Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT GERONTIK DENGAN

KASUS GOUT ARTRITIS (ASAM URAT) DI DESA PETAK


KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :

DIAN PUTRI AMELIA


201903097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERO
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Telah disahkan dan disetujui laporan pendahuluan dan asuhan


keperawatan Gerontik di bawah ini :

Judul : Laporan Pendahuluan Keperawatan Gerontik Dengan

Kasus Gout Artritis (Asam Urat) Di Desa Petak

Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

Nama : Dian Putri Amelia

NIM : 201903097

Pada Tanggal :

Mahasiswa,

( Dian Putri Amelia )

Mengetahui

Pembimbing Akademik

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Lansia

1.1.1 Pengertian

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari

(Azwar, 2006). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai

suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus

menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya

dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000)

1.1.2 Batasan Lansia

a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/

biologis menjadi 4 kelompok yaitu :

1. usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59

2. lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun

3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun

4. usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur

berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia

adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.


c. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia

dikelompokkan menjadi:

1. usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,

2. usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun

atau 65 tahun,

3. lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang

4. dibagi lagi dengan:

a)    70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),

b)    lebih dari 80 (very old).

1.1.3 Tipe-Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri

daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana

Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.

2. Tipe Mandiri

Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.

3. Tipe Tidak Puas

Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang

menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan

kekuasaan, jabatan, teman.

4. Tipe Pasrah

Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.

5. Tipe Bingung
Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

pasif, dan kaget

1.1.4 Teori Proses Menua

Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut

1. Teori Biologis

a. Teori radikal bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme

yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.

Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung,

namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ

tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti

kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan

perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal

bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas

dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-

produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma.

Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan

membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel

akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan

untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah

berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada

penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi

sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik


penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu

tampaknya terkait dengan radikal bebas.

b. Teori cross-link

Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul

kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa

yang lama meningkatkan regiditas sel, cross-linkage diperkirakan

akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara melokul-

melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam

Potter & Perry, 2005).

c. Teori imunologis

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses

penuaan. Selama proses penuaan, sistem imun juga akan

mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme

asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan

sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem

imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga

tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi

antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan

terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan

pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu

sendiri.

2. Teori Psikososial

a. Teori Disengagement (Penarikan Diri)


Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran

masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia

apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah

diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan

kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu

untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan

untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.

b. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan

yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk

turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan

seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen

kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan

bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi

kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang

berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang

kehidupan.

c. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai

kemungkinan kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien

pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan

dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin

menurunkan kualitas hidup.


1.1.5 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)

a. Permasalahan umum

1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga

yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional

pelayanan lanjut usia.

5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus :

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah

baik fisik, mental maupun sosial.

2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.


1.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial

dan sexual (Azizah, 2011)

A Perubahan Fisik

1. Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%

terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2. Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea

dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

dikenal dengan liver spot.

3. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai

berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen

sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang

tidak teratur.
4. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi

dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

5. Tulang

Berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian

dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih

lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

6. Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung

dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

7. Sendi

Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas.

8. Sistem kardiovaskuler

Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan

kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada

jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude

dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

9. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke

paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

peregangan toraks berkurang.

10. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :

a. Kehilangan gigi

b. Indra pengecap menurun,

c. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),

d. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan, berkurangnya aliran darah

11. Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,

ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

12. Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari.

13. Sistem reproduksi


Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis

masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara berangsur-angsur.

B. Perubahan Kognitif

1. Memory (Daya ingat, Ingatan)

2. IQ (Intellegent Quocient)

3. Kemampuan Belajar (Learning)

4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)

7. Kebijaksanaan (Wisdom)

8. Kinerja (Performance)

9. Motivasi

C. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

2. Kesehatan umum

3. Tingkat pendidikan

4. Keturunan (hereditas)

5. Lingkungan

6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan

ketulian.

7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan


jabatan.

8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan famili.

9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan

terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

D. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan

keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam

sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)


1.2 Konsep Dasar Masalah Kesehatan Pada Lansia

1.2.1 Gout Artritis (Asam Urat)

1. Definisi

Asam urat adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

penumpukan asam yang berbentuk kristal dan merupakan hasil akkhir

dari metabolisme purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat

yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah purin terdapat

dalam tubuh kita dan dijumpai pada inti sel hidup yaitu seperti

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (sayuran, kacang-

kacangan, dan buah) ataupun dari hewan (daging dan jeroan).

Gout merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan

inflamasi akut yang dipicu oleh kristalisasi urat pada sendi dan

jaringan ikat tubuh. Gout terjadi sebagai respon terhadap produksi

berlebihan atau ekskresi asam urat yang kurang, menyebabkan

tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan pada

cairan tubuh lainnya, termasuk cairan synovial. Nilai normal kadar

asam urat 7 mg/dl untuk perempuan dan 6 mg/dl untuk laki-laki.

Serangan akut awal biasanya diikuti oleh periode selama beberapa

bulan/tahun tanpa manifestasi.

2. Etiologi

Faktor penyebab antara lain :

- Alkohol

- Diet tinggi purin

- Obat-obatan
- Obesitas

- Gangguan metabolik (kelebihan/retensi asam urat)

- Penyakit (Gangguan ginjal, HT, DM)

3. Manifestasi Klinis

- Nyeri sendi

- Edema pada sendi yang terserang asam urat

- Kulit berwarna merah, kusam, licin dan terkelupas

- Terasa hangat

- Muncul benjolan

4. Klasifikasi

Jenis asam urat yaitu :

1) Gout primer

Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).


2) Gout sekunder

Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena


meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
5. Patways
Gout Artritis

Alkohol, diet tinggi purin (Gout primer) Obat-obatan


(Gout sekunder)

Kadar laktat
Hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuhproduksi asam urat

Pengendapan asam urat Hambatan ekskresi asam urat oleh ginjal


Penimbunan di dalam dan sekeliling sendi
Kristalisasi asam urat

Nyeri akut Peradangan (inflamasi) Hiperurisemia


Serangan Gout

Serangan berulang-ulang Nefrolitiasis

Gangguan mobilitas fisik Atritis akut Gangguan citra tubuh ekskresi asam urat oleh ginjal
Tofi

Membentuk kristal asam urat Proteinuria


Destruksi sendi dan jaringan lunak Hipertensi ringan

Batu ginjal asam urat


Disfungsi persendian Resiko cidera
Nyeri kronik
6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

 Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 7 mg

%)

 Didapatkan leukositosis ringan

 LED meningkat

2) Pemeriksaan urin

Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam

3) Pemeriksaan cairan tofi

Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian

Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas

fagositik dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga

memberikan perubahan yang dramatis dan cepat meredakan

gejala-gejala.

7. Komplikasi

a. Tofii

Merupakan komplikasi asam urat paling umum yang ditandai

dengan penumpukan kristal-kristal asam urat dibawah kulit dan

membentuk seperti benjolan.

b. Deformitas sendi

Merupakan perubahan bentuk pada persendian jika asam urat

tidak diobati dan menyebabkan jaringan sendi jadi rusak


akibatnya sendi akan keluar dari jalurnya sehingga sulit

digerakkan.

c. Batu ginjal

Merupakan komplikasi yang harus diwaspadai karena kristal yang

menyebabkan asam urat terbentuk dari ginjal, semakin lama asam

urat dibiarkan tanpa pengobatan maka kristal tersebut akan

menumpuk dan memicu batu ginjal.

d. Penyakit ginjal kronis

Ginjal berperan penting untuk membantu mengeluarkan zat

toksik, produk limbah (asam urat), dan urine dalam tubuh.ketika

organ ini rusak maka tubuh kehilangan kemampuan untuk filtrasi

dan lama-lama akan memicu penyakit ginjal.

8. Penatalaksanaan

A. Non Farmakologi

1) Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari)

2) Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB dan

BB

3) Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, umbi-

umbian) disarankan tidak kurang dari 100 g/hari

4) Rendah protein yang bersumber dari hewani

5) Rendah lemak, baik nabati atau hewani


6) Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman

sebanyak ±2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari (air putih, teh,

kopi)

7) Hindari alkohol, makanan mengandung alkohol yang sering

dijumpai makanan yang difermentasikan seperti tape. Alkohol

dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan

menghambat pengeluaran asam urat

B. Farmakologi

1) Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi

nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbitazon,

kortikostropin)

2) Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan yaitu :

golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon,

benzbromaron) dan inhibitor xantin (alopurinol)


DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia (Pertama). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sunaryo., R. W. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.
Tamher, S., N. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, Andra Saferi., Y. M. P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai