Zainia 181011250507 Utsakk
Zainia 181011250507 Utsakk
2. Menurut saya, berikut ini merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan perolehan pajak di Indonesia pada masa pandemi COVID-19, diantaranya
sebagai berikut:
1. Penurunan Tarif PPh Badan Secara Bertahap
Pemerintah memberikan insentif bagi wajib pajak untuk go public dan menjual 40%
sahamnya di lantai bursa.
Tarif umum PPh Badan turun dari 25% menjadi:
22% pada tahun 2020 dan 2021; dan
20% mulai 2022.
Tarif PPh Badan masuk bursa (persyaratan tertentu) menjadi 3% lebih rendah dari tarif
umum sehinga menjadi:
19% pada tahun 2020 dan 2021; dan
17 % mulai 2022.
2. Perlakuan Pajak Kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
Pemajakan akan dilakukan terhadap kegiatan usaha yang tumbuh karena keterbatasan
transaksi konvensional melalui tatap muka. Berikut yang diatur:
Pengenaan PPN atas impor barang tidak berwujud dan jasa;
Pengenaan PPh/pajak transaksi elektronik atas kegiatan Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik (PMSE) yang dilakukan oleh Subjek Pajak Luar Negeri yang memenuhi
ketentuan kehadiran signifikan.
3. Perpanjangan Jangka Waktu
Memberikan waktu yang cukup bagi Wajib Pajak dan DJP dalam memenuhi kewajiban
masing-masing.
Bagi Wajib Pajak:
Permohonan keberatan diperpanjang menjadi 9 bulan.
Bagi DJP:
Perpanjangan jangka waktu penyelesaian:
Permohonan restitusi melalui pemeriksaan menjadi 18 bulan;
Permohonan keberatan menjadi 18 bulan;
Permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi menjadi 12 bulan;
4. Terkait kebijakan perpajakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait Transfer Ke Daerah (TKD) dalam rangka
penanggulangan COVID-19 dengan estimasi anggaran mencapai Rp17,17 triliun. Kebijakan
TKD yang pertama terkait dengan dirilisnya PMK No. 19/PMK.07/2020 berkenaan dengan
Penyaluran dan Penggunaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Insentif
Daerah TA 2020 dengan perkiraan anggaran sebesar Rp8,6 triliun. Selanjutnya kebijakan
TKD yang kedua berkenaan dengan rilis KMK No. 6/KMK.7/2020 terkait dengan
Penyaluran DAK Fisik Bidang Kesehatan dan Dana BOK dengan estimasi anggaran sebesar
Rp8,5 triliun.
Pada bulan Maret, Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan Stimulus fiskal tahap II
selama 6 bulan (bulan April sampai dengan bulan September 2020), yaitu:
Relaksasi PPh-21 ditanggung Pemerintah 100 persen atas pekerja dengan penghasilan
maksimal Rp200 juta (besaran nilai yang ditanggung adalah Rp8,6 triliun) pada sektor
industri pengolahan.
Pembebasan PPh-22 Impor pada 19 sektor tertentu, Wajib Pajak (WP) KITE, dan WP
KITE IKM dengan perkiraan nilai Rp8,15 triliun.
Pengurangan PPh-25 sebesar 30 persen kepada 19 sektor tertentu, WP KITE, dan WP
KITE IKM dengan perkiraan nilai Rp4,2 triliun.
Restitusi PPN dipercepat bagi 19 sektor tertentu, WP KITE, dan WP KITE IKM dengan
perkiraan nilai Rp1,97 triliun.
Sementara itu di sektor keuangan, Pemerintah juga mengeluarkan stimulus sebagai
kebijakan countercyclical, antara lain bank memberikan stimulus untuk debitur melalui
penilaian kualitas kredit berdasarkan ketepatan membayar dan restrukturisasi untuk seluruh
kredit tanpa melihat plafon kredit, serta restrukturisasi kredit UMKM dengan kualitas yang
dapat langsung menjadi lancar.
1. Tuan budi seorang wajib pajak dengan status kawin, penghasilan istri digabung, jumlah
tanggungan 3 orang anak (K/1/3), dari soal ini diminta hitunglah PTKP Tuan budi untuk
tahun pajak 2014, 2015 dan 2016?
3.