GARUT
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak
menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia
pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%). (Mansjoer, Arif 1999).
Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang sedang berkembang
karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersing yang dapat diminum. tetapi lebih sering
bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada
orang-orang serumah. Demam thypoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada
anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam thypoid pada wanita dan
pria. Diagnose dari pelubangan penyakiit thypoid dapat sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan
atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada
manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene
personal yang buruk. Salah satu contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996
sampai dengan 2000.
Dalam lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah, Tenggara dan
hampir seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat sekitar 33 juta kasus dari demam typoid dan
menyebabkan lebih dari 500.000 kematian.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian demam typhoid?
2. Bagaimana etiologi demam typhoid?
3. Bagaimana anatomi fisiologi urgan-organ pencernaan?
4. Bagaimana patofisiologi demam typhoid?
5. Bagaimana pengkajian keperawatan pada kasus demam typohoid?
6. Bagimana diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid?
1.3 Tujuan penulisan
1. Ingin mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi demam typhoid
2. Ingin mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus demam typhoid
3. Ingin mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
4. ingin mengetahui asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan masalah. Sedangkan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat ruangan.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan selain itu dengan
melakukan searching di internet.
1.5 Sistemarika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, pengkajian
keperawatan, diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan.
BAB III
Tinjauan Kasus, berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan dan
catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
`
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella
para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun
sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2.2 Etiologi
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai
sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
antigen H(flagella)
antigen V1 dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
3. salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
2.3 Anatomi Fisiologi
1. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
2. usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini
memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu. Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ
ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang
terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
7. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut
apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
8. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
– BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.4 Patofisiologi
Menurut (Suriadi, 2001) :
a) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili
usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula
endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya.
b) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan kuman ke
dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke
beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
c) Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat
terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan
sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
d) Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus.
2.5 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan
demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita
penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak
enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya
7. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang
dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
j) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang
berlebihan (diare/muntah).
2.7 Perencanaan Tindakan Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu
tubuh.
b. Turgor kulit membaik
Intervensi Rasionalisasi
a. Berikan penjelasan a. agar klien dan keluarga mengetahui
kepada klien dan keluarga sebab dari peningkatan suhu dan
tentang peningkatan suhu membantu mengurangi kecemasan
tubuh yang timbul.
b. Anjurkan klien b. untuk menjaga agar klien merasa
menggunakan pakaian nyaman, pakaian tipis akan membantu
tipis dan menyerap mengurangi penguapan tubuh.
keringat c. agar klien merasa tenang dan udara di
c. Batasi pengunjung dalam ruangan tidak terasa panas.
d. Observasi TTV tiap 4 jamd. tanda-tanda vital merupakan acuan
sekali untuk mengetahui keadaan umum
e. 2,5 liter / 24 pasien
jam Anjurkan pasien e. peningkatan suhu tubuh
untuk banyak minum, mengakibatkan penguapan tubuh
minum meningkat sehingga perlu diimbangi
f. Memberikan kompres dengan asupan cairan yang banyak
dingin f. untuk membantu menurunkan suhu
g. kolaborasi dengan dokter tubuh
dalam pemberian tx g. antibiotik untuk mengurangi infeksi
antibiotik dan antipiretik dan antipiretik untuk menurangi
panas.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi Rasionalisasi
a. Jelaskan pada klien dana. untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang manfaat klien tentang nutrisi sehingga motivasi
makanan/nutrisi. untuk makan meningkat.
b. Timbang berat badanb. untuk mengetahui peningkatan dan
klien setiap 2 hari. penurunan berat badan.
c. Beri makanan dalamc. untuk meningkatkan asupan makanan
porsi kecil dan frekuensi karena mudah ditelan.
sering. d. untuk menghindari mual dan muntah.
d. Beri nutrisi dengan diet Kolaborasi dengan dokter untuk
lembek, tidak pemberian antasida dan nutrisi
mengandung banyak serat, parenteral.
tidak merangsang, maupun
menimbulkan banyak gase. mengurangi rasa mual dan muntah.
dan dihidangkan saat Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama
masih hangat jika kebutuhan nutrisi per oral sangat
e. kurang.
e.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan
(diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi Rasionalisasi
a. Berikan penjelasan tentanga. untuk mempermudah
pentingnya kebutuhan cairan pemberian cairan (minum) pada
pada pasien dan keluarga. pasien.
b. Observasi pemasukan danb. untuk mengetahui
pengeluaran cairan. keseimbangan cairan.
c. 2,5 liter / 24 jam. Anjurkanc. untuk pemenuhan kebutuhan
pasien untuk banyak minum cairan.
d. Observasi kelancaran tetesand. untuk pemenuhan kebutuhan
infuse. cairan dan mencegah adanya
e. Kolaborasi dengan dokter odem.
untuk terapi cairan (oral e. / untuk pemenuhan kebutuhan
parenteral). cairan yang tidak terpenuhi
(secara parenteral).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Tn.A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-Garut
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Sunda
Status : Menikah
Tanggal masuk : 20 November 2014
Tanggal Pengkajian : 24 November 2014
No CM : 719972
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual, pusing, lesu, susah BAB
dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh menggigil pada malam hari yang disertai
keringat dingin, sehingga klien dibawa ke dokter terdekat, lalu dirujuk ke RSU dr SLAMET GARUT.
Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-5. Nyeri dirasakan pada daerah
abdomen sebelah kiri bawah, rasa nyeri tidak terjadi penyebaran. Nyeri dirasakan saat klien bergerak ddan
pada saat ditekan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit seperti di derita saat ini,
namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. Ddan biasanya klien hanya
mengeluh pusing dan demam yang biasanya di obati dengan obat dari warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya belum pernah mengalami
penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah mengalami penyakit yang berat, seperti Diabete
mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Penampilan umum : Klien tampak lemah
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/60 mmHg
Nadi : 65 kali/menit
Respirasi : 21 kali/menit
Suhu : 36.3’c
c. Inteugumen
1) Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut
Distribusi : Hitam
Kuantitas : Merata
Tekstur : Tipis
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Lesi : Tidak ada lesi
2) Kulit
Warna : Kuning langsat
Kelembaban : Lembab
Tekstur : Halus
: Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu < 2 detik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
3) Kuku
Warna dasar : Transparan
Tekstur : Halus
Bentuk : Cembung
Kebersihan : Bersih, tidak tapak adanya kotoran
: Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik
d. Kepala
Kebersihan : simetris
Bentuk : Lonjong, Oval
Kondisi : tidak terdapatbenjolan
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
e. Mata
1) Alis mata
Kesimetrisan : simetris antara alis kiri dan alis kanan
Warna : Hitam
Distribusi bulu : Merata
Benjolan : Tidak terdapat benjolan
Nyeri : Tidak ada nyeri
2) Kelopak mata dan bulu mata
Kesimetrisan : selaras antara kelopak mata kiri dan kanan
Warna kelopak mata : sama dengan kulit sekitar
Distribusi bulu mata : merata
Warna bulu mata : Hitam, melengkung ke atas
Keadaan : Tidak terdapat edema
3) Bola mata
Konjuntiva : Merah muda
Sclera : Putih
Kornea : Jernih
4) Pupil
Bentuk : Isokor
il terhadap cahaya : Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil mengecil dan melebar saat cahaya dijauhkan
nea : Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata, mata langsung berkedip
Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm dengan
cara membaca koran
Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas melihat telunjuk
perawat
7) Gerakan ekstra okuler mata : Baik, klien dapat mengikuti araj telunjuk perawat
f. Telinga
Posisi : simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
tekstur : Halus
dengaran :Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan menjawab pertanyaan perawat dengan baik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya serumen
g. Hidung
Bentuk : simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung : tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
ciuman : Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau minyak kayu putih
h. Mulut
1) Bibir
Warna : Merah muda
Tekstur : Halus
Kelembaban : Lembab
Keadaan : Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
2) Gigi
Warna : Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi : 30 buah
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Keadaan : tidak tampak adanya carries gigi
3) Lidah
Warna : merah muda
Tekstur : Halus
Pergerakan : Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan : Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis dan pahit
i. Leher
Warna : Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan : simetris antara kedua bahu
Pergerakan : Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP : Ada peninggian JVP
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid : saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan : Bersih
j. Dada
Posisi : simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung : Reguler
Bunyi paru-paru : Vasikuler
Kebersihan : Bersih
k. Abdomen
Warna : Sama dengan kulit tubuh
Tekstur : Halus
: Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan
Skala : skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan : Bersih
l. Genetalia tidak terkaji
m. Ekstremitas
:Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri dapat digerakan ke
segala arah
: Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah
4. Pola aktivitas
N Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
o
1. Pola nutrisi
a. Makan
Frekwansi 3 kali / hari 2kali / hari
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur- Bubur nasi, lauk pauk,
Porsi sayuran sayuran
Cara 1 porsi ½ porsi
b. Muinum
Frekwensi Mandiri Dibantu
Jenis
cara
Kurag lebih 1400 Kurang lebih 800
ml/hari ml/hari
Air putih, teh, susu Air putih
mandiri dibantu
2. Pola eliminasi
a. BAB
Frekwensi 1 kali/ hari Belum BAB 6 hari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning khas feses Kuning khas feses
Bau Khas fese Khas feses
Cara mandiri Dibantu
b. BAK
Frekwensi
Warna kurang lebih 1000 Kurang lebih 700
Bau mlhari ml/hari
cara Kuning jernih Kuning jernih
Khas amoniak Khas amoniak
Mandiri dibantu
3. Pola istirahat
tidur
a. Tidur siang Kurang lebih 2 Kurang lebih 1 jam/
Frekwensi jam/hari hari
Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
b. Tidur malam
Frekwensi Kurang lebih 6-7 Kurang lebih 4 jam /
Kualitas jam/hari hari
nyenyak Kurang nyenyak
4. Personal hygine
a. Mandi 2 kali/hari 1kali/hari
b. Gosok gigi 2 kali/hari 1kali/hari
c. Ganti pakaian 2 kali/hari 1kali/hari
d. cara Mandiri Dibantu
2. Kimia Klinik
No Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Ureum 33 mg/dL 15 – 50 mg/dL Normal
2. Kreatinin 0.7 mg/dL 0.7 – 1.2 mg/dL Normal
b. Diagnose medis
thypoid abdominalis
c. Therapy
1) Infuse RL 20 tetes/menit IV
2) Cefotaxim 2.1 gram IV
3) Ranitidine 2.1 amp IV
4) Ketorolax 2.1 amp IV
5) PCT 3.500 gram
6) Curcuma 3.1
B. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds : Gangguan rasa
Klien mengeluh nyaman yeri
Inflamasi pada hati
nyeri pada
dan limpa
abdomen bagian
kiri bawah
Do :
Klien tampak Hepatomegali dan
kesakitan pada splenomegali
abdomen bagian
kiri bawah
Keadaan umum Nyeri tekan
lemah
T : 130/60 mmHg
P : 65 kali/menit Nyeri akut
R : 21 kali/menit
S : 36.3’c Gangguan rasa nyaman
nyeri
2. Ds : Gangguan
klien mengeluh Peristaltic usus eliminasi fekal
susah BAB menurun
Do :
Klien tampak
lemah
Reabsorpsi cairan
Bising usus
menurun
kliien 5x/menit
Abdomen klien
teraba keras
Akumulasi feses dan
fese mengeras
Lemas/lemah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan nyeri pada abdomen kiri bawah, yang ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do :
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Keadaan umum tampak lemah
T : 130/60 mmHg
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 36,3’c
2. Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh susah BAB
Do :
Klien tampak lemah
Bising usus klien 5x/ menit
Abdomen klien teraba keras
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah yang ditandai dengan :
Ds :
klien mengeuh mual
klien mengeluh tidak napsu makan
Do :
Klien tampak lemah
Posi makan klien ½ porsi
Berat badan klien turun 7 Kg, dari 52 Kg menjadi 45 Kg
4. gangguan pola aktivitas segubungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh lemas
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain.
PROSES KEPERAWATAN
Nama :
Tn.A
Ruangan : AGATE
Umur : 47
Tahun
No. CM : 719972
Jenis kelamin : Laki-
laki
Dx : thypoid abdominalis
N Diagnosa Perencanaan
Tujuan Pelaksanaan Evaluasi
o keperawatan Intervensi Rasonalisasi
1. Gangguan Setelah Kaji secara Perubahan dalam Tanggal 25 Tanggal 25
rasa nyaman dilakukan komprehensip lokasi/atau tetapi Novembera november
nyeri tindakan tentang nyeri dalam 2014 2014
sehubungan keperawata meliputi : menunjukan Pukul 09.00 Pukul 11.00
dengan n selama 2 lokasi, terjadinya WIB WIB
adanya nyeri x 24 jam karakteristik, komplikasi. Nyeri Mengkaji S : Klien
pada badome gagguan durasi, cenderung sklana nyeri, masih
n kiri bawah, rasa frekwensi, menjadi konstan lokasi dan mengeluh
yang ditandai nyaman kualitas/berat lebih hebat, akan karakteristikny nyeri pada
dengan : nyeri nya nyeri menyebar ke atas, a, hasil skala abdomen
Ds : teratasi skala ( 0-5 ) nyeri dalam local nyeri 3 dari bagian kiri
klien dengan dan factor- bila terjadi abses. rentang 0 – 5 bawah
mengeluh kriteria faktor yang dirasakan O :
nyeri pada hasil : presipitasi seperti ditusuk- klien
abdomen Laporan Berikan tusuk di tampak
bagian kiri nyeri hilang kompres teknik kompres abdomen sedikit
bawah atau hangat pada hangat yang bagian kiri meringis
Do : terkontrol daerah nyeri diberikan, akan bawah. skala nyeri
Klien Klien membantu klien 2 dari
tampak dapat Berikan mengurangi rasa Memberikan rentang 0 – 5
meringis menunjukan penjelasan nyeri. kompres keadaan
kesakitan keterampila tentang hangat, hasil umum klien
Skala nyeri n relaksasi, strategi dengan klien tampak masih lemah
3 dari rentang metode lain menurunkan melakukan teknik nyaman dan T : 130/60
0-5 untuk rasa neyeri distraksi rasa nyeri mmHg
Keadaan meningkatk yaitu dengan diharapkan klien berkurang. P : 65
umum klien an teknik akanupa/teralihka Memberikan kali/menit
lemah kenyamana distraksi dan n dan reaksasi penjelasan R : 21
T : 130/60 n relaksasi. akan menguragi tentang teknik kali/menit
mmHg Atur posisi komsusi oksigen. distraksi dan S : 36,3’c
P : 65 klin, Ketegangan otot relaksasi, hasil A :
kali/menit pertahankan dan diharapkan klien dapat Gangguan
R : 21 posisi semi rasa nyeri akan melakukan rasa nyaman
kali/menit fowler berkurang. teknih relaksasi nyeri teratasi
S : 36,3’c memudahkan dank lien sebagian
darinase tampak P : lanjutkan
cairan/luka nyaman dan intervensi
karena garvitasi tenang.
dan membantu
meminimalkan
rasa nyeri karena Mengatur
gerakan posisi tidur
klien yaitu
dengan posisi
semi fowler,
hasil klien
tampak
nyaman dan
tenang
Menganjurkan
keluarga untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan
klien, hasil
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.
A Ruang :
AGATE
Umur : 47 tahun No
CM : 719972
Jenis kelamin : Laki-
laki Dx : thypoid
BAB IV
KESIMULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid merupakan salah satu penyakit yang
sering terjadi dalam masyarakat dan sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri
dan lingkungan masing – masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan demam thypoid hari ke-1 sampai hari ke-
3, dari tanggal 24 November – 26 November 2014 penulis dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:
1. Melalui pengkajian yang komprehensif didapatkan data-data mengenai klien secara umum sehingga
permasalahan yang ada dapat tergali dan teratasi. Data yang ditemukan pada klien mengeluh nyeri pada
abdomen bagian kiri bawah, klien belum BAB selam 6 hari sejak masuk Rumah Sakit, klien makan habis ½
porsi, klien tampak lemah dengan aktivitas dibantu keluarga; makan, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan demam thypoid adalah : gangguan rasa Nyman
nyeri, gangguan eliminasi fekal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan gangguan pola aktivitas
3. Penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan pada klien demam thypoid disesuaikan dengan tujuan
yang diharapkan, selain itu perawat juga harus mampu menilai dengan baik apakah masalah sudah teratasi
atau belum sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna menanggulangi masalah klien.
4. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya klien khususnya demam thypoid,
yang masih kurang mengetahui tentang penatalaksanaan dan pencegahan.
5. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien demam thypoid dilakukan dengan akurat, tepat waktu
agar hasil daripada tindakan asuhan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan.
4.2 Rekomendasi
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam thypoid, penulis dapat memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid harus dilakukan melalui pendekatan
proses keperawatan melalui 5 tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
2. Diagnosa yang diangkat hendaknya berdasarkan dengan data yang ditemukan dari hasil pengkajian.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan hendaknya melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain dan
hendaknya memperhatikan standar asuhan keperawatan.
4. Pembuatan rencana keperawatan seharusnya disusun berdasarkan prioritas masalah dengan mengacu pada
kebutuhan dasar manusia. Rencana tindakan terhadap masalah yang ditemukan adalah mengatasi nyeri,
mengembalikan integritas kulit dan jaringan, memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat dilakukan sendiri
oleh klien, dan mencegah terjadinya infeksi.
5. Pelaksanaan asuhan keperawatan hendaknya disesuaikan dengan perencanaan yang telah ditetapkan, di
samping itu pula disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang ada. Keberhasilan yang dicapai dari
pelaksanaan asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari klien, keluarga dan perawat
serta tim kesehatan lainnya sehingga semua rencana tindakan dapat mencapai hasil yang maksimal.
6. Penilaian hasil tindakan keperawatan seharusnya berorientasi pada kriteria tujuan yang diharapkan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari semua implementasi yang
telah dilaksanakan. Pada tahap evaluasi asuhan keperawatan pada kasus ini didapatkan hasil yakni
teratasinya masalah yang muncul pada klien.
7. Pendokumentasian hasil asuhan keperawatan hendaknya dilakukan dengan akurat, tepat waktu agar hasil
dari semua tindakan dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta. 1999.
Barbara Engram, 1998, Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta