Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


( MANAJEMEN ASUHAN FIBRO ADENOMA MAMAE)
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal bedah
Dosen koordinatoor : Ns. Chrisyen Damanik S.Kep, M. Kep

Oleh :
Mariati

Nim. 170685

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2018

1
HALAMAN PEMGESAHAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN FIBRO ADENOMA MAMAE

0leh :

Mariati

Nim . P170685

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing dan Preceptor

Pada Tanggal, 14 Februari 2018

Dosen Koordinator Pembimbing Klinik

Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Crisyen Damanik, S.Kep. Mkep Preceptor

Nik. 113072.83.11.023

2
FIBRO ADENOMA MAMMAE

A. PAYUDARA
a. Pengertian Payudara

Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini
tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita (rudimeter).

Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis
sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan

umur, pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah
melahirkan, dan menjadi atropi pada usia lanjut.

b. Anatomi Payudara
Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing mempunyai

saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang
bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar

tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut
ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar
fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan anterior.

Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis lateralis.
Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara ke vena mamaria interna

dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran
limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang
sentral dan medial dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Anatomi Payudara

3
c. Fisiologi Payudara

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus

payudara juga diferensiasi sel epitelial.


Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain :

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan

progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid, payudara
menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran

maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama

palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.

c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara

menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus
baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh

sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

B. Fibro Adenoma Mammae (FAM)

1. Pengertian
Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak berkarakter
tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak ditemukan pada wanita yang berusia muda. FAM
adalah tumor jinak yang paling sering terjadi dikalangan wanita muda. Insiden FAM bergerak naik

terus sejak 30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia menopause (Kumar,
2007). FAM adalah benjolan jinak yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan pada salah satu

lobulus payudara (Pierce, 2007). FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda. FAM teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal.

Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan. Biasanya FAM
tidak disertai rasa nyeri. Neoplasma jinak ini tidak lagi ditemukan pada masa menopause

(Sjamsuhidajat, 2010).

2. Klasifikasi Fibroadenoma Mammae

Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:


a) Common Fibroadenoma

4
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel fibroadenoma.33

Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun. Ketika fibroadenoma
dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas,

dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah
fibroadenoma tunggal.

b) Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan diameter lebih

dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus
fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui. Giant

fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara
yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak

simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.

c) Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden 0,5-2% dari

seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma memiliki lesi
yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan

India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan
secara histologi antara lain

- Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

- Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-
panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang
haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

Gambar 1.2 Fibroadenoma Gambar 1.3 Common Fibroadenoma

5
Gambar 1.5 Juvenile Fobroadenoma

3. TANDA & GEJALA

a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak
jaringan ikat berwarna putih, kenyal

b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan


c. Ada penekanan pada jaringan sekitar

d. Ada batas yang tegas


e. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )

f. Memiliki kapsul dan soliter


g. Benjolan dapat digerakkan

h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery

j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

4. Faktor Risiko Fibroadenoma Mammae


Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil

penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:
a. Umur

Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya FAM.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun.26 terutama terjadi pada

wanita dengan usia antara 15-25 tahun.4 Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen Patologi
Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa rata-rata umur

pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.

6
b. Riwayat PerKawinan

Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan
riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di Iran menyatakan bahwa

tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya
penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian

tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang

menikah pada usia < 21 tahun.


c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak

Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada kelompok
wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam perlindungan

terhadap risiko kejadian FAM.


d. Penggunaan Hormon

Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap peningkatan


hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen

merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center (Organ,

1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan komponen
utama estrogen adalah sekitar 60%.

e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal merupakan faktor risiko

terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT > 30 kg/m2
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT > 30
kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.
f. Riwayat Keluarga

Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun, riwayat
keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti

berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini.18 Dari beberapa penelitian menunjukkan
adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami

penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga menderita
penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita dengan fibroadenoma

tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit keluarga yang kuat
menderita penyakit pada payudara.

g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan

meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang

7
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya

orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan
orang yang tidak stress.

5. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa

reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat
yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary

displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak

menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai
benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa

benjolan pada kedua payudara.


Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara jelas

dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi
oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang

berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap estrogen, faktor makanan
dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi

estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat.
Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan

berkembang menjadi karsinoma.

8
PATOFISIOLOGI FAM (FIBROADENOMA MAMMAE)

Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola makan, stres, pekerjaan)

Gangguan produksi hormon esterogen

Kelemahan genetis sel-sel yang menyertai

Terbentuknya sel-sel neoplastik

Hiperplasi pada Mendesak Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh darah Pembedahan
sel mammae jaringan sekitar
Interupsi sel syaraf Aliran darah terhambat Diskontinuitas
jaringan
Mensuplai nutrisi Menekan jaringan
Pengeluaran transmitter hypoxia
ke jaringan tumor pada mammae
Luka terkontaminasi
Nyeri baktteri patogen
Hipermetabolis Peningkatan
ke jaringan konsistensi mammae Necrosa jaringan
Daya tahan tubuh
menurun
Suplai nutrisi ke Mammae
jaringan lain membengkak Ukuran mammae abnormal Bakteri patogen

Massa tumor mendesak Mammae asimetrik Kurang Infeksi


Berat badan
ke jaringan luar pengetahuan
G3 body image
Nutirisi kurang dari Perfusi jaringan Ancietas
kebutuhan tubuh terganggu
Infiltrasi pleuro parietale
Ulkus G3 integritas
kulit dan
9
Ekspansi paru menurun G3 keb.oksigenasi jaringan
6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Biopsi
b. Pembedahan

c. Hormonal
d. PET ( Positron Emision Tomografi )

e. Mammografi
f. Angiografi

g. MRI
h. CT – Scan

i. Foto Rontqen ( x – ray )


j. Blood Study

7. Pencegahan

a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat

atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah
untuk menurunkan insiden penyakit.25 Cara yang dilakukan adalah dengan menghindari faktor-

faktor tertentu yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel tumor antara lain:
- Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu berkembangnya sel-sel

tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bahan


atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan komponen utama

estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan menyebabkan terjadinya
perubahan jaringan pada payudara yang meningkatkan angka kejadian FAM.29 Selain itu
menghindari terpapar dengan zat Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat
karsinogenik.

- Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan kejadian FAM
antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan alat kontrasepsi oral juga

dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.


- Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan

setiap bulan secara teratur. Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka
kesempatan untuk menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar,

- sehingga dapat dengan cepat dilakukan tindakan pengobatan.

10
8. Diagnosa

Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal
examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi atau ultrasonografi),

dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).


a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau berbaring
atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,

lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Kemudian dilakukan
palpasi dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap

kuadran payudara.14 Palpasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat bergerak-
gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan.30 Dilakukan pemijatan halus pada

puting susu untuk mengetahui pengeluaran cairan, darah atau nanah dari kedua puting susu.
Cairan yang keluar dari puting susu harus dibandingkan. Pengeluaran cairan diluar masa laktasi

dapat disebabkan oleh berbagai kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma.

b. Mammografi
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak

yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi, keganasan
dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,

comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya
mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada struktur payudara. Tanda sekunder berupa

retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya
metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa
wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun.

c. Ultrasonografi (USG)

Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma pada
wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan mammografi.

Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan
gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.

9. Penatalaksanaan Medis

Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:3


a. Ukuran

b. Terdapat rasa nyeri atau tidak

11
c. Usia pasien

d. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak

perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya
saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan

psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak
nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.

Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu pembedahan dengan
mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan

operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan
meninggalkan jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Sistem Integumen.
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.

2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema.


3) Perhatikan pigmentasi kulit.

4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah


b. Sistem Gastrointestinalis

1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi.
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi

4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

c. Sistem Hematopoetik.
1) Kaji Netropenia

Kaji tanda infeksi


Auskultasi paru

Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe


Kaji suhu

2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat


3) Kaji Anemia

Warna kulit, capilarry refill

12
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular


1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama

bleomisin
2) Kaji tanda CHF

3) Lakukan pemeriksaan EKG


e. Sistem Neuromuskular

1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik


2) Perhatikan adanya parestesia

3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

5) Kaji gangguan pendengaran


6) Diskusikan ADL

f. Sistem genitourinari
1) Kaji frekwensi BAK

2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine


3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria

4) Monitor BUN, kreatinin

2. Rencana Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping
therapy/tindakan, ditandai dengan :
DS :
 Klien mengeluhkan rasa nyeri

 Meringis karena nyeri (facial mask of pain)


 Lemah dan istirahat kurang

DO :
 Gangguan tonus otot

 Gangguan prilaku
 Respon autonomic

Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :


 Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)

 Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.


 Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai situasi

individu.

13
Independent :

1) Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk
mengurangi nyeri.

2) Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.


3) Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi

therapeutik melalui sentuhan.


4) Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya

Kolaborasi :
1) Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter

2) Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

b. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan ditandai
dengan :

DS :
 Verbalisasi perubahan pola hidup.

 Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.


 Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

 Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh


 Mengungkapkan keputusasaan.

 Mengungkapkan ketakutan ditolak


 Mengungkapkan kelemahan

DO :
 Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
 Mengurangi kontak sosial
 Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang

 Menolak penjelasan perubahan tubuh


 Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri

Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :


 Mengerti tentang perubahan pada tubuh.

 Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.


 Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.

 Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.


 Dapat menerima realita.

 Hubungan interpersonal adekuat.


Independent :

14
1) Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif

kembali sesuai ADLs.


2) Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang

mengganggu aktivitas seksual


3) Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi.

4) Beri informasi/konseling sesering mungkin.


5) Beri dorongan/support psikologis.

6) Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata)


Kolaborasi :

1) Refer klien pada kelompok program tertentu.


2) Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.

c. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment. Integritas

jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :


 Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.

 Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan penyembuhan.


Independent :

1) Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat.


2) Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.

3) Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika bukan
order/ijin dari dokter atau perawatnya.

4) Atur posisi sesuai kebutuhan.


Kolaborasi :
1) Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
2) Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan yang

dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru, ditandai dengan :
DS :

 Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.


 Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.

 Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.


DO :

 Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.


 Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan.

15
Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu dilakukan

dengan kriteria :
 Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa, tindakan dan

kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.


 Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.

 Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.


 Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.

 Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan.


Independent :

1) Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan harapan
mendatang dengan persepsi yang adekuat.

2) Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan penanganannya.
Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.

3) Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi konsepsi yang
keliru tentang penyakit yang dideritanya.

4) Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.


5) Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.

6) Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status kesehatannya.
7) Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.

16
ASKEP POST OP FAM NANDA NIC NOC
NO NANDA NOC ( TUJUAN ) NIC ( INTERVENSI )

Nyeri akut (00132) NOC : NIC :


1
Domain 12 (kenyamanan) Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)

Kelas 1 (kenyamanan fisik)

Definisi : Pengalaman sensori Definisi : Tindakan pribadi untuk Definisi : pengurangan atau
dan emosional yang tidak mengontrol nyeri reduksi nyeri sampai pada
menyenangkan yang muncul tingkat kenyamanan yang dapat
Nyeri terkontrol selama ... jam,
akibat kerusakan jaringan yang diterima oleh pasien
dengan kriteria hasil
aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal Mengenal faktor-faktor
kerusakan penyebab Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
sedemikian rupa (International (1, 2,3,4,5)
karakteristik, onset/durasi,
Association for the study of
Mengenal onset nyeri (1,2,3,4,5) frekuensi, kualitas, intensitas
Pain); awitan yang tiba-tiba
dan faktor pencetus
atau lambat dari intensitas
Tindakan pertolongan non
ringan hingga berat dengan monitor respon
farmakologi (1,2,3,4,5)
akhir yang dapat diantasipasi ketidaknyamanan secara verbal
atau di prediksi dan Menggunakan analgetik yang dan non verbal.
berlangsung , 6 bulan. direkomendasikan (1,2,3,4,5)
Pastikan pasien menerima
Melaporkan gejala-gejala nyeri perawatan analgetik dengan
kepada tim kesehatan (1,2,3,4,5) tepat.
Batasan karakteristik:
Nyeri terkontrol (1,2,3,4,5) Gunakan strategi komunikasi
Perubahan selera makan
yang efektif untuk mengetahui
Indikator skala:
Perubahan dalam parameter respon penerimaan pasien
fisiologik ( mis: TD, nadi, tidak pernah menunjukkan terhadap nyeri.
pernapasan, saturasi O2)
jarang menunjukkan Evaluasi keefektifan
Diaporesis penggunaan kontrol nyeri
kadang-kadang menunjukkan
Perilaku distraksi (mis: berjalan Monitoring perubahan nyeri
mondar mandir, aktivitas sering menunjukkan baik aktual maupun potensial.
berulang)
secara konsisten menunjukkan Sediakan lingkungan yang
Bukti nyeri menggunakan nyaman.
Tingkat nyeri (2102)
standar checklist perilaku nyeri
Kurangi faktor-faktor yang
untuk mereka yang tidak Definisi : keparahan nyeri yang
dapat menambah ungkapan
mampu berkomunikasi secara diamati atau dilaporkan
nyeri.
verbal
Nyeri berkurang selama .... jam,
Ajarkan penggunaan tehnik
Mengekpresikan perilaku (mis: dengan kriteria hasil
relaksasi sebelum atau sesudah
gelisah, menangis, waspada)
Melaporkan nyeri (1,2,3,4,5) nyeri berlangsung .
Ekspresi wajah terhadap nyeri
17
(mis: mata kurang bercahaya, Frekuensi nyeri (1,2,3,4,5) Kolaborasi dengan tim
tampak kacau, gerakan mata kesehatan lain untuk memilih
Lamanya episode nyeri (1,2,3,4,5)
berpencar atau menetap pada tindakan selain obat untuk
satu fokus) Ekspresi nyeri; wajah (1,2,3,4,5) meringankan nyeri.

Sikap melindungi Perubahan respirasi rate Tingkatkan istirahat yang

(1,2,3,4,5) adekuat untuk meringankan


Tidak ada harapan
nyeri.
Perubahan tekanan darah
Fokus menyempit (mis:persepsi
(1,2,3,4,5) Manajemen pengobatan (2380)
waktu, proses berpikir
terhambat) Kehilangan nafsu makan Definisi : Fasilitasi penggunaan

(1,2,3,4,5) yang aman dan efektif resep


Sikap melindungi area nyeri
dan obat bebas
Indikator skala :
Posisi untuk menghindari nyeri
Tentukan obat yang dibutuhkan
Berat pasien dan cara mengelola
Perilaku melindungi
sesuai dengan anjuran/ dosis.
Cukup berat
Melaporkan perilaku nyeri
Monitor efek teraupetik dari
Sedang
Pupil dilatasi pengobatan.
Ringan
Fokus diri sendiri Monitor tanda dan gejala serta
Tidak ada efek samping dari obat.
Laporan diri menggunakan
skala nyeri yang standart Monitor interaksi obat.
( mis:skala wajah wong baker,
skala nilai numerik, skala visual Ajarkan pada pasien keluarga

analog) cara mengatasi efek samping


pengobatan.
Laporan diri menggunakan
istrument nyeri yang standar Pengelolaan analgetik

( mis: McGill Pain


Periksa perintah medis tentang
Questionnare, brief Pain
obat, dosis & frekuensi obat
Inventory)
analgetik.

Periksa riwayat alergi pasien.

Faktor yang berhubungan:


Pilih obat berdasarkan tipe dan

Agen cedera biologi (mis: beratnya nyeri.

infeksi, ischemic, neoplasma)


Pilih cara pemberian IV atau IM

Agen cedera kimia (mis: untuk pengobatan, jika

terbakar, capsaicin, methylen mungkin.

chloride, mustard agen)


Monitor vital sign sebelum dan

Agen cedera fisik ( mis: abses, sesudah pemberian analgetik.

amputasi, luka bakar,


Kelola jadwal pemberian
terpotong, prosedur operasi,
analgetik yang sesuai.
trauma, latihan berlebih)

18
Evaluasi efektifitas dosis
analgetik, observasi tanda dan
gejala efek samping, misal
depresi pernafasan, mual &
muntah, mulut kering, &
konstipasi.

Kolaborasi dgn dokter untuk


obat, dosis & cara pemberian
yg diindikasikan.

Tentukan lokasi nyeri,


karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum
pengobatan.

Berikan obat dengan prinsip 5


benar

Pemberian Analgesik (2210)

Definisi : Menggunakan agen


farmakologik untuk
menghilangkan atau
mengurangi nyeri

Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang


jenis obat, dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan


atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu

Tentukan pilihan analgesik


tergantung tipe dan beratnya
nyeri

Tentukan analgesik pilihan, rute


pemberian, dan dosis optimal

Pilih rute pemberian secara IV,


IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur

Monitor vital sign sebelum dan

19
sesudah pemberian analgesik
pertama kali

Berikan analgesik tepat waktu


terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik,


tanda dan gejala (efek samping

Resiko infeksi (00004) NOC : NIC :


2
Domain 11 (keamanan / Kontrol resiko (1902) Kontrol Infeksi (6540)
perlindungan)
Definisi : indakan individu untuk Definisi : meminimalkan
Kelas 1 (infeksi) mengerti, mencegah, perolehan dan transmisi dari
mengeliminasi atau mengurangi agen infeksius
ancaman infeksi

Definisi : Peningkatan resiko


masuknya organisme patogen Bersihkan lingkungan setelah
Klien dan keluarga mampu dipakai pasien lain
menunjukkan kemampuan
Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : mencegah infeksi dalam
waktu ............... jam dengan Batasi pengunjung bila perlu
Prosedur Infasif kriteria hasil :
Instruksikan pada pengunjung
Ketidakcukupan pengetahuan
untuk mencuci tangan saat
untuk menghindari paparan
berkunjung dan setelah
patogen Mengidentifikasi faktor risiko
berkunjung meninggalkan
infeksi 1,2,3,4,5
Trauma pasien
Mengetahui perilaku yang
Kerusakan jaringan dan Gunakan sabun antimikrobia
berhubungan dengan risiko
peningkatan paparan untuk cuci tangan
infeksi 1,2,3,4,5
lingkungan
Cuci tangan setiap sebelum dan
Mengidentifikasi tanda dan
Ruptur membran amnion sesudah tindakan kperawtan
gejala infeksi 1,2,3,4,5

Agen farmasi (imunosupresan) Gunakan baju, sarung tangan


Mempertahankan lingkungan
sebagai alat pelindung
yang bersih 1,2,3,4,5
Malnutrisi
Pertahankan lingkungan aseptik
Mencuci tangan 1,2,3,4,5
Peningkatan paparan selama pemasangan alat
lingkungan patogen
Ganti letak IV perifer dan line
Imonusupresi Indikator skala: central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Ketidakadekuatan imum
20
buatan Tidak pernah menunjukkan Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
Tidak adekuat pertahanan Jarang menunjukkan
kandung kencing
sekunder (penurunan Hb,
Kadang-kadang menunjukkan
Leukopenia, penekanan respon Tingktkan intake nutrisi
inflamasi) Sering menunjukkan
Berikan terapi antibiotik bila
Tidak adekuat pertahanan Secara konsisten menunjukkan perlu
tubuh primer (kulit tidak utuh,
Infection Protection (proteksi
trauma jaringan, penurunan
terhadap infeksi) (6550)
kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, Definisi : pencegahan dan
perubahan peristaltik) deteksi mudah terhadap infeksi
pada pasien yang beresiko
Penyakit kronik

Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

Monitor hitung granulosit, WBC

Monitor kerentanan terhadap


infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko

Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

Dorong masukkan nutrisi yang


cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

21
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara menghindari


infeksi

Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan kultur positif

Gangguan citra tubuh (00118) NOC : NIC :


3
Domain 6 : Persepsi diri Citra tubuh (1200) Pengurangan kecemasan (5820)

Kelas 3 : citra tubuh

Definisi : Definisi : persepsi terhadap Definisi : Mengurangi tekanan,


penampilan dan fungsi tubuh ketakutan, firasat, maupun
Konfusi dalam gambaran
sendiri ketidaknyamanan terkait
mental tentang diri-fisik
dengan sumber-sumber bahaya
individu
yang tidak teridentifikasi

Skala Outcome

Batasan karakteristik : Indikator :


Aktivitas :

Berfokus pada fungsi masa lalu Gambaran internal diri 1,2,3,4,5


Gunakan pendekatan yang

Berfokus pada penampilan Kesesuaian antara ideal tubuh, tenang dan meyakinkan

masa lalu realitas tubuh dengan


Nyatakan dengan jelas harapan
penampilan tubuh 1,2,3,4,5
Gangguan fungsi tubuh terhadap perilaku klien

Deskripsi bagian tubuh yang


Gangguan struktur tubuh Pahami situasi krisis yang
terkena 1,2,3,4,5
terjadi pada perspektif klien
Menolak menerima perubahan
Kepuasan dengan fungsi tubuh
Dorong keluarga untuk
Menyembunyikan bagian 1,2,3,4,5
mendampingi klien dengan cara
tubuh yang tepat
Sikap terhadap menyentuh

Perasaan negatif tentang bagian tubuh yang terkena


Dengarkan klien
tubuh 1,2,3,4,5
Pertimbangkan kemampuan
Perubahan gaya hidup Penyesuaian terhadap
klien untuk mengambil
perubahan tampilan fisik
keputusan
Faktor yang berhubungan : 1,2,3,4,5

Cedera Penyesuaian terhadap


perubahan status kesehatan
Gangguan fungsi psikososial
Keterangan :
Penyakit
Tidak pernah positif
Perubahan fungsi kognitif

22
Perubahan fungsi tubuh Jarang positif

Program pengobatan Kadang-kadang positif

Prosedur pembedahan Sering positif

Transisi perkembangan Konsisten positif

Trauma

Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :


4 (00126)
Pengetahuan : proses penyakit Pengajaran : Proses Penyakit
Domain 5 (persepsi / kognisi) (1803). (5602)

Kelas 4 (kognisi) Definisi : Membantu pasien


untuk memahami informasi
Definisi : tingkat pemahaman
yang berhubungan dengan
yang disampaikan tentang
Definisi : proses penyakit secara spesifik
proses penyakit tertentu dan

Tidak adanya atau kurangnya komplikasinya

informasi kognitif sehubungan


Berikan penilaian tentang
dengan topic spesifik.
tingkat pengetahuan pasien
Pengetahuan klien bertambah
tentang proses penyakit yang
selama .... jam dengan kriteria
spesifik
Batasan karakteristik : hasil klien atau keluarga dapat

memverbalisasikan adanya menyebutkan dan mengerti: Jelaskan patofisiologi dari

masalah, ketidakakuratan penyakit dan bagaimana hal ini


Faktor penyebab dan faktor yang
mengikuti instruksi, perilaku berhubungan dengan anatomi
berkontribusi (1,2,3,4,5)
tidak sesuai. dan fisiologi, dengan cara yang

Faktor resiko (1,2,3,4,5) tepat.

Tanda dan gejala (1,2,3,4,5) Gambarkan tanda dan gejala


Faktor yang berhubungan : yang biasa muncul pada
keterbatasan kognitif, Proses perjalanan penyakit penyakit, dengan cara yang
interpretasi terhadap informasi (1,2,3,4,5) tepat
yang salah, kurangnya
Potensial komplikasi (1,2,3,4,5) Gambarkan proses penyakit,
keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui dengan cara yang tepat
Tanda dan gejala komplikasi
sumber-sumber informasi. penyakit (1,2,3,4,5) Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
Indikator Skala :
Sediakan informasi pada pasien
Tidak ada pengetahuan tentang kondisi, dengan cara
yang tepat

23
Pengetahuan terbatas Hindari jaminan yang kosong

Pengetahuan sedang Sediakan bagi keluarga atau SO


informasi tentang kemajuan
Pengetahuan banyak
pasien dengan cara yang tepat

Pengetahuan sangat banyak


Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber


atau dukungan, dengan cara
yang tepat

Rujuk pasien pada grup atau


agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai


tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

24
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan . Edisi 2. (terjemahan). Penerbit

buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . Volume 2, (terjemahan). Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr

Soetomo Surabaya

25

Anda mungkin juga menyukai