Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang ilum pengetahuan dan tekinologi kini semakin
maju. Beberapa ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya ilmu kesehatan
yang telah mengalami kemajuan yang sudah dapat dirasakan oleh masyarakat saat
ini. Hal-hal yang berkaitan dengan dunia kesehatan erat kaitannya dengan bidang
keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat khususnya ilmu farmasi.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari salah satunya tentang cara meracik
obat-obatan yang diindikasikan untuk penyembuhan. Tentunya sebelum
memproduksikannya seorang farmasi harus melakukan beberapa jenis pengujian
seperti pengujian klinis dan praklinis. Pembuatan obat dilihat baik dari segi
farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan
toksikologinya. ilmu farmakologi dan toksikologi secara umum erat kaitannya
dengan jenis pengujian seperti uji praklinis dan klinis. Jadi, farmakologi adalah
ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu
praklinik dan klinik.
Pengujian klinis diberikan pada manusia setelah pengujian pada hewan coba
yang meliputi beberapa fase uji klinis. Sedangkan untuk yang uji praklinis
diberikan pada hewan sebelum diujikan pada manusia yang meliputi berbagai
aspek farmakologi. Dari hasil uji farmakologi maka kita akan mengetahui
informasi tentang efek farmakologi dan farmakokinetik yang meliputi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan eliminasi dari obat. Untuk mengujikan obat tersebut
digunakanlah hewan coba yang begitu mirip genetiknya dengan manusia.
Pada percobaan kali ini kami melakukan penanganan hewan coba pada
mencit (Mus musculus). Setelah obat tersebut diujikan dan diamati, hasilnya akan
menentukan apakah obat tersebut dapat ditentukan untuk diujikan lebih lanjut
pada manusia atau tidak. Maka dilakukanlah percobaan ini agar kita memiliki
pengetahuan yang lebih tentang bagaimana cara penanganan yang baik terhadap
hewan cobat tersebut, mengetahui kadar dosis yang dibutuhkan serta mengetahui
efek farmakokinetik maupun farmakodinamiknya.

1
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1 Maksud Percobaan dan Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan hewan uji Mencit (Mus Musculus)
dengan metode BCS (Body Condition Scoring)
2. Untuk mengetahui cara memegang dan menangani hewan uji
3. Untuk mengetahui cara pemberian obat dan pengambilan sampel hewan
uji
4. Untuk mengetahui cara menganestesi dan mengorbankan hewan uji
1.1.2 Prinsip Percobaan
Pengukuran kesehatan mncit dengan merba bagian tulang sacroiliac
(tulang antara tulang belakang hingga ke tulang kemaluan) dengan menggunakan
jari dan mencocokkannya dengan nilai BSC

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang ilum pengetahuan dan tekinologi kini semakin
maju. Beberapa ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya ilmu kesehatan
yang telah mengalami kemajuan yang sudah dapat dirasakan oleh masyarakat saat
ini. Hal-hal yang berkaitan dengan dunia kesehatan erat kaitannya dengan bidang
keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat khususnya ilmu farmasi.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari salah satunya tentang cara meracik
obat-obatan yang diindikasikan untuk penyembuhan. Tentunya sebelum
memproduksikannya seorang farmasi harus melakukan beberapa jenis pengujian
seperti pengujian klinis dan praklinis. Pembuatan obat dilihat baik dari segi
farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan
toksikologinya. ilmu farmakologi dan toksikologi secara umum erat kaitannya
dengan jenis pengujian seperti uji praklinis dan klinis. Jadi, farmakologi adalah
ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu
praklinik dan klinik.
Pengujian klinis diberikan pada manusia setelah pengujian pada hewan coba
yang meliputi beberapa fase uji klinis. Sedangkan untuk yang uji praklinis
diberikan pada hewan sebelum diujikan pada manusia yang meliputi berbagai
aspek farmakologi. Dari hasil uji farmakologi maka kita akan mengetahui
informasi tentang efek farmakologi dan farmakokinetik yang meliputi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan eliminasi dari obat. Untuk mengujikan obat tersebut
digunakanlah hewan coba yang begitu mirip genetiknya dengan manusia.
Pada percobaan kali ini kami melakukan pemberian obat analgetik pada
hewan uji dengan menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus). Setelah obat
tersebut diujikan dan diamati, hasilnya akan menentukan apakah obat tersebut
dapat berefek dan membandingkannya dengan kemampuan tiap obat analgetik
lainnya, maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.2 Maksud Percobaan dan Tujuan Percobaan

3
Untuk menganalisis efek analgetik dari paracetamol, ibuprofen dan
antalgin pada hewan uji mencit (Mus musculus).
1.1.3 Prinsip Percobaan
Semakin tinggi kemampuan analgetik suatu obat semakin berkurang
jumlah geliatan mencit yang diakibatkan induksi dengan asam asetat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, le
wat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran
senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang
mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi
merupakan seni menimbang ( the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai
senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat
seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan
coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu
cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat(Marjono,M.
2011).
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap
obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak
organisme (“sola dosis facit venenum”; hanya dosis membuat racun. Paracelcus)
(Tjay Hoan, Dkk 2007).
Hewan coba / hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium adalah
hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan
nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia
adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan
yang meng-gunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan
percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset
lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian
jelas hewan per-cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya

5
menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis
(Sulaksono, M.E., 1992).
Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di
mana faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang
terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :
1) Hewan liar.
2) Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka
3) Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan
sistim   barrier (tertutup).
4) Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara
dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut
di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.
Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan
yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap
hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan
percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono,
M.E., 1987).
II.1.1 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Hewan Percobaan
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu
senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain (Malole, 1989):
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara
pemeliharaan.
3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan
percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar
terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan
penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap

6
hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif
yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang
digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan
digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa
bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses
absorpsi terlebih dahulu.
II.1.2 Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke
dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan
parenteral (Priyanto, 2008).
1.  Jalur Enteral
Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI),
seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian
melalui oral merupakan jalur pemberian obat paling banyak digunakan karena
paling murah, paling mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui
jalur enternal adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang
tidak sadar atau tidak dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini,
selain alasan di atas juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Bahkan dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan untuk
kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat harus diberikan secara enteral.
2.  Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah
transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea
menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini
dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal.
II.1.3 Hewan-Hewan Percobaan
1. Mencit (Mus musculus) (Malole, 1989)
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini
mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul

7
sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran
manusia akan mengurangi aktivitasnya.
- Cara Memegang mencit
Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan
kanan, biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang).
Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya
seerat / setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari
kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang
oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

Gambar 1. Cara memegang mencit

- Cara Pemberian
 Cara pemberian oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam
mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah
belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu
diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai
pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar.
Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru
dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.
 Cara pemberian intra peritoneal
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya
tegang, kemudian jarum disuntikkkan dengan membentuk sudut 100 dengan
abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk
menghindari terkenanya kantung kemih dan hati.
 Cara pemberian subkutan

8
Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit
di antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah kulit di antara
kedua jari tersebut.
 Cara pemberian intramuskular
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.
 Cara pemberian intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam
kandang individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi
vena untuk memudahkan penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di
bawah lampu atau dengan air hangat.
- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan
Mencit : 17-25 gram
2. Tikus putih (Rattus norvegiens) (Malole, 1989)
Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya
tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat
fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit.
Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran manusia di sekitarnya. Bila
diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak
dan sering dapat menyerang si pemegang.
 Cara memegang tikus
Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya
dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar
(kawat kandang), kemudian secara hati–hati luncurkan tangan kiri dari belakang
ke arah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk
dicengkeram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan
depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari manis.
Dengan demikian tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara jari telunjuk
dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri sehingga
tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.

9
Gambar 2. Cara memegang tikus
 Pemberian Obat
Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada
mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan
dengan bantuan pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan
pula pada daerah kulit abdomen.
- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan
Tikus putih : 150-200 gram
3. Kelinci (Oryctolagus caniculus) (Malole, 1989)
Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar
biasa. Kelinci cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah
diperlakukan dengan halus namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini
dapat ditangkap dengan memegang kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri
kemudian pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan.
 Penanganan
Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang
dapat menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).
 Cara Pemberian Obat
- Cara pemberian oral:
Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut
dan pipa lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat
digunakan slang yang lunak dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke
dalam kemudian diluncurkan ke dalam esophagus secara perlahan-lahan
- Cara pemberian subkutan:
Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi
pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian
jarum ditusukkan ke bawah kulit.
- Cara pemberian intravena:
Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah
dekat ujung telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih

10
dahulu dengan air hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat
dilakukan terutama pada hewan yang berwarna bulunya.

- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan


Kelinci : 15-20 gram
4. Marmut (Cavia porcellus) (Malole, 1989)
Marmot sebenarnya jinak dan mudah diperlakukan. Marmot dipegang dengan
mengangkat badannya dengan kedua tangan.
 Cara pemberian oral
Pemberian oral kepada marmot dapat dilakukan dengan pipa lambung dengan
bantuan hewan dianestetik lemah terlebih dahulu.
 Cara pemberian intra pertoneal
Penyuntikan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah garis tengah
dan di atas tulang kematian.
 Cara pemberian subkutan
Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah tengkuk: kulit dicubit kemudian jarum
disuntikkan ke bawah kulit.
 Cara pemberian intra pertoneal
Kelinci dipegang menggantung pada kaki belakangnya sehingga perut maju ke
depan. Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah garis tengah di muka kandung
kemih.
 Cara pemberian intramuskular
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang.
 Cara pemberian intravena
Pada marmot cara ini jarang digunakan. Penyuntikan dapat digunakan pada vena
marginalis dengan jarum yang halus dan pendek (cara ini dapat dilakukan untuk
marmot yang cukup besar) atau pada vena pada bagian paha dengan bantuan
anestetik terlebih dahulu atau pada vena penis dengan bantuan anestetik.
 Pada tiap cara pemberian ini kecuali oral, pembersihan dengan antiseptik pada
daerah penyuntikan perlu dilakukan pada sebelum penyuntikan dan setelah
penyuntikan perlu dilakukan. Jumlah volume penyuntikan dari tiap cara
pemberian dan pada berbagai hewan percobaan berbeda-beda.

11
- Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan
Marmut : 300-500 gram
II.1 Uraian Hewan Coba
II.1.1 Mencit (Mus musculus) (Syafri, M. 2010)
a. Sistem taksonomi mencit adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Mencit memiliki beberapa data biologis, diantaranya:
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama bunting : 19-21 hari
Kawin sesudah beranak : 1-24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : poliestrus
Perkawinan : pada waktu estrus
Berat dewasa : 20-40 gram (jantan)
18-35 gram (betina)
II.1.2 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Syafri, M. 2010)
a. Klasifikasi
Kingdom       : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagumorida
Family : Leporidae

12
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
b. Morfologi
Kelinci mempunyai punggung melengkung dan berekor pendek, kepalanya kecil
dan telinganya tegak lurus ke atas akan tetapi bibir terbelah dan yang bagian
atasnya bersambung hingga hidung. Mempunyai beberapa helai kumis dan
pembuluh darah banyak terdapat pada telinga.

c. Karakteristik
Masa reproduksi : 1-3 tahun
Masa hamil : 28-35 hari
Umur dewasa : 4-10 bulan
Umur kawin : 6-12 bulan
Siklus kelamin : Setahun 5 kali hamil
Periode eksterus : 11-15 hari
Jumlah kelahiran : 4-10
Volume darah : 10 ml/kg berat badan
Masa perkawinan : 1 minggu
II.2.3 Marmut (Cavia parcellus) (Syafri, M. 2010)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Caviae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia parcellus
b. Morfologi
Marmut memiliki ukuran fisik sekitar 5 inch dan 2-3 polimel ,tidak terlihat ekor
dan mempunyai bulu tebal dan mengembang dan variasi warna.

c. Karakteristik

13
Puberitas : 60-70 hari
Masa beranak : sepanjang tahun
Masa hamil : 63 hari
Jumlah lahir : 2-5 ekor
Lama hidup : 7-8 bulan
Masa tumbuh : 15 bulan
Masa laktasi : 21 hari
Frekuensi lahir  :4
Suhu tubuh : 37,8-39,50C
Volume darah : 6% BB
II.2.4 Tikus ( Rattus novergicus) (Syafri, M. 2010)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus
b. Morfologi
Memiliki kepala, badan, dan leher yang terlihat jelas, tubuhnya tertutup rambut,
ekornya bersisik, kadang-kadang berambut. Merupakan hewan liar, mempunyai
sepasang daun telinga dan bibir yang lentur.
c. Karakteristik
Lama hidup : 2-3 tahun
Lama produksi : 1 tahun
Lama hamil : 20-22 hari
Umur dewasa : 40-60 hari
Umur kawin : 10 minggu
Siklus eksterus : 9-10 gram
Berat dewasa : 300-400 gram
Jumlah anak : 9-20 ekor

14
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Kandang mencit
2. Penutup kandang yang kasar (kawat)
3. Kotak atau kandang individu kelinci
III.1.2 Bahan
Berupa hewan percobaan seperti :
1. Kelinci (Oryctolagus caniculus)
2. Mencit (Mus musculus)
III.2 Cara kerja
III.2.1 Kelinci
1. Kelinci dipegang kulit tengkuknya
2. Pantat diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan
3. Dapat digunakan kotak atau kandang individu kelinci agar tidak banyak bergerak
III.2.1 Mencit

15
1. Ujung ekor diangkat dengan tangan kanan
2. Mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang yang kasar (kawat)
sehingga tertahan ditempat
3. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tenguk seerat mungkin
4. Ekor dipindahkan, dijepit di antara jadi manis dankelingking tangan kiri
5. Mencit siap diberi perlakuan dengan tangan kanan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Pembahasan
Hewan coba / hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium adalah
hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Beberapa jenis hewan yang sering dipakai dalam penelitian maupun
praktikum yaitu:Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Marmut (Cavia
parcellus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus).
Percobaan kali ini adalah membahas tentang bagaimana cara penanganan
hewan coba sebelum kita melakukan pemberian obat terhadap hewan coba maka
dari itu kita harus mengetahui bagaimana cara penanganan hewan coba yang baik
dan benar terlebih dahulu.
Langkah awal dari percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu
mulai mempraktekkan cara memperlakukan hewan percobaan yang sebelumnya
telah dijelaskan oleh asisten. Hewan yang dipakai dalam percobaan ini adalah
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) dan Mencit (Mus musculus).
Pertama-tama dilakukan perlakuan terhadap kelinci dengan cara dielus-elus
bagian kepala sampai bagian belakang tubuhnya agar kelinci tenang dan mudah di

16
pegang. Kemudian digenggam atau dipegang pada leher kelinci dengan tangan
kanan. Lalu bagian pantat atau bagian belakang ekornya dengan tangan kiri
diangkat bersamaan dengan pegangan pada lehernya dan langsung didekapkan di
badan kita agar agar kelinci tidak mudah lepas atau melompat. Setelah itu kelinci
siap diberi perlakuan. Untuk percobaan tertentu pada hewan coba kelinci,
biasanya kelinci dimasukkan pada kotak percobaan agar tidak banyak bergerak
dan memudahkan peneliti atau praktikkan mengambil sampel misalnya darah
kelinci. Selain itu, kita tidak diperbolehkan sekali-kali memegang telinga kelinci
pada saat penanganan karena pada telinga kelinci syaraf dan pembuluh darahnya
dapat terganggu dan telinga kelinci juga sangat sensitif, sehingga bila telinganya
dipegang, maka dapat mempengaruhi system saraf pada kelinci.
Untuk mencit cara penanganannya adalah yang pertama ujung dari ekor
mencit diangkat dengan tangan kiri, dibiarkan mencit mencengkram alas penutup
kandang yang kasar yang berupa kawat sehingga tertahan ditempat, setelah itu
mencit di elus-elus agar tenang dan mudah dipegang. Kemudian ibu jari kita dan
jari telunjuk kanan menjepit tengkuk mencit seerat mungkin tetapi tidak boleh
terlalu kencang karena mencit terlalu kecil selanjutnya ekor mencit dipindahkan,
dijepit di antara jadi manis dan kelingking tangan kanan dengan demikian, mencit
yang telah terpegang oleh tangan kanan siap untuk diberi perlakuan.

17
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam hewan uji
digunakan di laboratorium, seperti Mencit (Mus musculus) dan Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) yang masing-masing memerlukan penanganan khusus.
Cara perlakuan hewan coba seperti mencit dan kelinci awalnya harus diperhatikan
kondisi dari hewan coba tersebut agar hewan coba tidak mengalami stres. Untuk
perlakuan mencit awalnya ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan
ataupun kiri ( tergatung kenyamanan praktikan dalam memegang mencit ).
Selanjutnya telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk, sedangkan
ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan (ataupun sebaliknya). Kemudian,
posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan
ekor dijepitkan diantara jari manis dan kelingking tangan kiri. Sedangkan untuk
kelinci awalnya dipegang kulit tengkuknya, kemudian pantat diangkat dengan
tangan kanan dan didekapkan ke badan.
V.2 SARAN
Sebaiknya dalam menangani hewan coba perlu diperhatikan etika-etika
penanganan hewan coba di laboratorium.

18

Anda mungkin juga menyukai