ABTRAK
Pektin merupakan senyawa organik yang bisa terdapat sayur dan buah-buahan berserat.
Kegunaan pektin sangat luas dan secara umum digunakan sebagai pengental pada industri
makanan dan sebagai plastisizer pada industri polimer. Di Indonesia, pektin diperoleh dari
import padahal Indonesia merupakan negara Tropis yang memiliki berbagai macam buah dan
sayur dengan serat tinggi, salah satunya ialah buah Mengkudu. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui lama waktu ekstraksi dan pH yang baik untuk mengekstrak pektin dari buah
Mengkudu. Ekstraksi pektin dilakukan pada variasi pH 1; 1,5; 2; 2,5; 3 selama 1 jam pada
suhu 80oC yang berturut-turut menghasilkan pektin sebanyak 0,75 g, 0,2 g, 0,1 g, 0,27 g,
0,27g. Setelah diperolah pH dengan hasil terbaik yaitu pH 1 maka dilakukan percobaan
dengan waktu ekstraksi selama 40 menit, 50 menit, 60 menit, 70 menit, 80 menit yang
berturut-turut menghasilkan pektin sebanyak 1,26 g, 1,57 g, 2,05 g, 2,37 g, 2,93 g.
ABSTRACT
Pectin is an organic compound that can be found in fibrous vegetables and fruits. The
use of pectin is very broad and is generally used as a thickener in the food industry and as a
plasticizer in the polymer industry. In Indonesia, pectin is obtained from imports even though
Indonesia is a tropical country that has a variety of fruits and vegetables with high fiber, one
of which is Noni fruit. This research was conducted to determine the time of extraction and
good pH to extract pectin from Noni fruit. Pectin extraction was carried out at a pH variation
of 1; 1,5; 2; 2.5; 3 for 1 hour at a temperature of 80oC which produced pectin as much as
0.75 g, 0.2 g, 0.1 g, 0.27 g, 0.27g. After obtaining the pH with the best results, namely pH 1,
the experiment was carried out with extraction time of 40 minutes, 50 minutes, 60 minutes, 70
minutes, 80 minutes which respectively produced 1.26 g, 1.57 g, 2.05 g, 2.37 g, 2.93 g.
PENDAHULUAN
Pektin merupakan senyawa pengental yang 1790. Namun pektin baru dikenalkan pada
ditemukan oleh Vauquelin dalam jus buah tahun 1824 oleh Braconnot yang
sekitar 200 tahun yang lalu, pada tahun menyebutkan bahwa substansi yang memberi
peran sebagai pengental disebut sebagai pektin hampir larut sempurna dalam 20
Asam Pektat (Herbstreith dan Fox, 2005). bagian air dan membentuk cairan kental,
Pada dasarnya semua tanaman yang larutan koloidal yang mudah dituang dan
berfotosintesis tanpa terkecuali mengandung bersifat asam terhadap kertas lakmus.
pektin namun dalam jumlah yang berbeda Pektin memiliki kelarutan yang berbeda
bergantung dari jenis tanaman dan tingkat sesuai dengan kandungan metoksilnya.
kematangannya (McCready, 1965). Pada Pektin dengan kadar metoksil tinggi dapat
umumnya senyawa-senyawa pektin dapat larut dalam air dingin dan dengan kadar
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok metoksil rendah dapat larut dalam alkali dan
senyawa yaitu asam pektat, asam pektinat asam oksalat (Gilksman, 1969), Namun
dan protopektin. pektin tidak dapat larut dalam aceton dan
Pada Asam Pektat gugus karboksil asam alkohol (Kirk dan Othmer, 1952).
galakturonat pada ikatan polimernya tidak Kelarutan pektin di dalam air ditentkan
teresterkan. Asam pektat dapat membentuk oleh jumlah gugus metoksil dan bobot
garam seperti asam pada umumnya dan molekulnya. Secara umum, kelarutan dapat
terdapat dalam jaringan tanaman sebagai meningkat dengan menurunya bobot molekul
Kalsium atau Magnesium Pektat (Winarno, dan meningkatnya gugus metoksil. Sifat
2004) Asam pektat tersusun dari beberapa penting dari pektin adalah kemampuan
elemen struktural dan yang paling penting membentuk Gel. Pektin dengan metoksil
diantaranya adalah Homogalakturonan (HG) tinggi dapat membentuk Gel dengan gula
dan Rhamgalakturonan tipe I (RG-I) (Pilnik dan asam, yaitu dengan konsentrasi gula 58-
dan Voragen, 1970). 75% dan pH 2,8-3,5, pektin dengan metoksil
Secara keseluruhan mengkudu rendah tidak dapat membentuk Gel dengan
merupakan buah bergizi lengkap. Zat nutrisi gula dan asam namun dapat membentuk Gel
yang dibutuhkan tubuh seperti protein, dengan adanya ion-ion Kalsium (Caplin,
vitamin dan mineral penting tersedia dalam 2004).
jumlah cukup pada buah mengkudu. Irawan dan Prihanto (2006) melakukan
Dari hasil analisis komposisi nutrisi jus ekstraksi pektin menggunakan asam lemah
mengkudu yang tidak difermentasi, diketahui sebagai pelarut. Dari penelitian yang
bahwa kandungan materi kering mencapai dilakukan, didapatkan hasil yaitu ekstraksi
10% yang terutama terdiri dari glukosa dan pektin bergantung pada pH dan waktu.Waktu
fruktosa (masing-masing 3-4%), potein (0,2- yang tepat untuk proses ekstraksi pektin
0,5%) dan lipid (0,1-0,2%) (Rahmawati, adalah 60 menit dengan pH 2,5 pada suhu
2009) 80oC. Pektin yang dihasilkan dari kondisi
Sementara itu berdasarkan penelitian tersebut memiliki kandungan metoksil yang
yang dilakukan Solomon, buah mengkudu tinggi dan belum mengalami depolimerisasi.
mengandung 52,42% karbohidrat, serat Ekstraksi pektin dengan waktu yang terlalu
33,38%; air 7,12%; abu 4,82%; lemak 1,51% lama dan suhu yang terlalu tinggi akan
dan protein 0,75%. Fraksi karbohidrat yang membuat pektin mengalami depolimerisasi
terdiri dari polisakarida tersusun atas dan berat ekivalennya akan menjadi rendah.
Homogalakturonan pektin, Dengan demikian kondisi proses juga
Rhamnogalakturonan I, Arabinan dan perlu diperhatikan untuk memperoleh pektin
Arabinogalaktan tipe I dan II. dengan karakteristik yang sesuai dengan
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi standar mutu International Pectin
V (2014) pektin berbentuk serbuk kasar atau Association (2002) dan Codex (2006).
halus, berwarna putih kekuningan, hampir Karakteristik standar pektin disajikan dalam
tidak berbau dan mempunyai rasa mulisago Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Standar Pektin menurut International Pectin Association dan Codex
Faktor Mutu Kadar
Kadar Air Maksimal 12%
Kadar Abu Maksimal
Berat Ekivalen 600-800
Kandungan Metoksil:
Pektin Metoksil Tinggi >7,12%
Pektin Metoksil Rendah 2,5-7,12%
Kadar Asam Galakturonat Minimal 65%
Derajat Esterifikasi:
Pektin Ester Tinggi Minimal 50%
Pektin Ester Rendah Maksimal 50%
Keterangan :
1. Beaker glass.
2. Thermometer
Alcohol.
3. Pengaduk lidah.
4. Kasa asbes.
5. Tripot
6. Bunsen
7. Klem
8. Statif
Diagram pH vs Yield
0,008
0,007
0,006
0,005
Yield
0,004
0,003 Yield
0,002
0,001
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
pH
Menurut Irawan dan Prihanto (2006) selain itu pektin yang dihasilkan sangat sukar
ekstraksi pektin akan memperoleh hasil yang larut dalam air dingin.
optimal pada pH 2,5. Namun dari data yang Menurut Gilksman (1969) menyatakan
dihasilkan menunjukan bahwa pH yang bahwa kelarutan pektin dipengaruhi oleh
dapat menghasilkan pektin secara maksimal kadar metoksil yang berbanding lurus
ialah pH 1 sedangkan untuk pH lebih dari 1 dengan berat ekivalen. Semakin besar berat
menghasilkan yield pektin yang sedikit ekivalen suatu pektin maka semakin besar
pula kadar metoksilnya, pektin dengan Codex, 2006). Dengan demikian maka secara
spesifikasi seperti ini umumnya dapat larut teori, pektin yang dihasilkan dari buah
dalam air dingin. Namun apabila pektin mengkudu memiliki kadar metoksil yang
dengan kadar metoksil yang rendah maka rendah sehingga memerlukan pH yang
akan memiliki berat ekivalen yang rendah rendah untuk dapat diekstraksi.
sehingga akan lebih sulit untuk larut dalam
air dingin dan umumnya akan larut dalam PENGARUH WAKTU TERHADAP
kondisi asam atau basa. YIELD PEKTIN
Suatu pektin dapat dikatakan memiliki Pengaruh waktu ekstraksi terhadap yield
metoksil rendah apabila kadarnya 2,5-7,12% pada ekstraksi pengambilan pektin dari buah
(International Pectin Asosiasion, 2009 dan mengkudu disajikan dalam Gambar 3.
Diagram Waktu Ekstraksi vs Yield
0,035
0,03
0,025
0,02
Yield
0,015
Yield
0,01
0,005
0
0 20 40 60 80 100
Waktu Ekstraksi (menit)