Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA

RUANGAN

Disusun oleh :

Nama : Maura Alviany Kurniawan

NIM : 1801593

Pembimbing Akademik

( Rafika Rosyda, S.kep., Ners., M.Kep )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

1. Definisi Otitis Media


Otitis media adalah suatu imflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga
tengah, yang merupakan penumpukancairan ditelinga tengah (Rahajoe, 2012). Gangguan
telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak
dan orang dewasa (Seopardi, 1998).
Telinga sendiri terbagi menjadi 3 bagian : telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga.
Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di
daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telingga tengah dengan
rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah :

a. Menjaga keseimabangan tekanan udara dalam telinga dan menyesuaikannya dengan


tekanan udara luar.
b. Mengalirkan sedikit lender yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke
bagian belakang hidung.
c. Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke telinga tengah.

2. Etiologi Otitis Media

Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri atau virus
yang menyebabkanb peradangan di mukosa, gangguan drainase telinga tengah melalui
tuba esthacius, yang menyebabkan penumpukan cairan streril. Bakteri atau virus masuk ke
telinga tengah melalui tuba eusthachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah, kuman
penyebab otitis media akut adalah bakteri piogemik seperti streptococcus hemolitikus,
stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus. Selain itu juga kadang ditemukan juga
hemofilus influens yang sering ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun, escherichia colli,
streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenos, (Efiaty, 2007).

3. Manifestasi Klinis Otitis Media


1. Otitis media akut
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, OMA dapat dibagi atas 5 stadium :
a. Stadium radang tuba Eustachii (salpingitis)
Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah , karena adanya absorbsi
udara.
b. Stadium hiperemis (presupurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar dimembran
timpani atau seluruh membran timpani .mukosa cavum timpani mulai tampak
hiperemis atau oedem.
c. Stadium supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum
timpani,menyebabkan membran timpani menjadi menonjol (blging) ke arah telinga
luar.
d. Stadium perforasi
stadium ini terjadi apabila terjadi ruptur pada membran timpani yang bulging pada
saat stadium supurasi. Lubang tempat ruptur (perforasi)tidak mudah menutup
kembali.
e. Stadium resolusi
Membran timpani yang utuh, bila terjadi kesembuhan maka keadan membran
timpani terlaha-lahan akan normal kembali. Sedangkan pada membran timpani
yang utuh tapi tidak terjadi kesembuhan, maka akan belanjut menjadi Glue Ear.
Pada membrane timpani yang mengalami perforasi, bila terjadi kesembuhan dan
menutup maka akan menjadi dry ear (secret berkurang dan mengering).
Sedangkan bila tidak terjadi kesembuhan maka akan berlanjut menjadi otitis
media supuratif kronik (OMSK), dimana secret akan keluar terus menerus atau
hilang timbul.
1. Otitis media subakut
- Efusi 3 minggu-3 bulan
2. Otitis media kronik/menetap
- Efusi lebih dari 3 bulan.

4. Komplikasi Otitis Media

Otitis media jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tetapi bila terjadi
secara berulang, otitis media dapat menyebabkan:
 Gendang telinga robek.
 Gangguan pendengaran hingga gangguan pendengaran secara permanen.
 Perkembangan bicara dan pertumbuhan terhambat.
 Penyebaran infeksi ke tulang di belakang telinga (mastoiditis) sampai ke selaput otak
(meningitis).
 Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan.
 Perforasi yang terjadi terus-menerus.
 Otitis media kronik.
 Kolesteatoma.
 Abses, septikemia.
 Limfadenopati, leukositosis.
 Vertigo.
 Timpanosklerosis.

5. Patofisiologi Otitis Media

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan
oleh bakteri, kemudian m enyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi


kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran
timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga
pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus,
stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada


telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,
terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang
baik.
6. Gambar Otitis Media

ISPA Otitis eksterna mendesak


membran timpani
Invasibkteri
Terjadi robekan membran
tympani
OTITIS MEDIA

Proses inflamasi Produksi cairan Kurang Informasi


serosa

Ujung-ujung syaraf nyeri Akumulasi cairan Koping klien


terangsang mukus Keluarga maladaptif

ansietas
Tinitus, tuli konduktif
nyeri
ringan

Gang, Persepsi
sensori
7. Penatalaksanaan Otitis Media

Penatalaksanaan otitis media pada prinsipnya memberikan terapi


medikamentosa. Pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada stadium
penyakitnya.

1. Stadium oklusi
Pada stadium ini pengobatan utama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eusthachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Disamping itu
sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah
kuman, bukan virus atau alergi.
2. Stadium Presuruprasi
Pada stadium ini antibotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan. Bila
membrane timpani sudah terlihat hipermis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin,
maka diberikan eritromisin.
3. Stadium Supurasi/Perforasi
Pada stadium ini bila terjadi perofrasi sering terlihat adanya sekret secara berdenyut
(pulpasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari
setelah antibiotikayang adekuat. Biasanya sekret hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.
4. Stadium Resolusi
Jika terjadi resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi resolusi
akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membrane
timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga
tengah. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif kronis.

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani.
3. Kultur dan ujin sensitifitas : dilakukan bila dilakukan timpanosensitifitas
(Aspirasi dari telinga tengah melalui membrane timpani.

9. Asuhan Keperawatan Otitis Media


A. Data Fokus Pengkajian
1) Identitas klien

2) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran


(kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan
membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi),
apakah riwayat pada anggota keluarga.

2. Riwayat kesehatan sekarang


kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti
penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada
atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada
keluarga.

3) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien

 Kepala

Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan menggunakan senter


ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna,
bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.

 Kaji adanya nyeri pada telinga


 Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada / thorak
 Jantung
 Perut / abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integument
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah
ada perbedaan konsumsi diit nya.
b. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
c. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk
berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya
sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di
bicarakan orang lain.
B. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Otitis Media Nyeri
 biasanya klien
mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk Proses Inflamasi
dibagian telinganya.
 Biasanya klien
mengatakan nyeri Ujung-ujung syaraf nyeri
berlangsung lama. terangsang
DO :
 Klien tampak meringis Nyeri
kesakitan
 Hasil pemeriksaan
otoskopis diperoleh
membran timpani
tampak merah
2. DS : Otitis Media Gangguan
 Biasanya klien mrngeluh persepsi sensori
kehilangan Produksi cairan serosa
pendengaran pada
telinga yang terganggu. Akumulasi cairan mukus
DO :
 Biasanya klien tampak Tinitus,tuli konduktif ringan
kesulitan memahami
komunikasi. Gangguan Persepsi sensori
3. DS : Otitis Media Ansietas
 Klien mengatakan
merasa cemas dengan Kurang informasi
keadaan penyakitnya.
DO : Koping klien keluarga
 Klien tampak gelisah. maladaptif
 Klien nampak cemas.
Klien selalu bertanya
tentang keadaan Ansietas
penyakitnya

C .Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik
2. Gangguan presepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan
perubahan resepsi ,transmisi, dan integritas sensori
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.

D. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik 1. Teknik relaksasi
berhubungan tindakan keperawatan relaksasi pada yang benar dan
dengan agen selama 3x24 jam nyeri klien dengan efektif dapat
penyebab cidera fisik berkurang dengan mengajarkan membantumenguran
DS : kriteria hasil : teknik relaksasi gi nyeri yang
 biasanya klien  Nyeri yang dirasakan (misalnya bernafas dirasa.
mengatakan kien berkurang perlahan, teratur, 2. Analgetik dapat
nyeri seperti dengan skala 2-0 atau nafas dalam) menekan pusat saraf
ditusuk-tusuk darirentang skala 0- 2. Kolaborasikan rasa nyeri, sehingga
dibagian 10 dengan tim medis nyeridapat
telinganya. dalam pemberian berkurang.
 Biasanya klien analgetik 3. Untuk mengetahui
mengatakan keefektifan
nyeri pemberian analgetik.
berlangsung 3. Kaji kembali nyeri
lama. yang dirasa oleh 4. Informasi yang
DO : klien setelah 30 cukup dapat
 Klien tampak menitpemberian mengurangi
meringis analgetik kecemasan yang
kesakitan 4. Beri informasi dirasaoleh klien dan
 Hasil kepada klien dan keluarga
pemeriksaan keluarga tentang
otoskopis penyebab yeriyang
diperoleh dirasa
membran timpani
tampak merah

2. Gangguan persepsi Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien untuk 1. Keefektifan alat


sensori tindakan keperawatan menggunakan dan pendengaran
(pendengaran) selama 3x24 jam merawat alat tergantung pada
berhubungan persepsi/ sensoris pendengaransecar tipegangguan/ketulia
dengan perubahan membaik. dengan kriteria a tepat. n, pemakaian serta
resepsi ,transmisi, hasil : perawatannya yang
dan integritas  Klien akan 2. Instruksikan klien tepat.
sensori. mengalami untuk 2. Apabila penyebab
DS : peningkatan menggunakan pokok ketulian tidak
 Biasanya klien persepsi/sensoris teknik-teknik yang progresif,
mrngeluh pendengaransampai aman dalam makapendengaran
kehilangan pada tingkat perawatan telinga yang tersisa sensitif
pendengaran fungsional (seperti: saat terhadap trauma dan
pada telinga membersihkan infeksi sehingga
yang terganggu. denganmenggunak harus dilindungi.
DO : an cutton bud
 Biasanya klien secara hati-hati,
tampak kesulitan sementara waktu
memahami hindari berenang
komunikasi. ataupun kejadian
ISPA) sehingga
dapat
mencegahterjadiny 3. Diagnosa dini
a ketulian lebih terhadap keadaan
jauh. telinga atau
3. Observasi tanda- terhadap masalah-
tanda awal masalah
kehilangan pendengaran rusak
pendengaran yang secara permanen.
lanjut. 4. Penghentian terapi
antibiotika sebelum
waktunya
4. Instruksikan klien dapatmenyebabkan
untuk organisme sisa
menghabiskan resisten sehingga
seluruh dosis infeksi
antibiotik yang akanberlanjut.
diresepkan (baik
itu antibiotik
sistemik maupun
lokal).

3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Menunjukkan


berhubungan tindakan keperawatan kepada klien kepada klien bahwa
dengan ancaman selama 3x24 jam, Rasa seputar kondisinya dia dapat
terhadap konsep diri. cemas klien akan dan gangguanyang berkomunikasi
DS : berkurang/hilang.dengan dialami. denganefektif tanpa
 Klien kriteria hasil : menggunakan alat
mengatakan  Klien mampu khusus, sehingga
merasa cemas mengungkapkan dapat
dengan keadaan ketakutan/kekuatiran 2. Diskusikan dengan mengurangirasa
penya``````````kitn nya. klien mengenai cemasnya.
ya.  Respon klien tampak kemungkinan 2. Harapan-harapan
DO : tersenyum kemajuan yang tidak realistik
 Klien tampak darifungsi tidak dapat
gelisah. pendengarannya mengurangikecemas
 Klien nampak untuk an, justru malah
cemas. mempertahankan menimbulkan

 Klien selalu harapan ketidak percayaan

bertanya tentang kliendalam klienterhadap


keadaan berkomunikasi. perawat.
penyakitnya. 3. Berikan informasi
mengenai 3. Memungkinkan klien
kelompok yang untuk memilih
juga metode komunikasi
pernahmengalami yang paling tepat
gangguan seperti untuk kehidupannya
yang dialami klien sehari-hari
untuk disesuaikan degan
memberikandukun tingkat
gan kepada klien. keterampilannya
sehingga dapat
4. Berikan informasi mengurangi rasa
mengenai sumber- cemas
sumber dan alat-lat danfrustasinya.
yangtersedia yang
dapat membantu 4. Dukungan dari
klien. bebarapa orang
yang memiliki
pengalaman
yangsama akan
sangat membantu
klien.

Daftar Pustaka

Hetharia, Rospa dan Sri Mulyani. (2011). Asuhan Keperawatan Ganguan THT

(Telinga, Hidung, Tenggorokan). Jakarta. Trans Info Media.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis


Association) NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta. Mediaction Jogjakarta.

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperwatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha


Medika.

Willams, Llippincott dan Wilkins. (2011). Kapita Selekta Penyakit Dengan

Implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Willy, Tjin. (2019). Komplikasi Otitis Media.


Wihardiji, Tanessa Audrey . (2019). Otitis Media.

Anda mungkin juga menyukai