AQIDAH AKHLAK
Disusun Oleh :
Pengertian Amanah
Kata amanah artinya bisa dipercaya. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yakni
amuna- ya’munu- amānatan.
KBBI pun merilis terjemahan resmi makna kata amanah dalam bahasa Indonesia.
Amanah adalah sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan kepada orang lain.
Ada pula pendapat Quraish Shihab yang lebih memperjelas lagi pemahaman
mengenai amanah. Menurutnya, amanah adalah kepercayaan yang diberikan
seseorang untuk dipelihara dan dijalankan sebaik mungkin. Dalam prosesnya pun,
orang yang diberi amanah harus menghindari kemungkinan menyia-nyiakan
amanah tersebut, baik karena sengaja ataupun lalai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa amanah adalah sifat seseorang yang mampu
menjaga dengan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepada orang
tersebut. sehingga, orang tersebut bisa dipercaya oleh orang-orang atau suatu
komunitas di sekitarnya.
Pada artikel kali ini, mari kulik lebih lanjut tentang sumber hukum kedua dalam
Islam yang menyoroti betapa pentingnya sifat amanah, sehingga menjadi sifat
wajib para nabi dan rasul serta wajib pula dimiliki oleh umat manusia.
1.
(Laa iimaana liman laa amaanata lahu walaa diina liman laa ‘ahdahu)
Artinya:
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji” (Hadis Riwayat Ahmad).
Dalam hadis tersebut, kita dapat melihat bahwa sifat amanah dijadikan sebagai
indikator kesempurnaan iman seseorang. Padahal, tentu masih banyak lagi sifat
terpuji selain amanah. Oleh karena itu, sifat amanah wajib dimiliki karena dapat
menjadi gambaran tingkat keimanan seseorang.
1.
2.
صَلى ل
ُله لََل هْ ل لل ل ُو لَ ل َ لَ لَ َ ل لَ لَ ه
لل ْ لهْ هلاَ لَ هْ لَ هْ لَ للل ْ لهْ ِليَ رلل ْ ههْ لَ هَْل لََل لَ هْ لَاَلٍر لَ هْ لَ هْ لَ ل لحَلَلَلا لَ هَْه ل
ل
ْاِ لَاٍر لََ هْ لْ هْ لوُ لهو لَ هُْهو لَ لَ هَ هْ ه ل
َْ اَِلي لََى اََل ل ل َُل لْ َلا لَ َ لا هكَ هُ هْ لَاٍر لو هكَ هُ هْ لَ هُْهو لَ لَ هْ لَ لَْلِل لُ فلاأ لَ ه
ل ه ل ل ل لو ل
Artinya:
Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda; “Setiap orang
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya.
Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta
pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Seperti yang telah kita ketahui, hadis ini memberitahu bahwa pemimpin bukan
hanya seseorang yang memiliki wilayah kekuasaan ataupun orang-orang yang
berada di bawah tanggung jawabnya.
Pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Alasan mengapa
sifat amanah wajib dimiliki oleh tiap individu adalah isi hadis ini. Jika seseorang
sudah tidak bisa menjaga kepercayaan yang diberikan kepada dirinya sebagai
individu, tentu akan bermasalah jika harus menerima kepercayaan yang
menyangkut banyak orang.
Jenis Amanah
Setelah mengetahui dasar hukum yang menjelaskan peran sifat amanah dalam
kehidupan beragama dan bermasyarakat, mari kita ketahui juga jenis amanah apa
saja yang ada.
Yang pertama, adalah amanah kepada Sang pencipta, yakni Allah SWT. Karena
manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan, tentu jenis amanah yang
pertama kali dimiliki adalah amanah kepada Tuhannya.
Artinya
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Q.S. al-Anfal 8: 27)
Oleh sebab itu, konsekuensi dari perbuatan mencari kekuatan kepada makhluk lain
atau biasa disebut syirik adalah konsekuensi paling berat yang mungkin dilakukan
oleh umat Islam.
Jenis amanah kedua adalah amanah kepada individu lain sebagai sesama makhluk.
Intensitas terjadinya jenis amanah kedua ini bisa dikatakan yang paling tinggi.
Artinya:
Bisa saja nilai ucapan atau perbuatan yang diamanahkan biasa saja atau bahkan
tidak memiliki makna sama sekali untuk kita. akan tetapi, sangat mungkin bahwa
tindakan atau ucapan sederhana tersebut memiliki dampak yang sangat signifikan
bagi penerima amanah.
Oleh sebab itu, Allah memerintahkan melalui firmannya agar umat Islam
menyampaikan amanah kepada pihak yang harus menerimanya.
Jenis ketiga yakni kepada diri sendiri. Amanah kepada diri sendiri merupakan
jenis amanah yang jarang disadari pada umumnya.
Mengingat bahwa tiap manusia adalah pemimpin, tentu amanah kepada diri sendiri
pun harus tetap dilakukan, sesederhana menjaga kesehatan pikiran dan
badan. Tidak membiarkan diri sendiri terluka dalam beragam aspek, juga menjadi
bentuk amanah pada diri sendiri.
Karena segala sesuatu yang dimiliki di muka bumi. Hanya titipan dari Allah SWT.
MENJAGA AMANAH-
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan
Rasul SAW, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedangkan kamu mengetahui." (QS al-Anfal [8]: 27).
Ayat ini menegaskan syariat luhur bernama amanah. Berasal dari kata amuna,
ya'munu, amanatan, amanah berarti jujur dan dapat dipercaya. Berkembang
menjadi kata aminah yang berarti aman tenteram. Lalu muncul derivasi lain,
'aamanah', artinya 'saling percaya'.
Dari sini lahir pemahaman, bahwa kejujuran akan memberi rasa aman bagi semua
pihak, sehingga lahir rasa saling percaya. Saat seseorang memelihara amanah sama
halnya dengan menjaga harga dirinya, sekaligus sebagai satu rumpun kata dan
makna dengan 'iman'.
Di antara indikator seseorang yang sukses dalam hidup adalah, ketika dia mampu
menjaga harkat dan martabat dirinya. Dan itu artinya ia cerdas mengelola amanah.
Ia jujur dengan kata hatinya. Apa yang ada di hati ia ucapkan. Dan apa yang
diucapkan, sudah ia pikirkan dan istiqamah untuk diamalkan.
"Jika engkau miliki empat hal, engkau tidak akan rugi dalam urusan dunia:
menjaga amanah, jujur dalam berkata, berakhlak baik, dan menjaga harga diri
dalam (usaha, bekerja) mencari makan." (HR Ahmad).
Terkait dengan kebutuhan dunia yang serba materi, agama kita tidak mengenal
konsep "sense of material belonging", rasa memiliki dunia atau materi. Islam
mendidik umatnya untuk memiliki "sense to be entrusted", rasa diamanahi. Semua
materi yang ada pada dirinya bukan sama sekali miliknya, tapi titipan dan amanah
dari Allah SWT untuk dijaga. Karena, siapa pun yang mencoba mengakui milik-
Nya akan berakhir mengenaskan. Cukuplah Firaun dan Qarun menjadi pelajaran
buat kita.
Menjaga amanah memang berat, bahkan maha berat. Makhluk langit, bumi dan
gunung pernah ditawari untuk mengemban amanah-Nya, tapi semua menolak.
Semua makhluk Allah SWT yang notabene jauh lebih besar dari manusia ini
merasa berat dan khawatir kalau nanti tidak akan kuat mengembannya. (QS al-
Ahzab [33]: 72).
Hanya manusia, yang sok merasa sanggup dan kuat mengemban amanah-Nya.
Meski tidak sedikit yang lulus dan sanggup mengemban amanah-Nya seperti para
Nabi dan Rasul, serta orang-orang beriman yang telah dipilih oleh Allah SWT.