OMI
Oleh kelompok 2 :
04 05 06
Klasifikasi Gejala Klinis Pemeriksaan
Apendisitis Penunjang
Pengertian Apendisitis
Appendicitis adalah peradangan
pada usus buntu (appendiks), atau
radang pada appendiks vermiformis
yang terjadi secara akut. Usus buntu
merupakan penonjolan kecil yang
berbentuk seperti jari, yang terdapat
di usus besar, tepatnya di daerah
perbatasan dengan usus halus.
Etiologi Apendisitis
Hiperplasia
Hiperplasia dari Tumor appendiks
dari folikel
folikel limfoid
limfoid
● Appendicitis kronik. Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian antara lain :
1) Appendicitis cronik focalis Secara mikroskopis nampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat menyebabkan
stenosis.
2) Appendicitis cronik obliterative Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan sub mukosa dan sub
serosa, sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender pada
bagian tersebut.
Gejala Klinis
Ada beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah
sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada appendicitis akut yaitu nyeri pd
titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk,
bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan
disebabkan karena adanya gesekan antara visera yang meradang sehingga menimbulkan rangsangan
peritonium. Selain nyeri, gejala appendicitis akut lainnya adalah demam derajat rendah, mules,
konstipasi atau diare, perut membengkak dan ketidakmampuan mengeluarkan gas. Gejala- gejala ini
biasanya memang menyertai appendicitis akut namun kehadiran gejala-gejala ini tidak terlalu penting
dalam menambah kemungkinan appendicitis dan begitu juga ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak
akan mengurangi kemungkinan appendicitis.
Pemeriksaan Penunjang
● Urinalisis ● Pemeriksaan foto abdomen ● Ultrasonografi • Pemeriksaan
Pemeriksaan ini Saat dilakukan pemeriksaan Pada laboratorium
dibutuhkan untuk sinar-X abdomen, kurang dari pemeriksaan ini umumnya pada
menyingkirkan 25% kasus akan dapat ditemukan apendisitis akut dan
infeksi saluran memperlihatkan fekalit yang fekalit tidak perforasi akan
kemih, dan adanya berkalsifikasi. Hasil berkalsifikasi, terjadi lekositosis
keton digunakan pemeriksaan sinar-X lain apendiks tidak yang lebih tinggi
sebagai penanda yang didapatkan meskipun berperforasi, serta lagi namun hasil Hb
penyakit. tidak spesifik antara lain abses apendiks (hemoglobin)
Pemerikasaan penurunan pola gas, batas (Sowden, 2009) biasanya tetap
urine juga penting udara-cairan, pengaburan normal. Laju endap
dilakukan untuk bayangan psoas, obliterasi darah (LED)
melihat apa ada tanda bantalan lemak, dan meningkat pada
infeksi pada ginjal. lengkungan skoliotik kea rah keadaan apendisitis
kanan. (Schwartz, 2004) infiltrat.
Pengertian Apendiktomi
02 04
Apendisitis akut Apendisitis
perforate
04 05 06
Hernia
Tumor abdomen abdominalis Kehamilan
yang besar trimester 2 dan 3
Pemeriksaan Penunjang
● 1. Mess no. 10 :1
● 2. Handscoen steril : secukupnya
● 3. Iodine Povidone 10% : secukupnya
● 4. Cairan NS : 1 flash
● 5. Kassa : 10 buah
● 6. Deppers : 5 buah
● 7. stell deper : secukupnya
● 8. Foley catether no.16 : 1 buah
● 9. Urobag : 1 buah
● 10. Jelly : secukupnya
● 11. Spuit 10 cc : 1 buah
● 12. Underpad on sterile/sterile : 1/1 buah
● 13. Benang mersilk 2-0 :1
● 14. Benang vicryl 2-0 : 1
● 15. Benang monosin 3-0 :1
● 16. Supratule : 1 lembar
● 17. Hypafix : secukupnya
D. Persiapan Pasien
01 02 03
Persetujuan operasi Pasien dipuasakan 6-8 jam Vital sign dalam batas normal
(informed consent) sebelum operasi
04 05 06
Marking area operasi Posisi pasien supine Pastikan pasien tidak
memakai perhiasan (yang
berhubungan dengan
logam ) dan gigi palsu.
PROSEDUR TEKNIK INSTRUMENTASI
Sign in
5. Perawat sirkuler mencuci area operasi dengan larutan clorheksidine, kemudian berikan duk kecil
untuk lap kering.
6. Instrumentator memberikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi bethadine dan deppers kepada
operator untuk dilakukan desinfeksi area operasi
7. Melakukan drapping:
- Berikan 1 duk tebal untuk drapping ekstrimitas bawah
- Berikan 1 duk tebal lagi untuk ekstrimitas atas
- Berikan 2 duk besar untuk samping kiri dan kanan lalu difiksasi setiap sudut dengan duk klem.
8. Dekatkan meja instrumen dan meja mayo dengan daerah operasi, kemudian pasang couter dan
fiksasi dengan duk klem.
Time Out
Next...
14. Berikan klem pean manis untuk dilakukan spleet pada otot
15. Setelah muskulus oblikus internus dibuka dan peritonium kelihatan, berikan doubel pincet anatomis, 1 buat operator
dan 1 buat asisten untuk memegang peritonium, lalu berikan berikan mentzembaum untuk membuka peritonium.
Setelah peritonium dibuka, berikan 2 klem kockher untuk memegang peritonium.
16. Berikan pinset anatomis panjang untuk mencari sekum, setelah sekum ketemu lalu dikeluarkan.
17. Berikan babckok (klem apendik) untuk memegang mesinterium pada ujung apendik
18. Berikan klem bengkok untuk memegang meso apendik,lalu berikan guntingmetzenboum untuk memotong meso
apendik sampai pada basis apendik, kemudian berikan nalvoeder dan benang mersilk no. 2-0 untuk diligasi
19. Berikan 1 klem lagi untuk krus atau klem pangkal apendik,kemudian berikannalvoeder dan benang mersik 2-0 lagi
untuk ligasi pangkal apendik
20. Setelah pangkal apendik terikat kuat,berikan mess yang sudah dicelupkan bethadinuntuk memotong pangkal
apendik,kemudian berikan pinset anatomis dan stelldeper batadine untuk desinfeksi irisan pangkal apendik.
21. Setelah dipastikan tidak ada perdarahan dengan menggunakan kassa basah,berikan 2 kocher lagi untuk memegang
peritonium
Sign out