Anda di halaman 1dari 21

.

MAKALAH AGAMA ISLAM


SYIRIK DAN DURHAKA KEPADA ORANG TUA

XI IPA2
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 1
Andi Rahmawati
Utari Inda Rahmawathi
Musdalifa
Reski Amalia K
Nur Atifah Amelia
Arfandi
M. Aldi

TAHUN AJARAN 2015/2016


SMAN 12 MAROS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul ’’ Syirik dan Durhaka
Kepada Orang Tua” dengan tepat pada waktunya.Tugas makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam . Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami sehingga tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini dapat
selesai tepat waktu .
2. Kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini.
3. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu
kelancaran dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini .

Kami menyadari bahwa makalah Pendidikan Agama Islam ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini. Dengan demikian kami mengharapkan semoga tugas
makalah Pendidikan Agama Islam ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca.

Cenrana, 21 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Syrik.........................................................................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Syirik……………………………………………………………………………………...3

2.1.2 Pembagian Syirik..................................................................................................................................4

2.1.3 Akibat Perbuatan Syirik........................................................................................................................8

2.1.4 Hikmah Menjauhi Perbuatan Syirik......................................................................................................8

2.2 Durhaka Kepada Orang


Tua.....................................................................................................................8

2.2.1 Pengertian Durhaka Kepada Orang Tua……………………………………………………………...8

2.2.2 Menyakiti Hati Orang Tua..................................................................................................................10

2.2.3 Ciri-Ciri Anak


Durhaka.......................................................................................................................12

2.2.4 Hadits Dan Al-Quran Yang Mencakup Tentang Durhaka Kepada Kedua Orang Tua………...……13

2.2.5 Bahaya-Bahaya Durhaka, Azab Dan Dosa Durhaka Terhadap Orang Tua…………………………13

2.2.6 Hukuman Bagi Orang Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya………………………………………14

2.2.7 Sebab-Sebab Anak Durhaka Dan Cara Mengatasinya………………………………………………15

2.2.8 Kisah Nyata Tentang Anak Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya .………………………….……16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................17

3.2 Saran.......................................................................................................................................................17

DAFTA PUSTAKA.....................................................................................................................................18
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di kelas XI ini kita akan mempelajari Aqidah akhlak atau pelajaran Agama Islam tentang dosa
besar khususnya pada syirik dan durhaka kepada orang tua. Seperti yang kita ketahui syirik
merupakan hal yang dibenci oleh Allah karena perbuatan ini mempersekutukan adanya Allah dengan
cara mempercayai sesuatu yang lain selain dari Allah swt.
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita telah banyak menemukan orang-orang yang
mempersekutukan Allah. Seperti halnya seseorang yang meminta sesuatu ke kuburan, pohon, gunung,
hewan, dan juga mempercayai sesuatu hal selain Allah (mempercayai ramalan-ramalan, saran-saran
yang diberikan orang terhadap kita yang tidak mendasar dari ajaran-ajaran Allah. Karena itu, barang
siapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan
memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan amal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan manusia dengan
sesamanya. Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan perintah
untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka dihadapan anak-
anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh manusia. Kedudukan mereka
yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak, menjadikan Allah membuat suatu
ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi
hukuman dosa paling besar setelah syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu
saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan. Perbuatan
berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat berdampak bagi
pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak dampak perbuatan
tersebut akan dirasakan oleh pelakunya.
Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan
dan keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang
tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya
mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan,
ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalu mewarnai kehidupannya karena tindakan yang selalu
menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan
kepada orang tuanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari syirik?
2. Dalil apa saja yang bersangkutan dengan materi syirik tersebut?
3. Apa sajakah macam macam syirik dan dibagi menjadi berapa kategori kah syirik itu?
4. Apa contoh perilaku orang yang berbuat syirik dan apa akibat dari perbuatan tersebut?
5. Apakah yang dimaksud durhaka kepada orang tua?
6. Apakah termasuk menyakiti kedua orang tua orang lain menyakiti orang tua sendiri?
7. Apa ciri-ciri anak durhaka?
8. Apa saja hadits dan al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua?
9. Apa bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua ?
10. Apa yang menyebabkan seorang anak durhaka kepada kedua orang Tuanya dan bagaimana cara
menanggulanginya ?
11. Apa peristiwa nyata yang berkaitan dengan anak yang durhaka kepada orang tua ?
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Agama Islam tetapi juga untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai
pengerrtian dari syirik, macam macam dan pembagian syirik itu sendiri, pengertian durhaka kepada
orang tua dan macam-macamnya, serta dapat mengetahui al-Quran dan hadits tentang syirik dan
durhaka kepada orang tua.
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SYIRIK

2.1.1 Pengertian Syririk


Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik.
Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang
seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah
dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain
yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT. Perbuatan syirik termasuk dosa besar
dan Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik.
Firman Allah SWT.
a. QS Luqman (31) : 13
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
b. QS Al Maidah (5) : 72
Artinya : Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah dialah Al-Masih
putra Maryam.” padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada
seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
c. QS Al-An’am (6) : 88
Artinya : Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja diantara
hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti
lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.
d. QS Az-Zumar (39) : 65
Artinya : Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,
“Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
engkau termasuk orang yang rugi.”
e. QS At-Taubah (9) : 5
Artinya : Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka pergilah orang-orang musyrik dimana saja
kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka
bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka.
Sungguh, Allah Maha Pengampung lagi Maha Penyayang.
f. QS An-Nisa’ (4) : 48
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya
(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.
Adapun hadist yang menyebutkan dan memperkuat adanya dalil-dalil di atas yaitu Hadist riwayat
Al-Bukhari dan Muslim:
“Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?”, “Kami menjawab: Ya, wahai
Rasulullah!”, Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
3
2.1.2 Pembagian Syirik
Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana.
1. Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’alaa
a) Syirik di dalam Rububiyyah yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-
sifat ar-rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada
orang-orang kafir terdahulu. Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah
namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-
satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-
kuburan. Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka:

َ‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ فَأَنَّى ي ُْؤفَ ُكون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan
menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
(QS. Al Ankabut : 61)
Firman Allah SWT. :

َ‫ض ِمن بَ ْع ِد َموْ تِهَا لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ قُ ِل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ بَلْ أَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعقِلُون‬
َ ْ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّمن نَّ َّز َل ِمنَ ال َّس َماء َماء فَأَحْ يَا بِ ِه اأْل َر‬

Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu
mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan
mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al Ankabut : 63)
Firman Allah SWT. :

َ‫ض لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ قُ ِل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ بَلْ أَ ْكثَ ُرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُمون‬
َ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ َ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّم ْن َخل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala
puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Firman Allah SWT. :

‫ض لَيَقُولُ َّن خَ لَقَه َُّن ْال َع ِزي ُز ْال َعلِي ُم‬


َ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ َ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab : “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az Zukhruf : 9)
Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui
Allah-lah satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan
mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan
peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak
menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan,
menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya atau ada yang serupa
dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang
dimaksud syirik dalam rububiyah.
b) Syirik di dalam Uluhiyyah yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah
yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya
agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja.
Firman Allah SWT. :
4
َ ً
َ‫ض فِ َراشا َوال َّس َماء† بِنَاء َوأن َز َل ِمن‬ َ ُ َ َّ ْ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُد‬
َ ْ‫ ال ِذي َج َع َل لك ُم األر‬. َ‫ُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ‫وا هّلِل ِ أَندَاداً َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
ْ ُ‫ت ِر ْزقا ً لَّ ُك ْم فَالَ تَجْ َعل‬
ِ ‫ال َّس َماء َماء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬

Artinya : “Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-
orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS.
Al Baqarah : 21-22)
c) Syirik di dalam Asma’ wa Sifat yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah
dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada
makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Firman Allah SWT. :

ْ ‫ب فَاَل ي‬
‫ُظ ِه ُر َعلَى َغ ْيبِ ِه أَ َحدًا‬ ِ ‫عَالِ ُم ْال َغ ْي‬

Artinya : “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan
kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.“ (QS. Al Jin : 26)
2. Syirik Menurut Kadarnyaa
a) Syirik Akbar (besar)
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar
dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada
tuhan-tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari,
batu, gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula menyembah
makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat.Yang kedua yaitu syirik akbar
Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan kepada orang yang telah
meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain serta mengikuti selain dari apa yang
telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berarti telah terjerumus kedalam lembah
kemusyrikan.
Firman Allah SWT. :
Artinya: “…dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-
orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 121).
Adapun contoh-contoh dari syirik akbar (besar), yaitu :
1) Syirik dalam berdoa adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk
istighatsah dan isti’anah kepada selain-Nya.QS Al-Ankabut (29):65 Artinya: “Maka apabila
mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya;
maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka
mempersekutukan.”
2) Syirik dalam niat, kehendak dan maksudAdalah manakala melakukan ibadah tersebut
semata-mata ingin dilihat orang atau untuk kepentingan dunia semata.QS Huud (11): 15-
16Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan(15). Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia
dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan(16).”
3) Syirik dalam ketaaatan yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah
SWT atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syariat dan
ridho atas hukum tersebut.QS At-Taubah (9) : 31Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan Al Masih putera Maryam,
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
5
4) Syirik dalam kecintaan adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Menyetarakan kecintaan makhluk dengan Allah.
b) Syirik Ashghar (kecil)
Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni Allah
jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal
dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat. Adapun contoh-contoh dari syirik
Ashghar (kecil):
1) Ar Riya’(mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan
popularitas). Meskipun syirik ini tidak membatalkan semua amalan secara keseluruhan
namun ia membatalkan amalan yang diniatkan untuk manusia tersebut. Maka wajib bagi
pelakunya untuk bertaubat. Firman Allah yang menerangkan bahwa riya’ itu membatalkan
amalan yang disertai riya’ tersebut adalah sebagai berikut:

‫اس َوالَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬ ُ ِ‫ص َدقَاتِ ُكم ِب ْال َمنِّ َواأل َذى كَالَّ ِذي يُنف‬
ِ َّ‫ق َمالَهُ ِرئَاء الن‬ َ ‫وا‬ ْ ُ‫وا الَ تُ ْب ِطل‬
ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
ْ ْ ‫هّللا‬ ْ
َ‫َي ٍء ِّم َّما َك َسبُوا َو ُ الَ يَ ْه ِدي القَوْ َم الكَافِ ِرين‬ ْ َّ
ْ ‫صلدًا ال يَق ِدرُونَ َعلَى ش‬ ْ َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَت ََر َكه‬ َ
َ ‫ان َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَأ‬ٍ ‫ص ْف َو‬
َ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak berkuasa sedikit pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 264)

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa
dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata:

‫يقول هللا تعالى يوم‬.“ ‫ك ْاألَ صْ َغ ُر يَا َرسُوْ ُل هللا ؟ قال الرِّ يَا ُء‬
ُ ْ‫ قال ُوا َو َما ال ِّشر‬.‫ك ْاألَ صْ غَر‬
ُ ْ‫إن أَ ْخ َوفُ َما أَخَا فُ َعلَي ْك ُم ال ِّشر‬
َّ
‫القيامة إذا جازى الناس بأعمالهم اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون في الدنيا فانظروا هل تجدون جزاء‬

Artinya : “Sesungguhnya yang paling kutakutkan dari perkara yang aku takutkan atas kalian
ialah syirik kecil. Para shahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu wahai rasulullah?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Riya’, Pada hari kiamat, ketika membalas
amalan-amalan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berfirman: “Pergilah kepada orang
yang kamu dahulu sewaktu di dunia berbuat riya’ kepadanya, dan lihatlah apakah kamu
dapakan balasan (pahala) darinya? “(HR. Ahmad, At-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Dan juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda dari Abu Hurairah radhiyallahu
anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Allah SWT. berfirman : ‫من عمل عمال أشرك معي فيه غيري تركته وشركه‬,‫أنا أغنى الشركاء عن الشرك‬

Artinya : “Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan sekutunya, barang siapa
beramal, dan menyekutukan Aku dengan selain-Ku di dalam amalan tersebut maka Aku
tinggalkan dia dan sekutunya” (HR. Muslim)
Dalam masalah membatalkan amalan, riya’ ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
 Apabila riya’ sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan amalannya sudah
mempunyai niat untuk riya’. Yang seperti ini membatalkan amalan.
 Apabila datang dengan tiba-tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan orang tersebut
berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka yang seperti ini tidak
sampai membatalkan amalannya.

6
2) Sum’ah (mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain dalam rangka
mendapatkan popularitas). Pada hakekatnya sum’ah merupakan riya’ juga. Dua penyakit ini
yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak terlihat oleh mata sehingga seorang
Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah 264 serta hadits
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi
perhatian bagi kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil dengan panggilan “Wahai
orang-orang yang beriman” dan Rasulullah mengkhawatirkan riya’ tersebut akan menimpa
para shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati akan
terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Allah selamatkan kita darinya.
Adapun Firman Allah SWT. :

ْ ‫ات َواألَرْ ضُ أُ ِع َّد‬


َ‫ت لِ ْل ُمتَّقِين‬ ُ ‫او‬ ْ ‫ارع‬
ُ ْ‫ُوا إِلَى َم ْغفِ َر ٍة ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
َ ‫ضهَا ال َّس َم‬ ِ ‫َو َس‬

Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada Surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali
Imran : 133)

†ٍ ‫صالِحًا فَأُوْ لَئِكَ يُبَ ِّد ُل هَّللا ُ َسيِّئَاتِ ِه ْم َح َسنَا‬


‫ت َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َّر ِحي ًما‬ َ ‫إِاَّل َمن ت‬
َ ‫َاب َوآ َمنَ َو َع ِم َل َع َماًل‬

Artinya : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih maka
kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan : 70)

‫وب َج ِميعًا إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر‬


َ ُ‫ي الَّ ِذينَ أَ ْس َرفُوا َعلَى أَنفُ ِس ِه ْم اَل تَ ْقنَطُوا ِمن رَّحْ َم ِة هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬
َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬

Artinya : Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Az-Zumar : 53)
b) Syirik Khafi (tersembunyi)
Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun termasuk riya’, dan hal
ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam sebagaimana anda ketahui, namun
pelakunya wajib bertaubat.
3. Syirik Menurut Letak Terjadinyaa
a) Syirik I’tiqodi yaitu syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi
lain juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan kepada kita. Hal ini
termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kita berlindung
kepada Allah dari hal ini.
b) Syirik Amali yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan
lainnya.
c) Syirik Lafzhi yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan sebagian
orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku bertawakal
kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu”, dan
lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan.
Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk
menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan cara bagaimana
pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun
jua. Wallohu a’lam bishowab.

7
2.1.3 Akibat Perbuatan Syirik
Adapun akibat negatif yang ditimbulkan dari syirik, antara lain:
1) Sulit menerima kebenaran. Hati orang-orang syirik tertutup untuk menerima kebenaran baik
yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Menurut Ibnu Jarir, ketertutupan hati orang syirik
itu lantaran dari sifat kesombongan dan penentangannya terhadap kebenaran yang
disampaikan kepadanya. Orang-orang syirik yang mendustakan ayat-ayat Allah diberi
peringatan atau tudak sama saja bagi mereka, karena hati mereka buta.
Firman Allah SWT: “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan
mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat adzab yang berat.” (QS. Al-Baqarah: 7).
2) Munculnya perasaan bimbang dan ragu. Menurut pendapat Ibnu Abbas, penyakit hati orang
syirik adalah perasaan bimbang dan ragu (syak), kegoncangan batin seperti inilah yang
menjadikan mereka merasa gelisah. Hatinya tidak pernah tenang, merasa tidak puas dengan
harta, jabatan yang mereka miliki.
Firman Allah SWT: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu,
dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10).
3) Hanya akan memperoleh kesenangan sementara.
4) Amalan dan harta yang yang dinafkahkan sia-sia.
Firman Allah SWT : “Perumpaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini,
ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu
kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka,
tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Ali Imran: 117).
5) Orang musyrik dinilai sebagai makhluk terburuk.
6) Menjadi musuh Allah. Perbuatan musyrik menyebabkan murka Allah SWT, sebagaimana
firman Allah:Artinya: “…..maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (QS.
Al-Baqarah: 98).7).
7) Dijanjikan mendapat siksa neraka.
Allah menerangkan dalam firman-Nya:“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada
pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitan muram (kepada
mereka dikatakan), mengapa kamu syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab
disebabkan kekafiranmu itu.” (QS. Ali Imran: 106).

2.1.4 Hikmah Menjauhi Perbuatan Syirik


1) Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.
2) Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
3) Membuat manusia menjadi suci dan benar.
4) Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus
dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.
5) Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.
6) Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang
membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan
bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.
7) Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri
hati.
8) Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

2.2 DURHAKA TERHADAP ORANG TUA


2.2.1 Pengertian Durhaka Kepada Orang Tua
Secara bahasa, kata al-‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-
qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ Durhaka adalah setiap
perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.

8
Orang yang durhaka kepada orang tuanya berarti telah melakukan dan ia akan mendapat
hukuman berat di hari kiamat nanti. Bahkan, ketika hidup di dunia pun, ia akan mendapat azab-
Nya.Allah SWT mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya. Bagaimanapun
keberadaan seseorang di muka bumi tidak terlepas dari peran ibu dan bapaknya. Ibunya yang telah
mengandung dan bapaknya yang telah bersusah payah mencari rezeji, tanpa mengenal lelah untuk
membiayai anaknya. Allah SWT. berfirman:

ِ ‫ي ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َّ َ‫ك اِل‬ َ ِ‫ص ْينَا اإْل ِ ْنسَانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬

Artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada orang dua orang ibu
bapaknya; ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu baopakmu, hanya
kepada-Kulah kamu semuanya kembali.” (Q.S. Luqman: 14)
Setiap anak tidak boleh menyakiti kedua ibu bapaknya, baik dengan perkataan maupun perbuatan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa seorang
anak tidak boleh mengatakan “ah”, sebagaimana firman-Nya.

‫ضي ُربُّكَ أَاَّل تَ ْعبُ ُدوْ ا اِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانًا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل‬
َ َ‫َوق‬
َ ‫َاح ال ُّذ ِل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما† َك َما َربَّيَانِ ْي‬
‫ص ِغ ْيرًا‬ َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجن‬ ْ ‫و‬.‫ا‬َ ‫َر ْي ًم‬ ِ ‫ك‬

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kepada selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang
dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah mengatakan “ah” (“his”, ”cis”, “uf” dan semacamnya yang sifatnya menghina). Dan
janganlah kamu membentak mereka, (akan tetapi) ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, Wahai
Tuhanku, kasihanilah mereka sebagimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Q.S. Al-
Isra: 23-34).
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap orang
tua. Menurut bin Abbas, dalam Al-Qur’an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya dengan
tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu:
“Empat golongan manusia yang benar-benar Allah tidak akan memasukkan mereka ke dalam surge
dan tidak akan dapat merasakan kenikmatannya, yaitu:1.Orang yang membiasakan diri minum-
minuman keras (khamar).2.Orang yang makan harta riba.3.Orang yang makan harta anak yatim
dengan cara yang kejam.4.Orang yang durhaka kepada orang tuanya, kecuali kalau mereka itu
bertobat.”(Riwayat Hakim).
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT.
sehingga Rasulullah SAW. bersabda:

)‫ (رواه الترمذي والحاكم بشرط المسلم‬.‫رضي هللا في رضي الوالدين وسخط هللا في سخط الوالدين‬

Artinya : “Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu-bapaknya dan kemurkaan Allah
terlatak pada kemurkaan kedua ibu-bapak pula.”
Allah SWT. sangat murka terhadap orang-orang yang menyakiti orang tuanya sendiri dan
mengharamkannya untuk masuk surga meskipun ia sangat rajin beribadah. Sebagaimana kisah
seorang sahabat yang mengalami kesulitan untuk meninggal dunia karena ibunya murka kepadanya
dan setelah ibunya memaafkan dosa anaknya –setelah Rasulullah SAW. berkata kepadanya bahwa
anaknya akan dibakar –sahabat tersebut meninggal dengan mudah. Lebih jauh dalam hadis
dinyatakan bahwa terhadap yang menyakiti orang tuanya sendiri, oleh Allah tidak akan
mengakhirkan untuk menyiksanya.Rasulullah SAW. bersabda:
‫ق ْال َوالِ َدي ِْن لِيَجْ َع َل له العذابُ واِ َّن هللاَ لَيَ ِز ْي ُد في ُع ْم ِر ْال َع ْب ِد اِ َذا كان بَا ًّرا لِ َوالِ َد ْي ِه‬
ُ ْ‫ُؤَخ ُر هللاُ ِم ْنهَا ما شاء الي يوم القيامة ِااَّل ُعقُو‬ ِ ‫ُكلُّ ال ُّذنُو‬
ِّ ‫ب ي‬
)‫ (رواه ابن ماجه‬.‫ق علي ِهما اِذا احْ تَا َجا‬ َ ِ‫لِيَ ِز ْي َدهُ بِ ًّرا َوخيرًا َو ِم ْن بِرِّ ِهما أن يُ ْنف‬

9
Artinya : “Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat, kecuali orang yang
durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat azab kepadanya; dan Allah
akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan
menambah kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah
kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Termasuk menyakiti orang tua sendiri adalah menyakiti ibu bapak orang lain karena anak dari
orang tua yang disakitinya akan membalasnya. Dengan demikian, hal ini sama saja dengan
menyakiti orang tuanya sendiri.Setiap anak harus selalu ingat bahwa pengorbanan kedua orang
tuanya sangatlah besar, bahkan tidak mungkin dapat dibalas dengan harta sebesar apapun. Alangkah
kejam dan tidak berakalnya orang yang berani menyakiti hati kedua orang tuanya sendiri.Tidak
heran, jika Allah SWT, memberikan keistimewaan kepada setiap orang tua, terutama seorang ibu
yang disakiti oleh anaknya sendiri dengan mengabulkan doanya. Dengan demikian, jika orang
tuanya mendoakan agar anaknya celaka, sang anak dipastikan akan celaka. Hal itu dijelaskan dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi:

ْ ‫ك فِي ِه َّن َد ْع َوةُ ْال َم‬


ُ‫ظلُوْ ِم َو َد ْع َوة‬ ٌ َ‫ت ُم ْستَ َجاب‬
َّ ‫ات اَل َش‬ ُ ‫ ثَاَل‬: ‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬:‫ع َْن أَبِ ْي هُريرةَ رضي هللا عنه قال‬
ٍ ‫ث َدع ََوا‬
)‫ (رواه الترمذي‬.‫ْال ُم َسافِ ِر َو َد ْع َوةُ ْال َوالِ ِد َعلَي َولَ ِد ِه‬

Artinya : “Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Ada tiga doa yang
mustajab dan tidak diragukan lagi, yaitu doa orang teraniaya, doa orang bepergian, dan doa kedua
orang tua kepada anaknya.” (H.R. Turmudzi).

2.2.2 Menyakiti Hati Orang Tua


Menyakiti kedua orang tua artinya menentang apa yang diperintahkan oleh keduanya dengan
syarat bukan perintah berbuat maksiat kepada Allah atau melakukan suatu perbuatan yang tidak
mendapatkan suatu perbuatan yang tidak mendapat restu keduanya.Perbuatan ini termasuk dosa
besar. Dan dalam hal ini Rasulullah memperingatkan kepada kita agar tidak menyakiti kedua orang
tua:

َ َ‫ق ْال َوالِ َد ْي ِن َو َكانَ ُمتَّ ِكئًا فَ َجل‬


ُّ ‫ اِاَّل َوقَوْ َل‬: ‫س فَقَا َل‬
‫الزوْ ِر‬ ُ ‫ ا ِإل ْش َرا‬: ‫ بَلَي يارسو َل هللاِ قَال‬: ‫ قُ ْلنَا‬,‫اَاَل اُنَبِّئُ ُك ْم بِأ َ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر ثالثًا‬
ُ ‫ك بِاهللِ وعُقو‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬. َ‫زَال يُ َك ِّر ُرهَا َحتَّي قُ ْلنَا ل ْيتَهُ َسكَت‬
َ َ ‫فَ َما‬.

Artinya : “Apakah kalian mau kuberitakan tentang tiga macam dosa besar?” Para sahabat menjawab:
“Betul wahai Rasulullah, kami mau mendengarnya.” Rasulullah saw. bersabda: “Menyekutukan
Allah, dan menyakiti kedua orang tua.” Ketika itu melanjutkan pembicaraannya: “Ingatlah (jangan
kau lakukan) perkataan bohong dan kesaksian palsu.” Beliau mengulangi perkataannya itu sehingga
kami mengharapkan beliau menghentikan sabdanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka perhatikanlah hubungan antara berbuat jelek kepada orang tua dengan orang yang berbuat
syirik kepada Allah (yaitu sama-sama dosa besar).

ٌ َّ‫ َواَل َمن‬,‫ق‬


‫ َواَل ُم ْد ِمنُ خَ ْم ٍر‬,‫ان‬ ٌّ ‫ال يدخل الجنة عا‬

Artinya : “Tidak akan memasuki surge orang yang durhaka kepada orang tuanya, yang menunjuk-
nunjukkan pemberiannnya dan orang yang kecanduan minuman keras.” (H.R. Bukhari Muslim).

َّ ‫لَعَنَ هللاُ ْال َعا‬


‫ق لِ َوالِ َد ْي ِه‬

Artinya :“Allah mengutuk orang yang durhaka kepada orang tuanya”. (Riwayat Thabrani –sebagai
hadits dha’if).

10
Termasuk dalam kategori menyakiti kedua orang tua ialah memukul atau menempeleng kedua
orang tua, melontarkan kata-kata makian, atau menambah beban yang keduanya tidak mampu
memikulnya, seperti minta uang secara terus-menerus, pada hal keduanya tidak mampu
memenuhinya. Apalagi andaikata permintaan itu dilakukan secara paksa atau tidak peduli dengan
keadaan orang tua.Di samping itu, membiarkan kedua orang tua dan tak bersedia menanggung biaya
penghidupannya, sedang seseorang mengerti bahwa kedua orag tuanya dalam keadaan tidak mampu
sedang keadaan dirinya mampu menolong, juga termasuk di dalam dosa tersebut. Mengasingkan
kedua orang tua juga termasuk dosa besar. Membiarkan orang tua berada jauh dan tidak pernah mau
berziarah. Kadang-kadang kejadian ini bisa terjadi ketika anak mempunyai kedudukan tinggi
disbanding orang tuanya. Memaki orang tua juga termasuk dosa terhadap orang tua. Dalam hal ini
Rasulullah melarang keras sikap tersebut:

ُ‫ يَسُبُّ اَبَا ال َّر ُج ِل فَيَسُبُّ ال َّر ُج ُل اَبَاه‬: ‫ ِم ْن أَ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر أَ ْن يَ ْلعَنَ ال َّر ُج ُل َوالِ َد ْي ِه قِ ْي َل يارسو َل هللاِ وكيفَ يلعن الرجل والديه ؟ قال‬.

Artinya : “Termasuk di antara dosa-dosa yang paling besar ialah seseorang melaknati kedua orang
tuanya.” Seseorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang melaknati kedua
orang tuanya?” Rasulullah menjawab: “Seseorang memaki orang tuanya orang lain, kemudian orang
tersebut balik memaki kedua orang tuanya.”
Apabila seseorang memaki kedua orang tua temannya, berarti secara tidak langung telah memaki
kepada kedua orang tuanya sendiri. Pengertian menyakiti pada kasus ini ialah meremehkan
kehoramatan kedua orang tua, dan menjadikan namanya sebagai sasaran penghinaan. Padahal kedua
orang tua tersebut telah membesarkan sejak kecil hingga dewasa, yang merupakan jasa tak ternilai
harganya. Siapa saja yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada orang tua, maka Allah tidak akan
menerima amalnya.Di dalam wasiatnya, Rasulullah menerangkan keutamaan berbakti kepada kedua
orang tua melalui sabdanya:

‫َم ْن َس َّرهُ أَ ْن يَ ُم َّد لَهُ فِي ُع ْم ِر ِه َويُزَ ا َد فِي ِر ْزقِ ِه فَ ْليُبِ َّر َوالِ َد ْي ِه‬

Artinya : “Barang siapa yang umurnya ingin diperpanjang dan rizkinya bertambah banyak, maka
hendaknya ia berbakti kepada dua orang tuanya dan menyambung persaudaraannya.Abdulah bin
Mas’ud mengatakan dalam salah satu riwayatnya:

ِ‫ الجها ُد في سبي ِل هللا‬: ‫ي ؟ قال‬ ُ ,‫ي ؟ بِرُّ ْال َوالِ َد ْي ِن‬


ٌّ ‫قلت ثُ َّم أ‬ ُ ‫ قُ ْل‬.‫ الصَّالةُ لِ َو ْقتِهَا‬: ‫ أيُّ ْال َع َم ِل أَ َحبُّ اِلَي هللاِ ؟ قال‬.ِ‫رسول هللا‬
ٌّ ‫ت ثُ َّم أ‬ َ ُ
‫سألت‬.

“Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Amal apakah yang paling disenangi oleh Allah swt.?”
Rasulullah menjawab: “Melakukan shalat pada waktunya.” Kemudian saya bertanya lagi: “Kemudian
apa lagi?” Rasul menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian apa
lagi?”: maka Rasul menjawab: ”Berjuang di jalan Allah.”
Islam juga mengistimewakan seorang ibu lebih dari seorang ayah di dalam hak menerima
keabktian dari anaknya. Sebab sang ibu lebih banyak berkorban dibanding sang ayah. Kasih sayang
ibu lebih banyak, jerih payahnya lebih berat, seprti mengandung, melahirkan, menyusui, menjaga
bayi, mencuci kotorannya dan lain sebagainya. Pendeknya, jerih payah ibu lebih banyak dibanding
sang ayah. Al-Qur’an telah memberikan isyarat mengenai pengalaman ibu:

‫صالُهُ ثَاَل ثُوْ نَ َش ْهرًا‬ َ ‫ص ْينَا اإْل ِ ْنسَانَ بِ َوالِ َد ْي ِه اِحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا َو َح ْملُهُ َوف‬ َّ ‫و َو‬....
َ

Artinya ; “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik keapda dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandung dengan susah payah (pula), mengandungnya sampai menyepihnyaadalah tiga
puluh bulan.” (Q.S Al-Ahqaf : 15)

11
Terdapat sebuah hadits mengenai jerih payah ibu:
‫ ثم َم ْن؟ قال أُ ُّمكَ قال ثم َم ْن؟ قال أُ ُّمكَ قال‬. َ‫ص َحابَتِ ْي؟ قال أُ ُّمك‬ ُّ ‫ َم ْن أَ َح‬.‫ يا رسو َل هللا‬:‫أَ َّن َر ُجاًل َجآ َء اِلَي النَّبِ ِّي فقال‬
ِ َّ‫ق الن‬
َ ‫اس بِ ُح ْس ِن‬
‫ك‬ َ ُ
َ ْ‫ثم َمن؟ قال ث َّم أبُو‬

Artinya : “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang
paling berhak untuk saya berbuat baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu.” “kemudian siapa lagi?”
Rasulullah menjawab: “Ibumu.” “kemudian siapa lagi?” Rasul menjawab “Ibumu.” “ kemudian siapa
lagi?” Jawab Rasul: “Bapakmu.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadis tersebut Rasulullah mengulangi jawaban dengan kata-kata “ibumu” sebanyak tiga
kali. Hal ini merupakan isyarat bahwa sang ibu berhak mendapatkan perhatian yang lebih banyak
ketimbang sang ayah. Rasulullah juga mengamanatkan pesan mengenai hak anak kepada ayahnya,
yang ketika itu Rasul kedatangan seseorang mengadukan suatu masalah yang bersangkutan dengan
ayahnya sendiri. Orang tersebut bertanya: “Ayahku telah merampas harta bendaku.” Rasulullah
menjawab: “Dirimu dan harta bendamu adalah milik ayahmu. Anak-anakmu adalah hasil yang paling
baik, oleh karenanya makanlah harta benda mereka.”Selain itu Allah memerintahkan kepada sang
anak agar mendoakan kedua orang tua, meminta kepada Allah sebagai tanda balas jasa yang telah
mereka lakukan terhadap dirinya.
:‫َي ٌء أُبِ َّرهُ َما بِ ِه بعد موتِها؟ قال‬ ْ ‫يش‬ َّ ‫ هل بَقِ َي ِم ْن بِ ِّر أَبَ َو‬,‫ يارسول هللا‬:‫ي صلي هللا عليه وسلم فقال‬ َّ ِ‫وقَ ْد َسأ َ َل َر ُج ٌل النَّب‬
‫ص ِد ْيقِ ِه َما‬ ‫اَّل‬ ُ َّ
َ ْ‫صلة ال َّر ِح ِم التِ ْي اَل تو‬
َ ‫ص ُل اِ بِ ِه َما َوأك َر ُم‬ ُ َ َ ْ
ِ ‫ َو‬,‫ َواِنفا ِذ َع ْه ِد ِه َما ِم ْن بَ ْع ِدهَا‬,‫ الصالة عليهما‬,‫نعم‬
Artinya : “Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang : “Wahai Rasulullah apakah ada sesuatu jalan
yang bisa memungkinkan saya membaktikan diri kepada kedua orang tua sepeninggal mereka?”.
Rasulullah menjawab : “Ya masih ada, mendoakan keduanya, melaksanakan janjinya setelah mereka
mati, mempererat hubungan silaturrahmi yang telah dirintis oleh keduanya dan menghormati teman-
teman keduanya”.

2.2.3 Ciri-Ciri Anak Durhaka


Adapun ciri-ciri anak yang durhaka kepada orang tuanya:
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun
perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. dan juga Tidak memberikan nafkah
kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
3. Membentak atau menghardik orang tua / mengeraskan suara di hadapan mereka ketika
berselisih,
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada
mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi
nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan
tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah.
Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak
mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang
tua.
8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan
teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan
tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini
adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
10. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis di
mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang
tua terlecehkan dan marah.

12
11. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua
melayani dirinya dan Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-
nyebut kekurangannya.
12. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka
berdua karena suatu hal.
13. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak
berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar
daripada hak si anak.
14. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang
tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.
15. Tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

2.2.4 Hadits Dan Al-Quran Yang Mencakup Tentang Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah Swt, berfirman:

ّ
‫يبلغن عندك الكبر أحدهما او كالهم فال تقل لهما أف وال تنهرهما وقل لهما‬ ‫وقضى ربك االّ تعبدوا إال إياه وبالوالدين إحسانا ً إما‬
)23:‫قوال كريماً(اإلسراء‬

Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai kepada-Nya dan
berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, diaberkata: “Rasulullah saw
bersabda: Artinya:“Maukah kalian (jika) aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling
besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan
(sesuatu) dengan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau
duduk, kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu. “Ketahuilah (juga)
sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ngulang perkataan itu, sehingga aku
berkata: “Beliau tidak mau diam.” (Shahih Bukhori, juz 187, hlm.372, Hadits No. 5519)

2.2.5 Bahaya-Bahaya Durhaka, Azab Dan Dosa Durhaka Terhadap Orang Tua
1. Haram masuk surga.“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk
berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku
dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)” . [H.R. Nasa’i dan
Ahmad].
2. Dimurkai Allah SWT.“keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun
tergantung pada murka kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).
3. Allah tidak menerima shalatnya. “Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang
tuannya yang tidak menganiaya kepadannya”. (H.R.  Abu al-Hasan bin Makruf)Ada tiga
golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu,
yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang
yang mendustakan takdir”. (H.R. Thabrani).
4. Dipecat sebagai pengikut nabi SAW.“bukan termasuk dari golongan kami orang yang diperluas
rezekinnya oleh Allah lalu ia kikir dalam menafkahi keluargannya”. (H.R. ad-Dailamy).
5. Mendapat “gelar” kafir.“jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua
orang tua, maka dia kafir”. (H.R. Muslim).
6. Balasan azab dengan segera didunia.Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi
Saw, beliau bersauba,“setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari
kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan
(balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum mati”.

13
7. Tidak Diampuni Dosannya.Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda,“dikatakan
kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya
Aku tidak akan mengampuni. “Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang tua,
perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu Nu’aim).
8. Membatalkan Seluruh Amal.“ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a)
syirik kepada Allah, (b) durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh
orang dungu dan jahil”. (H.R. Thabrani).
9. Haram mencium aroma surga.Bau surga yang radiusnya sejauh 1000 tahun perjalanan itu tak bisa
dirasakan oleh orang durhaka. Benar2 dahsyat.“sesunguhnya aroma surga itu tercium dari jarak
perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak akan mendapatinnya barang siapa yang durhaka
dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).
10. Terputus rezekinnya.“apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka
akan terputus rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).Seseorang yang Tidak mendoakan kedua orang
tuanya termasuk kategori orang yang durhaka terhadap orang tuannya. Oleh karena itu, orang tua
wajib mendapatkan doa dari anaknya.
11. Orang yg mendapat Kerugian besar.“sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina,
sungguh kecewa dan hina orang yang mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak
dapat masuk surga”. (H.R. Muslim).
12. Dibenci Allah.“Barang siapa ridha kepada kedua orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah.
Dan barang siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”. (H.R. Ibnu an-
Najjar).
2.2.6 Hukuman Bagi Orang Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya
Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang diharamkan
dan termasuk dosa besar yang sudah disepakatikeharamannya. Barang siapa yang durhaka kepada
orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun
di akhirat. Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan berada
dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang pembawa rahmat,
Muhammad saw. 
Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata: “Rasulullahsaw bersabda:
Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka
kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz16, hlm. 338, Hadits no. 7584)
Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh
seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya.Diantara hukuman bagi
orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah:
1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.
Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah melaknat budak yang
bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan jalan orang yang buta;
Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allah melaknat orang yang
melakukan hubungan seksual dengan binatang; Allah melaknat orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya; dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi
Luth.”(Musnad Imam Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765).
2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz(tipuan)
baginya.Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah
akan melapangkan rizkinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits : Artinya :
“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan rizkinya, serta
dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan
membina hubungan silaturahmi.”(Al Mustadrak, al-Hakim,Juz 17, hlm 128, hadits no. 7389).
3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan.
4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, iaberpeluang meninggal
dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan maksiat.

14
5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka kepada kedua
orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili, bahwa Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula adl Nya,
yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering menyebut-nyebut apa
yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.” (al-Ibaanah al-Kubraq, Ibnu
Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153)

2.2.7 Sebab-Sebab Anak Durhaka Dan Cara Mengatasinya


Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang tuanya, diantaranya:
1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas kedurhakaan itu,
baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkansebagian anak atas
sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya ketidakadilan yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya.
3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong sahabatnya
menentang orang tuanya. Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah
sawbersabda : Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena
itu, hendaklah salah seorang diantara kalianmemperhatikan siapa yang digauli (nya).”(Musnad
Imam Ahmad,Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685)
Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun jika ditelaah
lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut
bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau
sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak. Sikap lemah lembut dan kasih sayang
adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang
diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya.
Allah berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi
segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung
keberhasilan pendidikan anak. Orang tua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat
yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan. Dalam
bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika
seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang
berat. Yang harus dilakukan oleh orang tua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan
kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan
sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan. Salah seorang ulama yang
merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam
pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali
menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam
situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh
dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”Seorang anak yang tumbuh dalam
lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap
khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting
dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus
terang, dan jujur.

15
2.2.8 Kisah Nyata Tentang Anak Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya
Kisah ini terjadi pada zaman Rasulullah saw. Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang
pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha
illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci. Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada
di dekat kepala sang pemuda yang sedang sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?Sang
ibu menjawab : Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka
padanya? Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun. Rasulullah saw
bersabda: Ridhai dia!   Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya. Kemudian
Rasulullah saw. membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.Kini sang pemuda dapat
mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh. Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat
tadi? Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya
menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:

‫ اِنَّكَ أَ ْنتَ ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،‫ اِ ْقبَلْ ِمنِّى ْاليَ ِس ْي َر َواعْفُ َعنِّي ْال َكثِ ْي َر‬،‫يَا َم ْن يَ ْقبَ ُل ْاليَ ِسي َْر َويَ ْعفُو ع َِن ْال َكثِي ِْر‬

Artinya : “Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan
Maha Penyayang.”
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu
lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah
wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam
itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya.
Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: Aku tidak
melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya
meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk
memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik.
Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang
seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah
dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain
yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.Perbuatan syirik termasuk dosa besar.
Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti
syirik.Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal–hal yang merupakan
kekhususan bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’
dan sifat.Dengan demikian, dapat kami simpulkan, bahwa syirik itu terbagi atau tergolong kedalam 3
golongan. Yaitu, Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala, Syirik Menurut Kadarnya,
dan Syirik Menurut Letak Terjadinya.
Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, yang melupakan apa yang menjadi
kewajibannya dan apa yang ada di depannya hendaklah berbuat baik kepada mereka. Itu adalah
ketetapan agama, sedangkan kamu telah menerima hukum itu tetapi kamu masih melakukan
kejelekan.Sang ibu telah mengandung kamu dalam perutnya selama sembilan bulan yang seolah-olah
seperti sembilan tahun. Wanita tersebut mengalami kesulitan ketika melahirkan kamu dengan
perasaan yang tidak enak. Kamu disusui dengan teteknya, dan karena itulah hingga akhirnya ibu itu
mengantuk. Dalam beberapa malam dia bangun, karena kamu menangis. Kamu bisa
membayagkannya sejak lahir. Kesulitan itu telah menghimpit jantung ibu. Beberapa kali ibu
membersihkan kotoran kamu. Itupun dengan tangan kanan.dll.Tetapi ketika orang tua itu berusia
lanjut,maka kamu memberikan hinaan bagi mereka,durhaka kepada mereka. Semuanya itu tidak
dibenarkan, Allah dan Rasul telah melarang durhaka kepada orang tua dan itu adalah termasuk dosa-
dosa besar. Jadilah anak yang shaleh-shalehah, yang berbakti kepada orang tua, InsyaAllah Allah
akan memberikan surganya untuk kita. Demikian makalah ini kami buat, Salah dan khilaf itu semua
datangnya dari kami, dan yang benar semuanya hanya dari Allah. Wallahua’lam bis-shawaab.
Mudah-mudahan bermanfa’at di dunia di akhirat. Aamiin.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Abdullah Fattah,Afif. 1993.Dosa-dosa Menurut Al-Qur’an.Gema Risalah Press: Bandung.

 Ahmadi Abu. 1996.Dosa Dalam Islam.Rineka Cipta : Jakarta.

 Abdullah Adz-Dzahabi Abu. 1993.Dosa-dosa Besar.Bina Ilmu : Surabaya.

 http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua

 http://anakshalih.wordpress.com/2007/06/25/haramnya-durhaka-kepada-orang-tua

 http://andikajeki.blogspot.com/2011/04/akibat-durhaka-kepada-orang-tua.html

 http://7topranking.blogspot.com/2013/01/7-ciri-ciri-anak-durhaka.html

 http://sapta06.wordpress.com/2010/05/22/249/http://catatankecilblogspot .

 http://www.salafyoon.net/aqidah/jenis-jenis-perbuatan-syirik .

 Syafi’I Rachmat,Al-Hadis. 2000 .Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum,Pustaka Setia : Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai