Anda di halaman 1dari 2

Judul Artikel : Kepemimpinan Pada Orang Makassar

Nama Penulis : Mattulada

Reviewer : Andi Rahmawati (1861201085)

Orang Makassar adalah salah satu suku bangsa diantara empat suku bangsa
utama (Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar) di Sulawesi Selatan. Penduduk orang
Makassar, yang mendiami negeri-negeri pada bagian Selatan jazirah Sulawesi
Selatan, berjumlah sekitar dua juta orang. Sampai pada akhir abad ke-17, sebuah
kerajaan orang Makassar, yang dianggap memegang kepemimpinan orang
Makassar pada umumnya di Sulawesi Selatan adalah Kerajaan Gowa. Dalam
kalangan orang Makassar kepemimpinan atau pemimpin disebut pamminawangang
atau tunipinawang, yang secara harfiah berarti ikutan atau orang yang diikuti.
Seseorang yang dapat menjadi pamminawangang atau tunipinawang adalah
seseorang yang mempunyai secara nyata kelebihan yang dikokohkan oleh nilai-nilai
yang amat dihormati dalam masyarakat dan kebudayaan orang Makassar, yang
nilai-nilai tersebut terkandung dalam konsep sirik na pace yang terjelma dalam
perwujudan perbuatan-perbuatan jujur, teguh dan setia kawan. Selain sirik na pace,
terangkatnya seorang menjadi pemimpin terdapat pula tangga social yang
menempatkan seseorang menjadi pemimpin, yaitu; kalabbiriang (kemuliaan karena
keturunan), kacaradekkang (kepandaian orang berilmu), kabaraniang ( keberanian
atau kepahlawanan), dan kakalumannyangang (kehartawan). Orang Makassar
memiliki dua jenis kepemimpinan yaitu pamminawangang tojeng (kepemimpinan
langsung) dan pamminawangang tunipinawang (kepemimpinan tidak langsung).
Yang menarik dalam tradisi kepemimpinan orang Makassar ialah adanya keluwesan
dalam mobilitas social secara vertical yang diakui dalam tradisi (tersebut dalam
lontara).

Kelebihan artikel ini yaitu penulis mengangkat sebuah judul yang sangat
menarik, sehingga pembaca yang hanya melihat judulnya saja akan tertarik untuk
melanjutkan kebagian membaca isinya. Karena dari judulnya saja kita pasti
penasaran bagaimana sih kepemimpinan orang Makassar itu. Oleh karena itu saya
sangat merekomendasikan artikel kepemimpinan orang Makassar yang ditulis oleh
Mattulada. Dalam hal isi, kelebihan artikel yaitu isi dari pembahasan soal
kepemimpinan orang Makassar sudah dipaparkan secara terperinci di bagian
pendahuluan, sehingga pembaca mudah mengerti karena telah terstruktur dengan
baik. Saya pribadi sangat tertarik bagaimana kepemimpinan orang Makassar.
Adapun kekurangannya yaitu belum ada solusi tenang masalah taat atau tidaknya
rakyat kepada Raja Gowa. Bagi pembaca pasti akan menerka-nerka bahwa
mengapa keputusan Raja Gowa dihiraukan sedangkan keputusan para mentri
sangat didahulukan, pasti akan banyak menimbulkan pikiran-pikiran negative. Saran
saya, mohon kepada penulis dijelaskan lagi secara terperinci agar tidak
menimbulkan kesalapahaman.

Di abad ke-21 ini yang semakin hari semakin canggih, nilai-nilai sirik na pacce
yang diakui umum sebagai sumber motivasi untuk terwujudnya perbuatan-perbuatan
jujur, teguh dan setia kawan semakin menyempit nilai peresapannya pada
lingkungan atau kelompok orang.oleh karena itu, saya sangat berharap alangkah
baiknya jika generasi orang Makassar saat ini dan kedepannya tidak melupakan dan
tetap menjunjung tinggi konsep orang Makassar yaitu sirik na pacce. Walaupun pola
kepemimpinan orang Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar sudah amat sukar
diidentifikasi ciri-ciri masing-masing yang khas, apabila hanya melihatnya dalam
perwujudan kehidupan masyarakat dan kebudayaan sejak permulaan abad ke-20.
Sekarang konsep itu sangat sakral dan memiliki arti yang sangat dalam bagi
masyarakat Sulawesi Selatan. Walaupun saya orang Bugis, tetapi saya sangat
menghargai adat orang Makassar dan bukan hanya adat orang Makassar saja tetapi
seluruh adat dan budaya yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai