1. Hipertensi primer
Dalam banyak kasus, kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi mengalami hipertensi primer. Jenis
hipertensi satu ini cenderung muncul secara bertahap selama bertahun-tahun. Para ahli menduga
bahwa faktor genetik merupakan salah satu penyebab hipertensi primer.
Meski begitu beberapa kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat juga ikut menjadi penyebab hipertensi
primer. Beberapa kebiasaan tidak sehat ini meliputi:
• Mengalami obesitas.
• Stres.
• Merokok.
Hipertensi primer dapat dialami oleh semua kalangan usia. Namun orang dewasa yang berusia paruh
baya cenderung lebih berisiko mengalami jenis hipertensi ini.
Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi primer tidak menunjukkan gejala sama sekali. Beberapa
orang bahkan tidak mengetahui bahwa memiliki gejala tekanan darah tinggi karena seringkali gejala
penyakit ini tampak mirip dengan kondisi medis lainnya.
Karena tekanan darah tinggi adalah penyakit tersembunyi dan sulit terdeteksi, Anda perlu
memeriksakan tekanan darah Anda secara teratur bila Anda berisiko terkena tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi sekunder
Di sisi lain, seseorang bisa mengalami tekanan darah tinggi karena memiliki satu atau beberapa kondisi
medis. Ya, kondisi medis lain yang sudah lebih dulu menyerang bisa jadi penyebab tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang meningkat karena alasan tersebut dinamakan dengan hipertensi sekunder.
Kondisi ini cenderung muncul secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan tekanan darah melonjak tinggi
dibandingkan dengan hipertensi primer.
Tidak hanya pengaruh kondisi medis tertentu, penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat
berkontribusi besar menjadi penyebab hipertensi sekunder.
• Gangguan kelenjar adrenal termasuk sindrom Cushing (suatu kondisi yang disebabkan oleh
kelebihan produksi kortisol), hiperaldosteronisme (terlalu banyak aldosteron), dan
pheochromocytoma (tumor langka yang menyebabkan sekresi hormone berlebih seperti
adrenalin)
• Penyakit ginjal termasuk di dalamnya penyakit ginjal polikistik, tumor ginjal, gagal ginjal, atau
penyempitan serta penyumbatan arteri utama yang mensuplai ginjal.
• Mengonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid, NSAID, obat penurunan berat badan (seperti
phentermine), beberapa obat flu dan batuk, pil KB, dan obat migrain.
• Mengalami sleep apnea, yaitu kondisi yang terjadi ketika seseorang memiliki jeda singkat di
mana ia berhenti bernapas selama tidur. Sekitar setengah dari pasien dengan kondisi ini
memiliki tekanan darah tinggi.
3. Prehipertensi
Prehipertensi adalah kondisi kesehatan di mana tekanan darah Anda lebih tinggi dari biasanya, namun
tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai hipertensi.
Apabila Anda mengidap kondisi ini, hal tersebut merupakan tanda peringatan bahwa Anda berisiko
terkena hipertensi.
Pada dasarnya, tekanan darah dibagi menjadi dua angka, yaitu angka tekanan sistolik dan diastolik.
Angka sistolik menunjukkan tekanan ketika jantung memompa darah, sementara angka diastolik adalah
tekanan ketika jantung beristirahat dan terisi dengan darah.
Angka sistolik dan diastolik yang normal berkisar di bawah 120 dan 80 mmHg. Jika Anda terkena
prehipertensi, angka sistolik dan diastolik yang tertera berada di antara 120/80 dan 140/90. Apabila
angka sistolik atau diastolik melebihi batas tersebut, kemungkinan Anda menderita hipertensi.
Jenis hipertensi yang satu ini umumnya tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala apapun. Apabila
gejala sudah mulai muncul, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kemungkinan
adanya hipertensi.
Biasanya, dokter tidak akan memberikan penanganan medis atau obat-obatan khusus untuk kondisi ini.
Dengan melakukan perubahan pada pola makan dan gaya hidup, tekanan darah Anda dapat kembali ke
angka yang normal.
4. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional, atau yang disebut juga dengan pregnancy-induced hypertension (PIH), adalah
kondisi ketika tekanan darah meningkat saaat hamil. Sebanyak 6-8% ibu hamil diperkirakan mengalami
kondisi ini.
Apabila dibiarkan, hipertensi gestasional dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius,
yaitu preeklampsia.
Berikut adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi untuk terkena hipertensi gestasional:
• Wanita yang pernah menderita tekanan darah tinggi atau penyakit ginjal sebelum hamil
Umumnya, kondisi ini tediagnosis ketika ibu hamil sedang melakukan pemeriksaan rutin, terutama saat
sedang menjalani pemeriksaan tekanan darah dan kadar urin. Ketika kondisi ini telah terdiagnosis,
dokter akan memeriksa fungsi ginjal, tes darah, serta memeriksa kondisi bayi Anda dengan tes
ultrasonografi (USG).
Hipertensi gestasional berpotensi mencegah plasenta atau ari-ari mendapat suplai darah yang cukup.
Jika plasenta tidak mendapat asupan darah yang cukup, bayi yang di dalam kandungan akan kekurangan
oksigen dan makanan. Hal ini dapat menyebabkan bayi terlahir dengan berat badan di bawah normal.
5. Hipertensi pulmonal
Jenis hipertensi lainnya adalah pulmonal, yaitu tekanan darah tinggi yang terjadi di pembuluh darah dari
jantung menuju paru-paru.
Tekanan darah pulmonal merupakan seberapa besar tekanan yang dikeluarkan jantung untuk
memompa darah menuju pembuluh arteri paru-paru. Dengan kata lain, kondisi ini berfokus pada
tekanan darah yang mengalir di dalam paru-paru.
Tekanan darah yang normal pada pembuluh darah paru-paru seharusnya berkisar di angka 8-20 mmHg
saat tubuh beristirahat, dan 30 mmHg ketika tubuh melakukan aktivitas fisik.
Apabila tekanan arteri paru-paru berada di atas 25-30 mmHg, kondisi ini dapat dikategorikan sebagai
hipertensi pulmonal.
Beberapa gejala yang mungkin muncul jika Anda menderita kondisi ini adalah:
• Tubuh kelelahan
• Nyeri dada
Penyebab dari hipertensi pulmonal dapat bervariasi. Beberapa di antaranya adalah konsumsi obat-
obatan terlarang, cacat pada jantung sejak lahir, menderita penyakit paru lainnya, serta terlalu lama
berada di ketinggian tertentu.
Bila kondisi ini tidak segera ditangani, jantung akan bekerja lebih keras saat memompa darah, sehingga
Anda berisiko mengalami gagal jantung.
6. Krisis hipertensi
Krisis hipertensi merupakan jenis hipertensi yang sudah mencapai tahap parah. Tekanan darah melonjak
secara drastis dan dapat mengakibatkan terjadinya stroke.
Angka sistolik ketika seseorang mengalami krisis hipertensi telah mencapai 180 mmHg bahkan lebih,
sedangkan angka diastolik berada di kisaran 120 mmHg atau lebih.
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan peradangan, dan
mungkin terjadi pendarahan dalam. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan
nyawa.
Terdapat 2 jenis krisis hipertensi, yaitu urgensi dan emergensi. Pada krisis hipertensi urgensi, tekanan
darah Anda sudah sanat tinggi, namun diperkirakan belum terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh
Anda.
Sementara itu, pada krisis hipertensi emergensi, tekanan darah yang terlewat tinggi telah menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal dan penyakit, seperti lupa minum obat tekanan darah
yang diresepkan, menderita stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga gagal ginjal.
• Penglihatan buram
• Kecemasan berlebihan
• Napas memendek
• Kejang