Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR
ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang........................................................................................................
Rumusanmasalah...........................................................................................
Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
PEMBAHASAN
2. Folimorfisme
Kehidupan manusia di mana pun dia berada, tidak pernah terlepas dari
alam yang melingkunginya. Interaksi antara manusia dengan alam itulah yang
bisa mendorong lahirnya kebudayaan. Oleh karena itu, cara paling baik untuk
mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa-masa awal, bisa dimulai
dengan menganalisis struktur dan umur bumi. Dan hal ini bisa diawali dengan
meneliti fosil yang ditemukan. Dari situlah, kita bisa mengetahui seperti apa
wujud manusia, kapan dia hidup, berapa umurnya, dan bagaimana bentuk
kebudayaannya.
Untuk bisa mengetahui bagaimana karakteristik bumi dari zaman ke zaman itu,
kita perlu bantuan ilmu geologi dan geografi. Menurut ilmu geologi, bumi itu
dibagi menjadi beberapa zaman.
a. Zaman Ketiga
Periode ini terjadi kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, sudah
banyak ditemukan binatang menyusui. Bahkan pada akhir zaman ini sudah, ada
beberapa kera seperti manusia, misalnya gorila, orang utan, dan se-bagainya.
b. Zaman Keempat
Periode ini terjadi kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Manusia dipastikan telah
ada pada masa ini. Zaman ini terbagi menjadi dua periode, yaitu Diluvium atan
zaman es dan Alluvium yaitu zaman yang kita alami sekarang, yang terdiri atas
diluvium tua, tengah, dan muda. Dalam ilmu Geologi, zaman diluvium disebut
juga zaman pleistosen atau zaman glasial atau zaman es. Sedangkan zaman
alluvium disebut juga zaman Holosen di mana mulai hidup Homo sapiens.
Kepulauan Indonesia sendiri pada zaman pleistosen yaitu saat manusia telah
hidup dan berkembang, masih bersatu dengan daratan Asia Tenggara. Coba
kamu amati peta Asia Tenggara pada zaman pleistosen. Karena air yang ada di
Kutub Utara dan Selatan membeku hingga sampai ke lintang 60°, maka
permukaan air laut turun sampai 70 meter dari keadaan sekarang. Salah satu
akibatnya adalah wilayah Indonesia bagian barat bersatu dengan daratan atau
kontinen Asia dan wilayah Indonesia bagian timur bersatu dengan Benua
Australia. Kamu tentu bisa menghubungkan fenomena ini dengan kemiripan
flora dan fauna yang ada di kedua bagian Indonesia itu, dengan yang ada di
kedua benua tersebut. Kebanyakan binatang yang ada di Indonesia bagian barat
mempunyai kesamaan dengan yang ada di daratan Asia, sementara yang berada
di kawasan Indonesia Timur mempunyai kemiripan dengan binatang yang ada
di Benua Australia. Mungkinkah fenomena itu juga bisa digunakan untuk
merunut asal usul manusianya?
C. Perkembangan Manusia Purba di Indonesia
Meganthropus berasal dari kata mega yang berarti besar dan anthropus
yang berarti manusia. Memang, apabila fosil makhluk itu kamu amati, pasti
kamu akan terperangah: besar rahang bawahnya melebihi rahang gorila laki-
laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang bawah, rahang atas,''serta gigi-gigi lepas
ditemukan oleh von Koenigswald di Pucangan tahun 1936-1941, dalam lapisan
bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut Meganthropus Paleojavanicus
atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di Kabuh tahun
1952. Namun, sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa kesulitan untuk
menempatkan Meganthropus di dalam evolusi manusia. Apakah tergolong
Pithecanthropus, Homo, atau Australopithecusl. Pakar palaeoan-tropologi kita,
Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat bahwa Meganthropus me-rupakan bentuk
khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus. Alasan teorinya adalah ia
berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an alam'pada masa
tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu ditemukan bersama-sama
dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropus baru
bisa terbuka.
Di dunia ini mustahil manusia dapat hidup seorang diri. Manusia akan
selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari. Dalam ilmu sosiologi kita telah pelajari tentang interaksi sosial dan
tentang sosialisasi. Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil,
sendirian, dan menjadi gila jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat,
karena memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia selalu berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia
mempunyai naluri hidup bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu
disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo
socialis) karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
1
lainnya. Manusia juga butuh rumah sebagai tempat berlindung. Pendidikan,
kesehatan, hiburan, dan kebutuhan lainnya juga diperlukan manusia agar hidup
lebih layak.
Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk
mendapatkan uang, manusia harus bekerja. Setelah bekerja dan mendapatkan
uang, uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di
samping itu, uang tersebut ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan
datang. Jadi, manusia selalu penuh perhitungan dalam hidupnya. Karena itulah
manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena manusia selalu
memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi.
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil, sendirian, dan menjadi gila
jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena
memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia mempunyai naluri hidup
bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo socialis)
karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari
Namun demikian, dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan
semakin maju. Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi
kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi meski teknologi itu masih
terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan
dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia pada masa
itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang
mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Http.blogspotperkembanganawalmasyarakat.com
Suprihartoyo dkk, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII,
Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 99 – 102.
Http.blogspotteknologi.com