Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “R” DENGAN

GANGGUAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER III

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
Diampu oleh Ns. Nur Isnaini, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Nadia Azzah Aulia Salsabila 1811010061

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di
dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat
penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh terhadap
morbiditas dan mortalitas. Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di
negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu
untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.

Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh


ibu yang mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu
perhatian khusus, untuk mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang
dijumpai pada persalinan, baik penyakit komplikasi dan lain-lain.

Pembagian Trimester (Doenges, Marilyn, 2001:57)

1. TM I (usia kehamilan 0-12 minggu)


2. TM II (akhir UK 12 minggu-28 minggu)
3. TM III (akhir UK 28 minggu-40 minggu)
4. Kehamilan Trimester III

Trimester ini adalah trimester terakhir dari kehamilan. Janin Ibu sedang
berada di dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin bertambah besar
sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Semakin besar janin maka akan
semakin terasa seluruh pergerakan yang dilakukan olehnya. Ibu harus menjaga
asupan nutrisi yang bergizi dan juga jaga asupan cairan untuk janin Ibu.
Trimester terakhir ini akan diwarnai dengan peningkatan frekuensi ke kamar
mandi, sesak karena tekanan di diafragma, dan heartburn. Berikut ini adalah
tabel perubahan fisiologi ibu selama kehamilan dan perkembangan janin
selama kehamilan dari usia 27 minggu sampai 40 minggu.
Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua
ibu hamil mengalaminya. Sayangnya tidak semua wanita hamil mengetahui apa
saja gangguan yang bisa terjadi pada ibu hamil. Minimnya pengetahuan ibu hamil
tentang gangguan-gangguan yang bisa terjadi saat kehamilan membuat ibu hamil
tidak menyadari jika kehamilannya mengalami gangguan. Tidak hanya itu saja,
yang memprihatinkan adalah saat gangguan itu datang ibu hamil tidak tahu apa
yang harus dilakukannya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi
kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil
akan mengalami banyak gangguan, mulai gangguan yang ringan sampai dengan
gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan terjadi sebaiknya perlu
diwaspadai dan diketahui. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan edukasi maupun pelayanan sesuai dengan standar yang diterapkan.
A. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian patologi kehamilan?
b. Apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan?
c. Apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan?

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian patologi kehamilan
b. Untuk mengetahui apa saja macam-macam gangguan pada kehamilan
c. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendarahan dalam kehamilan

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Patologi Kehamilan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang
menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini, 2009). Bidang patologi terdiri atas patologi
anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan
mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi
yang nyata pada fisiologis tubuh.
Ada beberapa macam patologi yang harus di antisipasi oleh setiap tenaga
kesehatan yaitu : patologi kehamilan, patologi persalinan, patologi nifas, dll.
Patologi kehamilan terdiri atas : mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik,
solutio plasenta, pre-eklamsia, eklamsia, plasenta previa (Sujiatini, 2009).
B. Macam-macam Gangguan Pada Kehamilan
Hiperemesia
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu.
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun
diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :
1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan
kehamilan ganda.

2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi,


perubahan metabolik akibat kehamilan, dan resistensi ibu yang
menurun.
3. Faktor psikologis.

c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya mengakibatkan
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan
tertimbunya zat toksik.

Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak


tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi
yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),
sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani, 2009).

d. Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi
tiga tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,
menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun,
dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100
kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah
kering, dan mata cekung.

2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, suhu tubuh terkadang naik,
serta mata sedikit iterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi,
hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti,
nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin
turun.
e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum
sedikit demi sedikit.
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid,
disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan
dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis (Mitayani, 2009).

Pre-eklampsi-Eklampsi
a. Pengertian Pre-Eklampsi dan Eklampsi
Pre-Eklampsi dan Eklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu :
hipertensi, proteinuria, dan odema yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa
(Wiknjosastro, 2002). Pada tingkat tanpa kejang disebut pre-eklampsi dan
pada tingkat dengan kejang disebut eklampsi. Dari beberapa definisi diatas
dapat diketahui bahwa pre-eklampsi dan eklampsi merupakan merupakan
penyakit yang dapat timbul pada saat kehamilan.

b. Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun.
Distensi rahim berlebihan pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil
mola. Penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, dan
kegemukan.

c. Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, odema kaki, tangan sampai muka. Terjadi gejala
subjektif berupa kenaikan tekanan darah, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas, berkurangnya urin, penurunan kesadaran ibu hamil
sampai koma, dan terjadinya kejang.
d. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu : lidah tergigit, terjadi perlukaan dan fraktur,
gangguan pernafasan, perdarahan otak, solusio plasenta, merangsang
persalinan.
2) Komplikasi pada janin : kematian bayi dalam kandungan, lahir
prematur.
C. Macam-macam Perdarahan
KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar
cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi (Murria, 2002).
b. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang
memegang peranan adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba
congenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.
c. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai
berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan
lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua
pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Hal ini menunjukkan
kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi (Mitayani, 2009).
d. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3. Lokasi kehamilan ektopik
4. Kondisi anatomis organ pelvis
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang
belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009).

Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).
b. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan kromosom,
lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan
HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam
uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
4. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga
semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar,
kurang lebih bundar dengan dinding.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi
lebih dari 3 kali.

8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran


kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
d. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat
juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa nyeri pada perut bagian
bawah.
e. Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi
selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi.
Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada
kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui
pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak
keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus
sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi
antibiotik (Mitayani, 2009).
Mola Hydatidaosa
a. Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut
juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam
Sujiatini, 2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik
villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah
kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat
kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan
permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,
2009).
b. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropobalast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4. Kekurangan protein.
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam,
1998: 238 dalam Sujiyatini, 2009).
6.
c. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari
penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-
5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah
abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi
cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari
hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya
embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal
yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia,
Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).

d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola
hidatidosa” adalah :
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervagina berulang. Darah cenderung berwarna coklat.
Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam Sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah:
Diagnosis dini untuk menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus
pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak
teratur atau spotting, c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan
servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin,
pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi
uterus).
5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009).
Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta
akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi
atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn (prae = didepan,
vias=jalan) (Djamhoer. 2005). Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa
merupakan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai
bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram.
b. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara
lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, sectio caesaria, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun
(usia tua). Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang.
Adanya tumor seperti mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang
pada ibu yang malnutrisi.

c. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang
dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu
misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis
yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment
opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002).
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila jaringan plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila jaringan plasenta menutupi
sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis, yaitu plasenta yang tepinya terletak pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila jaringan plasenta berada kira-kira
3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba (Prawirohardjo, 2008).

d. Gejala Klinis
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari
encer sampai menggumpal.
e. Komplikasi
 Komplikasi pada ibu adalah : letak janin tidak normal, sehingga
menyebabkan partus akan menjadi patologik, perdarahan sampai syok,
infeksi karena perdarahan yang banyak, robekan-robek jalan lahir.
 Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau
mati.
Solutio Plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat
yang normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi
pada setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari
tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung
sejak kehamilan 28 minggu.
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption
plasentae, accidental hemorrhage dan premature separation of the normali
implated placent (Mochtar. 1998).

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta


merupakan lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan
terjadi pada saat janin belum lahir.
b. Etiologi
Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah : hamil pada pada usia tua
diatas 35 tahun, mempunyai tekanan darah tinggi, bersamaan dengan
terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia, dan trauma langsung lainya, tali pusat
yang pendek (Hanifa, 1999).
c. Gejala klinis
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerakan janin
berkurang/tidak terasa lagi bergerak, pada palpasi gerakan janin sulit diraba,
auskultasi jantung janin (-) / tidak terdengar, dinding perut sakit, pada
pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol, uterus terjadi ganguan
kontraksi dan atonia uteri (Manuaba, 1998).
d. Komplikasi
 Komplikasi pada ibu : perdarahan dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai
dengan keadaan penderita yang anenis bahkan sampai syok. Keadaan
bervariasi dari baik sampai koma. Gangguan pembekuan darah dapat
menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis.
Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang,
perdarahan postpartum. Pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga mengganggu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan
pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
 Komplikasi pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah
janin, sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat, juga
dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Manuaba,
1998).
D. Kelainan Selama Kehamilan

1. Kelahiran prematur

Ketika bayi lahir antara minggu ke 38 – 42, maka disebut dengan bayi
cukup bulan (full term). Apabila bayi lahir dibawah 38 minggu kehamilan,
maka disebut dengan prematur dan memiliki risiko lebih tinggi. Apabila
terjadi tanda persalinan dini, bedrest total dapat membantu mengurangi
gejala tersebut.

2. Nyeri abdomen pada kehamilan

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama yang sering terjadi pada


kehamilan. Keluhan ini terjadi pada setiap wanita pada beberapa tahap.
Perawat harus mampu membedakan antara nyeri yang bersifat fisiologis,
nyeri yang sifatnya patologis tapi tidak berbahaya, atau juga nyeri yang
patologis dan berbahaya.

Perawat harus melakukan pengkajian riwayat kesehatan dan pemeriksaan


fisik secara detail agar dapat mengambil keputusan tentang apakah dia akan
merujuk ibu atau tidak. Pengobatannya bergantung pada penyebab dari
nyeri itu sendiri, dan juga bergantung pada kondisi ibu dan janin.
Beberapa penyebab nyeri yang spesifik kehamilan terdapat pada kolom
etiologi dibawah. Sebagian besar kondisi terkadang nyeri abdomen tidak
perlu dihilangkan. Namun demikian, terkadang perawat juga perlu
mengobservasi ibu yang menderita nyeri abdomen dalam rangka
memastikan hasil kehamilan yang aman.

3. Disfungsi simfisis pubis

Disfungsi simfisis pubis merupakan suatu keadaan dimana terjadi


pergeseran pada sendi tulang simfisis pubis dan biasanya akan memburuk
pada ibu hamil sebagai manifestasi dari adanya penekanan yang tinggi dari
janin.

4. Antepartum Haemorrhage (APH)

Merupakan perdarahan yang terjadi pada saluran genital di akhir kehamilan,


biasanya setelah usia getasi mencapai 24 minggu dan sebelum awitan
persalinan, disebut juga perdarahan antepartum. Perdarahan ini dapat
membahaykan keselamatan ibu dan janin.

5. Plasenta previa

Merupakan suatu keadaan dimana plesenta terimplantasi sebagian atau


keseluruhan uterus bagian bawah, baik dinding anterior atau posterior.
Lokasi anterior tidak seserius posterior.

Bagian bawah uterus berkembang dan meregang secara cepat setelah


kehamilan 12  minggu. Pada minggu berikutnya, hal ini dapat menyebabkan
terpisahnya plesenta dan terjadi perdarahan. Perdarahan terjadi akibata
terputusnya trofoblas plasenta dan sinus darah vena ibu. Pada beberapa
kasus, perdarahan dapat dipicu akibat koitus.
a. Klasifikasi
1) Tipe 1

Sebagian besar dari plasenta terletak di segmen atas uterus.


Kelahiran pervaginal masih dapat dilakukan. Perdarahan biasanya
ringan, serta ibu dan janin masih berada dalam kondisi yang baik.

2) Tipe 2

Sebagaian plasenta terletak di uterus bagian bagian bawah dekat


tulang serviks internal (plesenta previa marginal). Kelahiran
pervaginal dapat dilakukan, terutama jika plasenta berada dibagian
anterior. Perdarahan yang terjadi biasanya sedang meskipun kondisi
ibu dan janin dapat bervariasi. Hipoksia janin lebih sering terjadi
daripada syok maternal.

3) Tipe 3

Plasenta terletak di atas tulang serviks internal, tapi bukan di tengah.


Perdarahan biasanya berat, terutama di akhir kehamilan ketika
bagian bawah meregang dan serviks mulai mengalami penipisan dan
dilatasi. Kelahiran pervaginal tidak dapat dilakukan karena plasenta
berada di depan janin.

4) Tipe 4

Plasenta terletak dibagian tengah di atas tulang serviks internal dan


dapat menyebabkan perdarahan hebat. Seksio sesaria perlu dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin.

6. Abrupsio plasenta

Merupakan suatu perdarahan yang diakibatkan oleh pelepasan prematur


dari pelepasan letak normal yang terjadi setelah usia kehamilan 22
minggu. Abrupsio plasenta ini terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu: abrupsio
plasenta tingkat ringan, sedang, dan berat.

7. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

DIC adalah ketidaktepatan koagulasi di dalam pembuluh darah yang


menyebabkan digunakannya factor – factor pembekuan. Sebagai
akibatnya, pembekuan tidak dapat terjadi pada area yang mengalami
perdarahan. DIC jarang terjadi jika janin hidup dan biasanya mulai hilang
dengan sendirinya saat bayi lahir.

8. Ketuban Pecah Dini (KPD)

KPD merupakan pecahnya air ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu


yang terjadi tanpa diawali aktivitas uterus spontan yang menyebabkan
dilatasi serviks.

9. Polihidramnion

Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban berada di


atas batas normal. Dikatakan polihidramnion jika AFP atau AFI lebih dari
8 cm, atau hasil perhitungan  AFI lebih dari 24 cm.

10. Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah jumlah cairan amnion yang terlalu sedikit. Saat


kehamilan cukup bulan, jumlah cairan amnion adalah sekitar 300 – 500
ml, tetapi jumlah tersebut dapat bervariasi dan bahkan dapat lebih sedikit
dari jumlag tersebut

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
2) Keluhan Utama

Bertujuan untuk apakah penderita datang,untuk pemeriksaan kehamilan


ataukah ada pengaduan-pengaduan lain yang penting.

3) Riwayat Keluhan Utama


4) Riwayat Menstruasi
a) Menarche
b) Haid Teratur atau tidak dan siklus
c) Lamanya haid
d) Banyaknya darah
e) Sifatanya darah: cair atau berbeku-beku,warnanya dan baunya
f) Haid nyeri atau tidak
g) Haid yang terakhir
5) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Kehamilan Sekarang
b) Riwayat Kehamilan Yang Lalu
c) Riwayat Ginekologi
d) Pola Kebiasaan Buruk Yang Mungkin Dilakukan: merokok, alkohol,
obat Terlarang
6) Latar Belakang Sosial-Budaya
7) Riwayat Psikososial
8) Pola Kebiasaan Fungsional Sehari-hari
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Istirahat
d) Aktivitas
e) Personal hygiene
f) Seksual
9) Pengetahuan dan Kemampuan Ibu
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
b) Berat badan dan tinggi badan

- Dalam menimbang seseorang bukan berat badannya saja yang


penting tapi lebih penting lagi perubahan berat setiap kali ibu itu
memeriksakan diri.

- Berat badan dalam trimester III tak boleh lebih dari 1


kg,seminggu atau 3 kg sebulan.

- Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas


disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut praoedema.

- Kemungkinan resiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145


cm,berat badan 75 kg.

- Untuk seorang ibu yang berat badannya normal sebelum hamil,


penambahan berat yang dianjurkan adalah 11,4-15,9 kg.

- Pola pertambahan berat badan

 Trimester pertama               : 1,6 – 2,3 kg


 Trimester ke dua dan ke tiga        : sekitar 0,5 kg/minggu
 Peningkatan kalori                        : hanya 300 kkal per hari

c) Pengukuran TTV

- Tekanan darah

Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 sistol atau 90
diastolik. Juga perubahan 30 sistol dan 15 diastol di atas tensi
sebelum hamil menandakan toxaemia gravidarum.
Normal                         : 140/90 mmHg.

- Suhu normal                : 36 – 37,5 0C

- Pernapasan Normal      : 12 -20 x/menit

- Nadi

Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama masa hamil,tetapi


jarang melebihi 100 denyut per hari (dpm). Curigai hipotiroidisme
jika denyut nadi lebih dari 100 dpm. Periksa adanya eksoftalmia
dan hiperrefleksia yang menyertai. Apabila denyut nadi lebih dari
100 dpm,instruksikan melakukan T3 dan T4 bebas. Hipertiroidisme
tidak terjadi jika tidak terdapat takikardia. Nadi normal : 60-100
x/menit.

2) Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi        : Pigmentasi di linea alba,nampakkah gerakan janin


atau kontraksi uterus,adakah  striae gravidarum.
b) Palpasi          : Pemeriksaan Leopold. PEMERIKSAAN
EDEMA……

3) Pemeriksaan penunjang
a) Air kencing (Protein unrin dan glukosa urine)

Terutama diperiksa glukosa,protein urin dan sedimen. Pada akhir


kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh
adanya laktase dalam air kencing. Protein positif dalam air kencing
pada nefritis, toxaemia gravidarum dan radang dari saluran kencing.

b) Darah
 Dari darah perlu ditentukan Hb, 3 bulan sekali  karena pada
orang hamil sering timbul anemia karena defisiensi Fe.
 Hb Normal wanita hamil 11 g %
 Klasifikasi anemia :

-     Anemia ringan : 9 – 10 g %

-     Anemia sedang : 7 – 8 g %

-     Anemia berat : < 7 g %

 Ibu hamil memiliki Hb 10,5 gr% dikatakan fisiologis, dikarenakan


ibu hamil mangalami Hemodilusi(pengenceran). Akibatnya,
plasma dalam darah meningkat dan kadar Hb munurun, puncak
hemodilusi pada TM II.
 Selanjutnya perlu diperiksa reaksi serologis (WR) dan golongan
darah. Juga pemeriksaan kadar gula darah. Golongan darah
ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang cocok
jika penderita memerlukannya. Kalu ibu golongan O maka mungkin
timbul ABO antagonisme.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas inefektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak


maksimal sekunder terhadap meningkatnya tekanan intraabdomen
b. Inkontinensia urine berhubungan dengan tingginya tekanan
intraabdominal dan kelemahan otot pelvis sekunder terhadap kehamilan
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan sekunder
terhadap persiapan melahirkan
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan dalam
menghadapi persalinan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan berat badan
dan perubahan pusat gravitasi.
f. Kerusakan koping individu berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang awitan persalinan palsu atau sejati

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny."R" DENGAN KEHAMILAN TRIMESTER III

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 30 Juni 2014

Jam : 10.00 WIB

Oleh : Isnu Safitriana

Mia Tri Adhani


Putri Aprilia Rianti

Rifaldi Zulkarnaen

Tri Erawati Lafrana

Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan Fisik

Sumber :Klien,Keluarga klien,status klien,dan tim kesehatan

1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. “R”
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Alamat : Penambongan

b. Keluarga/ Penanggung jawab


Nama : Tn.”H”
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Penambongan
Hubungan dengan klien : Suami klien

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan sulit BAB selama hamil SEJAK
KAPAN……..dan cemas dalam menghadapi kelahiran.

2) Riwayat Kehamilan Sekarang


Klien mengatakan hari pertama menstruasi terakhir
tanggal 2 Februari 2014. Klien mengatakan saat ini kehamilannya
memasuki minggu ke-30. Selama hamil klien tidak merasa mual,
muntah, pusing, dan oedema pada kaki maupun bagian tubuh yang
lain. Klien mengetahui kehamilannya setelah usia kehamilannya 8
minggu. Klien mengatakan kehamilannya yang sekarang tidak
direncanakan ……..PAKAI KONTRASEPSI ? tetapi klien dan
suami tetap merasa senang dengan kehamilanya saat ini.
Klien mengatakan setelah kelahiran anak pertama
klien memakai KB suntik tetapi dikarenakan tekanan darahnya
tinggi klien berhenti menggunakan KB. Klien mengatakan
memeriksakan kehamilannya setiap 1 bulan sekali.

3) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan menarche usia 15 tahun. Klien menstruasi
sebelum hamil teratur setiap 1 bulan sekali denagn lamanya 7 hari.
Klien mengatakan tidak ada masalah selama menstruasi.
4) Riwayat Kehamilan Yang Lalu
Tahun Usia Gravida Lama Partus L/ P BBL/ PB Tipe Partus Tempat Partus Keterangan/
Komplikasi
2004 39 minggu 4 jam P 3,1 kg/ 48 cm Normal RSUD Sleman Tidak ada
perdarahan
Klien mengatakan tidak pernah keguguran. Pada kehamilan pertama klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu untuk ibu
hamil.

5) Riwayat Kesehatan Yang Lalu


No. Penyakit Ya Tidak Keterangan
1 DM/ Hipertensi/ Sakit Jantung/ Ashma* - V -
2 Hepatitis/ Sakit Liver/ Sakit Ginjal* - V -
3 Riwayat Transfusi/ Perdarahan* - V -
4 Alergi - V -
5 Epilepsi/ Depresi* - V -
6 Paru (TBC) - V -
7 Ginekologi/ Mammae* - V -
8 Dirawat di RS - V -
9 Keluarga/ tetangga : DM, TBC. - V -
Keterangan : * : Ketika usia kehamilan 8-18/ 24-28/ 32-36
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan sebelumnya tidak ada keluarga yang pernah
mengalami penyakit menular maupun menurun.
Genogram

Keterangan :

: Klien ( Ny.”R”, 33 thn)

1
: Suami klien (Tn.”H” ,37 thn)

2 : Anak klien ( An.”A”, 14 thn )

: Laki-laki

: Perempuan
-------- : Tinggal serumah.

7) Rencana Pesalinan
Klien mengatakan MErencanaKAN melahirkan di Puskesmas
Mlati II. Klien belum menyiapkan darah untuk persiapan jika terjadi
perdarahan saat persalinan nanti. Klien mengatakan orang yang akan
mengantar persalinan nanti adalah suami dan ibunya.
Klien mengatakan setelah kelahiran anak keduanya ini nanti,
klien belum berencana untuk mengunakan KB lagi.

3. Pola Kebiasaan Klien


a. Pola Nutrisi
1) Intake Nutrisi
a) Sebelum hamil
Klien mengatakan sebelum hamil makan 3 kali sehari
dengan satu porsi penuh dengan nasi, lauk dan sayur. Klien
mengatakan tidak setiap hari makan sayur dan kadang-kadang
makan buah. Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk menelan
dan tidak ada pantangan untuk makan. Klien mengatakan kadang
makan-makanan camilan bila tidak ada kerjaan.
b) Selama hamil
Selama hamil klien mengatakan makan tidak menentu
dalam sehari dengan porsi sedang dengan lauk, nasi dan kadang-
kadang dengan sayur. Klien mengatakan selama hamil lebih
banyak makan camilan,berupa kue-kue kering dan jarang makan
sayur. Klien mengatakan tidak ada pantangan untuk konsumsi
makanan dan tidak ada diet.
2) Intake Cairan
a) Sebelum hamil
Klien mengatakan sebelum hamil setiap hari minum 1500cc air
putih dan kadang-kadang minum teh dan susu. Klien mengatakan
tidak ada kesulitan untuk minum.
b) Selama hamil
Klien mengatakan setiap hari klien minum 2000cc air putih perhari
dan klien kadang-kadang minum susu. Klien mengatakan tidak ada
gangguan untuk minum.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum hamil
Klien mengatakan sebelum hamil BAK dalam sehari 4-6
kali per hari berwarna kuning dan berbau khas urin. BAB sehari sekali
dengan konsistensi lunak, berbentuk, berwarna kecoklatan. Klien
mengatakan tidak ada kesulitan untuk BAK dan BAB.
2) Selama hamil
Klien mengatakan selama hamil BAK 10-12 x sehari,
berwarna kuning dan berbau khas urin. BAB 4 hari sekali, dengan
konsistensi keras berbentuk berwarna kecoklatan.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sebelum hamil
Klien mengatakan,tidur selama 7-8 jam sehari. Klien mengatakan tidak
ada gangguan dalam tidur. Klien tidur dengan berbaring dan dengan
posisi miring.
2) Selama hamil
Klien mengatakan selama hamil klien lebih sering tidur, setiap hari
bisa tidur 8-9 jam. Klien mengatakan suka tidur dengan posisi
terlentang dan miring. Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam
tidur.

d. Pola Aktivitas
1) Sebelum hamil
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan dan Minum v

Mandi v v
Toiletting v

Berpakaian v v

Mobilitas di Tempat Tidur v

Berpindah v

ROM v

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Alat bantu

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Tergantung total

Kesimpulan : klien mandiri dalam melakukan aktivitasnya makan, minum,


mandi, toileting, berpakaian, dapat dilakukan klien sendiri.

2) Selama hamil
Klien mengatakan selama hamil klien lebih banyak tidur. Klien
mengatakan setiap seminggu sekali klien mengikuti senam ibu hamil.
Klien tidak mengalami gangguan aktivitas selama hamil, klien dapat
melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
mengatakan mengurangi aktivitas yang terlalu berat seperti mengepel
dan mencuci yang terlalu banyak dan lebih sering duduk karena klien
mudah lelah.
e. Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan seorang ibu yang sedang hamil dan seorang istri.
f. Pola Peran Hubungan
Hubungan klien dengan orang sekitarnya baik. Klien berhubungan baik
dengan keluarganya dan dengan lingkungan sekitar.

g. Pola managemen koping


Klien mengatakan sering menceritakan keadaan kehamilannya kepada
suami dan ibu klien. Klien mengatakan selalu menceritakan masalahnya
kepada orang lain dan tidak suka memendam masalahnya.

h. Pola Seksualitas
Selama hamil klien mengatakan jarang melakukan hubungan suami-istri
karena klien takut berhubungan pada saat hamil. Klien mengatakan
merasakan ada sesuatu yang kurang dengan pola seksualitasnya dan klien
ingin mengetahui metode alternatif dalam berhubungan selama kehamilan.

4. Pengkajian psiko-sosial-budaya-spiritual
a. Psikologi
1) Konsep Diri
a) Identitas diri
Klien dapat menyebutkan namanya yaitu Ny."R”. Klien
menyadari dirinya seorang perempuan dan berpenampilan
selayaknya ibu hamil.

b) Harga diri
Klien mengatakan mengikuti kegiatan-kegiatan rutin PKK
atau arisan.

c) Gambaran diri
Klien mensyukuri kehamilannya saat ini walaupun bukan
kehamilan yang direncanakan. Klien mengatakan sangat berhati-
hati dengan kehamilannya.
d) Peran diri
Klien menyadari bahwa perannya sebagai ibu dari putrinya
dan bagi calon buah hatinya serta istri bagi suaminya.

e) Ideal diri
Klien mengatakan ingin melahirkan dengan normal tanpa
masalah. Klien mengatakan tetap mensyukuri apapun jenis kelamin
anaknya nanti dan akan tetap merasa bahagia

2) Intelektual
Klien mengatakan mengetahui tentang kehamilan, proses
persalinan dan masa nifas.

3) Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga,suami,dan
masyarakat baik..

4) Support system
Klien mengatakan mendapat dukungan penuh dengan
kehamilannya dari suami dan keluarga klien.

b. Aspek sosial
Klien berbicara dengan bahasa Indonesia dan kadang bercampur
dengan bahasa Jawa. Klien berbicara dengan jelas dan menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan baik.

c. Aspek Budaya
Klien mengatakan berasal dari Jogjakarta tepatnya dari
Nambongan,Mlati. Klien mengikuti budaya yang ada di sana seperti adat 7
bulanan dan selapanan. Menurut klien budaya tersebut tidak memberatkan
karena klien juga melakukan budaya tersebut.

d. Aspek spiritual
Klien mengatakan menjalankan kewajiban sholat 5 waktu. Klien
selalu berdoa setelah sholat untuk kelancaran kehamilan dan proses
kelahirannya nanti.

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

a. Kesadaran : Compos mentis


b. Status Gizi :
BB : 67 kg …………………..SEBELUMNYA BRP?

TB : 152,5 cm
IMT : 28,8 …………….sEBELUMNYA

c. Tanda-Tanda Vital :
N : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
TD : 110/ 80 mmHg
RR : 20 x/ menit
S : 36 oC

6. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut klien cukup bersih, warna hitam, rambut
menyebar merata. Tidak ada nyeri tekan dan benjolan di daerah kepala.

b. Mata
Mata berfungsi secara normal (dapat melihat dengan jelas). Konjungtiva
anemis, mata simetris, sklera tak ikterik, pupil isokor.

c. Telinga
Kedua telinga klien masih baik. Keadaan telinga klien bersih dan tidak
ada kotoran.
d. Hidung
Hidung masih berfungsi secara normal atau masih dapat membau
berbagai bau-bauan. Pernafasan tidak menggunakan cuping hidung.
Hidung klien terlihat bersih.

e. Mulut
Klien berbicara dengan jelas, tidak luka atau sariawan, mulut dan gigi
klien terlihat bersih, dan tidak berbau.

f. Leher
Leher tegak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama
dengan warna sekitar. Tidak ada nyeri tekan.

g. Dada
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, ekspansi dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa pada dada klien.
Perkusi : Suara perkusi dada resonan pada bagian paru-paru
dan pekak jantung pada interkosta 4 sinistra.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Detak jantung cepat dan kuat. Bunyi
jantung S1-S2 murni (tidak ada bunyi jantung tambahan).

h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada luka, warna sawo matang
dan tidak ada rambut.

Auskultas i: Suara peristaltik usus terdengar pada semua kuadran, suara


peristaltik usus 18 x/ menit.

Perkusi : Suara redup pada kuadran kiri atas dan kiri bawah, suara
timpani pada kuadran kanan atas dan kanan bawah.

Palpasi : Lingkar Perut : 94 cm

Leopold 1 : TFU: 25 cm

Leopold 2 : Punggung janin berada di perut kanan


Ibu.

Leopold 3 : Posisi terbawah janin adalah kepala.

Leopold 4 : Kepala janin sudah masuk PAP

i. Ekstremitas :
Atas : Simetris, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada luka.

LILA : 31,5 cm

Bawah : Simetris, tidak ada edema, tugor kulit sedang, tidak ada luka,
capilari refill 2 detik.

j. Pemeriksaan Penunjang
Golongan Darah : B

Hb : 13,6 gr%

k. Terapi yang diberikan …..DOSIS, BENTUK OBAT, RUTE..UNTUK


BRP HARI?
Hemafort 1x1

Vitamin C 3x1

Kalk 3x1
B. ANALISA DATA
Data Masalah Penyebab

DO : Konstipasi Mekanik kehamilan


(pembesaran uterus)
- Klien hamil 35 minggu
(trimester III)
DS :

- Klien mengatakan BAB 4


hari sekali, dengan
konsistensi keras
berbentuk berwarna
kecoklatan.
- Klien mengatakan sebelum
hamil BAB sehari sekali
dengan konsistensi lunak.
- Klien mengatakan lebih
banyak makan camilan,
jarang makan sayur.
- Klien mengatakan
mengurangi aktivitas yang
terlalu berat seperti
mengepel dan mencuci
yang terlalu banyak dan
lebih sering duduk karena
klien mudah lelah.

DO : - Perubahan pola Ketidaknyamanan


seksualitas
DS :

 Selama hamil ……. klien


mengatakan jarang
melakukan hubungan suami
istri karena klien takut
berpengaruh pada saat
hamil.
 Klien mengatakan ada
sesuatu yang kurang
dengan pola seksualitasnya
dan
klien ingin mengetahui
metode
alternative dalam
berhubungan selama
kehamilan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan mekanik kehamilan (pembesaran
uterus).
2. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketidaknyamanan.
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Tujuan Intervensi

1. Senin, 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014


Pukul : 10.00 WIB Pukul : 10.00 WIB Pukul : 10.00 WIB
Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan
1. Motivasi klien untu
mekanik kehamilan (pembesaran penkes selama 30 menit
minum 2500-3000cc pe
uterus) ditandai dengan : pengetahuan klien
hari
DO : bertambah dengan
2. Motivasi klien untu
kriteria :
- Klien hamil 35 minggu makan yang mengandun
- Klien dapat
(trimester III). serat yang tinggi
memahami
DS : 3. Kolaborasi pemberia
mekanisme terjadinya
obat pelunak feses
- Klien mengatakan BAB 4 hari konstipasi
4. Jelaskan penyeba
sekali, dengan konsistensi - Klien dapat
terjadinya konstipasi
keras berbentuk berwarna menyebutkan kembali
IS
kecoklatan. tentang cara
- Klien mengatakan sebelum mengatasi konstipasi
hamil BAB sehari sekali - Klien mengatakan
dengan konsistensi lunak. bersedia melakukan
- Klien mengatakan lebih banyak cara untuk mengatasi
makan camilan, jarang makan konstipasi.
sayur.
- Klien mengatakan mengurangi
aktivitas yang terlalu berat
seperti mengepel dan mencuci
yang terlalu banyak dan lebih
sering duduk karena klien
mudah lelah.
2. Senin, 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014
Pukul : 10.00 WIB Pukul : 10.00 WIB Pukul : 10.00 WIB
Setelah diberikan
DO : - pendidikan kesehatan 1.
selama 15 menit hubungan seksual
DS :
pengetahuan klien
 Selama hamil klien mengatakan tentang pola seksualitas
2.
jarang melakukan hubungan selama kehamlan
metode-metode
suami istri karena klien takut bertambah dengan
alternative untu
berpengaruh pada saat hamil. kriteria :
berhubungan seksual
 Klien mengatakan ada sesuatu
 Klien mampu 3.
yang kurang dengan pola
mengungkapkan mengenai kondisi tida
seksualitasnya dan
metode-metode diijinkannya melakuka
klien ingin mengetahui metode
alternative hubungan seksual
alternative dalam berhubungan
berhubungan selama IS
selama kehamilan.
kehamilan.
 Klien mengatakan
tidak takut dalam
melakukan
hubungan
seksualitas selama
kehamilan.

KESIMPULAN

Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah komplikasi


kehamilan yang dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Pengetahuan ibu
hamil dalam mempengaruhi tanda bahaya dapat menjadi salah satu penentu
perawatan kehamilan untuk mencegah komplikasi.

Gangguan kehamilan sering menyertai kehamilan seseorang, hampir semua


ibu hamil mengalaminya. Gangguan kehamilan banyak yang membahayakan bagi
kesehatan janin maupun bagi ibu hamil sendiri. Dalam masa kehamilan ibu hamil
akan mengalami banyak gangguan, mulai gangguan yang ringan sampai dengan
gangguan yang berat. Semua gangguan yang datang dan terjadi sebaiknya perlu
diwaspadai dan diketahui.

Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang


menyertai ibu saat hamil (Sujiyatini, 2009). Ada beberapa macam patologi yang
harus di antisipasi oleh setiap tenaga kesehatan yaitu : patologi kehamilan,
patologi persalinan, patologi nifas, dll. Patologi kehamilan terdiri atas : mola
hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik, solutio plasenta, pre-eklamsia, eklamsia,
plasenta previa (Sujiatini, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Ayni Fauzi Arina.2017. Gangguan Kehamilan.Makalah. Diakses pada


24 Maret 2020
Isdiaty Nur Fandiar, Titin Ungsianik. Pengetahuan Tanda Bahaya
Kehamilan dan Perilaku Perawatan Kehamilan Pada Ibu Hamil
Trimester III. 2013. Jurnal Keperawatan Indonesia.Vol 16, No 1.
Diakses pada 24 Maret 2020
Permatasari Astri Vinda.2014.Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Kehamilan Trimester III.Makalah.Diakses pada 24 Maret
2020

Anda mungkin juga menyukai