Anda di halaman 1dari 6

B.

Hakikat
1. Pengertian Hakikat
Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti
kebenaran. Selanjutnya dalam Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”,
yang berarti kebenaran. Jika dikatakan ilmu hakikat, berarti ilmu yang digunakan
untuk mencari suatu kebenaran.
Hakikat adalah i’tikad atau kepercayaan sejati (mengenal Tuhan), maka
hakikat ini persoalan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat dan didengar selain
Allah, atau gerak dan diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah
kekuasaan Allah.
2. Macam Kebenaran1
Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang
memandang dan berpijak untuk membaginya.
Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi
dalam 4 bagian:
a. Kebenaran indrawi (empiris), ditemui dalam pengamatan dan pengalaman.
b. Kebenaran ilmiah (rasional), diperoleh lewat konsepsi akal.
c. Kebenaran filosofis, yang dicapai dengan perenungan
d. Kebenaran religius, yang diterima melalui wahyu Ilahi.
Dilihat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya,
kebenaran dibagi dua:
a. Kebenaran subjektif, yang hanya diterima oleh subjek pengamatan sendiri
b. Kebenaran objektif, yang diakui tidak hanya oleh subjek pengamat, tetapi juga
oleh subyek subjek-subjek yang lain.
Dilihat dari segi “luas berlakunya”, kebenaran dibagi menjadi dua:
a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan
b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang.
Dilihat dari segi “kualitas”, kebenaran dibagi tiga:
a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah
1
Artani Hasbi, “Hakikat Kebenaran Mengkaji Tasawuf Akhlaki-Akhlak Kenabian”.Misykat . Vol.01
No.02, Desember 2016, hal.45
b. Kebenaran nisbi yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat di atas
kebenaran dasar, namun belum sempurna
c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki
(absolut)
3. Usaha Mencari Kebenaran
Kebenaran menjadi idaman setiap manusia ia mempunyai makna khusus
dalam kehidupan. Ia adalah tumpuan dari segala pemikiran, sikap dan tindakan.
Dialah yang memberi arti hidup . tanpa dia, tak bermanfaat apa yang dikerjakan
manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam dirinya tidak berarti apabila tidak
diresapi kebenaran.
Kita harus menyadari bahqa usaha mengejar dan mencari kebenaran,
berbeda dengan pengejaran terhadap pengetahuan. Kalau ilmu pengetahuan
mungkin dapat diperoleh dengan thalabul ilmi, penelitian, belajar, meneliti
sungguh-sungguh. Dan jika dikuasai ilmu tersebut, menjadilah seorang ilmuan.
Tapi semua yang disebut dengan ilmu pengetahuan kebenarannya relatif. Benar
hari ini, mungkin besok sudah tidak benar lagi. Benar di suatu tempat mungkin
tidak benar di tempat lain. Tetapi kebenaran hakiki, kebenaran absolut, ada suatu
kesadaran tentang adanya penghayatan tentang haqaaiqul haqaaiq (kebenaran
yang sebenar-benarnya benar, hanya dipunyai oleh Allah SWT)
Pengejaran untuk mencapai kebenaran hakiki, perlu ditempuh melalui
jalan wahyu. Kebenaran wahyu tidak diragukan. Jangan meragukan kebenaran
wahyu dan karena kebenaran wahyu bukan sebuah keragu-raguan, “dzalika al-
kitaabu laa raiba fiihi”.2
C.Thariqat
1. Pengertian Thariqat
Thariqat berasal dari bahasa arab (‫ )الطرقة‬yang berarti jalan, keadaan, aliran
dalam garis pada suatu.
Dalam memberikan definisi thariqat ini ada beberapa macam pendapat
diantaranya:

2
Ibid., 48
a. Hamka mengatakan, maka diantara makhluk dengan khalik itu ada perjalanan
hidup yang harus kita tempuh. Inilah yang dikatakan thariqat. Dan ikhtiar kita
menempuh jalan itu dinamai suluk.
b. Syekh al-Jurjani menyatakan, thariqat adalah jalan atau tingkah laku bagi orang
yang berjalan (beribadah) kepada Allah dengan melalui pos (manazil) dan
meningkat ketingkat yang lebih tinggi yaitu stasius-stasiun (maqomat)
c. H. Abu Bakar Atjah menyatakan thariqat itu artinya jalan, petunjuk dalam
melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicomtohkan
oleh nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun kepada guru-
guru, sambung-menyambung dan berantai pada masa kita.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian thariqat adalah
suatu sistem yang ditempuh seorang sufi dengan diikuti oleh para muridnya yang
bertujuan berada dekat mungkin dengan Tuhan, melalui maqam-maqam tertentu.3
2. Macam-Macam Thariqat di Indonesia4
a. Thariqat Rifa’iyah
Thariqat ini didirikan oleh Ahmad Abul Abbas. Beliau meninggal di
Ummu Ubaida pada tanggal 22 Jumadil Awal 578 H/23 September 1106 M di
Qoryah Hasan.
Sedangkan Sayyaid Mahmud Abul Faidli Al-Manufi mengatakan bahwa
ajaran Thariqat Rifa’iyah ini mempunyai tiga dasar:
1) Tidak meminta sesuatu
2) Tidak menolak
3) Tidak menunggu
b. Thariqat Qodariyah
Thariqat ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani yang juga disebut
dengan Syekh Jali. Thariqat ini berpengaruh luas di daerah timur, sampai ke Jawa,
Maroko.
Dasar pokok ajaran Thariqat Qadariyah ini ada lima:
1) Tinggi cita-cita
3
Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf (Sidoarjo:Dwiputra Pustaka Jaya, 2012),165-166
4
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta:Kencana,2011),26-253
2) Memelihara kehormatan
3) Memelihara nikmat
4) Melaksanakan maksud
5) Mengagungkan nikmat
Kelima dasar ajaran ini seluruhnya ditujukan kepada Tuhan Allah semata.
c. Thariqat Naqsyabandiyah
Thariqat ini didirikan oleh Muhammad bin Bahauddin al-Uwais al-
Bukhari. Merupakan suatu thariqat yang lebih dekat dengan tujuannya dan lebih
mudah bagi murid-murid untuk mencapai drajat, karena berdasarkan pelaksanaan
yang sederhana. Selain itu mengajarkan dzikir-dzikir yang sangat sederhana dan
lebih mengutamakan hati dari pada dzikir dengan mulut dengan mengangkat
suara.
Dasar-dasar pokok ajarannya:
1) Berpegang teguh pada aqidah ahli sunnah
2) Meninggalkan rukhsah
3) Senantiasa dalam muraqabah
4) Memilih hukum-hukum yang azimah
5) Mengusahakan maraha hudur (kemampua menghadirkan tuhan dalam hati)
6) Mengambil faedah dari ilmu-ilmu agama
7) Berpakaian seperti pakaian orang-orang mukmin biasa
8) Dzikir tanpa suara
9) Berakhlak seperti akhlak Rasulullah
d. Thariqat Khalwatilah
Thariqat ini didirikan oleh Zahiruddin di Kurasan sehingga berkembang
pesat sampai ke Turki. Beliau meninggal tahun 1397 M. Sedangkan di Banten
adalah Syekh Yusuf Al-Khalawati. Beliau lahir tahun 1626 dan meninggal pada
tanggal 23 Mei 1699 dan dimakamkan di Kiung dekat Makasar.
Thariqat ini membahas mengenai jiwa manusia itu ada tujuh tingkatan:
1) Nafsu amarah ilaha maqam zumulatil aghyar, kegelapan yang gelap gulita
2) Nafsu Lawwamah, ialah maqam anwar, cahaya yang bersinar
3) Nafsu mulahamah ialah maqam kamal. Kesempurnaan
4) Nafsu Mutmainnah
5) Nafsu Radliyah, Maqam wisal, sampai berhubungan
6) Nafsu Madliyah, maqam tajalli af’al, kelihatan perbuatan dosa
7) Nafsu Kamilah, maqam tajalli sifat , tampak nyata segala sifat Tuhan.
e. Thariqat Sammaniah
Thariqat ini didirikan oleh Muhammad Samman. Beliau meninggal Tahun
1720 M. Di Madinah. Beliau menyebarkan thariqat ini di Aceh dan juga
Palembang serta daerah lain di Sumatra.
Ajaran-ajaran yang dibawanya antara lain:
1) Memperbanyak Shalat dan Dzikir
2) Berlemah lembut kepada fakir miskin
3) Jangan mencintai dunia
4) Menukarkan akal basyariyah dengan akal rububiyah
5) Tauhid kepada Allah dalam dzat,sifat dan af’al Nya
Sebenarnya masih banyak macam-macam thariqah di Indonesia tapi kami
hanya menyebutkan lima saja.
3. Tata Cara Pelaksanaan Thariqat
Tata cara pelaksanaan thariqat antara lain:
a. Zikir, yaitu ingat yang terus-menerus kepada Allah dalam hati serta
menyebutkan namanya dengan lisan. Zikir ini berguna sebagai alat kontrol bagi
hati, ucapan dan perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah
ditetapkan Allah.
b. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illa allah dengan gaya, gerak dan irama
tertentu.
c. Muzik yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tentunya diiringi
dengan bunyi-bunyian seperti memukul rebana.
d. Menari yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid –wirid dan bacaan-bacaan
tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
e. Bernafas yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir yang
tertentu.
Selain itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan
thariqat sebagaimana disebutkan diatas, perlu mengadakan latihan batin, riadah
dan mujahadah. Perjuangan seperti itu dinamakan pula suluk dan yang
mengerjakannya disebut salik.5

5
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1997), 276-277

Anda mungkin juga menyukai