Anda di halaman 1dari 8

4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?

Jl. Purnawarman No 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Beranda ≻ Berita
≻ BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?

BAGAIMANA OTORITAS PAJAK Berita Terbaru

MENGELOLA ?PAJAK ORANG

KAYA?
Bantu Lawan COVID-19,
Pusdiklat Pajak BDK Yogyakarta Bagikan
Sembako Menjelang
Ramadhan

ditulis oleh - Jumat, 24 April 2020


12:07 WIB
Jumat, 12 Desember 2014 02:49 WIB

Abstrak Anomali
Penyelenggaraan Latsar
Beberapa tahun lalu Direktorat Jenderal Pajak pernah Golongan II Periode 2
mendirikan sebuah KPP khusus yang didedikasikan untuk Jumat, 24 April 2020
mengawasi dan mengelola Wajib Pajak highwealth individual 09:37 WIB
(HWI). Walaupun kemudian, dalam beberapa tahun ini tidak lagi
khusus mengelola HWI saja. Berdasarkan literatur, teori dan
Di Tengah Pandemi
penerapan di beberapa negara, terdapat berbagai alasan
COVID-19, Kepala BPPK
khusus yang menyebabkan otoritas perpajakan memberikan
Lantik Pejabat Assesor
perhatian pada pengelolaan pajak HWI. Bahkan di beberapa dan Widyaiswara Secara
negara telah membentuk unit kerja khusus yang menangani Virtual
HWI. Akan tetapi dari penerapan di beberapa negara yang
Senin, 13 April 2020
dicontohkan, tidak diperoleh data tentang ambang batas atau
14:32 WIB
kriteria tertentu untuk mengklasifikasikan Wajib Pajak ke dalam
kelompok HWI. Ada beberapa yang menerapkan HWI
berdasarkan kekayaan riilnya, dan ada yang berdasarkan
penghasilannya yang tinggi. Untuk memperoleh tingkat
kepatuhan yang tinggi ada yang mengelola HWI secara regional
atau berbasis nasional.

Keywords: highwealth individual, otoritas perpajakan, kriteria


HWI, kepatuhan perpajakan

A.Pendahuluan

Salah satu yang menarik perhatian publik adalah berita di


media tentang daftar orang-orang kaya, berapa penghasilan per
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 1/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?

tahunnya dan daftar kekayaannya baik aset berwujud maupun


tak berwujud. Akhir-akhir ini pun para jurnalis makin berani
melakukan jurnalisme investigasi tentang orang-orang terkenal
yang memiliki kekayaan yang cukup fantastis. Hal itu menjadi
konsumsi informasi publik. Saat ini publik makin kritis terhadap
kesenjangan sosial di masyarakat. Pertanyaannya
adalahbagaimana dengan pemenuhan kewajiban perpajakan
para orang kaya tersebut?

Kenaikan jumlah anggaran negara yang semakin besar dan


target penerimaan pajak yang makin tinggi harus
memberdayakan dan mengoptimalkan potensi pajak. Terutama
adalah pajak penghasilan dari Wajib Pajak orang pribadi.
Tulisan ini akan membahas pengelolaan pajak para orang kaya
berdasarkan beberapa referensi, dan penerapannya di
beberapa negara. Yang akan dibahas adalah dari sisi otoritas
perpajakan, bagaimana menentukan kriteria highwealth
individual (HWI) ini sehingga mendorong tingkat kepatuhan
Wajib Pajak secara optimal? Setelah itu bagaimana
pengawasannya, apakah secara nasional ataukah regional?

B.Pembahasan

Kriteria High Wealth Individual (HWI)

Di Indonesia, beberapa tahun yang lalu, Direktorat Jenderal


Pajak (DJP) sebagai otoritas perpajakan membentuk satu unit
kantor yang khusus mengelola Wajib Pajak orang-orang kaya di
Indonesia. Dinamakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib
Pajak Orang Kaya (HWI). Dalam perjalanannya dievaluasi oleh
Kantor Pusat DJP lalu diubah nomenklatur dan cakupan
tugasnya menjadi KPP Wajib Pajak Besar Empat (KPP WP LTO
Empat). Saat ini KPP Wajib Besar Empat tidak hanya
mengelola Wajib Pajak HWI tetapi juga mengelola Wajib Pajak
BUMN yang induknya berusaha di bidang jasa.

Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan serta hasil


diskusi dengan salah seorang pegawai pajak yang melakukan
penelitian untuk desertasi doktoralnya (desertasinya belum
dipublikasi), penulis tertarik untuk mencoba menelisik kembali
tentang HWI dan bagaimana sebaiknya KPP HWI ini di
Indonesia.

Dari referensi OECD tahun 2009 tertulis ?with special


characters owned by HNWI: the complexity of business affairs,
the amount of tax paid, the risk for aggressive tax planning, and
strong influence on the integrity of the tax system as a whole
(OECD, 2009) are the main reason for tax authorities to provide
i l tt ti t HNWI t t?D l
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 2/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?
special attention to HNWI taxpayers segment.? Dengan alasan
tersebut, dibentuk unit kerja yang khusus menangani Wajib
Pajak HWI. Namun, dengan sumber daya yang terbatas, maka
pemerintah mengharuskan otoritas perpajakan untuk
menetapkan ambang serta kriteria tertentu berdasarkan
pemahaman yang tepat tentang segmen Wajib Pajak ini, untuk
memilih siapa yang akan dimasukkan dalam segmen ini.

Studi yang dilakukan oleh OECD (2009) di beberapa negara


yang telah menerapkan unit khusus yang didedikasikan untuk
menangani High Net Worth Individual (HNWI) menemukan
bahwa tidak ada kriteria umum di antara negara-negara
tersebut dalam menetapkan Wajib Pajak yang akan dimasukkan
ke dalam segmen HNWI. Namun, penelitian ini mengidentifikasi
kriteria utama: batasan pendapatan dan/atau kekayaan, dan
kriteria yang menunjukkan kompleksitas masalah pajak, seperti
variasi sumber pendapatan dan isu-isu yang berkaitan dengan
perpajakan internasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa
ada kombinasi dari faktor-faktor ini dianggap relevan oleh
masing-masing otoritas perpajakan sesuai dengan kondisi
masing-masing.

Menurut J.B Slemrod, ?The commonly use of wealth as a


criterion of selection based on the assessment of the advantage
posses by wealth. It is less subject to transitory fluctuations and
relatively stable, while income may fluctuate significantly from
year to year, and can be influenced by tax planning (OECD,
2009; Slemrod, 2002)?. Dari pendapat Slemrod tersebut
penentuan kriteria seleksi Wajib Pajak HWI berdasarkan
kekayaan karena dianggap relatif lebih stabil, tidak terpengaruh
oleh fluktuasi penghasilan dari tahun ke tahun dan bebas dari
kemungkinan tax planning. Namun, penggunaan kekayaan
hanya sebagai dasar untuk seleksi juga bukan tanpa
kelemahan. Slemrod berpendapat bahwa menggunakan
kekayaan sebagai ukuran orang kaya dapat misclassify
berpenghasilan tinggi, pengeluaran rumah tangganya tinggi
masuk kriteria bukan orang kaya.

Berdasarkan penerapan pada otoritas perpajakan, misalnya


Australian Taxation Office(ATO) dan Canada Revenue Agency
(CRA), memberikan perhatian sama dengan high net worth
individual (HNWI) atau orang kaya dan individu berpenghasilan
tinggi. ATO dan CRA menentukan individu kekayaan yang tinggi
dan individu berpenghasilan tinggi secara terpisah dan dikelola
oleh unit kerja dan proses bisnis terpisah(OECD, 2009).

Dari referensi lain, K. Baer berpendapat bahwa menggunakan


kriteria seleksi yang berbeda untuk menentukan Wajib Pajak
ang akan dimas kkan ke dalam nit kerja Wajib Pajak besar
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 3/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?
yang akan dimasukkan ke dalam unit kerja Wajib Pajak besar
akan lebih mencerminkan pembayaran pembayar pajak
potensial. Dalam konteks Wajib Pajak perusahaan besar,
kriteria ini meliputi: (a) jumlah omset tahunan, (b) jumlah
pendapatan tahunan, (c) nilai aset, (4) tingkat impor/ekspor, dan
(5) jenis kegiatan ekonomi (Baer, 2002).

Isu yang terkait dengan penentuan batasan orang kaya ini


menjadi penting karena harus tepat ditetapkan untuk
memastikan bahwa orang-orang yang masuk ke dalam kriteria
ini adalah mereka yang akan difokuskan untuk dilayani dan
diawasi kewajiban dan hak perpajakannya. Ini berarti bahwa
sumber daya yang telah dikerahkan untuk mengelola segmen
Wajib Pajak ini dapat berfungsi secara optimal.

Menurut Braithwaite, selain masalah penentuan batasan, ada


dua hal lain yang harus dipertimbangkan dengan cermat.
Pertama terkait dengan sumber informasi yang digunakan dan
kedua berkaitan dengan proses seleksi. Pemanfaatan data atau
informasi yang sesuai yang akan berfungsi sebagai dasar untuk
memutuskan apakah seseorang termasuk dalam kategori HNWI
juga merupakan masalah penting. Penggunaan informasi dari
'daftar orang terkaya' yang diterbitkan oleh wartawan dalam
beberapa kasus tidak dapat diandalkan dan tidak akurat (J.
Braithwaite, 2003). Studi Braithwaite pada para penasihat yang
menangani para Wajib Pajak HWI menemukan bahwa ada klien
penasihat 'yang lebih kaya? daripada klien merekayang telah
dipilih untuk HWI Task Force.

Menurut Makkai dan J. Braithwaite, ?Perceived fairness of the


process of determining HNWI taxpayers poses an important role
in gaining their compliance behaviour. The process that
perceived unfair may affect compliance behaviour. This is
because the perceptions of the fairness of processes are
strongly associated with satisfaction with the regulatory process
than are the favourableness of regulatory outcomes (Makkai &
J. Braithwaite, 1996)?. Seseorang yang percaya bahwa dia
diperlakukan dengan adil lebih mungkin untuk mematuhi hukum
(J. Braithwaite, 2003). Mengetahui bahwa ada banyak Wajib
Pajak yang kaya sekali tetapi tidak dikategorikan sebagai HNWI
dapat mempengaruhi persepsi publik bahwa "orang kaya dan
berkuasa? tidak perlu adil membayar pajak(V. Braithwaite,
2003, hal. 356).Oleh karena itu, dua kriteria penentuan dan
proses seleksi HNWI pembayar pajak harus terbuka untuk
umum agar tidak menimbulkan kecurigaan, baik antar
pembayar pajak serta antara pembayar pajak dan otoritas
pajak.

Hanya Orang Pribadi ataukah Orang Pribadi dan Badan?


https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 4/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?
Hanya Orang Pribadi ataukah Orang Pribadi dan Badan?

Dalam praktiknya, pilihan untuk mengelola Wajib Pajak HNWI


dalam struktur administrasi perpajakan memiliki berbagai
variasi. Variasi ini dalam arti apakah HNWI dan entitas yang
terkait dengan mereka dikelola secara terpisah atau dikelola
dengan suatu manajemen satu kasus.

Berbeda dengan praktik tradisional yang berlaku, di mana Wajib


Pajak orang pribadi dan badan diperlakukan sebagai Wajib
Pajak yang terpisah. ATO melalui Task Force HWI
memperlakukan Wajib Pajak HNWI dan entitas badan
perusahaannya mereka kontrol sebagai kasus tunggal (J.
Braithwaite, Pittelkow, & Williams, 2003). Keterkaitan antara
individu dan entitas tidak hanya ditentukan oleh kepemilikan
hukum yang erat, melainkan didasarkan pada peran
pengawasan yang efektif HNWI (badan dan orang pribadi).
Dengan demikian, sesuai pemantauan kepatuhan Wajib Pajak
HWI oleh ATO, akan mencakup semua entitas di mana
seseorang memiliki peran kunci dalampengambilan keputusan
(Australian Taxation Office, 2008).

Praktik yang dilaksanakan oleh ATO didasarkan pada argumen


bahwa memahami perilaku kepatuhan sektor HWI ini
memerlukan pendekatan holistik, yang dalam analisisnya
membawa semua entitas terkait, baik bisnis dan pribadi
(Australian Taxation Office 2008 , p. 8). Pola yang sama juga
diterapkan oleh sejumlah negara seperti Kanada, Perancis,
Irlandia, Jepang, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.
Pengecualian terjadi di Irlandia dimana ini mencakup semua
entitas investasi terkait tetapi tidak termasuk entitas
perdagangan (OECD, 2009).

Sedangkan beberapa negara seperti Belanda, Inggris, dan


Indonesia masih menerapkan metode tradisional melakukan
pengawasan HNWI dan entitas secara terpisah. Metode
pengendalian yang belum terintegrasi, dimana data HNWI dan
data entitas yang mereka kontrol dalam case management
tunggal memiliki beberapa kekurangan. Pertama, otoritas pajak
tidak dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang
kinerja suatu HNWI. Hal ini dapat terjadi dalam kasus ini,
misalnya, kinerja keuangan individu menunjukkan penurunan,
sedangkan kinerja keuangan entitas yang dikendalikan itu
menunjukkan sebaliknya. Kedua, sebagai konsekuensinya,
otoritas pajak tidak dapat secara akurat menilai tingkat risiko
masing-masing individu. Menilai tingkat risiko tidak hanya
membutuhkan data keuangan mengenai individu, tetapi juga
data entitas terkait. Penilaian tingkat risiko penting bagi otoritas
pajak untuk membangun strategi untuk mengatasi praktik
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 5/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?
pajak untuk membangun strategi untuk mengatasi praktik
perencanaan pajak agresif yang sering melibatkan entitas (J.
Braithwaite et al., 2003).

Basis Nasional atau Regional?

Setelah menetapkan kriteria untuk menggolongkan HWI,


selanjutnya yang penting dalam meningkatkan kepatuhan
perpajakan orang-orang kaya (HWI) adalah bagaimana
mengelolanya. Alternatif yang tersedia dalam mengelola Wajib
Pajak HNWI dilihat dari aspek organisasi adalah apakah unit
khusus berkaitan dengan HNWI mengambil bentuk unit terpusat
tunggal atau beberapa unit daerah (OECD, 2009).

C.Simpulan dan saran

Dari aspek rentang kendali dan efisiensi, satu unit tunggal yang
terpusat memiliki kelemahan. Terutama jika jumlah Wajib Pajak
yang masuk dalam segmen HNWI besar dan cakupan geografis
wilayah yang luas dan tersebar, maka pengawasan tidak akan
optimal dan juga tidak efisien ketika dilihat dari aspek biaya
kepatuhan. Dari sisi pemerintah nampaknya lebih efisien karena
tidak harus menggunakan terlalu banyak sumber daya untuk
membangun infrastruktur dan mempersiapkan sumber daya
manusia.

Alternatif kedua adalah untuk membentuk unit pengelolaan HWI


berdasarkan wilayah. Dengan pola ini akan mempersempit
rentang kendali, sehingga fungsi pengawasan akan optimal.
Dari sisiWajib Pajak akan lebih efisien dalam hal biaya
kepatuhan mereka. Namun, hal ini tidak efisien bagi otoritas
pajak karena harus berinvestasi lebih banyak. Kelemahan ini
dapat diimbangi dari penerimaan pajak yang diperoleh dari
pembentukan unit ini melebihi nilai investasi yang dilakukan.

Dari pembahasan berdasarkan beberapa referensi dan


penerapan pada otoritas pajak di berbagai negara, ternyata
tidak ada batasan kriteria tertentu untuk memasukkan Wajib
Pajak Orang Pribadi yang kaya dalam segmen High Wealth
Individual (HWI). Ada beberapa yang mengklasifikasikan
berdasarkan kekayaannya (HNWI) namun ada pula yang
berdasarkan tingginya penghasilan yang diperolehnya. Kedua
kriteria klasifikasi tersebut masing-masing memiliki sisi
kelemahan. Untuk mengoptimalkan penggalian potensi
penerimaan pajak dari segmen HWI di Indonesia, menurut
penulis, kedua kriteria tersebut dapat dikombinasikan.
Syaratnya, data yang digunakan sebagai sumber informasi
harus valid dan akurat.

https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 6/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?

Penggabungan antara HWI yang dipilih berdasarkan kriteria


kekayaan digabungkan pengawasannya dengan entitas
perusahaan yang terkait dengan kekayaan orang pribadi
tersebut misalnya keikutsertaan modal, jumlah kekayaannya
dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan pengawasan
menjadi lebih menyeluruh dan dapat menganalisis penyebab
fluktuasi pembayaran pajak Wajib Pajak HWI tersebut. Untuk
HWI yang berdasarkan batasan penghasilannya yang tinggi
juga dapat diawasi secara optimal faktor penyebab fluktuasi
pembayaran pajaknya. Misalnya, pengawasan khusus terhadap
para profesional seperti para pekerja seni (penyanyi, pemain
film dan sinetron, desainer), olah ragawan, motivator, para
ahli/pakar dan sebagainya.

Mengingat luasnya cakupan wilayah Republik Indonesia, untuk


menangani dan mengelola Wajib Pajak HWI yang telah terpilih
sesuai batasan kriteria, unit kerja yang melakukan pengawasan
sebaiknya dilakukan secara regional. Untuk efisiensi dapat
mengoptimalkan fungsi pengawasan Wajib Pajak di KPP
Madya. Setiap Kanwil dibentuk minimal satu KPP Madya yang
tugasnya selain mengawasi Wajib Pajak Badan terbesar di
wilayahnya juga menangani HWI.

Referensi

Australian Taxation Office. (2008). Wealthy and wise: A tax


guide for Australia's wealthiest people. Australian
Taxation Office.

Baer, K. (2002). Improving large taxpayers' compliance: A


review of country experience (Occasional Paper No.
215). Washington, DC: International Monetary Fund.

Braithwaite, J. (2003). Through the eyes of the adviser: A fresh


look at high wealth individuals. In V. Braithwaite (Ed.),
Taxing democracy: Understanding tax avoidance and
evasion (pp. 245-270). Aldershot: Ashgate Publishing,
Ltd.

Braithwaite, J., Pittelkow, Y., & Williams, R. (2003). Tax


compliance by the very wealthy: Red flags of risk. In V.
Braithwaite (Ed.), Taxing democracy: Understanding tax
avoidance and evasion (pp. 205-228). Aldershot:
Ashgate Publishing, Ltd.

Braithwaite, V. (2003). Perception of who's not paying their fair


share. Australian Journal of Social Issues, 38(3), 335-
362.

https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 7/8
4/25/2020 Berita - BAGAIMANA OTORITAS PAJAK MENGELOLA ?PAJAK ORANG KAYA?

Makkai, T., & Braithwaite, J. (1996). Procedural Justice and


Regulatory Compliance. Law and Human Behavior,
20(1), 83-98.

OECD. (2009). Enganging with high net worth individuals on tax


compliance (p. 108). France: Organisation for Economic
Cooperation and Development (OECD).

Slemrod, J. B. (2002). The Economic of Taxing the Rich. In J. B.


Slemrod (Ed.), Does Atlas Shrug?: The Economic
consequences of taxing the rich (Paperback., pp. 3-28).
New York - Cambridge: Russel Sage Foundation and
Harvard University Press.

IKUTI KAMI

Hak Cipta Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan  bppk.kemenkeu


Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Manajemen Situs Portal BPPK  @bppkkemenkeu
Jl. Purnawarman No 99 Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan  bppkkemenkeu
Telp: 021-29054300, 0812-9819-6377 (WhatsApp Only)
 BPPK Kemenkeu RI

https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pajak-bagaimana-otoritas-pajak-mengelola-pajak-orang-kaya-2019-11-05-ece6b3af/ 8/8

Anda mungkin juga menyukai