Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Bank

Pengertian Bank secara umum: Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan menurut Undang-undang
No 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
(Kasmir, 2014:3-4).

Pengertian Bank Syariah: Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari
banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari
menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti
berlian, peti uang dan sebagainya. Dalam Al-Qur`an, istilah bank tidak disebutkan secara
jelas. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,
manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti
zakat, sadaqah, ghanimah (harta rampasan perang), ba`i (jual beli), dayn (utang dagang),
maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu
dalam kegiatan ekonomi.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank
akan selalu berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utamanya.
(Heri Sudarsono, 2003: 18-19).

Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas antara lain:

1. Pemindahan uang.
2. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran.
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya.
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga.
5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang.
6. Memberi kredit, dan;
7. Memberi jaminan kredit.

Prinsip-prinsip dasar Perbankan Syariah:


1. Bebas dari bunga (riba).
2. Bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (maysir).
3. Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar).
4. Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil).
5. Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.

Merujuk pada pengertian di atas, bank syariah merupakan bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang sumber utamanya adalah Al-Qur`an dan Hadist.
Dalam operasinya, bank syariah menghindarkan diri dari praktek-praktek yang mengandung
unsur riba dan menggantinya dengan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan. (Ahmadiono, 2013:11).

Tujuan dan Ciri-ciri Bank Syariah

Bank syariah mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya


muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek
riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar
(meragukan), di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam agam Islam,
juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan keadilan suatu bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar
antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang
lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang
produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program
utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah.

Ciri-ciri Bank Syariah:

1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam
bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan
kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar.
2. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihndari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
3. Dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan di muka.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah).
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank
dari sudut syariahnya.

Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan
pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya
berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap
sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya. (Heri Sudarsono, 2003: 31-33).

Fungsi dan Peran Bank Syariah.

Keberadaan bank sebagai lembaga intermediasi keuangan telah menjadi instrumen penting
dalam sirkulasi aktivitas perekonomian. Bahkan, posisi perbankan menduduki posisi strategis
karena peranannya dalam mengembangkan sektor riil perekonomian suatu bangsa. Di
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, keberadaan perbankan telah
menjadi bagian penting aktifitas perekonomian mereka sehari-hari, sehingga nyaris tidak ada
aktifitas perekonomian masyarakat Islam yang tidak berhubungan dengan sistem perbankan
nasional.

Sebagai lembaga yang relatif baru bila dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah
memiliki tugas untuk dapat meyakinkan nasabahnya, bahwa tanpa menerapkan sistem bunga
sebagai instrumen dalam transaksinya, bank syariah juga mampu memberikan keuntungan
bagi para nasabah dengan cara bagi hasil

B. KATEGORI BISNIS FINANSIAL KONVENSIONAL

PERBANKAN KOMERSIAL Fungsi utama bank komersial modern mencakup penerimaan


simpanan dari berbagai sifat, pemberian pinjaman jangka pendek dan jangka menengah
melalui overdrat, pendiskontoan surat utang dan surat berharga, pemberian pinjaman atas
surat berharga untuk bisnis dan rumah tangga, pembiayaan hipotek jangka panjang, dan
investasi di pasar modal. Di beberapa pasar, bank komersial juga melakukan perbankan
perdagangan. Semua bisnis yang berbasiskan dana ini dilakukan berbasiskan bunga yang
dikenakan kepada para pengguna dana dan dibayarkan kepada deposan/investor. Bank
komersial juga berurusan dengan valuta asing, penukaran uang, dan beberapa jasa lain seperti
pengeluaran letter of credit (L/C) dan letter of guarantee (LU), pembayaran yang
dilakukan/diterima atas nama nasabah, penyimpanan barang berharga, dan beberapa
pelayanan pemberian nasihat untuk biaya atau komisi jasa

Namun, semua bank komersial mungkin tidak akan menjalankan semua fungsi yang
disebutkan itu, dan sebagian besar darinya menjalankan bisnis penerimaan simpanan dengan
fasilitas penarikan melalui cek serta pemberian pinjaman jangka pendek guna memberikan
running finance (fasilitas pinjaman yang melebihi saldo di rekening) bagi bisnis dan industri.
Pembiayaan angka menengah dan panjang sebagian besar diatur oleh bank investasi dengan
cara perantaraan langsung di antara investor dan industri/bisnis.

Sisi Simpanan/Kewajiban Bank Komersial Semua simpanan dalam bank komersial


merupakan kewajiban bank karena keseluruhan jumlah simpanan tersebut harus dibayarkan
kembali dengan ataupun tanpa imbalan. Rekening giro yang biasanya dipertahankan oleh
sektor bisnis dan korporati tidak memberikan imbalan dan digunakan untuk mengatur arus
kas mereka. Tabungan, deposito, notice deposit (simpanan yang penarikannya harus
memberikan pemberi tahuan terlebih dahulu), dan sertifikat investasi (certifhcate of
investment: COl)sertifikat deposito (certificate of deposit: COD) merupakan simpanan yang
memberikanI imbalan untuk jangka waktu menengah dan panjang. Penjelasan singkat
mengenal sisi simpanan bank dapat dilihat sebagai berikut.

a) Rekening Giro Rekening ini merupakan jenis rekening dasar yang dipertahankan
terutama oleh nasabah korporat dan individu guna mendapatkan fasilitas kredit dari
bank/institusi finansial. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, biasanya rekening yang
demikian tidak memberikan keuntungan akan tetapi, banyak badan pengawas
memperbolehkan pembayaran bunga atas rekening yang demikian dan beberapa bank
memberikan sedikit keuntungan sebagai bagian dari strategi pemasaran. Dengan
demikian, rekening giro dalam sistem konvensional dapat memberikan keuntungan
atau tidak.
b) Rekening Tabungan Rekening ini merupakan rekening koran biasa yang ditawarkan
oleh bank komersial untuk memobilisasi dana dengan bayaran berupa bunga; rekening
tabungan biasanya membutuhkan saldo minimal. Rekening koran yang berbeda
menawarkan tingkat bunga yang berbeda bergantung pada jumlah simpanannya.
Konsep produk harian digunakan untuk mendapatkan hak imbalan bagi beragam
deposan. Rekening tabungan dan sebagian dari rekening deposito secara bersama-
sama juga dikenal dengan sebutan "demand deposit" karena seseorang dapat kapan
saja menarik sejumlah uang tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
c) Rekening dengan Jangka Waktu Tetap/Certificate of Investment/ Certificate of
Deposit i Dalam rekening deposito (seperti yang ditulis dalam judul), pemegang
deposito setuju untuk menahan uangnya selama periode waktu tertentu sementara
bank berkomitmen membayar tingkat bunga yang telah ditentukan yang bergantung
pada jangka waktu depositonya—semakin panjang jangka waktunya, semakin tinggi
tingkat bunganya. beberapa bank mengenakan sanksi bila dicairkan sebelum jatuh
tempo-beberapa bank mengenakan sanksi yang ditentukan terlebih dahulu atas sisa
waktu umur deposito tersebut, sementara yang lain menggunakan periode lamanya
uang tersebut ada di bank. Dalam pasar finansial dengan kompetisi terbuka, tingkat
pengembaliannya disesuaikan sedemikian rupa guna mengantisipasi penarikan lebih
awal dengan mengingat periode investasi dan sisa periodenya.

Anuitas/Perpetuasi Anuitas pada umumnya tumbuh di rekening tabungan untuk bank


komersial. NBFI menggunakan COI untuk menawarkan anuitas. Deposan berhak menarik
uangnya setelah jatuh tempo deposito. Namun, sering kali anuitasnya berubah dengan
sendirinya menjadi perpetuasi pada saat jatuh tempo, yakni pemegang deposito
diperbolehkan menarik sejumlah uang vang disetujui sesering mungkin dengan kerangka
waktu yang telah disetujui. Produk yang demikian ini hanya ada dalam industri reksa dana
dan pasar saham serta dikenal dengan sebutan "rencana reinvestasi dividen"

Produk Pembayaran Keuntungan di Muka Dalam tipe produk ini, jumlah keuntungan yang
diantisipasi didiskontokan dan di bayar di muka. Pada dasarnya, hal ini serupa dengan
deposito berjangka yang ditawar kan dengan diskonto.

Manajemen Kas/Rekening Manajemen Dana Menurut sejarah, NBFI dan khususnya bank
investasi biasa memelihara rekening manajemen kas. Akan tetapi, selama dekade terakhir ini
bank komersial semakin banyak menawarkan rekening manajemen kas dan manajemen dana
yang menawarkan keleluasaan pengelolan kepada bank (discretionary) ataupun yang
pengelolaannya harus berdasarkan persetujuan pemilik rekening (nondiscretionary). Jenis
CMA yang umum memerlukan sejumlah simpanan pada bank untuk periode waktu yang
disetujui yang memberikan tingkat pengembalian tetap atau tingkat pengembalian yang
terkait dengan aktivitas lain di pasar modal. Dalam kasus nondiscretionary account, nasabah
memberi instruksi kepada bank mengenai jenis investasinya pula. Dalam sebagian besar
kasus di perbankan konvensional, sejumlah pengembalian yang bersifat tetap dibayarkan
kepada nasabah. Ada pula beberapa kasus yang sering terjadi dimana dana dinvestasikan dan
hanya dikenai biaya tertentu dan semua keuntungannya diberikan ke deposan

Sisi Aset Bank Komersial Bank komersial menyebarkan dana deposan untuk pinjaman
jangka pendek (satu tahun atau kurang dari satu tahun), jangka menengah (satu hingga tiga
tahun), dan jangka panjang (lebih dari lima tahun) dengan berbasiskan bunga. Bankir yang
bijaksana seharusnya mempertimbangkan karakteristik dan integritas bisnis peminjamnya,
arus kas dan kapasitas pembayarannya, tujuan peminjaman, serta barang yang ditawarkan
sebagai jaminan.

C. PASAR FINANSIAL KONVENSIONAL

Pasar finansial memfasilitasi manajemen likuiditas bagi investor. Ketika pemegang surat
berharga yang bersangkutan memerlukan uang tunai, ia dapat menjual surat berharga tersebut
ke pihak ketiga melalui pasar finansial. Pembeli kemudian menggantikan posisi pemegang
sebelumnya dan memilki hak untuk menerima sejumlah tersebut. Pasar finansial dalam
kerangka konvensional meliputi pasar uang dan pasar modal. Sementara pasar uang
didasarkan pada resi dan pembayaran bunga atas pinjaman Jangka pendek serta perdagangan
instrumen utang jangka pendek, pasar modal meliputi utang jangka menengah dan jangka
panjang serta transaksi yang berbasiskan ekuitas. Pasar valuta asing juga dianggap sebagai
bagian dari pasar finansial.

D. KEBUTUHAN AKAN BANK ISLAMI DAN NBFI bunga merupakan landasan pertama
sistem finansial modern. Dengan mengingat pelarangan keras atas bunga dalam kerangka
islami, seseorang dapat menganggap bahwa sistem keuangan islami dan sistem perekonomian
dapat dikembangkan tanpa adanya perantara seperti bank dan institusi finansial, tapi hal ini
adalah kesalahpahaman. Bank dan institusi finansial akan tetap menjadi bagian yang cukup
penting dalam kerangka islami pula, bisnis modern membutuhkan dana yang besar,
sementara orang pada umumnya hanya memiliki jumlah tabungan yang kecil. Hal ini
menuntut adanya institusi perantara yang mana bisnis dapat secara langsung atau tidak
langsung terlayani dengan kumpulan uang penabung sedemikian rupa sehingga
penabung/investor juga dapat mendapatkan tingkat pengembalian yang adil atas investasi
mereka dan bisnis serta industri bisa mendapatkan dana yang dituntut untuk memastikan
persediaan barang dan jasa yang memadai untuk kesejahteraan umat manusia.

E. PASAR DAN INSTRUMEN FINANSIAL ISLAMI Pasar finansial islami, seperti halnya
tandingannya, mencakup pasar uang dan pasar modal, tapi instrumen dan prosedur
berfungsinya berbeda. Pasar finansial islami akan terbebas dari bunga dan mengikuti
serangkaian prinsip berbeda.

Semua instrumen utama dalam pasar finansial islami berkaitan dengan ekuitas. Selain
instrumen ekuitas dalam bentuk saham pada suatu perusahaan, sistem finasial islami memiliki
instrumen keikutsertaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang dapat
ditebus kembali yang mewakili kepemilikan atas aset, dan karenanya berhak atas
keuntungan/kerugian sebagai akibat dari kegiatan operasional yang dijalankan atas aset
tersebut. Beragam instrumen keikutsertaan dapat didasarkan pada (i) pembagian
keuntungan/kerugian (Mudharabah/Musyarakah), seperti instrumen yang diterbitkan oleh
Mudharabah dan perusahaan pengelolaan aset, serta participation term certificates (PTC)
(surat tanda bukti keikutsertaan dalam dana kelolaan), dan (ii) pembagian pendapatan sewa
dalam bentuk Musyarakah Susut atau sebaliknya.

Pasar utang atau obligasi murni bukanlah bagian pasar finansial islami yang aktif karena
kewajiban utang harus dibayarkan pada nilai nominalnya dan tetap harus diamati oleh
peraturan Hawalah (jaminan pada debitur awal jika pengalih utang tidak dapat membayarkan
kewajiban). Instrumen dengan basis berfungsinya pasar islami haruslah didukung oleh atau
diwakili oleh transaksi saksi aset ril. Surat utang haruslah dihasilkan dari transaksi yang
didasarkan pada mode perdagangan atau ijarah apa pun yang dapat secara implisit mencakup
nilai waktu uang pada tahap penetapan harga komoditas yang mendasarinya atau hak atas
pemantaatan aset.

Instrumen tersebut dapat memiliki tingkat pengembalian yang bersifat variabel atau
kuasitetap. Instrumen ekuitas yang memiliki tuntutan atas bagian dari penghasilan tetap dan
aset dari bisnis memberikan tingkat pengembalian variabel, sementara instrumen yang
berkaitan dengan utang dapat diterbitkan berkaitan dengan transaksi vang berbasiskan
perdagangan atau penyewaan yang terus diamati di bawah prinsip yang mendasari mode-
mode islami. Dukungan oleh aset rill menurut peraturan dari setiap mode terkait adalah
keharusan dan penggantian transaksi kertas dengan transaksi lainnya yang serupa tidak akan
memenuhi tujuan rilnya. Instrumen pasar finansial islami dapat dibagi ke dalam dua jenis
berkenaan dengan sifat alamiah dan aliran imbalannya: Surat berharga pendapatan
tetap/kuasitetap. Bank dapat mengonversi menjadi surat berharga atau menjual sekumpulan
aset atau menawarkan sertifikat deposito terhadap dana yang dikumpulkan melalui ijarah dan
beberapa kontrak (Akad)

Murabahah serta Istisna. Ia akan menawarkan kepada investor/deposan rangkaian arus kas
yang mencakup imbalan dari aset yang dikumpulkan tersebut. Surat berharga yang demikian
akan mengakomodasi investor yang tidak terlalu menyuikai risiko seperti janda, pensiunan,
dan sebagainya, serta menghasilkan sumber daya baru untuk perantaraan tambahan dan arus
pendapatan kepada bank. Surat berharga pendapatan variabel (berbasiskan Svirkah). Surat
berharga yang demikian dapat dikonversikan bank menjadi surat berharga kumpulan dana
dari kontrak (Akad) Musyarakah dan Mudharabah yang merupakan bagian dari portotolio
aset mereka. Surat berharga yang demikian ini akan menawari investor rangkaian pendapatan
variabel yang memiliki potensi pertumbuhan yang didasarkan pada kekuatan dari proyek-
proyek yang mendasarinya—keuntungan dan risikonya tentunya akan lebih tinggi
dibandingkan dengan surat berharga pendapatan stabil. Surat berharga yang demikian akan
mengakomodasi investor yang berperan mengambil risiko dengan kesempatan yang sepadan
untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Ayub, Muhammad. 2007. Understanding islamic finance A-Z keuangan syariah. Jakarta:
Kompas Gramedia.

https://www.kompasiana.com/zuhrotulbaiti/5c87690b12ae9459e7609b68/peran-bank-syariah-di-
indonesia. Diakses Selasa, 07 April 2020 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai