OTITIS MEDIA
RUANGAN
Disusun oleh :
NIM : 1801593
Pembimbing Akademik
2020
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri atau virus
yang menyebabkanb peradangan di mukosa, gangguan drainase telinga tengah melalui
tuba esthacius, yang menyebabkan penumpukan cairan streril. Bakteri atau virus masuk ke
telinga tengah melalui tuba eusthachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah, kuman
penyebab otitis media akut adalah bakteri piogemik seperti streptococcus hemolitikus,
stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus. Selain itu juga kadang ditemukan juga
hemofilus influens yang sering ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun, escherichia colli,
streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenos, (Efiaty, 2007).
Otitis media jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tetapi bila terjadi
secara berulang, otitis media dapat menyebabkan:
Gendang telinga robek.
Gangguan pendengaran hingga gangguan pendengaran secara permanen.
Perkembangan bicara dan pertumbuhan terhambat.
Penyebaran infeksi ke tulang di belakang telinga (mastoiditis) sampai ke selaput otak
(meningitis).
Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan.
Perforasi yang terjadi terus-menerus.
Otitis media kronik.
Kolesteatoma.
Abses, septikemia.
Limfadenopati, leukositosis.
Vertigo.
Timpanosklerosis.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan
oleh bakteri, kemudian m enyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.
ansietas
Tinitus, tuli konduktif
nyeri
ringan
Gang, Persepsi
sensori
7. Penatalaksanaan Otitis Media
1. Stadium oklusi
Pada stadium ini pengobatan utama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eusthachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Disamping itu
sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah
kuman, bukan virus atau alergi.
2. Stadium Presuruprasi
Pada stadium ini antibotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan. Bila
membrane timpani sudah terlihat hipermis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin,
maka diberikan eritromisin.
3. Stadium Supurasi/Perforasi
Pada stadium ini bila terjadi perofrasi sering terlihat adanya sekret secara berdenyut
(pulpasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari
setelah antibiotikayang adekuat. Biasanya sekret hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.
4. Stadium Resolusi
Jika terjadi resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi resolusi
akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membrane
timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga
tengah. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif kronis.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani.
3. Kultur dan ujin sensitifitas : dilakukan bila dilakukan timpanosensitifitas
(Aspirasi dari telinga tengah melalui membrane timpani.
2) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada
atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada
keluarga.
3) Pemeriksaan fisik
Kepala
C .Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik
2. Gangguan presepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan
perubahan resepsi ,transmisi, dan integritas sensori
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
D. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik 1. Teknik relaksasi
berhubungan tindakan keperawatan relaksasi pada yang benar dan
dengan agen selama 3x24 jam nyeri klien dengan efektif dapat
penyebab cidera fisik berkurang dengan mengajarkan membantumenguran
DS : kriteria hasil : teknik relaksasi gi nyeri yang
biasanya klien Nyeri yang dirasakan (misalnya bernafas dirasa.
mengatakan kien berkurang perlahan, teratur, 2. Analgetik dapat
nyeri seperti dengan skala 2-0 atau nafas dalam) menekan pusat saraf
ditusuk-tusuk darirentang skala 0- 2. Kolaborasikan rasa nyeri, sehingga
dibagian 10 dengan tim medis nyeridapat
telinganya. dalam pemberian berkurang.
Biasanya klien analgetik 3. Untuk mengetahui
mengatakan keefektifan
nyeri pemberian analgetik.
berlangsung 3. Kaji kembali nyeri
lama. yang dirasa oleh 4. Informasi yang
DO : klien setelah 30 cukup dapat
Klien tampak menitpemberian mengurangi
meringis analgetik kecemasan yang
kesakitan 4. Beri informasi dirasaoleh klien dan
Hasil kepada klien dan keluarga
pemeriksaan keluarga tentang
otoskopis penyebab yeriyang
diperoleh dirasa
membran timpani
tampak merah
Daftar Pustaka
Hetharia, Rospa dan Sri Mulyani. (2011). Asuhan Keperawatan Ganguan THT
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan