Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DAN
REMAJA

Dosen Pembimbing :
Agung Eko Hartanto, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Daila Rahayu Man Dewi (201701011)
2. Frida Ferinia K (201701020)
3. Galih Ekky Sapta Pertiwi (201701021)
4. Herlina Dika S (201701023)
5. Mutiarani Ragil Ayu P (201701027)
6. Tiyan Ramanda P (201701033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KAMPUS VI PONOROGO
KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik.
Shawalat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini dirancang agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan keperawatan
komunitas pada anak usia sekolah dan remaja ”, yang disajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah sempurna.
Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang sifatnya membangun
dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan datang menjadi lebih
baik. Terima Kasih

Ponorogo, 14 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan .................................................................................. 2
C. Manfaat .................................................................................. 2

Bab II Pembahasan
A. Definisi .................................................................................. 3
B. Pengkajian .................................................................................. 4
C. Peran perawat .................................................................................. 5
D. Pencegahan pada karies gigi................................................................... 6
E. Asuhan keperawatan anak usia sekolah.................................................. 8
F. Analisa data .................................................................................. 16
G. Diagnosa keperawatan............................................................................. 17
H. Intervensi keperawatan............................................................................ 20
I. Implementasi keperawatan...................................................................... 12
J. Pengkajian ..................................................................................26
K. Analisa data ..................................................................................37
L. Intervensi keperawatan ...........................................................................38
M.Implementasi keperawatan .....................................................................39

Bab III Penutup


A. Kesimpulan .................................................................................. 40
B. Saran .................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................41

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
khusus anak sekolah.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di Desa Sukosari Ponorogo yang
dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2019. Ditemukan sebagian besar anak SDN I Sukosari
yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45
murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak menggosok
gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum makan
dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan persentase
12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak
biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1
kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-
gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia anak sekolah
maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani masalah
tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak usia
sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan
penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.
b) Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.

1
4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan.
C. Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan
pada komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya
diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko.
2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait anak
usia sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dalam
memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam hal promotif dan
preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik dalam institusi
pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Deskripsi Komunitas


1.1 Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok
berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang
anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
1.2 Deskripsi wilayah Komunitas
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN I
Sukosari Ponorogo pada tanggal 14 Oktober s.d 19 Oktober 2019. Luas wilayah
2
komunitas 700 m dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.2 Desa
Sukosari, sebelah selatan rumah penduduk RT.1 Kel. Desa Sukosari.
1.3 Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak
usia sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN I Sukosari
Ponorogo, Oktober 2019).
B. Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai
usianya.Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang
dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak
berarti bahwa jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi
dapat berakibat potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan
secara optimal dari populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena
beberapa hal yaitu:
 Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah

3
 Aktivitas fisik anak semakin meningkat
 Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
 Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan
C. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi
lingkungan fisik, Pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Delapan subsistem
yang dikaji seperti berikut:
I. Pengkajian
A. Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi: Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur.
2. Etnis: suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama: nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh
anak usia sekolah.
B. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut:
1. Lingkungan Fisik
- Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan,
aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield
survey dan observasi.
- Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru
kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
- Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang
baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan
kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.

4
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan
para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
a) Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
b) Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk
layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus
dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a) Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari
pendidik.
b) Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan
masalah anak usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan
sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran
bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu
penggunaan.
D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan
keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung
jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama

5
upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi
dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan
keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain:
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak
sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia
sekolah, mendesiminasikan hasil riset.

6
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan
dan mengevaluasi hasil intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN I Sukosari


Ponorogo menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status
kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi
pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner
meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data inti komunitas, terdiri dari:

7
1.Demografi: Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN I
Sukosari Ponorogo untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah
menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di SDN I
Sukosari Ponorogo bulan oktober tahun 2019

30

25

20

15 Perempuan

10 Laki-laki

0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Dari 123 siswa SDN I Sukosari Ponorogo, antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9
tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama
yaitu 20.5 % dan 20 %.

2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN I Sukosari


Ponorogo pada Oktober 2019
Kristen

3.1%

8
Islam

96.9%

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.


Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala
untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya
yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-
anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
B. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang
sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN I
Sukosari Ponorogo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama
berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

9
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan
tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak
usia sekolah.Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN I Sukosari Ponorogo terdapat UKS untuk tempat
istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK
(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.
2. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.
3. Keamanan dan Transportasi
a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,
akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah
SDN I Sukosari Ponorogo

Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan
sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang

10
ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan untuk anak usia sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah


Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN I Sukosari
Ponorogo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi kesehatan gigi
anak usia sekolah karena dalam permen mengandung kandungan gula yang tinggi
sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di
SDN I Sukosari Ponorogo. Sedangkan anak yang mengonsumsi coklat sebanyak
32 (25,9%) anak dan anak yang mengonsumsi snack ringan sekitar 38 anak (33,5).

11
3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh anak usia
sekolah di sekolah SDN I Sukosari Ponorogo

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi

sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi

perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini,

selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam

masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaaan menggososk gigi yang baik

menurut drg. Zaura Rini Anggraini ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI) waktu menyikat gigi yang benar adalah setelah makan dan

sebelum tidur.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak SDN I

Sukosari Ponorogo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok gigi.

Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

12
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN I Sukosari Ponorogo tidak menggosok gigi sebelum
tidur
Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase
Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

4. Pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada anak dengan karies gigi
a. Pencegahan primer

Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :
1) Memilih makanan dengan cermat
Makanan yang mengandung karbohidrat juga berfenmentasi termasuk gula dan tepung kemudian
akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan sumber makanan
penting sehingga jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. Mengatur kebiasaan
makan anak dengan sebagai berikut :
a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti snack
Makanan seperti gula, kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang
dikeringkan akan menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi dalam waktu 20
menit setelah makan. Apabila tidak menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih.
b) Memilih snack dengan cermat.
Efek makanan seperti snack dapat menyebabkan gigi berlubang. Makan snack setiap hari
memungkinkan bakteri terus membentuk asam yang merusak gigi. Jangan makan makanan manis
terus, mengunyah permen karet atau permen penyegar nafas. Jika ingin menguyah permen
dengan memilih produk yang tidak mengandung gula karena mengandung xylitol atau aspartam
sehingga mengurangi bakteri pembuat lubang pada gigi.
2) Pemeliharaan gigi
Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri dengan membersihkan mulut
dengan teratur. Ajarkan anak untuk menyikat gigi > 2 kali sehari. Menganjurkan untuk
melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulam sekali.
3) Pemberian flour
Membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan flour untuk mencegah karies gigi.
Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut

13
sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan terhadap gigi berlubang sehingga pemberian
flour secara topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour sangat bermanfaat.
b. Pencegahan sekunder
1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi yang
rusak dan diganti dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari
lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas mengunyah memerlukan bahan yang lebih kuat
dibandingkan gigi depan. Perak amalgam digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi
depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis semen porselen yang mirip dengan email. Resin
komposit adalah bahan yang sering digunakan pada gigi depan dan belakang bila lubangnya kecil
dan merupakan bahan yang warnanya sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan
tidak dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.
2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi permukaan gigi
dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan kunyah gigi premolar dan molar.
Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi pelapis pada gigi (Lithin,2008).
c. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan
pencabutan terhadap rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu
5. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut sertaan anak
dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait
dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti
kegiatan kepramukaan.
6. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda, jalan kaki, dan
diantar oleh orang tua.
7. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang
gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh
adalah sebagai berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk memperoleh
pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN I Sukosari Ponorogo

45
40
35

14
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi tentang


gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi
sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan
negatif.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN I
Sukosari Ponorogo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat dilihat
pada uraian dibawah ini :
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di

sekolah SDN I Sukosari Ponorogo

60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang mengadakan

diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar 74 responden

(60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari

15
informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga

diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi

permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN I Sukosari
Ponorogo
Tidak perlu

1.0%

Perlu

99.0%

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan

perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya.

7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN I Sukosari Ponorogo.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke
Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan
Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah
SDN I Sukosari Ponorogo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

C. Analisa Data

Analisa Data Masalah Etiologi


1. Lingkungan fisik : 1. Defisit kebersihan diri kebiasaan pada
- Adanya kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah pada agregat anak usia lingkungan anak usia
yang kurang baik bagi
perkembangan anak yaitu sekolah sekolah yang kurang

16
orang tua dan lingkungan anak baik
yang membiasakan tidak
mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak
usia sekolah
- Dampak apabila tidak
melakukan cuci tangan 6
langkah
 Akan mudah terserang
penyakit seperti diare,
batuk pilek, hepatitis,
cacingan
2. Keamanan dan transportasi: Risiko terjadinya kejadian kebiasaan anak usia
a. Kebiasaan jajan karies gigi pada agregat anak sekolah tidak
sembarangan usia sekolah menggosok gigi
- 80% anak usia sekolah sebelum tidur
memiliki kebiasaan jajan
anak sembarangan.
- Mayoritas jenis jajanan
anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak
(40,6%)
b. Kebiasaan menggosok gigi
sebelum tidur
- 75% anak usia sekolah
tidak menggosok gigi
sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok
tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh
orang tuanya (48.7%)

C. Diagnosa Keperawatan Komunitas

Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada lingkungan
anak usia sekolah yang kurang baik
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang

17
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia sekolah
beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

a. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah
ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN I

Sukosari Ponorogo adalah sebagai berikut :

Diagnosa Pentinnya Perubahan Penyelesaian Total

keperawatan pada penyelesaian positif untuk untuk score

agregat anak usia masalah penyelesaian di peningkatan

sekolah 1 : rendah komunitas kualitas hidup

2 : sedang 0 : tidak ada 0 : tidak ada

3 : tinggi 1 : rendah 1 : rendah

1 : sedang 2 : sedang

2 : tinggi 3 : tinggi
Deficit kebersihan 3 2 3 8

diri pada agregat

anak usia sekolah


Resiko terjadinya 3 3 3 9

kejadian karies gigi

pada agregat anak

usia sekolah
2 1 1 4

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi

pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya

18
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi dan penyakit menular

pada agregat anak usia sekolah di SDN I Sukosari Ponorogo.

19
b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Tempat


1. Resiko 1. Jangka Panjang 1. Pendidikan - UKS SDN I - Komunikasi dan SDN I
Terjadinya terbentuknya kelompok kesehatan Sukosari Ponorogo informasi Sukosari
kejadian karies anak usia sekolah yang lakukan - Kelompok anak usia - Ceramah dan diskusi Ponorogo
gigi pada agregat perduli terhadap pendekatan secara sekolah di SDN I - Edukasi dan
anak usia kesehatan gigi formal dengan Sukosari Ponorogo demonstrasi
sekolah 2. Jangka pendek kepala sekolah, - Puskesmas Sukosari - monitoring
- Agregat anak usia guru, dan petugas
sekolah tidak UKS
mengalami karies 2. Berikan
gigi penyuluhan
- Agregat anak usia kesehatan tentang
sekolah mendapatkan karies gigi pada
pengetahuan yang kelompok anak
cukup tentang usia sekolah
pencegahan masalah 3. Demonstrasi cara
karies gigi menggosok gigi
dengan baik dan
benar pada anak
usia sekolah
4. Beri kesempatan
pada kelompok

20
anak usia sekolah
untuk Bersama
sama
mempraktikan
cara menggosok
gigi dengan baik
dan benar
5. Lakukan
kerjasama dengan
puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring
terhadap
kelompok anak
usia sekolah di
SDN IV
Wonokromo
Surabaya
2. Perilaku kesehatan 1. Jangka Panjang NIC : Pendidikan - UKS SDN I - Komunikasi dan SDN I
cenderung beresiko terbentuknya kelompok kesehatan Sukosari informasi Sukosari
berhubungan anak usia sekolah yang 1. Lakukan Ponorogo - Ceramah dan Ponorogo
dengan defisit melakukan 6 langkah cuci pendekatan - Kelompok anak diskusi

21
perawatan diri diri tangan setiap sebelum secara formal usia sekolah di - Edukasi dan
pada anak usia dan sesudah makan dengan kepala SDN I Sukosari demonstrasi
sekolah (perilaku 2. Jangka pendek agregat sekolah, guru Ponorogo - monitoring
hidup bersih dan anak usia sekolah tidak dan petugas - Puskesmas
sehat : cuci tangan 6 mengalami masalah UKS Sukosari
langkah kesehatan seperti diare, 2. Berikan
cacingan, dll. Agregat penyuluhan
anak usia sekolah kesehatan
mendapatkan tentang 6
pengetahuan yang cukup momen cuci
tentang 6 moment cuci tangan pada
tangan. kelompok anak
usia sekolah
3. Demonstrasikan
cra mencuci
tangan dengan
baik dan benar
pada kelompok
anak usia
sekolah
4. Beri kesempatan
pada anak usia
sekolah untuk

22
Bersama-sama
mempraktikan
cara mencuci
tangan dengan
baik dan benar

IV. Implementasi

23
Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan
1. Resiko terjadinya kejadian karies gigi 1. Melakukan pendekatan secara formal
pada agregat anak usia sekolah dengan kepala sekolah, guru, dan
petugas UKS.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang karies gigi pada kelompok anak
usia sekolah.
3. Mendemostrasikan cara menggosok gigi
dengan baik dan benar.
4. Memberi kesempatan pada kelompok
anak usia sekolah untuk Bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi
dengan baik dan benar.
5. Melakukan kerjasama dengan
puskesmassetempat untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN I Sukosari
Ponorogo
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko 1. Melakukan pendekatan secara formal
berhubungan dengan defisit perawatan dengan kepala sekolah, guru dan petugas
diri diri pada anak usia sekolah UKS
(perilaku hidup bersih dan sehat : cuci 2. Memerikan penyuluhan kesehatan tentang
tangan 6 langkah 6 momen cuci tangan pada kelompok anak

24
usia sekolah
3. Mendemonstrasikan cra mencuci tangan
dengan baik dan benar pada kelompok
anak usia sekolah
4. Mrmberi kesempatan pada anak usia
sekolah untuk Bersama-sama
mempraktikan cara mencuci tangan
dengan baik dan benar

25
PENGKAJIAN DATA DASAR KOMUNITAS REMAJA DI DESA SUKOSARI
KECAMATAN BABADAN

DATA DEMOGRAFI
1.    Jenis kelamin
Laki-laki :9
Perempuan :6
2.    Usia
12-15 tahun :3
15-18 tahun :8
18-21 tahun :4
3.    Kelas
SMP :3
SMA :8
Mahasiswa :4

STATUS KESEHATAN
1.    Status gizi
o   Normal : 13
o   Kurus :1
o   Gemuk :1
o   Obese :0
2.    Status Imunisasi DT dan Tetanus
o   Lengkap : 15
o   Belum lengkap : 0
o   Tidak lengkap : 0
3.    Status perkembangan psikososial
a. Sosialisasi dengan lingkungan
o        Normal : 15
o        Kurang : 0

26
b.      Menaati peraturan
o        Normal : 5
o        Kurang : 10 (Pacaran padahal orang tua melarang, telat datang sekolah dll)
c.       Bermain
o Normal : 11 (Bermain lebih sering dilakukan setelah pulang sekolah, atau hari
libur)
o Kurang : 4 (Mempunyai jadwal bimbingan belajar setelah pulang sekolah)
d.      Mengerjakan tugas
o Normal : 6
o Kurang : 9 (Jarang mengerjakan tugas karena malas, tidak tahu cara mengerjakan
dll)
e.       Kreatifitas
o        Normal : 12
o        Kurang : 3

4.    Riwayat kesehatan 3 bulan terakhir


o   ISPA :2
o   Diare :0
o   Demam :5
o   Muntah-muntah :2
o   Penyakit kulit :3
o   Diptheri :0
o   Bronkitis :1
o   DBD :0
o   Kurang gizi :1
o   Gastritis :4
o   Thypus :2
o   Disminore :3

27
5.    Gangguan kesehatan pada remaja
o   Mata : 3 (mata minus)
o   Pendengaran : 0
o   Pencernaan : 6 (diare, gastritis)

PERILAKU REMAJA
a.    Pola makan
o   Sulit :1
o   Baik :14
b.    Rata-rata jumlah porsi yang dapat dikonsumsi oleh remaja
o   Habis 1 porsi : 14
o   Kadang-kadang habis 1 porsi :1
o   Tidak ada perilaku khusus :-
c.    Kebiasaan remaja saat tidur
o   Menggunakan perlengkapan khusus :-
o   Tidak ada perilaku khusus : 15
o   Minta ditunggui :-
d.   Jumlah rata-rata jam tidur remaja dalam sehari
o   Kurang dari 8 jam : 2 (Suka begadang)
o   8-15 jam : 13
o   Lebih dari 15 jam :-
e.    Kebiasaan remaja saat bermain
o   Sendiri :-
o   Bersama teman sebaya : 15 (pacar, teman sekolah, teman 1 kampung)
o   Harus ditemani ortu/sdr : -
f.     Kebiasaan mencuci tangan
o   Ya : 12
o   Tidak : 3 (lupa, tidak terbiasa)

28
g.    Kesulitan belajar :
o Ya : 9 (sulit konsentrasi, cara mengajar guru sulit dipahami, pelajaran sulit,
waktu ujian tidak bisa dan bertanya ke teman sampingnya/mencontek)
o Tidak :6
h.    Kebiasaan mengkonsumsi jajanan
o   Jajanan buatan sendiri keluarga :-
o   Membeli di warung/orang jualan di sekolah : 15
i.      Pengetahuan tentang makanan yang berbahaya
o Cukup mengetahui : 11 (banyak yang hanya sekedar tahu tetapi tetap membeli
makanan yang berbahaya)
o Kurang tahu : 4 (tidak dapat menyebutkan jenis-jenis makanan berbahaya)

PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


Keluarga membawa remaja ke puskesmas atau pelayanan kesehatan yang lain
o   Ya : 15
o   Tidak :-
Remaja pernah mendapat penyuluhan berkaitan dengan perawatan kesehatan
o Ya :5 (penyuluhan tentang narkoba, pengobatan dengan tanaman toga)
o Tidak : 10 (baik dari sekolah maupun di masyarakat tidak ada yang memberikan
penyuluhan)
Remaja pernah mendapatkan subsidi perawatan kesehatan
o   Pemberian makanan tambahan : -
o   Garam beryodium :-
o   Tambahan vitamin A :-
o   Lain-lain :-
Penyuluhan yang dibutuhkan keluarga
o   Gizi :1
o   Imunisasi :-
o   Perkembangan anak sekolah :3

29
o   Perawatan remaja sakit di rumah :-
o   Lain-lain (Kespro, penyimpangan seksual): 11

LINGKUNGAN
Lingkungan sekolah beresiko
o   Ya :-
o   Tidak : 15
Lingkungan rumah beresiko
o Ya : 3 (Jarak septitank kurang dari 5 meter dari rumah, dekat dengan tempat
pembuangan sampah)
o Tidak : 12
Tersedianya fasilitas bermain sesuai umur
o Ya : 15 (pemancingan, waterpark, kolam renang, dll)
o Tidak :-

PERILAKU ORANG TUA/KELUARGA


Orang tua memberikan kebebasan remaja bermain dengan teman remaja
o   Ya : 15
o   Tidak :-
Keluarga mempunyai kebiasaan memberikan stimulasi perkembangan remaja
o Ya : 9 (memberi kebebasan kepada remaja dengan disertai tanggung
jawabnya)
o Tidak :6
Orang tua dapat mengungkapkan porsi remaja dengan benar
o   Ya :5
o   Tidak : 10
Orang tua berusaha memberikan makanan pengganti jika remaja tidak menghabiskan porsi
makanan yang disediakan
o   Ya : 15
o   Tidak :-

30
Jenis makanan yang disediakan mengandung unsur protein hewani, protein nabati, sayuran,
buah-buahan, susu
o   Selalu :2
o   Jarang : 13 (Ada yang jarang makan buah, sayur, tidak minum susu dll)
o   Tidak pernah :-

Lingkungan fisik
Jumlah kamar tidur :
o   Tidak ada :-
o   Satu kamar tidur :-
o   2-3 kamar tidur : 12
o   Lebih dari 3 kamar :3
Kebiasaan membuka jendela
o   Ya : 15
o   Tidak :-
Kebiasaan menjemur kasur
o Ya :3
o Tidak : 12 (Kalau kasur sudah terasa menipis dan keras baru dijemur, saat musim
hujan tidak pernah dijemur)
Kesehatan air
Sumber air untuk masak dan minum
o   Sumur pompa : -
o   Sumur gali :-
o   Mata air :-
o   Air sungai :-
o   PDAM : 15
Air untuk mandi dan mencuci
o   Sumur pompa : -

31
o   Sumur gali :-
o   Mata air :-
o   Air sungai :-
o   PDAM : 15
Kebiasaan keluarga melakukan pengurasan penampungan air
o   1× seminggu : 13
o   2× seminggu : 2
o   ˃2 × seminggu: -
o   Lain-lain :-
Tersedianya penampung air untuk masak dan minum
o   Ya : 15
o   Tidak :-
Pembuangan sampah
Tersedianya tempat penampung sampah
o   Ya :-
o   Tidak : 15
Pengolahan sampah selanjutnya
o   Dibakar :-
o   Dibuang ke kali:-
o   Ditimbun :-
o   Lain-lain : 15 (Dilimpahkan ke petugas sampah)
Kondisi jamban
Tersedianya tempat membuang tinja di rumah
Tersedianya penampung air untuk masak dan minum
o   Ya : 15
o   Tidak :-
Pembuangan air limbah
Tersedinya saluran limbah
Tersedianya penampung air untuk masak dan minum
o   Ya : 15

32
o   Tidak :-

Pendidikan
Wawancara:
1.    Jenis pendidikan kesehatan yang dibutuhkan:
 Kesehatan ibu dan anak :-
 Cara penanggulangn kesehatan: -
 Pembinaan kesehatan lansia : -
 Pembinaan kesehatan remaja : 15 (100% kelompok remaja berkeinginan agar jika ada
penyuluhan lagi bertema tentang kesehatan reproduksi misal bahaya seks bebas, dan
sebagian besar remaja wanita menginginkan penyuluhan tentang kespro dan penanganan
disminore)
 Lain-lain :-

Pelayanan Kesehatan dan Sosial:


Wawancara:
1.    Jenis sarana pelayanan kesehatan yang sering dimanfaatkan keluarga:
      Puskesmas/pustu :8
      Rumah sakit :-
      Dokter praktek :7
      Perawat klinik :-
      Bidan praktik :-
      Klinik Dokter :-
      Lain-lain :-
2.    Kepuasan keluarga terhadap pelayanan yang diberikan sarana kesehatan tersebut:
      Sangat Puas :-
      Puas : 10
      Cukup puas :3
      Kurang puas : 2 (pelayanan lambat, birokrasi yang rumit)
3.    Sumber penyuluhan kesehatan yang sering didapatkan oleh keluarga:
      Puskesmas/pustu : 15

33
      Rumah sakit :-
      Dokter praktek :-
      Perawat klinik :-
      Bidan praktik :-
      Klinik Dokter :-
      Lain-lain :-
Transportasi dan Keamanan/Keselamatan:
Wawancara
1.      Sarana transportasi keluarga:
o   Ya : 15
o   Tidak : -
2.      Sarana pengamanan kebakaran:
o   Ya :-
o   Tidak :15
3.      Sarana pengamanan (security) di lingkungan:
o   Ya :-
o   Tidak : 15
4.      Keluarga merasa aman tinggal di lingkungan ini:
o   Ya : 15
o   Tidak : -

Politik dan Pemerintahan:


Wawancara:
1.      Partai politik yang menonjol berpengaruh di wilayah ini:
o   Ya :-
o   Tidak : 15
2.      Masyarakat yang sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting tentang layanan
kesehatan di wilayah ini:
o Selalu :-

34
o Kadang-kadang : 2 (Aktif mengikuti organisasi masyarakat seperti karang taruna
dan remaja masjid)
o Tidak pernah : 13 (Karena tidak mengikuti organisasi kepemudaan di wilayah tersebut
misal karang taruna, remaja masjid sehingga tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan
keputusan)
3.      Pengambil keputusan dalam masyarakat:
o   Ketua RW : 15
o   Lurah : 15
o   Toma : 15
o   Lain-lain : 15

Komunikasi:
1.      Adakah sarana komunikasi:
o   Ya : 15
o   Tidak : -
2.      Bahasa yang digunakan sehari-hari:
o   Indonesia : 15
o   Daerah : 15
o   Asing :-
3.      Metode penyampaian informasi kesehatan yang remaja harapkan:
o   Media elektronik (radio/TV) : 15
o   Media Cetak (Koran/Majalah): -
o   Posyandu/Kader : 15
o   Pertemuan antar masyarakat : 15
4.      Masalah komunikasi keluarga dengan sumber informasi di masyarakat
o   Ada :-
o   Tidak ada : 15
Ekonomi:
Wawancara:
1.      Penghasilan seluruh keluarga tiap bulan:

35
o   < Rp. 750.000,- :-
o   Rp. 750.000,- - Rp. 1.000.000,- : -
o   Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.500.000,- : -
o   Rp. 1.500.000,- - sebutkan : 15
2.      Dana untuk kesehatan dialokasikan:
o   Ya : 15
o   Tidak : -
3.      Keluarga yang memiliki jamkesmas/jamkesdas:
o   Ya : 15
o   Tidak : -
Rekreasi:
Wawancara:
1.      Kebiasaan keluarga memanfaatkan waktu luang
o   Nonton TV :9
o   Ngobrol dengan tetangga :4
o   Rekreasi :3
o   Kegiatan keagamaan di masyarakat: -
o   Tidak ada :-
2.      Macam tempat rekereasi yang biasa dikunjungi
o   Taman kota : -
o   Mall :5
o   Pantai/danau : 1
o   Kolam pancing: 6
o   Kolam renang: 9
o   Bioskop :3
o   Gunung :2
o   Lain-lain (tidak ada):-

KEGITAN REMAJA DESA


Karang taruna

36
         Ya :5
         Tidak : 10
Remaja masjid
         Ya :7
         Tidak :8

 ANALISA DATA

DATA MASALAH
KESEHATAN
Jumlah responden: 15 orang Perilaku menyimpang
67% remaja tidak mentaati peraturan (misal orang tua melarang pada remaja
pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat datang sekolah, dll)
60% jarang mengerjakan tugas (malas, tidak tahu cara
mengerjakan)
60% kesulitan belajar (sulit konsentrasi, cara mengajar guru sulit
dipahami, pelajaran sulit,sehingga waktu ujian tidak bisa dan
bertanya ke teman sampingnya/mencontek)

Jumlah responden: 15 orang Resiko penyimpangan


67% remaja tidak pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan seksual
reproduksi baik dari sekolah maupun di masyarakat, sedangkan
33% remaja pernah mendapat penyuluhan berhubungan dengan
narkoba, dan macam-macam pengobatan dengan tanaman toga
67% remaja tidak mentaati peraturan (misal orang tua melarang
pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat datang sekolah, dll)

37
  
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Perilaku menyimpang pada remaja berhubungan dengan koping individu yang tidak
adekuat ditandai dengan 67% remaja tidak mentaati peraturan (misal orang tua melarang
pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat datang sekolah, dll)60% jarang mengerjakan tugas
(malas, tidak tahu cara mengerjakan)60% kesulitan belajar (sulit konsentrasi, cara
mengajar guru sulit dipahami, pelajaran sulit,sehingga waktu ujian tidak bisa dan
bertanya ke teman sampingnya/mencontek)
2. Resiko penyimpangan perilaku seksual berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai bahaya seks bebas dan kesehatan reproduksi ditandai dengan 67% remaja tidak
pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi baik dari sekolah maupun di
masyarakat, sedangkan 33% remaja pernah mendapat penyuluhan berhubungan dengan
narkoba, dan macam-macam pengobatan dengan tanaman toga. 67% remaja tidak
mentaati peraturan (misal orang tua melarang pacaran tetapi tetap pacaran, terlambat
datang sekolah, dll)

  

38
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.    Diagnosa: Perilaku menyimpang pada remaja


o Lakukan pendekatan kepada orang tua para remaja, tokoh masyarakat, atau institusi
pendidikan untuk memberi dukungan kepada mahasiswa melakukan penyuluhan tentang
dampak perilaku menyimpang, cara pencegahan perilaku menyimpang dan cara
menanggulanginya
o Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapat bantuan teknis misal penyediaan
tempat penyuluhan
o Siapkan materi penyuluhan dan media penyuluhan (leaflet, poster, LCD dll)
o Pasang poster atau memberi pengumuman melalui masjid ataupun pimpinan kelompok
remaja, kepala desa, kepala sekolah (jika penyuluhan dilakukan di sekolah) dll untuk
kegiatan penyuluhan menanggulangi kenakalan remaja

2.    Diagnosa: Resiko penyimpangan seksual


o Lakukan pendekatan kepada orang tua para remaja, tokoh masyarakat, atau institusi
pendidikan untuk memberi dukungan kepada mahasiswa melakukan penyuluhan tentang
dampak seks bebas pada usia dini, dan cara menjaga kesehatan organ reproduksi
o Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapat bantuan teknis misal penyediaan
tempat penyuluhan
o Siapkan materi penyuluhan dan media penyuluhan (leaflet, poster, LCD dll)
o Pasang poster atau memberi pengumuman melalui masjid ataupun pimpinan kelompok
remaja, kepala desa, kepala sekolah (jika penyuluhan dilakukan di sekolah) dll untuk
kegiatan penyuluhan dampak seks bebas pada usia dini, dan cara menjaga kesehatan
organ reproduksi

39
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu
agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at
risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Yang menjadi
sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 siswa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai inti
(core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan)
subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan
rekreasi
B. Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada komunitas anak usia sekolah
2. Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah

40
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Yogyakarts: Gosyen Publishi

Efendy, Fery, Makhfudii. 2009 Keperawatan Keseatan Kmunitas Teori dan raktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rumini, Sri dn Siti Sundari. 2004. Perkembangan anak dn Remaja Cet. Ke . Jakarta : PT Rineka
Cipta

Wong. 2009. Buku ajar Keperawatan Pediarik Volume 1. Jakarta: EGC

Riyadi , Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mubarak, W.I & Chayatin, N. (2013). Ilmu Keperawatan komunitas I. Jakarta : Salemba

41

Anda mungkin juga menyukai