Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN
Kebhinekaan merupakan sebuah identitas bangsa Indonesia yang tidak dapat
dipungkiri. Namun, kebhinekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang harus
dipandang dengan kebanggan, karena kita bisa terlepas dari paham primordialisme
sempit yang menganggap ras, adat, agama lain lebih rendah dan buruk di banding
milik pribadi.
Pada jaman ini nilai-nilai kebhinekaan sudah mulai memudar sehingga oknum-
oknum tertentu yang membawa paham radikalisme dapat dengan mudah masuk ke
dalam masyarakat Indonesia. Namun, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika
generasi-generasi penerus bangsa kita terus membangun gerakan-gerakan yang
positif demi menjaga keutuhan dari bangsa Indonesia dari pengaruh paham
radikalisme. Contohnya pada artikel yang akan saya bahas pada makalah ini yaitu
“Merajut Kebinekaan Lewat Museum Pustaka Peranakan Tionghoa”. Museum ini
dibangun oleh pemuda Indonesia untuk mempererat rasa kebhinekaan di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat tionghoa pernah mengalami masa-masa
kelam di Indonesia pada tahun 1998.

II. DASAR TEORI


Asal kata “Bhineka” dalam terjemahan bebas artinya kurang lebih adalah
beraneka dan keberagaman. Dalam filosofi hidup bangsa Indonesia, Pancasila, kita
mengenal semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mengandung makna dalam
persatuan Indonesia bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam
suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam
namun keseluruhannya merupakan satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Bagi
bangsa Indonesia semboyan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan dasar untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia dengan cara hidup saling menghargai
dan bertoleransi antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya tanpa
memandang suku, agama, dan yang lainnya. Seperti yang telah kita ketahui
Indonesia merupakan negara yang memiliki beribu pulau sehingga memiliki beribu

1
suku, bahasa dan yang lainnya, dengan Bhineka Tunggal Ika semua itu melebur
menjadi satu membentuk satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu
Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Naskah ini ditulis oleh
Mpu Tantular saat Raja Hayam Wuruk, penguasa Kerajaan Majapahit (1350-1389).
Potongan pernyataan "Bhineka Tunggal Ika" dipetik oleh Prof. Muh. Yamin dan
disahkan sebagai semboyan negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1950. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Dengan bercermin pada fakta sejarah itulah, filsafah "Bhineka Tunggal Ika"
dijadikan motto perjuangan para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Buktinya
di zaman Kebangkitan Nasional, bangsa Indonesia tidak lagi berjuang untuk suku
bangsa atau derah tertentu, teatpi untuk seluruh bangsa Indonesia. Puncaknya
tercetus melalui "Sumpah Pemuda" pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari
berbagai kelompok kesuku bangsaan di Indonesia bersumpah akan adanya bangsa
yang satu, tanah tumpah darah yang satu, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Motto Bhenika Tunggal Ika dituliskan pada sehelai pita yang dijepit diantar kadua
kaki burung Garuda. Moto ini melambangkan adanya semangat kesatuan dan
persatuan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Motto Bhineka Tunggal Ika secara lebih jelas dan konstitusional dituangkan
dalam konsep wawasan nusantara, melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap
MPR No. IV/MPR/1973). Konsep ini antara lain dapat diartikan sebagai cara
memandang Indonesia (nusantara) sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanana nasional (Ipoleksosbudhankamnas).
Penjabaran mengenai hal ini bisa dilihat pada bagian berikut :
a. Ideologi, Indonesia sebagai satu kesatuan ideologi Pancasila
b. Politik Indonesai sebagai satu kesatuan politik kenegaraan dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 UUD 1945)
c. Ekonomi Indonesia sebagai satu kesatuan ekonomi nasional

2
d. Sosial, Indonesia sebagai satu kesatuan masyarakat walaupun terdiri dari banyak
masyarakat suku bangsa
e. Budaya, Indonesia sebagai satu kesatuan kebudayaan nasional yang didukung oleh
budaya daerah.
f. Pertahanan, Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan terhadap kemungkinan
adanya ancaman, tantangan, dan gangguan, terutama dalam bentuk serangan dari
luar negeri.
g. Keamanan, Indonesia sebagai satu kesatuan keamanan terhadap adanya ancaman,
tantangan, halangan dan gangguan, terutama bentuk kerawanan keamanan dalam
negeri.
h. Nasional, Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa yang bulat dan utuh.

Kebhinekaan bangsa Indonesia meliputi :


a) Kebhinekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi alam yang berbeda di setiap
daerahnya, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus
menyesuaikan cara hidupnya dengan alam di sekitarnya. Kondisi ini
menyebabkan perbedaan mata pencaharian sehingga kebhinekaan mata
pencaharian tersebut dapat menjalin persatuan karena satu sama lain saling
membutuhkan.
b) Kebhinekaan Ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan
jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan
terjadinya akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di
Indonesia terdiri dariPapua Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan
ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. RasWeddoid dengan jumlah
yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan Tomuna
dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang dan rambut berombak.
Selain itu ada Ras MalayanMongoloid berdiam di sebagian besar kepulauan
Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan ciri-ciri rambut

3
ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo matang. Kebhinekaan
tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan karena tiap ras saling
menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul.
c) Kebhinekaan Suku Bangsa
Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau yang terpisahkan oleh
perairan dimana tiap pulau-pulau terisolasi dantidak saling berhubungan. Hal ini
mengakibatkan setiap pulau memiliki keunikan tersendiri baik segi adat istiadat,
budaya, maupun bahasa. Adanya kebhinekaan tersebut menjadikan Indonesia
sangat kaya. Walaupun berbeda tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi
dan persatuan.
d) Kebhinekaan Agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah
membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebinekaan agama di
Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan
Konghucu serta aliran kepercayaan. Kebhinekaan agama sangat rentan akan
konflik, tetapi dengan semangat persatuan dan semboyan bhineka tunggal ika
konflik tersebut dapat dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat
beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang
paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga
dapat hidup rukun saling berdampingan dan tolong menolong di masyarakat.
e) Kebhinekaan Budaya
Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinekaan budaya di
Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern
tanpa menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun,
kekeluargaan dan gotong royong. Budaya tradisional dan modern hidup
berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan satu sama lain.
f) Kebhinekaan Gender
Perbedaan gender adalah sesuatu yang sangat alami, tidak menunjukkan adanya
tingkatan. Zaman dahulu kaum perempuan tidak diberi kesempatan yang sama

4
untuk mengembangkan potensinya dan seringkali tugasnya dibatasi hanya sekitar
rumah saja. Pekerjaan rumah yang itu-itu saja, dianggap tidak banyak menuntut
kreatifitas, kecerdasan dan wawasan yang luas, sehingga perempuan dianggap
lebih bodoh dan tidak terampil. Sekarang ini perempuan mempunyai kesempatan
yang sama untuk sekolah, mengembangkan bakat dan kemampuannya. Banyak
kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam jabatan public.

III. ARTIKEL

Merajut Kebinekaan Lewat Museum


Pustaka Peranakan Tionghoa
Liputan6.com, Tangerang - Banyak cara dalam merajut kebinekaan, salah satunya
yang dilakukan pemuda berdarah Aceh di Banten. Dia mendirikan Museum Pustaka
Peranakan Tionghoa sebagai bentuk kepeduliannya kepada etnis Tionghoa yang pernah
mengalami masa kelam pada 1998.

Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Senin (26/2/2018), sederet papan nama


bekas pada zaman dulu pernah berjaya menandai rumah pemiliknya. Kini papan nama
tersebut menjadi bagian benda koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di
kawasan Serpong, Tangerang, Banten.

Azmi Abubakar adalah sosok dibalik berdirinya Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.
Dia tertarik menggali lebih jauh khazanah dan jejak sejarah etnis peranakan Tionghoa di
Tanah Air.

"Museum ini menawarkan informasi yang tidak diketahui oleh masyarakat. Kita memiliki
puluhan ribu karya dari etnis Tionghoa. Mereka menulis berbagai hal seperti medis,
olahraga, dan polisi. Saya kira ini kekayaan tak ternilai yang dimiliki bangsa dan belum
diketahui,” jelas Azmi.

Seperti kata pepatah 'Tak Kenal Maka Tak Sayang', dengan mengenal maka akan
menyayangi. Berangkat dari pepatah itulah Azmi mengajak setiap eleman masyarakat
untuk menyikapi keberagaman dengan cara mempelajari jejak sejarah.

5
Museum ini ternyata membuka pengetahuan baru bagi pengunjungnya, seperti halnya
Bambang. Dia mengaku bisa membaca segala dan mendapatkan nillai positif.

"Di museum ini saya bisa baca segala hal. Ternyata banyak kebaikan-kebaikan dari adat
istiadat bangsa Tionghoa," terang Bambang.

Aktivitas Azmi dalam merajut kebinekaannya tak hanya pada museum. Jalinan
silahturahmi pun kerap dilakukannya pada etnis Tionghoa yang menyumbangkan buku
ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Salah satunya kepada Oma Yeni yang telah
menyumbangkan buku terbitan tahun 1915.

"Kalau saya tidak ada gak tahu nanti buku-bukunya akan dikemanain. Kalau mereka
(anak dan cucu) mau urus, ya kalau gak mau? Saya berpikir lebih baik saya kasih saja
ke museum,” jelas Oma Yeni.

Kebinekaan bukan hanya sekedar slogan bagi Azmi Abubakar. Dia mengubahnya jadi
sebuah ketulusan dalam bertindak. Kebinekaan bukan sebagai perbedaan tetapi
sebagai keberagaman yang saling menguatkan.

"Kita selalu bicara merajut kebinekaan, tetapi bagaimana cara merajut itu? Saya kira
dengan membuka museum ini saya membuat langkah kecil saja. Meskipun saya orang
Aceh dan istri saya orang Minang, saya peduli etnis Tionghoa. Sebaliknya, mungkin
nanti orang Tionghoa peduli terhadap orang Ambon, misalnya. Jadi saya harap
Indonesia bisa bersatu dalam persaudaraan, bukan bersatu dalam keterpaksaan,” jelas
Azmi.

IV. PEMBAHASAN
Pendirian Museum Peranakan Tionghoa oleh Azmi merupakan salah satu wujud
dari revitalisasi nilai-nilai kebhinekaan mengingat pada masa ini nilai-nilai
kebhinekaan di Indonesia sudah mulai memudar di mata masyarakat Indonesia
sendiri. Di museum ini kita dapat mengetahui hal-hal yang masih belum banyak
masyarakat ketahui mengenai etnis tionghoa terutama perubahan-perubahan dan
kebaikan-kebaikan yang telah dibawa oleh etnis ini. Seperti yang kita ketahui
masyarakat etnis tionghoa di Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam. Hal ini

6
dapat kita gunakan sebagai pembelajaran agar tidak terjadi lagi sikap radikalisme
seperti pada masa itu dan bukan hanya pada masyarakat tionghoa saja, melainkan
juga sesama masyarakat Indonesia yang lainnya. Gerakan yang dilakukan oleh Azmi
merupakan satu langkah kecil dalam melawan sikap radikalisme yang sedang marak
terjadi di Indonesia, namun ide-ide kreatif dari generasi muda Indonesia tidaklah
akan pernah habis untuk membangun gerakan-gerakan non-radikalisme yang
lainnya.
Sebagai makhluk sosial, tentu diperlukan sikap tenggang rasa antar tetangga.
Meski terkesan mudah, terkadang kita masih sulit untuk menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh sederhana, seringkali ada tetangga yang membuang
sampah di tempat tetangga sebelah, atau tidak mau menegur sapa karena kesal
dengan sikap tetangga. Sikap negatif ini bisa memicu perilaku yang intoleran.
Keramahan dan saling tegur sapa yang selama ini terjadi, hilang begitu saja hanya
karena persoalan yang tidak penting. Kondisi ini kian runyam, ketika dimanfaatkan
oleh kelompok radikal dan intoleran, untuk menyebarkan paham-paham radikalisme.
Melalui sosial media, mereka seringkali menebar kebencian kepada kelompok
masyarakat tertentu.
Nilai Bhineka Tunggal Ika ini haruslah benar-benar merasuk didalam sanubari
setiap warga yang menyebut dirinya orang Indonesia. Sehingga kata NKRI Sebagai
Harga Mati dapat tertanam didalam jiwa orang Indonesia. Tidak ada lagi perbedaan
suku, agama,dan ras diantara warga indonesia. Kita harus saling membantu
mendukung setiap orang tanpa harus membedakan apa ras orang tersebut, apa agama
orang tersebut, atau perbedaan lainnya, karena kita ini sama, kita ini satu di dalam
Indonesia. Kunci dari semua ini adalah kita harus memiliki rasa cinta terhadap tanah
air yaitu Indonesia. Dengan memiliki satu visi dan misi yang sama atas dasar rasa
cinta tanah air perbedaan yang ada tidaklah akan berarti, yang ada hanyalah rasa
persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa Indonesia menjadi yang lebih
baik.

7
V. PENUTUP
a) Kesimpulan
Museum Peranakan Tionghoa satu langkah kecil dalam merajut kebhinekaan
untuk menjalin persatuan antara masyarakat Indonesia. Dengan dibangunnya
museum ini diharapkan dapat mengurangi sikap radikalisme di Indonesia dengan
mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat tionghoa di Indonesia.
b) Saran
Sebagai negara yang memiliki beranekaragam suku, budaya, agama, dan yang
lainnya kita sebagai Warga Negara Indonesia janganlah takut untuk membuat
satu langkah kecil (tentunya dalam hal yang positif) untuk berperang
menghadapi gerakan radicalism

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/news/read/3323044/merajut-kebinekaan-lewat-
museum-pustaka-peranakan-tionghoa (Diakses pada tanggal 1 Juni 2018)

https://komunitasgurupkn.blogspot.com/2014/08/pengertian-dan-makna-
bhinneka-tunggal.html (Diakses pada tanggal 1 Juni 2018)

https://visiuniversal.blogspot.com/2014/09/pengertian-bhineka-tunggal-ika.html
(Diakses pada tanggal 1 Juni 2018)

Anda mungkin juga menyukai