Anda di halaman 1dari 12

Afiq Budiawan

NALAR METODOLOGI PEMBAHARUAN


HUKUM PERKAWINAN DI DUNIA MUSLIM

Afiq Budiawan
Dosen STAI H. M Lukman Edy Pekanbaru
Email: afiq.staile.@yahoo.com

Abstrak
Adanya pembaharuan hukum perkawinan di negara-negara muslim karena dirasa doktrin dari
satu mazhab fiqih saja yang selamana ini menjadi pijakan negara tidak lagi memadai. Karena itu
kemudian untuk menyusun materi aturan perundang-undangan hukum keluarga, banyak
negara muslim melakukan pembaharuan dalam bidang metodologi. Disinilah diperlukan
pelacakan yang mendalam terhadap konstruksi metodologi yang digunakan dalam melakaukan
pembaharuan hukum keluarga di negara-negara muslim. Adapun hasil dari penelitian ini
adalah Nalar metodologi dari Perubahan hukum perkawinan yang dilakukan di Negara-negara
Muslim mengambil berbagai bentuk sebagai berikut: Tahsis al-Qada, takhhayyur, reinterpretasi,
siyasah shar’iyyah, dan keputusan pengadilan. Sifat dan metode reformasi yang digunakan
negara-negara muslim dalam melakukan pembaharuan hukum keluarga Islam di atas secara
umum dapat dikelompokan menjadi: Intra-doctrinal reform dan Extra doctrinal reform. Serta
aplikasi dari metodologi yang dilakukan di dengara-negara Islam menyangkut materi
pembaharuan hukum perkawinan diantaranya adalah Pencatanan perkawinan, usia nikah,
perceraian, poligami dan peranjian perkawinan.

Kata Kunci: Metodologi, Pembaharuan & Hukum Perkawinan

PENDAHULUAN Negara-negara muslim secara terus


Hukum perkawinan Islam, berbeda menerus melakukan upaya pembaharuan
dengan bidang hukum Islam lain, dan perubahan undang-undang hukum
merupakan hukum yang diberlakukan keluarga. Turki merupakan negara
hampir di seluruh negara-negara muslim pertama yang melakukan pembaharuan
saat ini. Pemberlakuan hukum keluarga hukum keluarga, yaitu mulai tahun 1917,
Islam di dunia muslim tersebut umumnya kemudian diikuti oleh Mesir pada tahun
dalam bentuk aturan perundang- 1920, Iran tahun 1931, Syiria tahun 1953,
undangan negara secara formal (Mudzar, Tunisia tahun 1956, Pakistan tahun 1961
2003: 93-94). Negara-negara muslim dari dan termasuk Indonesia pada tahun 1974
mulai wilayah Timur Tengah, Afrika (Mudzar, 2003: 1). Negara-negara tersebut
Utara, Asia Selatan sampai Asia Tenggara dan juga negara muslim lainnya sampai
hampir seluruhnya memiliki aturan dengan sekarang terus berusaha untuk
perundang-undangan hukum keluarga. melakukan pembaharuan undang-undang
Ini menunjukkan bahwa bidang hukum hukum keluarga sesuai dengan tuntutan
keluarga merupakan bidang hukum Islam dan perkembangan zaman kontemporer
yang sangat penting karena (Mahmood, 1972).
diimplementasikan secara merata di dunia Adanya pembaharuan hukum
Islam saat ini. keluarga di negara-negara muslim
tersebut pada awalnya karena dirasa

HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 21


Afiq Budiawan

bahwa memegangi doktrin dari satu Atas dasar itu, metodologi yang
mazhab fiqih saja tidak lagi memadai. dilakukan di dunia muslim saat ini
Karena itu kemudian untuk menyusun diperlukan pembaharuan untuk
materi aturan perundang-undangan menjawab permasalahan kontemporer
hukum keluarga, banyak negara muslim yang terjadi. Dengan permasalahan diatas
melakukan takhayyur, yaitu proses seleksi maka penulis mengangkat judul “Nalar
terhadap pendapat-pendapat ulama dari Metodologi Pembaharuan Hukum Perkawinan
berbagai mazhab demi untuk di Dunia Muslim”.
mendapatkan jawaban yang paling sesuai
dengan konteks perubahan masyarakat KAJIAN TEORI
(Coulson, 1990: 185-201, 203). Takhayyur, Pembaharuan berasal dari kata
bukan ijtihad, dilakukan sebagai langkah ‘baru’ ‘baharu’ yang mendapat
awal umat Islam meninggalkan masa penambahan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’
jumud dan fanatik mazhab yang telah (Badudu, 1985: 82). Dalam Kamus Umum
dilaluinya hampir delapan setengah abad Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
(dari pertengahan abad 4 H sampai pembaharuan adalah (1) yang
dengan akhir abad 13 H) (Khallaf, 1968: sebelumnya tidak ada, atau belum pernah
103-105). dilihat (diketahui dan didengar), (2) mula-
Tahap lebih maju dari takhayyur mula atau pertama-tama dilihat (didengar
adalah melakukan interpretasi baru dan diketahuai), pada masa (zaman) akhir-
terhadap masalah-masalah tertentu dalam akhir ini, modern (Purwadarminta, 1954:
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad 93).
SAW sebagai solusi terhadap kebutuhan Secara sederhana, gerakan
masyarakat modern, seperti pembatasan pembaharuan (tajdid, renewal) dalam
poligami, pencatatan perkawinan, Islam dapat diartikan sebagai upaya, baik
mempersulit terjadinya perceraian dan secara individu maupun kelompok pada
pembatasan usia perkawinan. Interpretasi kurun dan situasi tertentu, untuk
semacam ini pada dasarnya hanya mengadakan perubahan di dalam
merupakan quasi-ijtihad. Karena belum persepsi dan praktek keislaman yang
menggunakan pendekatan yang telah mapan (established) kepada
sistematis dan metodologis yang pemahaman dan pengamalan baru.
konsisten (materi hukum Islam) yang Lazimnya, menurut Azyumardi Azra,
diformulasikan menggunakan takhayyur pembaharuan bertitik tolak dari asumsi
dan quasi-ijtihad memang dapat pandangan yang jelas dipengaruhi situasi
menghasilkan ketetapan hukum yang dan lingkungan sosial, bahwa Islam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai ralitas dan lingkungan sosial
modern, namun kedudukannya tidak tertentu tersebut tidak sesuai atau bahkan
ditopang dan dilandasi oleh bangunan menyimpang dari apa yang dipandang
ushul fiqih (filsafat dan teori hukum sebagai Islam yang sebenarnya. Islam
Islam) yang sistematis atau terpadu yang lebih sesuai dengan Islam ideal,
sehingga sering menimbulkan sesuai dengan cara pandang, pendekatan,
inkonsistensi penalaran dan memberi latar belakang sosio kultural dan
kesan oportunis yang hanya merupakan keagamaan individu, dan kelompok
penyelesaian sementara bagi masalah pembaharu yang bersangkutan. Karena
hukum yang dibutuhkan masyarakat. alasan-alasan inilah, muncul berbagai

HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 22


Afiq Budiawan

tipelogi gerakan pembaharuan Islam. bahasa Indonesia, juga dapat ditemukan


Misalnya Puritanisme, Neo Sufisme, dari berbagai tulisan selain istilah lain
Fundamentalisme, Sekularisme atau sebagai konversi dari makna
Westernisme (Azra, tt: 179). pembaharuan. Misalnya Harun Nasution
Berbeda dengan itu, Harun dan Fazlurahman memadankannya
Nasution mengatakan bahwa dengan modernisation dalam bahasa
pembaharuan diperlukan untuk Inggris, dan tajdid dalam bahasa Arab
menyesuaikan paham-paham keagamaan (Fazlurrahman, 1970: 632). Berbeda
Islam dengan perkembangan baru yang dengan Chandra Muzffar yang
ditimbulkan akibat kemajuan ilmu menggunakan istilah Reformation
pengetahuan, dan teknologi modern. (reformasi) dan Reserrence (kebangkitan)
Memang dalam kenyataanya sebagai pandangan pembaharuan dalam
perkembangan sains dan teknologi bahasa Inggris (Muzaffar, 1985: 70-72).
modern membahas perubahan nilai, Dan Abul A’la Maududi memadankan
sistem dan sekaligus problema dalam makna pembaharuan dengan innovation
aspek hukum yang sudah tentu dalam bahasa Inggris, dan tajdid dalam
memerlukan jawaban dan penyelesaian. bahasa Arab (Maududi, 1984: 41). Khusus
Karena dengan jalan pembaharuan inilah dalam kontesk pembicaraan dalam
tokoh-tokoh Islam modern mengharap hukum Islam, Munawir Sjadzali
akan dapat melepaskan umat Islam dari menggunakan istilah Reaktualisasi Ajaran
suasana keterbelakangan untuk Islam (Sjadzali, 1988: 1-11) dan Amir
selanjutnya dibawah kepada kemajuan. Syarifuddin menggunakan istilah
(Nasution, 1975: 9). Reformulsi Fiqih (hukum Islam)
Berbeda dengan penulisan (Syarifuddin, 1990: 89-90).
tersebut, Nurcholis Majid menggunakan Bervariasinya istilah yang
istilah modernisasi untuk pembaharuan digunakan untuk maksud kata
dengan pengertian yang identik, atau pembaharuan tersebut menunjukkan ada
hampir identik, dengan pengertian perbedaan bentuk bentuk pembaharuan
rasionalisasi. Yaitu : ‘Proses perombakan itu sendiri. Seperti terlihat dari penjelasan
pola berfikir dan tata kerja lama yang Azyumardi Azra, lebih menekankan
tidak (rasional), dan menggantinya kepada ajaran Islam yang sebenarnya,
dengan pola berfikir dan tata kerja baru Islam yang ideal, yang terlepas dari
yang akliah. Keguanaanya untuk pengaruh situasi dan lingkungan yang
memperoleh daya guna dan efisiensi yang lama kepada situsi dan lingkungan yang
maksimal (Madjid, 1988: 1972). baru. Sementara itu Harun Nasution lebih
Isitilah pembaharuan yang menekankan adanya penyesuaan
dikaitkan dengan agama Islam sudah terhadap perkembangan ilmu
merupakan hal biasa yang digunakan pengetahuan dan teknologi modern. Lain
para pemikir-pemikir Islam Indonesia, halnya dengan Nurcholis Madjid yang
baik pembaharuan pemikiran Islam lebih menekankan kepada Rasional ajaran
maupun pembaharuan hukum Islam, itu sendiri.
seperti yang dijumpai tulisan-tulisan Beranjak dari penjelasan diatas dan
Harun Nasution, Amir Syarifuddin, literatur lain yang ditemukan, maka
Ibrahim Hosen, Nurcholis Madjid, dan penulis merumuskan pengertian
lian-lain. Selain pembaharuan dalam pembaharuan yang dimaksud dalam
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 23
Afiq Budiawan

disertasi ni adalah usah untuk historis. Posisi hukum keluarga berada


menciptakan sesuatu yang baru, yang pada posisi yang kedua, yang dapat
tidak dikenal sebelumnya, dengan menerima perubahan selama tidak
indikasi yang lebih rasional, sehingga bersebrangan dan menyimpang dari
lebih berdaya guna dalam memenuhi tujuan keberadaan hukum Islam
kebutuha hidup manusia, baik dengan (Maqashid al-Shariah) (Ramadan al-Buti,
mengkonversi yang lama untuk dapat 1973: 1). Pembaharuan hukum Islam
diaktualkan, ataupun menciptakan yang dirasakan perlu untuk mengadaptasi
baru dan berlum ada sama sekali. hukum Islam dengan dinamika
Dengan demikian pembaharuan masyarakat muslim yang hidup pada
hukum Islam yang dimaksud adalah zaman berbeda pada saat kemunculan
usaha untuk memahami hukum Islam hukum Islam pertama kali. Dinamika
yang ideal, yang sesungguhnya, terlepas sosial seringkali menghendaki
dari pengaruh situasi dan lingkungan pembaharuan hukum, baik secara evolutif
mujtahid yang melahirkannya. Kemudian maupun revolutif. Hukum seiring
berupa dengan sungguh-sungguh untuk berubah dengan perubahan dinamika
melakukan penafsiran ke arah yan lebih masyarakat (Fuady, 2011: 93-94).
fungsional, proposional dan rasional, agar Berkaitan denga sikap negara-
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondi negara Muslim terhadap pembaharuan
di lingkungan sekarang, baik berupa hukum keluarga Islam, secara umum
penafsiran itu bersifat modifikasi dari dapat dikategorikan menjadi tiga model.
penafsiran hukum lama yang tidak ada Pertama, negara-negara yang sama sekali
sebelumnya, maupun penemuan baru. tidak melakukan pembaharuan terhadap
hukum keluarga. Negara-negara ini,
HASIL DAN PEMBAHASAN hukum keluarga muslim yang
1. Konstruksi Nalar Metodologi diberlakukan pada warganya adalah
Pembaharuan Hukum Perkawinan di hukum keluarga yang tertulis dalam
Dunia Muslim kitab-kitab fiqih konvensional, seperti
Semenjak kemunculannya, Islam kitab fiqih al-Umm, al-Mabsut, dan al-
sangat berkaitan erat dengan upaya Mudawwanah, dll. Adapun contoh negara
konstruksi dan pembentukan masyarakat, muslim yang termasuk kategori ini adalah
yaitu upaya membentuk masyarakat lebih Arab Saudi yang memberlakukan bagi
dinamis dan lebih maju. Dalam kaitan warganya hukum tertulis dari kitab-kitab
dengan dinamika masyarakat, ada dua seperti al-Mughni, Majmu’ al-Fatawa dll.
model ajaran Islam yaitu ajaran Islam Kedua, negara-negara yang telah
yang berbentuk konstan nonadaptabel. meninggalkan konsep fiqih konvensional
Ajaran ini berkaitan dengan persoalan- dan melakukan pembaharuan secara
persoalan ritus agama yang bersifat liberal. Hukum keluarga muslim yang
transenden. Sifat ajaran Islam ini adalah diberlakukan di Negara ini adalah hukum
final-absolut tanpa menerima kritik dan keluarga muslim yang baru sama sekali,
perdebatan (ghairu qabilin li al-Naaqdi wa meskipun tidak mesti isi ada bab dalam
al-Naqash). Ajaran Islam yang lain adalah Hukum Perkawinannya semuanya baru.
ajaran yang bersifat elastis adaptabel. Masalah-masalah Hukum Perkawinan
Ajaran-ajaran ini berkaitan dengan yang baru biasanya diambil ari hukum
persoalan yang berada di wilayah praktis sipil Eropa. Turki adalah contoh negara
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 24
Afiq Budiawan

termasuk kelomok ini, walaupun terdapat perundang-undangan negara, (2) tidak


juga materi-materi hukum yang masih terikatnya umat Islam hanya pada satu
terus dimodifikasi dari konsep fiqih mazhabhukum tertentu, yang disebut
konvensional. Kemudian ketiga, negara- dengan takhayyur (seleksi) pendapat yang
negara yang mengadakan pembaharuan paling sesuai dengan kondisi masyarakat,
secara moderat untuk disesuaikan dengan (3) penerapan (tatbiqi) hukum terhadap
tuntutan dan perubahan zaman, sesuai peristiwa baru, dan (4) perubahan hukum
dengan tuntutan dan konteks dari yang alama kepada yang baru yang
kontemporer. Dapat pula dikatakan, merupakan tajdid reinterpretasi (Coulson,
pembaharuan dengan kompromi antara 1994: 149-185).
konsep konvensional dengan tuntutan Sementara itu, Anderson mencatat
dan perubahan zaman. Negara yang empat metode umum yang digunakan
masuk pada kelompok ini adalah sarjana dalam melakukan pembaharuan
mayoritas Negara Muslim, misalnya hukum keluarga Islam kontemporer
Mesir, Tunisia, Pakistan dan Indonesia adalah (1) lewat aturan dan kebijakan
(Anderson, 1959: 83). yang bersifat prosedural administratif
Menurut para pakar hukum Islam, sesuai dengan aturan zaman modern,
pembaharuan hukum Islam, termasuk yang dalam istilah lain disebut al-Siyasah
hukum perkawinan Islam, yang terjadi di al-Shari’iyyah tetapi subtansinya tidak
dunia Muslim ini disebabkan beberapa berubah, (2) Takhayyur (memilih salah
faktor, antara lain 1) Untuk mengisi satu dari sekian pandangan mazhab fiqih
kekosongan hukum karena norma-norma yang ada, bukan saja dari mazhab-
yang terdapat dalam kitab-kitab fiqih mazhab populer tetapi juga dari mazhab-
klasik tidak mengaturnya, sedangkan mazhab kecil lain, disamping juga dalam
kebutuhan masyarakat terhadap hukum satu masalah tertentu, (3) Ijtihad dengan
baru sangan mendesak untuk diterapkan, jalan mereinterpretasi teks Syari’ah, dan
2) pengaruh globalisasi ekonmi IPTEK (4) menggunakan alternatif lain, misalnya
sehinga perlu ada aturan hukum yang dengan memberikan saksi secara
mengaturnya, terutama masalah-masalah administratif bagi yang melanggar, tetapi
yang belum ada aturan hukumnya, 3) tidak berdasarkan alasan Syari’ah.
pengaruh reformasi dalam berbagai Coulson, dengan membandingkan
bidang yang memberikan peluang kepad teori yang digunakan komite Pakistan
hukum Islam untuk menjadi bahan dalam dengan Negara-negara di Timur Tengah,
membuat hukum nasional, dan 4) menyimpulkan bahwa ada satu
Pengaruh pembaharuan pemikiran perbedaan menonjol antara kedua
hukum Islam yang dilaksanakan oleh para kelompok tersebyt, yaitu apabila di
mujtahid baik tingkat Internasional, Negara-negara Timur Tengah
maupun nasional, terutama hal-hal pembaharuannya menekankan pada
menyangkut perkembangan sains dan unsur prosedural dan administrasi, yang
teknologi (Manan, 2006: 154). berarti menggunakan al-Siyasah al
Pembaharuan hukum Islam yang Shari’iyyah, sementara Pakistan berusaha
ada umumnya memiliki beberapa sifat, mendasarkan pembaharuan pada
yaitu (1) dalam bentuk kodifikasi, yaitu interpretasi teks Syari’ah. Misalnya dalam
pengelompokan hukum yang sejenis ke pembatasan kasus perkawinan anak di
dalam kitab undang-undang sebagai bawah umur, Mesir melakukan
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 25
Afiq Budiawan

pembaharuan dengan cara mewajibkan diarasa tidak adil lagi untuk menjamin
pencatatan perkawinan. Jadi, aturan kemaslahatan, maka para ahli
administrasi ini digunakan untuk memasukan pendapat madzhab lain, (4)
mencapai tujuan umum hukum. Reinterpretasi atau reformulasi, yaitu
Sementara Pakistan mendasarkan mengkaji ulang dalil-dalil kajian fiqih
keharusan pencatatan perkawinan pada yang dirasa tidak aktual lagi dalam situasi
Qur’an yang menharuskan pencatan dan kondisi terntentu, kemudian disusun
dalam transaksi muamalah. penafsiran dan formulasi baru. Misalnya
Tahir Mahmood berpendapat, pada pelaksanaan poligami yang dahulunya
prinsipnya bentuk (metode) mudah dan saat ini dibatasi atau
pembaharuan yang digunakan dalam dipersulit dengan syarat-syarat prosedur
hukum keluarga sama dengan yang yang tidak gampang, bahkan ditentukan
digunakan pada umumnya pembaharuan pula di Pengadilan Agama (Syarifuddin,
yaitu: (1) Ijtihad, (2) Qiyas deduktif, (3) tt: 137-138).
Ijma’ ditambah dengan dua teori baru, Esposito dalam penelitiannya
yakni (1) Takhayyur, dan (2) Talfiq. Khusus membandingkan metode pembaharuan
pembaharuan hukum perkawinan hukum keluarga yang dilakukan di Mesir
muncul fenomena: (1) adanya fenomena dan Pakistan, menyimpulkan pada
memperlakukan pandangan semua dasarnya kedua negara ini menggunakan
madzhab pada tingkatan yang sama, dan metode yang sama, yakni (1) siyasah al-
penekanan pada (2) istihsan, (3) maslahah shar’iyah, (2) Takhayyur, dan (3) Talfiq.
mursalah, (4) siyasah al-shar’iyah, (5) istidlal Namun dalam praktiknya ada perbedaan,
dan semacamnya (Mahmood, 1987: 3). dimana Pakistan menggunakan ketiga
Pendapat Amir Syarifuddin konsep itu lebih bebas. Disamping itu,
mengatakan tentang metode formulasi takhayyur yang dipraktikan di Mesir
hukum Islam menjadi (4) empat yaitu: (1) berbeda dengan praktik takhayyur
Kebijakan administrasi, sebagaiman yang tradisonal, yang biasanya hanya memilih
terjadi di Mesir. Kebijan ini menurutnya salah satu diantara mzhab populer.
adalah sebagai usaha yang menjembatani Adapun takhayyur yang digunakan di
fiqih yang tidak akan berubah dengan Mesir adalah mengambil pendapat
tuntutan masyarakat yang sudah berbeda individu dari seorang ulama (Esposito, tt:
dengan tuntutan kekinian, dengan 94-99).
membuat kebijaksanaan administrasi. Pearl menyimpulkan, negara-
Misalnya pencatatan perkawinan dan negara muslim menggunakan empat
pembatasan usia perkawinan, (2) Aturan metode dalam melakukan pembaharuan
tambahan, dalam hal ini aturan ditempuh hukum keluarga, yaitu : (1) Takhayyur, (2)
dengan tanpa mengurangi dan mengubah Talfiq, (3) siyasah al-shar’iyah, dan (4)
materi fiqih yang sudah ada. Jadi Murni memenuhi kebutuhan sosial dan
pertimbangan sosiologis dalam hal ini ekonomi tanpa mendsarkan sama sekali
menonjol. Contohnya seperti masalah terhadap alasan madzhab, yang oleh
waris pengganti, wasiat wajibah menurut pemikir lain disebut reinterpretasi
istilah hukum waris mesir, (3) menerima terhadap teks nas sesuai dengan tuntutan
cara talfiq, misalnya seperti yang terjadi di zaman (David & Menski, tt: 21-22).
Turki yang menganut aliran madzhab
Hanafi, apabila didalam beberapa hal
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 26
Afiq Budiawan

Perubahan hukum yang dilakukan Sfat dan metode reformasi yang


di Negara-negara Muslim mengambil digunakan negara-negara muslim dalam
berbagai bentuk sebagai berikut: melakukan pembaharuan hukum
a. Tahsis al-Qada, yaitu menerapkan keluarga Islam di atas secara umum dapat
hukum Islam melalui pengadilan dikelompokan menjadi:
dengan cara membatasi syari’ah pada a. Intra-doctrinal reform, yaitu
aspek hukum perdata Islam yang pembaharuan yang tetap merujuk pada
menjadi kompetensi peradilan. konsep fiqih konvensional, dengan cara
b. Takhhayyur, yaitu memilih berbagai 1) Takhyir (memilih pandangan salah
pendapat di dalam mazhab-mazhab satu ulama fiqih, terutama ulama di
fiqih tertentu dan tidak memilih luar mazhab), atau dapat pula disebut
pendapat dominan di dalam mazhab dengan tarjih, dan 2) talfiq
arus utama. Nama lain dari takhayyur (mengkombinasikan sejumlah
adalah talfiq, yaitu menggabungkan pendapat ulama).
bagian dari doktrin suatu mazhab b. Extra doctrinal reform, yaitu
dengan bagian dari doktrin mazhab pembaharuan yang tidak lagi merujuk
lain. pada konsep fiqih konvensional, tetapi
c. Reinterpretasi, yaitu menafsirkan ulama dengan melakukan reinterpretasi
prinsip syariah terhadap suatu isu. terhadap nass. Adapun cara dan dasar
Sebagai contoh, The Tunisian Code of yang digunakan adalah dengan
Personal Status 1965 yang menyatakan menggunakan maslahah mursalah, sadd
bahwa perceraian harus di depan al-dhari’ah, regulatori, dan administrasi
pengadilan, dan pengadilan diizinkan (Nasution, 2010: 44).
untuk mewajibkan suami membayar Secara umum dapat disimpulkan
sejumlah uang sebagai kompensasi jika bahwa metode yang digunakan, baik oleh
menurut pengadilan suami mencari- para sarjana klasik dan pertengahan
cari alasan untuk bercerai. maupun sarjana modern, terutama dalam
d. Siyasah Shar’iyyah, yaitu menerapkan bentuk aturan perundang-undangan
kebijakan dan aturan-aturan secara umum masih menggunakan
administratif yang bermanfaat dan metode parsial deduktif, yaitu
tidak bertentangan dengan syariah menggambil ketetapan hukum dari nass
e. Keputusan pengadilan, di India dan hanya dengan mencatat satu atau
bekas koloni Inggris lainnya misalnya, beberapa ayat Qur’an dan Sunnah
reformasi hukum Islam dapat kemudian diambil kesimpulan, tanpa
dilakukan melalui keputusan lebih dahulu mengkaitkan denga ayat-
pengadilan. Menurut metode ini ayat atau sunnah lain, dan meletakkan
pengadilan dapat menggunakan sebagai kesatuan yang menyatu.
penalaran hakim jika tidak ada hukum 2. Aplikasi Metodologi Pembaharuan
yang jelas di dalam nass al-Qur’an dan dalam Bidang Perkawinan
as-Sunnah. Hal ini juga dikenal di Dengan menggunakan metode-
wilayah Maroko di bawah pengaruh metode tersebut dihasilkan beberapa
mazhab Maliki bagi otoritas ‘amal atau pembaharuan materi hukum yang
praktek pengadilan dikenal luas oleh tertuang dalam aturan perundang-
para hakim (Mahmoud, tt: 64). undangan hukum keluarga di Negara-
Negara Islam, berikut aplikasi metodologi

HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 27


Afiq Budiawan

pembaharuan hukum keluarga di negara- pencatatan perkawinan. Pelanggaran


negara Islam, adapun materi yang yang terjadi akan mengakibatkan
mengalami pembaharuan diantaranya: hukuman kurungan kurang lebih 3
a. Pencatatan Perkawinan bulan atau denda sebanyak 1000 Rupee
Secara umum di negara-negara Islam, (Mehdi, 1994: 159). Pasal 5 Ordinace
berbeda dengan fiqih klasik, ditetapkan Pakistan menyatakan bahwa apabila
keharusan adanya pencatatan dalam perkawinan tidak dilakukan oleh
pernikahan. Aturan pertama yang Pegawai Pencatat Perkawinan maka
memuat pencatatan perkawinan orang yang melakukan ijab qabul itu
tertuang dalam Undang-undang Mesir wajib melaporkan pada Pegawai
tentang Organisasi dan Prosedur Pencatat Pekawinan apabila tidak
Berpekara di Pengadilan tahun 1897 dilakukan maka sebuah pelanggaran
(Egyptain Code of Organization and ((Mehdi, 1994: 160).
Procedure for Syari’ah Court of 1897). b. Pembatasan Usia Nikah
Dalam peraturan ini disbutkan bahwa Aturan yang dibelakukan di negara
pemberitahuan perkawinan atau muslim terkait batas usia nikah
perceraian harus dibuktikan dengan berbeda-beda, diantaranya: Undang-
catatan (akta). Hanya saja menurut UU undang Turki mengatur terkait batas
tahun 1897, pembuktian ini boleh usia nikah. Umur minimal orang yang
dilakukan secara oral atau lisan yang hendak melakukan penikahan 18 tahun
diketahui secara umum oleh pihak laki-laki dan perempuan 17 tahun.
yang berperkara. Sementara peraturan Namun dalam Undang-undang tahun
tahun 1911, pembuktian harus dengan 1972, dalam kasus-kasus tertentu,
resmi oleh catatan yang dikeluarkan pengadilan sering mengizinkan
pemerintah (official document) atau pernikahan pada usia 15 tahun bagi
tulisan tangan dan tanda tangan dari laki-laki dan 14 tahun bagi perempuan
seorang yang sudah meninggal. Dalam dengan seizin orang tua atau wali
peraturan tahun 1931 lebih dipertegas (Mudzar, tt: 43). Sementara dalam UU
lagi dengan kata-kata harus dibuktikan no 56 yahun 1923 Pasal 1 Mesir
secara resmi (akta) dari pemerintah dinyatakan bahwa usia minimal
(Anderson, 1951: 113-114). perkawinan bagi laki-laki 18 tahun dan
Sementara itu Iran, secara resmi perempuan 16 tahun pada saat
mengatur tentang perkawinan pada menikah (Anderson, tt: 103). Sementara
tahun 1931 pasal 1 yang menyatakan itu dalam Mudawwanah al-Ahwal al-
bahwa setiap perkawinan sebelum Shakhiyyah yang berlaku pada tahun
dilaksanakan harus dicatat pada 1958 di Maroko, ditetapkan bahwa
lembanga yang berwnang., batas usia nikah bagi laki-laki 18 tahun
pelanggaran terhadap aturan ini akan dan perempuan 15 tahun, batas umur
mengakibatkan penjara satu hingga 6 kedewasaan 21 tahun, sehingga tetap
bulan penjara. Alasan semacam ini disyaratkan adanya izin wali bagi
hanya bersifat administrasi, namun mempelai yang masih berumur
perkawinannya tetap sah (Mahmoud, dibawah 21 tahun (Mudzar, tt: 109).
tt: 259). Begitu juga di Pakistan Muslim Hukum perda Iran menyatakan
Family Law Ordinace tahun 1961, mengenai usia batas minimal nikah
diharuskan adanya pendaftaran atau bagi laki-laki 18 tahun dan perempuan
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 28
Afiq Budiawan

15 tahun. Bagi seseorang yang Aturan-aturan hukum yang mengatur


melakukan perkawinan dibawah batas tentang perceraian dalam perundang-
yang sudah ditentukan maka akan undangan Turki telah mengalami
mendapatkan saksi penjara selama 6 perkembangan yang cukup pesat jika
bulan sampai 2 tahun. Jika perempuan dibandingkan dengan fiqih
dikawinkan dibawah usia 13 tahun konvensional. Pengajuan cerai yang
maka yang mengkawinkan akan sebelumnya mutlak berada pada pihak
dikenakan penjara 2 tahun sampai 3 suami, semenjak munculnya tentang
tahun, dan juga harus membayar hak-hak keluarga tahun 1917 Pasal 129-
denda 2-20 Riyal. Hal ini telah diatur 135 pihak istri diperbolehkan
dalam Undang-undang Iran tahun mengajikan perceraian. perceraian
1931-1937 Pasal 3. dilakukan didepan pengadilan dengan
c. Poligami melakukan permohonan cerai dari
Di negara Turki di atur dalam Undang- pihak istri atau suami. Turki
Undang sipil Swiss untuk memenuhi memberlakukan percerain atas
keperluan hukum menggantikan kesepakatan bersama (suami istri)
Undang-Undang Syariah, berdasarkan berdasarkan amandemen tahun 1988.
keputusan Dewan Nasional Agung Masing-masing pihak yang merasa
tanggal 17 Februari 1926. Undang- dirugikan pihak lain sebagai akibat
Undang Sipil yang diberlakukan pada perceaian diperbolehkan mengajukan
tanggal 24 Oktober 1926 ini antara lain tuntutan ganti rugi yang layak (Pasal
menetapkan tentang azas monogami 143 Hasil Amandemen tahun 1990)
dan larangan poligami serta (Pearl & Menski, 1998: 21).
memberikan persamaan hak antara pria Di Mesir, UU No 52 tahun 1920
dan wanita dala mmemutuskan mengenal dua reformasi dalam takal
perkara perkawinan dan perceraian atau cerai, yaitu pertama hak
(Child Marriage Restraint Act, 1961). pengadilan untuk menjatuhkan talak
Pakistan dalam The Muslim Family Law dengan alasan gagal memberikan
Ordinace mengatur poligami nafkah, dan kedua, talak jatuh karena
diperbolehkan dengan izin terlebih adanya penyakit yang membahayakan.
dahulu dari pengadilan dan istrinya. Dan juga perceraian dapat dilakukan
Negara Maroko, melalui undang- dengan alasan karena perlakuan suami
undang tahun 1958, mengatur tidak baik dan pergi dalam waktu yang
pelaksanaan poligami dibatasi. Apabila lama (Mahmoud, tt: 36-37).
dikhawatirkan terjadi ketidak adilan Di Pakistan, seorang suami masih
suami terhadap istri-istri, maka berhak untuk menjatuhkan talak secara
poligami tidak diperbolehkan. sepihak diluar pengadilan, tetapi
Sedangkan dalam Undang-Undang No segera setelah itu diwajibkan untuk
100 tahun 1985 di Mesir, menyatakan melaporkan kepada Pegawai Pencatat
diperbolehkan praktik poligami namun Perceraian yang kemudian akan
apabila istri keberatan, istri membentuk Dewan Hakim (Arbitrase)
diperbolehkan mengajukan gugatan untuk menengahi dan mendamaikan
kepengadilan dengan alasan poligami kembali pasangan suami istri. Di Iran
tersebut (Mahmoud, tt: 39-46). diatur dalam Pasal 10 tahun 1967
d. Perceraian disebutkan bahwa suami diberikan
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 29
Afiq Budiawan

kewajiban untuk memberikan nafkah akan membawa akibat pada keharusan


pada Istrinya. Jika suami tidak adanya pernikahan. Namun telah
memberikan nafkah maka istri berhak adanya perjanjian, kemudahan salah
untuk menuntut perceraian ke satunya meninggal atau perjanjian itu
pengadilan. Sementara di Yordania batal, maka beberapa hadiah
berkenaan dengan perceraian diatur pemberian sebelumnya dapat diambil
dalam Pasal 1010 dan Pasal 134 kembali oleh pihak laki-laki (Anderson,
Undang-Undang no 25 tahun 1977. tt: 2013).
Menurut pasal ini suami harus Dalam hukum perkawinan Iran
mencatat talaknya di depan hakim. Tahun 1967 pasal 4 dijelaskan pasangan
Apabila suami telah mentalak istrinya yang beniat untuk melangsungkan
di diluar pengadilan syariah dan perkawinan boleh membuat perjanjian
mencatatkannya dalam masa 15 hari, dalam akad perkawinan, sepanjang
maka pelanggaran terhadap tidak bertentangan dengan tujuan
permasalah tersebut akan perkawinan. Perjajian tersebut
mendapatkan pidana yang diatur. dilaksanakan dibawa perlindungan
e. Perjanjian Perkawinan pengadilan (Mughniyah, 199: 492-493).
Perjanjian perkawinan di Mesir Disamping itu, talik talak pada
dilakukan dengan tujuan untuk dasarnya juga merupakan perjanjian
mengadakan perjanjian saling perkawinan yang terutama bertujuan
menguntungkan antara kedua pihak untuk melindungi hak-hak istri supaya
untuk mengadakan pernikahan tanpa tidak diabaikan oleh suami, termasuk
ada pembatasan atau pengekangan perjanjian untuk tidak dipoligami oleh
salah satu pihak untuk membatalkan suami.
perjanjian tersebut. Namun demikian, Dalam pandangan perundang-
jika perjanjian itu batal dan merugikan undangan Turki tentang hak-hak
pihak lain baik secara moril ataupun keluarga tahun 1917 pasal 38, misalnya,
material, maka pihak yang dirugikan dinyatakan bahwa seorang iteri berhak
dapat mengajukan perkara ke mencantumkan dalam talik talak
pengadilan atas kerugian tersebut. Jadi bahwa poligami suami dapat menjadi
perjanjian bisa dilakukan dan alasan perceraian. Begitu juga di
dibatakan oleh kedua belah pihak maroko, dalam akad mencantumkan
dengan ada kesepakatan keduanya dalam talik talak bahwa poligami
sehingga salah satu atau kedua pihak suami dapat menjadi alasan perceraian
tidak merasa dirugikan. Perjanjian ini (Nasution, 2002: 245).
tidak mengharuskan salah satu atau Begitu pula di Maroko, dalam
kedua pihak unuk melakukan akad nikah, mempelai perempuan
perkawinan apabila mereka sudah dapat mengajukan syarat untuk tidak
tidak saling mencintai lagi (El-Alami, dipoligami, apabila sayarat ini
1992: 16). dilanggar, maka istri berhak untuk
Sementara itu, di Yordania, janji mengajukan percerain ke pengadilan
untuk mengadakan pernikahan diatur (Mudhar, tt: 110). Syarat dan perjanjian
pada pasal 2 dan 3 Undang-Undang untuk tidak poligami semacam ini
tahun 1951. Pasal-pasal tersebut menurut mazhab Hanafi, Maliki dan
menjelaskan bahwa janji menikah tidak Syafi’i tidak diperbolehkan, karena
HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 30
Afiq Budiawan

mensyaratkan ketiakbolehan sesuatu DAFTAR PUSTAKA


hak yang sebenarnya dihalalkan oleh Abd al-Wahhab Khallaf. Khulasah Tarikh al
agama. Namun demikian, mazhab Tashri al-Islami. Jakarta: al-Majlis al
Hambali membolehkan persyaratan A’la al-Indunisi li al-Da’Wah al-
semacam ini. Dengan demikian, Islamiyyah, 1968.
beberapa negara Isalm tidak mengikuti Abdul Manan. Reformasi Hukum Islam di
pandangan mazhab fiqih yang Indonesia. Jakarta: Rajawali Press,
dominan di wilayahnya, tetapi 2006.
melakukan takhayyur untuk memilih Abul A’la Maududi, A Short History of The
pendapat yang dianggap paling sesuai Revivalist Movenment in Islam,
untuk masyarakat ((Mudhar, tt: 110- terjemahan Hamid L. A Basalamah,
111). Gerakan Kebangkitan Islam. Bandung:
Risalah, 1984.
KESIMPULAN Amir Syarifuddin. Pembaharuan Pemikiran
Berdasarkan permasalahan dan dalam Hukum Islam. Padang: Angkasa
tujuan penelitian yang dirumuskan Raya, 1990.
sebelumnya, maka pada pembahasan ini Azyumardi Azra. Akar Akar Historis
dapat dibuat kesimpulan sebagai jawaban Pembaharuan Islam di Indonesia Neo-
terhadap permasalahan yang diangkat Sufisme Abad Ke 11-12 H, dalam
sebagai berikut: Tasawuf. Jakarta: Yayasan Wakaf
1. Nalar metodologi dari Perubahan Paramadina, t.t.
hukum yang dilakukan di Negara- Chandra Muzaffar. Kebangkitan Islam:
negara Muslim mengambil berbagai Suatu Pandangan Global, dalam
bentuk sebagai berikut: Tahsis al-Qada, Harun Nasution dan Azyumardi
takhhayyur, reinterpretasi, siyasah Azra, 1985, Perkembangan Modern
shar’iyyah, dan keputusan pengadilan. dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor
Sifat dan metode reformasi yang Indonesia.
digunakan negara-negara muslim David Pearl and Werner Menski. Muslim
dalam melakukan pembaharuan Family Law, third edition. London:
hukum keluarga Islam di atas secara Sweet and Maxwell, 1998.
umum dapat dikelompokan menjadi: Dawoud Sudqi El-Alami. The Marriage
Intra-doctrinal reform dan Extra doctrinal Contract in Islamic Law in The Syariah
reform. and Personal Status Laws of Egypt and
2. Adapaun aplikasi dari metodologi yang Marocoo. London: Hartnoll Ltd, Cet.
dilakukan di dengara-negara Islam I, 1992.
menyangkut materi pembaharuan Fazlurahman. Revival and Reform in Islam
hukum keluarga diantaranya adalah The Cambridge Histori of Islam.
Pencatanan perkawinan, usia nikah, London: Cambridge University
perceraian, poligami dan peranjian Press, jilid 2, 1970.
perkawinan. Harun Nasution. Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press,
cet. Ke 6, jilid II, 1986.
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam.
Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 31


Afiq Budiawan

J.N.D. Anderson. Islamic Law in the Modern Rubya Mehdi, 1994. The Islamization of The
World. New York: New York Law in Pakistan. Surrevy: Curzon
University Press, 1959. Press, 1994.
J.S Badudu. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Tahir Mahmood, .Personal Law in Islamic
Bandung: Pustaka Prima, 1985. Contries, New Delhi: Time Press,
Khairuddin Nasution. Status Wanita Di 1987.
Asia Tenggara. Jakarta: INIS, 2002. Tahir Mahmood. Family Law Reform in the
Khoiruddin Nasution. Hukum Keluarga Muslim World. Bombay: N.M
(Perdata) Islam Indonesia. Yogyakarta: Tripathi PVT. LTD, 1972.
TazzaFa ACCadeMia, 2010. W.J.S. Purwadarminta. Kamus Umum
Mohammad Atho Mudzhar dan Bahasa Indonesia,Jakarta: P.N Balai
Khairuddin Nasution (Eds) Hukum Pustaka , cet. Ke 8, 1985.
Keluarga di Dunia Islam Modern.
Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Mohammad Atho Mudzhar. Islam and
Islamic Law in Indonesia: A Social-
Historical Approach, Jakarta: Office of
Religious Research &
Develompment, and Trainign,
Ministry of Religious Affairs, 2003.
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima
Madzab Alih Bahasa Masykur, Cet IV
Jakarta: Lentera, 1999.
Muhammad Sa’id Ramadan al-Buti.
Dawabit al-Maslahah fi al-Shari’ah al-
Islamiyyah, Cet. 1, Kairo” Muassasah
Risalah, 1973.
Munawir Sjadzali, Reaktualisasi Ajaran
Islam, dalam Iqbal Abdurrauf
Saimima (Penyuting), Polemik
Reaktualisasi Ajaran Islam. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1988.
Munir Fuady. Teori-Teori dalam Sosiologi
Hukum, Jakarta: Prenada Media.
2011.
N.J. Coulson. A History of Islamic Law,
Endinbrugh: Endinbrugh University
Press, 1994.
Noel J. Coulson. A Histor of Islamic Law,
Edinbrugh: Edinburgh University
Press, 1990.
Nurcholis Madjid. Islam Komedernan dan
Keindonesiaan. Bandung: Mizan, Cet
ke 2, 1988.

HUKUMAH | Volume 01, Nomor 1, Desember 2017 32

Anda mungkin juga menyukai