Anda di halaman 1dari 11

PHARMACY, Vol.06 No.

01 April 2009 ISSN 1693-3591

PENGARUH BEBERAPA METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL


HERBA SAMBILOTO ( Andrographis paniculata)

Arif Dwi Utomo, Wiranti Sri Rahayu, Binar Asrining Dhiani

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto


wiranti_ump@yahoo.com

ABSTRAK

Sambiloto merupakan tanaman yang sejak dahulu digunakan sebagai obat


tradisional karena khasiatnya yang sangat banyak diantaranya adalah perangsang daya
kekebalan tubuh. Telah dilakukan pengeringan terhadap tanaman sambiloto dengan
beberapa metode. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah metode atau cara
pengeringan dapat mempengaruhi kadar flavonoid total pada ekstrak herba sambiloto
(Andrographis paniculata). Ekstraksi herba sambiloto menggunakan metode sokletasi
dan uji kadar flavonoid total ekstrak herba sambiloto dilakukan dengan menggunakan
metode KLT Densitometri. Hasil data KLT Densitometri menunjukkan bahwa kadar
flavonoid total herba sambiloto dengan pengeringan sinar matahari langsung sebesar
24%, pengeringan dengan kain hitam 33,3% dan pengeringan dengan oven sebesar 29%.

Kata Kunci: Andrographis paniculata, Flavonoid, KLT Densitometri.

ABSTRACT

Sambiloto is a plant which has been used as a traditional medicine since a long
ago, because of activity as immunomodulator. It has been done the research of drying of
sambiloto plant by some methods. This research was aimed to know whether the
method of drying of sambiloto plant can influence the content of total flavonoid in
extract sambiloto herb ( Andrographis paniculata ). The extraction of sambiloto herb was
used by soxhletation method and the content total of flavonoid extract sambiloto herb
were determined using by TLC Densitometry. The result of TLC Densitometry data
showed that the content of total flavonoid sambiloto herb by direct sunlight drying was
abaout 24%, by black cloth was about 29% and by oven was about 33,3%.

Keywords: Andrographis paniculata, flavonoid, TLC Densitometry.

58
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Pendahuluan tertentu dapat merupakan media


Sambiloto merupakan tanaman pertumbuhan kapang dan jasad renik
yang sejak dahulu digunakan sebagai lainnya. Enzim tertentu dalam sel,
obat tradisional karena khasiatnya yang masih dapat bekerja, menguraikan
sangat banyak diantaranya adalah senyawa aktif sesaat setelah sel mati
perangsang daya kekebalan tubuh. dan selama bahan simplisia tersebut
Diketahui bahwa banyak senyawa masih mengandung kadar air tertentu.
penting yang berperan terhadap khasiat Pengeringan simplisia dapat dilakukan
sambiloto tersebut diantaranya adalah dengan pengeringan alamiah dan
senyawa flavonoid (Dalimartha, 1999 ). pengeringan buatan. Pengeringan
Tanaman sambiloto dapat dibuat alamiah dapat dikelompokkan menjadi
simplisia, simplisia adalah bahan pengeringan dengan sinar matahari
alamiah yang dipergunakan sebagai langsung dan sinar matahari tidak
obat yang belum mengalami pegolahan langsung, yaitu dengan menutup kain
apapun juga dan kecuali dikatakan lain, hitam diatas bahan yang akan
berupa bahan yang telah dikeringkan dikeringkan. Sedangkan pengeringan
(Depkes, 1985). buatan dapat menggunakan lemari
Pengeringan adalah proses pengering atau oven (Depkes, 1985).
pengeluaran air atau pemisahan air Proses biologi simplisia dapat
dalam jumlah yang relatif kecil dari dipengaruhi oleh suhu dan oksigen atau
bahan dengan menggunakan energi aliran udara yang ada pada proses
panas (Rachmawan, 2001). Pada pengeringan, telah diteliti bahwa ada
pembuatan simplisia akan melewati penurunan kadar flavonoid karena
tahap pengeringan, yang bertujuan pengaruh variasi temperatur pada saat
untuk mendapatkan simplisia yang tidak pengeringan dan juga karena adanya
mudah rusak, sehingga dapat disimpan proses memasak ( Green, 2004). Untuk
dalam waktu yang lebih lama. Dengan itu pada kesempatan ini dilakukan
mengurangi kadar air dan penelitian terhadap pengaruh beberapa
menghentikan reaksi enzimatik akan metode pengeringan terhadap kadar
dicegah penurunan mutu atau flavonoid total herba sambiloto dan
perusakan simplisia. Air yang masih penetapkan kadar flavonoid total
tersisa dalam simplisia pada kadar menggunakan KLT- Densitometri.

59
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Metode Penelitian tanah, setelah dicuci kemudian


Tempat Penelitian dimasukkan ke lemari pengering sampai
Penelitian akan dilaksanakan di kering (bobot konstan) dan kadar air
Laboratorium Biologi Farmasi kurang dari 10 %.
Universitas Muhammadiyah Pengeringan dengan Sinar Matahari
Purwokerto dan Laboritorium Kimia Langsung
Analisis Instrumental UGM. Tanaman sambiloto yang
Bahan dan Alat diambil dari kebun kemudian dicuci
Bahan uji yang digunakan untuk agar bersih dari kotoran terutama
penetapan kadar flavonid total adalah tanah, setelah dicuci kemudian dijemur
herba sambiloto. Tanaman tersebut di dengan bantuan matahari langsung
peroleh dari Desa Gumiwang, sampai kering (bobot konstan) dan
Kecamatan Kejobong, Kabupaten kadar air kurang dari 10 %.
Purbalingga. Bahan yang digunakan Pengeringan dengan Sinar Matahari
dalam penelitian ini adalah etanol Tidak Langsung
teknis 96% (BRATACO), etanol 96% pro Tanaman sambiloto yang
analisis (MERCK), rutin, selulosa, asam diambil dari kebun kemudian dicuci
asetat pro analisis (MERCK), aquades. agar bersih dari kotoran terutama
Alat yang digunakan adalah tanah, setelah dicuci kemudian dijemur
Oven (Memmert), nampan, kain hitam, dengan bantuan matahari tidak
termometer (Yenaco), timbangan langsung, yaitu dengan menutup kain
analitik (Shimadzu), penyari Soxhlet, hitam di atas bahan yang akan
kompor listrik, bejana KLT, lampu UV dikeringkan sampai kering (bobot
254 dan 366 nm, mikropipet, kaca konstan) dan kadar air kurang dari 10 %.
penutup, alat-alat gelas yang dipakai Ekstraksi Herba Sambiloto
laboratorium, seperangkat alat Herba sambiloto yang sudah
densitometri (Shimadzu). kering kemudian dibuat serbuk
Cara Kerja menggunakan blender. Setelah semua
Pengeringan dengan Oven herba sambiloto diserbuk ditimbang
Tanaman sambiloto yang sebanyak 20 gram, dimasukkan ke
diambil dari kebun kemudian dicuci dalam penyari Soxhlet 500ml,
agar bersih dari kotoran terutama tambahkan pelarut teknis etanol 96%

60
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

sebanyak 160 ml. Penyarian dilakukan densitometer sehingga diperoleh


14-15 sirkulasi atau sampai jernih. hubungan antara kadar dan luas area.
Larutan disaring dengan kertas saring, Penentuan Kadar Flavonoid Total
kemudian filtrat yang diperoleh Sampel ekstrak kental dari
diuapkan dengan waterbath sampai masing-masing pengeringan ditimbang
diperoleh ekstrak kental. sebanyak 0,1 gram dan dilarutkan
Persiapan Larutan dalam 100 ml etanol pro analisis 96%.
Pembuatan fase gerak Sampel ekstrak ditotolkan dengan
Pembuatan fase gerak asam mikropipet sebanyak 2µl pada lempeng
asetat: air (50: 50), yaitu mengambil KLT selulosa dengan ukuran 10x10 cm
asam asetat pro analisis 30ml dan air dan jarak elusinya 7 cm. Lempeng KLT
(aquabides) 30ml, campur baik-baik dielusi dengan fase gerak asam asetat,
dalam bejana. Dipakai setelah air (50: 50), selanjutnya lempeng KLT
didiamkan selama 12 jam. diuji dengan densitometri pada panjang
Pembuatan larutan stok gelombang maksimum 327 nm. Kadar
Pembuatan larutan stok 0,1% flavonoid total yang terkandung dalam
(b/v), yaitu 0,1 gram rutin pembanding ekstrak herba sambiloto dihitung
dilarutkan dalam 100 ml etanol 96% pro dengan menggunakan kurva baku rutin
analisis. yang telah diketahui.
Pembuatan Kurva Baku Validasi, Linieritas, Akurasi, Presisi dan
Larutan stok konsentrasi 0,1% LOD-LOQ.
dipipet sebanyak 1, 2, 3, 4, 5 dan 6ml a. Linieritas
dan diencerkan hingga 10ml sehingga Dibuat seri konsentrasi 0,01,
diperoleh seri konsentrasi 0,01, 0,02, 0,02, 0,03, 0,04, 0,05 dan 0,06 % dari
0,03, 0,04, 0,05 dan 0,06%. larutan baku rutin, ditotolkan sebanyak
Seri konsentrasi ditotolkan 2,0 µl masing-masing konsentrasi ke
sebanyak 2µl secara berjajar pada lempeng KLT. Hasil luas area digunakan
lempeng selulosa dengan ukuran 10x10 untuk membuat kurva baku dan
cm dan jarak elusianya 7cm, elusi persamaan regresi linier, koefisien
dilakukan dengan fase gerak asam kolerasi (r), kemiringan (slope) dan nilai
asetat, air (50: 50). Diukur dengan intersep.
b. Akurasi

61
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Sampel ekstrak ditimbang ada satu faktor yang diperhatikan dalam


sebanyak 1 gram, ditambahkan etanol penelitian ini yaitu faktor pengeringan,
pro analisis sampai 10 ml. Ambil larutan sehingga desainnya disebut desain satu
sampel dari ekstrak herba sambiloto faktor. Dimana variabel bebasnya
dengan pengeringan matahari secara adalah pengeringan dan variabel
langsung, secara tidak langsung dan tergantungnya adalah kadar flavonoid
dengan pengeringan oven masing- total herba sambiloto.
masing 3 ml kemudian tambahkan
etanol pro analisis sampai 10 ml Hasil dan Pembahasan
sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak Determinasi
0,3%. Kemudian masing-masing Determinasi dilakukan
totolkan sebanyak 2µl pada lempeng dilaboratorium Taksonomi Tumbuhan
KLT secara berjajar. Hitung nilai Fakultas Biologi Universitas Jenderal
perolehan kembali. Soedirman untuk menghindari
c. Presisi terjadinya kekeliruan terhadap tanaman
Larutan baku dengan yang digunakan dalam penelitian ini.
konsentraasi 0,02% ditotolkan sebanyak Hasil determinasi menunjukkan bahwa
2µl pada lempeng KLT secara berjajar tanaman adalah jenis Andrographis
sebanyak 6 totolan. Hasil nilai SD, RSD paniculata (Burm. f.) Ness (Sambiloto).
dan ketelitian alat. Pengeringan dan ekstraksi
d. LOD-LOQ Pengeringan dilakukan dengan
Batas deteksi dan batas sinar matahari langsung, ditutup kain
kuantitasi dihitung secara statistik hitam, dan oven dengan berat herba
melalui persamaan regresi linier dari sambiloto basah masing-masing 150
kurva baku. Perhitungan tersebut gram dan diperoleh herba sambiloto
dilakukan dengan cara memasukkan kering yaitu pengeringan dengan sinar
absorbansi larutan stok hasil matahari langsung sebesar 70 gram,
pengukuran kedalam persamaan regresi kain hitam 74 gram dan oven 78 gram.
linier yang diperoleh. Setelah diekstraksi dengan metode
Analisis Data sokletasi masing-masing diperoleh
Analisis data menggunakan ekstrak kental yang berwarna hijau
metode anava satu jalan, karena hanya kehitaman dengan bobot dan

62
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

rendemen sebesar 4,31 (21,42%), 4,28 menggunakan enam seri kadar larutan
(21,27%) dan 4,04 gram (20,06%) baku yaitu 0,01, 0,02, 0,03, 0,04, 0,05
masing-masing ekstrak dengan dan 0,06%.
pengeringan sinar matahari langsung, Data tersebut di peroleh
sinar matahari tidak langsung dan oven. persamaan Y= 1283350,71 x – 3509,11
Pemeriksaan flavonoid secarara dengan koefisien korelasi r = 0,981.
kualitatif Data ini menunjukkan bahwa uji ini
Pemeriksaan flavonoid secara memenuhi syarat karena harga r hitung
kualitatif dilakukan untuk mengetahui lebih besar dari r tabel yaitu 0,811
apakah dalam ekstrak tersebut terdapat dengan taraf kepercayaan 95%.
senyawa flavonoid dengan cara Persamaan kurva baku ini kemudian
menguapkan amonia ke lempeng KLT digunakan untuk menghitung kadar
kemudian dilihat pada sinar tampak flavonoid total herba sambiloto dengan
(Harbone, 1987:70). Dari data tersebut menggunakan persamaan Y= bx + a dan
dapat dipastikan bahwa semua sampel dilanjutkan dengan anava satu arah.
mengandung flavonid. Penetapan kadar Hasil Uji Akurasi (Kecermatan)
flavonoid total herba sambiloto dengan Kecermatan adalah ukuran yang
KLT Densitometri menunjukkan derajat kedekatan hasil
Hasil Uji Linieritas analisis dengan kadar analit yang
Uji linieritas merupakan sebenarnya. Kecermatan dinyatakan
pengujian untuk menentukan sebagai persen perolehan kembali
kemampuan metode analisis yang (recovery) analit yang ditambahkan
memberikan respon secara langsung (Harminta, 2004). Dari penelitian ini
antara pengukuran dengan konsentrasi. nilai
Uji linieritas dilakukan dengan

Tabel 2 Pemeriksaan flavonoid secara kualitatif dengan KLT


Metode Warna bercak (uap ammonia) Ket.
SML Kuning +
SMTL Kuning +
Oven Kuning +

63
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

perolehan kembali atau akurasi tidak seseorang dengan metode replikasi


dapat digunakan karena kromatogram berulang-ulang dari sampel yang
yang diperoleh tidak jelas, hal ini terjadi homogen, kriteria ketelitian diberikan
karena penotolan sampel pada lempeng jika metode memberikan simpangan
KLT kurang benar yaitu ukuran bercak baku relatif atau koefisien relatif atau
lebih dari 2 mm. Kesalahan sistematik koevisien variasi 1-2 %. Akan tetapi
merupakan kesalahan yang mempunyai kriteria sangat fleksibel tergantung pada
nilai definitif (nilai tertentu) (Ibnu konsentrasi analit yang diperiksa,
Gholib dan Abdul Rohman, 2007). jumlah sampel dan kondisi laboratorium
Hasil Uji Keseksamaan (Presisi) sehingga RSD 5-10 % masih dapat
Keseksamaan merupakan diterima ( Snyder, et al., 1997: 61).
ukuran nilai kedekatan hasil uji

Tabel 3 Hasil KLT Densitometri untuk Uji Linieritas


Konsentrasi ( % ) Luas area Hasil
0,01 13908,75 a = - 3509,11
0,02 22226,82 b = 1283350.71
0,03 27161,91 r = 0,981
0,04 45768,43
0,05 65062,48
0,06 74320,60

80000
70000
60000
50000
40000
Luas Area

30000
20000
10000
0
0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06

Konsentrasi Rutin (%)

Gambar 1. Kurva baku dari nilai serapan terhadap nilai konsentrasi baku rutin dalam
pelarut

64
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Tabel 4 Perhitungan Presisi


Replikasi Konsentrasi uji Luas area Kadar %
presisi %
1 0,0206 19395,77 0,018
2 0,0204 19017,55 0,017
3 0,0203 29380,99 0,026
4 0,0210 30151,73 0,026
5 0,0211 20065,13 0,018
6 0,0205 21943,11 0,020
SD 5095,26 0,111
KV / RSD 21,84% 88,8%
Ketelitian Alat 99,78% 99,11%

Uji terhadap parameter kesalahan yang nilainya tidak dapat


keseksamaan atau presisi dilakukan diramalkan dan tidak ada aturan yang
dengan menotolkan rutin konsentrsi mengaturnya serta nilainya berfluktuasi
0,02 % pada lempeng KLT dengan enam (Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007).
kali replikasi. Uji presisi pada larutan Perolehan kadar flavonoid dari
baku rutin diperoleh KV / RSD sebesar yang terendah sampai yang tertinggi
21,844 % hasil tersebut menunjukkan yaitu metode pengeringan dengan sinar
bahwa pada percobaan ini tidak matahari langsung, metode
memenuhi standar validasi karena lebih pengeringan dengan oven, metode
besar dari nilai standar yaitu ≤ 2 %. Hal pengeringan kain hitam.
ini terjadi karena pada waktu penotolan Pengeringan dengan kain hitam
sampel ke lempeng KLT tidak tepat memiliki kadar flavonoid yang paling
pada satu titik sehingga ukuran bercak tinggi karena simplisia tidak terkena
melebar lebih dari 2 mm. Karena sinar matahari secara langsung sehingga
diameter penotolan bercak tidak boleh kandungan aktif dalam simplisia tidak
lebih dari 2 mm (Ibnu Gholib dan Abdul rusak dan juga memiliki sirkulasi udara
Rohman, 2007). Ketelitian alat yang bagus sehingga mengoptimalkan
diperoleh sebesar 99,78% . proses pengeringan. Telah diteliti
Kesalahan acak atau disebut bahwa ada penurunan kadar flavonoid
juga kesalahan yang tidak tergantung karena pengaruh variasi temperatur
(indeterminate error) merupakan pada saat pengeringan dan juga karena

65
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Tabel 5. Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto dengan


Beberapa Metode Pengeringan

SML SMTL Oven


Abs Kadar Abs Kadar Abs Kadar
Replikasi (%) (%) (%) Hasil
1 2577,48 23,5 5635,62 35,5 5661,55 35,5 F hitung = 2,971
2 3455,10 27 5976,61 37 3357,07 26,5 F tabel = 4,46
3 1970,13 21,5 3503,31 27,5 2894,99 25
Rata2 24 33,3 29

adanya proses memasak (Green,2004). diperoleh F hitung sebesar 2,971 dan F


Pengeringan dengan sinar matahari tabel 5,14.
langsung memiliki kadar flavonoid Hal ini menunjukkan bahwa
sedikit karena adanya sinar matahari tidak ada perbedaan yang signifikan
yang langsung mengenai simplisia antara beberapa metode pengeringan
dimungkinkan sinar matahari tersebut (pengeringan dengan sinar matahari
merusak flavonoid, pengeringan dengan langsung, kain hitam dan dengan oven)
oven juga memiliki kadar lebih sedikit terhadap kadar flavonoid total herba
karena pengeringan pada oven memiliki sambiloto pada taraf kepercayaan 95 %
sirkulasi udara yang kurang baik dan ini karena nilai F hitung lebih kecil dari F
merupakan salah satu faktor yang tabel.
mempengaruhi proses pengeringan
(Depkes, 1985 : 13-14). Suhu Kesimpulan
penyimpanan dan lama penyimpanan Dari penelitian diatas dapat
dapat mempengaruhi jumlah kueresetin disimpulkan bahwa metode validasi
tetapi hal ini tidak dapat dijelaskan yang diperoleh belum memenuhi syarat
secara pasti (Patil et.al., 1995). ( hasil uji akurasi dan presisi).
Analisis Data Perolehan kadar flavonoid total
Analisis data menggunakan dari yang terendah sampai yang
metode anava satu jalan, karena hanya tertinggi yaitu metode pengeringan
ada satu faktor yang diperhatikan dalam dengan sinar matahari langsung
penelitian ini yaitu faktor pengeringan, 24%,metode pengeringan dengan oven
dari hasil perhitungan tersebut 29%, metode pengeringan kain hitam
33%.

66
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Daftar Pustaka Kefarmasian. Vol. I, No. 3. p 117-


Backer, C.A.R.C, & Van Der Brink, 134.
Bakkhuizen. 1965. Flora of Java Markham, T.R. 1982. Cara
(Spermatophytes Only), Vol. II. Mengidentifikasi Flavonoid
Wolters Nordhroof N.V. (Terjemahan) Kosasih
Groningen The Netherlands. Padmawinata. Bandung: ITB.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Munson, J. W, 1991, Analisis Farmasi,
Obat Indonesia, Jilid I. Jalkarta: bagian b,. Diterjemahkan oleh
Trubus Agriwijaya. Hal 120-125. harjana,.Surabaya : Airlangga
Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan University Press, Hal
Simplisia. Depkes RI. Jakarta 134,135,136,137.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Mulja H.Dr. dan Suharman Drs. Analisis
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Instrumental. Penerbit Airlangga
Cetakan Pertama, Depkes. RI. University Press: Surabaya. Hal
Jakarta. Hal: 2 231-232
Ganjar. I. G., Abdul Rohman. 2007. Patil, B., Pike, L., and Yoo, K. 1995.
Kimia Farmasi Analisis, Variation in the queresetin
Yogyakarta; Pustaka Pelajar content in different colored
Green,R.J.2004.http://www.lib.ncsu.ed onions. J. Amer. Soc. Hort. Sci.
u/theses/available/etd-11242004- 120: 909-913
075813/unrestricted/edt.pdf. Rachmawan, Orbin. Dr., Ir., MS, 2001.
diakses tanggal 6 mei 2008. http://202.152.31.170/modul/pe
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. rtanian/
Penuntun Cara Modern pengendalianmutu/pengeringan,
Menganalisis Tumbuhan. pendinginan dan pengemasan
Diterjemahkan oleh Kosasih komoditas pertanian.pdf. diakses
Padmawinata dan Iwang Soedir. tanggal 19 April 2008
Edisi kedua ITB: Bandung. Robinson. 1995. Kandungan Organik
Harminta, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB :
Validasi Metode dan Cara Bandung.
Perhitungannya. Majalah Ilmu

67
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Sastrohamidjojo, H, 2002. Spektroskopi, (Terjemahan Kosasih


Yogyakarta: Liberty, Hal: 27, Padmawinata) Bandung : ITB,
28,32. Hal: 3
Snyder, L. R, Joseph, K., and Joseph, G., Suganda, A.G., 2002. Standarisasi
1997. Practical HPLC Methode Simplisia Ekstrak dan Produk
Development 2 nd edition. New Obat Bahan Alam : Makalah,
York: John and Wiley and Sons. P. Simposium Standarisasi Jamu dan
689 Fitofarmaka, Kongres
Stahl, E, 1985, Analisis Obat Secara Perhimpunan Peneliti Bahan
Kromatografi dan Mikroskopi Alam XII, Bandung, Indonesia.

68

Anda mungkin juga menyukai