Anda di halaman 1dari 25

ANGINA PECTORIS

Makalah

Untuk Memenuhi Nilai Tugas Matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Yang Dibina Oleh Dr. Susi Milwati, S.Kp., M.Pd.

Oleh :
Fransisca Mareta Dwi Andani P17211181005
Cindya Febrianti P17211181023
Maulana Faiq Effendi P17211183041

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
2019

i
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kepada Allah SWT, terima kasih Penulis ucapkan atas
bantuan Allah SWT yang telah mempermudah dalam pembuatan makalah ini,
hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan dari Allah SWT,
Penulis bukanlah siapa-siapa. Selain itu, Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada Orang Tua, Keluarga, serta seluruh Dosen dan Teman-Teman yang
sudah mendukug hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Angina
Pectoris”. Dalam hal ini, Penulis ingin membahas mengenai “Angina Pectoris”
atau yang lebih dikenal di Masyarakat sebagai Angin Duduk, karena menurut data
dari World Health Organisation (WHO) tahun 2012 menyebutkan bahwasannya
3/4 kematian terjadi karena penyakit kardiovaskuler di negara berkembang dengan
penghasilan menengah kebawah.
Penulis menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi berbeda sehinngga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika
ada kalimat atau kata-kata yang salah. Karena tidak ada manusai yang sempurna
kecuali Allah SWT.

Malang, 07 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Tujuan................................................................................................................4
a. Tujuan Umum....................................................................................................4
b. Tujuan Khusus...................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Pengertian.........................................................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................................................5
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................6
2.4 Klasifikasi Angina Pectoris..............................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................8
BAB IV..............................................................................................................................1
5.1 Kesimpulan........................................................................................................1
5.2 Saran..................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................2

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit arteri koroner adalah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan pada
arteri koroner seperti angina pectoris dan infark miokard yang disebut dengan acute coronary
sindrom. Istilah acute coronary biasanya digunakan untuk menggambarkan gejala klinis
pada pasien dengan iskemia miokard akut. Istilah angina berasal dari bahasa latin yang
artinya tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari. (Morton. 2009)
Angka kematian angina pectoris tergolong rendah tetapi penyakit ini suatu masalah
yang harus diatasi karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti nyeri dada, sesak
napas dan perasaan lelah. Apabila komplikasi ini tidak segera diatasi dapat mempengaruhi
serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian.
Peran perawat dalam penanganan masalah angina pectoris tergantung pada kerja sam
yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan pada penderita yang dapat
diberikan secara komprehensif yaitu dengan membatasi aktifitas untuk mengurang kerja
jantung dan mengurangi rasa nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola
makan, mengurangi merokok dan stress emosional.
Angina dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu angina stabil, tidak stabil dan varian.
Di Amerika Serikat setiap tahun ada sebanyak 1 juta pasien yang dirawat di rumah sakit karena
angina pectoris tak stabil; dimana 6-8 % kemudian mendapat serangan infark jantung yang
tak fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan. Banyak penelitian
melaporkan bahwa UAP merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa
penelitian retrospektif menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati
mendadak pada riwayat penyakitnyamengalami gejala prodroma UAP.

3
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang penyakit angina
pectoris dan memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan
penyakit angina pectoris.

b. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang pengertian angina pektoris


2. Menjelaskan tentang etiologi angina pektoris
3. Membahas tentang patofisiologi angina pektoris
4. Menjelaskan klasifikasi angina pektoris
5. Menyebutkan manifestasi angina pektoris
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnosis angina pektoris
7. Membahas asuhan keperawatan angina pektoris

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Angina pectoris merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan rasa dari
nyeri dada yang disebabkan oleh iskemia miokard. Angina pectoris adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat arteri koronari
(Morton, 2009). Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak
yang berulang di dada. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1-15 menit di daerah
retrosternal.

Angina pectoris adalah nyeri hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon
terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri bisa menyebar
dilengan kiri ke punggung, ke rahang atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angina pectoris adalah nyeri dada yang
terjadi selama 1-15 menit disebabkan kurangnya suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel
miokardium. Dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri dan
terkadang menjalar ke lengan kanan. Keluhannya dapat berupa sering capek, sesak nafas pada
saat melakukan aktivitasm, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard.

2.2 Etiologi

Angina Pectoris disebabkan oleh karena berkurangnya aliran darah ke arteria coronaria
yang salah satu penyebabnya adalah aterosclerosis, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke myocardium dan kebutuhan oksigen. Penyebab angina pectoris
adalah adanya arterosklerosis pada arteri koroner. Adapun faktor resikonya dibagi menjadi
yaitu :

5
2.2.1 Faktor resiko yang dapat dirubah :
 Merokok
 Hipertensi
 Aktifitas Fisik
 Obesitas
 Dislipidemia
2.2.2 Faktor resiko yang tidak dirubah :
 Umur
 Jenis Kelamin
 Herediter

2.3 Patofisiologi
2.3.1 Berikut patofisiologi angina pectoris :

1. Angina pectoris terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen


miokardium dan suplai oksigen miokardium.
2. Terjadi karena adanya aterosklerotik pada arteri koroner menyebabkan
kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga arteri koroner tidak mampu
berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang (tidak adekuat).
3. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium melakukan proses
glikolisis anaaerob yakni proses pembentukan energy tanpa menggunakan oksigen.
4. Apabila kebutuhan oksigen miokard berkurang, suplai oksigen menjadi tidak adekuat.
5. Sehingga proses pembentukan asam laktat tidak terjadi.
6. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.
7. Dengan demikian, angina pectoris merupakan suatu kondisi yang berlangsung singkat.

2.4 Klasifikasi Angina Pectoris


2.4.1 Angina Stabil

6
Dapat diramal, konsisten, terjadi saat latihan dan hilang dengan istirahat. Dibedakan
antara lain :

a. Angina Nokturnal : Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi
dengan duduk tegak, biasanya akibat gagal ventrikel kiri.

b. Angina Dekubitus : angina saat berbaring

c. Iskemia tersamar: terdapat bukti obyektif ischemia (seperti tes pada stress tetapi pasien
tidak menunjukkan gejala)

2.4.2 Angina Non stabil (angina prainfark, angina kresendo)

Frekwensi, intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara progresif Angina
non stabil di bedakan antara lain angina Refrakter atau intraktabel yaitu angina yang sangat
berat sampai tidak tertahan.

2.4.3 Varian Angina

Angina Prinzmetal nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen ST pada
EKG, di duga disebabkan oleh spasme arteri koroner.

2.5 Manifestasi Klinis


2.5.1 Angina Stabil

a. Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.


b. Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
c. Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan

2.5.2 Angina tidak stabil

7
a. Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada retrosternal atau
percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan kiri, dan bahu.
b. Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
c. Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan

2.5.3 Angina Varians

Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau rahang


biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada. waktu pagi hari

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANGINA PECTORIS


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi Klien
Nama : Tn. F
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Pria
Suku/bangsa : -
Alamat : -
Agama : -
Tgl MRS : -
Jam MRS : -
Diagnosa : Angina pectoris

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan dada kiri seperti ditusuk.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan dada kiri terasa seperti di tusuk yang muncaknya kadang-kadang
khususnya pada saat bermain tenis lapangan.

d. Riwayat Penyakit Masa Lalu


Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi, Merokok sejak usia 25 tahun sekitar 2 batang
per hari.

2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : RR = 15 x/m.
B2 (Blood) : TD = 130/90 mmHg, N = 90 x/m, Suara S1 dan S2 tunggal, tidak
tampak adanya anemia.
B3 (Brain) : -
B4 (Bladder) : -

9
B5 (Bowel) : BB = 75 kg, TB = 160 cm
B6 (Bone) : -
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Trombosit, Hct dalam batas normal.
b. EKG
Irama sinus 88x/menit, Hipertropi ventrikel kiri.

B. Analisa Data

Data Penyebab Masalah

Data subjektif : Beban kerja jantung Nyeri


- Pasien mengatakan dada kiri terasa seperti di meningkat
tusuk yang muncaknya kadang-kadang khususnya
pada saat bermain tenis lapangan. Kebutuhan O2
meningkat

Data objektif : Aterosklerosis

Arteri koroner tidak


-
dapat berdilatasi

Suplai O2 ke miokard
berkurang

Proses glikolisis
anaerob

Terbentuk asam laktat

Menyentuh ujung-
ujung saraf reseptor

10
Dipersepsikan
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan dada kiri terasa seperti di
tusuk yang muncuknya kadang-kadang khususnya Nyeri Intoleran
pada saat bermain tenis lapangan Aktivitas
Data Objektif: Beban kerja jantung
- meningkat

Kebutuhan O2
meningkat

Aterosklerosis

Arteri koroner tidak


dapat berdilatasi

Suplai O2 ke miokard
berkurang

Intoleran Aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner

b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


dan kebutuhan.

11
12
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
. (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan pasien untuk 1. Pasien perlu mengetahui tentang gejala
dengan ateroskelorosis keperawatan selama ….x 24 pemberian NTG sublingual. nyeri dada dari iskemia mikord.
atau spasme koroner jam nyeri terkontrol, dengan Pada saat pemberian NTG
kriteria hasil : minta pasien untuk duduk dan
1. Pasien melaporkan berbaring.
ketidaknyamanan mulai 2. Monitor karakteristik nyeri; 2. Ketidaknyamanan dari angina sering
berkurang. kualitas, lokasi, skala, dan susah dijelaskan oleh pasien.
2. Pasien tampak rileks dan durasi nyeri.
nyaman. 3. Instruksikan pasien untuk 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
rileks dan istirahat. myocard sehingga mengembalikan
keseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
4. Kolaborasi pemberian 4. Meningkatkan saturasi oksigen
oksigen sehingga arteri membawa lebih banyak
oksigen ke otot jantung dan
mengurangi suplai oksigen dan
kebutuhan yang tidak seimbang.

13
5. Tekanan darah dan nadi biasanya
5. Monitor tanda-tanda vital meningkat setelah rangsangan simpatik
selama nyeri dada. selama nyeri. Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi dan hasil
tekanan darah dapat turun atau drop.
6. Perbedaan antara angina dan IM sangat
6. Menilai gambaran EKG penting dalam membuat implementasi
untuk melihat perubahan intervensi yang tepat.
segmen ST dan gelombang T.

2. Intoleran aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Istirahat aktifitas menyediakan waktu


berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 1. Menganjurkan istirahat untuk menyimpan energy dan
ketidakseimbangan antara jam diharapkan dapat diantara aktifitas. pemulihan.
suplai oksigen dan beraktifitas secara bertahap, 2. Beraktifitas dengan lengan dan bahu
kebutuhan dengan kriteria hasil : 2. Ingatkan pasien untuk tidak dapat meningkatkan kebutuhan otot
1. Pasien dapat beraktifitas bekerja dengan menggunakan jantung.
dengan tanpa adanya lengan dan bahu dalam
gangguan iskemik. jangka waktu yang lama. 3. Biasanya tubuh mengatur pengobatan
2. Pasien mengatakan 3. Ingatkan pasien untuk berobat setelah beberapa minggu.
aktifitas dengan secara berlanjut (seperti beta
pembatasan energy dan blockers).
istirahat. 4. Menyediakan informasi dasar untuk

14
4. Menilai tekanan darah dan menentukan pembatasan aktifitas dan
nadi sebelum, selama, dan lamanya terapi.
sesudah aktifitas. 5. Latihan yang rutin dapat meningkatkan
5. Menganjurkan untuk fungsi kapasitas jantung lebih efisien.
melakukan latihan aerobic
secara bertahap.

15
E. Case Study Angina Pectoris
Tn. F. Usia 50 Tahun. Datang ke Poli jantung dengan keluhan dada kiri
terasa seperti di tusuk yang muncuknya kadang-kadang khususnya pada saat
bermain tenis lapangan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Berat badan 75 Kg,
Tinggi badan 160 cm. Tekanan darah 130/90 mmHg. Nadi 90x/m, pernafasan
15x/mnt. Suara jantung S1 dan S2 Tunggal. Tidak ada anemi. Hasil Pemeriksaan
penunjang. ECG ditemukan Irama Sinus 88 X/mnt, hipertropi ventrikel kiri.
Pemeriksaan Laboratorium Hb, Leko, Trombosit, dan Hct semua dalam batas
normal. Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi, Merokok sejak usia 25 tahun
sekitar 2 batang per hari. Pasien disarankan untuk control 2 hari lagi untuk
dilakukan uji latihan beban (Treadmil).
1. Apakah Faktor resiko yang ada pada Tn. F? Secara teori, factor resiko
terjadinya Angina adalah?
2. Bagaimanakah fisiologi terjadinya nyeri yang dialami Tn. F?
3. Hasil pemeriksaan ECG pada kasus angina, seharusnya ditemukan
gambaran apa?
4. Apa alasan dilakukan uji latihan beban (Treadmil)?
5. Bagaimana Web Of Caution pada kasus Angina?
6. Diagnosa keperawatan yang muncul dari Tn.F? Susunlah Diagnosa
keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional yang tepat untuk Tn.F?

Jawaban :
1. Faktor resiko yang ada pada pada Tn. F, yaitu :
 Tn. F berusia 50 tahun
 Tn. F memiliki berat badan 75 Kg
 Riwayat penyakit masa lalu hipertensi
 Merokok sejak usia 25 tahun, sekitar 2 batang perhari
Secara teori faktor resiko terjadinya angina, yaitu:
 Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
 Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok, Aktivitas fisik, Manajemen lipid, hipertensi, obesitas dan DM.

1
2. Fisiologi terjadinya nyeri yang dialami Tn. F berawal dari faktor resiko
yang mempengaruhi yakni umur, Berat badan (obesitas), riwayat hipertensi,
dan merokok sejak usia 25 tahun. Factor-faktor resiko tersebut
memungkinkan terjadinya penimbunan plak pada pembuluh darah koroner
(ateroskelorosis), yang mengakibatkan pada saat beban kerja jantung
meningkat dan kemudian dipersepsik, maka kebutuhan oksigen miokard
juga meningkat, dengan adanya ateroskelorosis pada arteri koroner
menyebabkan kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga arteri
koroner tidak mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang
(tidak adekuat). Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel
miokardium melakukan proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan
energy tanpa menggunakan oksigen, pada proses ini juga terjadi
penimbunan asam laktat yang kemudian menyentuh ujung-ujung saraf an
sebagai nyeri. (Elizabeth, 2009).

3. Gambaran EKG pada pasien angina


Pada pasien angina, terdapat gangguan perfusi pada jantung yang
disebabkan adanya penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Dengan adanya
gangguan gangguan tersebut, pada hasil EKG akan ditemukan gelombang T
terbalik/T inversi dan ST depresi. Oleh karena itu gambaran ekg pada pasien
angina bisa ditemukan gelombang T inversi dan ST depressi (morton & fontaine,
2009).

4. Alasan dilakukan uji latihan beban (Treadmil) yaitu


 Untuk menilai dan menentukan beratnya penyakit arteri koroner.
 Untuk mengetahui kemampuan jantung dalam merespon iskemik.

2
5. Web Of Caution Angina Pectoris

Factor resiko yang tidak dapat


diubah :
Umur
Jenis kelamin
Riwayat penyakit dalam
Beban kerja jantung meningkat keluarga
Factor resiko yang dapat
diubah :
Kebutuhan O2 meningkat Merokok
Hiperlipidemia
Obesitas
DM
Arteri koroner tidak dapat
berdilatasi
Aterosklerosis

MK: Intoleran Suplai O2 ke miokard Perubahan status


aktivitas berkurang (tidak adekuat) kesehatan

iskemia Proses Glikolisis Ancaman kematian


Anaerob

MK: Ansietas
Gangguan konduktivitas
Terbentuk asam laktat
dan kontraktilitas

Menyentuh ujung-ujung
saraf reseptor
MK :
Penurunan
curah jantung
dipersepsikan MK: Kurang
Pengetahuan

MK : Nyeri

3
6. Diagnosa, Intervensi dan Rasional pada Tn. F
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan pasien untuk 1. Pasien perlu mengetahui tentang
berhubungan dengan keperawatan selama ….x pemberian NTG sublingual. gejala nyeri dada dari iskemia
ateroskelorosis atau 24 jam nyeri terkontrol, Pada saat pemberian NTG mikord.
spasme koroner dengan kriteria hasil : minta pasien untuk duduk
1. Pasien melaporkan dan berbaring.
ketidaknyamanan mulai 2. Monitor karakteristik nyeri; 2. Ketidaknyamanan dari angina
berkurang. kualitas, lokasi, skala, dan sering susah dijelaskan oleh pasien.
2. Pasien tampak rileks dan durasi nyeri.
nyaman. 3. Instruksikan pasien untuk 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
rileks dan istirahat. myocard sehingga mengembalikan
keseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
4. Kolaborasi pemberian 4. Meningkatkan saturasi oksigen
oksigen sehingga arteri membawa lebih
banyak oksigen ke otot jantung dan
mengurangi suplai oksigen dan

1
kebutuhan yang tidak seimbang.
5. Monitor tanda-tanda vital 5. Tekanan darah dan nadi biasanya
selama nyeri dada. meningkat setelah rangsangan
simpatik selama nyeri.
Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi dan
hasil tekanan darah dapat turun
atau drop.

6. Menilai gambaran EKG


untuk melihat perubahan 6. Perbedaan antara angina dan IM
segmen ST dan gelombang sangat penting dalam membuat
T. implementasi intervensi yang tepat.

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Menganjurkan istirahat


Intoleran aktifitas keperawatan selama ….x diantara aktifitas. 1. Istirahat aktifitas menyediakan
berhubungan dengan 24 jam diharapkan dapat waktu untuk menyimpan energy
ketidakseimbangan beraktifitas secara bertahap, dan pemulihan.
antara suplai oksigen dengan kriteria hasil :

2
dan kebutuhan 1. Pasien dapat beraktifitas 2. Ingatkan pasien untuk tidak
dengan tanpa adanya bekerja dengan 2. Beraktifitas dengan lengan dan
gangguan iskemik. menggunakan lengan dan bahu dapat meningkatkan
2. Pasien mengatakan bahu dalam jangka waktu kebutuhan otot jantung.
aktifitas dengan yang lama.
pembatasan energy dan
istirahat. 3. Ingatkan pasien untuk
berobat secara berlanjut 3. Biasanya tubuh mengatur
(seperti beta blockers). pengobatan setelah beberapa
minggu.
4. Menilai tekanan darah dan
nadi sebelum, selama, dan 4. Menyediakan informasi dasar
sesudah aktifitas. untuk menentukan pembatasan
aktifitas dan lamanya terapi.
5. Menganjurkan untuk
melakukan latihan aerobic 5. Latihan yang rutin dapat
secara bertahap. meningkatkan fungsi kapasitas
jantung lebih efisien.

3
4
BAB IV

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Saat istirahat, jantung menggunakan oksigen dalam jumlah yang cukup


besar (75%) dari aliran darah koroner, lebih besar daripada beberapa organ utama
yang lain dalam tubuh. Saat metabolism, beban kerja jantung dan suplay oksigen
meningkat sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat berlipat ganda. Bila aliran
darah koroner tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang
diperlukan oleh otot jantung, maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan.

5.2 Saran

Saran dari penulis yaitu diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan


tentang proses asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit angina
pectoris.

1
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Morton, Particia gonce & Fontaince, Dorrie K. 2009. Critical Care Nurshing A
Holistic Approach. USA: Wolters Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai