MENJAGA AMANAH
Disusun Oleh :
Kelompok VI
Inayatul Karimah
Siti Maisyaroh
Sulis Sri Handayani
Pada dasarnya, manusia diberikan kepercayaan agar beriman kepada Allah Yang
Maha Esa. Amanah ini adalah bentuk ketaatan atas segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Alquran Surat Al Anfal
ayat 27.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! anganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahuinya.
Contoh amanah kepada Allah adalah menjalankan semua yang diperintahkan dan
meninggalkan semua larangan-Nya. Orang yang mengabdi kepada-Nya berarti
telah memenuhi segala amanah-Nya. Sebaliknya, orang yang tidak mengabdi
kepada-Nya berarti telah mengingkari semua amanah-Nya.
Dalam menjalankan amanah ini, perlu diniatkan untuk mencari ridho Allah.
Sehingga, amanah tersebut dapat memiliki nilai ibadah yang membawa kebaikan di
dunia maupun di akhirat.
-Amanah terhadap sesama manusia
Amanah ini meliputi hak-hak antar manusia. Pada hakikatnya, setiap manusia
merupakan makhluk yang saling membutuhkan.
Contoh sederhananya, ketika seseorang dititipkan pesan atau barang yang harus
disampaikan kepada yang berhak, ia memberikannya dengan tidak menambah atau
mengurangi amanah tersebut.
Perintah amanah terhadap sesama manusia juga dijelaskan dalam Alquran surat An-
Nisa ayat 58.
Amanah ini dapat berupa janji kepada diri sendiri untuk memelihara dan
menggunakan seluruh kemampuannya untuk menjaga kelangsungan hidup,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dirinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
surat Al Mu’minun ayat 8.
م ذمعي يَ يم ذٰٓ يْ يا ذم يايوَ َنتي يٰٓ ذم اَ ذم يََ ن يَْذَّي
َ َََ ي
27. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Hadits tentang amanah apa saja? Mengapa seseorang ada baiknya mengetahui hadis
tentang amanah? Pasti di antara Sahabat, hampir tidak ada yang belum pernah
mendengar kata amanah. Namun, memahami makna kata tersebut dengan tepat
serta mengetahui sumber hukum apa saja yang membahas tentang amanah, apakah
telah dipenuhi?
Adapun menurut salah satu cendekiawan muslim, Quraish Shihab, yang lebih
memperjelas lagi pemahaman mengenai amanah, mengatakan bahwa amanah
adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan dijalankan
sebaik mungkin. Dalam prosesnya pun, orang yang diberi amanah harus
menghindari kemungkinan menyia-nyiakan amanah tersebut, baik karena sengaja
ataupun lalai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa amanah adalah sifat seseorang yang mampu
menjaga dengan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepada orang
tersebut. sehingga, orang tersebut bisa dipercaya oleh orang-orang atau suatu
komunitas di sekitarnya.
Artinya:
Dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Jika amanat telah
disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Kemudian ada seorang sahabat yang
bertanya, “Bagaimana maksud amanat disia-siakan ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu.” (HR. Bukhari)
(maa khotobanaa nabiyyulloh SAW, illaa qoola, laa iimaana liman laa amaanata
lahu, walaa diina liman laa ‘ahdalahu)
Artinya:
Artinya:
(laa iimaana liman laa amaanata lahu walaa diina liman laa ‘ahdahu)
Artinya:
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama
orang yang tidak menunaikan janji” (HR. Ahmad).
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim tentang Kewajiban Individu Memiliki Sifat
Amanah
م يم يو َ يذَّ َ هن يل يم ذب يْ يم ذَّ َيَن َييَ ذَ يَّ َ هن يل يم ذب يْ يم ذَّ يوي يَْ يم ذَّ يو ذةهي يمأي ذَ ََّ َ هن يل يم ذبْ َ يْْنثينيي
َ ما َ ي نع
س يَ َىهنا َ هن يل ي
يمهي ذن يل َ هنلَ ي
يا يَ يسهن يم
َا َمها َن ذم َ ي يا َي ي
َ َنو يَ يمننتي يل يم ذَّ يو ذةَُم َا يَ َمها َن ذم ي
َ ين يمهيا َ نْيا ْيي ذ ي يو َ َذن َٰٓ ذم يم يو ذةَُم َا يَا يَم يمهي ذن يٰٓ ذم ي
َا َ نن ي
(haddatsnaa abdulloh ibnu maslamata an maalikin an abdillah ibni diinarin an
abdillah ibni ‘umaro anna rasuul allahi SAW qoola: alaa kullukum rooin wa
kullukum masuulun an roiyyatihi. Fal amiirul ladzii alan naasi roo’in alaihim wa
huwa masuulun ‘anhum)
Artinya:
Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda; “Setiap orang adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang
kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta
pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim tentang Bahaya Tidak Memiliki Sifat Amanah
َل َ ذ َمنييْي ي
َْ َُيأ َ نَل ايايَ ث ي يث ايي يع َ ذ ا َ يم يَّ يَايايَ َ ي ذاهي ي
ي يَ يمْ ي يَايايَ يمْي ي
ذ يْْ ي
Artinya:
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila dia berbicara niscaya dia berbohong,
apabila dia berjanji niscaya mengingkari, dan apabila dia dipercaya niscaya dia
berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pertama, seorang pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian. Para ulama
sepakat kalau syarat pemimpin adalah Islam, baligh dan berakal, mampu (kafaah),
merdeka dan sehat indra dan anggota badannya. Pemimpin yang tidak memiliki
syarat keahlian pasti tidak amanah. Jika orang bodoh, tidak berakal, tidak sehat
menjadi pemimpin pasti tidak amanah, karena dia tidak mengerti apa yang
seharusnya dikatakan dan diperbuat. Dan pasti dia akan diperalat oleh orang
dekatnya atau kelompoknya. Dia tidak mampu melakukan tugas-tugas yang berat
dan lebih banyak berbuat untuk diri, keluarga dan kelompoknya.
Ketiga, dhalim. Pemimpin yang tidak amanah bersifat dhalim, karena dia
melaksanakan kepemimpinan itu bukan untuk melaksanakan amanah, tetapi untuk
berkuasa dan menguasai segala kekayaannya sehingga dia akan berbuat dhalim
kepada rakyat atau bawahannya. Yang dipikirkan adalah kekuasaannya dan fasilitas
dari kekuasaan itu, tidak peduli rakyat/bawahan menderita dan sengsara.
Keempat, menyesatkan umat. Pemimpin yang tidak amanah akan melakukan apa
saja untuk menyesatkan umat. Dia akanmembeli media masa untuk menayangkan
adegan yang menyesatkan, rusak dan kotorseperti “lebih baik menonton K-Pop.
Pemimpin yang seperti ini adalah pemimpin yang berbahaya, bahkan lebih
berbahaya dari Dajjaal –laknatullah-. Rasul SAW bersabda:
“Selain Dajjaal ada yang lebih aku takuti atas umatku yaitu para pemimpin yang
sesat”(HR Ahmad).
Karena akibat yang dialami dari sifat tidak amanah ini tidak hanya menimpa diri
sendiri tetapi juga orang lain bahkan masyarakat luas, maka hendaknya setiap kita
harus senantiasa berusaha menjaga setiap amanah yang diberikan kepada kita,
sekecil apapun itu.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal : 27)