Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Peradaban Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah
(abad ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani
Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam berbagai
bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan beberapa konflik
antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan darah. Meskipun demikian,
para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor perhatian dari penguasa inilah yang membuat
peradaban Islam menjadi berkembang dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang
mendukung dan memotivasi kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu.
Peninggalan pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang
dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada pemikiran
dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai tingkatan yang tidak
bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir ini. Untuk mempelajari peradaban dan
berbagai tren yang ada di masa tersebut, maka perlu disertai dengan membahas tentang
situasi negara tersebut. Damaskus telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut
dijadikan ibukota negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa: Masjid Agung
Umayyah, dll. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya
Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan
sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Kota Baghdad mengalami masa keemasan
sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam. Begitu pula ketika khalifah
dipegang oleh Al Ma'mun, seni literatur, teologi, filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan peradaban diikuti oleh berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan
Cordova.
Makalah ini membahas perkembangan kejayaan peradaban Islam yang difokuskan pada
beberapa kota yang menjadi pusat perkembangan Islam pada masa kejayaannya. Beberapa
kota tersebut adalah Damaskus, Baghdad, Kairo, Cordova, Tabriz, Sarai Baru dan Delhi.
Kejayaan yang dibahas adalah seputar apa saja bentuk-bentuk karya yang dihasilkan di kota
tersebut dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan, tata kota dan arsitektur dan penemuan
ilmu pengetahuan.
B.                 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.                  Bagaimana peradaban Islam pada masa kejayaan?

C.                Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan peradaban Islam pada masa kejayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.                SEJARAH AWAL DAN MASA KEJAYAAN


Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis Khan, Changtai,
merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Karena Babur adalah keturunan Raja
Changtai. Dinasti Ilkhan (1256-1335 M) yang didirikan oleh cucu Jengis Khan, Raja ke-7,
Ghazan, juga seorang Muslim dan pada masanya, Ilkhan mencapai kejayaan. Kemaharajan
Mughal, (Mughal Baadshah atau sebutan lainnya Mogul ) adalah sebuah kerajaan yang pada
masa jayanya memerintah Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara
1526 dan 1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur, pada 1526 .
Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti Mughal berdiri tegak selama
kurang lebih tiga abad (1526–1858 M) di India. Dalam kurun waktu tersebut, Islam telah
memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas memeluk agama
Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran Islam warisan Dinasti Mughal memang sudah tidak
terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam Pakistan tidak terlepas dari perkembangan
Islam pada masa dinasti tersebut.
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah
yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang
dibangun pada masa Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah
saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk
“tujuh keajaiban dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat. Namun,
kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban Islam di India
pada waktu itu. Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian
halnya Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini
pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai puncak, mengalami kemunduran, lalu
hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim
terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M.
Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu.
Kerajaan ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada
pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan
meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur adalah
putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi kerajaan tidak
stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan
yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke
Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555
M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun,
Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil
memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan
militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul
Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din
Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam.
Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi.

B.                 KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA KEJAYAAN


Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (606-681 M) adalah pendiri Bani Umayyah (661-750 M) dan
menjabat sebagai khalifah pertama (661-681 M) dari bani ini. Sejak pemerintahan Islam
dipimpin oleh Mu’awiyyah, ibukota kekhilafahan dipindahkan dari Madinah Al-
Munawwarah ke kota Damaskus di wilayah Suriah. Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang
Nabi Muhammad menjalankan dakwah di kota Mekah pada tahun 610 M.
Damaskus atau Damsyik  adalah ibukota Syiria (penduduk 408.774) yang terletak di
bagian Syiria (Suriah) Selatan, di tepi Sungai Barada. Kota ini sudah terkenal sejak zaman
kuno dan berturut-turut sempat dikuasai oleh bangsa Assyria dan bangsa Persia. Tahun 332
SM kota ini ditaklukkan Iskandar Dzulkarnain. Setelah Iskandar Dzulkarnain meninggal, kota
ini diperebutkan oleh bangsa Armenia. Pada tahun 64 SM diserahkan kepada Bangsa
Romawi, di bawah kekuasaan Pompejus dan menjadi salah satu kota Decapolis.
Di bawah pemerintahan  khalifah-khalifah Bani Umayyah, Damaskus tumbuh makmur
dan terkenal dengan barang-barang logam halus (yang paling istimewa adalah pedang).
Tahun 1260M, Damaskus jatuh ke tangan Mongol di bawah pemerintahan Hulagu Khan,
dikuasai Timur Lang pada abad ke-14 dan pada tahun 1516-1918M berada dibawah
pemerintahan Turki Utsmani. Pada tahun 1918 M kota ini direbut Inggris, kemudian
dimasukkan dalam mandat Perancis pada tahun 1920-1941 M dan sekarang menjadi ibu kota
Syria.
-            Bidang Pemerintahan
Sebelum tahun 1860 M kalangan bangsawan Damaskus pada umumnya adalah ulama
”keturunan ulama” besar abad ke-18 M yang menduduki beberapa jabatan seperti mufti dan
khatib. Mereka mengelola kekayaan wakaf dan mendapat dukungan yang besar dari kalangan
pedagang, pengrajin, jennisari, dan mereka mengelola beberapa wilayah perkotaan.
Pada masa Khulafa’ur Rasyidin, belum ada lambing negara yang ditetapkan secara resmi.
Pada masa Umayyah, ditetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu
menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Pada masa ini juga, dilakukan pendirian dana pos dengan menyediakan kuda dengan
peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata,
pencetakan mata uang, dan pemunculan profesi qodhi yang dilembagakan secara resmi pada
masa Mu'awiyah bin abi Sufyan. Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi pada masa Abdul
Malik bin Marwan. Pada masa Umar bin Abdul Aziz pajak di peringan, kedudukan mawali,
atau orang Islam bukan Arab, disamakan kedudukannya dengan orang Arab. Umar bin Abdul
Aziz juga menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah, serta memberi kebebasan
kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
-          Bidang Tatakota dan Arsitektur
Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691M, Khalifah Abd Al-Malik
membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The
Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
Perkembangan wilayah yang sedemikian luasnya dan perkembangan kemakmuran yang
sedemikian pesatnya berakibat pada munculnya bangunan-bangunan keagamaan dan
kenegaraan. Pada mulanya menurut seni bangunan Girik dan Bizantium. Tetapi seni ukir dan
seni hias lambat laun memperoleh corak seni yang pada masa belakangan dikenal dengan
Arabesque, yakni seni Arab. Hal itu dapat disaksikan pada Jami-Al-Umawi di Damaskus
yang dibangun oleh Khalif Walid I (705-715 M). Pembangunan panti untuk orang cacat, jalan
raya, pabrik, masjid, dan gedung-gedung pemerintah dilakukan pada masa Al-Walid bin
Abdul Malik.

2.      Baghdad
       Baghdad  ketika dibangun adalah termasuk salah satu keajaiban dunia yang tiada taranya
di zaman dahulu. Sebelum dibangun oleh al-Mansur, khalifah Abbasiah yang terkenal,
Baghdad adalah daerah yang sempit dan kecil. Di setiap penghujung tahun para pedagang
dari daerah-daerah tetangga berkumpul di situ. Ketika al-Mansur bertekad bulat
membangunnya, ia lalu mendatangkan insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar
ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam pembangunan itu
seraya berkata, "Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah dan seluruh bumi milik
Allah. Yang diwariskan kepada orang-orang yang dikehendakiNya dari kalangan hamba-
hambaNya, dan akibat yang baik diperuntukkan bagi orang-orang yang taqwa." Selanjutnya
ia berkata lagi, bangunlah kota ini atas berkah Allah. Seluruh biaya yang dibelanjakan untuk
membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja yang bekerja di
situ mencapai 100.000 orang.
-            Bidang Pemerintahan
       Jika seseorang merasa kesempitan tempat tinggal, ia bisa mendapatkannya yang lebih
lagi. Jika ia melihat sebuah tempat yang lebih disenangi daripada tempatnya semula maka ia
tidak kesulitan untuk pindah ke sana dari sisi manapun yang dikehendakinya dan dari penjuru
manapun yang meringankannya. Bilamana seseorang ingin menyelamatkan diri dari
musuhnya maka pasti ia menjumpai orang yang akan melindunginya, jauh atau dekat. Jika ia
kemudian mau mengganti sebuah rumah dengan rumah yang lain atau sebuah lorong yang
lain atau sebuah jalan raya dengan jalan raya yang lain maka ia dapat dengan mudah
melakukannya sesuai dengan keadaan dan waktu. Lebih dari itu, para pedagang yang sukses,
sultan-sultan yang agung dan para penghuni terhormat di rumah-rumah selalu menebarkan
kebaikan dan kemanfaatkan kepada orang-orang yang kondisinya di bawah mereka.
ini dikalungi rantai dan besi, dan masing-masing ditangani oleh pawang-pawangnya. Maka
tidak aneh apabila utusan raja Romawi itu selalu dicekam rasa takjub dan tercengang ketika
menyaksikan keagungan Darul Khilafah karena memang di dunia pada saat itu tidak ada
sebuah istana pun yang menyamai istana yang dilihatnya itu. 
-            Bidang Ilmu Pengetahuan
       Penduduk Baghdad dan kebanyakkan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak terhitung
lagi jumlahnya. Abu Bakar al Khatib dalam menggambarkan Baghdad mengatakan:
“...sampai kita lalai menyebutkan banyak hal dari kebaikan-kebaikan yang dikhususkan Allah
bagi Baghdad di hadapan seluruh dunia, Timur dan Barat. Di antara kebaikan-kebaikan
tersebut ialah akhlak-akhlak mulia, perangi-perangi menyenangkan, air-air tawar yang
melimpah, buah-buah yang banyak dan segar, keadaan-keadaan yang indah, kecakapan dalam
setiap pekerjaan dan penghimpunan bagi setiap kebutuhan, keamanan dari munculnya bid`ah,
kegembiraan terhadap banyak ulama dan penuntut ilmu, ahli fiqh dan orang yang belajar fiqh,
tokoh-tokoh ilmu kalam, pakar-pakar ilmu hitung dan ilmu nahwu, penyair-penyair piawai,
perawi-perawi khabar, nasab dan seni sastra, berkumpulnya buah-buahan berbagai musim di
satu musim yang hal itu tak pernah ada di negeri manapun di dunia ini kecuali di Baghdad
(terutama pada musim gugur).
       Pada masa al-Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual mencapai puncaknya.
Ia  mendirikan  Bait al-Hikmah yang menjadi pusat kegiatanilmiah terutama ilmu
pengetahuan nenek moyang eropa(yunani).pada masa itu banyak karya-karya Yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Selanjutnya model inidi kembangkan di dar el-Hikmah,
Kairo, kemudian  diterima kembali barat melalui Cordova (Qasar al-Zahra), dan kota-kota
lain di Andalusia.

3.      Kairo
        Kairo yang terletak di delta Sungai Nil telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun
3500 SM. Mesir Kuno sempat mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu,
Khafre, Menaure, Unas dan lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah
satu kota yang berpengaruh di dunia. Sejak 30 SM, Mesir dikuasai bangsa Romawi.
Kekuasaan Romawi di Mesir akhirnya tumbang ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada
tahun 641 M. Adalah pasukan di bawah komando jenderal perang Muslim, Amar bin Al-Ash
yang pertama kali menancapkan pengaruh Islam di Mesir. Saat itu, Amar bin Al-Ash justru
menjadikan Fustat - kini bagian kota Kairo - sebagai pusat pemerintahannya.
       Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya Khalifah
Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973,
seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu,
Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti itu
menorehkan kegemilangan selama 200 tahun. Di masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan
yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman,
dan Hijaz. Kairo tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan luas di Laut Tengah
dan Samudera Hindia. Kairo pun menggabungkan Fustat sebagai bagian dari wilayah
administratifnya. Tak heran, jika Kairo tumbuh semakin pesat sebagai salah satu metropolis
modern yang diperhitungkan dan berpengaruh.
-                 Bidang Pemerintahan
         Berdirinya Kairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan penumpasan
golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun
golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah.
Penguasa Abbasiyah mencoba meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah
pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi
khalifah bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu'minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah Al-
Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir.Ia menunjuk Panglima
Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir berada dalam
kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru yang diberi nama Al-
Qahirah atau Kairo yang berarti 'penaklukan' atau 'kejayaan'. Pada 972 M, di Kairo telah
berdiri Masjid Al-Azhar.
Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi negara. Karena, pada
saat itu, dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan keturunan dalam merekrut
pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni yang profesional pun diangkat
kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat beragama pun begitu tinggi. Siapapun
yang mampu bisa duduk di pemerintahan.
     Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk
eropa dan dunia timur. Kota seribu menara. Itulah julukan yang disandang Kairo - salah satu
kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada abad pertengahan, ibukota Mesir yang
berada di benua Afrika itu memainkan peranan yang hampir sama pentingnya dengan
Baghdad di Persia serta Cordova di Eropa.
Diakhir masa kejayaan Fatimiyah, Kairo hampir saja jatuh ke dalam kekuasaan
tentara Perang Salib pada 1167 M. Untunglah panglima perang Salahudin Al-Ayubi berhasil
menghalaunya. Sejak itu, Salahudin kemudian mendeklarasikan kekuasaannya di bawah
bendera Dinasti Ayubiyah - penganut Sunni. Dinasti itu hanya mampu bertahan selama 75
tahun.
Kairo kemudian diambil alih Dinasti Mamluk. Sekitar tiga abad lamanya Mamluk
menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika Baghdad dihancurkan bangsa
Mongol pada 1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu menembus benteng pertahanan
Kairo. Selama periode itu, Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang
barang-barang dagang untuk Eropa dan dunia Timur.
Kairo juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota itu
sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern, Muhammad Ali
memimpin Mesir. Kota itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman modern.
Demikianlah perjalanan panjang kota Kairo.
-            Bidang Tatakota dan Arsitektur
       Fustat sebagai pusat pemerintahan, didirikan bangunan masjid pertama kali berdiri di
daratan Afrika. Fustat tercatat mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota utama di Mesir
selama 500 tahun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai
Fustat. Ia melihat betapa eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti
tembikar warna-warni, kristal dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di
musim dingin.
Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi keramik dan karya seni
Islami - sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah digulingkan
Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke Al-Askar
- basis pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota pemerintahan hingga tahun
868 M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar tak dikuasai tentara Perang Salib.
BAB III
PERKEMBANGAN ISLAM DAN KEJAYAAN PADA
MASA DINASTI ABBASIYYAH

A.            Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbas


Daulah Abbasiyyah didirikan pada tahun 132 / 750 M. Dinamakan Kekalifahan Abbasiyyah,
karena para pendiri penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW.
Luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, bergerak kewilayah Timur Asia Tengah,
dari perbatasan India hingga ke Cina. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158-169
H / 775 – 785 M). Selain itu juga meliputi wilayah antara lain : Hijaz, Yaman Utara, Yaman
Selatan, Oman, Kwait, Iran (Persia) Yordaniya, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazir,
Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah mampu mengembangkan dan memajukan, peradaban
islam, hal ini disebabkan sikap dan kebijaksanaan para penguasanya dalam mengatasi
persoalan, termasuk dalam sikap politik. Dinasti ini bersifat demokratis.
B.           Kejayaan Peradaban Islam Pada Massa Bani Abbas
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai
bidang, khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa Dinasti ini,
dapat di bagi menjadi beberapa bentuk, seperti :
1.             Kota – Kota Pusat Peradaban
Baghdad dan samara. Bagda merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah didirikan oleh
Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M). Kota ini terletak ditepian sungai Tigris, kota berbentuk
bundar dikelilingi tembok yang besar dan tinggi, kota inilah para ahli ilmu pengetahuan
datang beramai – ramai untuk mencari ilmu.
Samarra terletak di timur sungai Tigris yang berjarak ± 60 km dari kota Bagdad, kota ini
sejuk dan nyaman
2.             Bangunan Tempat Pendidikan Dan Tempat Pribadatan
Bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah ini
terdapat di kota : Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basra, Tabristan, Hara Dan Musol.
Terdapat juga kuttub, sebagi lembaga pendidikan dasar dan menengah majlis madrasah,
sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan.
Selain itu ada juga tempat peribadatan seperti masjid – masjid yang terkenal adalah Masjid
Cordova, Masjid Ibn Touloun, Mesjid Al-Azhar.
BAB IV
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Dari uraian – uraian yang telah penulis susun maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa perkembangan peradaban memiliki wilayah kekuasaan islam semakin luas. Dinasti ini
mampu mengembangkan islam dan meraih puncak kejayaan peradaban islam, menganut
sikap politik yang demokratis.
B.           Saran
Setelah penulis mengadakan pengkhajian terhadap kebudayaan sejarah
perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan, sehingga penulis mendapatkan sedikit
pengetahuan, wawasan, pengalaman.
Dan agar mengetahui peran kita dalam kehidupan, agar kita lebih kritis dalam mengkaji ilmu
pengetahuan, sehingga dapat menginterprestasikan dalam kehidupan
Makalah tentang Perkembangan
islam pada masa kejayaan
DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 5
1.Febrina Aulia
2.M.Rayhan Furqani
3.M.Ivan Rifqoh
4.Melda Juliatri
5.Monica Martatia

SMA N 1 LUBUK BASUNG


KAB.AGAM
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada
kita semua selaku umatnya yang insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.

            Makalah ini merupakan hasil observasi dan merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran “ Pendidikan Agama Islam “ di SMA NEGERI 1
LUBUK BASUNG

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh
dari sempurna, itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, karena kami masih tahap
belajar. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada ALLAH lah kami pasrahkan
semua,karena kebenaran hanyalah milik-Nya.

      Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca
sekalian Terutama untuk kelas kami tercinta.

Lubuk basung, 6 November 2017

Penyusun Makalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
Bab 2 Pembahasan
a. Sejarah awal dan masa kejayaan
b. Kemajuan peradaban islam masa kejayaan
Bab 3 Perkembangan islam dan kejayaan pada masa dinasti
abbasiyah
a. Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbas
b. Kejayaan Peradaban Islam Pada Massa Bani Abbas
Bab 4 Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran

Anda mungkin juga menyukai