STROKE Kelompok 1 Fix
STROKE Kelompok 1 Fix
STROKE Kelompok 1 Fix
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana yang diampu oleh Ns. Nurul Fatwati Fitriana, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh :
1. Yuanita Eka Maulinda 1811010015
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta karuniaNya sehingga makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien
Stroke” dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana”. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen pengampu, karena berkat bimbingan dan arahan dari beliau
kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Selain itu dalam penulisan serta penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan bahkan kesalahan untuk itu kami sangat membutuhkan saran, kritik dan masukan
dari pembaca sekalian agar bisa menjadi motivasi untuk penyusunan makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian.
TIM
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit........................................................................................3
2.1 Pengertian............................................................................................3
2.2 Etiologi dan klasifikasi........................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala.................................................................................6
2.4 Patofisiologi.........................................................................................6
2.5 Pathway...............................................................................................7
2.6 Komplikasi..........................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................8
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................11
B. Konsep Keperawatan.................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa ke rumah sakit tidak diketahui
jumlahnya.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
4. Memahami patofisiologi Stroke
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
2.1 Definisi/pengertian
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel
pada sebagian area otak akan mati. Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah
keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit.
Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan
munculnya komplikasi.
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa stroke adalah salah satu
sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan
cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyakit vaskuler. stroke adalah sindrom klinis yang
vi
ditandai dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten focus sekunder
terhadap peristiwa pembuluh darah.
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian
nomor dua di dunia. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat
barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik.
Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia.
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih
muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun predisposisi untuk stroke termasuk
penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria,
hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk
hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia akan
merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan pengobatan
hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat proses aterosklerosis dan mengurangi
risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa.
Identifikasi dini dari tipe stoke sangat krusial sifatnya karena penatalaksanaan
yang tepat bagi satu jenis stroke bisa mematikan jika dilakukan pada jenis lainnya. Stroke
diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Klasifikasi
stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
vii
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis membaik
kurang dari 1 minggu
4. Completed Stroke.
- Embolisme
- Vasokonstriksi
Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan penyebab: lakunar,
thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik (Dewanto dkk,
2009).
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Beberapa
penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif; perdarahan
subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi
arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat
viii
tumor otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi
antikoagulan.
Sementara itu factor resiko Stroke secara umum diantaranya sebagai berikut :
Hipertensi
Endokarditis bacterial
Hiperlipidemia
Atrial Fibrilasi
Pemasangan katup jantung prostetik
Diabetes melitus
Gangguan kolagen
Merokok
Menggunakan kontrasepsi oral
Penyakit jantung
Trauma leher
ix
Mati rasa atau kesemutan mendadak
2.4 Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah
yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan
reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis
yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah
gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri
serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya
perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara
pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai
ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan
jaringan secara permanen.
2.5 Pathway
x
2.6 Komplikasi Stroke
Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di tungkai
yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein thrombosis.
Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran di dalam
pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya
penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya
cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan
memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk
tersebut.
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan, akibatnya
makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. Masalah dalam
xi
menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi.
Untuk membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark),
dapat dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan
baku emas). Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan,
dapat dipakai Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan
validitasnya. ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktu saat serangan,
penurunan kesadaran pada waktu saat serangan dan refelks Babinski. Apabila ada tiga
atau dua variable tersebut, maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan. Apabila
ada ada nyeri kepala atau penurunan kesadaran pada saat serangan, maka jenis patologis
stroke adalah stroke perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada ketiga
variable tersebut pada saat serangan.
Pemeriksaan-pemeriksaan lain
Pemeriksaan jantung
xii
kejadian stroke. Kelainan jantung sering terjadi pada penderita stroke dan penderita
dengan kondisi gangguan jantung akut harus segera ditanggulangi. Sebagai contoh
penderita infark miokard akut dapat menyebabkan stroke, sebaliknya stroke dapat pula
menyebabkan infark miokard akut. Sebagai tambahan, aritmia kordis dapat terjadi pada
penderita-penderita stroke iskemik akut. Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk terjadi
stroke, dapat terdeteksi awal. Monitor jantung sering dilakukan setelah terjadi stroke
untuk menapis aritmia jantung serius.
Pemeriksaan tekanan darah adalah wajib dilakukan rutin setiap hari, karena
hipertensi adalah faktor resiko utama terjadi stroke.
Pemeriksaan paru
Pemeriksaan klinis paru dan foto rontgen thorak adalah pemeriksaan rutin yang
harus dikerjakan.
Pemeriksaan EEG
xiii
Pemeriksaan EEG dilakukan apabila terjadi kejang, dan kejang pada penderita
stroke adalah kontraindikasi pemberian rtPA.
Vascular imaging
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
xiv
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak
digunakan karena dapat memperhebat edema serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks.
f. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia
darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin
Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)
g. Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:
1) Kadar alcohol
2) Fungsi hepar
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi
xv
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien
serta memudahkan menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta
memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan.
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke adalah :
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk
beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum,
gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
2. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler, frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.
3. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
kesulitan untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
5. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasipada lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan, obesitas.
6. Neurosensori
xvi
gejala : sakit kepala, kelemahan/ kesemutan, hilangnya rangsang sensorik
kontralateral pada ekstremitas, penglihatan menurun, gangguan rasa pengecapan
dan penciuman.
Tanda : status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia, ukuran/
reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.
7. Kenyamanan / Nyeri
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
8. Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas, timbulnya
pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
9. Keamanan
Tanda : masalah dengan penglihatan, perubahan sensori persepsi terhadap
orientasi tempat tubuh, tidak mampu mengenal objek, gangguan berespons
terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan, gangguan dalam
memutuskan.
10. Interaksi Sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi
oral, kecanduan alkohol
2.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah data-data dikelompokkan, kemudian dilanjutkan dengan perumusan
diagnosa. Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi. Untuk membuat diagnosis keperawatan yang akurat, perawat harus mampu
melakukan hal berikut yaitu mengumpulkan data yang valid dan berkaitan,
mengelompokkan data, membedakan diagnosis keperawatan dari masalah kolaboratif,
xvii
merumuskan diagnosis keperawatan dengan tepat, dan memilih diagnosis prioritas.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke meliputi :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan:
a. Interupsi aliran darah
b. Gangguan oklusif, hemoragi
c. Vasospasme serebral
d. Edema serebral
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:
a. Kerusakan neuromuskuler
b. Kelemahan, parestesia
c. Paralisis spastis
d. Kerusakan perseptual/ kognitif
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
a. Kerusakan sirkulasi serebral
b. Kerusakan neuromuskuler
c. Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial
d. Kelemahan/ kelelahan
4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan:
a. Perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi (trauma neurologis atau defisit)
b. Stress psikologis (penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh
ansietas)
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan:
a. Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
kontrol/ koordinasi otot
b. Kerusakan perseptual/ kognitif
c. Nyeri/ ketidaknyamanan
d. Depresi
6. Gangguan harga diri berhubungan dengan:
a. Perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif
7. Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan:
a. Kerusakan neuromuskuler/ perceptual
xviii
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan:
a. Kurang pemajanan
b. Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat
c. Tidak mengenal sumber-sumber informasi
2.3 Perencanaan/Intervensi
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan langkah awal dalam
menentukan apa yang dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi
masalah keperawatan yang telah ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah
menentukan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi keperawatan.
Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan SMART, yaitu spesific (khusus),
messeurable (dapat diukur), acceptable (dapat diterima), reality (nyata) dan time (terdapat
kriteria waktu). Kriteria hasil merupakan tujuan ke arah mana perawatan kesehatan
diarahkan dan merupakan dasar untuk memberikan asuhan keperawatan komponen
pernyataan kriteria hasil.
Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan Stroke adalah
sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan pertama: perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan oedema serebral.
a. Tujuan; kesadaran penuh, tidak gelisah
b. Kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
c. Intervensi;
1) Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma glascow
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
2) Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
Rasional: autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
xix
3) Pertahankan keadaan tirah baring.
Rasional: aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan
Intra Kranial (TIK).
4) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis
(netral).
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
5) Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
Rasional: meningkatkan/ memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya
dapat mencegah pembekuan.
2. Diagnosa keperawatan kedua: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan.
a. Tujuan; dapat melakukan aktivitas secara minimum
b. Kriteria hasil mempertahankan posisi yang optimal, meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terkena, mendemonstrasikan perilaku yang
memungkinkan aktivitas.
c. Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan
informasi bagi pemulihan
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
3) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas
Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
4) Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi
lebih terganggu.
xx
5) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan
ambulasi pasien.
Rasional program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan,
koordinasi, dan kekuatan.
3. Diagnosa keperawatan ketiga: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler.
a. Tujuan; dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaannya.
b. Kriteria hasil; Klien dapat mengemukakan bahasa isyarat dengan tepat, terjadi
kesalah pahaman bahasa antara klien, perawat dan keluarga
c. Intervensi;
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional: Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari
derajat gangguan serebral
2) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
Rasional: melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
3) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut
Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik
4) Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
Rasional: bahasa isyarat dapat membantu untuk menyampaikan isi pesan
yang dimaksud
5) Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara.
Rasional: untuk mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan terapi.
4. Diagnosa keperawatan keempat: perubahan sensori persepsi berhubungan dengan
stress psikologis.
a. Tujuan; tidak ada perubahan perubahan persepsi.
b. Kriteria hasil mempertahankan tingkat kesadarann dan fungsi perseptual,
mengakui perubahan dalam kemampuan.
c. Intervensi;
1) Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/ tumpul,
rasa persendian.
xxi
Rasional: penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan
kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.
2) Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh
Rasional: adanya agnosia (kehilangan pemahaman terhadap pendengaran,
penglihatan, atau sensasi yang lain)
3) Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu benda
untuk menyentuh dan meraba.
Rasional: membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan
persepsi dan interprestasi stimulasi.
4) Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi
bagian tubuh tertentu.
Rasional: penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam
mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.
5) Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang
pendek.
Rasional: pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian
atau masalah pemahaman.
2.4 .Evaluasi
Kriteria hasil dari tindakan keperawatan yang di harapkan pada pasien stroke
adalah mempertahankan tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital stabil, kekuatan otot
bertambah dan dapat beraktivitas secara minimal, dapat berkomunikasi sesuai dengan
kondisinya, mempertahankan fungsi perseptual, dapat melakukan aktivitas perawatan
diri secara mandiri, klien dapat mengungkapakan penerimaaan atas kondisinya, dan
klien dapat memahami tentang kondisi dan cara pengobatannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat berakibat pada
kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologistroke berlangsung secara progresif dan
bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis
xxii
besar,.Stroke memiliki beberapa faktor resiko Faktor resiko medis penyakit tersebut di
atas Antara lain disebabkan oleh: Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes
Mellitus, Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam
darah), Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Riwayat Stroke dalam keluarga,
Migrain.Dan Faktor resiko perilaku, antara lain: usia lanjut, obesitas, merokok (pasif/
aktif), Alkohol, Mendengkur, Narkoba, Kontrasepsi oral, suku bangsa (negro/spanyol),
jenis kelamin (pria), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), kurang olah raga.
Stroke sangat dapat dicegah, hampir 85% dari semua Stroke dapat
dicegah , karena ancaman Stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat Stroke.
Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua
orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan
menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat
atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah
terjadinya Stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai
harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah
tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana
hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lloyd-Jones, D,. Adams, R., Carnheton, M., De Simnoe, G., Ferguson, T. B.,
Flegal, K., . . . Hong, Y.(2009). Heart disease and stroke statistics-2009 update: A
report from the American Heart Association Statistics Commite. Cirkulation,
119(3),e21-e181.
xxiii
2. American Heart Association. (2010). Heart disease and stroke statistics-2010
update. Dalls, TX: Author.
3. Jauch, E, C., Cucchiara, B., Adeoye, O., Meurer, w., Brice, J., Chan, Y. Y., . . .
Hazinski, M. F.(2010). Part 11:Adult stroke: 2010 American Heart Association
guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency care. Circulation,
122, S818-S828.
4. Summers, D., Leonard, A., Wentrowth, D., Saver, J. L., Simpson, J., Spliker, J.
A., . . . Mitchell, P. H. (2009). Comprehensive overview of nursing and
interdisciplinary care of the acute ischemic stroke patient: A scientific statement
from the American Heart Association. Stroke, 40, 2911-2944.
5. Meyers< P. M., Schumacher, H. C., Higashida, R, T., Bernwell, S, L., Creager,
M. A., Gupta, R., . . . Wechsler, L., R. (2009). Indications for the performance of
intracranial endovascular; neurointerventional procedurses: A scientific statement
from the American Heart Assocoiation Council on Cardiovascular Radiology and
Interventions; Stroke Council, Council on Cardiovascular surgery and Anesthesia,
Interdisciplinary Council on Peripheral Vascular Disease, and Interdisciplinary
Council onQuality of Care and Outcomes Research. Circulation, 119,-2235-2249.
6. Molina, C. A. (2010). Reperfusion therapies for ischemic stroke: Current
pharmacological and mechanical approaches. Stroke, 42(1), 2108-2129.
xxiv