Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN:


BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)”

Dosen : Karmithasari Yanra K,.Ners.M.Kep

Di Susun Oleh :
Nama : Trisia Vironika
Nim : 2018.C.10a.0990

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat,
rahmat, karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini disusun
dengan judul “Integrasi Hasil Penelitian Ke Dalam Asuhan Keperawatan”. Makalah ini
disusun dalam bentuk maupun isinya yang sangan sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Dan kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi teman semua, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan–masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalh
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dalam pengembangan
dunia keperawatan dimasa depan.

Palangka Raya, 16 Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Integrasi.....................................................................3
2.2 Konsep dan Sistem Integrasi...................................................................3
2.3 Metode Membangun Sistem Integrasi....................................................7
2.4 Komponen-Komponen Sistem ...............................................................8
BAB III PENUTUP ..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perawat dituntut untuk meningkatkan
kinerja dan daya saing sebagai tenaga kerja dengan tidak mengurangi misi sosial
yang dibawanya. Perawat harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara
lain efisiensi serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan
untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi tenaga kerja
yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Sistem terintegrasi merupakan sistem informasi yang melibatkan berbagai
unit fungsional di dalam perusahaan maupun hubungan perusahaan dengan pihak
luar seperti pelanggan dan pemasok. Namun masih banyak yang belum tau
tentang bagaimana sistem intergasi itu berjalan dan dan pembuatan sistem
terintegrasitersebut.Perkembangan ilmu pengetahuan melalaui tranformasi
teknologi sudah dapat dirasakan manfaatnya khususnya dalam bidang kesehatan.
Mahalnya biaya kesehatan mendorong pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan melalui telemonitoring. Keberhasilan penerapan teknologi informasi
ditentukan oleh perngkat keras dan perngkat lunak, namun yang terpenting adalah
persiapan pengguna teknologi tersebut.
Saat ini, Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi
kebutuhan dasar bagi setiap perusahaan termasuk  industri kesehatan. Teknologi
informasi telah menjadi alat bantu utama dalam memenuhi ekspektasi kepuasan
pelanggan dan pemberi pelayanan keeehatan. Makin banyaknya jumlah pasien,
tugas-tugas administrasi dan ketergantunan pasien terhadap pemberi jasa
pelayanan menimbulkan frustasi bagi pemberi pelayanan kesehatan sementara
disisi lain pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang singkat dan interaksi
mereka dengan pemberi pelayanan kesehatan. Melalui integrasi TIK telah
membuka peluang untuk memenuhi kebutuhan dalam pelayanan kesehatan. Tidak
bisa dipungkiri bahwa biaya untuk kesehatan mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Perawatan pasien di rumah (Home care) dapat memperpendek masa

4
tinggal di rumah sakit, menurunkan re-hospitalization dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian di rumah sakit. Integrasi system informasi  pada pasien
home care dapat mentransformasi pasien post-acute care untuk dirawat dirumah 
melalui telemedicine dan remote patient monitoring (RPM). Faktor penerntu
penerimaan dan integrasi sistem informasi telemonitoring pada pasien home
health care adalah adanya pelibatan para pengguna, dukungan pihak manajemen,
kompleksitas dan resiko. Selain itu bagi klien adalah adanya persepsi kemudahan
penggunaan sehingga menjadi sikap untuk penggunaan yang sesungguhnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian sistem integrasi
2. Manfaat sistem integrasi
3. Prinsip manajemen keperawatan
4. Metode membangun sistem integrasi
5. Komponen- komponen pendukung

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami tentang sistem integrasi


2. Memahami konsep sistem integrasi
3. Memahami metode membangun sistem integrasi
4. Memahami komponen-komponen sistem integrasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Integrasi

Integrasi berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggris, dalam bahasa latin
integrasi berasal dari kata Integer, Integra, Integrum yang memiliki arti utuh,
seluruhnya. Sedangkan dalam bahasa Inggris berasal dari kata Integration, yang
memiliki arti kesempurnaan atau keseluruhan. Sehingga dapat didefinisikan
integrasi merupakan penyatuan unsur-unsur dari sesuatu yang berbeda atau
beraneka ragam sehingga menjadi satu kesatuan dan pengendalian terhadap
konflik atau penyimpangan dari penyatuan unsur-unsur tersebut. Proses integrasi
akan terjadi jika perubahan itu membawa unsur-unsur yang cocok dengan
penambahan unsur-unsur baru di dalam proses perubahan itu menyatu di dalam
kerangka kepentingan struktur yang ada. Pada proses integrasi juga akan ada
proses saling menarik, saling tergantung, dan saling menyesuaikan (adaptasi).
Sistem terintegrasi (integrated system) merupakan sebuah rangkaian proses untuk
menghubungkan beberapa sistem-sistem komputerisasi dan software aplikasi baik
secara fisik maupun secara fungsional. Sistem terintegrasi akan menggabungkan
komponen sub-sub sistem ke dalam satu sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari
sub sistem tersebut sebagai satu kesatuan sistem.

2.2 Konsep Dari Sistem Integrasi

Konsep integrasi sistem adalah suatu konsep sistem yang dapat saling
berhubungan satu dengan  yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan
keperluan. Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem
diperlukan juga oleh sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi input
sistem lainnya.
Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus
informasi dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang
memerlukan waktu, namun demikian akan semakin banyak informasi yang
relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila diperlukan.

6
Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem
informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Integrasi juga memungkinkan penambahan suatu fitur dari aplikasi yang
sudah ada, tanpa harus merombak total struktur aplikasi yang lama. Hal ini akan
lebih hemat dari sisi cost dan lebih cepat dari sisi development dibandingkan
harus membuat suatu aplikasi utuh yang baru. Peningkatan kemampuan dalam
berkompetisi adalah salah satu manfaat dari sistem Integrasi. Manfaat-manfaat
lain yang dapat dirasakan adalah layanan yang konsisten, penurunan biaya
transaksi, dan kemudahan teknologi  informasi dalam beradaptasi terhadap
perubahan bisnis. Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output
(hasil/keluaran), dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang
memandang keperawatan secara menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau
fragmentis. Keperawatan sebagai suatu sistem merupakan satu kesatuan yang utuh
dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama lain. Keperawatan dapat
diartikan sebagai keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian
yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan akhir.
Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan
membentuk satu sistem yang utuh. Sitem keperawatan ini memperoleh input dari
suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan output bagi
suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah
tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan keperawatan, tenaga
perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian, serta
biaya perawatan.
Interaksi fungsional antarsubsistem keperawatan disebut sebagai proses
keperawatan. Proses keperawatan dapat terjadi dimana saja, tidak terbatas
lingkungan rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Melalui proses keperawatan
diperoleh hasil (output) keperawatan. Hasil keperawatan adalah asuhan
keperawatan yang sudah diberikan kepada klien berdasarkan tujuan keperawatan
yang telah ditetapkan. Tujuan keperawatan masing-masing tingkatan perawatan
ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara pada tujuan kesehatan nasional.

7
Salah satu subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah
manajemen keperawatan, yang mana merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan (Huber, 2000). Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2010). Manajemen keperawatan memahami dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang
dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen
puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan
atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Manajemen
keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan
dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif
dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).
Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan untuk memberikan perawatan
kepada pasien menurut Swanburg (2000) sebagai berikut: 1. Manajemen
keperawatan adalah perencanaan 2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan
waktu yang efektif 3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan 4.
Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian 7. Manajemen keperawatan
merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin, dan bidang studi 8.
Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan
lembaga dimana organisasi itu berfungsi 9. Budaya organisasi mencerminkan
nilai-nilai kepercayaan 10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
11. Manajemen keperawatan memotivasi 12. Manajemen keperawatan merupakan

8
komunikasi efektif 13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau
pengevaluasian.
Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan memerlukan peran orang yang
terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan
fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi
manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu
perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick
(1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan
(budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen
ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen
terdiri dari planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan Bahtiar,
2009).
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap Perencanaan
merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi dan
integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000).
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1992).
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan
dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan
bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi
untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000).
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang
ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).

9
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan
yang mereka inginkan. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh
personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang.

2.3 Metode Membangun Sistem Integrasi


Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam membangun sistem
terintegrasi, yaitu :
Vertical Integration, merupakan proses mengintegrasikan sub-sub sistem
berdasarkan fungsionalitas dengan menghubungkan sub-sub sistem yang sudah
ada tersebut supaya bisa berinteraksi dengan sistem terpusat dengan tetap berpijak
pada arsitektur sub sistem yang lama. Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat
dilakukan dengan cepat dan hanya melibatkan beberapa entitas development yang
terkait dalam proses pembuatan sistem lama. Kelemahannya, metode ini tidak
memungkinkan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi baru atau proses bisnis
baru ke dalam sub-sistem yang sudah ada – karena effort lebih tinggi ada di
proses“mempelajari” arsitektur sistem lama dan menjadikannya acuan untuk
membuat sistem terintegrasi. Untuk menghadirkan ekspansi fungsionalitas atau
proses bisnis baru adalah harus membuat sub-sistem baru.
Star Integration, atau lebih dikenal sebagai spaghetti integration, adalah
proses mengintegrasikan sistem dengan cara menghubungkan satu sub sistem ke
semua sub-sub sistem lainnya. Sebuah fungsi bisnis yang diimplementasikan
dalam sebuah sub sistem akan di-broadcast ke semua sub-sub sistem lain yang
dependen terhadap fungsi bisnis tersebut supaya dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Untuk integrasi sistem dengan ruang lingkup kecil atau menengah dan
dengan pemisahan fungsi bisnis yang jelas dan spesifik, metode integrasi ini layak
untuk dipertimbangkan. Namun jika fungsi bisnis banyak terlibat di beberapa sub
sistem secara dependen, pada akhir proses integrasi sistem akan terlihat
sedikit “kekacauan” dalam diagram – proses interkoneksi antar sub sistem akan
tampak seperti spaghetti. Efeknya, biaya perawatan dan ekspansi sistem di masa
yang akan datang akan memerlukan effort yang sangat berat untuk mempelajari
skema integrasi sistem berikut dependency-nya.

10
Horizontal Integration, atau ada yang mengistilahkan dengan Enterprise
Service Bus (ESB), merupakan sebuah metode yang mengintegrasikan sistem
dengan cara membuat suatu layer khusus yang berfungsi sebagaiinterpreter,
dimana semua sub-sub sistem yang sudah ada akan berkomunikasi ke layer
tersebut. Model ini lebih menawarkan fleksibilitas dan menghemat biaya integrasi,
karena yang perlu difokuskan dalam implementasi proses pengintegrasian
hanya layer interpreter tersebut.  Untuk menangani ekspansi proses bisnis juga
hanya perlu diimplementasikan dilayer interpreter itu juga, dan sub sistem baru
yang akan menanganiinterface dari proses bisnis ekstensi tersebut akan
berkomunikasi langsung ke layer dan layer akan menyediakan keperluan-
keperluan data/interface untuk sub sistem lain yang memerlukannya. Metode
Enterprise Service Bus (ESB) ini seperti yang dilansir dari Wikipedia juga
memiliki banyak kelebihan jika diadopsi dalam merancang arsitektur sistem
terintegrasi, yaitu antara lain :
1. Lebih cepat dalam melakukan penyesuaian dengan sistem yang telah ada
2. Meningkatkan fleksibilitas, mudah untuk diperbaharui mengikuti
perubahan keperluan sistem (system requirements)
3. Membuat standar sistem sehingga bisa diaplikasikan di sub sistem mana
pun
4. Porsi pekerjaan software development lebih banyak
di “konfigurasi” daripada “menulis code” untuk integrasi
5. Dapat diterapkan mulai ruang lingkup kecil hingga di level enterprise

2.4 Komponen-Komponen Sistem Integritas


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.  SIKNAS
bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari
sistem kesehatan.  Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari
sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem
kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari
sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau

11
jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi
kesehatan kabupaten atau kota.

ALUR SIKNAS

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi


kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan.  Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur
jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network
(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan
untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,
dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.  Pengembangan jaringan komputer
(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS
online adalah untuk menjembatani permasalahan kekurangan data dari
kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari
kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi
bidang kesehatan di seluruh Indonesia.

12
Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait
yaitu:
1. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang
masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan
peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan
yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan,
penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy
berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi petugas kesehatan
yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum komputerisasi, laporan
dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

13
Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.
2. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan
dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung
ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy.
Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy
diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan
diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan
hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi.
4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait kesehatan.
Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku kepentingan di
semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit program
tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan UPT-
nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
7. Pengguna Data .

14
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi
sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat
mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional melalui
website Kementerian Kesehatan.
Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan
yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi
lebih baik tetapi malah berantakan.  Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah  dan juga pencatatan dan pelaporan yang
ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga dirasaka sebagai beba oleh
daerah. Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai yang
dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak menyeluruh seperti di
Negara Jepang contohnya. Berkembangnya tekhnologi informasi saat ini
seharusnya bisa dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi kesehatan
yang menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia
yang berada di pelosok yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima
informasi baru dari luar yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya
budata beberapa kelompok masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi
belum menyeluruh.

15
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan


membentuk satu sistem yang utuh. Sitem keperawatan ini memperoleh input dari
suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan output bagi
suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah
tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan keperawatan, tenaga
perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian, serta
biaya perawatan. Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu
arus informasi dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang
memerlukan waktu, namun demikian akan semakin banyak informasi yang
relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila diperlukan.
Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem
informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
3.3 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai integrasi hasil penelitian
ke dalam asuhan keperawatan dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran
pada mata kuliah KMB serta menjadi bahan pembelajaran. Oleh karena itu dengan
adanya bahan materi ini diharapkan kita dapat mengaplikasikan konsep ini saat
praktek keperawatan di RS dan dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat
nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Artikata. "Definisi Integrasi". http://www.artikata.com/arti-330868-integrasi.html. diakses


pada 10 Oktober 2017

Nugraha, D.W.. "Integrasi Data (Data Integration)". http://teknikelektro-


teknologiinformasi.blogspot.com/2011/12/integrasi-data-data-integration.html diakses
pada 10 Oktober 2017

Gustikasari, Rizka (2011).Integrasi Sistem dan Manfaatnya.


http://gustikasarizka.blogspot.co.id/2011/03/integrasi-sistem-dan-
manfaatnya.html. diakses tanggal 10 Oktober 2017.

Rosyid, Riza. (2011). Konsep Sistem Dalam Keperawatan. http://riza-


alrosyid.blogspot.co.id/2011/07/konsep-sistem-dalam-keperawatan.html.
diakses tanggal 10 Oktober 2017.

Simanullang , Manatap Halasson. 2013. Analisis peran kepala ruangan dalam pelaksanaan
fungsi manajemen keperawatan; persepsi perawat pelaksana di rumah sakit umum dr.
Pirngadi medan http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39138/Chapter
%20ll.pdf?sequence=4. Diakses 10 Oktober 2017.

Pezzini, M., 2003. Application Integration Scenario: Making It All Work Together, Gartner
European Symposium ITxpo, lorence/Italy, http://josh.rootbrain.com/seminar/Integrasi
%20Sistem%20Informasi-Josua-M-Sinambela.pdf March 2003.

Sheth, A.P. and Larson, J.A., 1990. Federated Database Systems for Managing Distributed,
Heterogeneous, and Autonomous Systems. In ACM Comp. Surveys 22, 3 (1990).

Whitten, J. & Bentley, L. (2007). Systems Analysis and Design Methods. New York:
McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai