ARTIKEL ILMIAH
Diajukan guna melengkapi persyaratan dalam mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Obstetri dan Ginekologi
Oleh :
dr. Tonggo Tua Siallagan
22070111300010
Pembimbing :
dr. Arufiadi Anityo Mochtar, Msi.Med, SpOG(K)
Abstrak
PENDAHULUAN
Obstetric Anal Sphincter Injuries (OASIS) merupakan komplikasi dari
persalinan pervaginam yang berdampak terhadap kualitas hidup yang dapat
mengakibatkan terjadinya inkontinensia ani.1 Occult OASIS adalah OASIS yang
tersembunyi yang tidak teridentifikasi melalui pemeriksaan klinis namun terdeteksi
melalui pemeriksaan ultrasonografi.1-4 Ultrasonografi endoanal merupakan gold
standard dalam mendiagnosis Occult OASIS. Alat ini bersifat invasif karena
menginsersikan probe ke dalam kanalis ani.5 Saat ini ultrasonografi transperineal
direkomendasikan sebagai alternatif karena lebih mudah tersedia di rumah sakit dan
lebih dapat diterima oleh pasien karena tidak bersifat invasif.6,7
Di Inggris, kejadian laserasi perineum pada wanita saat melahirkan
pervaginam diperkirakan mencapai sekitar 85%.8,9 Pada suatu penelitian terhadap dua
puluh ribu persalinan pervaginam didapatkan angka kejadian OASIS sebesar 2,9%
pada wanita primipara dan 0,8% pada wanita multipara. Namun seiring dengan
semakin seringnya penggunaan ultrasonografi endoanal ternyata didapatkan angka
kejadian Occult OASIS sebesar 11% sampai dengan 36%. 10 Pada tahun 2010,
diperoleh data bahwa jumlah OASIS berkisar 0,1% di Rumania, dan jumlah
episiotomi berkisar 3,7% di Denmark.11
OASIS sering salah didiagnosis sebagai laserasi perineum derajat dua.
Kemungkinan penyebab kesalahan diagnosis OASIS adalah: Pertama, kurangnya
pengetahuan dokter dan bidan terhadap anatomi perineum dan sistem klasifikasi
laserasi perineum. Pada suatu penelitian tentang pengetahuan anatomi perineum yang
dimiliki dokter dan bidan, didapatkan bahwa 41% dokter dan 16% bidan melakukan
kesalahan dalam mengklasifikasikan laserasi sfingter ani. Kedua, OASIS sering
disembunyikan dan dicatat dalam catatan medis sebagai laserasi perineum derajat dua
oleh karena adanya stigma pada kasus OASIS dimana ada kecenderungan untuk
menyalahkan individu daripada menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya OASIS.2, 12
Faktor risiko Occult OASIS sama dengan faktor risiko terjadinya OASIS yang
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu faktor proses persalinan,
faktor perinatal, dan faktor maternal. Faktor yang termasuk dalam faktor proses
persalinan adalah ada atau tidaknya tindakan episiotomi, partus tindakan, kala II
lama, distosia bahu, induksi oksitosin dan derajat laserasi perineum. Faktor yang
termasuk dalam faktor perinatal adalah berat badan lahir, malpresentasi, lingkar
kepala. Sedangkan faktor yang termasuk dalam faktor maternal adalah usia, Indeks
Massa Tubuh (IMT), paritas, ras, dan panjang perineum. 13 Penelitian tentang Occult
OASIS merupakan penelitian baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan rancangan kohort prospektif. Penelitian dilaksanakan di Ruang
Bersalin dan Poliklinik Kebidanan dan Kandungan di RSUP dr. Kariadi dan RS lahan
jejaring di Kota Semarang. Populasi penelitian ini adalah semua wanita primipara
dengan riwayat cedera perineum saat partus pervaginam di Kota Semarang. Sampel
yang diambil adalah wanita primipara dengan riwayat cedera perineum saat partus
pervaginam di RSUP Dr. Kariadi dan RS lahan jejaring di Kota Semarang, yang
diambil dengan cara consecutive sampling mulai bulan Juli hingga September 2018.
Kriteria inklusi antara lain: wanita primipara, masa nifas ≥ 6 minggu, riwayat
usia kehamilan ≥ 37 minggu, riwayat presentasi kepala, riwayat persalinan
pervaginam dengan cidera perineum, bersedia untuk ikut serta dalam penelitian, dan
riwayat persalinan ditolong dokter. Wanita multipara, masa nifas < 6 minggu,
memiliki riwayat partus prematurus, riwayat presentasi bokong, riwayat persalinan
pervaginam dengan perineum intak, dan menolak untuk ikut serta dalam penelitian
dikeluarkan dari penelitian.
Tahapan penelitian sampel dimulai dengan menjelaskan tujuan, manfaat serta
prosedur penelitian kepada subjek penelitian. Pasien yang memenuhi kriteria dan
setuju untuk mengikuti penelitian diminya menandatangani infromd consent.
Pemeriksaan ultrasonografi transperineal 2 dimensi dilakukan setelah 6 minggu post
partum dengan penggunaan probe transvaginal pada daerah perineum untuk
mengetahui ada tidaknya Occult OASIS. Pemeriksaan ultrasonografi transperineal
dilakukan oleh residen obstetri dan ginekologi pin hijau dan disupervisi oleh
konsultan uroginekologi. Subjek penelitian yang menjalani persalinan dari ruang
bersalin VIP yang dilakukan oleh dokter spesialis Obstetri Ginekologi, data diambil
dari rekam medis. Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis. Analisis
statistik bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dan dependen. Analisis untuk data kategorik dilakukan menggunakan Chi-square test
atau alternatif dengan Fisher exact. Analisis statistik untuk data numerik dilakukan
menggunakan uji t-independent atau alternatif dengan Mann-Whitney. Analisis
multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang berhubungan dengan
kejadian Occult OASIS, dengan menggunakan analisis regresi logistic.
HASIL PENELITIAN
Selama bulan Juli sampai dengan September 2018 didapatkan sebanyak 75
persalinan pervaginam pada ibu primigravida di RSUP dr. Kariadi dan RS lahan
jejaring di Kota Semarang. Tiga puluh pasien didapatkan memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi serta setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Karateristik subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Data N %
IMT
Nomal 22 73,3
Over weight 8 26,7
Panjang Perineum
Normal 29 96,7
Pendek 1 3,3
Usia
Usia Reproduksi Normal 27 90,0
Usia Muda 3 10,0
Presentasi Janin
Occiput Anterior 9 30,0
Bukan Occiput Anterior 21 70
Berat Janin
< 2500 gram 2 6,7
2500-4000 gram 28 93,3
Lingkar Kepala
< 33 cm 22 73,3
33-34 cm 5 16,7
> 34 cm 3 10,0
Induksi Persalinan
Tidak 8 26,7
Ya 22 73,3
Lama Kala II
Normal (<= 2 jam) 29 96,7
Lama (> 2 jam) 1 3,3
Cara Persalinan
Tanpa Alat (Tanpa Vakum) 12 40,0
Dengan alat (Vakum) 18 60,0
Tindakan Episiotomi
Tidak dilakukan 8 26,7
Ya, dilakukan 22 73,3
Distosia Bahu
Tidak 26 86,7
Ya 4 13,3
Penolong Persalinan
Spesialis 4 13,3
Residen 26 86,7
Derajat Laserasi
III 28 93,3
IV 2 6,7
Jenis Anestesi
General 1 3,3
Lokal 29 96,7
Tempat Penjahitan
Ok 1 3,3
Vk 29 96,7
Metode Penjahitan
End to end 14 46,7
Overlapping 16 53,3
Jenis Benang
Bukan PGA 2 6,7
PGA 28 93,3
Occult Oasis
Tidak ada 27 90,0
Ada 3 10,0
mempunyai status IMT kategori normal sebesar 73,3%, dengan panjang perineum
normal sebesar 96,7%. Sebagian besar usia responden berada pada tahap usia
anterior (70%). Sebagian besar melahirkan bayi dengan berat janin antara 2500
sampai dengan 4000 gram (93,3%), dengan lingkar kepada kurang dari 33 cm sebesar
73,3 %. Sebagian besar mengalami induksi persalinan (73,3%) dengan lama kala II
mengalami derajat laserasi III (93,3%) dengan jenis anestesi lokal (96,7%). Sebagian
overlapping (53,3%), dan menggunakan jenis benang sebagian besar PGA (983,3%).
Hasil pengamatan occult oasis sebagian besar tidak ada (90%) dan yang ada sebesar 3
orang (10%).
perineum dengan kejadian Occult OASIS (p = 0,100). Tidak terdapat hubungan antara
usia ibu dengan kejadian Occult OASIS (p = 0,100). Tidak terdapat hubungan antara
presentasi janin dengan kejadian Occult OASIS = 0,207). Tidak terdapat hubungan
0,166).
Variabel yang dilakukan dalam analisis memiliki nilai p kurang dari 0,25.
Tabel 3. Hasil analisis uji logistik multivariat regresi faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Occult OASIS
95.0% C.I.for
p-value Exp (B)
EXP(B)
Variabel Atau OR
Min Maks
IMT 0,04 3,813 1,352 7,254
Panjang Perineum 0,08 2,282 1,243 6,764
Presentasi Janin 0,07 4,910 1,000 4,758
Berat Janin 0,10 2,000 1,009 3,489
Induksi Persalinan 0,10 4,855 1,675 6,980
Derajat Laserasi 0,06 3,175 1,987 5,787
Hasil uji regresi logistik diketahui bahwa faktor yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian Occult OASIS adalah IMT dengan nilai p-value
sebesar 0,04, disusul derajat laserasi dengan nilai p-value sebesar 0,06.
PEMBAHASAN
Seiring dengan semakin seringnya penggunaan ultrasonografi endoanal
ternyata didapatkan angka kejadian Occult OASIS sebesar 11% sampai dengan 36%.10
Pada penelitian ini didapatkan angka kejadian Occult OASIS sebesar 3 orang (10%).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Penelitian lain melaporkan angka
kejadian OASIS sekitar 2,5% pada partus pervaginam dengan episiotomi mediolateral
dan sekitar 11% pada partus pervaginam dengan episiotomi medial. Namun hampir
33% wanita yang mengalami partus pervaginam mengalami cedera pada sfingter ani,
73,3% (22 orang) dan overweight sebesar 26,7% (8 orang). Berdasarkan analisis
bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kejadian Occult
OASIS. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian Occult OASIS adalah IMT. Hal ini berbeda dengan
faktor protektif terhadap terjadinya OASIS.14-16 Hal ini dikarenakan pada wanita hamil
perineum derajat III sebesar 93,3% (28 orang) dan laserasi perineum derajat IV
bermakna antara derajat laserasi perineum dengan kejadian Occult OASIS. Dari hasil
analisis multivariat diketahui bahwa faktor derajat laserasi perineum bukan faktor
yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian Occult OASIS. Hal ini
Dibandingkan wanita tanpa riwayat laserasi perineum derajat berat, wanita dengan
riwayat laserasi derajat berat memiliki risiko dua lebih besar untuk mengalami
Panjang perineum normal pada penelitian ini sebesar 96,7% (27 orang) dan
panjang perineum yang pendek sebesar 3,33% (satu orang). Dari analisis bivariat
tidak terdapat hubungan antara panjang perineum dengan kejadian Occult OASIS.
panjang perineum ≤ 2,5 cm memiliki risiko yang signifikan untuk terjadinya laserasi
perineum derajat tiga atau empat. Hal ini disebabkan insiden Occult OASIS pada
persalinan pervaginam dengan tindakan lebih besar untuk pasien dengan panjang
Usia responden pada usia reproduksi normal sebesar 90% ( 27 orang), dan
usia muda sebesar 10% ( 3 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat hubungan
antara usia ibu dengan kejadian Occult OASIS. Sesuai dengan penelitian Gurol, dkk
pada tahun 2013 dilaporkan bahwa usia 30-34 tahun memiliki risiko OASIS lebih
besar daripada kelompok umur lain. Justru usia kurang dari 20 tahun secara statistik
Presentasi janin yang termasuk bukan occiput anterior sebesar 70% (21
orang), dan yang occiput anterior sebesar 30,0% (9 orang). Dari analisis bivariat tidak
terdapat hubungan antara presentasi janin dengan kejadian Occult OASIS. Hal ini
merupakan faktor risiko terjadinya OASIS secara signifikan.19 Pada penelitian Sari R,
presentasi oksiput posterior merupakan prediktor OASIS.16 Perbedaan ini disebabkan
pada penelitian ini yang termasuk bukan occiput anterior merupakan posisi sutura
Subyek penelitian sebagian besar melahirkan bayi dengan berat janin antara
2500 sampai dengan 4000 gram sebesar 93,3% ( 28 orang) dan < 2500 gram sebesar
6,7% (2 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat hubungan antara berat janin
berat badan bayi dengan terjadinya OASIS.8,14,19-21 Terutama bayi dengan berat > 4000
OASIS.14,16,18,21,22 Risiko laserasi dengan berat bayi 4000 gram justru lebih besar pada
wanita multipara.21
Lingkar kepala bayi kurang dari 33 cm sebesar 73,3% (22 orang). Lingkar
kepala bayi 33-34 cm sebesar 16,7% (5 orang). Lingkar kepala bayi lebih dari 34 cm
sebesar 10% (3 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat hubungan antara lingkar
kepala dengan kejadian Occult OASIS. Sesuai penelitian sebelumnya. Pada penelitian
di Amerika dikatakan lingkar kepala lebih dari 35 cm merupakan faktor risiko OASIS
Sebagian besar mengalami induksi persalinan sebesar 73,3% (22 orang), dan
yang tidak mengalami induksi persalinan sebesar 26,7%,(8 orang). Dari analisis
bivariat tidak terdapat hubungan antara induksi persalinan dengan kejadian Occult
OASIS. Sesuai dengan penelitian sebelumnya. Pada beberapa penelitian lain,
Lama kala II masuk kategori normal kurang dari 2 jam sebesar 96,7% (29
orang) dan kala II lama sebesar 3,3% (1 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat
hubungan antara lama kala II persalinan kejadian Occult OASIS. Sesuai dengan
merupakan faktor risiko terjadinya OASIS, semakin lama waktunya semakin besar
pula risikonya. Risiko ini ada pada nulipara maupun multipara, paling besar
didapatkan pada multipara dengan waktu lebih dari sama dengan 61 menit, yaitu
6,76.21 Sama halnya dengan penelitian Charlotte, dimana risiko OASIS lebih besar
Cara persalinan dengan vakum sebesar 60,0% (18 orang) dan yang tanpa
vakum sebesar 40,0% (12 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat hubungan
antara cara persalinan kejadian Occult OASIS. Sesuai dengan penelitian sebelumnya.
Kejadian OASIS lebih banyak ditemukan pada persalinan dengan forsep dibandingkan
Tindakan episiotomi sebesar 73,3% (22 orang), dan yang tidak dilakukan
episiotomi sebesar 26,7% (8 orang). Dari analisis bivariat tidak terdapat hubungan
antara tindakan episiotomi dengan kejadian Occult OASIS. Sesuai dengan penelitian
mediolateral dapat menurunkan risiko OASIS.19 Namun, pada penelitian lain OASIS
didapatkan pada 0,6-0,9% dari persalinan pervaginam yang dilakukan episiotomi
Subyek penelitian ini sebagian besar tidak mengalami distosia bahu sebesar
86,7% (26 orang) dan yang mengalami distosia bahu sebesar 13,3% (4 orang). Dari
analisis bivariat tidak terdapat hubungan antara distosia bahu dengan kejadian Occult
bahwa risiko penting terjadinya OASIS ini salah satunya adalah distosia bahu.15
Angka kejadian laserasi perineum karena distosia bahu ini adalah 7,6% laserasi
perineum derajat III dan 3,9% laserasi perineum derajat IV. 15 Sesuai dengan
penelitian di Inggris, didapatkan 11,3% dari 100 kelahiran bayi hidup, risikonya
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, kejadian Occult OASIS pada primipara
di RSUP dr. Kariadi dan RS lahan jejaring di kota Semarang sebesar 10%. Faktor
maternal yaitu IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejadian Occult OASIS pada primipara. Faktor perinatal tidak berhubungan
dengan teradinya Occult OASIS. Faktor persalinan yaitu derajat laserasi perineum
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Occult OASIS pada primipara.
DAFTAR PUSTAKA
3. Johnson JK, Duthie GS. The prevalence of occult obstetric anal sphincter
4. Sultan AH, Carter JE. Occult anal sphincter trauma following randomized
Obstetrics. 1998:113-119.
5. Shek KL, Atan IK, Rojas RG, Langer S, Dietz HP. The evolution of
2006:2-5.
7. Abdool ZS, Thakar R. Ultrasound imaging of the anal sphincter complex: a
8. Smith LA, Simonite V, Burns EE. Incidence Of And Risk Factor For Perineal
Childbirth. 2013:13-59.
10. Abbott DR, Williams A, Ntim EO, Chappel LC. Obstetric anal sphinter
Scandinavica. 2016.
12. Thakar RS. Manajement of obstetric anal sphincter injury. The Obstetrician
13. Harvey MA, Walter JE, Pierce M, et al. Obstetrical Anal Sphincter Injuries
15. Friedman AM, Prendergast E, Alton ME and Wright JD. Evaluation of third
degree and fourth degree laceration rates as quality indicators. Obstetrics &
Gynecology. 2015:927-37.
16. Landy HJ, Laughon S, Bailit J, et al. Characteristics associated with severe
gynecology. 2011:627.
17. Deering S, Stitely M, Allaire A and Satin AJ. Perineal body length and
18. Gurol U, Edozien LC, Mahmood TA, Adams EJ, Richmond DH, et al. Third
Between 2000 and 2012: Time Trends and Risk Factors. BJOG: An
19. Eskandar O. Risk factors for 3rd and 4th degree perineal tear. Journal of
20. Simo G, Perelló CJ, Gich S, and Calaf A. Mode of Vaginal Delivery: A
2010:25-34.
24. Benson JT. Atlas of Female Pelvic Medicine and Reconstructive Surgery, 2
25. Pergialiotis V, Protopapas A, Pappa K and Vlachos G. Risk factors for severe
Obstetrics. 2014:6-14.
26. Linda C and David S. Textbook of Female Urology and Urogynecology, 2 ed: