1 LATAR BELAKANG
Osteoporosis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Pada orang yang menderita
penyakit ini, tulang menjadi tipis dan rapuh yang pada akhirnya bisa menyebabkan patah tulang.
Penyakit ini ditandai hilangnya masa tulang, sehingga tulang menjadi mudah patah dan tidak
tahan tekanan dan benturan (Hartono,2001).
Osteoporosis kini menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat yang sering terjadi pada
usia lanjut terutama pada wanita. Ketika wanita mencapai usia menopouse, maka semakin turun
pula kadar kalsium dalam tulang. Sebelum terjadi fase menopuse mulai muncul pada usia 40
tahun yang menimbulkan gejala yang sangat mengganggu kehidupn aktivitas wanita
(Proverawati,2010). Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Namun muncullah gejala seperti nyeri terus-menerus
yang tak kunjung hilang, tubuh memendek, mudah menderita patah tulang terutama tulang
pinggul disertai gejala menopouse (Junaidi, 2009).
Menurut WHO (2012), osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung
sebagai masalah utama dunia. Menurut data International Osteoporosis Foundation (IOF), lebih
dari 30% wanita di dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis. Sedangkan pada
pria resikonya berada di angka 13%. Angka kejadian patah tulang di seluruh dunia akibat
osteoporosis hingga saat ini mencapai angka 1,7 juta dan diperkirakan angka ini akan meningkat
hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050. Penderita osteoporosis di seluruh dunia hingga
saat ini mencapai 200 juta orang (Purwoastuti,2009).
Menurut Depkes RI dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut
diwaspadai yaitu mencapai 19,7% dari populasi. Sedangkan pada daerah Parung Panjang sendiri
menurut data Puseksmas Parung panjang terdapat 72 lansia yang mengalami osteoporsis dari
total lansia sebanyak 220 orang yang ada di wilayah tersebut. Dan 3 diantaranya menderita patah
tulang sedangkan 69 lainnya mengalami postur tubuh menjadi lebih pendek atau bongkok.
Osteoporosis dapat dicegah sejak dini dengan membudidayakan perilaku hidup sehat. Perilaku
yang perlu diterapkan adalah seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang yang
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium,
berolahraga secara teratur, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi kopi secara
berlebihan (Depkes, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Setiani, dkk. (2015) di Kelurahan Tipes Surakarta, bahwa
pengetahuan yang baik yang dimiliki oleh responden mengenai osteoporosis mempengaruhi
perilaku responden untuk mencegah terjadinya osteoporosis . Hal ini juga didukung oleh teori
Notoatmojo (2004) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor perdisposisi yang
menyebatkan perilaku seseorang berubah. Atas dasar latar belakang tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian.
1.2RUMUSAN MASALAH
1.3.1 Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis pada masyarakat
lansia di desa Parung panjang?
1.3.4 Bagaimana gambaran pola makan masyrakat lansia di desa Parung Panjang tersebut?
1.3.5 Bagaimana gambaran riwayat kesehatan masyarakat lansia di desa Parung panjang
tersebut?
1.3.6 Bagaimana gambaran riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari masyarakat lansia di desa
Parung panjang?
1.3.6 Apakah ada hubungan antara pola makan terhadap kejadian osteoporosis di desa Parung
panjang?
1.3.7 Apakah ada hubungan pengetahuan osteoporosis dengan kejadian osteoporosis di desa
Parung panjang?
1.7.8 Apakah ada hubungan antara riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari masyarakat lansia
di desa Parung panjang?
Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan mengenai osteoporosis dengan perilaku pencegahan
osteoporosis pada lansia di Kelurahan Parung panjang Kabupaten Bogor.
Tujuan khusus
- Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada
lansia di kelurahan Parung panjang kabupaten Bogor.
1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan wawasan kepada masyarakat mengenai pengaruh pengetahuan terhadap perilaku
pencegahan penyakit osteoporosis.
2. Bagi Tenaga kesehatan, dapat digunakan sebagai upaya preventif terhadap penyakit atau
pencegahan diri terhadap penyakit osteoporosis.
3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai acuan dan data dasar untuk peneliti selanjutnya
mengenai perilaku pencegahan osteoporosis.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
osteoporosis pada masyarakat lansia di Desa Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kejadian osteoporosis di daerah tersebut. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian case control. Desain penelitian case control
digunakan untuk mengetahui secara retrospektif bagaimana hubungan antara faktor resiko
terhadap kejadian osteoporosis pada lansia di Desa Parung panjang tersebut. Penelitian akan
dilakukan pada bulan Maret 2020 sampai dengan selesai penelitian, dengan sasaran penelitian
yakni masyarakat dengan usia diatas 60 tahun yang datang ke Puskesmas Parung Panjang.
Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner dengan responden
terkait variabel permasalahan.