Tata Laksana Wi
Tata Laksana Wi
Sebagai tenaga pengajar, setiap widyaiswara perlu melakukan penyesuaian kompetensi yang
dimilikinya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi
dan komunikasi. Widyaiswara perlu membangun pembelajaran kreatif dengan mengintegrasikan
teknologi informasi dalam pembelajarannya sehingga dapat menciptakan pengalaman-pengalaman
belajar yang baru bagi peserta.
Memandu sebuah proses diklat penting untuk memperhatikan kebutuhan materi dan kesesuaian
dengan cara mengajar dalam diklat. Weber (1992) telah memperingatkan lebih awal bahwa dalam
pembelajaran kadangkala tidak sesuai cara membangun interaksi pembelajaran dengan kebutuhan
materi itu sendiri. Bahwa perlu mendesain pembelajaran sedemikian rupa dan lebih kreatif dengan
mempertimbangkan penyesuaian materi dengan proses serta kebutuhan peserta. Misalnya dalam
proses umpan balik pembelajaran sudah perlu mengintegrasikan ICT agar tidak lagi dibatasi oleh
ruang dan waktu.
Oetarini (1992) menemukan banyak bukti bahwa umpan balik pembelajaran kadang kala tidak
diperhatikan. Bisa saja kondisi ini karena keterbatasan waktu atau jam pelajaran yang tersedia untuk
melakukan proses umpan balik selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Karena
pentingnya umpan balik tersebut, pengintegrasian ICT melalui e-learning misalnya, dapat
memangkas batas-batas waktu yang tersedia. Oleh karena itu memang sudah saatnya Widyaiswara
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk merancang program pengajaran, menyusun dan
melaksanakan strategi belajar mengajar, mengevaluasi dan menyempurnakan program pengajaran
(Arikunto, 1992) yang mengintegrasikan pemanfaatan tools, device dan interface teknologi
informasi.
Rancangan program pengajaran sangat penting dilakukan oleh widyaiswara mengingat fungsi
rancangan program ini untuk memantapkan program belajar mengajar, mengetahui dengan segera
tingkat keberhasilan proses belajar mangajar, meningkatkan keyakinan dan kegairahan peserta,
menjamin tercapainya tujuan pembelajaran (Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Diklat) dan mencapai keefektifan pengajaran. Akan tetapi fungsi-fungsi tersebut dapat dicapai bila
Widyaiswara memiliki kreativitas untuk memadukan variabel yang mempengaruhi keefektifan
pengajaran (Sastrawijaya, 1988), salah satunya dengan mengintegrasikan pemafaatan ICT.
Bagaimana menjadi Widyaiswara yang kreatif dalam pembelajaran? Higgins (1982), berasumsi
bahwa individu-individu yang kreatif akan lebih mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara
baik dalam lingkungannya. Oleh karena itu salah satu jalan yang dapat dilakuan oleh widyaiswara
menjadi kreatif adalah dengan melakukan penyesuaian dalam bentuk technology adapted dengan
mengitegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Bagaimanapun teknologi memiliki fitur baru yang
dapat mendukung efektivitas pembelajaran. Melaui adopsi teknologi dalm pembelajaran pada diklat
merupakan tahapan awal dari proses membangun keterampilan dan kreativitas widyaiswara.
Pandangan ini telah dikemukakan Anderson (1980) bahwa seseorang yang kreatif, harus memiliki
kepribadian yang tinggi, terbuka terhadap pengalaman baru (intlektual tinggi) dan memiliki motivasi
yang tinggi.
Terbuka pada pengalaman baru memang membutuhkan usaha dan motivasi untuk memenuhi
kompetensi tertentu agar terjadi proses adopted, adaptation and implementation hal-hal baru
kedalam pembelajaran. Akhirnya Widyaiwara kreatif berciri sosok yang menciptakan ide-ide yang
baru, mempunyai keinginan untuk mencoba ide baru tersebut dan mengevaluasi hasil-hasil yang
telah di capai untuk menjadi bahan evaluasi untuk proses selanjutnya
Latar Belakang
Penutup
Solusi yang diberikan tersebut tentu tidak akan dapat efektif dalam menyelesaikan
permasalahan dalam penyelenggaraan program pensiun PNS apabila tidak didukung oleh
komitmen instansi yang terkait. Persamaan persepsi dalam memandang permasalahan
penyelenggaraan progam pensiun PNS dari instansi terkait dan perlunya dukungan sesuai tugas
dan kewenangan masing-masing instansi sangatlah signifikan. Selama tidak ada dukungan
tersebut maka niscaya permasalahan penyelenggaraan program pensiun PNS tidak dapat
diselesaikan
13
4. Mata Diklat
a Tahap Diagnosa Kebutuhan Perubahan. Mata Diklat untuk Tahap ini adalah :
a) Wawasan Kebangsaan;
b) Integritas;
c) Pembekaian isu strategis;
d) d Diagnostic Reading,
e) Penjelasan Proyek Perubahan.
b Tahap Taking Ownership (Breakthrough I)
a) Mata Diklat untuk Tahap ini adalah :
b) Coaching-,
c) Counselling.
c Tahap Merancang Perubahan dan Membangun Tim Mata Diklat untuk Tahap ini adalah :
a) Pengembangan Potensi Diri;
b) Inovasi;
c) Jejaring Kerja;
d) Budaya Keija dalam Efektivitas Kepemimpinan;
e) Membangun Tim Efektif;
f) Benchmarking ke Best Practice,
g) Merancang Proyek Perubahan;
h) Seminar Presentasi Proyek Perubahan;
i) Pembekaian Implementasi Proyek Perubahan.
d Tahap Laboratorium Kepemimpinan (Breakthrough II). Mata Diklat untuk Tahap ini adalah :
a) Coaching;
b) Counselling.
e Tahap Evaluasi. Mata Diklat untuk Tahap ini adalah :
a) Seminar Laboratorium Kepemimpinan;
b) Evaluasi Kepemimpinan.
5. Tenaga Kediklatan
Tenaga kediklatan pada Diklatpim Tingkat III adalah :
a. Tenaga Pengajar yang meliputi Widyaiswara, pakar, praktisi, dan narasumber lainnya yang
memiliki kompetensi dan pengalaman dalam rnengelola perubahan.
b. Mentor dan coach.
c. Pengelola dan Penyelenggara Lembaga Diklat Pemerintah.
Persyaratan Tenaga Kediklatan
a. Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar pada Diklatpim Tingkat 111 yang berstatus sebagai Widyaiswara harus
merniliki sertifikat kompetensi untuk mengajar pada Diklatpim Tingkat 111, sedangkan pakar,
praktisi, dan narasumber lainnya memiliki :
a) kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran yang diindikasikan dengan kualifikasi,
pengalaman dan keahlian yang sesuai program Diklatpim Tingkat III;
b) kemampuan dalam penguasaan substansi mata Diklat yang diajarkan yang diindikasikan
dengan kualifikasi, pengalaman dan keahlian untuk mengajar pada jenjang Diklatpim Tingkat III.
b. Mentor dan Coach
Mentor dan Coach bertugas membimbing peserta selama pelaksanaan tahap breakthrough
I danbreakthrough II. Mentor adalah atasan langsung peserta, sedangkan coach adalah tenaga
pembimbing yang memiliki kompetensi dalam :
a) Membekali peserta dengan kompetensi yang diperlukan selama
tahap breakthroughl dan breakthroughII;
b) Memotivasi peserta melalui konsultasi selama pelaksanaan breakthrough I dan breakthrough II.
c. Pengelola dan Penyelenggara Lembaga Diklat Pemerintah Pengelola dan penyelenggara
Diklatpim Tingkat III memiliki kemampuan dalam rnengelola Diklat yang dibuktikan dengan:
a) Sertifikat Diklat Management of lYaining bagi pengelola Diklat;
b) Sertifikat Training Officer Course bagi penyelenggara Diklat.
Penugasan
Tenaga Kediklatan pada Diklatpim Tingkat III ditugaskan oleh Pimpinan Lembaga Diklat yang
Terakreditasi untuk melaksanakan Diklatpim Tingkat III.
6. Fasilitas Diklat
Prasarana
Penyelenggaraan Diklatpim Tingkat III menggunakan prasarana yang responsive
gender. Prasarana yang diperlukan dalam Diklatpim meliput i:
a. Aula;
b. Ruang kelas;
c. Kuang diskusi;
d. Kuang seminar;
e. kuang kantor;
f. Kuang kebugaran:
g. Kuang komputer;
h. Kuang laboratoriun:;
i. Asrama bagi peserta;
j. Wisma tenaga kediklatan;
k. Perpustakaan;
l. Kuang makan;
m. Fasilitas olahraga;
n. Fasilitas rekreasi:
o. Unit kesehatan;
p. Tempat ibadah.
Agar proses aktualisasa pengetahuan dapat berlangsung dengan mudah pada saat pembelajaran,
maka layout atau tata letak ruangan kelas berbentuk islands atau kelompok-kelompok yang terdiri
atas 4-5 orang, dengan flipchart stand pada masing-masing kelompok. Detail layout ruangan kelas
seperti di bawah ini :
Penyelenggaraan Diklatpim Tingkat III menggunakan
1. Papan tulis
2. Flip chart
3. Overhead projector
4. Sound system
5. Kaset, compact disc
6. TV dan Video
7. Perekam
8. Komputer/Laptop
9. LCD Projector
10. Jaringan Wireless fidelity (Wi-fi),
11. Buku referensi
12. Modul/Bahan Ajar
13. Bank kasus
14. Teknologi multimedia
7. Penyelenggaraan
Diklatpim tingkat III dilaksanakan oleh lembaga diklat pemerintah yang sudah terakreditasi.
Diklatpim tingkat III dilaksanakan selama 93 hari kerja, 240 jp atau 28 hari kerja untuk pembelajaran
klasikal, dan 585 jp atau 65 hari hari kerja untuk pembelajaran non klasikal. Pada saat pembelajaran
klasikal peserta diasramakan, dan diberikan kegiatan penunjang kesehatan jasmani/mental selama
14 jp. Dengan rincian alokasi waktu per mata diklat adalah sebagai berikut :
8. Evaluasi
Evaluasi pada kegiatan Diklatpim dilaksanakan melalui penilaian terhadap peserta diklat,
widyaiswara, penyelenggaraan, dan pasca diklat.
Penilaian dimulai dari Hard Competence (Proyek Perubahan), kemudian lanjut menggunakan
penilaian Soft Competence (Sikap dan Perilaku) untuk mengkonfirmasi Nilai Hard Competence
a. Evaluasi peserta pada aspek sikap perilaku 40%, terdiri dari : inegritas, etika, kedisiplinan,
kerjasama,prakarsa. dan kualitas perubahan 60%, terdiri dari : identifikasi perubahan, rancangan
perubahan, pemimpin perubahan.
b. Kualifikasi kelulusan :
a) Sangat memuaskan (skore 92,5 – 100)
b) Memuaskan (skore 85,0 – 92,4)
c) Cukup memuaskan (skore 77,7 – 84,9)
d) Kurang memuaskan (skore 70,0 – 77,4)
e) Tidak Lulus (skore dibawah 70,0)
* Widyaiswara Balai Diklat Aparatur Sukamandi Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan.
Diposting 13th January 2014 oleh Anonymous
Label: POLA BARU DIKLATPIM
0
Tambahkan komentar
3.
JAN
13
Apa itu konsultan ? dan apakah ada yang namanya konsultan diklat ? pasti hanya sebagian
kecil yang tahu, karena profesi ini yang kurang diminati dan kurang populer, karena memang
sulit dan hanya sedikit yang tahu. Percaya atau tidak bahwa lima belas tahun terakhir
pertumbuhan profesi ini sangat cepat dan malah sekarang merupakan salah satu industri jasa
utama di Amerika Serikat. Permintaan pengguna jasa ini lebih banyak dari tenaga yang
tersedia, sehingga pertumbuhan prospek usaha ini selanjutnya sangat positif dan kesempatan
menjadi konsultan baik disektor swasta maupun sektor pemerintah masih terbuka lebar dan di
era industripun konsultan dapat berkembang dengan kondisi ekonomi yang bagaimanapun
tetap eksis. Mengapa orang kurang memahami profesi ini ? Apa sebabnya profesi ini sekarang
berkembang ? Apakah ada pergeseran dalam dunia kerja, dimana sekarang ini organisasi
pemerintah maupun swasta dituntut agar mampu bekerja secara lebih efesien dan efektif dalam
menghadapi perubahan situasi yang cepat, tidak menentu dan sukar diramalkan agar
organisasi mampu bertahan hidup dan mampu menunjukan keunggulan kompetitif
Apakah dampak dari perubahan yang cepat dan tidak menentu ini akan memunculkan berbagai
permasalahan, dari yang sederhana sampai yang sulit dan rumit, yang tercipta adalah
timbulnya kondisi yang melemahkan organisasi maupun lembaga tertentu juga mengancam
pada perusahaan-perusahaan yang memiliki sumberdaya yang lemah untuk gulung tikar alias
bangkrut jika mengabaikan perkembangan yang ada. Apabila sumberdaya yang ada pada
organisasi tidak cukup berkualitas untuk mengatasi masalah ersebut, maka diperlukan
kehadiran orang lain untuk membantu memecahkan masalah organisasi secara profesional.
Oleh karena itu bantuan profesional dari seorang konsultan merupakan alternatif pemecahan
masalah bagi organisasi, sampai organisasi tersebut dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Konsultan adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu dan memberi opini
dari satu sudut pandang, dimana opininya dibayarkan sebagai biaya. Menurut Renvile (1997),
konsultan adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menjual, cerdas dengan pikiran
terbuka, mandiri, menyukai tantangan serta mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan
mempengaruhi orang lain agar mengikuti saran, berpikiran positif, dan ingin membantu orang
lain dengan cara efektif, dan ingin melakukan perubahan kearah yang positif.
Kepiawaian seorang konsultan tentunya sangat tergantung pada banyak faktor, salah satunya
adalah memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat penguasaan dibidangnya yang memadai.
Untuk seorang konsultan yang baru meniti profesi ini perlu lebih banyak melakukan
penguasaan dan pengelolaan terhadap tugas, peran, dan tanggung jawabnya, melakukan
penelitian, menentukan dan terus meningkatkan teknik memasarkan keahlianya. Fungsi
seorang konsultan sering dikatakan memberikan bantuan, nasehat, dan pendapat untuk
kepentingan pengguna jasa, yang dilakukan secara profesional dan eksklusif meliputi berbagai
informasi, penilaian, analisis, rekomendasi dan teknik penerapannya jika timbul suatu masalah
yang memerlukan penanganan tapi organisasi tidak memiliki kemampuan untuk
menanggulanginya.
Menurut Seorang pakar mengatakan, bahwa untuk menjadi seorang konsultan minimal harus
memiliki dua keahlian, yaitu : kesatu harus menguasai kemampuan teknis dalam disiplin ilmu
tertentu, dan kedua harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara menjalankan kegiatan
konsultasi. Jika anda sudah memiliki keahlian yang pertama, maka selanjutnya tinggal
menguasai dan mengembangkan teknik konsultasinya. Seorang konsultanpun diharapkan
memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi, dan investigasi masalah yang berkaitan
dengan kebijakan organisasi, prosedur atau metode kerja, dan memberi rekomendasi tindakan,
serta membantu dalam melaksanakan rekomendasi yang disarankan. Disamping itu juga
berperan sebagai penasehat pimpinan atau manajer untuk mengetahui konsekuensi yang
mungkin timbul atau kemungkinan adanya alternatif baru dalam melakukan tindakan,
menambah alternatif ide yang dibutuhkan, yang sekaligus dapat memberikan solusi terbaik
dalam menganalisa untung rugi untuk masa depan organisasi.
Mengapa konsultan diklat ? sebagai manusia harus bermanfaat bagi manusia yang lainnya,
harus dapat menghormati dan menghargai manusia serta mampu menjalin kerjasama dengan
orang lain untuk keberhasilan bersama. Untuk itu diperlukan memiliki keterampilan dalam
melakukan konsultasi dibidang kediklatan yang diharapkan mampu menumbuhkan keberhasilan
bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Konsep dasar konsultasi diklat.
Konsultasi diartikan sebagai suatu jasa keahlian yang disediakan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang independen untuk membantu melakukan identifikasi dan investigasi
masalah yang berkaitan dengan kebijakan organisasi, prosedur atau metode kerja, dan
memberi rekomendasi tindakan, serta membantu dalam melaksanakan rekomendasi.
Menurut (Tiles, 1961; Argyris, 1961; Daccord, 1967 dan Schein, 1969), ada dua model proses
konsultasi, sebagai berikut :
1. The Puchase Model
Model ini pelaksanaanya membayar seorang ahli atau profesional untuk informasi dan
pelayanan yang telah diberikannya. Misalnya seorang manajer membutuhkan informasi
kegiatan yang perlu dilakukan dan yang bersangkutan menyadari dalam organisasinya tidak
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi atau untuk melakukan
perubahan dan mengembangkan organisasinya, maka yang bersangkutan berani membayar
untuk memenuhi kebutuhan organisasinya. Dicontohkan seorang pimpinan ingin mengetahui
apa yang dirasakan suatu kelompok jabatan tertentu atau seorang manajer ingin mengetahui
sikap konsumen tertentu, atau seorang pimpinan ingin mengtahui bagaimana meningkatkan
organisasinya agar dapat bekerja lebih efektif, dan sebagainya.
2. The Doctor Patien Model
Model ini menyerupai seorang dokter dengan pasiennya. Pelaksanaanya dimana suatu
lembaga mendatangkan tim konsultan untuk mengetahui apa yang salah dalam organisasinya,
dan selenjutnya hasil diagnosa memberikan rekomendasi program terapi perbaikan. Model ini
sering terjadi ketidak sepahaman karena keengganan memberikan informasi yang benar
sehingga saran dan rekomendasinya kurang dipercayai dan kurang dierima.
Oleh karenanya untuk hasil konsultasi yang memuaskan memerlukan adanya saling
kepercayaan dan kerjasama saling terbuka antara konsultan dan yang membutuhkan konsultan
(klien). Menurut Schein, (1969) asumsi yang mendasari proses kosultasi kediklatan yang
berhasil adalah :
1. Semua organisasi tidak ada yang sempurna selalu ada keterbatasannya, oleh karena itu untuk
menutupi kelemahan dan keterbatasannya setiap organisasi akan efektif jika dipelajari dan
didiagnosa kekuatan dan kelemahannya untuk kemudian dicarikan konpensasi untuk
kelemahannya tersebut.
2. Harus mempelajari budaya kerja pada organisasi tersebut dan selalu berada bersama dengan
manajer dan staf untuk bekerjasama selama dipergunakan organisasi tersebut.
3. Klien harus mengetahui problemnya sendiri dan mengungkapnya pada saat diagnosis secara
aktif dalam upaya menumbuhkan penyelesaian, karena kunci pemecahan masalah yang
dihadapi ditentukan oleh klien sendiri, walaupun mendapat masukan alternatif dari konsultan
dalam pengambilan keputusannya.
4. Konsultan pada hakekatnya menjadikan klien berkemampuan bagaimana mendiagnosa dengan
baik dan benar serta menciptakan hubungan yang harmonis penyelamatan sesuai kebutuhan
klien.
Konsultan yang bekerja efektif akan selalu memberikan hasil yang cemerlang untuk memenuhi
kepentingan profesi dan lembaganya, sehingga selalu berusaha agar campur tangannya dapat
memberikan arti yang baik bagi nasib pengguna jasa melalui pengembangan sistem, solusi,
dukungan, dan pelayanannya.
Menurut Turner, (1982) bahwa tugas seorang konsultan diklat secara umum, adalah :
1. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa diklat
2. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi pengguna jasa diklat
3. Membuat diagnosis, bila perlu melakukan perubahan serta mendefinisikan kembali
permasalahan yang dihadapi
4. Membuat rekomendasi berdasarkan hasil diagnosis yang dilakukan
5. Membantu pelaksanaan rekomendasi yang dinginkan pengguna jasa diklat
6. Membina suatu konsensus dan komitmen pada upaya kegiatan perbaikan yang sudah
diputuskan
7. Memfasilitasi pengguna jasa diklat dalam peningkatan kompetensi yang diperlukan begitupun
untuk mengantisipasi perubahan dimasa mendatang
8. Dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus secara efektif sistem dalam organisasi secara
permanen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan kaiannya dengan jasa konsultan, seperti : Jasa
independen, jasa memberi nasehat, jasa menyediakan pengethuan dan keterampilan
profesional yang dapat diimplementasikan, dimana konsultan menjembatani kesenjangan
antara teori dan praktek, dan perlu diketahui bahwa konsultan tidak memberikan perbaikan
secara instan tapi keberhasilan diperoleh atas kerjasama antara konsultan dan klien terjalin
dengan baik dan harmonis.
Kebutuhan dan pentingnya jasa konsultasi.
Beberapa perusahaan pemerintah maupun swasta memerlukan jasa konsultan dalam
menyelsaikan masalah yang dihadapinya, alasannya adalah sebagai berikut : a). Membantu
sementara atau secara berkala untuk mengatasi kesulitan atau membantu sementara bagian
manajemen dalam merencanakan program pelatihan untuk setingkat manajer atau saf yang
sifatnya tidak tetaop. b). Melihat tujuan secara obyekif, dengan bantuan konsultan diharapkan
dapat memberikan rekomendasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
organisasi atau untuk pengembangan memperoleh keuntungan baru. c). Kerjasama tiga pihak
unuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah internal. d). Menganalisis dan bertahan dalam
masa kritis. e). Memberikan gagasan dan mulai melakukan perubahan. f). Membantu bidang
kepegawaian. g). Membantu pemilihan karyawan atau merekrut tenaga staf. H). Pelatihan
internal untuk para staf (inhouse training) guna memperolehmasukan pola manajemen baru,
teknik pengawasan, pengetahuan teknis, dan dalam upaya memperbaiki perilaku pegawai
dalam berkinerja.
Beberapa alasan mengapa Banyak konsultan dibutuhkan oleh perusahaan swasta maupun
pemerintah, karena : 1). Konsultan dapat menyediakan pengetahuan dan keterampilan. 2).
Konsultan memberikan pandangan yang tidak memihak (netral0 dari pihak ketiga. 3). Konsultan
menyediakan bantuan profesional secara intensif dalam jangka waktu singkat. 4). Konsultan
memberikan pertimbangan bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang lebih bijak.
Setiap organisasi memiliki kondisi yang berbeda dalam kebutuhanya terhadap konsultan,
banyak yang tidak memerlukan konsultan dalam menjalankan organisasinya, tapi ternyata lebih
banyak perusahaan yang memerlukan konsultan dalam menjalankan organisasinya agar tetap
eksis dalam perkembangan usaha yang cenderung tidak menentu ini. Banyak pertimbangan
yang mendorong perusahaan menggunakan jasa konsultan, dimana menurut Renvile (1997)
bahwa situasi yang memerlukan jasa konsultasi adalah sebagai berikut : 1). Pengguna jasa
mengahadapi batas ahir waktu. 2). Pengguna jasa tidak memiliki staf ahli untuk melakukan
pekerjaan tertentu. 3). Pengguna jasa membutuhkan perspektif yang objektif. 4). Pengguna jasa
kekurangan tenaga manusia. 5). Pengguna jasa memanfaatakan kredibilitas konsultan sebagai
modal. 6). Pengguna jasa ingin menghindari konflik. 7). Pengguna jasa menghadapi krisis. 8).
Pengguna jasa tidak ingin melakukan tugas tersebut.
Selanjutnya perlu mengetahui peran dari seorang konsultan dalam proses konsultasi yang perlu
dimainkan , adalah sebagai berikut : 1). Penganjur (advocate), menggunakan kemampuan,
pengaruh, kharisma untuk memaksakan gagasan pada klienya. 2). Information
Specialist, artinya membagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan profesional yang
dimilikinya pada klien. 3). Pelatih dan pendidik. 4). Turut dalam mengatasi masalah. 5). Pencari
alternatif dan penghubung kepada sumber. 6). Pencari fakta. 7). Proses konseling. 8).
Mengamati tujuan.
Menurut Douglas (2000) dan Renvile (1997), kepribadian yang dapat menunjang kesuksesan
menjadi konsultan profesional, adalah harus : 1). Memilki kondisi kesehatan fisik, mental, dan
perilaku yang stabil. 2). Berwawasan luas dan bijak, serta memiliki latar belakang pendidikan
formal yang memadai. 3). Selalu semangat dan percaya diri yang tinggi. 4). Menjunjung etika,
sopan santun, dan rasa hormat pada orang lain. 5). Memiliki pribadi yang efektif dan
bertanggung jawab, melakukan sesuatu dengan giat, mampu mengambil inisiatif dan tidak
mudah menyerah. 6). Memiliki integritas dan memberikan kepercayaan pada kemampuan
orang lain sebagai mitra. 7). Mandiri dan percaya atas kemampuan sendiri, tidak mudah
terpengaruh, pengambilan keputusan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki. 8).
Pengambilan keputusan yang benar berdasarkan intelektual dan pertimbangan ilmiah secara
lengkap dan akurat. 9). Berkemampuan melihat persoalan secara obyektif. 10). Berkemampuan
melakukan analisis, memecahkan masalah, mengumpulkan, mengevaluasi, mengelompokan,
menyelaraskan faktor-faktor mendasar tiap masalah dalam tingkatan kompleksitas yang
berbeda-beda. 11). Dengan imajinasi dan kreatif mampu menganalisis situasi dalam persfektif
baru. 12). Cakap berkomunikasi dengan kata-kata dan tulisan dalam meyakinkan klien. 13).
Siap melayani klien setiap saat dan mampu melayani klien yang berbeda-beda karakter dan
keunikannya, serta mampu melakukan tindakan secara obyektif anpa dipengaruhi penilaian dan
tekanan dari luar. 14). Berkemampuan berinteraksi dan dapat membentuk rasa percaya diri
serta rasa hormat dari klien, mengajak klien berpartisipasi dalam memecahkan masalah,
menetapkan prinsip, teknik perubahan serta memberikan pengetahuan yang memadai pada
klien. Tanggap terhadap informasi baru dan cara pandang orang lain, menghormati pendapat
orang lain dalam memandang permasalahan yang ada. 15). Memiliki pengetahuan teknis untuk
mengenali keahliannya sendiri dan mencari jalan keluar untuk meningkatkan kemampuan yang
kurang serta menentukan partner kerja untuk menutupi kekurangannya.
Agar peran, tugas dan tanggung jawab seorang konsultan dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar, harus memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, yaitu : 1). Memiliki pengetahuan tentang
ilmu perilaku (behavioral science) , dasar falsafah manusia dan organisasi, metodologi
pendidikan dan pelatihan, merancang bangun perubahan, memahami teori kepribadian,
pembentukan sikap dan perubahan, pengetahuan tentang motivasi dan kerangka kerja. 2).
Memiliki keterampilan sebagai konsultan, seperti berkomunikasi antar pribadi, mendengar
dengan penuh kesabaran, membuat laporan hasil, mendidik dan melatih, membangun
hubungan berdasarkan saling percaya, mampu bekerja dalam kelompok, metode intervensi,
mendesain survei, melakukan wawancara, teknik analisis data, mendiagnosis masalah, dan
teknik memecahkan masalah. 3). Memiliki sikap seorang konsultan , profesional, dewasa,
percaya diri, keterbukaan, rendah hati, cerdas, memiliki sistem nilai kemanusiaan.
Bagaimana langkah pemberian konsultasi dilaksanakan ? pertama : harus mampu membina
kontak dan menciptakan hubungan yang baik, kedua : memilih setting dan metode kerja yang
akurat, ketiga : melakukan pengumpulan data dengan baik dan benar, keempat : melakukan
perlakuan (intervensi), dan kelima : melakukan evaluasi dan pemberian balikan.
Lima langkah pemberian konsultasi tersebut sangat menentukan keberhasilan konsultan, oleh
karena itu membina kontak dan menjalin hubungan baik merupakan penentu jalannya langkah
selanjutnya. Terciptanya hubungan yang baik dan bermanfaat dengan klien adalah
keberhasilan awal proses konsultasi berlanjut atau berhenti, proses konsultasi tidak akan
dimulai sampai seseorang dalam organisasi menerima asumsi bahwa hubungan
baik (relationship) dan proses antar pribadi merupakan hal penting untuk langkah berikutnya.
Semoga di BPSDMKP khususnya dan di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan
umumnya dapat menumbuhkan munculnya konsultan-konsultan diklat untuk merumuskan
bagaimana meningkatkan kompetensi pegawai yang tepat sekaligus juga untuk pelaku usaha
dan pelaku utama perikanan, bravo !
data dan informasi diperoleh dari hasil mengikuti Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat
Utama di Balai Diklat Aparatur Sukmandi, Tahun 2013.
1.1 Latar Belakang
Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Ia dapat membantu
guru dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, sehinggan guru tidak terlalu banyak
menyajikan materi. Disamping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru
dan mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi guru, karena
sebagian waktunya dapat dicurahkan untk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi
siswa, dapat mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar mandiri. Hal ini
juga mendukung prinsip belajar sepanjang hayat (life long education).
Bahan ajar adalah berbeda dengan buku teks. Bahan ajar yang baik dirancang sesuai
dengan prinsip-prinsip instruksional. Guru dapat menulis sendiri bahan ajar yang ingin
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun, guru juga dapat memanfaatkan
buku teks atau bahan dan informasi lainnya yang sudah ada di pasaran untuk dikemas kembali
atau ditata sedemikian rupa sehingga dapat menjadi bahan ajar. Bahan ajar biasanya dilengkapi
dengan pedoman untuk siswa dan guru. Pedoman berguna untuk mempermudah siswa dan guru
mempergunakan bahan ajar.
Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang tepat dalam rangka
membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam
kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan dalam garis besar dalam bentuk
materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi
bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan
masalah. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari
pihak guru dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa. Bahan ajar atau materi
pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan
menerapkan bahan ajar yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan diperoleh alternatif bagi
guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan
berjalan lebih optimal dan bervariasi dan pada akhirnya hasil belajar maupun aktivitas peserta
didik diharapkan juga meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa sajakah langkah-langkah pokok yang harus di perhatikan dalam pembuatan bahan ajar?
2. Bagaimanakah teknik penyusunan bahan ajar yang perlu dipahami?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. untuk mengetahui langkah-langkah pokok yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar
2. untuk mengetahui teknik penyusunan bahan ajar yang perlu dipahami
BAB II
PEMBAHASAN
d. Materi Pokok
Materi pokok adalah sejumlah informasi utama yang berisi pengetahuan, keterampilan,
auan nilai yang disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta didik menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Materi pokok adalah objek analisis berikutnya yang harus kita telaah. Jadi
setelah menganalisis indikator, maka kita berlanjut pada analisis materi pokok. Materi pokok ini
menjadi salah satu acuan utama dalam menyusun isi bahan ajar.
e. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah suatu aktivitas yang didesain oleh pendidik supaya dilakukan
oleh para peserta didik agar mereka menguasai kompetensi yang telah ditentukan melalui
kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Jadi, pengalaman belajar haruslah disusun secara
jelas dan operasional, sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.
Itulah lima komponen utama yang harus kita pahami sebelum kita melakukan analisis
kurikulum. Selanjutnya, dalam hubungannya dengan analisis kurikulum, analisis pengalaman
belajar ditunjukkan untuk mengidentifikasi bentuk serta bahan ajar yang tepat dan sesuai untuk
aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Kemudian, jika kita sudah sampai pada
analisis pengalaman belajar (yang akan dilakukan oleh peserta didik) tersebut.
Berdasarkan analisis kurikulum ini, maka kita dapat mengetahui jumlah bahan ajar yang
harus dibuat dan disiapkan dalam satu semester tertentu. Selain itu, kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi jenis bahan ajar yang relevan dan cocok untuk digunakan.
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari silabus mata pelajaran. Sedangkan jenis bahan
ajar agar dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar
diuraikan, maka akan semakin mudah bagikita untuk menentukan jenis bahan ajarnya. Dan jika
analisis dilakukan terhadap seluruh standar kompetensi, maka akan diketahui pula banyaknya
bahan ajar yang harus disiapkan.
2) Analisis Sumber Belajar
Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya dalam menganalis kebutuhan
belajar adalah menganalisis sumber belajar. Apa dan bagaimana analisis sumber belajar itu
dilakukan, tidaklah susah. Yang penting kita harus memahami terlebih dahulu bahwa sumber
belajar yang akan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan
analisis. Andapun kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan berdasarkan
kesesuaian, ketersediaan, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Cara analisis sumber belajar
adalah dengan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
Berikut ini merupakan penjelasan kriteria dalam menganalsis sumber belajar.
a. Kriteria Ketersediaan
Kriteria ketersediaan berkenaan dengan ada tidaknya sumber belajar di sekitar kita. Jadi
kriteria pertema ini mengacu pada pengadaan sumber belajar. Usahakan agar sumber belajar
yang kita gunakan prakti dan ekonomis, sehingga kita mudah untuk menyediakannya. Jika
sumber belajar tidak ada atau tempatnya jauh, maka sebaiknya jangan kita gunakan.
b. Kriteria Kesesuaian
Kriteria kesusaian maksudnya adalah apakah sumber belaar itu sesuai atau tidak dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, hal utama yang dilakukan dalam kriteria kedua
ini adalah memahami kesesuaian sumber belajar yang dipilih dengan kompetensi yang mesti
dicapai oleh peserta didik. Jika sumber belajar tenyata dinilai membantu peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang harus mereka kuasai, maka sumber belajar itu layak untuk
digunakan. Namun, jika tidak, sebaiknya jangan digunakan.
c. Kriteria Kemudahan
Kriteria kemudahan maksudnya adalah mudah atau tidaknya sumber belajar itu
disediakan maupun digunakan. Jika sumber belajar itu membutuhkan persiapan, keahlian khusus,
serta perangkat lain yang rumit, sedangkan kita jelas-jelas belum mampu untuk
menggunakannya, maka sebaiknya jangan digunakan. Kita sebaiknya memilih sumber belajar
yang mudah pengadaan maupun pengoperasiannya. Dengan demikian, bahan ajar itu bisa benar-
benar efektif membuat peserta didik menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
3) Analisi
Karakteristik Siswa
Analisi karakteristik siwa ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan
siswa, yaitu siswa yang akan menjadi sasaran bukub teks. Kebutuhan atau motivasi siwa
merupakan kekuatan yang dapat menimbulkan tingkat antusiasme dan semangat dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun
dari luar individu itu sendiri.
4) Memilih dan Menentukan Bahan Ajar
Tahap ketiga dalam analisis kebutuhan bahan ajar adalah memilih dan menentukan bahan
ajar. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik
dan dapat membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi. Karena pertimbangan tersebut,
maka langkah-langkah yang hendaknya kita lakukan antara lain menentukan dan membuat bahan
ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih
oleh peserta didik, serta menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analsis kurikulum
dan analisis sumber bahan.
Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam memilih dan menentukan bahan ajar, yaitu :
a. Prinsip Relevasi
Arti dari prinsip relevansi yaitu bahan ajar yang dipilih sebaiknya ada hubungannya
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Prinsip Konsistensi
Dalam prinsip konsistensi, bahan ajar yang dipilih harus mempunyai niai keajegan. Jadi,
antara kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang telah
disiapkan mempunyai keselarasan dan kesamaan.
c. Prinsip Kecukupan
Dalam prinsip kecukupan, ketika kita memilih bahan ajar, hendaknya dicari yang
memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun langkah-langkah pokok dalam pambuatan bahan ajar yaitu menganalisis
kebutuhan bahan ajar,menyusun peta bahan ajar, dan membuat struktur bahan ajar. Dalam
menganalisis kebutuhan bahan ajar bada empat tahap yaitu menaganalisis kurikulum, analisis
sumber belajar, menganalisis karakter siswa dan memilih dan menuntukan bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Komentar
rheereny
UNKNOWN
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan