Anda di halaman 1dari 2

1.

Berikanlah contoh perilaku oportunistis terwaralaba dan pewaralaba yang dapat merusak relasi
di antara kedua belah pihak!
Pewaralaba kerap mengenakan biaya promosi kepada terwaralaba dalam rangka membangun
merek. Perilaku yang oportunistis akan mengikis relasi antara pewaralaba dengan terwaralaba
dan tidak akan berkembang dalam jangka panjang

2. Jelaskanlah area dalam waralaba yang kerap memicu terjadinya konflik!


-SOP yang harus diikuti oleh terwaralaba.
-Kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Konflik kerap kali sulit dihindari untuk tidak terjadi di sebuah organisasi bisnis, namun
pewaralaba dapat memperhatikan hal-hal berikut ini agar dapat menekan terjadinya konflik
(Sherman, 2004):
• Perekrutan terwaralaba.
• Pemilihan tempat dan hak teritorial.
• Praktik dan prosedur akuntansi
• Penggunaan dana periklanan.
• Supervisi dan dukungan.
• Kendali kualitas
• Perlakuan yang tidak sama.
• Transfer dari terwaralaba.
• Pelatihan dari pewaralaba.
• Dokumentasi
3. Jelaskanlah alasan mengapa wirausaha enggan untuk mewaralabakan usahanya?
• Perusahaan ingin menghindari kewajiban
sebagai pewaralaba.
• Perusahaan ingin menghindari persyaratan untuk mengungkapkan informasi internal kepada
masyarakat.
• Perusahaan takut risiko dari kewajiban sebagai pewaralaba.
• Perusahaan dapat mencapai efisiensi distribusi dengan tidak mewaralabakan usahanya dan
tidak menginginkan kendali yang ketat.
• Perusahaan tidak memerlukan atau tidak menginginkan merek dagangnya “dilisensikan”
kepada pihak lain.
• Perusahaan tidak sungguh-sungguh siap untuk menjadi pewaralaba atau tidak memiliki sistem
yang telah siap untuk waralaba.
4. Jelaskanlah keunggulan waralaba dibandingkan dengan lisensi merek!
• Bila dibandingkan dengan lisensi, waralaba memiliki karakteristik sebagai hak yang bersifat
aktif (active rights), sementara lisensi sebagai hak yang bersifat pasif (passive rights).
• Aktivitas pemberi lisensi (licensor), terbatas pada supervisi atas penggunaan yang tepat dari
lisensi yang diberikan dan mengumpulkan royalti. Sementara itu, pewaralaba secara ketat
mengendalikan operasi waralaba yang dijalankan terwaralaba.
• Pemberi lisensi juga membatasi penerima lisensi untuk melakukan modifikasi atas produk yang
dilisensikan, terutama bila dapat mengurangi nilai dari merek dagang produk tersebut. Pada
bisnis
waralaba, pewaralaba masih dapat memberikan peran kepada terwaralaba untuk mengadaptasi
produk sesuai pasar yang dihadapi namun tetap atas persetujuan dan pengendalian dari
pewaralaba.

Anda mungkin juga menyukai