Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Air menutupi

hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil 3) tersedia

di bumi. Fungsi air tidak dapat di gantikan oleh senyawa lain karena hampir

semua kegiatan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri

(mandi), menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas

lainnya. Indonesia merupakan wilayah dengan luas laut 2/3 dari luas daratan dan

memiliki banyak ekosistem air tawar, danau, sungai, rawa, dan waduk yang sangat

diperlukan bagi kehidupan organisme. Ekosistem perairan sangat diperlukan bagi

kehidupan organisme.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan

dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air dalam hal analisis

kualitas air mencakup keadaan fisika, kimia dan biologi yang mempegaruhi

ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan

pemanfaatan air lainnya (Asdak 1995).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah

pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O 2 terlarut, CO2

bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas), sedangkan yang kedua adalah

pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos)

(Sihotang 2006).
2

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melihat dan

mengamati serta mengetahui bagaimana keadaan perairan waduk Fakultas

Perikanan dengan melakukan berbagai penelitian, sehingga mahasiswa dapat

mengetahui kategori-kategori perairan yang masih baik atau perairan yang sudah

tercemar, baik ditinjau dari parameter fisika dan kimia.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah setiap mahasiswa dapat mengetahui

parameter fisika dan kimia kualitas air serta bagaimana cara pengukuran

parameter-parameter tersebut dan juga mahasiswa dapat langsung terjun

kelapangan serta dapat langsung melihat atau mempraktekan bagaimana cara

meneliti perairan sehingga dapat diketahui apakah perairan tersebut masih layak

atau sudah tercemar.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas air adalah suatu kondisi kualitatif air yang diukur atau diuji

berdasarkan parameter dan metode tertentu sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Keputusan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun

2003).

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan parameter

fisika dan kimia.

2.1. Parameter Fisika

2.1.1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses kehidupan dan penyerapan organisme. Suhu air dipengaruhi oleh kondisi

meteorologi yaitu curah hujan, penguapan, kelembapan udara, suhu udara,

kecepatan angin, dan radiasi matahari.

Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air.

Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat

menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila

peningkatan suhu sampai ekstrim (Kordi dan Andi, 2009). Dalam pengukuran

suhu, alat yang digunakan adalah Thermometer.

2.1.2. Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran

cahaya matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan Pinggan

secchi (Secchi disk). Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat
4

tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton

diperairan bergantung pada intensitas cahaya didalam air.

Masuknya cahaya matahari kedalam air juga dipengaruhi oleh kekeruhan

air yaitu, menggambarkan tentang sifat optic yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

di perairan. Kekeruhan dapat diukur dengan menggunakan Turbidimeter.

2.1.4. Kedalaman

Kedalaman adalah parameter fisika yang mendasar dan berpengaruh pada

aspek lainnya seperti kecerahan, suhu dan kelarutan oksigen. Kedalaman dalam

suatu ekosistem perairan dapat bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain.

Kedalaman ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman

dari suatu perairan, semakin dalam suatu perairan tersebut maka insensitas cahaya

matahari yang masuk semakin berkurang. Petrasi cahaya seringkali dihalangi oleh

zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis (Kurniawan, 2013).

Kedalaman perairan dapat diukur dengan menggunakan tongkat skala

yang dimasukkan ke dalam perairan hingga sampai ke dasar perairan. Selain

menggunakan tongkat skala, kedalaman juga dapat diukur dengan menggunakan

tali pemberat.

2.2. Parameter Kimia

2.2.1. pH

pH merupakan suatu indeks konsentrasi ion hydrogen dan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat


5

dipergunakan sebagai petunjuk aik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan

hidup (Siregar et al, dalam Apriyani,2010).

pH air mempengaruhi tingkat tingkat kesuburan perairan karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah

dapat menimbulkan hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi)

kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada

suasana basa.

Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH

yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan

respirasi. Selain itu juga akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam

yang bersifat toksisemakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan

hidup organisme aquatik. pH dapat diukur menggunakan kertas pH (indicator pH)

dan pH meter.

2.2.2. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus terlarut

dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila

ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi biota budidaya, segala aktifitas

biota akan terhambat. Rendahnya kadar oksigen dapat berpengaruh pada fungsi

bilogis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya biota akuatik antara 5-7 ppm

(Kordi, 2012).
6

Oksigen terlarut (DO = Disolved Oxygen) adalah jumlah gas oksigen yang

terlarut dalam air yang berasal dari hasil fotosintesa oleh phytoplankton atau

tanaman air lainnya atau difusi dari udara.

Konsentrasi oksigen cendrung mengalami penurunan seiring dengan

bertambahnya kedalaman karena suplai oksigen dari proses fotosintesis dan difusi

menurun (Adiwilaga et al., 2009).

2.2.3. Karbon Dioksida Bebas (CO2)

Karbondioksida bebas (CO2 bebas) merupakan gas yang dibutuhkan oleh

tumbuhan-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan proses

fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan

organisme air, konsentrasi karbondioksia yang baik tidak lebih dari 22 ppm dan

tidak kurang dari 10 ppm (Kordi et al., 2009).

Karbondioksida bebas yang terdapat dalam perairan merupakan hasil

difusi CO2 dari udara dan hasil dari respirasi organisme akuatik. Sedangkan di

dalam perairan diperoleh dari hasil dekomposisi. Kebanyakan spesies dari biota

akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan CO 2 bebasnya

60 mg/l.
7

III. METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilakukan pada tanggal 01 Maret 2018 pukul 9.30 sampai

13.00 WIB. Dan lokasi pratikum lapangan dilaksanakan di waduk Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sedangkan analisis sampel dilaksanakan di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kualitas air antara lain :

Tabel.1. Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Termometer raksa 1. Air sampel
2. Secchi disk 2. MnSO4
3. Botol BOD 3. H2SO4 pekat
4. Tabung Erlenmeyer 4. NaOH+KI
5. Indikator pH 5. Na- Thiosulfat (N2S2O3)
6. Kertas pH 6. Penolphtalein
7. Pipet tetes 7. Natrium Karbonat (Na2CO3.)
8. Meteran 8. Amylum

3.3. Prosedur praktikum

3.3.1. Parameter Fisika

3.3.1.1. Suhu
8

Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan thermometer

kedalam perairan. Thermometer diikat pada bagian pangkal kemudian digantung

pada permukaan perairan beberapa menit dan suhu dibaca setelah thermometer

menunjukkan angka konstan.

3.3.1.2. Kecerahan

Pengukuran kecerahan pada suatu perairan dilakukan dengan

menggunakan Secchi disk. Caranya yaitu dengan munurunkan Secchi disk

kedalam perairan sampai tidak kelihatan, kemudian dicatat berapa jarak dari

permukaan perairan sampai pinggan Secchi disk tidak terliht dikurang jarak mata

peneliti dengan permukaan perairan, ini dinamakan jarak hilang. Selanjutnya

Secchi disk ditarik sampai Secchi disk kelihatan dan ukur jaraknya, ini dinamakan

jarak tampak. Kemudian nilai nilai dari jarak tersebut dimasukan kedalam rumus

berikut ini:

jarakhilang ( cm ) + jaraktampak (cm)


kecerahan air ( cm )=
2

3.3.1.3. Kedalaman

Pengukuran kedalaman suatu perairan menggunakan tongkat skala.

Pertama-tama siapkan tongkat skala, kemudian masukkan tongkat skala tersebut

ke dalam perairan hingga ujung tongkat yang dimasukan ke dalam air sampai ke

dasar perairan. Selanjutnya, amati permukaan perairan yang menunjukkan skala

batas kedalaman perairan yang akan diamati. Setelah itu, angkat tongkat skala dari

perairan kemudian catat hasilnya.

3.3.2. Parameter Kimia


9

3.3.2.1. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH. Pertama,

ambil pH peper dan celupkan kedalam perairan. Kemudian, angkat pH peper dan

cocokkan dengan warna pada kotak standart, lalu catat hasilnya.

3.3.2.2. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) dapat ditentukan dengan dua

cara, yaitu dengan cara titrasi (Modifikasi Winkler) dan dengan penggunaan alat

ukur digital yang disebut DO-meter.

Dalam pratikum ini cara yang digunakan adalah cara titrasi, dengan

langkah awal mengambil air sampel menggunakan botol BOD dan hindari

terjadinya bubling. Kemudian tambahkan larutan MnSO4 sebanyak 1 ml,

selanjutnya tambahkan larutan NaOH+KI sebanyak 1 ml yang berguna untuk

membentuk endapan dan warnanya menjadi coklat. Setelah endapan terbentuk

tambahkan H2SO4 pekat 1ml sampai endapan menghilang. Lalu goncang atau

homogenkan sampai endapan benar-benar hilang dan air berubah warna menjadi

warna kuning teh. Tuangkan 60 ml air ke dalam tabung erlenmayer kemudian

tetesi 2 larutan amilum sehingga warna air berubah menjadi biru dongker. Setelah

itu titrasikan dengan Na-thiosulfat (N2S2O3) sampai warna air berubah menjadi

putih jernih. Catat volume (ml) N2S2O3 yang digunakan dalam melakukan titrasi.

Dan untuk mengetahui oksigen terlarut diperairan tersebut,masukan volume

tersebut kedalam rumus berikut ini:

a × N ×8 ×1000
OT ¿
V
10

Keterangan:

OT : Oksigen terlarut

a : Oolume titrasi Na-thiosulfat (ml)

N : Normalitas larutan thiosulfat (0,025 N)

V : Volume tabung Erlenmeyer

3.3.2.3. Karbondioksida Bebas (CO2 bebas)

Prosedur pengukuran karbodioksida dimulai dari pengambilan air sampel

dan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terhidar dari bubling. Kemudian

tuangkan 60 ml air sampel ke dalam tabung erlemeyer dengan hati-hati, sedapat

mungkin kurangi pengaruh aerasi. Tambahkan 2 tetes indikator pnolpthealin, jika

berwarna pink berarti tidak ada CO2, jika tidak berwarna berarti ada CO2, dan

lanjutkan ke prosedur berikutnya. Yakni, titrasi segera dengan Na 2CO3 0,0454 N

sampai warna pink stabil. Kemudian, hitung dengan rumus berikut ini:

A × N × 22× 1000
CO2¿
V

Keterangan:

A : Volume Titrasi Na2CO3 yang terpakai (ml)

N : Normalitas larutan (0,0454 N)

V : Volume sampel di Erlenmeyer

3.4. Analisis Data

Data hasil pengukuran kualitas air di waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan dapat ditabulasikan dalam bentuk grafik atau gambar, kemudian di

analisa secara deskriptif dan selanjutnya dibahas berdasarkan literature yang ada
11

dan berkaitan dengan judul praktikum, sehingga dapat diambil kesimpulan tentang

“Pengukuran Kualitas Air Di Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Ditinjau Dari Parameter Fisika dan Kimia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air

Berdasarkan hasil pengamatan langsung saat pratikum lapangan,

diperoleh hasil dan kondisi lapangan seperti di tabelberikut ini:


12

Tabel.2. Parameter Kualitas Air di Lapangan

No. Parameter kualitas air Satuan Nilai


Fisika :
1. Suhu °C 29°C
2. Kecerahan Cm 65 Cm
3. Kedalaman air Meter 0.9 Meter
Kimia:
4. pH - 6
5. Oksigen terlarut Mg/l 10,714 Mg/l
6. Karbondioksida bebas Mg/l 29.964 Mg/l

Tabel.3. Kondisi Umum di Lapangan Selama Pratikum

No Kondisi Keterangan

.
1. Iklim/cuaca Cerah
2. Warna air Bening
3. Bau Tidak berbau
4. Rasa Tawar
5. Aktivitas Pengukuran Kualitas Air

4.2. Pembahasan

4.2.1. Parameter Fisika

4.2.1.1. Suhu

Suhu yang diperoleh saat melakukan pengukuran dengan menggunakan

termometer raksa di waduk FAPERIKA adalah berkisar 29 0C. Perairan kolam ini

mempunyai suhu yang termasuk stabil, untuk biota akuatik hidup.

4.2.1.2. Kecerahan

Saat dilokasi jarak hilang yang kami ukur adalah 75 cm, ditambah jarak

tampak 55 cm, kemudian dibagi dua. Sehingga kecerahan yang kami dapatkan
13

adalah 65 cm. Hal ini menjelaskan bahwa penetrasi cahaya matahari yang masuk

kedalam perairan waduk FAPERIKA berkisaran 65 cm.

4.2.1.3. Kedalaman

Kedalaman perairan waduk FAPERIKA yang kami ukur adalah sedalam

90 cm atau 0,9 meter. Dari pengukuran kedalaman dapat kita simpulkan bahwa

perairan ini masih tergolong kedalam perairan dangkal sehingga penetrasi cahaya

matahari masih kuat hingga kedasar perairan.

4.2.2. Parameter Kimia

4.2.2.1. pH

pH yang kami peroleh pada saat melakukan praktikum lapangan adalah

berkisar 6. Ini menyatakan bahwa perairan ini masih tergolong baik untuk

kehidupan ikan dan organisme-organisme yang ada di sekitas kolam tersebut.

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Pada pH rendah

( keasaman yang tinggi ) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang

sebaliknya menjadi pada suasana basa . pH perairan mempengaruhi daya tahan

organisme, dimana nilai pH perairan yang rendah akan menyebabkan penyerapan

oksigen oleh organisme akan terganggu. pH perairan yang mendukung kehidupan

organisme adalah 5-9. Apabila kurang dari itu organisme perairan dapat

mengalami kematian.

4.2.2.2. Oksigen Terlarut (DO)


14

Ketika melakukan pengukuran oksigen terlarut, volume titrasi N 2S2O3

yang kami peroleh adalah 3 ml dan dimasukan kerumus OT sehingga oksigen

terlarut yang kami peroleh adalah 10,714 Mg/l. Oksigen ini berasal dari difusi dari

udara dan hasil dari fotosintesa tumbuhan air yang ada disekitar perairan.

4.2.2.3. Karbondioksida Bebas (CO2)

Saat pratikum lapangan, volume titrasi NaCO3 yang kami peroleh adalah

1,8 ml dan dimasukan kedalam rumus CO 2 sehingga karbondioksida yang kami

peroleh adalah bernilai 29.964 Mg/l. Karbondioksida ini dibutuhkan oleh

tumbuhan air untuk proses fotosintesa. Dimana hasil fotosintesa dari tumbuhan air

tersebut akan menghasilkan oksigen yang berguna bagi biota akuatik lainnya.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pratikum yang diperoleh dapat diketahui kualitas perairan

waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan termasuk baik diparameter fisika

dan kimianya. Hal ini dikarenakan suhu nya menunjukan temperatur yang cukup

baik untuk pertumbuhan biota akuatik, kecerahannya juga baik karena cahaya

matahari bisa tembus sedalam 65 cm, pH yang terkadung di dalam air juga tidak
15

terlalu asam, memiliki oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan biota

akuatik dan karbondioksida bebas yang baik juga.

5.2. Saran

Sebaiknya kualitas perairan yang ada di waduk ini terus dijaga, sehingga

ekosistem perairan yang ada disekitar kolam tidak terganggu dan tetap stabil.

Penulis menyadari sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses belajar

menulis laporan, bahwa laporan sederhana ini masih banyak terdapat kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis secara terbuka menerima

saran yang membangun yang diharapkan dapat memperbaiki laporan pratikum ini

agar menjadi lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Sihotang, C. dan Efwani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115. 2003. Pedoman Penentuan


Status Mutu Air. Jakarta. 15 halaman.

Kurniawan. 2013. Analisis Kualitas Air Dilihat dari Total Suspended Solid (TSS)
di Perairan Pahawang Lampung. Jurnal Praktek Laut Universitas Sriwijaya.
16

Kordi, 2012. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Kordi, M.G. dan Andi, B.T. 2009. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
perairan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

LAMPIRAN

1) Alat dan Bahan


17

MnSO4, NaOH+KI, Amilum, H2SO4, N2S2O3 pp dan Na2CO3

Botol BOD Termometer

Indikator pH Secchi disk

2) Kegiatan praktikum
18

3) Perhitungan

a.Kecerahan

jarakhilang ( cm ) + jaraktampak (cm)


kecerahan air ( cm )=
2

75+55
=
2

= 65

b. Oksigen Terlarut

a × N ×8 ×1000
OT ¿
V −4

3× o , o 25 ×8 × 1000
OT ¿ = 10,714 Mg/l
60−4
19

c. Karbon dioksida bebas

A × N × 22× 1000
CO2¿
V

1,8× 0,0454 ×22 ×1000


CO2¿ =29.964 Mg/l
60

Anda mungkin juga menyukai