Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

NAMA : Rahmat Darmawan

NIM : K7718062

PRODI : Pendidikan Akuntansi

MT/SMT/KELAS : Bimbingan dan Konseling/4/B

PENGAMPU : Adi Dewantoro, M.Pd.

1. Hakikat Bimbingan dan Konseling Komprehensif


A. Hakikat Bimbingan
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:99), bimbingan merupakan proses
pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada induvidu atau kelompok agar dapat
mengembangkan kemampuannya, memanfaatkan kekuatan dan sarana yang ada, serta
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang ada.
Dalam PP No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah mengatakan bahwa
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada induvidu atau kelompok (di dalam lingkungan sekolah
termasuk peserta didik) oleh seorang ahli dalam rangka menemukan pribadi
(mengembangkan kemampuan dan memanfaatkan kekuatan yang ada), mengenal
lingkungan (termasuk di dalamnya mengembangkan kemampuan sesuai norma-norma
yang ada), serta merencanakan masa depan.
B. Hakikat Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105), konseling adalah proses pemberian
bantuan melalui wawancara oleh seorang ahli (konselor) kepada induvidu yang sedang
mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya masalah tersebut.
Menurut Winkel (2005:34), konseling adalah serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimingan untuk membantu induvidu (klien atau konseli) secara tatap muka agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri dalam berbagai masalah khusus.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan
kegiatan tatap muka (wawancara) yang dilakukan antara konselor dengan klien untuk
membantu dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
C. Hakikat Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan yang diberikan konselor
kepada induvidu atau kelompok (di lingkungan sekolah berarti peserta didik) untuk dapat
mandiri dan berkembang sacara maksimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, dan
karir, dengan melalui layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

2. Poin Sentral Layanan BK Komprehensif


Para ahli mendefinisikan layanan BK itu dengan cara bervariasi namun pada dasarnya
mempunyai hakikat, tujuan, dan prosedur yang sama yaitu untuk memberikan bantuan
kepada induvidu agar dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal.
Gysbers & Henderson (2006) menyebutkan lima premis dasar mengenai layanan BK
komprehensif, yaitu:
1) Tujuan BK bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan
Maksudnya adalah dalam pendidikan ada standar kompetensi yang harus dicapai.
Segala aktivitas dan pelayanan BK harus diarahkan untuk mencapai kompetensi yang
ada.
2) Bersifat pengembangan
Memfasilitasi pengalaman-pengalaman belajar yang membantu peserta didik untuk
tumbuh, berkembang, dan mandiri.
3) Kolaborasi antar staff
Berasumsi bahwa tanggung jawab kegiatan bimbingan melibatkan seluruh personalia
yang ada di sekolah dengan sentral koordinasi dan tanggung jawab ada di tangan
konselor bersertifikasi.
4) Sistematis
Melakukan serangakaian proses yang sistematis sejak perencanaan, desain,
implementasi, evaluasi, dan berkelanjutan agar kegiatan tepat sasaran dan terukur.
5) Program BK ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh
Faktor pemimpin menjamin akuntabilitas dan pencapaian program BK.

3. Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi Guru


Bimbingan dan Konseling sebagai supporting system, yaitu membantu dan
memotivasi peserta didik dalam proses belajarnya. Sebagai guru yang profesional, guru harus
menjalankan seluruh tugasnya dengan baik. Guru memiliki tugas utama untuk mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik  (UU
No. 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen). Kaitannya dengan bimbingan dan konseling,
banyak peserta didik yang mempunyai banyak masalah dan jika dibiarkan, masalah tersebut
dapat berdampak semakin buruk bagi peserta didik. Di sinilah letak urgensi layanan BK bagi
guru mapel. Guru harus dapat membimbing, mengarahkan, atau bahkan memotivasi peserta
didik agar kesulitan atau masalah yang dialami peserta didik dapat teratasi.
Pentingnya layanan BK ini agar guru dapat melakukan tindakan yang tepat untuk
menangani peserta didiknya. Guru dapat memberikan pilihan-pilihan yang ditawarkan kepada
peserta didik untuk meyelesaikan masalahnya. Guru juga harus dapat menjadikan peserta
didiknya menjadi manusia yang bermanfaat serta harus dapat melakukan perubahan positif
bagi peserta didik. Pengetahuan tentang BK tidak hanya dibutuhkan oleh guru BK saja, tetapi
untuk semua guru, termasuk guru mapel. Maka dari itu, guru harus mengetahui bagaimana
peran BK bagi dirinya dibutuhkan oleh peserta didik agar tepat dalam menangani berbagai
permasalahan yang ada. Dengan demikian, guru mapel dapat mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk membantu guru BK dalam pelayanan bimbingan konseling serta upaya
tindak lanjutnya sehingga memudahkan bagi keduanya dalam menyelesaikan permasalahan
peserta didik.

Referensi:

Gysbers, N. C. & Henderson, P. (2006). Developing & Managing Your School Guidance and
Counseling Program. Alexandria: American Conseling Association

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua. Jakarta: PT.
Renika Cipta

Winkel, W.S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Gramedia.

Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen

Anda mungkin juga menyukai