Anda di halaman 1dari 5

3.

Roland Barthes
Terdapat 2 proses signifikasi dalam peta analisis Bathes. Tahap
pertama atau Signifikasi Pertama adalah Tataran Denotatif. Tanda
Denotatif juga merupakan Penanda Konotatif, yang sudah masuk pada
tahap atau Signifikasi Kedua.

Berdasarkan gambar di atas, Barthes mengembangkan semiotika


menjadi 2 tingakatan pertandaan, yaitu tingkat Denotasi dan Konotasi.
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda
(signifier) dan petanda (signified) pada realitas, menghasilkan makna yang
langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang
tidak langsung, dan tidak pasti.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan


interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. Gagasan ini dikenal dengan
“order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai
kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan
personal).

Barthes menjelaskan signifikansi tahap pertama merupakan


hubungan penanda dan petanda dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi.
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikansi
terhadap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi
ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca
serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Pada signifikansi tahap
kedua yang berkaitan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.

Barthes berpendapat cara kerja mitos yang paling penting


adalah menaturalisasi sejarah. Hal ini menunjuk pada fakta bahwa
mitos sesungguhnya merupakan produk sebuah kelas sosial yang
telah meraih dominansi dalam sejarah tertentu: makna yang
disebarluaskan melalui mitos pasti membawa sejarah bersama
mereka, namun pelaksanaannya sebagai mitos membuat mereka
mencoba menyangkalnya dan menampilkan makna trsebut
sebagai alami (natural), bukan bersifat historis atau sosial.
4. Julia Kristeva

Kristeva sebagai pencetus munculnya Semiotik Ekspansif,


dalam semiotik ini pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya
diganti oleh pengertian produksi aksi yaitu tanda terlalu statis
terlalu nonhistoris (tidak mempunyai nilai) dan terlalu
reduksionistis. Di mana membedakan semiotik dan simbolik pada
tataran yang sepenuhnya bersifat tekstual (berdasarkan teks) dan
masing-masing berkorespodensi sebagai “Genotek” dan
“Fenotek”.

Genotek adalah bukan linguistik, ia hanya suatu proses,


teks yang mempunyai kemungkinan, tak terbatas, yang menjadi
substuktur bagi tek-tek aktual, juga dapat dianggap sebagai suatu
sarana yang membuat seluruh evaluasi historis bahasa dan aneka
praktik penandaan, sebelum tertimbun dan tenggelam di dalam
fenotek.

Fenotek adalah tataran tempat kita biasa membaca saat kita


mencari makna kata, teks aktual yang bersumber dari genotek.
Fenotek meliputi seluruh fenomena dan ciri-ciri yang dimiliki
oleh struktur bahasa, pengarang dan gaya interpretasi (tafsiran).
Meski demikian, baik fenotek dan genotek tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri, mereka selalu ada bersamaan dalam proses
yang disebut sebagai proses penandaan.

Intertekstual adalah sebuah pendekatan untuk memahami


sebuah Teks sebagai sisipan dari teks-teks lain. Intertekstual juga
dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks dari masa
lampau dengan teks masa kini. Suatu teks dipahami tidak berdiri
sendiri. Suatu teks disusun dari kutipan-kutipan atau sumber-
sumber teks lain.

5. Umberto Eco

Menurut Umberto Eco dan Hoed (dalam Sobur, 2003)


semiotika dibagi atas dua kajian, yaitu semiotika komunikasi dan
semiotika tanda. Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap
fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi. Semiotika
komunikasi memfokuskan pada teori tentang produksi tanda yang
salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan,
saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) serta
memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam
suatu konteks tertentu.

Semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan


berkomunikasi. Yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu
tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih
diperhatikan dari pada proses komunikasinya.

Anda mungkin juga menyukai