Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) MENGGUNAKAN MEDIA BUKLET UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSMUHAMMADIYAH PANAIKANG PADA
MATA PELAJARAN IPA

AHLUN NASRAH
NIM.2015310381

ABSTRAK

Ahlun Nasrah,Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together (NHT) Menggunakan Media Buklet Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII MtsMuhammadiyah Panaikang Pada Mata Pelajaran Ipa, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas VIII MTs
Muhammadiyah Panaikang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada tahun
ajaran 2019/2020.
Subjek penelitian ini yaitu pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang yang
terdiri dari 30 siswa. Desain penelitian ini mengacu pada penelitian tindakan kelas menurut
Kemmis dan Mc Taggart, penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu (1) tahapan
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (4) refleksi. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes evaluasi siklus I dan siklus II, dan tes hasil
belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) menggunakan media buklet dapat meningkatkan hasil belajar siswa
di kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang. Rata-rata hasil belajar siswa secara
keseluruhan pada siklus I (satu) sebesar 23% yang dikatakan tuntas dan 77% dikatakan
belum tuntas, maka peneliti melakuka beberapa perbaikan pada siklus II peneliti
mengarahkan kepada siswa agar dapat fokus dsn lebih berkonsentrasi dalam melakukan
pembelajaran di kelas dan juga mengarahkan kepada siswa agar lebih meningkatan lagi
kerja samanya ketika melakukan diskusi pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung
setelah melakukan beberapa perbaikan pada siklus II hasil belajar siswa meningkat 83%
dikatakan telah tuntas dan 13% dikatakan belum tuntas pada siklus II. Oleh karena itu
penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menggunakan media
buklet pada materi Struktur dan Fungsi jaringan pada tumbuhan telah meningkatkan hasil
belajar yang diinginkan oleh peneliti telah tercapai pada siklus II dan tidak melanjutkan
pada siklus selanjutnya.

Kata Kunci : Hasil belajar, Numbered Heads Together (NHT) dan media buklet
1. PENDAHULUAN digunakan oleh guru adalah model
Pendidikan merupakan aspek yang sangat pembelajaran numbered heads together
penting dalam menunjang kemajuan bangsa di (NHT). Model pembelajaran Numbered Heads
masa depan. Dunia pendidikan semakin hari Together (NHT) adalah model pembelajaran
terus mengadakan perbaikan kejenjang yang yang lebih memungkinkan siswa lebih aktif
lebih baik, namun langkah menuju perbaikan dan bertanggung jawab serta mendorong siswa
itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus untuk berpikir dalam suatu tim dan berani
diperbaiki salah satunya ialah mempersiapkan tampil mandiri. Penerapan model
kualitas sumber daya manusia (SDM). pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
Pendidikan adalah aset masa depan dalam Heads Together (NHT) ini juga didukung
membentuk Sumber Daya Manusia yang oleh hasil penelitian sebelumnya dari Pradana
berkualiatas.( Viyanti, dkk., 2016) (2010) dengan judul “Penerapan Model
Trianto (2009) Sistem Pendidikan Pembelajaran Kooperatif dengan teknik
Nasional menghadapi tantangan yang sangat Numbered Heads Together (NHT) disertai
kompleks dalam menyiapkan kualitas yang multimedia untuk meningkatkan Hasil Belajar
mampu bersaing di era global. Dalam hal ini Biologi Di SMP Negeri 1 Sukoharjo” dengan
pendidikan merupakan faktor penting dalam kesimpulan bahwa Pembelajaran Kooperatif
menyiapkan dan membangun sumber daya Numbered Heads Together (NHT) disertai
manusia yang berkualitas. multimedia dapat meningkatkan hasil belajar
Guru dituntut melaksanakan kegiatan biologi SMP Negeri 1 Sukoharjo.
belajar mengajar yang menarik siswa agar Pembelajaran Numbered Heads Together
senang mengikuti pelajaran, tetapi pada (NHT) disertai multimedia lebih efektif dalam
kenyataannya guru lebih sering menggunakan meningkatkan hasil belajar biologi 10,28 %
metode ceramah saja dalam proses pada ranah kognitif, 6,67 % ranah afektif dan
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode 6,82 % pada ranah psikomotorik.
ceramah masih berpusat pada aktifitas guru Berdasarkan latar belakang diatas,
bukan pada siswa, sehingga kurang maka peneliti akan melakukan penelitian di
memberikan kesempatan siswa untuk MTs Muhammadiyah Panaikang dengan judul
berinteraksi.dengan kegiatan pembelajaran ini “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
dapat menjadi menarik apabila dilakukan Tipe Numbered Heads Together (NHT)
dalam variasi metode pembelajaran sehingga Menggunakan media buklet Untuk
hasil belajar siswa dapat meningkat. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa VIII MTs
Berdasarkan studi awal di dapatkan Muhammadiyah Panaikang Pada Mata
data melalui observasi dan wawancara dengan Pelajaran IPA”
guru IPA kelas VIII MTS Muhammadiyah 1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Panaikang diketahui terdapat permasalahan Model pembelajaran perlu dipahami
dalam pembelajaran IPA. Pada proses oleh guru agar dapat melaksanakan
mengajar dalam kelas belum diterapkan model pembelajaran secara efektif dalam
yang menyenangkan bagi siswa. Maka peneliti meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
akan memperbaiki atau mengambil model penerapanya, model pembelajaran harus
yang dapat membuat siswa aktif dalam kelas. dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa
Guru harus mengatasi masalah karena masing-masing model pembelajaran
tersebut diatas dengan berbagai cara antara memiliki tujuan,prinsip, dan tekanan utama
lain dengan menggunakan suatu model yang berbeda-beda (Isjoni, 2012). Rusman
pembelajaran yang baik untuk di berikan di (2011) model pembelajaran adalah suatu
dalam kelas agar siswa dituntut untuk belajar rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
dan tidak merasa bosan dalam belajar. Salah membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
satu model pembelajaran yang dapat jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran Dian (2010) mengemukakan bahwa
di kelas atau yang lain. pembelajaran yang menggunakan kooperatif
Suprijono (2012) model memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
pembelajaran merupakan landasan praktik 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara
pembelajaran hasil penurunan teori psikolgi kooperatif untuk menuntaskan materi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang belajarnya.
berdasarkan analisis terhadap implementasi 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang
kurikulum dan implikasinya pada tingkat memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
operasional di kelas. Model pembelajaran rendah.
dapat diartikan pula sebagai pola dan 3) Bilamana mungkin anggota berasal dari ras,
digunakan untuk penyusunan kurikulum, budaya, suku, dan jenis kelamin yang
pengatur materi, dan pemberi petunjuk kepada berbeda.
guru di kelas. 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada
Berdasarkan pendapat para ahli dapat kelompok daripada individu.
disimpulkan bahwa model pembelajaran Menurut Ratumanan dalam
adalah strategi yang dapat digunakan untuk Rochmayatun (2016) Pembelajaran kooperatif
membantu guru dalam menyampaikan materi memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan
pembelajaran kepada siswa dan dapat pembelajaran konvensional. Pada
membantu mencapai tujuan pendidikan. pembelajaran konvensional biasanya
Metode pembelajaran dalam penelitian ini kelompok belajar bersifat homogen sedangkan
mencapai tujuan pendidikan dan digunakan pada pembelajaran kooperatif bersifat
untuk membantu peserta didik dalam heterogen. Hal ini akan berdampak positif bagi
meningkatkan hasil hasil belajar pada mata siswa karena memungkinkan para siswa saling
pembelajaran IPA. belajar mengenai sikap, keterampilan,
1.2 Model Pembelajaran Kooperatif informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
a. Pengertian Model Pembelajaran pandangan yang berbeda.
Kooperatif Saptono (2009) menjelasakan bahwa
Slavin (2009) pembelajaran ada 4 prinsip pembelajaran kooperatif yaitu:
kooperatif merujuk pada berbagai macam 1) Terjadinya saling ketergantungan secara
metode pengajaran yang para siswanya bekerja positif.
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling Siswa berkelompok saling bekerja sama
membantu satu sama lainnya dalam dan mereka menyadari bahwa mereka saling
mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran membutuhkan satu sama lain.
kooperatif merupakan suatu model 2) Terbentuknya tanggung jawab personal
pembelajaran yang mengutamakan adanya Setiap anggota kelompok merasa
kelompok-kelompok kecil yang bekerja bertanggung jawab untuk belajar dan
sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu mengemukakan pendapatnya sebagai sumbang
masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau saran dalam kelompok.
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan 3) Terjadinya keseimbangan dan keputusan
bersama. bersama dalam kelompok.
Ratumanan dalam Rochmayatun Dalam kelompok tidak hanya seorang atau
(2016) menjelaskan bahwa pembelajaran orang tertentu saja yang berperan, melainkan
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran ada keseimbangan antar personal dalam
yang berfokus pada penggunaan kelompok kelompok.
kecil siswa untuk bekerja sama dalam 4) Interaksi menyeluruh.
memaksimalkan kondisi belajar untuk Setiap anggota kelompok memiliki tugas
mencapai tujuan. masing-masing secara proporsional dan secara
simultan mengerjakan tugas atau menjawab menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber
pertanyaan. informasi.
Suryani, dkk (2012) mengemukakan Pembelajaran kooperatif memiliki
bahwa manfaat pembelajaran kooperatif beberapa tipe, salah satunya yaitu Numbered
adalah sebagai berikut : Heads Together (NHT) atau disebut kepala
1) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja bernomor yang dikembangkan oleh Spencer
sama dan bersosialisai. Kagan pada tahun 1993 (Ratumanan. 2015).
2) Melatih kepekaan diri, empati melalui Implementasinya guru memberi tugas, siswa
variasi perbedaan sikap dan perilaku berdiskusi untuk menyelesaikan tugasnya,
selama bekerja sama. kemudian guru menunjuk salah satu nomor
3) Mengurangi rasa kecemasan dan dan siswa bernomor tersebut yang berhak
menumbuhkan rasa percaya diri. menjawab, tujuannya untuk mencegah
4) Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dominasi siswa tertentu. Menurut Trianto
dan sikap perilaku positif sehingga dalam Dadang (2015) Numbered Heads
pembelajaran kooperatif, peserta didik akan Together (NHT) atau penomeran berfikir
tahu kedudukannya dan belajar untuk bersama atau kepala bernomor adalah jenis
saling menghargai satu sama lain. pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
5) Meningkatkan prestasi belajar dengan mempengaruhi pola interaksi siswa dan
meningkatkan prestasi akademik, sehingga sebagai alternatif terhadap struktur kelas
membantu peserta didik memahami tradisional.
konsep-konsep yang sulit. Berdasarkan 1,) Sholeh Hamid (2010) mengemukakan
pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Langkah-langkah kooperatif tipe
bahwa pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yaitu:
menembahkan interaksi social pada 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa
pembelajaran.pembelajaran kooperatif dalam kelompok mendapat nomor (NHT).
dalam peraktifnya harus memuat hubungan 2) Guru memberikan tugas dan masing-
sosial untuk mencapai tujuan bersama. masing kelompok mengerjakannya, .
Anggota kelompok harus memiliki 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang
kemampuan unyuk berinteraksi, bekerja , benar dan memastikan tiap anggota
dan bertanggung jawab dalam mencapai kelompok dapat mengerjakannya dan
tujuan yang sama.setiap siswa harus mengetahui jawabannya.
menpunyai tanggung jawab secara individu 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa
dan kelompok dalam evaluasi atau dengan nomor yang dipanggil melaporkan
penghargaan. Melalui pembelajaran hasil kerja sama mereka.
kooperatif yang mengcakup unsure unsure 5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian
sosial, siswa dapa memperoleh guru menunjuk nomor lain.
keterampilan bekerja sama selama belajar. Pembelajaran kooperatif tipe
b. Model Pembelajaran Numbered Heads Numbered Heads Together (NHT) terhadap
Together (NHT) siswa yang hasil belajarnya rendah yang
Sumarjito (2011) pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Ibrahim (2000) antara lain
tipe NHT adalah model pembelajaran yang adalah: (1) Rasa harga diri semaking tinggi ;
dikembangkan untuk melibatkan banyak siswa (2) Memperbaiki kehadiran ; (3) penerimaan
dalam menelaah materi yang tercakup dalam terhadap individu menjadi lebih besar ;
suatu pelajaran dan mengukur pemahaman (4)Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil ;
mereka terhadap materi pelajaran tersebut. (5) Konflik antara pribadi berkuran ; (6)
Model NHT diharapkan dapat membuat siswa Pemahaman yang lebih mendalam ; (7)
lebih aktif, semangat dan siswa tidak Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi ; (8) Hasil belajar lebih tinggi
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut belajar secara efisien dan efektif. Kustandi &
ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Sutjipto (2011) menyimpulkan media
Numbered Heads Together: pembelajaran adalah alat yang dapat
Dadang, (2015) kelebihan dan membantu proses belajar mengajar dan
kekurangan medel Numberd Heads Together berfungsi untuk memperjelas makna pesan
yaitu: yang disampaikan, sehingga dapat mencapai
1) Setiap siswa menjadi siap semua ; 2) Dapat tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan
melakukan diskusi dengan sungguh- sempurna.
sungguh ; 3) Siswa yang pandai dapat Dalam proses pembelajaran, media
mengajari siswa yang kurang pandai ; 4) berfungsi sebagai pembawa informasi dari
Melatih siswa untuk bekerjasama dan sumber (guru) menuju penerima (siswa).
menghargai teman. kekurangan metode Manfaat media dalam pembelajaran adalah
Numberd Heads Together (NHT) yaitu: sebagai berikut: memperjelas pesan agar tidak
1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, terlalu verbalistis (banyak kata-kata),
dipanggil lagi oleh guru ; 2) Tidak semua mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga
anggota kelompok dipanggil oleh guru. dan daya indra serta menimbulkan motivasi
Hamdani (2011) mengungkapkan bahwa belajar, berinteraksi secara langsung antara
model kooperatif tipe Numbered Heads peserta didik dan sumber belajar (Daryanto
Together (NHT) ini memiliki kelebihan dan 2011).
kekurangan yaitu sebagai berikut: Buklet adalah media komunikasi
1) Kelebihan Model Kooperatif tipe massa yang bertujuan untuk menyampaikan
Numbered Heads Together (NHT) yaitu: pesan yang bersifat promosi, anjuran,
a) Setiap peserta didik menjadi siap larangan-larangan kepada khalayak massa, dan
belajar ; b) Peserta didik dapat berbentuk cetakan. Bentuk fisiknya
melakukan diskusi dengan sungguh- menyerupai buku yang tipis dan lengkap
sungguh ; c) Peserta didik yang pandai informasinya, yang memudahkan media
dapat mengajari yang kurang pandai. tersebut untuk dibawa. Tampilan buklet
2) Kekurangan Model Kooperatif tipe mengetengahkan tulisan maupun gambar,
Numbered Heads Together (NHT) yaitu: dimana porsi gambar lebih dominan sehingga
a) Kemungkinan nomor yang sudah dapat menarik perhatian (Rakhmawati 2010).
dipanggil dapat dipanggil lagi oleh Dalam bidang perdagangan buklet digunakan
guru ; b) Tidak semua anggota sebagai media promosi. Isinya yang berupa
kelompok yang memiliki nomor yang gambar-gambar dan informasi mengenai
sama terpanggil oleh guru untuk produk yang ditawarkan diharapkan dapat
presentase mewakili kelompoknya. menarik perhatian konsumen. Sama halnya
Untuk meminimalisir kekurangan dalam bidang pendidikan buklet digunakan
tersebut, sebaiknya guru yang lebih kreatif dan dengan tujuan untuk menarik perhatian dan
teliti dalam mengacak nomor agar semua motivasi belajar siswa. Selain itu buklet juga
siswa mempunyai kesempatan untuk berbicara diharapkan dapat mengubah pemahaman siswa
dan menunjukan kemampuan mereka. yang abstrak menjadi lebih konkrit melalui
c. Media Buklet gambar-gambar yang ada dalam buklet
Munadi (2010) mendefinisikan tersebut.
media pembelajaran sebagai segala sesuatu 1.3 Hasil Belajar
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan a. Pengertian Hasil belajar
pesan dari sumber secara terencana sehingga Sudjana (2009) mendefinisikan hasil
tercipta lingkungan belajar yang kondusif belajar siswa pada hakikatnya adalah
dimana penerimanya dapat melakukan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. mempengaruhi proses dan hasil belajar
Menurut Darsono (2000), hasil belajar siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
merupakan perubahan yang berhubungan 1.4 Penelitian Yang Relevan
dengan pengetahuan/kognitif, a. Dian (2010) dalam penelitiannya
keterampilan/psikomotor dan nilai menemukan bahwa adanya peningkatan
sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif hasil belajar siswa dengan Penerapan
dengan lingkungan. Hasil belajar menurut Model Pembelajaran Kooperatif Dengan
Mulyasa (2008), adalah prestasi belajar siswa Teknik Numbered Heads Together (NHT)
secara keseluruhan yang menjadi indikator Disertai Multimedia Di SMP Negeri 1
kompetensi dan derajat perubahan prilaku Sukoharjo pada mata pelajaran biologi”
yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dengan kesimpulan bahwa Pembelajaran
dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian Kooperatif Numbered Heads Together
rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil (NHT) disertai multimedia dapat
belajar siswa yang mengacu pada pengalaman meningkatkan hasil belajar biologi 10,28 %
langsung. pada ranah kognitif, 6,67 % ranah afektif
Penilaian hasil belajar adalah proses dan 6,82 % pada ranah psikomotorik.
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar b. Ebenezer (2016) dalam penelitiannya
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. menemukan bahwa adanya peningkatan
Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif
belajar siswa pada hakikatnya adalah tipe Numbered Heads Together (NHT)
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai siswa kelas iv sd.negeri 1 hajimena
hasil belajar dalam pengertian yang luas kecamatan natar kabupaten lampung
mencakup bidang kognitif, afektif dan selatan dengan kesimpulan yaitu Hasil
psikomotorik (Sudjana, 2012). penelitian menunjukan bahwa penggunaan
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Model Pembelajaran kooperatif tipe
belajar Numbered Heads Together (NHT) dapat
Menurut Arifin (2011) Ada beberapa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
faktor yang dapat mempengaruhi secara siswa. Hal ini dapat dilihat dari
langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa, pada
hasil belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain siklus I mencapai 66% berkategori cukup
sebagai berikut: aktif dan pada siklus II meningkat menjadi
1) Faktor peserta didik yang meliputi 79% berkategori aktif. Ketuntasan hasil
kapasitas dasar, bakat khusus, motivasi, belajar pada siklus I mencapai 68%, dengan
minat, kematangan dan kesiapan, sikap rata-rata nilai adalah 66 berkategori cukup,
dan kebiasaan, dan lain-lain. meningkat menjadi 82% pada akhir siklus II
2) Faktor sarana dan prasarana, baik yang dengan rata-rata nilai adalah 79 berkategori
terkait dengan kualitas, kelengkapan baik.
maupun penggunaanya, seperti guru, 1.5 Kerangka Pikir
metode dan teknik, media, bahan dan Berdasarkan informasi yang
sumber belajar, program dan lain-lain. diperoleh dari guru IPA kelas VIII MTs
Faktor lingkungan, baik fisik, sosial maupun Muhammadiyah Panaikang, guru masih
kultur, dimana kegiatan pembelajaran menggunakan metode ceramah yang biasanya
dilaksanakan. Kultur masyarakat setempat, diselipkan dengan media gambar, namun hasil
hubungan antar insani masyarakat setempat, belajar siswa masih rendah karena model
kondisi fisik lingkungan, hubungan antar pembelajaran yang digunakan masih belum
peserta didik dengan keluarga merupakan menyenangkan dalam pembelajaran IPA.
kondisi lingkungan yang akan
Salah satu model yang bias Buklet, Variabel terikat yaitu: hasil belajar
digunakan adalah model pembelajaran siswa.
kooperatif tipe numbered heads together 2. Definisi Operasional Variabel
(NHT) menggunakan media buklet dapat Definisi operasional variable adalah sebagai
meningkatkan hasil belajar peserta didik. berikut:
Media buklet berperan sebagai alat a. Numbered Heads Together
komunikasih kepada siswa yang bertujuan didefinisikan sebagai model
untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah untuk
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar, menggali daya kreatifitas dan aktifitas
Model (NHT) ini merupakan upaya untuk siswa dalam berfikir dan terus belajar.
memicu kerjasama dan pemahaman siswa Menggunakan model pembelajaran
terhadap pengetahuan yang telah dipelajari dan Numbered Heads Together (NHT)
pembelajaran yang telah diajarkan dalam merupakan model pembelajaran yang
kelas, sehingga melalui model ini siswa mengaitkan permasalahan yang ada
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal dalam materi IPA serta menumbuhkan
inilah yang tidak didapatkan dalam model kreatifitas dan aktifitas siswa untuk
pembelajaran yang digunakan oleh guru ketika berfikir dan memotivasi untuk terus
mengajar. Dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Model
meningkatkan hasil belajar siswa di dalam pembelajaran Numbered Heads Together
kelas terutama pada mata pelajaran IPA. membantu siswa mengembangkan
Peneliti menerapkan model kooperatif tipe keterampilan berfikir dan keterampilan
(NHT) menggunakan media buklet kepada pemecahan masalah, (NHT) memberikan
siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah dorongan kepada peserta didik untuk
Panaikang diukur berdasarkan hasil belajar tidak hanya sekedar berfikir konkrit,
siswa. Diharapkan model pembelajaran tetapi lebih dari itu, berfikir terhadap ide
tersebut dapat meningkatkan Hasil belajar ide yang abstrak dan kompleks. Dengan
siswa terhadap mata pelajaran IPA. kata lain, (NHT) melatih peserta didik
2.METODE PENELITIAN untuk memiliki keterampilan berfikir
A. Jenis Penelitian lebih tinggi dan juga disertai dengan
Jenis penelitian ini adalah penelitian Media Buklet sebagai alat yang
tindakan kelas (classroom action research) digunakan oleh guru untuk membantu
yang melibatkan refleksi berulang dan terdiri dalam menyampaikan penjelasan kepada
dari empat tahapan yaitu perencanaan siswa saat melakukan pembelajaran
(planning), tindakan (action), observasi dalam kelas.
(observing) dan refleksi (reflecting). b. Hasil belajar adalah tercapainya
B. Desain penelitian tujuan pembelajaran bagi siswa setelah
Desain pada penelitian ini adalah mengikuti proses pembelajaran dikelas.
tidak direncanakan. Jadi nilai yang didapatkan siswa setelah
pembelajaran IPA dilaksanakan dilihat
C. Variabel dan Definisi operasional dari hasil tes evaluasi setiap akhir siklus.
variabel D. Subjek Penelitian
1. Variabel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas
Penelitian ini terdiri atas dua variable VIII MTs Muhammadiyah Panaikang tahun
yaitu: Variabel bebas dan Variabel terikat. ajaran 2018/2019 ditujukkan pada table 3.1
Variabel bebas yaitu penerapan model Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII MTs
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Muhammadiyah Panaikang
Heads Together Menggunakan media
Siswa jumlah Indikator keberhasilan dalam PTK ini adalah
:
Laki Laki 10
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Hasil Belajar
Perempuan 20 No Interval Kategori Nilai
Jumlah 30 1 90 – 100 Sangat Tinggi A
Sumber : TU MTs Muhammadiyah 2 80 - 89 Tinggi B
Panaikang 3 70 – 79 Sedang C
E. Tekhnik Pengumpulan Data 4 60 – 69 Rendah D
Teknik pengumpulan data yang 5 0 - 59 Sangat rendah E
digunakan peneliti pada penelitian ini berupa Sumber : Arikunto, 2002
teknik tes evaluasi. Tes yang diberikan pada G. Prosedur Penelitian
penelitian ini berbentuk pilihan ganda Adapun langkah-langkah penelitian
sebanyak 20 soal. tindakan kelas yang dilaksanakan adalah
F. Tekhnik Analisis Data sebagai berikut:
Data-data yang diperoleh melalui 1. Siklus I
alat pengumpulan data tersebut, perlu Rancangan kegiatan yang
dianalisis sesuai dengan tekmik analisis data dilaksanakan pada siklus 1 dilaksanakan dalam
yang digunakan dalam penelitian. Teknik 2 kali pertemuan sebanyak 4 40 menit,
analisis data yang digunakan adalah sebagai terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan
berikut. kegiatan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui ketuntasan a. Perencanaan (planning)
individual maka dapat menggunakan rumus 1) Pada tahap ini adalah menyusun
sebagai berikut: perangkat pembelajaran yang meliputi
Nilai akhir = % silabus, RPP dan media buklet yang
digunakan pada saat melakukan
Kriteria ketuntasan individu dapat dilihat pada penelitian.
tabel 1.1 berikut ini: 2) Mempersiapkan materi pembelajaran
Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Individu yang diajarkan.
Nilai Individu Keterangan 3) Membuat instrumen pengumpulan data,
Tidak Tuntas yaitu Membuat soal evaluasi (pre-test
Tuntas dan post-test) untuk mengetahui
Sumber: MTs Muhammadiyah peningkatan hasil belajar siswa secara
Panaikang kognitif melalui penerapan model
Untuk mengetahui skor rata-rata pembelajaran kooperatif tipe picture
kelas setiap siklus menggunakan rumus and picture.
sebagai berikut: b. Pelaksanaan (action)
Skor rata-rata = Proses tindakan dalam siklus I adalah :
1) Siswa mengerjakan soal tes evaluasi
Ketuntasan klasikal dikatakan telah
sebagai data mengenai kemampuan awal
tercapai apabila nilai siswa memenuhi KKM
siswa.
dengan target pencapaian ideal lebih atau sama
2) Peneliti menjelaskan secara singkat
dengan 70% dari jumlah seluruh siswa dalam
proses pembelajaran yang akan
kelas. Untuk mengetahui ketuntasan secara
dilakukan dengan menggunakan model
klasikal dapat menggunakan rumus sebagai
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
berikut:
Heads Together (NHT).
% KKM =
3) Peneliti memberikan pengenalan materi
yang akan dipelajari terlebih dahulu
dengan bertanya kepada siswa dan 14) Siswa mengerjakan soal Tes evaluasi
menyampaikan tujuan pembelajaran. diakhir setiap siklus.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk c. Pengamatan dan evaluasi
mengaktifkan siswa agar lebih siap Kegiatan yang dilaksanakan pada
dalam menerima pelajaran. tahap ini adalah melakukan evaluasi dari
4) Peneliti mengajak siswa masuk kedalam pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan
kelompok, setiap kelompok dengan penerapan model pembelajaran
beranggotakan 3-5 orang. Kelompok ini kooperatif tipe Numbered Heads Together
berdasarkan karakteristik kemampuan (NHT) yaitu dengan memberikan tes hasil
siswa yang heterogen. belajar yang di lakukan pada akhir tindakan
5) Peneliti memberi nomor kepada setiap siklus I dengan tujuan untuk mengetahui
siswa dalam kelompok dan nama peningkatan hasil belajar siswa..
kelompok yang berbeda. Kelompok d. Refleksi (reflecting)
yang dibentuk adalah kelompok Dalam akhir Siklus I, guru dan siswa
heterogen. mengadakan refleksi. Refleksi bertujuan untuk
6) Setelah itu guru menjelaskan materi mengetahui aktivitas siswa pada proses
yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran dan mengetahui, hasil belajar
pembentukan kelompok, tiap kelompok Siklus I dan untuk menentukan tindakan dalam
harus memiliki buku buklet atau buku siklus II.
panduan agar memudahkan siswa dalam 2. Siklus II
menyelesaikan LKS atau masalah yang Pada tahapan siklus II secara umum
diberikan oleh peneliti. sama halnya dengan kegiatan yang
7) Dalam kerja kelompok setiap siswa dilakukan pada siklus 1.
berpikir bersama untuk menggambarkan a. Perencanaan (planning)
dan meyakinkan bahwa tiap orang 1) Identifikasi masalah dan perumusan
mengetahui jawaban dari pertanyaan masalah berdasarkan hasil dan refleksi
yang telah ada dalam LKS atau pada siklus 1.
pertanyaan yang telah diberikan oleh 2) Peneliti dan guru menggali data hasil
peneliti. refleksi siklus 1 mengenai karakteristik
8) Memanggil nomor anggota atau siswa untuk memetakan kembali
pemberian jawaban. Dalam tahap ini, kelompok baru siswa.
peneliti menyebut satu nomor dan para 3) Kelompok baru beranggotakan 3-5
siswa dari tiap kelompok dengan nomor siswa dengan tetap memperhatikan sifat
yang sama mengangkat tangan dan heterogen pada anggota kelompok.
menyiapkan jawaban kepada siswa di Kelompok ini dibentuk berdasarkan
kelas. hasil evaluasi siklus 1.
9) Siswa yang memiliki nomer sama 4) Menyiapkan seluruh instrumen
membacakan hasil jawabanya di depan pembelajaran dan instrumen
teman sekelasnya. pengumpulan data.
10) Peneliti meminta siswa b. Pelaksanaan (action)
mempresentasikan hasil pembelajaran 1) Peneliti menjelaskan secara singkat
sesuai dengan nomer yang dimilikinya proses pembelajaran yang akan
11) Siswa kelompok lain memberikan dilakukan dengan menerapkan model
pendapat dan komentar pembelajaran kooperatif tipe Numbered
12) Peneliti dan siswa menyimpulkan hasil Heads Together (NHT).
presentasi dari setiap kelompok 2) Peneliti memberikan pengalaman materi
13) Peneliti mengklarifikasikan hasil terlebih dahulu mengenai materi yang
diskusi kelompok siswa. akan dipelajari dengan bertanya kepada
siswa dan menyampaikan tujuan 13) Siswa mengerjakan soal post-test
pembelajaran. Kagiatan ini diakhir setiap siklus.
dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa c. Pengamatan (observing)
agar lebih siap dalam menerima Tahap observasi siklus II, secara
pelajaran. operasional masih sama seperti pada siklus I.
3) Peneliti mengajak siswa masuk kedalam Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari
kelompok yang beranggotakan 3-5 pelaksanaan pembelajaran dari pelaksanaan
orang yang dibentuk berdasarkan tindakan hanya pada ranah kognitif.
karakteristik kemampuan siswa yang d. Refleksi (reflecting)
heterogen. Berdasarkan proses kajian
4) Guru memberi nomor kepada setiap pembelajaran dan hasil belajar dari silklus II.
siswa dalam kelompok dan nama Guru dan siswa mengadakan refleksi bersama
kelompok yang berbeda. Kelompok untuk membahas hasil evaluasi. Refleksi
yang dibentuk adalah kelompok terhadap rencana dan tindakan yang dilakukan
heterogen. dalam proses pembelajaran disimpulkan dan
5) Setelah itu guru menjelaskan materi diharapkan memperoleh hasil yang maksimal.
yang akan dipelajari. Dalam 3.HASIL DAN PEMBAHASAN
pembentukan kelompok, tiap kelompok A. Hasil Penelitian
harus memiliki buku buklet atau buku Hasil belajar IPA kelas VIII MTs
panduan agar memudahkan siswa dalam Muhammadiyah Panaikang setelah dilakukan
menyelesaikan LKS atau masalah yang proses pembelajaran dengan menggunakan
diberikan oleh peneliti. model pembelajaran kooperatif tipe numbered
6) Dalam kerja kelompok setiap siswa heads together (NHT) menggunakan media
berpikir bersama untuk menggambarkan buklet pada siklus I dan II dapat dikategorikan
dan meyakinkan bahwa tiap orang menjadi lima kategori standar seperti pada
mengetahui jawaban dari pertanyaan tabel 4.1 di bawah ini:
yang telah ada dalam LKS atau Tabel 4.1. Kategori Hasil Belajar Siswa
pertanyaan yang telah diberikan oleh Pada Siklus I dan Siklus II
peneliti. Siklus I Siklus II
7) Memanggil nomor anggota atau Interval
Kategori
Nilai Jumlah % Jumlah %
pemberian jawaban. Dalam tahap ini,
siswa siswa
peneliti menyebut satu nomor dan para 90-100 Sangat - - 2 6,66%
siswa dari tiap kelompok dengan nomor Baik
yang sama mengangkat tangan dan 80-89 Baik - - 18 60%
menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas. 70-79 Cukup 7 23,33% 5 16,66%
8) Siswa yang memiliki nomer sama
60-69 Rendah 20 56,67% 5 16,66%
membacakan hasil jawabanya di depan
teman sekelasnya.
0-59 Sangat 3 10% - -
9) Peneliti meminta siswa Rendah
mempresentasikan hasil pembelajaran Tabel 4.1 diatas menunjukkan
sesuai dengan nomer yang dimilikinya. bahwa kategori hasil belajar IPA siswa kelas
10) Siswa kelompok lain memberikan VIII MTs Muhammadiyah Panaikang
pendapat dan komentar mengalami peningkatan dari siklus I ke
11) Peneliti dan siswa menyimpulkan hasil siklus II dimana pada siklus I siswa yang
presentasi dari setiap kelompok tergolong dalam kategori sangat rendah
12) Peneliti mengklarifikasikan hasil adalah 3 orang siswa (10,7%) dan pada
diskusi kelompok siswa.
siklus II tidak ada lagi siswa yang tergolong B. Pembahasan
dalam kategori sangat rendah. Pada siklus I Penelitian ini dilaksanakan di MTs
siswa yang tergolong dalam kategori rendah Muhammadiyah Panaikang Kelas VIII pada
adalah 20 orang siswa (56,67%) dan pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan pada
siklus II menurun menjadi 5 orang siswa observasi awal yang telah dilakukan didapat
(16,66%) yang tergolong dalam kategori informasi proses pembelajaran masih
rendah. Kategori Cukup. pada siklus I siswa cenderung pasif, seperti kurangnya keinginan
tergolong dalam kategori cukup adalah 7 siswa untuk bertanya kurangnya komunikasi
orang siswa (23,33%) dan pada siklus II dengan guru maupun teman dan hasil belajar
menjadi 5 orang siswa (16,66%). Pada siklus siswa masih tergolong proses pembelajaran
I siswa yang tergolong dalam kategori baik yang cenderung monoton, maka diperlukan
adalah (0%) dan pada siklus II meningkat adanya variasi dalam penggunaan model
menjadi 18 orang siswa (60%). Pada siklus I pembelajaran agar bisa mendorong siswa
siswa yang tergolong dalam kategori sangat untuk lebih berperan aktif di kelas. Model
baik adalah 0% dan meningkat menjadi 2 yang diterapkan untuk mengatasi
orang siswa (6,66%) pada siklus II. Hasil permasalahan tersebut yaitu model
belajar IPA siswa tersebut kemudian pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
dikelompokkan berdasarkan kriteria Together (NHT).
ketuntasan minimum belajar IPA (KKM Numbered Heads Together adalah
IPA). Mengenai kategori ketuntasan model pembelajaran yang lebih
minimal IPA siswa pada siklus I dan II dapat memungkinkan siswa lebih aktif dan
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini : bertanggung jawab serta mendorong siswa
Tabel 4.2. Kategori Ketuntasan untuk berfikir dalam suatu tim dan berani
Belajar Minimal Siswa Pada Siklus I dan tampil mandiri.
siklus II Hasil belajar siswa pada penelitian ini
Nilai Siklus I Siklus II didapat dari tes evaluasi setelah melakukan
Hasi Jumlah Persen Jumla Pers pembelajaran. Hasil dari kedua siklus
Kateg
l Siswa tase h enta
Bela
ori
(%) siswa se
tersebut digunakan untuk mengetahui
jar (%) peningkatan hasil belajar siswa dengan
≥70 Tunta 7 23% 25 menerapkan model pembelajaran Numbered
s 83% Heads Together (NHT) siswa kelas VIII
˂70 Tidak 23 77% 5 17%
MTs Muhammadiyah Panaikang.
Tunta
s Berdasarkan hasil analisis data tes
Berdasarkan tabel di atas dapat evaluasi hasil belajar menunjukkan bahwa
diketahui pada siklus I belum mencapai pada siklus I diperoleh 23 orang siswa atau
ketuntasan klasikal, dari tes evaluasi yang 77% yang tidak tuntas dan sebanyak 7 orang
dilakukan hanya terdapat 7 orang siswa siswa atau 23% yang tuntas. Dari hasil tes
(23%) yang tuntas dan 23 orang siswa (77%)
yang diperoleh ketuntasan siswa belum
yang tidak tuntas. Kemudian pada siklus II
mengalami peningkatan dimana terdapat 25 maksimal karena belum mencapai indikator
orang siswa (83%) siswa yang tuntas dan 5 keberhasilan yang ditentukan. Hal tersebut
orang siswa (17%) yang tidak tuntas. terjadi karena beberapa kendala, yaitu belum
Gambar 4.1 diagram perbandingan siklus I terbiasa dengan model yang diterapkan
dan siklus II peneliti, peneliti belum menggunakan waktu
50 ≥70 Tuntas secara efisien dan belum menguasai kelas
dengan baik dan juga, perhatian siswa belum
Per…

Per…
Ju…
Ju…

0
˂70 Tidak seutuhnya tertuju dalam kegiatan
Siklus ISiklus II Tuntas pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi
tersebut, maka peneliti melanjutkan ke
siklus II den gan melakukan beberapa dengan teknik NHT (Numbered Heads
perbaikan pada proses pembelajaran siklus I. Together) disertai multimedia dapat
Setelah dilakukan proses pembelajaran pada meningkatkan hasil belajar biologi pada
siklus II dengan melakukan perbaikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
tindakan, hasil belajar siswa kelas VIII kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo.
mengalami peningkatan. Hasil yang 4.KESIMPULAN DAN SARAN
diperoleh sebanyak 5 orang siswa atau 17% A. Kesimpulan
siswa yang tidak tuntas dan yang tuntas Berdasarkan hasil penelitian yang
sebanyak 25 orang siswa atau 83%. telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah
penelitian ini berakhir pada siklus II. Hal ini penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
dikarenakan ketuntasan belajar siswa telah numbered Heads Together ( NHT )
tercapai ketuntasan klasikal yaitu sebesar menggunakan media buklet di kelas VIII MTs
70%. Muhammadiyah Panaikang.
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I B. Saran
ke siklus II disebabkan karena beberapa Berdasarkan kesimpulan dari hasil
faktor yaitu, yang pertama siswa tidak takut penelitian yang diperoleh dalam pelaksanaan
lagi untuk bertanya hal ini didukung oleh tindakan kelas dalam meningkatkan hasil
hasil penelitian Khaerani (2016), yang belajar siswa pada mata pelajaran sturktur dan
menyatakan mahasiswa lebih berani untuk fungsi jaringan pada tumbuhan di MTs
bertanya dan menjawab pertanyaan yang Muhammadiyah Panaikang maka penelitian
dibuat oleh mahasiswa lain, yang kedua menyarankan bagi:
siswa mengalami penguatan yang berulang 1. Model pembelajaran kooperatif tipe
hal ini didukung oleh hasil penelitian Afifah numbered Heads Together ( NHT )
(2017), yang menyatakan siswa mengalami dapat diterapkan pada materi lain dan
proses pembelajaran yang berulang-ulang dengan media lain.
dimana peserta didik mendapatkan 2. Model pembelajaran kooperatif tipe
penjelasan materi, pembuatan LPP I, numbered Heads Together ( NHT )
pembahasan LPP II, diskusi kelompok, dapat dijadikan alternatif model
presentasi di depan kelas, dan yang ketiga pembelajaran ipa untuk meningkatkan
siswa akan menguasai materi yang diajarkan hasil belajar siswa.
hal ini didukung oleh hasil penelitian Sri 3. Perlu persiapan yang lebih baik dalam
A.W (2018), yang menyatakan jika terdapat menerapkan model pembelajaran
kekeliruan atau salah maka siswa akan kooperatif tipe numbered Heads
menjelaskan secara detail jawaban dari soal Together ( NHT ) agar diperoleh hasil
tersebut, hal ini yang menyebabkan setiap yang optimal sesuai dengan apa yang
kelompok harus menguasai materi yang diharapkan.
dijadikan acuan dalam pembuatan soal atau DAFTAR PUSTAKA
pun dalam mengerjakan soal yang diberikan Dadang, 2015. Penerapan Model
oleh kelompok lain. Pembelajaran Kooperatif Tipe
Berpijak dari uraian pembahasan di atas Numbered Heads untuk meningkatkan
peneliti dapat menyimpulkan bahwa model hasil belajar IPS siswa kelas V MI
pembelajaran Problem Posing dapat Miftahul Huda Bacem Sutojayan
meningkatkan hasil belajar Ipa siswa Blitar .
kelasVIII MTs Muhammadiyah Panaikang.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Darsono, M. 2000. Belajar dan
Dian Ratih (2010), yang menyatakan bahwa Pembelajaran. Semarang : IKIP
dengan penerapan pembelajaran kooperatif
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. (Skripsi). Semarang: Universitas
Bandung: Satu Nusa. Negeri Semarang.
Dian, 2010. Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Dengan Tekhnik NHT Ratumanan. 2015. Inovasi Pembelajaran.
(Numbered Head Together) Disertai Yogyakarta: Ombak
Multimedia Untuk Menimgkatkan
Hasil Belajar Biologi Di SMP Negeri Rochmayatun, 2017 Pengaruh Penggunaan
1 Sukoharjo. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT (Numbered Heads Together)
Ebenezer, 2016 Peningkatan aktivitas dan Berbasis Media Tebak Gambar
hasil belajar IPA dengan penerapan Terhadap hasil belajar siswa kelas XI
model Pembelajaran kooperatif tipe materi Sistem Ekskresi Di Man
numbered heads together (NHT) Kendal.
siswaKelas IV SD.Negeri 1 Hajimena
Kecamatan Natar Kabupaten Rusman.2011. Model-Model Pembelajaran:
LampungSelatan. Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Jakarta Rajawali Press.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia Saptono S. 2009. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Semarang: Universitas
Ibrahim.M. dkk.2000. Pembelajaran Negeri Semarang
kooperatif.Surabaya : UNESA.
Setyaningsih., 2017Penerapan Model
Isjoni. 2012. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and
Pembelajaran Kelompok, Bandung: Picture Untuk Meningkatkan Motivasi
Alfabeta dan Hasil Belajar Siswa Kelas
X PMIIA 2 SMA Xaaverius
Komalasari, K. 2010. Pembalajaran Kontekstual: Pringsewu Pada Materi
Konsep dan Aplikasi, Keanekaragaman Hayati.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Slavin RE. 2009. Cooperative Learning
Kustandi, C. & Sutjipto, B. 2011. Media Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Pembelajaran: Manual dan Digital. Media
Bogor: Ghalia Indonesia
Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses
Mulyasa, E. 2008. Menciptakan Pembelajaran Belajar Mengajar (Cet. XV).
Kreatif dan Menyenangkan. PT. Remaja Bandng: PT Remaja Rosdakarya
Rosdakarya : Bandung
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran: Belajar Mengajar. Remaja
Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Rosdakarya. Bandung.
Gaung Persada (GP) Press.
Sumarjito. 2011. Penggunaan model
Rakhmawati F. 2010. Penerapan pendekatan pembelajaran NHT untuk meningkatkan
jas pada pembelajaran klasifikasi hasil belajar biologi kelas xi IPA
tumbuhan berbantuan media buklet di SMA Islam 1 Prambanan tahun
SMP Negeri 1 Talang Kab Tegal pelajaran 2009/2010. Bioedukasi 2
(1): 1-6.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning:
Teori dan Aplikasi Paikem.

Suryani, dkk. 2012. Strategi Belajar


Mengajar. Yogyakarta: Ombak

Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran


Inovatif Berorientasi Konstruktifistik:
Konsep Landasan Teoritis, Praktis
dan Implementasinya, Jakarta:
Tim Prestasi Pustaka.

Viyanti, dkk. 2016. Analisis Tes


Argumentasi Materi Terapung dan
Tenggelam. E-
jurnal.ac.id/Index.php/Jpfk/article.Vie
w/700.
Zaenal. A 2011. Evaluasi Pembelajaran
Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai