Afiq Budiawan
Dosen STAI H. M Lukman Edy Pekanbaru
Email: afiq.staile.@yahoo.com
Abstrak
Adanya pembaharuan hukum perkawinan di negara-negara muslim karena dirasa doktrin dari
satu mazhab fiqih saja yang selamana ini menjadi pijakan negara tidak lagi memadai. Karena itu
kemudian untuk menyusun materi aturan perundang-undangan hukum keluarga, banyak
negara muslim melakukan pembaharuan dalam bidang metodologi. Disinilah diperlukan
pelacakan yang mendalam terhadap konstruksi metodologi yang digunakan dalam melakaukan
pembaharuan hukum keluarga di negara-negara muslim. Adapun hasil dari penelitian ini
adalah Nalar metodologi dari Perubahan hukum perkawinan yang dilakukan di Negara-negara
Muslim mengambil berbagai bentuk sebagai berikut: Tahsis al-Qada, takhhayyur, reinterpretasi,
siyasah shar’iyyah, dan keputusan pengadilan. Sifat dan metode reformasi yang digunakan
negara-negara muslim dalam melakukan pembaharuan hukum keluarga Islam di atas secara
umum dapat dikelompokan menjadi: Intra-doctrinal reform dan Extra doctrinal reform. Serta
aplikasi dari metodologi yang dilakukan di dengara-negara Islam menyangkut materi
pembaharuan hukum perkawinan diantaranya adalah Pencatanan perkawinan, usia nikah,
perceraian, poligami dan peranjian perkawinan.
bahwa memegangi doktrin dari satu Atas dasar itu, metodologi yang
mazhab fiqih saja tidak lagi memadai. dilakukan di dunia muslim saat ini
Karena itu kemudian untuk menyusun diperlukan pembaharuan untuk
materi aturan perundang-undangan menjawab permasalahan kontemporer
hukum keluarga, banyak negara muslim yang terjadi. Dengan permasalahan diatas
melakukan takhayyur, yaitu proses seleksi maka penulis mengangkat judul “Nalar
terhadap pendapat-pendapat ulama dari Metodologi Pembaharuan Hukum Perkawinan
berbagai mazhab demi untuk di Dunia Muslim”.
mendapatkan jawaban yang paling sesuai
dengan konteks perubahan masyarakat KAJIAN TEORI
(Coulson, 1990: 185-201, 203). Takhayyur, Pembaharuan berasal dari kata
bukan ijtihad, dilakukan sebagai langkah ‘baru’ ‘baharu’ yang mendapat
awal umat Islam meninggalkan masa penambahan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’
jumud dan fanatik mazhab yang telah (Badudu, 1985: 82). Dalam Kamus Umum
dilaluinya hampir delapan setengah abad Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
(dari pertengahan abad 4 H sampai pembaharuan adalah (1) yang
dengan akhir abad 13 H) (Khallaf, 1968: sebelumnya tidak ada, atau belum pernah
103-105). dilihat (diketahui dan didengar), (2) mula-
Tahap lebih maju dari takhayyur mula atau pertama-tama dilihat (didengar
adalah melakukan interpretasi baru dan diketahuai), pada masa (zaman) akhir-
terhadap masalah-masalah tertentu dalam akhir ini, modern (Purwadarminta, 1954:
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad 93).
SAW sebagai solusi terhadap kebutuhan Secara sederhana, gerakan
masyarakat modern, seperti pembatasan pembaharuan (tajdid, renewal) dalam
poligami, pencatatan perkawinan, Islam dapat diartikan sebagai upaya, baik
mempersulit terjadinya perceraian dan secara individu maupun kelompok pada
pembatasan usia perkawinan. Interpretasi kurun dan situasi tertentu, untuk
semacam ini pada dasarnya hanya mengadakan perubahan di dalam
merupakan quasi-ijtihad. Karena belum persepsi dan praktek keislaman yang
menggunakan pendekatan yang telah mapan (established) kepada
sistematis dan metodologis yang pemahaman dan pengamalan baru.
konsisten (materi hukum Islam) yang Lazimnya, menurut Azyumardi Azra,
diformulasikan menggunakan takhayyur pembaharuan bertitik tolak dari asumsi
dan quasi-ijtihad memang dapat pandangan yang jelas dipengaruhi situasi
menghasilkan ketetapan hukum yang dan lingkungan sosial, bahwa Islam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai ralitas dan lingkungan sosial
modern, namun kedudukannya tidak tertentu tersebut tidak sesuai atau bahkan
ditopang dan dilandasi oleh bangunan menyimpang dari apa yang dipandang
ushul fiqih (filsafat dan teori hukum sebagai Islam yang sebenarnya. Islam
Islam) yang sistematis atau terpadu yang lebih sesuai dengan Islam ideal,
sehingga sering menimbulkan sesuai dengan cara pandang, pendekatan,
inkonsistensi penalaran dan memberi latar belakang sosio kultural dan
kesan oportunis yang hanya merupakan keagamaan individu, dan kelompok
penyelesaian sementara bagi masalah pembaharu yang bersangkutan. Karena
hukum yang dibutuhkan masyarakat. alasan-alasan inilah, muncul berbagai
pembaharuan dengan cara mewajibkan diarasa tidak adil lagi untuk menjamin
pencatatan perkawinan. Jadi, aturan kemaslahatan, maka para ahli
administrasi ini digunakan untuk memasukan pendapat madzhab lain, (4)
mencapai tujuan umum hukum. Reinterpretasi atau reformulasi, yaitu
Sementara Pakistan mendasarkan mengkaji ulang dalil-dalil kajian fiqih
keharusan pencatatan perkawinan pada yang dirasa tidak aktual lagi dalam situasi
Qur’an yang menharuskan pencatan dan kondisi terntentu, kemudian disusun
dalam transaksi muamalah. penafsiran dan formulasi baru. Misalnya
Tahir Mahmood berpendapat, pada pelaksanaan poligami yang dahulunya
prinsipnya bentuk (metode) mudah dan saat ini dibatasi atau
pembaharuan yang digunakan dalam dipersulit dengan syarat-syarat prosedur
hukum keluarga sama dengan yang yang tidak gampang, bahkan ditentukan
digunakan pada umumnya pembaharuan pula di Pengadilan Agama (Syarifuddin,
yaitu: (1) Ijtihad, (2) Qiyas deduktif, (3) tt: 137-138).
Ijma’ ditambah dengan dua teori baru, Esposito dalam penelitiannya
yakni (1) Takhayyur, dan (2) Talfiq. Khusus membandingkan metode pembaharuan
pembaharuan hukum perkawinan hukum keluarga yang dilakukan di Mesir
muncul fenomena: (1) adanya fenomena dan Pakistan, menyimpulkan pada
memperlakukan pandangan semua dasarnya kedua negara ini menggunakan
madzhab pada tingkatan yang sama, dan metode yang sama, yakni (1) siyasah al-
penekanan pada (2) istihsan, (3) maslahah shar’iyah, (2) Takhayyur, dan (3) Talfiq.
mursalah, (4) siyasah al-shar’iyah, (5) istidlal Namun dalam praktiknya ada perbedaan,
dan semacamnya (Mahmood, 1987: 3). dimana Pakistan menggunakan ketiga
Pendapat Amir Syarifuddin konsep itu lebih bebas. Disamping itu,
mengatakan tentang metode formulasi takhayyur yang dipraktikan di Mesir
hukum Islam menjadi (4) empat yaitu: (1) berbeda dengan praktik takhayyur
Kebijakan administrasi, sebagaiman yang tradisonal, yang biasanya hanya memilih
terjadi di Mesir. Kebijan ini menurutnya salah satu diantara mzhab populer.
adalah sebagai usaha yang menjembatani Adapun takhayyur yang digunakan di
fiqih yang tidak akan berubah dengan Mesir adalah mengambil pendapat
tuntutan masyarakat yang sudah berbeda individu dari seorang ulama (Esposito, tt:
dengan tuntutan kekinian, dengan 94-99).
membuat kebijaksanaan administrasi. Pearl menyimpulkan, negara-
Misalnya pencatatan perkawinan dan negara muslim menggunakan empat
pembatasan usia perkawinan, (2) Aturan metode dalam melakukan pembaharuan
tambahan, dalam hal ini aturan ditempuh hukum keluarga, yaitu : (1) Takhayyur, (2)
dengan tanpa mengurangi dan mengubah Talfiq, (3) siyasah al-shar’iyah, dan (4)
materi fiqih yang sudah ada. Jadi Murni memenuhi kebutuhan sosial dan
pertimbangan sosiologis dalam hal ini ekonomi tanpa mendsarkan sama sekali
menonjol. Contohnya seperti masalah terhadap alasan madzhab, yang oleh
waris pengganti, wasiat wajibah menurut pemikir lain disebut reinterpretasi
istilah hukum waris mesir, (3) menerima terhadap teks nas sesuai dengan tuntutan
cara talfiq, misalnya seperti yang terjadi di zaman (David & Menski, tt: 21-22).
Turki yang menganut aliran madzhab
Hanafi, apabila didalam beberapa hal
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 26
Afiq Budiawan
J.N.D. Anderson. Islamic Law in the Modern Rubya Mehdi, 1994. The Islamization of The
World. New York: New York Law in Pakistan. Surrevy: Curzon
University Press, 1959. Press, 1994.
J.S Badudu. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Tahir Mahmood, .Personal Law in Islamic
Bandung: Pustaka Prima, 1985. Contries, New Delhi: Time Press,
Khairuddin Nasution. Status Wanita Di 1987.
Asia Tenggara. Jakarta: INIS, 2002. Tahir Mahmood. Family Law Reform in the
Khoiruddin Nasution. Hukum Keluarga Muslim World. Bombay: N.M
(Perdata) Islam Indonesia. Yogyakarta: Tripathi PVT. LTD, 1972.
TazzaFa ACCadeMia, 2010. W.J.S. Purwadarminta. Kamus Umum
Mohammad Atho Mudzhar dan Bahasa Indonesia,Jakarta: P.N Balai
Khairuddin Nasution (Eds) Hukum Pustaka , cet. Ke 8, 1985.
Keluarga di Dunia Islam Modern.
Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Mohammad Atho Mudzhar. Islam and
Islamic Law in Indonesia: A Social-
Historical Approach, Jakarta: Office of
Religious Research &
Develompment, and Trainign,
Ministry of Religious Affairs, 2003.
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima
Madzab Alih Bahasa Masykur, Cet IV
Jakarta: Lentera, 1999.
Muhammad Sa’id Ramadan al-Buti.
Dawabit al-Maslahah fi al-Shari’ah al-
Islamiyyah, Cet. 1, Kairo” Muassasah
Risalah, 1973.
Munawir Sjadzali, Reaktualisasi Ajaran
Islam, dalam Iqbal Abdurrauf
Saimima (Penyuting), Polemik
Reaktualisasi Ajaran Islam. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1988.
Munir Fuady. Teori-Teori dalam Sosiologi
Hukum, Jakarta: Prenada Media.
2011.
N.J. Coulson. A History of Islamic Law,
Endinbrugh: Endinbrugh University
Press, 1994.
Noel J. Coulson. A Histor of Islamic Law,
Edinbrugh: Edinburgh University
Press, 1990.
Nurcholis Madjid. Islam Komedernan dan
Keindonesiaan. Bandung: Mizan, Cet
ke 2, 1988.