Nadia Azzah Aulia S - 1811010061 - Gangguan Kehamilan
Nadia Azzah Aulia S - 1811010061 - Gangguan Kehamilan
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
Diampu oleh Ns. Nur Isnaini, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di
dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat
penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh terhadap
morbiditas dan mortalitas. Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di
negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu
untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
Trimester ini adalah trimester terakhir dari kehamilan. Janin Ibu sedang
berada di dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin bertambah besar
sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Semakin besar janin maka akan
semakin terasa seluruh pergerakan yang dilakukan olehnya. Ibu harus menjaga
asupan nutrisi yang bergizi dan juga jaga asupan cairan untuk janin Ibu.
Trimester terakhir ini akan diwarnai dengan peningkatan frekuensi ke kamar
mandi, sesak karena tekanan di diafragma, dan heartburn. Berikut ini adalah
tabel perubahan fisiologi ibu selama kehamilan dan perkembangan janin
selama kehamilan dari usia 27 minggu sampai 40 minggu.
Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua
ibu hamil mengalaminya. Sayangnya tidak semua wanita hamil mengetahui apa
saja gangguan yang bisa terjadi pada ibu hamil. Minimnya pengetahuan ibu hamil
tentang gangguan-gangguan yang bisa terjadi saat kehamilan membuat ibu hamil
tidak menyadari jika kehamilannya mengalami gangguan. Tidak hanya itu saja,
yang memprihatinkan adalah saat gangguan itu datang ibu hamil tidak tahu apa
yang harus dilakukannya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi
kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil
akan mengalami banyak gangguan, mulai gangguan yang ringan sampai dengan
gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan terjadi sebaiknya perlu
diwaspadai dan diketahui. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan edukasi maupun pelayanan sesuai dengan standar yang diterapkan.
A. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian patologi kehamilan?
b. Apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan?
c. Apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan?
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian patologi kehamilan
b. Untuk mengetahui apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan
c. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Patologi Kehamilan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini, 2009). Bidang patologi terdiri atas patologi
anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan
mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi
yang nyata pada fisiologis tubuh.
Ada beberapa macam patologi yang harus di antisipasi oleh setiap tenaga
kesehatan yaitu : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas, dll.
Patologi kehamilan terdiri atas : mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik,
solutio plasenta, pre-eklamsia, eklamsia, plasenta previa (Sujiatini, 2009).
B. Macam-macam Gangguan Pada Kehamilan
Hiperemesia
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu.
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun
diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :
1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan
kehamilan ganda.
c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya mengakibatkan
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan
tertimbunya zat toksik.
d. Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi
tiga tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,
menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun,
dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100
kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah
kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, suhu tubuh terkadang naik,
serta mata sedikit iterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti,
nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin
turun.
e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum
sedikit demi sedikit.
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid,
disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan
dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis (Mitayani, 2009).
Pre-eklampsi-Eklampsi
a. Pengertian Pre-Eklampsi dan Eklampsi
Pre-Eklampsi dan Eklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu :
hipertensi, proteinuria, dan odema yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa
(Wiknjosastro, 2002). Pada tingkat tanpa kejang disebut pre-eklampsi dan
pada tingkat dengan kejang disebut eklampsi. Dari beberapa definisi diatas
dapat diketahui bahwa pre-eklampsi dan eklampsi merupakan merupakan
penyakit yang dapat timbul pada saat kehamilan.
b. Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun.
Distensi rahim berlebihan pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil
mola. Penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, dan
kegemukan.
c. Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, odema kaki, tangan sampai muka. Terjadi gejala
subjektif berupa kenaikan tekanan darah, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas, berkurangnya urin, penurunan kesadaran ibu hamil
sampai koma, dan terjadinya kejang.
d. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu : lidah tergigit, terjadi perlukaan dan fraktur,
gangguan pernafasan, perdarahan otak, solusio plasenta, merangsang
persalinan.
2) Komplikasi pada janin : kematian bayi dalam kandungan, lahir
prematur.
C. Macam-macam Perdarahan
KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi (Murria, 2002).
b. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang
memegang peranan adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba
congenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.
c. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai
berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan
lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua
pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Hal ini menunjukkan
kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi (Mitayani, 2009).
d. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3. Lokasi kehamilan ektopik
4. Kondisi anatomis organ pelvis
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang
belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009).
Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).
b. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan kromosom,
lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan
HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam
uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
4. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar,
kurang lebih bundar dengan dinding.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi
lebih dari 3 kali.
d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola
hidatidosa” adalah :
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervagina berulang. Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam Sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah:
Diagnosis dini untuk menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus
pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak
teratur atau spotting, c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan
servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin,
pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi
uterus).
5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009).
Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta
akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi
atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn (prae = didepan,
vias=jalan) (Djamhoer. 2005). Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa
merupakan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai
bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram.
b. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara
lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, sectio caesaria, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun
(usia tua). Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang.
Adanya tumor seperti mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang
pada ibu yang malnutrisi.
c. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang
dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu
misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis
yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment
opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002).
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila jaringan plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila jaringan plasenta menutupi
sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis, yaitu plasenta yang tepinya terletak pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila jaringan plasenta berada kira-kira
3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba (Prawirohardjo, 2008).
d. Gejala Klinis
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari
encer sampai menggumpal.
e. Komplikasi
Komplikasi pada ibu adalah : letak janin tidak normal, sehingga
menyebabkan partus akan menjadi patologik, perdarahan sampai syok,
infeksi karena perdarahan yang banyak, robekan-robek jalan lahir.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau
mati.
Solutio Plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat
yang normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi
pada setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari
tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung
sejak kehamilan 28 minggu.
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption
plasentae, accidental hemorrhage dan premature separation of the normali
implated placent (Mochtar. 1998).
1. Kelahiran prematur
Ketika bayi lahir antara minggu ke 38 – 42, maka disebut dengan bayi
cukup bulan (full term). Apabila bayi lahir dibawah 38 minggu kehamilan,
maka disebut dengan prematur dan memiliki risiko lebih tinggi. Apabila
terjadi tanda persalinan dini, bedrest total dapat membantu mengurangi
gejala tersebut.
5. Plasenta previa
2) Tipe 2
3) Tipe 3
4) Tipe 4
6. Abrupsio plasenta
9. Polihidramnion
10. Oligohidramnion
BAB III
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
2) Keluhan Utama
c) Pengukuran TTV
- Tekanan darah
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistol atau 90
diastolik. Juga perubahan 30 sistol dan 15 diastol di atas tensi
sebelum hamil menandakan toxaemia gravidarum.
Normal : 140/90 mmHg.
- Nadi
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
a) Air kencing (Protein unrin dan glukosa urine)
b) Darah
Dari darah perlu ditentukan Hb, 3 bulan sekali karena pada
orang hamil sering timbul anemia karena defisiensi Fe.
Hb Normal wanita hamil 11 g %
Klasifikasi anemia :
2. Diagnosa Keperawatan
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 30 Juni 2014
Rifaldi Zulkarnaen
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. “R”
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Alamat : Penambongan
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan sulit BAB selama hamil SEJAK
KAPAN……..dan cemas dalam menghadapi kelahiran.
3) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan menarche usia 15 tahun. Klien menstruasi
sebelum hamil teratur setiap 1 bulan sekali denagn lamanya 7 hari.
Klien mengatakan tidak ada masalah selama menstruasi.
4) Riwayat Kehamilan Yang Lalu
Tahun Usia Gravida Lama Partus L/ P BBL/ PB Tipe Partus Tempat Partus Keterangan/
Komplikasi
2004 39 minggu 4 jam P 3,1 kg/ 48 cm Normal RSUD Sleman Tidak ada
perdarahan
Klien mengatakan tidak pernah keguguran. Pada kehamilan pertama klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu untuk ibu
hamil.
Keterangan :
1
: Suami klien (Tn.”H” ,37 thn)
: Laki-laki
: Perempuan
-------- : Tinggal serumah.
7) Rencana Pesalinan
Klien mengatakan MErencanaKAN melahirkan di Puskesmas
Mlati II. Klien belum menyiapkan darah untuk persiapan jika terjadi
perdarahan saat persalinan nanti. Klien mengatakan orang yang akan
mengantar persalinan nanti adalah suami dan ibunya.
Klien mengatakan setelah kelahiran anak keduanya ini nanti,
klien belum berencana untuk mengunakan KB lagi.
d. Pola Aktivitas
1) Sebelum hamil
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Mandi v v
Toiletting v
Berpakaian v v
Berpindah v
ROM v
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
4 : Tergantung total
2) Selama hamil
Klien mengatakan selama hamil klien lebih banyak tidur. Klien
mengatakan setiap seminggu sekali klien mengikuti senam ibu hamil.
Klien tidak mengalami gangguan aktivitas selama hamil, klien dapat
melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
mengatakan mengurangi aktivitas yang terlalu berat seperti mengepel
dan mencuci yang terlalu banyak dan lebih sering duduk karena klien
mudah lelah.
e. Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan seorang ibu yang sedang hamil dan seorang istri.
f. Pola Peran Hubungan
Hubungan klien dengan orang sekitarnya baik. Klien berhubungan baik
dengan keluarganya dan dengan lingkungan sekitar.
h. Pola Seksualitas
Selama hamil klien mengatakan jarang melakukan hubungan suami-istri
karena klien takut berhubungan pada saat hamil. Klien mengatakan
merasakan ada sesuatu yang kurang dengan pola seksualitasnya dan klien
ingin mengetahui metode alternatif dalam berhubungan selama kehamilan.
4. Pengkajian psiko-sosial-budaya-spiritual
a. Psikologi
1) Konsep Diri
a) Identitas diri
Klien dapat menyebutkan namanya yaitu Ny."R”. Klien
menyadari dirinya seorang perempuan dan berpenampilan
selayaknya ibu hamil.
b) Harga diri
Klien mengatakan mengikuti kegiatan-kegiatan rutin PKK
atau arisan.
c) Gambaran diri
Klien mensyukuri kehamilannya saat ini walaupun bukan
kehamilan yang direncanakan. Klien mengatakan sangat berhati-
hati dengan kehamilannya.
d) Peran diri
Klien menyadari bahwa perannya sebagai ibu dari putrinya
dan bagi calon buah hatinya serta istri bagi suaminya.
e) Ideal diri
Klien mengatakan ingin melahirkan dengan normal tanpa
masalah. Klien mengatakan tetap mensyukuri apapun jenis kelamin
anaknya nanti dan akan tetap merasa bahagia
2) Intelektual
Klien mengatakan mengetahui tentang kehamilan, proses
persalinan dan masa nifas.
3) Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga,suami,dan
masyarakat baik..
4) Support system
Klien mengatakan mendapat dukungan penuh dengan
kehamilannya dari suami dan keluarga klien.
b. Aspek sosial
Klien berbicara dengan bahasa Indonesia dan kadang bercampur
dengan bahasa Jawa. Klien berbicara dengan jelas dan menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan baik.
c. Aspek Budaya
Klien mengatakan berasal dari Jogjakarta tepatnya dari
Nambongan,Mlati. Klien mengikuti budaya yang ada di sana seperti adat 7
bulanan dan selapanan. Menurut klien budaya tersebut tidak memberatkan
karena klien juga melakukan budaya tersebut.
d. Aspek spiritual
Klien mengatakan menjalankan kewajiban sholat 5 waktu. Klien
selalu berdoa setelah sholat untuk kelancaran kehamilan dan proses
kelahirannya nanti.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
TB : 152,5 cm
IMT : 28,8 …………….sEBELUMNYA
c. Tanda-Tanda Vital :
N : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
TD : 110/ 80 mmHg
RR : 20 x/ menit
S : 36 oC
b. Mata
Mata berfungsi secara normal (dapat melihat dengan jelas). Konjungtiva
anemis, mata simetris, sklera tak ikterik, pupil isokor.
c. Telinga
Kedua telinga klien masih baik. Keadaan telinga klien bersih dan tidak
ada kotoran.
d. Hidung
Hidung masih berfungsi secara normal atau masih dapat membau
berbagai bau-bauan. Pernafasan tidak menggunakan cuping hidung.
Hidung klien terlihat bersih.
e. Mulut
Klien berbicara dengan jelas, tidak luka atau sariawan, mulut dan gigi
klien terlihat bersih, dan tidak berbau.
f. Leher
Leher tegak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama
dengan warna sekitar. Tidak ada nyeri tekan.
g. Dada
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, ekspansi dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa pada dada klien.
Perkusi : Suara perkusi dada resonan pada bagian paru-paru
dan pekak jantung pada interkosta 4 sinistra.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Detak jantung cepat dan kuat. Bunyi
jantung S1-S2 murni (tidak ada bunyi jantung tambahan).
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada luka, warna sawo matang
dan tidak ada rambut.
Perkusi : Suara redup pada kuadran kiri atas dan kiri bawah, suara
timpani pada kuadran kanan atas dan kanan bawah.
Leopold 1 : TFU: 25 cm
i. Ekstremitas :
Atas : Simetris, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada luka.
LILA : 31,5 cm
Bawah : Simetris, tidak ada edema, tugor kulit sedang, tidak ada luka,
capilari refill 2 detik.
j. Pemeriksaan Penunjang
Golongan Darah : B
Hb : 13,6 gr%
Vitamin C 3x1
Kalk 3x1
B. ANALISA DATA
Data Masalah Penyebab
C. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan mekanik kehamilan (pembesaran
uterus).
2. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketidaknyamanan.
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA