TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Anatomi Saluran Pernafasan
Hidung dibentuk ole (Wahid A., 2016) tulang sejati (os) dan
8
kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan
9
9
Olfaktorius).
b. Sinus paranasalis
maxilaris.
c. Faring
1) Nasofaring
2) Orofaring
3) Laringofaring
d. Laring
1) Trakhea
huruf C.
kolaps.
1) Alveoli
2) Paru-paru
organ tubuh lainnya bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan
dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit, tetapi paling
banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari organ yang terinfeksi
kebagian tubuh lain nya, termasuk meningitis, ginjal, tulang, dan nodus
batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive
(Chandra, 2015)
syarat kesehatan.
2. Status gizi
3. Umur
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
4. Jenis kelamin
2.2.3 Etiologi
sering disebut bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini dapat bertahn
yang lembab dan gelap, tetapi bakteri ini tidak bisa tahan atau dapat
(Widoyono, 2015).
human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka
(Kusuma, 2016)
2.2.4 Patofisiologi
lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe
dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik
respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih
parah (Somentri, 2015). Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
(Widoyono, 2015).
Sekret keluar saat batuk, pada saat batuk terhirup orang sehat
2.2.5 Komplikasi
Penyakit TBC paru jika tidak ditangani secara tidak benar akan
1) Komplikasi dini
a) Pleuritis
b) Effuse pleura
c) Emplema
d) Laryngitis
2) Komplikasi lanjut
c) Amilodosis
d) Karsinoma paru
Kepadatan penduduk
Status gizi yang kurang Kondisi lingkungan Infeksi kuman HIV/AIDS
Contoh : lembab, pencahayaan Kondisi rumah berhampitan
Imunologi menurun kurang, ventilasi kurang
Sistem imunologi menurun
lembab, pencahayaan kurang,
Kurang optimalnya Sinar UV minim masuk, ventilasi kurang
Kurang optimalnya
penanggulangan TBC pertukaran udara minim penanggulangan TBC
Sinar UV minim masuk,
Konsentrasi kuman pertukaran udara minim
meningkat
Konsentrasi kuman
meningkat
Mikobakterium tuberkulosis
Kurang
Airbone / Droplet infection
informasi
Pengobatan Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan Saluran pernafasan bawah Bronkus
lama
Bakteri yang besar bertahan di bronkus Alveolus
MK : Defisit
pengetahuan Peradangan bronkus
20
Batuk terus Penumpukan sekret Secret mengeluarkan Bakteri berubah Bakteri mengeluarkan
menerus pada bronkus bau / zat pirogen menjadi nekrotik zat pirogen
MK :
Intoleransi
MK : Bersihan Jalan Merangsang reflek mual Aktivitas
MK : Zat pirogen masuk
Nafas Tidak Efektif
Gangguan dalam tubuh
Pola Tidur Mual dan muntah Adanya
penumpukan sekret
MK : Ketidakseimbangan Terdeteksi oleh
Intake nutrisi kurang di alveolus
Nutrisi Kurang Dari leukosit
MK :
Kebutuhan Tubuh
Ansietas MK : Gangguan
Nyeri fluritik pertukaran gas Merangsang
hipotalammus
MK : Nyeri kronis meningkatkan suhu
tubuh
MK :
Ketidakefektifan
MK : Hipertermia
pola nafas
MK : Risiko
infeksi
21
2.2.7 Klasifikasi
yaitu :
a) Tuberkulosis paru
BTA positif.
(1) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
antibiotic OAT.
pengobatan.
yaitu :
(4 minggu).
a) Batuk
b) Batuk darah
c) Sesak nafas
d) Nyeri dada
(2016) :
a) Demam
munculnya keringat berlebihan di malam hari meskipun
orang normal.
(2) Anoreksia
(3) Penurunan BB
Rasa sakit ini bisa berupa sakit yang ringan sampai berat di
ke leher.
(5) Meriang
2.2.9 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
ekstra pulmons.
1) Pemeriksaan labotarium
a) Darah
kekiri.
b) Sputum
c) Tes tuberculin
d) Foto thoraks
terputus. Tiga topik dibawah ini merupakan topik yang penting untuk
pencegahan TB :
di bangsal TB dan ruang rawat, dimana staf medis dan pasien lain
antara lain :
a) Cara batuk
udara.
ruangan.
2. Filtrasi
yang tersedia.
3. Radiasi UV bakterisidal
bronkoskopi.
c) Masker
TB:
TB ke pasien lain.
30
memakai masker.
paru berat (TB meningitis dan TB milier). BCG tidak memiliki efek
a) Tes Tuberkulin
tuberkulin sebelumnya.
b) Vaksinasi Rutin
Pada bayi baru lahir hingga usia 3 bulan, dosisnya adalah 0,05 ml
3. Terapi Pencegahan
ada riwayat kontak dengan tes tuberkulin positif tetapi tidak ada
pengobatan penuh.
BCG).
bulan.
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
a) Status kesehatan
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
b) Lingkungan
c) Stess psikologis
d) Obat-obatan
e) Nutrisi
f) Motivasi
2.3.3 Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
2016).
35
paru yaitu :
tidak sembuh.
paru
2016)
b) Perubahan mood
c) Agitasi
a) Nyeri/kolik
b) Hipertiroidisme
c) Kecemasan
e) Kehamilan
penederita
tidur
2.3.8 Dokumentasi
3) Keefektifan pengobatan
2.4.1 Pengkajian
pelaksanaan, dan evaluasi. Penyakit TBC paru sering terjadi pada anak-
anak 1-4 tahun, tetapi yang paling sering TBC paru terjadi pada umur
15-50 tahun, penyakit TBC paru tidak ada keluhan sama sekali dalam
batuk/batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, dan sulit tidur. (Kozier,
1) Identitas klien
2) Keluhan Utama
berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
yang dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
6) Riwayat psikososial
2015).
sumpek.
menurun
c) Pola eliminasi
menganggu aktivitas.
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
(Black, 2014).
penyakit menular.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
tinggi badan.
rambut.
bulat.
lembab.
c) Dada/thorax
d) Pemerikasaan paru
disemua lapang.
e) Pemeriksa abdomen
f) Ekstrimitas
g) Pemerikasaan neurologi
h) Pemeriksa penunjang
45
2) leukosit meningkat.
3) Hb menurun
obstruktif kronis
2 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Pola nafas (L.01004) SIKI :Manajemen jalan nafas 1. Kecepatan nafas biasanya
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (L.01011) meningkat, dispnea, dan terjadi
3x24 jam, diharapkan pola Tekanan 1. Monitor pola nafas peningkatan kerja nafas,
nafas kembali efektif 1 2 3 4 5 (frekuensi, kedalaman, usaha kedalaman bervariasi, ekspansi
ekspirasi
Tekanan nafa) dada terbatas
1 2 3 4 5 2. Monitor bunyi nafas 2. Bunyi nafas menurun atau
inspirasi
Dispnea 1 2 3 4 5 tambahan (gurgling, mengi, adanya suara nafas tambahan
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5 wheezing, ronkhi kering) didalam paru
Kedalaman 3. Posisikan semi fowler atau 3. Posisi semi fowler akan
1 2 3 4 5 fowler mempermudah klien dalam
nafas
4. Berikan oksigen bernafas
Keterangan : 5. Berikan minum hangat 4. Memaksimalkan bernafas dan
1. Deviasi berat dari kisaran 6. Kolaborasi pemberian menurunkan kerja nafas
normal mukolitik dan ekspetoran 5. Hidrasi menurunkan kekentalan
2. Deviasi cukup dari kisaran sputum dan mempermudah
normal pengeluaran sputum
3. Deviasi sedang dari kisaran 6. Hidrasi menurunkan kekentalan
normal sputum dan mempermudah
4. Deviasi ringan dari kisaran pengeluaran sputum
normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
48
3 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Pertukaran gas (L.01003) SIKI : Pemantauan respirasi 1. Manifestasi sidtres pernafasan
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (L.01014) tergantung pada deerajat
2x24 jam, diharapkan tidak Bunyi nafas 1. Monitor frekuensi, irama, keterlibatan paru dan status
terjadi gangguan pertukaran tambahan 1 2 3 4 5 kedalaman, dan upaya nafas kesehatan umum
gas Gelisah 1 2 3 4 5 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Bunyi nafas menurun atau tidak
Dispnea 1 2 3 4 5 3. Monitor pola nafas ada bilan jalan nafas terdapat
Nafas cuping 4. Monitor adanya produksi obtruksi kecil
1 2 3 4 5 sputum 3. Kecepatan nafas biasanya
hidung
Pola nafas 1 2 3 4 5 5. Atur interval pemantauan meningkat, dispnea, dan terjadi
respirasi peningkatan kerja nafas,
Keterangan : 6. Jelaskan tujuan dan prosedur kedalaman bervariasi, ekspansi
IR : Initial Rate yaitu kondisi pemantauan dada terbatas
pasien saat dilakukan 4. Sebelum dialakukan batuk
pengkajian. efektif kita auskultasi adanya
ER : Expectation Rate yaitu produksi sputum didalam paru
harapan perawat untuk 5. Respirasi pada klien diatur
kondisi pasien. melalui pemantauan secara
interval sehingga perawta
Keterangan : mengetahui respirasi klien
1. Deviasi berat dari kisaran 6. Sebelum melakuakan tindakan
normal perawata melakukan pematuan
repirasi dan menjelasakan
2. Deviasi yang cukup, cukup
tujuan dan prosedur pemantau
dari kisaran normal respirasi
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
49
4 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Status nutrisi (L.03030) SIKI : Manajemen nutrisii 1. Dengan mengetahui nutrisi klien
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (L.03119) perawat menentukan nutrisi
3x24 jam, diharapkan Porsi makan 1. Identifikasi status nutrisi yang dibutuhkan klien
kebutuhan nutrisi pasien yang dihabiskan 1 2 3 4 5 2. Monitor asupan makanan 2. Dengan mengetahui asupan
terpenuhi Berat badan 1 2 3 4 5 3. Sajikan makanan secara nutrisi yang dibutuhkan klien
Indeks massa menarik dan suhu yang perawat mampu menentukan
1 2 3 4 5 sesuai asupan nutrisi pada klien
tubuh (ITM)
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5 4. Anjurkan posisi duduk 3. Makanan yang bisa dikonsumsi
Membrane 5. Ajarkan diet yang klien harus disesuaikan dengan
1 2 3 4 5 diprogramkan kondisi klien
mukosa
6. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Posisi duduk yang baik pada
Keterangan : untuk menentukan jumlah klien dalam mengonsumsi
IR : Initial Rate yaitu kondisi kalori dan jenis nutrisi yang makanan yaitu dengan posisi
pasien saat dilakukan dibutuhkan duduk
pengkajian. 5. Dengan mengetahui nutrisi yang
ER : Expectation Rate yaitu biasa dikonsumsi klien perawat
harapan perawat untuk mampu menentukan diet yang
kondisi pasien. baik dikonsumsi klien
6. Gizi yang dibutuhkan klien
Keterangan : harus sesuai dengan kondisi
1. Deviasi berat dari kisaran tubuh klien sehinggan bisa
normal mempercapat penyembuhan
2. Deviasi yang cukup, cukup
dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
50
5 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Termoregulasi (L.14134) SIKI : Manajemen Hipertermi 1. Dengan mengetahui hipertermi
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (I.15506) pada klien perawat mampu
2x24 jam, diharapkan terjadi Menggigil 1 2 3 4 5 1. Identifikasi penyebab menemukan penyebab dari
penurunan suhu tubuh klien Suhu tubuh 1 2 3 4 5 hipertermia gejala hipertermi klien sehingga
menurun Suhu kulit 1 2 3 4 5 2. Monitor suhu tubuh perawat bisa melakukan
Kulit merah 1 2 3 4 5 3. Monitor komplikasi akibat tindakan terapi
Pucat 1 2 3 4 5 hipertermia 2. Suhu tubuh pada klien yang
4. Sediakan lingkungan yang tidak diketahui akan
Keterangan : dingin menimbulkan hipertermi
1. Deviasi berat dari kisaran 5. Lakukan pendinginan sehingga perawat harus
normal eksternal memantau suhu tubuh klien
6. Kolaborasi pemberian cairan 3. Komplikasi pada klien akan
2. Deviasi cukup dari kisaran
dan elektrolit intravena mengakibatkan hipertermi
normal sehingga perawat harus
3. Deviasi sedang dari kisaran memantau komplikasi yang
normal diderita klien
4. Deviasi ringan dari kisaran 4. Sengan mengetahui lingkungan
normal yang sesuai dengan kondisi
klien akan mempercapat proses
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
kesembuhan klien dan klien
normal
merasa nyaman
5. Kopres merupakan salah satu
tindakan yang bisa menurunkan
suhu tubuh klien yang
mengalami hipertermi
6. Cairan dan elektrolit yang
dibutuhkan klien harus sesuai
dengan cairan yang dikeluarkan
dengan di bantu oleh tenaga
medis lain
51
6 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Pola tidur (L.05045) SIKI : Dukungan tidur (I.05174) 1. Kemampuan pola aktivitas dan
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur pada klien bisa
3x24 jam, diharapkan tidak Keluhan sulit tidur teridentifikasi sehingga klien
terjadi gangguan pola tidur 1 2 3 4 5 2. Identifikasi faktor penggangu mengetahui pola kebiasaan
tidur
Keluhan sering tidur aktivitas dan tidur
1 2 3 4 5 3. Lakukan prosedur yang 2. Pengganggu tidur bisa di
terjaga
Keluhan tidak meningkatkan kenyamanan identifikasi dengan beberapa
1 2 3 4 5 4. Sesuaikan jadwal pemberian faktor yang bisa dikurangi
puas tidur
Keluhan pola obat atau tindakan untuk sesuai dengan teknik
1 2 3 4 5 menunjang siklus tidur keperawatan
tidur berubah
Keluhan terjaga 3. Kenyamanan pada pasien bisa
istirahat tidak 1 2 3 4 5 5. Jelaskan pentingnya tidur ditingkatkan dengan melakukan
cukup cukup selama sakit teknik ralaksasi
6. Anjurkan menepati kebiasaan 4. Jadwal pemberian obat yang
Keterangan : tidur diberikan sesuai dosis akan
1. Deviasi berat dari kisaran 7. Ajarkan faktor-faktor yang membuat siklus tidur pasien
normal berkontribusi terhadap membaik
gangguan pola tidur 5. Kondisi fisik klien yang kurang
2. Deviasi cukup dari kisaran
baik akan meninmbul gangguan
normal tidur
3. Deviasi sedang dari kisaran 6. Pola tidur yang dialakuakan
normal secara konsisten akan
4. Deviasi ringan dari kisaran meningkatkan pola tidur yang
normal disesuai dengan jadwal kegiatan
klien
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
7. Dengan klien mengetahui
normal
gangguan pola tidur klien akan
bisa menghindari faktor
gangguan tidur sehingga pola
tidur klien membaik
52
7 Setelah dilakukan intervensi SLKI :Toleransi aktivitas SIKI : Terapi aktivitas (I.05186) 1. Dengan mengetahui kemampuan
keperawatan dalam waktu (L.05047) 1. Identifikasi kemampuan klien dalam beraktivitas perawat
3x24 jam, diharapkan INDIKATOR Nilai berpartisipasi dalam aktivitas mampu menentukan aktivitas
aktivitas pasien kembali Kekuatan tubuh tertentu yang sesuai dengan kondisi yang
efektif 1
2 3 4 5 2. Fasilitasi memilih aktivitas dialami klien
bagian atas
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 dan tetapkan tujuan aktivitas 2. Terapi aktivitas yang dilakukan
Frekuensi nafas 1
2 3 4 5 yang konsisten sesuai klien sebaiknya difasilitasi
Keluhan lelah 1
2 3 4 5 kemampuan fisik, psikologi, sehingga klien bisa memilih
dan sosial aktivitas sendiri dengan dipantau
Keterangan : 3. Berikan penguatan positif perawat dalam melakukan
1. Deviasi berat dari kisaran atas partisipasi dalam aktivitas
normal aktivitas 3. Aktivitas klien harus didukunng
4. Ajarkan cara aktivitas yang sehingga klien akan mempunyai
2. Deviasi cukup dari kisaran
dipilih pemikiran positif yang dapat
normal 5. Anjurkan keluarga untuk memperbaiki kondisi aktivitas
3. Deviasi sedang dari kisaran memberikan penguatan dan penyembuhan
normal positif atas partisipasi dalam 4. Perawat memberikan pilihan
4. Deviasi ringan dari kisaran aktivitas kepada klien untuk melakukan
normal 6. Kolaborasi dengan terapis aktivitas yang diinginkan klien
5. Tidak ada deviasi dari kisaran dalam merencanakan dan sehingga klien mampu
normal memonitor program aktivitas beraktivitas sesuai dengan
kondisi klien
5. Keluarga berperperan penting
dalam proses terapi aktivitas
klien sehingga klien bisa
melakukan aktivitas sendiri
dengan dipantau oleh anggota
keluarga
6. Program aktivitas yang dilakukan
klien harus sesuai dengan kondisi
klien sehingga perawat
berkolaborasi dengan perawat
terapis dan memantau aktivitas
klien
53
8 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Tingkat nyeri (L.08066) SIKI : Manajemen nyeri 1. Dengan mengetahui nyeri pada
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (I.08238) klien perawat mampu
2x24 jam, diharapkan nyeri Keluhan nyeri 1 2 3 4 5 1. Identifikasi lokasi, mengetahui lokasi, karakteristik
pada pasien hilang Meringis 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, nyeri pada klien sehingga
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5 frekuensi, kualitas, intensitas perawat mudah melakukan
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 nyeri tindakan intervensi
Pola naffas 1 2 3 4 5 2. Identifikasi skala nyeri 2. Dengan mengetahui nyeri pada
3. Berikan teknik klien perawat mampu
Keterangan : nonfarmakologi untuk menentukan skla nyeri yang
1. Deviasi berat dari kisaran mengurangi rasa nyeri dialami klien
normal 4. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Nyeri pada klien bisa diatasi
5. Jelaskan penyebab, periode, dengan teknik nonfarmakologi
2. Deviasi cukup dari kisaran
dan pemicu nyeri. sehingga klien tidak
normal 6. Kolaborasi pemberian ketergantungan dengan tenik
3. Deviasi sedang dari kisaran analgesic farmakologi dalam proses
normal penyembuhannya
4. Deviasi ringan dari kisaran 4. Dengan istirahat dan tidur pada
normal klien perawat mampu
memberikan fasilitas istirahat
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
dan tidur yang nyaman sehingga
normal
pola tidur klien membaik
5. Dengan mengetahui penyebab
nyeri dan pemicu nyeri pada
klien perawat mampu
memberikan informasi yang
aktual ke pada klien tentang
kondisi yang diderita
6. Pemberian obat anal gesik
kepada klien harus sesuai
dengan resep dokter sehingga
dalam pemberian obat tidak
akan menimbulkan genjala lain
54
9 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Tingkat ansietas SIKI : Reduksi ansietas 1. Dengan mengetahui ansietas
keperawatan dalam waktu (L.01006) (I.09314) pada klien perawat mampu
3x24 jam, diharapkan pasien INDIKATOR Nilai 1. Identifikasi saat tingkat mengetahui tingkat ansietas
tidak merasa cemas Verbalisasi ansietas klien
khawatir akibat 2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Ansietas pada klien harus
1 2 3 4 5 3. Ciptakan suasana terapiutik dipantau sehingga perawat bisa
kondisi yang
dihadapi untuk menumbuhkan mengetahui tanda-tanda ansietas
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5 kepercayaan pada klien
Frekuensi 4. Motivasi mengidentifikasi 3. Suasana yang tenang dapat
1 2 3 4 5 situasi yang memicu menumbuhkan kepercayaan dan
pernafasan
Pola tidur 1 2 3 4 5 kecemasan menghilangkan rasa kecemasan
5. Latih teknik relaksasi 4. Dengan mengetahui kecemasan
Keterangan : 6. Kolaborasi pemberian obat pada klien perawat mampu
1. Deviasi berat dari kisaran antiansietas menentukan dan mengetahui
normal pemicu dari kecemasan
5. Kondisi yang nyaman dan
2. Deviasi cukup dari kisaran
tenang akan mempercepat
normal proses penyembuhan ansietas
3. Deviasi sedang dari kisaran klien
normal 6. Obat yang diberikan yang sesuai
4. Deviasi ringan dari kisaran dengan resep dokter akan
normal mempercepat proses
5. Tidak ada deviasi dari kisaran menghilangnya kecemasan
normal
55
10 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Tingkat pengetahuan SIKI : Edukasi kesehatan 1. Dengan mengetahui kurangnya
keperawatan dalam waktu (L.12111) (I.12383) informasi tentang penyakit
1x24 jam, diharapkan paien INDIKATOR Nilai 1. Identifikasi kesiapan dan kepada klien sehingga perawat
faham tentang penyakit Kemampuan kemampuan menerima memberikan informasi tentang
menjelaskan informasi penyakit
pengetahuan 1 2 3 4 5 2. Identifikasi faktor-faktor 2. Dengan mengetahui perilaku
tentang suatu yang dapat meningkatkan klien tentang hidup bersih yang
topik dan menurunkan motivasi kurang perawat mampu
Kemampuan perilaku hidup bersih dan mengidentifikasi faktor-faktor
menggambarkan sehat yang menurunkan hidup bersih
pengalaman 3. Sediakan materi dan media klien sehingga perawat berperan
1 2 3 4 5 pendidikan kesehatan aktif dalam memberikan
sebelumnya
yang sesuai 4. Berikan kesempatan untuk motivasi kepada klien tentang
dengan topik bertanya hidup sehat dan bersih
perilaku 1 2 3 4 5 5. Jelaskan faktor resiko yang 3. Materi yang disediakan harus
Persepsi yang dapat mempengaruhi menarik dan perawat mampu
keliru terhadap 1 2 3 4 5 kesehatan menguasai materi yang akan
masalah 6. Ajarkan perilaku hidup disampaikan kepada klien
bersih dan sehat 4. Materi yang disampaikan
Keterangan : perawat yang kurang faham
1. Deviasi berat dari kisaran klien bisa bertanya langsung ke
normal perawat
5. Dengan mengetahui resiko yang
2. Deviasi cukup dari kisaran
timbul pada klien perawat
normal mampu menjelaskan faktor
3. Deviasi sedang dari kisaran resiko yang mempengaruhi
normal kesehatan kepada klien
4. Deviasi ringan dari kisaran 6. Perilaku hidup bersih dan sehat
normal harus dilakukan oleh klien
5. Tidak ada deviasi dari kisaran sehingga mengetahui bagaimana
normal cara hidup bersih dan sehat
56
11 Setelah dilakukan intervensi SLKI : Tingkat infeksi (L.14137) SIKI : Pencegahan infeksi 1. Infeksi pada klien harus
keperawatan dalam waktu INDIKATOR Nilai (I.14539) ditangani dengan tepat dengan
3x24 jam, diharapkan pasien Demam 1 2 3 4 5 1. Monitor tanda dan gejala cara perawat mengetahui dahulu
tidak terinfeksi Nyeri 1 2 3 4 5 infeksi lokal dan sistemik tanda dan gejala infeksi pada
Sputum 2. Batasi jumlah pengunjung klien
1 2 3 4 5 3. Cuci tangan sebelum dan 2. Pengunjung bisa terkontaminasi
berwarna hijau
Kultur sputum 1 2 3 4 5 sesudah kontak dengan infeksi dari klien yang terinfeksi
pasien dan lingkungan pasien sehingga jumlah pengunjung
Keterangan : 4. Pertahankan teknik aseptic yang masuk dibatasi
1. Deviasi berat dari kisaran pada pasien beresiko tinggi 3. Kebersihan tangan harus dijaga
normal 5. Jelaskan tanda dan gejala dengan cara cuci tangan
infeksi sehingga kuman atau bakteri
2. Deviasi cukup dari kisaran
6. Ajarkan etika batuk dari klien yang terkena infeksi
normal 7. Kolaborasi pemberian tidak menular ke pengunjung
3. Deviasi sedang dari kisaran imunisasi 4. Teknik aseptik sangat
normal dibutuhkan kepada klien yang
4. Deviasi ringan dari kisaran berisiko tinggi terkena infeksi
normal sehingga infeksi tidak akan
5. Tidak ada deviasi dari kisaran menular ke orang lain
normal 5. Tanda dan gejala yang dialami
klien baiknya klien mengetahui
tanda dan gejala infeksi
6. Etika dalam batuk sangat di
wajibkan dalam kesehatan
sehingga infeksi yang
penularannya melalui udara
tidak akan menimbulkan infeksi
ke orang lain
7. Imunisasi yang sesuai dan
teratur akan mencegah terkena
penyakit infeksi
57
2.4.4. Implementasi
implementasi yaitu :
2.4.5 Evaluasi