untuk waktu 60 menit dari 70.53% pada 1% didapat konstanta laju reaksi sebesar 7.04
ratio reaktan 1 : 6 dan 89,99% pada ratio reaktan x10-1 menit-1 dan pada jumlah katalis 2%
1 : 8 menjadi 90.00% pada ratio reaktan 1 :10. konstanta laju reaksi adalah 8.56 x10-1 menit-1
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Yandhi dan Charles untuk waktu 60 menit dari

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 47


Tabel 1.Nilai Konstanta Kinetika Reaksi (k) DAFTAR PUSTAKA

Rasio Persen katalis( % ) k, ( menit-1 ) Farris, Rp.D. 1979. Methyl Ester in the Fatty
Acid Industry. Journal of American Oil
1:6 1 1,41.10-2 Chemistry Society. P. 70-77
2 1,53.10-2
1:8 1 1,59.10-2 Fessen & Fessenden. 1982. Kimia Organik, ed.
2 2,55 .10-2 Ke-3. Jakarta:Erlangga
1 : 10 1 2,14.10-2
2 2,32.10-2 Griffins, R.C. 1955. Technical Methods of
Analysis, 2 ed. M.C. Graw-Hill Book
Company, Inc., New York. P. 97,107-110,
309-311

Ismail, Syarifuddin. 2004. Kinetika Kimia.


Inderalaya: Universitas Sriwijaya

Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1978. Encyclopedia


of Chemical Technology. Vol. 5.
Interscience Encyclopedia, Inc. New
York. P. 817-819, 305-308.

Kusmiyati. 1999. Alkoholisis Minyak Biji Kpauk


dan Metanol Menggunakan Katalisator
Zeolit. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Gambar 7. Hubungan Persen Massa Katalis
Terhadap Konstanta Kinetika Reaksi Levenspiel, Octave. 1972. Chemical Reaction
Engineering, second edition. United State
Berdasarkan Gambar 7. diatas terlihat of America
bahwa semakin besar nilai rasio reaktan dan
diikuti juga dengan semakin besarnya jumlah Mardiah; Widodo, Agus; Trisningwati, Efi;
katalis maka akan semakin besar pula nilai Purijatmiko, Aries. 2006. Pengaruh Asam
konstanta kinetika reaksi yang didapatkan. Lemak dan Konsentrasi Katalis Asam
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa jumlah terhadap Karakteristik dan Konversi
katalis juga berbanding lurus dengan kecepatan Biodiesel pada Transesterifikasi Minyak
reaksi. Apabila persen jumlah katalis Mentah Dedak Padi. Jurusan Teknik
ditingkatkan maka jumlah molekul yang Kimia, Institut Teknologi Sepuluh
bertumbuk akan bertambah dan kecepatan reaksi November (ITS). Surabaya.
juga akan meningkat.
Dewi, T.K dan Arita, S. 2007. Penuntun
Praktikum Operasi Teknik Kimia II.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia
4. KESIMPULAN Jurusan Teknik Kimia FT Unsri.
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat Johnatand, dkk. 2010. Pengaruh Ratio Reaktan
diambil kesimpulan sebagai berikut : dan Jumlah Katalis CaO pada Konversi
1) Konversi minyak kelapa sawit meningkat dan Kinetika Reaksi Pembuatan Metil
dengan peningkatan rasio reaktan dan jumlah Ester Dari Minyak Nabati. Jurusan
katalis, konversi tertinggi diperoleh pada Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.
rasio reaktan 1 : 8, NaOH : 2% dan waktu Palembang, Indonesia.
reaksi 120 menit yaitu sebesar 96,411%.
2) Peningkatan rasio reaktan dan jumlah katalis Puppung, P.L.1985. Beberapa Minyak Nabati
dapat meningkatkan konstanta kecepatan yang Memiliki Potensi Sebagai Bahan
reaksi. Pada rasio reaktan 1 : 8, NaOH : 2% Bakar Alternatif untuk Motor Diesel.
dan waktu reaksi 120 menit,diperoleh nilai k Lembaran Publikasi lemigas, 4.
tertinggi yaitu sebesar 2,55 x 10-2 menit-1.

Page 48 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


Simanjuntak, C.D. dan Saputra, Dwi Yandhi. Sari, Tuti Indah ; Wardhani, Adhitya Summa;
2011. Pengaruh Rasio Reaktan dan Sari, Ani K. 2011. Penggunaan Katalis
Jumlah Katalis NaOH pada Konversi dan Basa Heterogen Campuran CaO dan SrO
Kinetika Reaksi Pembuatan Metil Ester pada Reaksi Transesterifikasi Minyak
dari Minyak Kelapa Sawit. Jurusan Kelapa Sawit. Jurusan Teknik Kimia
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Universitas Sriwijaya. Palembang,
Palembang, Indonesia Indonesia.

Dahyaningsih, Endah ; dkk. 2010. Minyak


Nabati dari Biji Jagung. Jurusan Teknik
Kimia Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS). Surabaya
.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 49

Anda mungkin juga menyukai