Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DURHAKA TERHADAP ORANGTUA

Disusun oleh :

MAMAN SUPARMAN (2161201786)

ITB AHMAD DAHLAN JAKARTA


Tahun Ajaran 2021 / 2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul ’’ Durhaka Kepada Orang Tua” dengan tepat pada waktunya.

Tugas makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak .
Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. AHSIN, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah Aqidah Akhlak yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga tugas makalah Aqida Akhalak ini
dapat selesai tepat waktu .

2. kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam mengerjakan tugas makalah Aqidah Akhlak ini.

Kami menyadari bahwa makalah Aqidah Akhlak ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan tugas makalah Aqidah Akhlak ini .

Dengan demikian kami mengharapkan semoga tugas makalah Aqidah Akhlak ini
dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Kuningan, 20 Juli 2022

MAMAN SUPARMAN
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................................i
DAFTAR isi ........................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.............................................................2

BAB II PENDAHULUAN
A. Pengertian Durhaka......................................................................................3
B. Ciri-Ciri Anak Durhaka...........................................................................4
C. Hadits Dan Al-Quran Yang Mencakup Tentang Durhaka
Kepada Kedua Orang Tua.........................................................................5
D. Bahaya-Bahaya Durhaka, Azab Dan Dosa Durhaka
Terhadap Orang Tua................................................................................6
E. Hukuman Bagi Orang Yang Durhaka Kepada Kedua
Orang Tuanya................................................................................................8
F. Sebab-Sebab Anak Durhaka Dan Cara Mengatasinya.................9
G. Kisah Nyata Yang Berkaitan Dengan Anak Yang Durhaka
Kepada Orang Tua.........................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................13
B. Saran........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
..14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai
kedudukan amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan
dengan hubungan manusia dengan sesamanya.
Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan
dengan perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan
kedudukan mereka dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut
agar diperhatikan oleh manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya
jasa mereka demi anak-anak, menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak
bahwa anak yang tidak berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman
dosa paling besar setelah syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan
menunggu saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias
diberlakukan.
Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing,
yang sangat berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan
sampai di akhirat kelak dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya.
Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai
keuntungan, kebaikan dan keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan
bahwa keberhasilan hidup seseorang tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada
orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana
perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan,
ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalu mewarnai kehidupannya karena
tindakan yang selalu menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan
kepada orang tuanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu durhaka dan apa macam-macamnya ?
2. Apa ciri-ciri anak durhaka?
3. Apa saja hadits dan al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang
tua?
4. Apa bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua ?
5. Apa sajakah hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya?
6. Apa yang menyebabkan seorang anak durhaka kepada kedua orang Tuanya dan
bagaimana cara menanggulanginya ?
7. Apa peristiwa nyata yang berkaitan dengan anak yang durhaka kepada orang tua ?

C. Tujuan pembahasan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian durhaka dan macam- macamnya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui al-Quran dan hadits tentang durhaka
3. Mahasiswa dapat mengetahui hukuman bagi orang yang durhaka kepada
orang tuanya.
4. Mahasiswa tahu sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya.
5. Mahasiswa tahu peristiwa kisahnyata yang berkaitan dengan anak yang
durhaka kepada orang tua

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Durhaka
Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup
kebaikan dunia dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik
kepada mereka memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang
mubah, bukan hal-hal yang wajib atau maksiat.
Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah
berbuat buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa,
kata al- uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus,
merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ Durhaka adalah setiap
perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.

B. Ciri-Ciri Anak Durhaka

1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)


ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. dan juga Tidak
memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
3. Membentak atau menghardik orang tua / mengeraskan suara di hadapan
mereka ketika berselisih,
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain
dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua
atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya
sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua.
8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian
orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya.
Na’udzubillah.
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak
diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk
kedurhakaan yang keji dan nista.
10. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat
memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan
takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.
11. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua
melayani dirinya dan Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan
menyebut-nyebut kekurangannya.

12. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka
berdua karena suatu hal.

13. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak
berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar
daripada hak si anak.

14. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang
tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.

15. Tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

C. Hadits dan Al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua

Durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar.
Allah Swt, berfirman:

ّ‫وقضى ربك ال ن تعبدوا إل إياه وبالوالديّ إحسانا ا إما يبلغ ن‬


‫عندك الكبر أحدهما او كلهم فل تقل لهما أف ول تنهرهما‬
(23:‫وقل لهما قول كريما ا)السراء‬
Artinya: dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai
kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaannmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)

Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, dia


berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian (jika) aku beritahukan
kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan (sesuatu) dengan Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk,
kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu.
“Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-
ngulang perkataan itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau diam.” (Shahih
Bukhori, juz 187, hlm. 372, Hadits No. 5519)

D. Bahaya-bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua.


1. Haram masuk surga.
“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka
terhadap kedua orang tua, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluargannya,
merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)” . [H.R. Nasa’i dan Ahmad].
2. Dimurkai Allah SWT.
“keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka
kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).
3. Allah tidak menerima shalatnya.
“Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang tuannya yang tidak menganiaya
kepadannya”. (H.R. Abu al-Hasan bin Makruf)
Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang
fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang yang
mendustakan takdir”. (H.R. Thabrani).
4. Dipecat sebagai pengikut nabi SAW.
“bukan termasuk dari golongan kami orang yang diperluas rezekinnya oleh Allah lalu ia kikir dalam
menafkahi keluargannya”. (H.R. ad-Dailamy).
5. Mendapat “gelar” kafir.
“jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua orang tua, maka dia
kafir”. (H.R. Muslim).
6. Balasan azab dengan segera didunia.
Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersauba,
“setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa
mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunnya
didalam hidupnya sebelum mati”.

7. Tidak Diampuni Dosannya.


Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda,
“dikatakan kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu,
sesungguhnya Aku tidak akan mengampuni. “Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang
tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu Nu’aim).
8. membatalkan Seluruh Amal.
“ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a) syirik kepada Allah, (b)
durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu dan jahil”. (H.R.
Thabrani).
9. Haram mencium aroma surga.
Bau surga yang radiusnya sejauh 1000 tahun perjalanan itu tak bisa dirasakan oleh orang durhaka.
Benar2 dahsyat.
“sesunguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak
akan mendapatinnya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).
10. Terputus rezekinnya.
“apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka akan terputus
rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).
Seseorang yang Tidak mendoakan kedua orang tuanya termasuk kategori orang yang durhaka
terhadap orang tuannya. Oleh karena itu, orang tua wajib mendapatkan doa dari anaknya.
11. Orang yg mendapat Kerugian besar.
“sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina orang yang
mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga”. (H.R. Muslim).
12. Dibenci Allah.
“Barang siapa ridha kepada kedua orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah. Dan barang
siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”. (H.R. Ibnu an-Najjar).

E. hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya.


Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal
yang diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati
keharamannya. Barang siapa yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah
akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya
akan berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh
sang pembawa rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’
bahwa dia berkata: “Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz
16, hlm. 338, Hadits no. 7584)
Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan
dibenci oleh seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan
melaknatnya.
Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah:
1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah saw.
Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah
melaknat budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang
yang menyesatkan jalan orang yang buta; Allah melaknat orang yang
menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allah melaknat orang yang melakukan
hubungan seksual dengan binatang; Allah melaknat orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya; dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum
Nabi Luth.”
(Musnad Imam Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765)

2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan,


itu merupakan istidraz (tipuan) baginya.
Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua
orang tuanya, maka Allah akan melapangkan rizkinya. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits:
Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah
dan dilapangkan rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang
buruk, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan membina hubungan
silaturahmi.” (Al Mustadrak, al- Hakim,Juz 17, hlm 128, hadits no. 7389)
3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan
4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia
berpeluang meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan
maksiat.
5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah
durhaka kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili,
bahwa Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima
sharf dan tidak pula adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada
kedua orang tuanya); orang yang sering menyebut-nyebut apa yang
telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.” (al-Ibaanah al-
Kubraq, Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153)

F. sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya


Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang
tuanya, diantaranya:
1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas
kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan
sebagian anak atas sebagian lainnya atau dalam kata lain
adanya ketidakadilan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong
sahabatnya menentang orang tuanya.

Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw


bersabda:
Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya.
Karena itu, hendaklah salah seorang diantara kalian
memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226,
no Hadits 7685)
Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun
jika ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti
terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan
orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah
hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung
keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah
malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi
kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim
menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung
memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan
nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil
memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan
bimbingan dan arahan.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah
mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa
pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-
manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak
yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan
mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta,
dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan
menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan
tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.

G. Kisah nyata tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Kisah ini terjadi pada zaman Rasulullah saw. Pada suatu hari Rasulullah saw
mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar
membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang
pemuda yang sedang sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab : Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya
menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah
padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:

‫ اس يَْر يْ سِ سِّى ا يْْر س‬،َ‫ِ يْ رَ رََر يُْفو َ سرِ ا يْ رَ سِ يْ س‬


َ‫ِ يْ ر‬ ‫َرا رِ يِ َر يَْر فْ ا يْْر س‬
‫ اسْر رَ َ ر يَْر ا يَْرُف يو فُ ر‬،َ‫َ سِّي ا يْ رَ سِ يْ ر‬
ُ‫اَْ سِ يْ ف‬ ‫يُ ر‬ ‫رَاَ ف‬
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah,
apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang
berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku
melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan
lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang
kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat
orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanya arti durhaka
menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua
orang tuanya.
Allah Swt, berfirman:
‫وقضى ربك ا ل ن تعبدوا إل إياه وبالوالديّ إحسانا ا إما يبلغ نّ عندك الكبر أحدهما او كلهم‬
(23:‫فل تقل لهما أف ول تنهرهما وقل لهما قول كريما ا)السراء‬
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai
kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Jadi durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan untuk itu marilah
kita menghormati dan menghargai orang tua ,atas jasa-jasa orang tua kita yang sudah
melahirkan dan membesarkan kita Dan semoga kita tidak termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang durhaka.

B. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya

Daftar Pustaka

http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua/
http://anakshalih.wordpress.com/2007/06/25/haramnya-durhaka-kepada-orang-tua/
http://andikajeki.blogspot.com/2011/04/akibat-durhaka-kepada-orang-tua.html
http://7topranking.blogspot.com/2013/01/7-ciri-ciri-anak-durhaka.html
http://sapta06.wordpress.com/2010/05/22/249/
http://catatankecilblogspot.blogspot.com/2013/02/makalah-durhaka-kepada-orangtua.html

Anda mungkin juga menyukai