Anda di halaman 1dari 6

Asuransi Syariah

Dosen Pengampu: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

A. Pendahuluan

Terhitung sudah dua dekade produk dan jasa keuangan syariah berkembang di Indonesia.
Diawali dengan produk perbankan, jasa dan produk keuangan syariah perlahan merambah ke
ranah asuransi dan investasi.
Perkembangan pengguna produk keuangan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan. Bahkan, secara internasional Indonesia mendapatkan penghargaan karena
memiliki sistem Keuangan syariah terlengkap. Bicara tentang produk syariah, salah satu alasan
diminatinya produk ini adalah sistem pengelolaannya yang dinilai lebih transparan dan juga
sesuai dengan kaidah syariat Islam, salah satunya adalah asuransi syariah.
Asuransi Syariah merupakan asuransi yang memiliki prinsip sesuai syariat Islam, yaitu tolong
menolong antar peserta. Prinsip tersebut meminta seluruh peserta asuransi untuk berkontribusi
ke Dana Tabarru. Jika risiko terjadi kepada salah satu nasabah, maka Dana Tabarru yang
berfungsi sebagai dana perlindungan akan turun tangan. Konsep ini disebut dengan risk sharing
(berbagi risiko).
Tak hanya prinsip, ada beberapa sistem yang membedakan antara Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional. Hal ini berkaitan dengan sistem yang digunakan. Namun yang pasti, kehadiran
Asuransi Syariah melengkapi kebutuhan masyarakat tentang produk halal. Terlebih kinerja
Asuransi Syariah diawasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS).

B. Perbedaan Asuransi Asuransi Syariah dan Konvensional


Berikut ini adalah perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional:
 Kontrak atau perjanjian Asuransi Syariah menggunakan Akad Hibah (tabarru’) yang
dilakukan sesuai syariat Islam dan halal. Sedangkan kontrak Asuransi Konvensional
dilakukan seperti transaksi pada umumnya. Nasabah menyepakati kontrak (premi, rentang
waktu, dan lainnya) yang diajukan oleh perusahaan asuransi.
 Kepemilikan dana. Kepemilikan dana Asuransi Syariah adalah dana bersama milik semua
Peserta asuransi. Jika ada Peserta membutuhkan bantuan, Peserta lain termasuk Anda akan
membantu melalui dana kontribusi. Hal ini disebut dengan prinsip sharing of risk. Sedangkan
Asuransi Konvensional akan mengelola dan menentukan dana perlindungan Nasabah, yang
berasal dari pembayaran premi per bulan.
 Investasi berbentuk Tabarru’ dilakukan sesuai syariat Islam, sehingga investasi akan
mengambil instrumen yang halal. Sebaliknya, Asuransi Konvensional bebas memilih
instrumen investasi, tanpa melihat halal atau non-halal.
 Surplus underwriting. Ini adalah dana yang akan diberikan kepada peserta bila terdapat
kelebihan dari rekening Tabarru’ termasuk jila ada pendapatan lain setelah dikurangi
pembayaran santunan/klaim dan hutang kepada perusahaan (jika ada). Hal ini tidak berlaku
pada Asuransi Konvensional, karena semua keuntungan dimiliki oleh pihak perusahaan
asuransi.
 Proses klaim. Asuransi Syariah memungkinkan seluruh keluarga inti menggunakan satu polis.
Di samping itu, kontribusi tabarru lebih ringan dibanding pembayaran premi, seluruh
keluarga akan mendapatkan perlindungan rawat inap di rumah sakit. Asuransi Konvensional
hanya memperbolehkan satu orang memegang satu Polis.
 Zakat adalah salah satu Rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Sehingga
Asuransi Syariah mewajibkan peserta membayar zakat. Jumlahnya ditentukan berdasarkan
keuntungan perusahaan. Hal ini tidak berlaku pada Asuransi Konvensional.
Meski ada perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, peran asuransi masih
sama, yaitu memberikan perlindungan bagi peserta. Namun ada manfaat produk Asuransi
Syariah yang tidak ada di Asuransi Konvensional, yaitu Wakaf.
Wakaf merupakan penyerahan hak milik atau harta benda yang tahan lama kepada penerima
Wakaf atau Nazhir, yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Seperti yang terdapat
pada Program Wakaf yang dimiliki oleh PRUSyariah dari Prudential Indonesia.
Program Wakaf tersebut memungkinkan Nasabah mewujudkan kebajikan. Karena Wakaf
memiliki manfaat perlindungan, sehingga Nasabah dapat mewakafkan manfaat asuransi berupa
Santunan Asuransi meninggal dunia dan nilai tunai polis.
Dengan Program Wakaf, Nasabah akan mendapatkan pahala, proteksi, sekaligus bermanfaat buat
orang lain.
C. Mekanisme Asuransi Syariah
 Setiap “peserta” (bukan tertanggung), memberikan “kontribusi” (bukan membayar premi) ke
dalam pool of fund (kumpulan dana kebajian = tabarru).
 Sebenarnya sesama Peserta melakukan akad Tabarru dengan peserta lain, untuk bersama-
sama mengumpulkan Dana Tabarru tersebut.
 Untuk melakukan pengelolaan Dana Tabarru, ditunjuklah Pengelola Asuransi Syariah
(Takaful Operator).
 Pengelola Asuransi Syariah (Takaful Operator) melakukan analisis (baik secara matematis,
statistik, aktuaria, kondisi pasar, dsb) guna menentukan tarif yang (dianggap) sesuai dengan
faktor risiko.
 Peserta melakukan akad Wakalah (agency) kepada Pengelola Asuransi Syariah. Dengan
demikian, Pengelola Asuransi Syariah sesuai dengan hasil kerjanya berhak atas upah (ujrah).
 Tentunya guna memenuhi nilai minimum statistik, tidak mungkin apabila dana tabarru itu
hanya diisi oleh seorang Peserta tadi. Dibutuhkan cukup banyak, sehingga dana tabarru itu
cukup besar dan bisa memberikan tarif yang adequate bagi masing-masing Peserta sesuai
dengan tingkat risikonya. Istilahnya Law of Large Numbers.
 Apabila adalah salah seorang Peserta yang mengalami musibah, karena taqdir dari Allah
SWT, maka adalah tugas dari Pengelola Asuransi Syariah (mewakili seluruh Peserta)
memberikan santunan (manfaat).
 Prinsipnya, manfaat yang diterima oleh seseorang yang mengalami musibah adalah santunan
dari peserta lain.
Jadi, sebagai seorang peserta, selain itu bisa mendapatkan jaminan manfaat bilamana ia
mengalami musibah, ia sendiri juga bisa mendapatkan pahala atas niatnya membantu sesama
Peserta yang mengalami musibah. Seandainya ini dipahami dengan baik, luar biasa nikmatnya
Asuransi Syariah. Selain memberi manfaat, maslahah juga insya Allah berkah.

D. Jenis/Kelompok Asuransi Syariah di Indonesia


Di Indonesia terdapat 3 jenis asuransi.
1. Asuransi Jiwa (Life Insurance or Family Insurance) / Life Takaful
Jenis asuransi ini diperuntukan untuk pemegang polis yang digunakan sebagai klaim apabila ia
mengalami risiko yang berkaitan dengan fisik seperti kesehatan dan meninggal dunia.
Ciri-ciri dari asuransi jiwa diantaranya: Kebijakan jangka panjang, kontribusi yang dibayarkan
akan dibagi dengan akun peserta atau tabungan dan akun khusus peserta (tabarru), jika peserta
meninggal sebelum waktunya keluarganya mendapat jumlah uang di akun peserta + dividen, dan
jumlah di akun khusus peserta seolah-olah ia melanjutkan kontribusi sampai periode jatuh
tempo.
Contoh asuransi jiwa: Asuransi Jiwa (Kematian) dan Asuransi Kesehatan.
2. Asuransi Umum / General Takaful
Asuransi yang satu ini umum dikenal dengan asuransi kerugian. Hal ini dikarenakan, fungsi
asuransi ini diperuntukan untuk menjamin risiko-risiko kerugian.
Ciri-ciri dari asuransi umum/general takaful diantaranya: Kebijakan jangka pendek, Dana takaful
umum, Tabarru sebagai elemen inti, Tidak ada elemen tabungan dan investasi, dan Operator
takaful akan mendistribusikan surplus underwriting kepada peserta setiap tahun.
Contoh asuransi umum: Asuransi dana pendidikan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi
kebakaran dan asuransi unit link.
3. Reasuransi / Retakaful
Reasuransi adalah institusi yang bertugas menanggung risiko dari perusahaan asuransi. Jadi
risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi akan ditransfer sebagian kepada reasuransi.
Sistemnya sama yaitu dengan memberikan premi kepada reasuransi.

E. Produk dalam Asuransi Syariah/Takaful


Ada 3 jenis produk takaful diantaranya ada produk berupa takaful pribadi, takaful group, dan
takaful umum.
1. Takaful Pribadi
Produk takaful yang diperuntukan untuk individu ini terbagi lagi kedalam dua jenis yaitu produk
tabungan dan non tabungan.
Produk-produk yang berupa tabungan diantaranya:
1) Takaful Dana Investasi, yaitu takaful tabungan yang diperuntukkan khusus untuk investasi
yang kemudian dimaksudkan sebagai bekal hari tua atau diwariskan kepada ahli warisnya
apabila meninggal lebih awal.
2) Takaful Dana Haji, yaitu takaful tabungan individu yang diperuntukkan untuk dana haji.
3) Takaful Dana Siswa, yaitu takaful yang diperuntukkan untuk persiapan pendidikan.
Adapun untuk produk berupa non tabungan diantaranya:
1) Takaful al-Khairat Individu, yaitu takaful yang diperuntukkan untuk ahli waris untuk
kemudian disantuni apabila terjadi kematian pada peserta asuransi dalam masa perjanjian.
2) Takaful Kecelakaan Diri Individu, yaitu takaful untuk santunan ahli waris apabila peserta
asuransi mengalami kematian akibat kecelakaan dalam masa perjanjian.
3) Takaful Kesehatan Individu, yaitu takaful yang dimaksudkan untuk menyediakan dana
santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.
2. Takaful Group
Jenis takaful yang satu ini diperuntukkan untuk kelompokkan atau institusi seperti sekolah,
lembaga, perusahaan dan sebagainya. Beberapa contoh dari takaful group diantaranya, takaful al-
khairat dan tabungan haji, takaful kecelakaan siswa yang diperuntukkan kepada sekolah, takaful
wisata dan perjalanan untuk agen travel, takaful kecelakaan diri kumpulan, takaful majelis ta’lim
dan takaful pembiayaan.
3. Takaful Umum
Jenis produk pada takaful umum berupa produk-produk untuk jaminan akibat sebuah kerusakan
atau hal lain yang berdampak kerugian seperti takaful kebakaran dan takaful kendaraan
bermotor.

F. Pengelolaan Dana dalam Asuransi Syariah


Berbeda dengan asuransi konvensional, asuransi syariah menggunakan prinsip berbagi risiko
(risk sharing) antarpeserta. Dengan kata lain, antara satu peserta asuransi syariah dan peserta
asuransi syariah lain memiliki keterikatan dalam hal tolong-menolong (ta’awun) menanggung
beban risiko. Sementara, perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola dana yang masuk dari
peserta.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, setiap dana yang disetorkan oleh peserta akan dikumpulkan
ke dalam dana tabarru’ oleh perusahaan asuransi sebagai pengelola dana. Dana tersebut
kemudian akan digunakan untuk memberikan manfaat ketika salah satu peserta terkena risiko,
seperti sakit, kecelakaan, cacat, meninggal.
Lantas, bagaimana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan? Dalam mengelola asuransi
syariah, perusahaan asuransi akan menetapkan sejumlah biaya (ujrah) yang disepakati oleh
semua pihak pada awal kontrak/akad.
Sementara, jika berbicara tentang asuransi jiwa unit link syariah, sebagian dana peserta yang
dialokasikan untuk investasi akan dimasukkan dalam instrumen investasi syariah yang pasti
dijamin kehalalannya. Untuk pemilihan saham misalnya, saham yang dipilih adalah saham
perusahaan yang bisnisnya tidak berkaitan dengan perjudian, minuman beralkohol, atau sesuatu
yang mengandung riba (bunga), seperti perbankan konvensional. Belum lagi, untuk pengesahan
setiap produk syariah harus melalui uji dan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah.
Dengan ketatnya pemilihan produk investasi, sistem kerja yang lebih terbuka, dan juga
pengawasannya, bisa dipastikan produk asuransi syariah terjamin kehalalannya.

Anda mungkin juga menyukai