Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada


Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Oleh :

Ade Ria Carisna (13011001)

Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKES Insan Unggul Surabaya
Jl. Raya Kletek – Taman, Sidoarjo No.04
Tahun Ajaran 2014/2015
2
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Daftar Isi

Daftar Isi................................................................................................................................................2
Bab 1.....................................................................................................................................................3
Laporan Pendahuluan............................................................................................................................3
1.1 Pengertian Sistem imun.............................................................................................................3
1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun..........................................................................................4
1. Sel sistem imun..............................................................................................................................4
2. Organ sistem imun.........................................................................................................................5
3. Fungsi sistem imun........................................................................................................................5
4. Fisiologis.......................................................................................................................................5
5. Etiologi Gangguan Sistem Imun....................................................................................................7
6. Patofisiologi...................................................................................................................................8
7. Manifestasi Klinis........................................................................................................................13
Bab 2...................................................................................................................................................15
Asuhan Keperawatan...........................................................................................................................15
2.1 Pengkajian...............................................................................................................................15
2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................................17
2.3 Perencanaan.............................................................................................................................19
2.4 Implementasi...........................................................................................................................22
2.5 Evaluasi...................................................................................................................................24
Bab 3...................................................................................................................................................26
Penutup................................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................26
3.2 Saran........................................................................................................................................26
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................27
3
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Bab 1

Laporan Pendahuluan

1.1 Pengertian Sistem imun


Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit


klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis
reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun
ini akan membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang
menimbulkan penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang
bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
4
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi
diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal.
Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak
balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.

1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

1. Sel sistem imun


Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang memiliki
fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai oleh antibodi
yang diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan akan antigen yang
pernah dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini
esensial karena berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme
lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag, limfosit
dan golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan basofil. Fagosit
mononukleus berperan sentral dalam respon imun. Makrofag jaringan berasal dari
monosit darah. Sebagai respon terhadap rangsangan antigen makrofsg menelan
antigen tersebut (fagositosis) dan kemudian mengolah dan menyajikannya dalam
bentuk yang dapat dikenali oleh limfosit T.
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara fungsional dan
fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa limfosit T yang berasal
dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin mencakup
berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai Natural Killer (NK Cells).
5
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal


dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi utamanya adalah
fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-sel
ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan imunologis.

2. Organ sistem imun


Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang
darinya menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan keparahan

Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit
T.

Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila, selangkangan dan
daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting
dalam pemeriksaan fisik pasien.

3. Fungsi sistem imun


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur dan
virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
6
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi


eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan
aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini
pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem
komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk
lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga
dapat berlaku sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon
imun utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat
sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus
bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel
tersebut menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
7
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,


sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan
sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

5. Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan


tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit
yang mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat
dalam 3 bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan
penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan
membuat penderita rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan
kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau
zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang
berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen.
Dalam banyak kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi.
Gejala alergi yang sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian
8
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

gejala fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan
penurunan tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

6. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang
berusia lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi
secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi
dan fungsi limfosit T dan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain
adalah akibat penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan
diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi
dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
9
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara
androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas
sel supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan
memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen
cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA
dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan
maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik
(tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan
mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun
(building blocks) yang membentuk komponen structural membrane sel. Lipid
merupakan prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol.
Jika kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan
gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi
sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk menimbulkan deplesi
protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan
menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang
lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
10
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap


neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi
dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan
serotonin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem
biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun
di integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur
serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural
dan endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat
turut mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis
pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada
luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress
karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum
juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis  dapat turut mengganggu sistem imun
melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit
yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena
asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga
berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar
glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan
dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat dari berubahnya
fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang
11
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. 
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus
yang menyalut sel-sel tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit
T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu
mengenali antigen tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti
leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel
darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat
klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan
imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
(NSAID Nonsteroidal anti inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya
untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan
supresi sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran
atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi
seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang
menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas
genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder
baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan
vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat
berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.
12
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

1. Gen kompleks MHC


 

Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc


akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I,
dan sel Td serta sel Th akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan
molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T diawasi secara genetik sehingga
dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih
sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada
individu dengan HLA-B27.
2. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan
dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang
terangkai dengan kromosom X yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan
perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit
yang diturunkan.
Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam respons
imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu Infeksi beberapa infeksi yang terjadi secara
kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak
jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada
jantung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa melewati
plasenta dan merusak hati dan otak janin.
Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi
bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa
menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi janin
gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa
mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.
13
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

7. Manifestasi Klinis
Tanda :

1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6
kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak lain. Sebaliknya,
bayi dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi
telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem
kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlenihan dan penuruna berat badan.

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan.


1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.
2) Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3) Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4) Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5) Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai.


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat.
Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi. Atau respons pengobatan in
komplit.
2. Gejala yang sering dijumpai.
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
14
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.


3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
4) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia, eksim,
teleangiektasi, warts yang hebat).
5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
6) Jati tabuh.
7) Diare dan Mal abrsopsi.
8) Mastoiditis dan otitis persisten.
9) Pneumonia atau bronkitis berulang.
10) Penyakit autoimun.
11) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia,
trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
1) Berat Badan Turun.
2) Demam.
3) Peridontitis.
4) Limfadenopati.
5) Hepatosplenomegali.
6) Penyakit virus yang berat.
7) Artritis atau artralgia.
8) Ensefalitis kronik.
9) Meningitis berulang.
10) Pioderma gangrenosa.
11) Kolangitis sklerosa.
12) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
13) Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
14) Bronkiektasis.
15) Infeksi saluran kemih.
16) Lepas/ puput tali pusat terlambat.
17) Stomatitis kronik.
18) Granuloma.
19) Keganasan limfoid.
15
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Bab 2

Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
1) Nama pasien :
2) Jenis kelamin :
3) Umur : Pada rinitis alergik lebih sering penderita bayi.
4) Alamat : Lingkungan yang terpapar oleh alergen seperti
lingkungan tempat tinggal yang kotor seperti diperkotaan yang dipenuhi
dengan debu dan asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya kurang sehat
dan tempat tinggal yang tidak mempunyai ventilasi atau pertukaran udara
yang baik merupakan awal dari timbulnya gangguan pada sistem imunitas.
Cuaca, suhu dingin di tempat tinggal tertentu juga merupakan penyakit
rhinitis alergi.
5) Suku bangsa :
6) Pekerjaan : mempunyai hubungan langsung sebab akibat
terjadinya serangan rhinitis alergi. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, polisi lalu lintas.
7) Agama :
8) Diagnosa medis :
9) Tanggal MRS :

Yang bertanggung jawab

1) Nama :
2) Pekerjaan :
3) Alamat :
4) Agama :
5) Pendidikan:
6) Hub dengan pasien :
16
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung
gatal.
2) Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita penyakit THT.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa dahulu pernah mengalami hal yang sama dengan
penderita.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Klien lemah dan demam.
2) Kesadaran : Composmentis.
3) Cek TTV :
1) RR.
2) Suhu (meningkat).
3) Nadi.
4) TD.
4) Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih.
2. Mata
Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera merah, mata berair.
3. Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak polip.
4. Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
5. Leher
Tidak ada pembesara kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
6. Dada
17
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Inspeksi : Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada


simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan.
Perkusi : Paru-paru sonor, jantung dullens.
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara napas vesikuler, tidak ada suara
napas tambahan.
7. Perut
Inspeksi : Simetris.
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/menit.
Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik.
Perkusi : Hipertimpan, perut kembung.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Tanggal Data Etiologi Problem


DS : Pasien Obstruksi atau Ketidakefektifan
mengatakan hidung adanya sekret yang jalan napas.
tersumbat dan hidung mengental.
terasa gatal.
DO : Mulut pasien
selalu terbuka agar
bisa bernapas.
DS : Pasien Kurangnya suplai
mengatakan nyeri oksigen.
kepala (pusing). Gangguan rasa nyeri
DO : Pasien terlihat dikepala
menyeringai
kesakitan.
P : Nyeri saat jalan
napas tidak efektif
atau saat beraktivitas.
Q : Nyeri seperti
tercengkram.
18
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

R : Dibagian kepala.
S : Skala nyeri >5.
T : Nyeri hilang
timbul.
TTV : Suhu 38°C,
TD 90/70 mmHg,
RR 25x/menit, Nadi
110x/menit
DS : Pasien Intake yang tidak Gangguan
mengatakan kurang adekuat. pemenuhan
nafsu makan dan kebutuhan nutrisi
kurang tertarik kurang dari
terhadap makanan. kebutuhan tubuh.
DO : Pasien tidak
nafsu makan.
A : BB SMRS = 47
kg, BB MRS = 45
kg.
B : Hasil
pemeriksaan
laboratorium,
penurunan kadar
protein dalam darah
tidak dalam batas
normal (<3,5 mg/dl),
Hb menurun (<1
mg/dl).
C : Turgor kulit
menurun (kembali >
2 detik) mukosa bibir
kering.
D. Penurunan nafsu
makan, porsi makan
tidak habis
19
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Diagnosa :

1) Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.
2) Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.

2.3 Perencanaan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan napas kembali 1) Auskultasi bunyi napas. 1) Obstruksi jalan
efektif dan normal. Catat adanya bunyi napas dan dapat atau
Kriteria hasil : Menunjukkan napas. Misal mengi, tak di
perilaku untuk memperbaiki kerkels, ronki. manifestasikan
bersihan jalan napas. 2) Kaji atau pantau adanya bunyi napas
Misal : Mengeluarkan sekret. frekuensi pernapasan. adventisius.
3) Kaji pasien untuk 2) Adanya beberapa
posisi yang nyaman. derajat dan dapat
Misal : peninggian ditemukan pada
kepala tempat tidur, penerimaan atau
duduk pada selama stres atau
persandaran tempat adanya infeksi akut.
tidur. Pernapasan dapat
4) Pertahankan polusi melambat dan
lingkungan minimum. frekuensi ekspirasi
Misal : debu, asap dan memanjang inspirasi
bulu bantal yang memendek.
berhubungan dengan 3) Peninggian kepala
kondisi pasien. tempat tidur
5) Tingkatkan masukan mempermudah fungsi
cairan 3000/ hari sesuai pernapasan dengan
dengan keadaan menggunakan
20
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

jantung, memberikan gravitasi.


air hangat. 4) Pencetus tipe reaksi
alergi pernapasan
yang dapat mentreger
episode akut.
5) Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret,
mempermudah
pengeluaran.
2. Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri, lokasi, 1) Untuk membantu
keperawatan selama 1x24 jam karakteristik, dan meringankan
diharapkan nyeri dapat integritas nyeri tingkat nyeri
berkurang atau hilang. dengan skala 0-10 diberikan edukasi.
Kriteria hasil : ditanyakan kepada 2) Cek tanda vital
1) Klien dapat pasien nyerinya apakah ada
mengetahui terjadinya urutan ke skala indikator terhadap
gangguan rasa berapa. Kaji tanda- nyeri yang timbul.
nyaman yang tanda vital. 3) Meningkatkan
berhubungan dengan 2) Lakukan masase pada kenaikan kadar
nyeri kepala. daerah nyeri. oksigen dalam
2) Klien mengatasi nyeri 3) Ajarkan teknit ottak untuk
tanpa bantuan. relaksasi misalnya meredakan rasa
3) Pasien dapat napas dalam. nyeri di kepala.
mengatasi sekret 4) Kolaborasi dengan 4) Kolaborasi dengan
tanpa bantuan. dokter dalam tenaga kesehatan
4) Klien dapat bergerak pemberian obat. lainnya untuk
dengan leluasa. memberikan oba
5) Tanda-tanda vital analgetik untuk
dalam batas normal. meningkatkan
tingkat
kenyamanan klien.
3. Nutrisi terpenuhi sesuai 1. Jelasakn tentang 1. Dengan
dengan kebutuhan tubuh. manfaat makan bila pemahaman klien
21
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Kriteria hasil : dikatikan dengan akan lebih


1) Nafsu makan kondisi klien saat ini. kooperatif
membaik. 2. Anjurkan agar klien mengikuti aturan.
2) Keadaan umum mengkonsumsi 2. Untuk menghindari
membaik. makanan yang makanan yang
3) Klien tampak mau disediakan di rumah justru dapat
makan. sakit. mengganggu
3. Lakukan dan ajarkan proses
perawatan mulut penyembuhan
sebelum dan sesudah klien.
makan serta sebelum 3. Higiene oral yang
dan sesudah baik akan
intervensi atau meningkatkan
periksaan peoral. nafsu makan klien.
4. Tingkatkan 4. Makanan adalah
lingkungan yang bagian dari
menenangkan untuk peristiwa sosial,
makan dengan teman dan nafsu makan
jika memungkinkan. dapat meningkat
5. Berikan makanan dengan sosialisasi.
dalam keadaan 5. Makanan hangat
hangat. dapat
6. Berikan makanan meningkatkan
selinga (Mis. Keju, nafsu makan.
biskuit, buah-buahan) 6. Membantu
yang tersedia dalam memenuhi
24 jam. kebutuhan dan
7. Kolabrasi tentang meningkatkan
pemenuhan diet klien. pemasukan.
7. Meningkatkan
pengetahuan sesuai
dengan kondisi
klien.
22
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

2.4 Implementasi

Tanggal/jam No. diagnosa Implementasi Respon pasien


18 April 2015 1,2,3 1. Observasi tanda- DS : Pasien
(09.00) tanda vital dan kaji mengatakan bersedia
nyeri, lokasi, untuk diperiksa
karaktristik, dan DO : Pasien tampak
integritas nyeri tenang.
dengan skala 0-10. DO : Pasien
2. Memberikan jalan menerima tindakan
napas. yang diberikan.
3. Memberikan posisi DS : Napas pasien
yang lebih nyaman lebih efektif.
bisa dengan semi DS : Pasien bersedia
fowler. Agar melaksanakan nya.
mudah bernapas. DO : Pasien terlihat
4. Memberikan obat nyaman dan tenang.
sesuai hasil DO : Obat telah
kolaborasi, diminum, pusing (-),
monitor obat dan suhu berangsur-
respon angsur turun dan
sampingnya. normal.
DS : Pasien
kooperatif untuk
minum obat.
18 April 2015 2,3 1. Kaji nyeri, DS : Klien sudah
(11.00) karakteristik, dan tidak mengeluh
integritas nyeri nyeri. Klien
dengan skala (0-10). mengatakan skala
2. Mengkaji nutrisi nyeri pada skala 0.
pasien. DO : Klien tidak
3. Memberikan terlihat meringis
makanan dalam kesakitan.
23
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

porsi kecil dan DS : Pasien


frekuensi sedang. kooperatif dalam
4. Menjelaskan pada tindakan.
pasien dan keluarga DO : Berat badan
tentang manfaat berangsur-angsur
makanan bernutrisi. meningkat dan
pasien merasa segar
dan tidak lemas.
DS : Pasien tenang
selama makan.
DO : Pasien
menghabiskan
setengah porsi.
DS : Pasien
meneirma
penyuluhan yang
diberikan.
DO : Pasien mampu
menghindari
makanan yang
berisiko untuknya.
18 April 2015 2,3 1. Mengajarkan DS : Pasien dapat
(13.00) teknik relaksasi melakukan teknik
misalnya napas napas dalam.
dalam. DO : Pasien terlihat
2. Memberikan semangat.
antasida dana DS : Pasien
pemberian kooperatif untuk
nutrisi minum obat.
parenteral. DO : Pasien tidak
3. Memberikan meringis kesakitan.
posisi yang DS : Pasien bersedia
nyaman. melaksanakannya.
DO : Pasien terlihat
24
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

nyaman dan tenang.

2.5 Evaluasi

Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Ttd


18 April 2015 1. S : Pasien
mengatakan sekret
mulai hilang dan
jalan napas lebih
efektif.
O : Pasien tidak
membuka mulutnya
lagi untuk benapas.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di
hentikan.
18 April 2015 2. S : Pasien
mengatakan
kepalanya sudah
tidak nyeri lagi.
O : Klien tidak
terlihat meringis
kesakitan.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
18 April 2015 3. S : Pasien
mengatakan tidak
merasa lemas.
O : Wajah pasien
tidak tampak pucat
lagi.
A : Masalah teratasi.
25
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

P : Intervensi
dihentikan.

Bab 3

Penutup

3.1 Kesimpulan
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing
dengan membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini
diperlukan untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja
melindungipejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga
mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena
autoimun.
26
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imunodefisiensi

Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu jika adanya gangguan pada
sistem imunitas, biaya yang dikeluarkan untuk berobat akan semakin mahal apabila
gangguan sistem imunitas ini tidak diatasi.
Sebagai pelayan kesehatan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif guna membantu memperbaiki kondisi pasien. Serta memberikan edukasi
pada pasien agar pasien koperatif dalam menjaga kesehatannya.

3.2 Saran
Di jaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem
dalam tubuh kita mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem imunitas ini.
Gangguan ini di karenakan faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada
dialam. Maka dari itu lebih baiknya juka kita menjaga kesehatan kita sendiri dengan
memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.

Membangun lingkungan yang bersih serta udara yang segar. Karena bisa
sewaktu-waktu gangguan itu akan terjadi. Menghimbau pada masyarakat lainnya
tentang gaya hidup sehat. Alangkah baiknya jiga melangkah bersama menuju bangsa
yang sehat.

Daftar Pustaka
1. Carpenito, Lynda Juall 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC.
2. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Price, Syilvia. 2005. Patofisiolois : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
4. McPhee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai