Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH TEORI KELUARGA

Analisis Kasus
Nama : Galang Raka Abdilah
NIM : 1504618027
Hari, Tanggal : Rabu, 15 April 2020
Pertemuan ke- :6

Kasus
Saat ini, Dunia menghadapi masalah yang sama yaitu penyebaran Virus Corona (Covid 19).
Permasalahan ini juga terjadi di Indonesia. Setiap hari jumlah individu yang terinfeksi virus ini
bertambah. Penambahan jumlah ini melatarbelakangi beberapa kebijakan/program
pemerintah, seperti: bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, social distancing,
pembatasan sosial berskala besar, serta pemberian bantuan pada keluarga terdampak.

Argumen Berdasarkan Teori Struktural Fungsional (minimal 500 kata)

Struktural fungsional lebih menekankan pada keseimbangan sistem dalam keluarga


dan masyarakat terkait dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya sesuai peran dan
kekudukannya. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas
bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian
yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, adalah
fungsional terhadap yang lain. Dalam hal ini pendekatan teori yang digunakan dalam
menanggapi kebijakan pemerintah pada saat penyebaran Covid 19 adalah pendekatan teori
Parsons yaitu AGIL.
Jika di praktikan kedalam teori Talcot Parson yaitu Empat komponen penting dalam
teori struktural fungsional menurut Parsons yaitu : Adaptation, Goal Atainment, Integration,
dan Latency (AGIL). Berikut keterangannya :
•Adaptation : sistem sosial atau masyarakat selalu megnalami perubahan sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, secara internal maupun
eksternal.
•Goal Attainment : setiap sistem sosial atau masyarakat akan senantiasa terdapat berbaga
tujuan yang hendak dicapai sisstem sosial tersebut.
•Integration : setiap bagian dari sistem sosial terintegrasi satu sama lain serta cendeung
bertahan pada equilibrium (keseimbangan).
•Latency : sistem sosial senantiasa berusaha mempertahankan bentuk-bentuk interaksi yang
relatif tetap atau statis, sehingga setiap perilaku yang menyimpang diakomodasi melalui
kesepakatan-kesepakatan yang terus menerus diperbaharui.

Konsep AGIL disini bila dijabarkan dalam sudut pandang pemerintah sebagai suatu
system sosial berikut paparannya: Adaption (adaptasi) pemerintah beradaptasi dengan
keadaan yang berkembang secara terus menerus akibat dampak covid 19 sehingga
pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan dalam kasus ini.
Goal (Pencapaian Sasaran) pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan agar tercapai
tujuan agar Negara dapat bebas dari penyebaran virus corona, maka dari itu beberapa
kebijakan bersifat memaksa seperti Work From Home, beribadah dirumah, dan belajar secara
daring hal ini tentu saja menimbulkan kontrofersi tetapi dilihat tujuannya yang baik maka
masyarakat juga harus mentaati peraturan tersebut.
Intergrasi (Integrasi) atau integrasi seluruh anggota dalam kebersamaan kelompok,
pemerintah dan masyarakat berintegrasi atau bersama-sama dalam menghadapi penyebaran
covid dengan masyarakat mentaati kebijakan yang pemerintah buat agar tercapai tujuan.
Mentaati kebijakan yang dibuat pemerintah seperti tunduk pada aturan-aturan yang dibuat,
dan tidak protes pada aturan yang dibuat.
Latency (Pemeliharaan Pola Institusional), pemerintah membuat kebijakan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan masyarakayt. Jika masyarakat melakukan penyimpangan
aturan-aturan yang telah dibuat pemerintah maka ada aturan/sanksi yang dikenakan jika
melanggar misal pada penerapa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) jika masyarakat
melanggar aturan tsb sesuai dengan Pergub nomor 33 tahun 2020 penindakan sebagaimana
aturan berlaku yakni penjara satu tahun dan denda 100 juta rupiah.
Struktural fungsional lebih menekankan pada keseimbangan sistem dalam keluarga
dan masyarakat terkait dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya sesuai peran dan
kekudukannya. Disini pemerintah menjalankan fungsinya sebagai “pengatur” masyarakat
serta bertanggung jawab atas apa yang terjadi dimasyarakat dengan kebijakan-kebijakan
yang ada misal pemberian bantuan untuk kalangan menengah kebawah untuk bertahan hidup
selama penyebaran covid berlangsung. Masyarakat juga dituntut pertanggung jawabannya
dengan menuruti semua kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat. Serta tetap menjalankan
tugasnya sesuai dengan intruksi seperti social distancing, work from home jika sudah bekerja,
pembelajaran secara daring jika masih berstatus siswa atau mahasiswa, serta beribadah
sesuai dengan intruksi pemerintah yaitu beribadah dalam rumah agar penyebaran covid
berkurang.
Argumen Berdasarkan Teori Sosial Konflik (minimal 500 kata)

Teori konflik sosial muncul akibat ketidakpuasan dengan teori struktrual fungsinal, dari
pandangan masyarakat beberapa kebijakan yang dibuat pemerintah yang selalu tunduk
dengan system yang dibuat menimbulkan pertentangan. Misal dalam kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) beberapa masyarakat tidak menaati peraturan tersebut
disebabkan memiliki kepentingan hal lain atas dirinya biasanya masyarakat seperti ini memiliki
sifat dasar bahwa individu dianggap lebih cenderung mementingkan diri sendiri (selfish)
dibandingkan dengan consensus untuk kepentingan kelompok, alasan ini bisa dianggap valid
karena pemberlakuan PSBB (Pemabatasan Sosial Berskala Besar) dapat menghambat
beberapa masyrakat dalam melakukan kegiatan ekonomi, misal pedagang yang tidak lagi
mempunyai pembeli karena semua orang stay home, beberapa pekerjaan yang menuntut
kegiatan diluar seperti pariwisata akan langsung merosot pendapatannya. Jadi wajar saja
msayarakat mempunyai konflik atas kebijakan tersebut karena masyarakat mempunyai tujuan
berbeda-beda dan saling bertentangan antara satu dan lainnya.

Jika berpandangan dalam teori Thomas Hobbess (1588-1679) yaitu paham


materialism: Sifat dasar manusia adalah sematamata hanya untuk memenuhi kepentingan
egonya. Kebijakan-kebijakan pemerintah akan menimbulkan konflik karena sifat dasar
manusia yaitu ego, misal dalam pemberian bantuan, masyarakat menilai bahwa kebijakan ini
salah sasaran dan menimbulkan kecemburuan sosial karena ego masyarakat yang dinilai
mampu tetapi mendapatkan bantuan tersebut. Keadaan ini bisa disebabkan karena rasa takut
atau antisipasi berlebihan sehingga untuk mendapatkan bantuan yang bukan hak-nya yang
didasari atas egosentris masyarakat. Kasus tersebut juga bisa dipandang dan dibuktikan dari
teori konflik sosial Niccolo Machiavelli (1469-1527) yaitu sifat dasar manusia adalah rakus
yang tidak pernah terpuaskan, penipu, dan tidak ada rasa belas kasih. Jika dilihat dari Asumsi
Dasar Teori Sosial Konflik yaitu :
1. Manusia tidak mau tunduk pada consensus.
2. Manusia adalah individu otonom yang mempunyai kemauan sendiri tanpa harus tunduk
pada norma dan nilai.
3. Konflik adalah endemic dalam grup sosial.
4. Tingkatan masyarakat yang normal lebih cenderung mempunyai konflik dari pada harmoni.
5. Konflik merupakan suatu proses konfrontasi antara individu/kelompok terhadap sumber
daya yang langka.
Maka wajar saja kebijakan-kebijakan pemerintah yang dibuat untuk penyebaran covid
tetap akan menimbulkan konflik dalam lingkungan masyarakat contohnya masyarakat tidak
mau tunduk pada consensus karena masyarakat mengganggap beberapa peraturan atau
system yang dibuat pemerintah mebuat kerugian dalam masyarakat misal dalam aturan work
from home, pengusaha diberikan sanksi jika tidak mentaati peraturan tersebut padahal
pengusaha juga harus menjalankan usaha yang ada, mungkin perarturan tersebut dalpat
menghambat produktivitas para pekerjanya. Lalu beribadah dirumah, untuk masyarakat yang
memiliki paham ultra konservatif menurut penulis peraturan ini menurut mereka adalah konyol
karena untuk beberapa orang tersebut jika kewajiban dengan “Tuhan-nya” dihalangi/dipersulit
maka akan terjadi konflik antara pemerintah dengan masyarakat. Terlebih peraturan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) beberapa masyarakat menilai peraturan ini terlalu
memaksakan tetapi tidak melihat efek besar dalam masyarakat sendiri misal kegiatan
ekonomi yang terhambat, pembelajaran pendidikan yang kurang efektif, serta produktivitas
para pekerja menurun. Asumsi ini juga didukung asumsi materialism yaitu Manusia selalu
bersifat rasional yang mana segala tingkah lakunya akan mendatangkan keuntungan untuk
dirinya.

Untuk mengurangi atau menyelesaikan konflik ini mungkin pemerintah dapat membuat
regulasi atau aturan-aturan yang menampung aspirasi-aspirasi atau konflik yang terjadi di
masyarakat sehingga tidak ada masyarakat yang merasa dirugikan walaupun susah karen
sifat dasar manusia yang selalu mencari keuntungan dan tidak merasa cukup.

Anda mungkin juga menyukai