Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PERJALANAN DINAS

MELAKSANAKAN KEGIATAN VISITASI DI LEMBAGA IPWL BRSKP NAPZA SATRIA


BATURADEN SILOAM YOGYAKARTA PADA HARI SENIN-SELASA TANGGAL 19 – 20
PEBRUARI 2020

KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA

1. Drs. Suminto, M.Si


2. Dinah Pangestuti, M.Si
3. Adie Erwan Soeto[o, MA
4. Agus Wiyono, M.Si
5. Rif’atul Khoiriyah,M.Psi

BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA


Jl. Veteran N0. 8 Yogyakarta Telp. (0274) 376140
Purwomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta Telp. (0274) 496925
Tahun 2020
A. Pertimbangan
a. Bahwa Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta akan
melaksanakan kegiatan Diklat Pekerja Sosial Adiksi Narkoba Tahun anggaran 2020
dan memerlukan kunjungan dan visitasi lembaga sebagai bahan penyiapan kegiatan
Praktek Belajar Lapangan pada diklat tersebut
b. Bahwa perlu menugaskan widyaiswara untuk melakukan kegiatan yang dimaksud

B. Dasar
DIPA BBPPKS Yogyakarta Tahun 2020 Nomor: 027.11.2.369180/2020 tahun anggaran
2020

C. Proses
1. Pelaksanaan
a. Hari : Jumat-Sabtu
b. Pukul : 07.00-17.00 Wib
c. Tanggal : 19-20 Pebruari 2020
d. Tempat : BRSKP NAPZA “SATRIA” BATURADEN

2. Agenda
a. Koordinasi dengan BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden
b. FGD dengan Kepala BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden, konselor, peksos ,
psikolog, penyuluh dan salah satu PM

3. Narasumber
Kepala BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden

4. Peserta
a. Konselor Adiksi Narkoba
b. Peksos
c. Psikolog
d. Penyuluh
e. PM

D. Hasil Visitasi
a. Di awali dengan sambutan dari kepala IPWL BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden
b. Dilanjutkan sambutan dari wakil widyaiswara
c. Pemaparan oleh kepala IPWL BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden dengan tema
Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza di BRSKP NAPZA “SATRIA “ Baturaden
d. Telah dilaksanakan FGD dengan konselor dan pekerja sosial. Adapun hasilnya
sebagai berikut:
1) Balai Satria tidak menerapkan system Terapiutik Community dalam pelaksanan
rehabilitasi karena setelah 6 bulan, dan dilakukan evaluasi dianggap kurang
sesuai dengan budaya Indonesia yang selama ini aturannya rigid serta hasilnya
masih diragukan, maka Balai Satria hanya mengambil sebagian misi dr TC dan
dilakukan penyesuaian dengan pendekatan pekerjaan sosial secara individu
yang diperbanyak teknik konseling, teknik wawancara, morning meeting,
seminar dan terapi vokasional
2) Balai Satria melarang keras adanya kekerasan dalam wisma, karena itu peran
peksos dan pembimbing lainnya sangat dominan dalam rehabilitasi.
3) Konsep TC hanya dipakai sebagian.
4) Balai Satria merasa bahwa dalam penanganan perlu usaha preventif, karena itu
BRSKP Napza mendirikan PIE sebagai upaya untuk melakukan edukasi pada
masyarakat. Lembaga rehabilitasi, bukannya tempat sacral yang tabu
dikunjungi, namun dibuka untuk umum dengan menerapkan juga informasi
lewat medsos yang hingga saat ini mendapat respon baik dari masyarakat.
5) TIM yang solid, sangat dibangun di Lembaga sebagai upaya menyamakan visi
dan misi penanganan korban Napza. Dengan tim yang solid, maka segala
kesulitan bisa dilalui.
6) Salah satu residen dalam program rehabilitasi, sudah sering diperbantukan
dalam PIE, sebagai sarana resosialisasi dan mengembangkan kepercayaan diri.
Dengan pelatihan di PIE, residen merasa dia sangat mempu melawan triger atau
sugest yang muncul untuk slip maupun relaps.
7) Beberapa Residen juga menyatakan bahwa belum siap pulang karena sangat
rawan takut releaps
8) Terapi yang dilakukan tergantung dari permasalahannya dimulai dengan
assesmen yang emosinya dengan terapi CBT untuk merubah mindset ketika
sugest dengan pemikiran rasional, terapi kursi kosong.
9) Ada pemeriksaan dokter maksimal sebulan sekali, namun ada dampingan
perawat di Lembaga, setiap hari .
10) Hal yang dirasa sangat kurang adalah bentuk penjangkauan yang masih minim
anggaran sehingga pelaksanaannya dinilai kurang maksimal.

Demikianlah laporan kunjungan dan visitasi di BRSKP NAPZA SATRIA BATURADEN dan PIE BRSKP
NAPZA SATRIA BAURADEN

Yogyakarta, 24 Maret 2020

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai