Anda di halaman 1dari 4

LTM-4 MODUL SARAF & JIWA

Agitasi dan hal-hal yang menyertainya


IKHSAN, 0806324015

AGITASI merupakan salah satu bagian dari tanda dan gejala depresi. 1 Agitasi adalah keadaan
tidak nyaman atas arousal yang meningkat (perasaan tercampuraduk, atau tereksitasi
berlebihan)yang disertai tensi dan iritabilitas yang meningkat. Agitasi dapat datang secara
tiba-tiba, ataupun bertahap,dan juga dapat hilang dalam hitungan menit, hari , minggu,
ataupun bulan berdasarkan tingkat agitasinya serta pajanan pada pencetus agitasinya.
Agitasi yang tidak disertai gejala lainnya, belum menunjukkan adanya masalah kesehatan,
namun dapat berubah menjadi tanda suatu penyakit apabila muncul gejala lainnya.2
Agitasi yang bertahan dalam beberapa jam saja, dan dilanjutkan dengan perubahan
kewaspadaan mengarah pada delirium, yang disebabkan masalah medis. Agitasi dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:2
1. Rawat inap (terjadi pada lansia)
2. Intoksikasi kafein
3. Intoksikasi alkohol
4. Sindrom putus-rokok
5. Sindrom putus-obat
6. Hipertiroidisme
7. Infeksi
8. Pemberian Medium kontras untuk tes diagnostik
9. Teofilin
10. Defisiensi Vitamin B6

Agitasi juga dapat muncul bersama dengan gangguan otak dan mental lainnya, berupa
anxietas, bipolar, demensia (Alzheimer’s), depresi, dan schizophrenia. Terdapat lebih dari
80% penderita penyakit Alzheimer yang menunjukkan agitasi.2,3
Agitasi juga muncul sebagai efek samping dari penggunaan beberapa obat anti-
depresan, seperti selective-serotonin inhibitors (SSRI) dan Reversible inhibitors of
monoamine type A isoenzyme (RIMA), bupropion (dipakai pada pasien Bipolar).4

TATALAKSANANA AGITASI
Hal yang terpenting untuk menangani agitasi adalah dengan menelusuri
penyebab/pencetus munculnya agitasi dan menyelesaikannya. Pasien dengan agitasi yang
tidak ditatalaksana memiliki resiko tinggi untuk melakukan bunuh diri. Setelah
menyelesaikan penyebab/pencetus agitasinya, pasien dapat menjalani hal-hal berikut
untuk menurunkan agitasinya, seperti (1) lingkungan yang nyaman, (2) pencahayaan yang
adekuat/cukup, (3) memperbanyak waktu tidur, (4) pemberian obat tertentu
(benzodiazepine, dan antipsikotik).2
Pemberian antipsikotik pada pasien teragitasi dapat diberikan melalui oral, atau
bahkan melalui IV maupun intramuskuler dalam keadaan genting, untuk mendapatkan efek
menenangkan pasien dengan segera. Medikamentosa yang diberikan saat agitasi muncul
mulanya adalah regimen antipsikotik, yang dilanjutkan dengan benzodiazepin apabila
diperlukan. Obat lainnya, Lorazepam juga dapat diberikan, karena absorpsinya yang baik
pada pemberian secara oral maupun intramuskuler. Kombinasi antara antipsikotik dan
Lorazepam dianggap lebih aman dan lebih efektif dibandingkan pemberian antipsikotik
dosis tinggi.6 Antikonvulsan seperti Valproat kini juga digunakan untuk mengatasi agitasi. 5
Pada pasien demensia yang teragitasi, dapat diberikan antipsikotik atipikal walaupun
belum ditentukan obat pasti yang digunakan. Pemberian ini perlu diperhatikan, karena
dapat menyebabkan peningkatan efek samping serebrovaskular. Sebagian praktisi memilih
menggunakan antipsikotik konvensional. Pengobatan lain yang akhir-akhir ini lebih banyak
dilakukan penelitiannya menggunakan inhibitor kolinesterase. Walaupun terapi
medikamentosa dapat menjadi pemecahan masalah pada pasien yang teragitasi, hal ini
merupakan langkah akhir, dan pendekatan interpersonal, komunikasi serta pembentukan
lingkungan yang nyaman lebih diutamakan sebagai terapi.3
Apabila memungkinkan, sebaiknya jangan memasung (restrain) orang yang teragitasi,
karena dapat membuatnya menjadi lebih buruk. Pemasungan/penahanan orang yang
teragitasi hanya bisa dilakukan apabila orang tersebut berpotensi melukai dirinya sendiri
atau orang lain dan tidak ada cara lain. Pengecekan tanda vital dan ekstremitas harus
dilakukan dengan rutin pada orang yang dipasung.2,5

ANAMNESIS pasien teragitasi dilakukan dengan mencari tahu terkait tipe, pola waktu,
akumulasi faktor-faktor pencetus, dan gejala lain yang menyertainya.
1. Tipe
- Apakah pasien lebih banyak bicara, atau mendapat tekanan untuk bicara?
- Apakah pasien sering melakukan hal yang tidak bertujuan?
- Apakah pasien merasakan tidak dapat istirahat (restless) yang ekstrim?
- Apakah pasien mekakukan gerakan otot yang tiba-tiba?
2. Pola waktu
- Apakah agitasi tersebut berlangsung sebentar, atau lama?
- Apakah agitasi tersebut menetap, dan sampai kapan menetapnya?
3. Akumulasi faktor-faktor pencetus
- Apakah agitasi tersebut terlihat dipicu oleh kejadian tertentu?
- Apakah ada hal lain yang dapat memicu agitasi tersebut?
- Apakah pasien dalam pengobatan tertentu seperti obat tiroid ataupun steroid?
- Seberapa banyak pasien mengkonsumsi alkohol ataupun kafein?
- Apakah pasien menyalahgunakan obat-obatan tertentu seperti kokain, narkotika,
amfetamin.
4. Apakah ada gejala lainnya, seperti keragu-raguan/kebingungan, hiperaktivitas, hilang-
ingatan, tidak bersahabat?

UJI DIAGNOSTIK yang dapat dilakukan pada pasien teragitasi dapat berupa pemeriksaan
darah, CT atau MRI kepala, pungsi lumbal, tes urin, tanda-tanda virus, foto polos. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab kelainan organik ataupun infeksi
sebagai pencetus agitasi dan diseseuaikan dengan kebutuhan atau diagnosis sementara
yang didapatkan dari hasil anamnesis maupun pemeriksaan fisik.2,5

KESIMPULAN
Agitasi merupakan salah satu tampakan perilaku dimana arousal seseorang meningkat,
terlihat dari tensi dan iritabilitasnya yang meningkat disertai eksitasi yang berlebihan. Pada
pemicu, pasien tampak mudah terganggu dan cenderung melakukan agresi. Agitasi bukan
penyakit, melainkan gejala yang timbul, yang juga dapat timbul pada pasien depresi,
Alzheimer dengan demensia, ataupun schizophrenia. Depresi yang dialami pasien pada
pemicu inilah yang mungkin memunculan tampakan perilaku agitasi pada pasien. Etiologi
pasti dari apa yang terjadi pada pasien perlu digali lebih dalam lagi.

Referensi:
1. Amir N. Depresi pada kondisi medis umum. Dalam: Elvira SD(ed.), Hadisukanto G
(ed.). Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.h. 113
2. Vorvick L, Merrill MB. Agitation. [online] updated Feb 28, 2010 [cited: Des 25, 2010].
Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003212.htm
3. Ellison JM. Agitation in dementia: update and prospectus. Psy times. 2008; 25: 1-5
4. Baldwin DS, Birtwitle J. Atlas of depression. Boca Raton: CRC Press; 2002.p.32, 35, 39
5. Rosse RB, Deutsch LH, Deutsch SI. Medical assessment and laboratory testing in
psychiatry. In: Sadock BJ (ed.), Sadock VA (ed.). Kaplan’s & Sadock’s Comprehensive
textbook of psychiatry.7th ed.[ebook].New York: Lippincott; 2000.p.1608,1619
6. Marder SR. Schizophrenia: somatic treatment. In: Sadock BJ (ed.), Sadock VA (ed.).
Kaplan’s & Sadock’s Comprehensive textbook of psychiatry.7 th ed.[ebook].New York:
Lippincott; 2000.p.2499

Anda mungkin juga menyukai