Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur al-hamdulillah kehadirat Allah Swt.,yang


menciptakan,mengatur dan menguasai seluruh makhluk di dunia dan di
akhirat.Semoga kita senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dari ridha-
Nya.Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah Muhammad
Saw.,beserta keluarga yang telah membimbing manusia untuk menjadi orang yang
selalu lurus menuju kejayaan dan kemuliaan.

Fungsi penelitian sejarah untuk membentuk manusia di indonesia


mengerti tentang kesejarahan awal terbentuknya masyarakat indonesia dan di
tujukan untuk memahami perkembangan kesejarahan di indonesia serta
mengamalkan nilai-nilai sejarah pada zaman awal.Untuk mengetahui bagaimana
kehidupan awal masyarakat indonesia maka kami disini membuat sebuah makalah
tentang kehidupan awal masyarakat di indonesia yang bertujuan untuk
mengoptimalka potensi generasi agar dapat mengetahui tentang definisi awal
kehidupan masyarakat di indonesia.

Makalah ini memuat mulai dari mendiskripsikan,mengidentifikasikan


dan menganalisis kehidupan awal masyarakat indonesia.Semoga dengan adanya
makalah ini kami harap pembaca dapat mengerti bagaimana awal kehidupan
masyarakat di indonesia.

Atas perhatian,kepedulian,kontribusi,bantuan dan budi baik dari semua


pihak kami mengucapkan terimakasih.

Ketapang. 02 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR
ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar
belakang........................................................................................................

Rumusanmasalah...........................................................................................

Tujuan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Terbentuknya peradaban awal masyarakatindonesia...................................

Ciri-ciri sosial,budaya,ekonomi dan kepercayaan pada masyarakat berburu


dan masyarakat pertanian............................................................................

Perkembangan teknologi awal masyarakat indonesia................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang hidup pada zaman Praksara sudah berubah menjadi


fosil.fosil manusia yang di temukan di indonesia dalam perkembangan terdiri
dari beberapa jenis.Penemuan-penemuan fosil ini banyak di sumbang dari
indonesia.Hal ini di karenakan indonesia mempunyai wilayah tropis dan iklim
yang cocok di huni manusia kala itu.Di lihat dari penemuan di indonesia,maka
dapat di pastikan indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia
mulai saat manusia hidup.dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang
sejalan dengan fosil-fosil yang di temukan.

Dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang


kehidupan manusia di indonesia.Itu sebabnya makalah ini di buat untuk
mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang
di temukan di indonesia serta kehidupannya di masa itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di rumuskan beberapa


per masalahan yang akan di bahas sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan awal masyarakat indonesia ?


2. Bagaimana ciri-ciri sosial,budaya,ekonomi dan kepercayaan masyarakat
berburu ?
3. Bagaimana menganalisis perkembangan sistem keprcayaan dan teknologi
pada masyarakat awal indonesia ?

C.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini bertujuan sebagai


berikut:
1.untuk mengetahui definisi manusia pada awal kehidupan di indonesia.

2.untuk mengetahui kepercayaan dan teknologi pada awal perkembangan


indonesia di indonesia.

3.untuk mengetahui kehidupan sosial,budaya dan ekonomi pada awal


perkembangan indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

I.TERBENTUKNYA PERADABAN AWAL MASYARAKAT


INDONESIA

Mendeskripsikan kehidupan manusia di masa lampau adalah dengan


menganalisis serangkaian peninggalan sejarahnya agar supaya kita  mengetahui
apa definisi dan bentuk peninggalan sejarah itu. Dari peninggalan sejarah
itulah, kita bisa merekonstruksi beragam peristiwa yang terjadi pada masa
lampau untuk dijadikan cerita sejarah. Begitu pula saat kita hendak meneliti
dan menulis kehidupan manusia dan masyarakat awal yang ada di Kepulauan
Indonesia. Melalui bantuan ilmu Arkeologi kita bisa mengungkap misteri
kehidupan manusia di masa lampau. Serangkaian penemuan fosil, baik
menyangkut manusia maupun hasil budayanya, bisa kita jadikan tahap awal
untuk meneliti seperti apa wujud kehidupan mereka itu.
Penemuan fosil itu memang bisa dijadikan pintu pembuka untuk mengungkap
misteri kehidupan manusia yang telah terselimuti kabut selama ratusan ribu
tahun itu. Namun, itu belum bisa menjamin bahwa rekonstruksi yang kita
lakukan itu sesuai dengan faktanya. Karena, sebuah fosil bisa dianalisis dan
diinterpretasi menjadi beragam cerita sesuai dengan visi, kepentingan, dan
kejujuran para penelitinya. Inilah yang sering menimbulkan polemik di antara
para ilmuwan, seperti dalam kasus asal usul manusia modern. Apakah manusia
itu berasal dari Afrika lalu menyebar ke berbagai tempat di dunia atau muncul
di berbagai tempat secara sendiri-sendiri. Sebagai bagian dari masyarakat
ilmiah, kita mesti kritis di dalam menyikapi temuan-temuan itu. Pembelajaran
berikut ini akan mendeskripsikan teori-teori asal usul manusia di Indonesia,
dilanjutkan dengan menganalisis perkembangan kehidupan serta kebudayaan
manusia dan masyarakat awal di Indonesia
A. Asal Usul dan Persebaran Manusia

1. "Hawa Mitokondria" dan "Adam Kromosom Y" Asal Mula Manusia


Modern

Selama berpuluh-puluh tahun petunjuk satu-satunya dalam penelitian


persebaran manusia purba adalah fosil-fosil dan artefak-artefak yang
ditinggalkan dalam pengembaraan mereka. Penelusuran asal usul manusia
seperti mendapatkan darah baru, setelah penerapan teknologi genetika dengan
menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mencari tahu hubungan
kekerabatan antarpopulasi. Terobosan itu membuka pintu gerbang menuju
pengungkapan cikal-bakal manusia modern atas dasar persamaan genetik.
Setiap tetes darah manusia berisi buku sejarah yang ditulis dalam bahasa
genetika. Kode-kode genetika manusia atau genom, adalah 99,9 persen identik
di seluruh dunia. Selebihnya ialah DNA yang bertanggungjawab terhadap
perbedaan individual, seperti warna mata, resiko penyakit, dan beberapa DNA
yang tidak begitu jelas fungsinya.
Suatu ketika dalam perubahan genetika yang langka, mutasi acak dan tidak
berbahaya dapat terjadi dalam salah satu DNA yang tak berfungsi tersebut,
yang kemudian
2
diwariskan ke semua keturunan orang itu. Namun, mutasi-mutasi yang
memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA
mitokondria (mtDNA), yang
diteruskan utuh dari ibu ke anak. Demikian juga sebagian besar kromoson Y,
yang menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Berdasarkan penelitian mtDNA dari berbagai populasi, para ilmuwan
menyimpulkan, bahwa manusia modern sekarang ini semua merupakan satu
keturunan dari satu nenek moyang ("Hawa" mitokondria). Hawa mitokondria
segera bergabung dengan "Adam kromosom Y". Semua umat manusia terkait
dengan Hawa mitokondria melalui rantai para ibu yang tak terpatahkan.
Oleh karena itu, DNA Mitokondria dapat digunakan untuk
merekonstruksi sejarah asal usul dan persebaran manusia dari sisi ibu
(maternal). Orang-orang di dari berbagai belahan dunia memiliki garis
keturunan berbeda, tetapi mereka mtDNA dan kromoson Y purba yang setara.
Untuk mempelajari persebaran manusia purba/ penelitian DNA mitokondria ini
menggunakan sumber genetik yang dapat bertahan dalam waktu lama, yaitu
tulang-belulang yang sudah menjadi fosil.
Kesimpulan itu membuka cakrawala baru bahwa manusia modern bukanlah
keturunan dari manusia purba semacam Homo Sapiens yang hidup 500.000
tahun lalu, atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo Habilis (2,5-1,6
juta tahun lalu), Homo Ergaster (1/8-1,4 juta tahun lalu), dan Homo Erectus
(1,5 juta tahun lalu).

2. Folimorfisme

Polimorfisme adalah sifat keragaman sel yang disebabkan oleh adanya


sejumlah mutasi yang terjadi secara alamiah dan tidak membawa akibat buruk
yang memunculkan variasi individu-individu yang khas. Sifat keberagaman
gen (polimorfisme) ini juga dapat digunakan dalam rangka penelusuran asal
usul manusia dan hubungan kekerabatan antara berbagai ras dan suku, dan
untuk membedakan ras yang satu dengan yang lain. Rangkaian informasi
genetik yang terkandung dalam DNA mitokondria dapat juga menggambarkan
karakteristik suatu populasi.
Oleh karena, itu jauh-dekatnya kekerabatan suatu kelompok suku bangsa dapat
dilihat dari persamaan variasi dari suku bangsa tersebut. Semakin besar jumlah
variasi yang memisahkan dua kelompok etnik, semakin jauh jarak kekerabatan
antara kedua kelompok tersebut. Sebaliknya jika ada dua orang yang mtDNA-
nya persis sama, maka kekerabatan di antara keduanya sangat dekat, mungkin
satu ibu, satu nenek, atau satu nenek moyang
2.DaerahAsal Manusia

Pada pertengahan tahun 1980-an Allan Wilson dan rekan-rekan di


University of California, Barkeley, menggunakan mtDNA untuk
mengidentifikasikan tempat asal nenek moyang umat manusia. Mereka
membandingkan mtDNA dari wanita-wanita di seluruh dunia dan menemukan
bahwa wanita-wanita keturunan Afrika menunjukkan keanekaragaman dua kali
lebih banyak daripada kaum wanita lain.
Max Ingman, doktor genetik asal Amerika Serikat mengungkapkan hal senada
dengan pendapat bahwa manusia modern berasal dari salah satu tempat di
Afrika antara kurun waktu 100 - 200 ribu tahun lalu. Dari situ moyang manusia
masa kini itu lantas menyebar dan mendiami tempat-tempat di luar Afrika. Gen
manusia modern ini tidak bercampur
dengan gen spesies manusia purba.
Sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun silam, satu gelombang kecil manusia yang
mungkin hanya berjumlah seribu orang dari Afrika menuju pantai-pantai Asia
bagian Barat. Ada dua jalur tersedia menuju Asia. Pertama mengarah ke
Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara lewat Levant.
Namun, jalur yang satunya juga mengundang untuk dijelajahi, yaitu melintasi
Laut Merah. Pada saat itu (70.000 tahun yang lalu) bumi memasuki zaman es
terakhir dan permukaan laut menjadi lebih rendah karena air tertahan dalam
gletser. Pada bagian tersempit di muara Laut Merah hanya berjarak beberapa
kilometer. Dengan menggunakan perahu primitif, manusia modern dapat
menyeberangi laut untuk pertama kalinya.
Setelah berada di Asia, bukti genetis memperkirakan populasi terpecah. Satu
kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sementara kelompok lain
menyusuri pantai sekitar Semenanjung Arab, India dan wilayah Asia yang
lebih jauh. Setiap generasi mungkin bergerak hanya beberapa kilometer lebih
jauh.
Para pengembara telah mencapai Australia Barat Daya 45.000 tahun lalu. Hal
ini terbukti dengan penemuan fosil seorang pria di Lake Mungo. Fosil-fosil lain
yang belum terungkap di dalam tanah mungkin berusia lebih tua yaitn sekitar
50.000 tahun yang lalu. Hal ini menjadi bukti paling awal manusia modern
yang berada jauh dari Afrika.
Tidak ada jejak fisik berupa fosil orang-orang ini sepanjang sekitar 13.000
kilometer dari Afrika ke Australia. Semua mungkin sudah lenyap saat air laut
naik sesudah zaman es. Namun jejak genetika berlangsung terus. Beberapa
kelompok pribumi pada kepulauan Andaman dekat Myanmar, Malaysia dan
Papua Nugini, serta orang Aborigin di Australia memiliki tanda garis
keturunan mitokondria purba.

B. Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Kehidupan manusia di mana pun dia berada, tidak pernah terlepas dari
alam yang melingkunginya. Interaksi antara manusia dengan alam itulah yang
bisa mendorong lahirnya kebudayaan. Oleh karena itu, cara paling baik untuk
mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa-masa awal, bisa dimulai
dengan menganalisis struktur dan umur bumi. Dan hal ini bisa diawali dengan
meneliti fosil yang ditemukan. Dari situlah, kita bisa mengetahui seperti apa
wujud manusia, kapan dia hidup, berapa umurnya, dan bagaimana bentuk
kebudayaannya.
Untuk bisa mengetahui bagaimana karakteristik bumi dari zaman ke zaman itu,
kita perlu bantuan ilmu geologi dan geografi. Menurut ilmu geologi, bumi itu
dibagi menjadi beberapa zaman.

1. Zaman Arkhaicum atau Zaman Tertua


Periode mi terjadi kira-kira beberapa puluh juta tahun Sebelum Masehi. Zaman
ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, belum ada
binatang-binatang yang bertulang, yang hidup hanyalah binatang-binatang
rendah.
2.  Zaman Palaeozoicum atau Zaman Pertama
Periode ini terjadi kira-kira 340  juta tahun Sebelum Masehi. Hidup pada masa
ini ikan dan binatang yang hidup di darat maupun di air.
3. Zaman Mesozoicum atau Zaman Kedua
Periode ini terjadi kira-kira 140  juta tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini
telah hidup binatang reptil yang besar, ikan-ikan yang besar, dan beberapa
binatang yang menyusui.
4. Zaman Neozoicum
Zaman ini terbagi lagi menjadi beberapa zaman, yaitu:

a. Zaman Ketiga
Periode ini terjadi kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, sudah
banyak ditemukan binatang menyusui. Bahkan pada akhir zaman ini sudah, ada
beberapa kera seperti manusia, misalnya gorila, orang utan, dan se-bagainya.
b. Zaman Keempat
Periode ini terjadi kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Manusia dipastikan telah
ada pada masa ini. Zaman ini terbagi menjadi dua periode, yaitu Diluvium atan
zaman es dan Alluvium yaitu zaman yang kita alami sekarang, yang terdiri atas
diluvium tua, tengah, dan muda. Dalam ilmu Geologi, zaman diluvium disebut
juga zaman pleistosen atau zaman glasial atau zaman es. Sedangkan zaman
alluvium disebut juga zaman Holosen di mana mulai hidup Homo sapiens.

Kepulauan Indonesia sendiri pada zaman pleistosen yaitu saat manusia telah
hidup dan berkembang, masih bersatu dengan daratan Asia Tenggara. Coba
kamu amati peta Asia Tenggara pada zaman pleistosen. Karena air yang ada di
Kutub Utara dan Selatan membeku hingga sampai ke lintang 60°, maka
permukaan air laut turun sampai 70 meter dari keadaan sekarang. Salah satu
akibatnya adalah wilayah Indonesia bagian barat bersatu dengan daratan atau
kontinen Asia dan wilayah Indonesia bagian timur bersatu dengan Benua
Australia. Kamu tentu bisa menghubungkan fenomena ini dengan kemiripan
flora dan fauna yang ada di kedua bagian Indonesia itu, dengan yang ada di
kedua benua tersebut. Kebanyakan binatang yang ada di Indonesia bagian barat
mempunyai kesamaan dengan yang ada di daratan Asia, sementara yang berada
di kawasan Indonesia Timur mempunyai kemiripan dengan binatang yang ada
di Benua Australia. Mungkinkah fenomena itu juga bisa digunakan untuk
merunut asal usul manusianya?
C. Perkembangan Manusia Purba di Indonesia

1. Jenis Manusia Purba di Indonesia


Seperti telah kamu ketahui, bahwa manusia purba itu mempunyai bentuk
dan sifat yang berbeda bila di-bandingkan dengan manusia zaman sekarang.
Tengkorak manusia purba cenderung lebih kecil namun memanjang, rahangnya
tebal namun tidak berdagu serta tidak mempunyai dahi. Perbandingan
semacam ini bisa kita peroleh setelah kita menganalisis serangkaian penemuan
fosil, baik yang berupa tengkorak maupun tulang-tulang anggota badan
lainnya.
Begitu pula saat kita nanti mendeskripsikan hasil-hasil budayanya. Data-data
tentang hasil budayanya itu bisa kita peroleh setelah kita menganalisis fosil
yang berwujud beragam bentuk peralatan yang diduga pernah mereka gunakan.
Lalu, untuk menentukan usia fosil itu kita harus menganalisis lapisan bumi di '
mana fosil itu ditemukan, tentu dengan bantuan ilmu Geologi. Dengan cara
inilah, kita sekarang bisa mengklasifikasi jenis dan budaya manusia purba di
Indonesia.
Penemuan manusia purba di Indonesia terjadi pada akhir abad XIX.
Bermula dari dugaan Eugene Dubois bahwa manusia purba, monyet, dan kera
itu biasanya hidup di daerah tropis, karena iklimnya tidak banyak mengalami
perubahan. Ada tiga dasar teori yang digunakan Dubois sebagai acuan. Teori
pertama, bahwa pencarian missink link dalam evolusi manusia berasal dari
daerah tropik. Alasannya, berkurangnya rambut pada tubuh manusia purba
hanya bisa terjadi pada daerah tropika yang hangat. Teori kedua, Dubois
mencatat bahwa dalam dunia binatang, umumnya mereka tinggal di daerah
geografis yang sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, hewan
yang paling mirip dengan manusia adalah kera besar. Oleh karena itu, Dubois
menduga bahwa nenek moyang kera besar mempunyai hubungan kekerabatan
(kinship) dengan manusia. Teori ketiga, Dubois percaya bahwa Asia Tenggara
merupakan asal usul manusia. Alasannya, di sana ada orang utan dan siamang.
Penelitian pun dilakukan oleh sejumlah peneliti luar negeri di berbagai tempat.
Secara umum penelitian itu terbagi menjadi tiga tahap yaitu periode 1889-
1909, periode 1931-1941, serta periode 1952 sampai sekarang. Dunia ilmu
pengetahuan (terutama Palaeoantropologi dan ilmu Hayat) menjadi gempar
saat tahun 1889 Dubois berhasil menemukan sejumlah fosil atap tengkorak di
Wajak, Tulungagung, Kediri, yang kemudian diikuti dengan penemuan-
penemuan lain di Kedungbrubus dan Trinil. Fosil itu disebut dengan
Pithecanthropus erectus.
Namun sayangnya, sebagian besar fosil tersebut kini tersimpan di Leiden,
Belanda. Fosil lain berhasil ditemukan oleh ter Haar, Oppenoorth, dan von
Koenigswald di Ngandong, Blora, antara tahun 1931-1933, berupa tengkorak
dan tulang kering yang disebut Pithecanthropus soloensis. Pada tahun 1936-
1941, von Koenigswald kembali berhasil menemukan fosil rahang dan gigi
yang bemkuran besar serta tengkorak manusia purba di Sangiran, yang
kemudian disebut Meganthropuspalaeojavanicus. Selanjutnya, penelitian
pascakemerdeka-an banyak melibatkan ahli-ahli Indonesia, terutama di
kawasan Sangiran. Berikut ini adalah jenis manusia purba di Indonesia.

a. Meganthropus atau Manusia Raksasa

Meganthropus berasal dari kata mega yang berarti besar dan anthropus
yang berarti manusia. Memang, apabila fosil makhluk itu kamu amati, pasti
kamu akan terperangah: besar rahang bawahnya melebihi rahang gorila laki-
laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang bawah, rahang atas,''serta gigi-gigi lepas
ditemukan oleh von Koenigswald di Pucangan tahun 1936-1941, dalam lapisan
bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut Meganthropus Paleojavanicus
atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di Kabuh tahun
1952. Namun, sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa kesulitan untuk
menempatkan Meganthropus di dalam evolusi manusia. Apakah tergolong
Pithecanthropus, Homo, atau Australopithecusl. Pakar palaeoan-tropologi kita,
Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat bahwa Meganthropus me-rupakan bentuk
khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus. Alasan teorinya adalah ia
berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an alam'pada masa
tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu ditemukan bersama-sama
dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropus baru
bisa terbuka.

b. Pithecanthropus atau Manusia Kera

Pithecanthropus berasal dari kata pithekos yang berarti kera dan


anthropus yang berarti manusia. Kebanyakan fosil jenis inilah yang berhasil
ditemukan di Indonesia. Mereka hidup pada zaman pleistosen awal, tengah,
dan akhir. Makhluk ini mempunyai ciri-ciri tinggi badannya 165-180 cm, tubuh
dan badannya tegap, gerahamnya masih besar, rahangnya kuat, tonjolan kening
tebal (melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis), tonjolan - belakang
kepalanya nyata, belum berdagu, serta berhidung lebar. Volume otaknya
berkisar antara 750 sampai 1.300 cc.
Makhluk jenis Pithecanthropus juga ditemukan di kawasan yang lain. Di Cina
Selatan ditemukan Pithecanthropus lautianensis dan di Cina Utara disebut
Pithecanthropus Pekinensis. Mereka hidup 800.000 hingga 500.000 tahun yang
lampau. Makhluk sejenis juga ditemukan di Tanzania, Kenya, dan Aljazair di
Afrika, serta di Eropa seperti di Jerman Barat, Jerman Timur, Prancis, Yunani,
dan Hongaria. Namun, kebanyakan ditemukan di Indonesia. Ada beberapa jenis
manusia purba yang tergolong ke dalam Pithecanthropus, antara lain sebagai
berikut.
1)  Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto)
Jenis ini diduga merupakan manusia purba tertua yang ada di Indonesia
dan ditemukan tahun 1936 di Pucangan serta Mojokerto, berupa tengkorak
anak-anak berusia 6 tahun. Isi otaknya berkisar 650 cc. Fosil ini ke-mudian
disebut Pithecanthropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus
(robustus artinya besar). Dari hasil penelitian, bisa di-simpulkan bahwa
makhluk ini hidup pada 2,5 sampai 1,25 juta tahun yang lampau. Makhluk ini
mempunyai spesifikasi: berbadan tegap, tonjolan keningnya tebal, tulang
pipinya kuat, dan mu-kanya menonjol ke depan. Makhluk ini hidup bersama-an
dengan Meganthropus, namun sulit menghubung-kan evolusi keduanya.
2)  Pithecanthropus Erectus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak)
Jenis ini merupakan generasi kedua manusia purba di Indonesia. Yang
fenomenal dari jenis ini adalah selain fosilnya ditemukan paling awal, juga
memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas. Fosil jenis ini terdiri atas atap
tengkorak, tulang paha, serta beberapa fragmen tulang paha yang ditemukan di
Trinil tahun 1891. Fosil ini merupakan kepunyaan laki-laki dengan isi otak
kira-kira 900 cc. Dari penelitian terhadap tengkoraknya, Dubois member! nama
Pithecanthropus atau manusia kera dan dari tulang pahanya ia member! nama
erectus atau berjalan tegak. Tidak kurang dari 23 jenis fosil berhasil ditemukan
di berbagai daerah di kawasan Sangiran. Maka, tidak aneh bila fakta dan cerita
tentang kehidupan Pithecanthropus lebih banyak kita peroleh dibandingkan
dengan manusia purba dari jenis yang lain. Misalnya, makhluk ini hidup sekitar
sejuta hingga setengah juta tahun yang lalu, mempunyai tinggi badan 160-180
cm dengan berat badan 80 sampai 100kg.                                             
 Yang membedakan Pithecanthropus erectus dengan Pithecanthropus 
Mojokertensis adalah besar isi tengkorak, tebal atap tengkorak, bentuk tonjolan
belakang kepala dan tonjolan kening, serta daerah telinga. Dari fosi1
Pithecanthropus orectus yang berhasil ditemukan, kebanyakan berjenis
kelamin laki-laki. Diduga jenis perempuannya banyak yang meninggal saat
kehamilan dan persalinan.
3).  Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Nama Pithecanthropus soloensis diberikan oleh ilmuwan kita Prof. Dr.
Teuku Jacob setelah meneliti 14 jenis fosi1 dari Desa Ngandong di Lembah
Bengawan Solo sebelah utara Trinil. Jenis ini merupakan generasi ketiga
manusia purba di Indonesia. Dari penemuan fosil yang ada di Sangiran dan
Sambungmacan, makhluk ini mempnnyai ciri khas: volume otak 1.000 sampai
1.300 cc, tengkoraknya lonjong, tebal dan masif, tonjolan keningnya cukup
nyata, dahinya lebih terisi, serta tengkoraknya lebih tinggi dibanding kedua
manusia terdahulu. Tanda-tanda yang lain adalah akar hidungnya lebar dan
rongga matanya sangat panjang, tinggi badannya 165 sampai 180 cm, serta
tulang keringnya tegap. Dari identifikasi ini bisa disimpulkan bahwa meskipun
letak kepalanya di atas tulang belakang, namun belum seperti letak kepala
manusia saat ini.
Pithecanthropus soloensis yang hidup kira-kira 900.000 hingga 300.000 tahun
yang lalu
itu, secara evolutif lebih dekat dengan Pithecanthropus Mojokertensis
dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Para ilmuwan menduga bahwa kedua makhluk itu memang mem-punyai kaitan
dalam hal evolusi. Yang membedakannya dengan kedua manusia purba
terdahulu adalah besarnya tengkorak, tonjolan kening, dan tonjolan belakang
kepala, daerah telinga dan daerah hidung. Hanya saja, volume otaknya semakin
bertambah, demikian pula otak kecilnya. Kamu tentu mengetahui apa dampak
yang muncul di balik berkembangnya volume otak ini. Dengan otak yang
semakin berkembang itu, Pithecanthropus Soloensis mulai menemukan dan
mempunyai cara hidup yang baru. Perubahan inilah yang menyebabkan
berkembangnya kebudayaan manusia-manusia purba di Indonesia. Oleh karena
itu, ada beberapa ahli yang mengelompokkan Pithecanthropus Soloensis ini ke
dalam kelompok Homo Neandertalensis. Bahkan, ada pula yang memasukkan-
nya ke dalam kelompok Homo Sapiens. Namun, sejauh ini para ilmuwan
belum mencapai kesepakatan.
4) Homo ( Manusia)
Jenis Homo ini mulai mendekati dengan bentuk manusia. Hidup pada
zaman pleistosen muda. Sementara itu, dari serangkaian fosi1 yang ditemukan
diduga mereka hidup 200.000 tahun yang lalu. Selain banyak jumlahnya dan
ditemukan di berbagai tempat, fosilnya tidak hanya berupa tengkorak
melainkan juga berupa kerangka yang lengkap. Ada beberapa jenis manusia
purba dari kelompok Homo ini, antara lain sebagai berikut.
a).  Homo Neandertalensis (Manusia dan Lembah Neander)
Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Sungai Neander dekat
Kota Dusseldorf, Jerman. Fosil sejenis juga ditemukan di Francis, Belgia,
Jerman, Italia, Yugoslavia, serta berbagai negara di Eropa. Di Palestina,
fosil itu ditemukan di Gua Tabun dekat Mount Carmel, sehingga disebut
HomoPalestinensis. Semula, makhluk ini hanya dianggap sebagai evolusi
manusia yang kandas. Namun, setelah penemuan Homo neandertalensis,
para ilmuwan sepakat bahwa makhluk ini merupakan nenek moyang salah
satu ras manusia.
Yang cukup mengagumkan dari penemuan fosil-fosil ini adalah ditemukan-
nya beragam peralatan batu dan sisa-sisa kebudayaan lama di dekat lokasi
fosil. Hal itu menunjukkan, bahwa tingkat kehidupan mereka sudah akrab
dengan kebudayaan. Bahkan, di Eropa sering ditemukan bekas-bekas api di
sekitar penemuan fosil, yang diduga sebagai solusi atas dinginnya iklim di
daerah Glasial. Dari penelitian terhadap peralatan yang berhasil ditemukan
menunjukkan bahwa mereka sudah berburu. Peralatan batu selain digunakan
untuk senjata juga digunakan untuk memotong.
b).  Homo Sapiens (Manusia Sekarang)
Generasi pertama dari manusia sekarang mula-mula hidup pada lapisan
pleistosen muda atau zaman glasial terakhir (sekitar 80.000 tahun yang
lampau). Mulai saat itu, tidak ditemukan lagi makhluk-makhluk dari dua
jenis terdahulu. Karena sejak zaman holosen, fosil manusia yang berhasil
ditemukan menunjukkan perbedaan empat ras pokok yang saat itu ada di
muka bumi. Keempatnya sebagai berikut.
(1) Ras Australoid yang kini sisa-sisanya bisa kamu temukan di
pedalaman Benua Australia. Fosil manusia dari jenis ini ditemukan
oleh Rietschoten tahun 1889 di Desa Wajak Kab. Tulungagung Jawa
Timur, di Lembah Sungai Brantas dalam lapisan pleistosen muda.
Fosil ini berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa
buah ruas leher. Pada tahun berikutnya ditemukan pula fragmen
tulang tengkorak, rahang atas dan bawah serta tulang paha dan tulang
kering.
(2) Ras Mongoloid adalah ras yang paling besar jumlahnya dan luas
wilayah penyebarannya, bahkan hingga saat ini. Fosil manusia dari
jenis ini ditemukan di Gua Chou-Kou-Tien (sebelah barat Beijing)
Tiongkok antara tahun 1927 dan 1937. Fosil yang berhasil ditemukan
itu membuktikan bahwa manusia ini memiliki kemiripan dengan
Pithecanthropus yang ada di Indonesia. Fosil ini kemudian diberi
nama Pithecanthropus pekinensis. Dari hasil penelitian terhadap
fosilnya, diperoleh data bahwa ternyata tengkoraknya lebih besar bila
dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus, dengan volume otak
kira-kira 900 hingga 1.000 cc. Berarti volume otaknya telah
mendekati volume otak manusia sekarang. Apalagi di sekitar
penemuan fosilnya ditemukan serangkaian peralatan yang
menunjukkannya telah memiliki kebudayaan. Bermula dari manusia
inilah, kemudian berkembang menjadi beragam ras Mongoloid di
Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Utara, Asia Timur
Laut, bahkan hingga Benua Amerika Utara dan Selatan. Mereka
diperkirakan hidup antara 40.000 hingga 30.000 tahun yang lampau.
Kamu kini tentu bisa merunut, bangsa-bangsa mana sajakah yang
nenek moyangnya berasal dari Pithecanthropus Pekinensis ini.
(3) Ras Kaukasoid yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa di Eropa,
Afrika bagian utara Gurun Sahara, Asia Barat Daya, Australia serta
Benua Amerika Utara dan Selatan. Fosil manusia yang berhasil
ditemukan di Desa Les Eyzies, Dordogne di Prancis, diperkirakan
berasal dari 60.000 tahun yang lampau. Fosil manusia yang menjadi
nenek moyang penduduk Eropa sekarang itu kemudian disebut Homo
Sapiens Cromagnonensis. Fosil yang ditemukan itu mempunyai
bentuk yang indah, tinggi, dan besar, mukanya selaras dengan bentuk
dahinya. Sisa-sisa manusia ini bisa dijumpai pada bangsa Kabyl di
Afrika Utara.
(4) Homo Sapiens yang mula-mula menunjukkan ciri-ciri ras Negroid,
ditemukan di Asselar sebelah timur laut Timbuktu (di tengah-tengah
Gurun Sahara). Fosil manusia ini oleh para ahli palaeoantropologi 
diberi nama Homo Sapiens Asselar, diperkirakan hidup 14.000 tahun
yang lampau. Ras Negroid ini dianggap oleh para peneliti manusia
purba sebagai ras manusia yang paling muda
Dari keempat jenis nenek moyang ras itulah, manusia berevolusi dan
berkembang biak menjadi besar serta beragam sifatnya. Masing-masing ras
mempunyai spesifikasi dan membentuk satuan sosial sendiri-sendiri.1

II.CIRI-CIRI SOSIAL,BUDAYA,EKONOMI,DAN KEPERCAYAAN PADA


MASYARAKAT BERBURU DAN MASYARAKAT PERTANIAN

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dunia ini mustahil manusia dapat hidup seorang diri. Manusia akan
selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari. Dalam ilmu sosiologi kita telah pelajari tentang interaksi sosial dan
tentang sosialisasi. Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil,
sendirian, dan menjadi gila jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat,
karena memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia selalu berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia
mempunyai naluri hidup bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu
disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo
socialis) karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari.

Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Walaupun manusia membutuhkan manusia lainnya dalam melakukan


aktivitas kehidupan sehari-hari, tetapi manusia tetap memiliki otonomi untuk
menentukan nasibnya sendiri. Secara pribadi, manusia harus memenuhi
kebutuhan dan keinginan hidupnya.
Kita tentu paham bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka
ragam. Setiap manusia butuh makan dan minum agar tetap hidup. Manusia
membutuhkan pakaian untuk dapat bergaul dengan baik dengan manusia

1
lainnya. Manusia juga butuh rumah sebagai tempat berlindung. Pendidikan,
kesehatan, hiburan, dan kebutuhan lainnya juga diperlukan manusia agar hidup
lebih layak.
Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk
mendapatkan uang, manusia harus bekerja. Setelah bekerja dan mendapatkan
uang, uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di
samping itu, uang tersebut ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan
datang. Jadi, manusia selalu penuh perhitungan dalam hidupnya. Karena itulah
manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena manusia selalu
memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi.

III.PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MASYARAKAT AWAL


INDONESIA

1.    Keadaan alam lingkungan kehidupan manusia


      Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan sendiri
kebutuhan-kebutuhan hidupnya, walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian,
dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin
maju. Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi
kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi meski teknologi
itu masih terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana
yang dibutuhkan dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam
kehidupan manusia pada masa itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat
tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya.
      Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat indonesia juga mulai
mengenal benda-benda atau peralatan-peralatan yang berasal dari logam perunggu
ini merupakan logam campuran antara logam tembaga dengan timah. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan benda-benda yang berasal dari perunggu di
beberapa wilayah di indonesia.
      Benda-benda yang terbuat dari perunggu ini ada yang dibuat di wilayah
Indonesia oleh mayarakat indonesia sendiri, terbukti dengan penemuan alat-alat
cetak untuk membuat berbagai perkakas. Bahkan cara pembuatan benda-benda
dari perunggu yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menggunakan cara-cara
yang sangat sederhana seperti alat cetak dari batu atau tanah liat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai mengenalnya logam,
pola pikir dan teknologi manusia juga berkembang. Dalam hal ini manusia mulai
memanfaatakan alat-alat dari logam untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.

2.    Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


      Kehidupan pada manusia telah mengenal logam dikenal sebagai masa
perundagian. Masa perundagian sangat penting artinya dalam berkembangan
sejarh Indonesia, karena pada masa itu terjalin hubungan dengan daerah-daerah di
sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan ini terjadi karena bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat alat-alat dari logam tersedia secara terbatas ditempat
tertentu, dan untuk mendapatkanya dilakukan dengan sisitem tukar-menukar atau
barter.
           Masyrakat persawahan terus berkembang, karena mereka hidup menetap
dan adanya persediaan bahan pangan yang cukup. Mereka sudah mengenal
perdagangan yang dapat meningkatkan hidup mereka maupun masyarakat lainnya.
Pada masa ini kegiatan perdagangan atau perekonomian masyarakat terjalin tidak
hanya terbatas pada masyarakat dari suatu daerah yang sama, tetapi telah meluas
sampai kepada masyarakat dari daerah yang lebih jauh. Kegiatan perdagangan ini
membuktikan bahwa masyarakat dalam suatu daerah belum dapat memenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga perlu memperolehnya dari
masyarakat pada daerah-daerah lainnya.

3.    Kehidupan Budaya Masyarakat


      Peninggalan-peninggalan budaya masyarakat Indonesia yang berasal dari
benda-benda logam merupakan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang telah
tumbuh dan berkembang pada masa itu. Benda-benda peninggalan bangsa
Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:
Nekara perunggu nekara merupakan sebuah benda kebudayaan yang terbuat dari
perunggu. Bentuknya seperti sebuah dandang yang tertelungkup. Nekara
berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunannya hujan dan
sebagai genderang perang. Untuk upacara memohon turunnya hujan, nengkara itu
dipukul-pukul dengan sekuat tenaga oleh sekelompok masyarakat, baegitu pula
untuk generang perang, nekara juga dipukul dengan sekuat tenaga kuatnya.
Semakin kuat pukulan pada nekara itu, semakin bersemangat para prajurit untuk
berperang, sebaliknya semakin lemah pukulan pada nekara itu, maka semangat
perang semakin menurun.
Kapak perunggu bentuk kapak perunggu beraneka ragam, ada yang berbentuk
pahat, jantung atau tembilang. Pola hiasannya berupa topang mata dan pola
geometri. Tipe kapak dari pulau rote merupakan jenis kapak yang sangat indah
bentuknya dan di Indonesia hanya ditemukan tiga buah, dua buah disimpan di
Meseum Pusat Jakarta, sedangkan satu lagi terbakar saat dipamerkan di paris pada
tahun 1931.
Bejana  perunggu bejana perunggu bentunya mirip gitar sepanyol, tetapi tanpa
tokai. Pola hiasan adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf “J”. Hingga saat
sekarang di Indonesia berhasil ditemukan dua buah oleh para ahli yaitu di daerah
Madura dan Sumatera.
Perhiasan Perhiasan yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi, banyak di
temukan di wilayah Indonesia. Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal
kubur. Bentuk perhiasan beraneka ragam dan digunakan sebagai gelang tangan,
gelang kaki, cincin, kalung, bandul, kalung dan lain-lain. Benda-benda itu banyak
ditemukan di daerah bogor, bali dan malang.2

2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mendeskripsikan kehidupan manusia di masa lampau adalah dengan menganalisis


serangkaian peninggalan sejarahnya agar supaya kita  mengetahui apa definisi dan bentuk
peninggalan sejarah itu. Dari peninggalan sejarah itulah, kita bisa merekonstruksi beragam
peristiwa yang terjadi pada masa lampau untuk dijadikan cerita sejarah. Begitu pula saat
kita hendak meneliti dan menulis kehidupan manusia dan masyarakat awal yang ada di
Kepulauan Indonesia.

Di situ dipelajari bahwa hidup seseorang akan terkucil, sendirian, dan menjadi gila
jika tidak mampu bersosialisasi dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena
memang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berinteraksi dalam hal-hal tertentu dengan masyarakat. Manusia mempunyai naluri hidup
bersama dengan orang lain. Naluri hidup bersama itu disebut gregariousness.
Jadi dapat dikatakan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial (homo socialis)
karena selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari

Namun demikian, dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan
semakin maju. Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi
kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi meski teknologi itu masih
terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan
dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia pada masa
itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang
mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Http.blogspotperkembanganawalmasyarakat.com

Suprihartoyo dkk, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII,
Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 99 – 102.

Http.blogspotteknologi.com

Anda mungkin juga menyukai