Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ZAHRA TUL KHAIRAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 824023388

Kode/Nama Mata Kuliah : PAUD4503 / Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini

Kode/Nama UPBJJ : (72015) KAB. PARIMO/PARIGI MOUTONG / PALU

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA

1 Jelaskan Maksud Dan Tujuan Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini ...
JAWABAN
1. Pengertian dan TujuanAsesmen dalam dunia PAUD yaitu proses pengamatan, oencatatan,
dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa serta bagaimana proses iamenghasilkan 
karya tersebut. (Grace dan Shore,1991;Kumono,2002). Tidak seperti yang
dikenal dalam dunia belajar dewasa seperti SMA atau di atasnya yang
menggunakan UAN atau UAS yang digunakan sebagai suatu alat evaluasiuntuk mengukur
keberhasilan suatu program dalam bentuk skor, anak TK belumdapat membaca atau
menulis dengan baik maka asesmen tersebut dianggap tidak sesuai.Asesmen disini tidak
digunakan untuk mengukur program, tetapi untuk mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar anak. Asesmen tidak dilakukand i k e l a s p a d a a k h i r p r o g r a m a t a u
di akhir tahun TK, tetapi dilakukan
s e c a r a  bertahap dan berkesinambungan sehingga kemajuan belajar siswa dapatdiketahu
Caranya pun lebih alami, misalnya saat anak bermain, menggambar, a t a u d a r i
k a r y a y a n g d i h a s i l k a n . A s e s m e n t i d a k m e n g k o n d i s i k a n a n a k p a d a  bentuk
ujian. Dengan mengetahui bakat, minat, kelebihan, dan kelemahan siswamaka guru
bersama orang tua siswa dapat memberi bantuan belajar yang dapat untuk anak
sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal
Tujuan Asesmen Anak Usia Dini
Edward Chirtenden dalam Bonnie Campbel (1994 : 8) menyatakan empat tujuan
asesmen, yaitu untuk tetap berada pada jalur untuk mencapai tujuan pembelajaran
(keeping track), mencari tahu sampai sejauh mana kemampuan anak dan juga minat anak
(finding out), memonitoring perkembangan anak (checking up), dan membuat
kesimpulan/keputusan berkaitan dengan program dan pengelompokan (summing up). Empat
tujuan itu dapat diaplikasikan dalam pembalajaran, diantaranya yaitu menentukan cara/metode
pembelajaran, memeriksa apabila ada permasalahan dalam pembelajaran, mengetahui
kemampuan anak, dan merekapitulasi kemampuan anak. Tujuan menurut Edward di atas
dapat terlihat bahwa asesmen ini merupakan salah satu proses dalam persiapan pelaksanaan
pembelajaran.
Tercapainya tujuan pembelajaran tergantung dari bagaimana proses pembelajaran
tersebut berlangsung. Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak, maka perlu adanya observasi awal untuk mengetahui karakteristik,
kondisi dan kemampuan awal anak. Pengenalan tentang gaya belajar, minat, skill dan
pengetahuan anak sangat penting untuk follow up dari hasil asesmen.
Berbeda dengan Edward, Joyce S. Choate dkk (1992:9) berpendapat bahwa tujuan
asesmen diantaranya yaitu penyeleksian (screening), menggambarkan kemampuan
(determining eligibility) dan pengajaran (instruction). Tujuan asesmen yang dikemukakan
oleh Joyce S. Choate dkk mengarah pada implementasi kurikulum yang
dipergunakan oleh lembaga pendidikan tersebut. Hal ini sangat rasional, karena hasil belajar
anak yang terlihat dari kompetensi lulusan (out put) dapat tergambar dengan jelas dalam
kurikulum. Hal ini akan akan mengarahkan pendidik dalam membuat program yang sesuai
dengan karakteristik dan tahapan perkembangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
Dalam pandangan Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh Lerner (1988:54), dalam
kaitannya dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk 5
keperluan, yaitu (1) penyaringan (screening), (2) pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi
(classification), (4) perencanaan pembelajaran (instructional planning), dan (5) pemantauan
kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress). pada penyaringan, anak-anak berkesulitan
belajar di suatu kelas atau sekolah diidentifikasi untuk memntukan anak-anak mana yang
memerlukan pemeriksaan lebih komprehensif. Dalam penyaringan dilakukan evaluasi intensif.
berdasarkan hasil evaluasi sepintas, misalnya melalui observasi informasi oleh guru,
untuk memnentukan siapa di antara anak-anak yang memerlukan evaluasi intensif.
berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya anak dialihtangankan (referral) ke seorang
ahli, misalnya psikolog atau dokter, untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut. berdasarkan
hasil pemeriksaan tersebut anak diklasifikasikan untuk memntukan apakah mereka benar-
benar memerlukan pelayanan khusus. pada tahap ini asesmen dilakukan untuk keperluan
klasifikasi kesulitan. pada tahap perencanaan pembelajaran, asesmen untuk keperluan
penyusunan program perencanaan individual. dalam memantau kemajuan belajar anak,
asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan tes formal. tes informal, observasi, dan
prosesur asesmen.
Menurut Neil Shambaugh dan Susan G. Magliaro (2006:121) tujuan asesmen dalam
pembelajaran diantaranya yaitu:
a. Penempatan (placement).
Hasil asesmen dapat menjadi rekomendasi guru dalam menempatkan anak dalam
kelompok yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kebutuhannya.
b. Diagnosa (diagnostic).
Dengan asesmen, asesor atau guru dpat mengetahui permasalahan dan kesulitan yang
dihadapi anak.
c. Perkembangan (formative).
Asesmen juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak selama proses
pembelajaran.
d. Hasil akhir (summative).
Hasil akhir (summative) setelah melakukan asesmen yaitu untuk mengukur pembelajaran
anak.

2. Jelaskan 5 (lima) prinsip atau etika dalam dalam membuat dokumentasi melalui
asesmen
JAWABAN
2. Sebagai seorang profesional/calon profesional, kita dituntut untuk mengikuti prisnsip/etika
dalam membuat dokumentasi melalui asesmen yaitu sebagai berikut:
a. Ketetapan
Yaitu dengan cara mencatat fakta (data kasar/raw data) secara lengkap dan dilakukan
dengan segera mungkin setalah pengamatan.
b. Objektivitas
Yaitu dengan mencatat fakta bahwa secara objektif, tidak bias, dan tidak ditambah
dengan pendapat kita.
c. Menghidari pelabelan
Yaitu dengan menghindari kesimpulan dan diagnosis yang terlalu dini berdasarkan
informasi yang terbatas.
d. Memiliki tujuan yang baik
Tujuan dokumentasi adalah untuk mengamati perilaku anak, mengumpulkan informasi
tentang anak, dan merencanakan program yang tepat untuk anak. Dokumentasi tidak
ditujukan untuk alasan yang merugikan anak dan keluarganya.
e. Berbagi dengan keluarga
Berbagi dan berkomunikasi dengan keluarga tentang perilaku dan perkembangan anak
harus dengan persetujuan pihak yang berkait misalnya guru dan anak yang diamati
(tergantung usia anak). Dalam hal ini, privacy anak juga perlu menjadi menjadi bahan
pertimbangan. Pada kondisi tertentu, seorang profesional perlu meminta izin pada nak
untuk menceritakan tentang anak pada orang tuanya
f. Kerahasiaan
Kerahasiaan anak perlu dijaga, dimana informasi tentang anak hanya boleh diketahui
oleh pihak-pihak yang memiliki hak untuk mengetahui informasi tersebut. Kita juga
perlu meminta izin dari orang tua anak saat mendokumentasi anak
3. Jelaskan 4 (empat) tahapan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami
masalah dalam perkembangan belajar!
JAWABAN
1. Tahap Sensoris –  Motoris
Tahap yang pertama adalah tahap sensoris – motoris. Pada umumnya tahap ini terjadi atau
dialamai oleh seorang anak pada usia 0 sampai denagn 2 tahun. Pada masa atau tahap ini
seorang anak berada pada suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan –
kecenderungan sensoris – motoris yang sangat jelas. (Baca juga mengenai cara menyikapi
anak yang hiperaktif)
Segala perbuatan yang dilakukannya adalah merupakan perwujudan proses pematangan
spek sensoris-  motoris tersebut, sedangkan sensoris – motoris itu sendiri adalah saraf –
saraf yang terdapat pada manusia. Adapun ciri –  ciri tahap perkembangan sensoris – 
motoris ini adalah sebagai berikut :
 Berlangsung pada anak usia 0 sampai dengan 2 tahun

 Kemampuna berfikir ditunjukkan melalui perbuatan dan gerakan

 Anak memiliki kemampuan yang sangat besar dalam hal memegang atau menyentuh
sesuatu

2. Tahap Praoperasional
Tahap yang kedua adalah tahap praoperasional. Adapun tahap ini berlangsung pada usia 2
– 7 tahun. Tahap ini juga disebut dengan tahap intuisi, sebab pada tahap ini perkembangan
kognitifnya memperlihatkan kecendrungan yang ditandai oleh suasana intuitif. (Baca juga
mengenai cara menyikapi anak yang hiperaktif)
Artinya, perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan,
kecendrungan alamiah, sikap – sikap yang diperoleh dari orang – orang yang dianggapnya
penting, beserta lingkungan sekitarnya. Adapun ciri –  ciri perkembangan tahap
praoperasional ini adalah sebagai berikut :
 Tahapan perkembangan intelektual pra operasional berlangsung pada usia 2 – 7 tahun

 Kemampuan skema kognitif peserta didik pada tahapan perkembangan praoperasional


sangat terbatas

 Kesukaan seorang anak dalam meniru perilaku orang lain

3. Tahap Operasional Konkret


Tahap yang ketiga adalah tahap operasional konkret. Adapun tahapan ini berlangsung
antara 7 – 11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret
dan sudah mulai berkembang rasa ingin taunya. Pada tahap ini, interaksinya dengan
lingkungan termasuk dengan orang tuanya semakin berkembangn dengan baik karena
egosentrisnya sudah semakin berkurang. (Baca juga mengenai cara meningkatkan
keberanian pada anak)
Pada tahap ini, seorang anak sudah bisa mengamati , menimbang, mengevaluasi, dan
menjelaskan pikiran – pikiran orang lain dalam cara – cara yang kurang egosentris dan
lebih objektif. Adapun ciri – ciri perkembangan tahap operasional konkret ini adalah
sebagai berikut :

 Tahapan yang terjadi pada usia 7 – 11 tahun.

 Pada dasarnya peserta didik yang berada pada tahap perkembangan intelektual
operasional konkret mulai mendapat mamhami aspek – aspek kumulatif materi

 Peserta didik dengan tahapan intelektual operasional konkret ini sudah dapat berpikir
secara sistematis beragam benda dan peristiwa yang bersifat konkret.
4. Tahap Operasional Formal
Tahapan yang keempat adalah tahap operasional formal. Tahap ini dialami oleh anak
yang berusia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu
keseluruhan dalam pekerjaanya yang merupakan hasil dari berpikir logis. (Baca juga
mengenai cara meningkatkan percaya diri pada anak)
Selain itu, aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat
mendukung pe nyelesaian tugas – tugasnya. Sedangkan interaksinya sudah sangat luas,
menjangkau banyak teman, sebayanya dan bahkan berusaha untuk berinteraksi dengan
orang dewasa. Adapun kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam
interaks dengan orang tuanya. Adapun ciri – ciri perkembangan tahap operasional formal
ini adalah sebagai berikut :

 Anak yang berusia antara 11 tahun sampai 14 tahun

 Seorang anak dengan tahapan perkembangan intelektual operasional formal


mempunyai kemampuan dalam mengkoordinasikan kemampuan kognitif dalam 2
bidang atau jenis sekaligus.

 Adapun contoh dari mengkoordinasikan 2 jenis kognitif misalnya dalam membuat


kapasitas dan membuat rumusan hipotetik dan menggunakan psinsip – psinsip yang
bersifat abstrak.

Sebagai tambahan informasi saja nih sobat, adapun yang mempengaruhi


perkembangan intelektual pada anak antara lain adalah sebagai berikut :

 Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan seorang anak sudah memiliki sifat –  sifat yang
menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial seorang anak telah
membawa kemampaun berfikir secara normal, diatas normal dan dibawah normal.
(Baca juga mengenai tahap perkembangan kognitif anak)
 Faktor Lingkungan Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau atau orang tua adalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai pengalaman. tahap
perkembangan beragama pada anak)
 Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak tersebut. Dalam hla ini,
guru atau pengajar memegang kendali dalam perkembangan intelektual anak. (Baca
juga mengenai tahap perkembangan beragama pada anak)
Sekian informasi yang bisa penulis share pada kesempatan kali ini mengenai tahap
perkembangan intelektual pada anak. Terima kasih  sobat semua yang sudah
berkunjung ke artikel ini. Sampai jumpa diartikel selanjutnya, salam hangat, salam
piskologi selalu.

4. Dalam perkembangan fisik-motorik terdapat istilah refleks awal. Jelaskan empat


macam refleks awal yang berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan pada anak
usia dini

JAWABAN
a. Reflek hisap: Relek ini terjadi saat ibu meyentuh pipi si bayi maka anak tersebut akan
mencari atau akan melakukan gerakan hisap
b. Reflek genggam: Bila disodorkan jari telunjuk pada bayi, maka akan menggengaam jari
tersebut dengan sangat kuat, bila ditarik bayi tidak akan melepaskan genggamannya.
c. Reflek leher ( Tonic neck reflex ) Pada posisi telentang , bila keala bayi menoleh kesatu
sisi maka terjadi ekstensi atau peningkatan tonus ( kekuatan otot ) pada lengan dan tungkai
sisi tersebut.
d. Rooting reflex Apabila pipi bayi disentuh, kepala akan menoleh kearah stimulus dan
mulut terbuka.
e. Jelaskan lima domain psikomotorik pada anak usia dini menurut Dave (1970) dan
berikan contoh kegiatan pembelajaran yang pernah Anda lakukan terkait kategoti
dimaksud!
5. Jelaskan lima domain psikomotorik pada anak usia dini menurut Dave (1970) dan
berikan contoh kegiatan pembelajaran yang pernah Anda lakukan terkait kategoti
dimaksud!
JAWABAN
Tingkatan Perkembangan Psikomotorik Anak Usia Dini
1.   Peniruan (Imitation)
Peniruan merupakan suatu keterampilan untuk menirukan sesuatu gerakan yang telah dilihat,
didengar atau dialaminya. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan,
dimana ia mulai memberi respons serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini
akan mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf, karena peniruan gerakan umumnya
dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna.
Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar jadi tentang suatu
gerakan dan menirukan langkah tari.
2.   Penggunaan Konsep (Manipulation)
Penggunaan konsep merupakan suatu keterampilan untuk memanipulasi dalam melakukan
kegiatan (gerakan). Keterampilan manipulasi ini menekan-kan pada perkembangan
kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan
suatu penampilan melalui latihan.
Jadi penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku
saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji, melakukan gerakan senam
kesegaran jasmani yang didemontrasikan.

3.   Ketelitian (Presition)
Ketelitian merupakan suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan
gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan
manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit.
Keterampilan ini selain membutuhkan kecermatan juga proporsi dan kepastian yang lebih
tinggi dalam penampilannya. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai
pada tingkat minimum.
Contoh gerakan ini adalah gerakan mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, berjalan di
atas papan titian.
4.  Perangkaian (Articulation)
Perangkaian adalah suatu keterampilan untuk merangkaikan bermacam- macam gerakan secara
berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekan- kan pada koordinasi suatu rangkaian
gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal
antara gerakan-gerakan yang berbeda.
Contoh keterampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu,
menulis, menjahit.
5.   Kewajaran/Pengalamiahan (Naturalization)
Kewajaran adalah suatu keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Menurut tingkah
laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun
psikis. Gerakan ini biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan
keluwesannya.
Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang,
mendemonstrasikan suatu gerakan pantomim dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai