PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal berfungsi sebagai tempat mengatur air, tempat mengatur konsentrasi garam
dan darah, dan sebagai tempat mengatur keseimbangan asam-basa darah, serta
Batticaca,2008)
Gagal ginjal kronik terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak
dimulai. Kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang
B. Rumusan masalah
berikut:
1
4. Apa itu komplikasi GGK?
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat Penulisan
pengetahuan bagi para mahasiswa yang juga merupakan calon perawat, sehingga
pelayaanan kesehatan.
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Gagal ginjal kronik merupakan akibat dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
Gagal ginjal kronik terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak
dimulai. Kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang prokresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut dari
semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh uremia (Syarif A, 2001)
3
B. Etiologi
4
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sistemik)
metabolic.
7. Nefropati toksik
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi gagal ginjal, sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh) nefron-nefron
yang utuh hipertropi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
bahan yang harus dilarutkan menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi
berikat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya, oleh karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak ,oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
5
di mana timbulnya gejalah-gejalah pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejalah-gejalah khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-
90%. Pada tingkat ini, fungsirenal yang demikian, nilai kreatinin clearance turun
memengaruhi setiap sistim tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejalhakan semakin berat. Banyak gejalah membaik setelah dialysis (Brunner dan
suddart, 2001:1448).
Perjalanan klinis gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu;
1) Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%). Tahap inilah yang
paling ringan faal ginjal masih baik. Pada tahap penderita belum merasakan gejalah-
gejalah dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama
tahap ini keratin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) dalam batas normal dan
dengan memberikan bebean kerja yang berat,seperti tes pemekatan kemih yang lama
2) Stadium II
6
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun.
Pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam,
faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepat dengan tepat, dapat
mencegahpenderita masuk ke tahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas
protein dalam diet. Kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama
menyerang tubulus meskipun poliura bersifat sedang dan jantung lebih dari 3
liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal diantara 5%-
25%. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala-gejala kekerangan darah,
3) Stadium III
Uremia gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah jelas
dan penderita masuk dalam keaadaan tak dapat melakukan tugas sehari hari
sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu
7
akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10%
dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai
merasakan gejalah yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
dinamakan sindrom uremik memengaruhi setiap sistim dalam tubuh pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengonatan
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
8
Menifestasi klinik menurut (smeltzer, 2001:1449) antara lain hipertensi,
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik, prutitas, anoreksia,
mampu berkonsentrasi)
dan liat
fraktur tulang
kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
D. Komplikasi
9
Menurut smeltzer (2000), komplikasi gagal ginjal kronik yang memerlukan
3. Hipertensi ,akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistim rennin,
angiotensin, aldosteron
5. Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang redah
pengaturan ginjal normal. Pasien tampak sangat menderita dan latergi disertai mual
persistem, mual, muntah, dan diare. Kulit dan membrane mukosa kering akibat
dehidrasi , dan nafas mungkin berbau urine (veter uremik) manifsestasisistem saraf
Perubahan haluan urin. Haluaran urin sedikit, dapat mengandung darah , dan
10
Peningkatan BUM dan kadar kreatinin. Terdapat peningkatan yang tetap
transfuse darah dan sumber-sumber lain (infuse intravena,penisilin kalium, dan dan
metabolic seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolic normal.
Selain itu, mekanisme buffer ginjal normal turun.hal ini ditunjukkan dengan adanya
11
Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak dapat
uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
1) Pemeriksaan penunjang
1. Urine
b) Warna: secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
c) Berat jenis: < 1,051 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat)
urine/sering 1:1
kerusakan glomerulus jika SDM dan fagmen juga ada. pH, kekeruhan
2. Darah
12
a) BUN: urea adalah produksi akhir dari metabolism protein, peningkatan BUN
kreatinin posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kreatinin meningkat
3. Pielografi intravena
dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible artiogram ginjal mengkaji
4. Sistouretrogram berkemih
5. Ultrasonografi ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
6. Biopsy ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan untuk diagnosis
histologist.
13
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal,keluar batu,hematuria dan penggangkatan
tumor selektif.
8. Ekg
2) Penatalaksanaan
a) Obat-obatan
3. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan
4. Tambahan vitamin B dan C diberika jika penderita menjalani diet ketat atau
menjalani dialisa
5. Pada penderita gagal ginjal kronik biasanya kadar trigliserida dalam darah
tinggi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, seperti strok
14
dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan
gemfibrozil
6. Kadar asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam
kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacabg-kacangan dan
minuman ringan)
c) hemodialisis
ginjl untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolism atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium.hydrogen, urea,kreatinin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui membrane semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk GGK atau sebagai
15
pada GGA, dialisis dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa
Pada hemodialisis, darah adalah salah satu kompartemen dan dialisat adalah
sebagian yang lain. Membran semipermeable adalah lembar tipis, pori-pori tersebut
dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi
zat dengan berat molekul rendah seperti urea,kreatinin dan asam urat berdifusi.
Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membrane, tetapi
kebanyakan protein plasma,bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati
pori-pori membran.
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure,CRF) terjadi apabila kedua ginjal
jaringan perut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.
CRF berbeda dengan ARF. Pada CRF,kerusakan ginjal bersifat progresif dan
16
Tahap perkembangan gagal ginjal (menurut Bayhakki, M.Kep tahun 2012)
d) Pasien asimtomatik
2. Gagal ginjal
3. Gagal ginjal
17
a) Lebih dari 85% nefron tida berfungsi
f) Uliguria
masih berfungsi,sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi lagi.
Nefron yang masih utuh dan berfungsi mengalami hipertropi dan menghasilkan
filtrate dalam jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga meningkat walaupun laju
filtrasi glomerulus berkurang. Kompensasi nefron yang masih utuh dapat membuat
ginjal mempertahankan fungsi sampai tiga perempat nefron rusak. Solute dalam
cairan menjadih lebih banyak dari yang dapat direabsorpsi dan mengakibatkan
dieresis osmotik dengan poluria dan haus. Akhirnya nefron yang rusak bertambah dan
Tanda dan gejalah timbul akibat cairan dan eletrolit yang tidak seimbang,
perubahan fungsi regulator tubuh, dan retensi solute. Anemia terjadi karena produksi
eritrosi juga terganggu (sekresi eritropoietin ginjal berkurang). Pasien mengeluh cepat
lelah,pusing,dan letargi.
18
Hiperurisemia sering ditemukan pada pasien dengan ESRD. Fosfat juga
meningkat , tetapi kalsium mungkin normal atau di bawah normal. Hal ini disebabkan
vasopresor (rennin). Kulit pasien juga mengalami hiperpigmentasi serta kulit tanpak
kekuningan atau kecokelatan. Uremic frosts adalah Kristal deposityang tanpak pada
diekskresikan melalui kapiler kulit yang halus sehingga tanpak uremic frosts. Pasien
dengan gagal ginjal yang berkembang dan menjadi berat (tanpa pengobatan yang
efektif), dapat mengalami tremor otot, kesemutan betis dan kaki, perikarditis dan
pleuritis. Tanda ini dapat hilang apabila kegagalan ginjal ditangani dengan modifikasi
letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental,berat badan menurun, cepat marah
dan depresi. Gagal ginjal yang berat menunjukkan gejala anoreksia, mual, dan ginjal
yang berat menunjukkan gejala annoreksia, mual, dan muntah yang berlangsung
terus, pernapasan pendek, edema pitting serta pruritus (Mary Baradoe tahun 2010)
19
Wanita dengan ESRD yang sudah berkembang mengalami perubahan siklus
fungsi ginjal sudah hilang, pasien akan menunjukkan kegagalan ginjal yang khas.
lipoprotein (HDL)
Menifestasi sistim tubuh pada gagal ginjal kronik (Menurut Yakubus Siswadi
tahun 2009)
1. Sistim
d) Kegiatan melena
20
trombosit menurun
cairan c) Takikardia m
pericardium
3. Sistim a) Takipnea
pernapasan b) Pernapasan
21
f) Suhu tubuh
meningkat
g) Hilar
pneumonitis
h) Pleural friction
rub
gastrointestinal
a) Perubahan
n eletrolit tingkat
22
c) Edema serebral kesadaran
b) Kejang c) eletroensefa
menurun a) Osteodistrofi
7. Kulit
a) Anemia
b) Pigmentasi a) Oucat
mengecil c) Pruritus
23
metabolism c) perhatikan
kulit
8. Sistim reproduksi
a) Abnormalisasi a) Infertilitas
c) hemoglobin
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat
lesi herediter seperti penyakit ginjal polikistik gangguan vaskuler infeksi medikasi
atau agens toksit. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal
24
kronis cukup,timah,kadnium,merkuri dan kronium.Dialisis atau transpaltasi ginjal
3) Patofisiologi
mempengaruhi setiap sisitim tubuh, semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejalah akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisi
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan
kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu,kadar nitrogen urea darah (BUN)
biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari
fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak
hanya dipengaruhi oleh penyakit renal,tetapi juga oleh masukan protein dalam
25
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan
urine secara normal pada penyakit ginjal terhadap akhir, respons ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan eletrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien
jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis
rennin agiotensin dan kerjasama keduanya meningkat sekresi aldosteron. Pasien lain
dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan sebelum fungsi ginjal
gangguan fungsi ginjal: (1) hipoflemia: (2) hipotensi (3) penurunan curah jantung dan
gagal jantung kongestuif: (4) obtruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat
tumor,bekuan darah,atau batu ginjal: dan (5) obtruksi vena ataui arteri dilateral
ginjal.jika kondisi ini ditangani atau dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara
permanen..
4) Penatalaksanaan
Ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena
itu, tujuan penaganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan kimiawi
kerusakan.
26
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
dilakukan. Bentuk dialysis ini didiskusikan dalam Bab 42, yang membahas
masalah utama pada gagal ginjal akut hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu, pasien dipantau akan adanya
resin (natrium polistriren sulfonat (kayexalate), secara oral atau melalui retensi
enema. Kayexalate bekerja dengan merubah ion kalsium menjadi natrium diseluruh
27
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Penkajian
B. Diaknosa keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada
a. Nyeri Akut
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
1. Penyebab
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objeltif
a) Tampak meringis
28
b) Bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
e) Sulit tidur
Objektif
e) Menarik diri
g) Diaforisis
4. Kondisi terkait
a) Kondisi terkait
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
e) Glaukoma
29
1) Penyebab
g) Hambatan lingkungan
kongenital)
Subjektif
d) Nopturia
e) Mengompol
f) Enuresis
Objektif
30
a) Instensi kandung kemuh
c) Volume
b) Hiperglikemi
c) Trauma
d) Kanker
f) Neoropati diabetikum
g) Neoropati alkolik
h) Struke
i) Parkinson
j) Skeloris multipen
Faktor resiko:
31
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Trauma/pendarahan
c) Luka bakar
d) Aferesis
e) Asites
f) Obtruksi intestinal
g) Peradangan pancreas
i) Disfungsi intestinal
c) Perdarahan
d) Luka bakar
C. Intervensi
a. Manajemen Nyeri
mendadak atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
32
b) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
intensitas nyeri
Identifikasi pengaruh
pencahayaan, kebisingan).
nyeri
Edukasi
33
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
Tindakan :
Observasi
warna)
Terapeutik
Edukasi
34
c) Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
d) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
Kolaborasi
c. Manajemen cairan
Tindakan :
Observasi
a) Monitor status hidrasi ( mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
35
e) Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia )
Terapeautik
Kolaborasi
D. Implementasi
1. Ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena
itu, tujuan penaganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan
kerusakan.
2. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
peritoneal dapat dilakukan. Bentuk dialysis ini didiskusikan dalam Bab 42,
36
3. Pengaganan hiperkalemia keseimbangan cairan dan eletrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu, pasien dipantau
puncak gelombang T tendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
E. Evaluasi
3. Pasien mengatakan tidak ada kram otot, tidak merasa gatal, dan tidak ada
iritasi okuler.
Jurnal I (analisis faktor-faktor yang mempengaruhi asupan cairan pada pasien gagal
Kesimpulan:
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah merupakan menurunnya fungsi ginjal yang
37
(sidabutan, 1993). Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa fungsi ekskresi,
fungsi pengaturan, dan fungsi hormonal dan ginjal. Sebagai kegagalan sistim sekresi
pasien GGK dapat mempertahankan hidup sampai beberapa tahun. Salah satu terapi
meningkat dan terjadi kecenderungan diderita pada usia yang semakin rekam medik
RSCM pada tahun 1993-1995 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 1993 tercatat 18
kasus, pria 13 kasus dan wanita 5 kasus (1 kasus umur 2-25 tahun, 12 kasus umur 30-
50 tahun, dan 5 kasus umur>65 tahun). Pada tahun 1995 jumlah kasus yang tercatat
adalah 46 kasus, 37 pria dan 9 wanita (2 kasus umur 2-25 tahun, 40 kasus umur 30-50
tahun dan 4 kasus umur> 65 tahun. (kristanatuti at al 1997). Jadi prevalensi kejadian
Jurnal II (Hubungan antara derajat penyakit ginjal kronik dengan nilai agregasi
trombosit)
38
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa usia berisiko
untuk penyakit CKD adalah usia tua >5(5 tahun) mayoritas berjenis kelamin wanita
dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyandang CKD non
Jurnal III (kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
systematic review)
Gejalah gangguan fisik yang sering dikeluhkan pasien penyakit ginjal kronis
yang menjani hemodialisis adalah kelelahan, tidak tahan cuaca dingin, pruritus
kelemahan ekstremitas bawah, dan kesulitan tidur ( Yong, Wong, Chen end Rse,
2009). Hasil penelitian Santos, Frota, junior, Cavalcanti, Vieira et al (2012) dari total
80% bukan hanya perempuan, pasien pria juga mengalami gangguan dysfungsi
BAB III
PENUTUP
39
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure,CRF) terjadi apabila kedua ginjal
jaringan perut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.
B. Saran
DAFTAR FUSTAKA
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2008). Klien Gangguan Ginjal: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
40
Haryono, R. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
“Definisi dan Indikator Diagnostik”. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
“Definisi dan Tindakan Keperawatan”. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
41
42