Anda di halaman 1dari 158

000AF47AE603C6B7_## = Ilumia

0012D76D84CB119F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -


Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
001CBC9CC73C4380_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
00224F5365BA10C3_## = Tak cukupkah darah yang ditumpahkan?
00531D91C9C9587C_## = The 212 Warrior
005FE9EEC951D28E_## = The Conjurer
00941C2B82FB6C41_## = Fall of the Dark Lord
009B248655A8C009_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
00AF49F227302BD3_## = Evolusi
00C09756DC392C2B_## = Veera
00C7CC612D1EF4A4_## = Sebagai ninja dari Mist Island, Hayate harus menjalani rangkaian
latihan keras setiap hari, yang dirancang untuk mengubah raga biasa menjadi senjata
mematikan. Latih tarung dengan sesama ninja menjadi bagian penting dari latihan
ini.\n\nArena Latihan.\n"Aku siap," kata Airi, seraya menggenggam gagang katana.
Hayate pun sudah siap, mengapit delapan kunai diantara jemarinya. Tak lama,
pertarungan pun dimulai.Kunai Hayate beterbangan, menuju Airi, diikuti pergerakan
badan Hayate yang bahkan lebih cepat. Pertarungan jarak dekat jadi keunggulan Airi,
namun Hayate nampaknya tetap mengambil resiko dengan mengajak bertarung secara
langsung, dengan peralatan yang lebih ringan.\nKelengahan? Atau bentuk
kepercayadirian?\nShuriken menghujani Airi, namun dia ahli menggunakan ilmu bayangan,
dan serangan itu tak berarti banyak baginya. Tak hanya mampu mengelak dari serangan
Hayate, Airi pun mampu memperpendek jarak dengan Hayate.\nAiri memusatkan kekuatan
naga di pedangnya. Selama ini, dia berlatih untuk memusatkan serangan berkekuatan
maksimum dalam satu hantaman. Yang dia perlukan hanyalah satu serangan untuk
menumbangkan lawannya, ninja paling berbakat di generasinya. Yang dia perlukan
hanyalah penentuan waktu yang tepat..."Tak secepat itu," Hayate tersenyum licik. Airi
melihat pergerakan tangan Hayate, dan semuanya tetiba nampak gelap - seketika, Hayate
telah menutupi langit dengan kunai, menghalangi sinar matahari.\nBerjalan diantara
bayangan, Airi berusaha mencari celah untuk mendekati Hayate. Namun dia belum
menemukan celah atau kelemahan dari pertahanan Hayate.\nSulit rasanya untuk mengelak
lagi; dia harus bertahan dari serangan Hayate. Hayate lebih gesit, lebih hebat dalam
ilmu Ninjutsu. Satu-satunya cara Airi untuk memenangkan pertarungan adalah
mengandalkan katananya, dan satu atau dua luka tak seberapa asalkan dia mampu
memperpendek jarak untuk melepaskan jurus pamungkasnya.\nTanda darah di lengannya
bersinar, Airi menggigit pelan bibirnya dan bersiap untuk menyerang. Biarkan saja
Hayate menghujaninya dengan Kunai Blitz; yang dia perlukan hanyalah kekuatan dan
pergerakan untuk menarik pedangnya."Ryuu -"\nKekuatan naga kuno mulai terasa, walaupun
pelatihan Airi belum selesai. Namun katananya belum sepenuhnya dikeluarkan.\nSebuah
kunai berhenti di depan keningnya, hanya sejengkal.\nKunai Blitz yang dikerahkan
Hayate sudah terlanjur menutupi langit dan menghalangi penglihatan Airi. Saat dia
menerjang, Airi tak menyadari bahwa Hayate telah menyesuaikan jarak diantara mereka -
bukan untuk menjaga jarak, namun justru memperpendek jarak. Begitu dekatnya sehingga
pedangnya yang panjang pun tak mampu menyerang Hayate. Hayate berhasil memperkirakan
semua pergerakannya, semua siasatnya.\n"Begitu dekat, namun begitu jauh..."
00D746BB952F76D0_## = Yena
00E4CACBDF3933DE_## = Qi menanggung beban berat untuk memulihkan nama baik dojonya,
namun dia tetap tegar. Dia menantang Lu Bu berduel dan berhasil membuat dirinya
terkenal, walau harapannya belum terwujud...
00FFC1F8E6690966_## = Biografi Marja
0128CE64B22C0CFF_## = Aku mencium aroma pembunuh, aroma darah.\nHiasi dunia ini dengan
warna merah, biarkan dunia tenggelam dalam kematian.
012B58798D8C5E66_## = The Crystal Lotus
017BA065523C4972_## = Wisp
018650C11E243FAC_## = 05 Mei
018FBDE7F7B8F210_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
01AF062D62193F0C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
01B89C850F6EF89E_## = Kaukah yang membuatku terjaga dari gelapnya malam?\nKaukah yang
akan menuntunku?\nKau bagaikan cahaya fajar,\nyang memecah awan gelap.
01B96DAAFBBCC85E_## = Shifting Tide
01B99BB89FDDF839_## = Siege
01EA3C59BD88A3BD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
020F0CF26B8A155A_## = "Jangan biarkan dunia merenggut senyummu. Biarkan senyummu yang
mengubah dunia."\n\nBanyak yang seringkali lupa bahwa Rourke, Sang Kapten yang
senantiasa tersenyum dan ceria dulunya sesosok kesatria pemberani, hingga mereka
melihat bekas luka di lengannya. Namun dirinya memang kesatria yang luar biasa—dia
yang berasal dari Casanova Fort ini, ikut serta dalam ratusan peperangan, termasuk
Pertempuran di Bashkir. Andai ada orang yang menumpuk catatan perang yang berisi
namanya, maka sesungguhnya tingginya akan jauh melebihi Rourke sendiri.\n\nDunia
nampak tak bersikap ramah terhadap Rourke: anggota keluarganya tewas satu per satu
akibat peperangan dan musibah kelaparan, dan saudara seperjuangannya gugur dalam
Pertempuran di Bashkir, dengan tangan yang masih menggenggam pedang panjang yang telah
membunuh banyak lawan seraya dia mengembuskan nafas terakhirnya.\n\nSetelah itu,
Rourke harus rela kehilangan lengan kanannya demi melindungi umat Manusia akibat
kutukan yang dikirimkan pihak musuh hinggap di lengannya, hingga memaksa dirinya untuk
memotong lengannya agar dirinya tak terbunuh. "Tak apa, pada akhirnya kita menang,
kan?" ujar Rourke. Mereka yang ada di sekelilingnya lega mendengarnya. Mereka sempat
khawatir bahwa kesatria kebanggaan mereka akan larut dalam keputusasaan, namun
nyatanya dia tetaplah bersikap optimis.\n\nSesuai dengan hukum yang ditetapkan Astrid,
the Duchess of Rose, Rourke dihadiahi sebuah rumah mewah selepas kepulanganya dari
medan perang, yang berarti bahwa dia akan hidup dalam bergelimang harta di sisa
hidupnya tanpa dibebani kewajiban untuk bekerja lagi. Namun hal itu terasa ganjil bagi
Rourke, yang akan merasa gelisah jika menjalani hidup tanpa tujuan.\n\nOleh karena
itu, Rourke diam-diam menyerahkan kediamannya itu pada kerabat salah satu rekan yang
berjuang bersama dirinya, dan beranjak menuju Federation of the Free, membawa serta
surat rekomendasi pemberian Astrid, dan mendapatkan pekerjaan sebagai Kapten di suatu
kota asing dekat perbatasan.\n\nSebagai bentk rasa terima kasih atas kebersediaannya
memikul tanggung jawab sebagai Kapten, para pengrajin dari Federasi membuatkan busur
silang mekanik yang dapat dipasangkan di area lengan Rourke yang hilang, yang
memberinya kemampuan untuk bertarung seperti sedia kala. "Inilah rumah baruku. Aku
sudah meninggalkan masa lalu, dan menemukan hidup yang baru," kata Rourke. Dia
mencintai rumah barunya, yang terasa saat kau mendengar tawanya yang begitu
lepas.\n\nPenduduk kota pun mengagumi Sang Kapten—dai tak pernah bersikap kaku
seperti pejabat pada umumnya, dan menjadi sumber kebahagiaan ke mana pun dirinya
pergi. Meski demikian, dia tetaplah sigap dan tegas saat menjalankan tugas dengan
semestinya. Bagaimanapun juga, kau tak akan bisa menegakkan aturan hanya dengan
bersikap ceria, kan?\n\nDengan semakin berkembangnya hubungan antara Federation of the
Free dan Verno Woods dan terciptanya Chamber of Commerce, sebuah "jalr dagang" pun
terbentuk, yang terbentang melintasi kota kecil Rourke. Bisnis yang berkembang tak
hanya membawa kemakmuran dan menarik pendatang, namun juga masalah.\n\n"Kalian boleh
saja membuat keributan di luar sana, tapi ini kotaku, dan aturanku yang berlaku di
sini!" Seraya makin peliknya permasalahan yang muncul, Rourke memutuskan untuk
menunjukkan pada pihak luar bahwa dia bukanlah sosok yang lemah. Tujuannya hanya satu:
untuk melindungi kota beserta hak penduduknya, serta memastikan bahwa kegiatan bisnis
yang berlangsung di kotanya bersifat legal dan berjalan sebagaimana
mestinya.\n\nUsahanya berbuah manis. Tak satupun pendatang yang berani melakukan aksi
kriminalitas di kotanya, karena dibayangi rasa takut akan hukuman yang telah disiapkan
Sang Kapten. Hukum pun berjalan dengan baik di kota itu, dan Rourke dihormati semua
pihak.\n\n"Kau tega menggunakan kekerasan untuk mengenyahkan masalah? Kalau begitu aku
akan menggunakan kekerasan untuk mengenyahkan DIRIMU!"
02216494E163A8ED_## = Resureksi
0244AE96505DCD3A_## = Pertumbuhan serta perkembangan cepat yang dicapai umat manusia
mampu membuat Ilumia terkejut dan waspada. Dia berhati-hati mengelola hubungan Veda
dengan Thane, menjaga umat manusia dalam genggamannya, seraya berusaha menjauhkan
mereka dari pengaruh Lokheim.
024D7B418A3660C1_## = Veera membangun kota bawah tanah ini di daerah permukaan Abyss,
serupa kastil manusia untuk ditempati kaum Corrupted. Di sinilah mereka jadi terbiasa
dengan energi kegelapan, dan mereka pun mampu ikut serta pertempuran yang berlangsung
di dunia luar.
026748E2299E40C6_## = Perserikatan beranggotakan pengrajin dengan sejarah panjang.
0268880E7D4E45D8_## = Organisasi pemburu iblis di bawah pengawasan Federation.
027D43785023F457_## = Florentino
028D25127C10CD59_## = Biografi Errol
02A5F1D008FB8F24_## = 01 Feb
02E42689A8F9FBF0_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
02FED16DFDC76AB1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
031D8CBAC1C2CC98_## = The Crusher
0362C0C4C67F9C86_## = Musuh Cahaya
03630244EBD99F7A_## = Biografi Chaugnar
0367DA27AB3B2626_## = Rally
0380465434F28197_## = Makhluk besar itu berguling, dan Liliana menghindar. Lalu dia
menyadari mungkin makhluk itu tak akan melukainya, karena dirinya sedang mengambil
bentuk bola cahaya. Dia mengitari makhluk aneh itu, dan mulai berpikir.\nDia telah
menjelajahi dunia dan melihat banyak hal, dari masa pembetukannya hingga kemunculan
mahluk-makhluk yang semakin lama semakin mengagumkan yang memiliki beragam bentuk,
makhluk yang benar-benar berasal dari dunia ini, tak seperti Liliana yang merupakan
makhluk kuno.\nNamun, makhluk yang sedang tertidur di hadapannya nampak lebih menarik
dari semua yang pernah ditemuinya. Makhluk itu memiliki bulu yang indah dan menarik,
dengan sembilan ekor yang berayun lembut layaknya dedaunan yang tertiup angin.\nLilian
terpukau, dan mulai berpetualang dengan Si Ekor Sembilan yang tinggal di kerajaan naga
kuno.Mereka berpetualang selama bertahun-tahun lamanya. Si Ekor Sembilan nampak selalu
melamun - atau merenung. Liliana tak tahu pasti. Yang pasti, dia belajar banyak dari
Si Ekor Sembilan, dinamika yang terjadi di dunia, beserta bahasa yang digunakan orang-
orang di sana. Makhluk itu memberi tahu namanya, Kyubi, walaupun nama tidaklah
penting, katanya.\nSi Ekor Sembilan dan si bola cahaya kecil melintasi pegunungan dan
sungai, perbukitan dan dataran, hingga sampai di laut. Bentuk alam ini nampak seperti
karpet biru langit yang terhampar luas seakan tanpa ujung, dihiasi titik putih kecil
berupa burung camar yang berdansa di cakrawala, tempang laut dan langit bersatu.\nDan
Liliana merasa terpukau dan terpesona karenanya. Dunia memang luas, luar biasa, selalu
berisikan hal-hal baru.\nKyubi memberi tahu bahwa selama dirinya berkeinginan kuat,
dia pun dapat diterima kekuatan primal dan jadi bagian dunia. Jelas bahwa Liliana
ingin merasakan dunia, bermandikan cahaya matahari, menyentuh lautan.\nKyubi dan
Liliana menghabiskan sore di pantai. Perlahan, Liliana merasa cakarnya mulai tumbuh,
diikuti mata, kemudian sembilan ekor kecil. Dia berubah wujud jadi Ekor Sembilan
mungil, seperti Kyubi, namun sepuluh kali lebih kecil.\nTangannya menggapai laut, dan
meletakannya di permukaan. Rasanya dingin, menyejukkan, terlebih di hari cerah yang
hangat.Karena Liliana telah memiliki bentuk fisik, Kyubi memberi tahu bahwa dia perlu
belajar cara melindungi diri, dan membangkitkan kekuatan alaminya. Sehingga, Kyubi
membawa Liliana ke Veda untuk berlajar bersama kaum setengah dewa. Bersama, Ilumia,
Liliana berguru pada Archmage Edras, dan memandangi kedua makhluk berkaki dua itu
dengan rasa penasaran. Saat sedang rehat, dia mengamati mereka dengan seksama, hingga
dia merasa siap dan menarik nafas dalam-dalam...\nPoof. Liliana bertransformasi jadi
sesosok gadis muda, berkaki dua seperti rekan-rekannya di kuil. Dia bergegas ke Kyubi
untuk memamerkan bentuk barunya, dan Kyubi berkomentar, "Rampingkan sedikit
pinggangmu."Pada Perang Abyss Pertama, Liliana memanfaatkannya untuk menguji kekuatan.
Mampu merubah bentuk sesuka hati, dia melenggang di medan pertempuran dengan cepat dan
gesit, menerobos barisan pasukan musuh dengan mulus. Namun legiun Volkath terbilang
ganas dan peperangan terasa sengit, bahkan Archmage Edras harus tewas dalam
pertempuran.\nSaat peperangan usai, Liliana menemui Kyubi, yang terluka dan sekarat.
Tak ada yang bisa menghindari kematian, bahkan makhluk magis sekalipun.\nLiliana
memeluk Kyubi dan menangis, memohon teman satu-satunya itu untuk bertahan. Namun Kyubi
berkata,\n"Biarkan aku pergi, Liliana. Aku lelah, dan ingin tidur." Karena aku sudah
hidup terlalu lama, begitu lamanya sehingga hidup pun terasa melelahkan. "Selamat
tinggal, Liliana."\nLalu Kyubi menutup mata untuk terakhir kalinya, dan tubuhnya
berubah jadi cahaya kecil layaknya kunang-kunang di malam hari, yang perlahan
pudar.Liliana pun kini sendiri. Dan walaupun dia mampu berubah jadi beragam jenis
makhluk, yang jadi favoritnya tetap bentuk Ekor Sembilan. Dia seringkali tidur
berselimutkan ekor-ekor berbulunya, memimpikan sore yang sunyi itu saat dirinya duduk
bersama Kyubi di pantai, menikmati hembusan angin laut yang membelai lembut wajahnya,
menyaksikan pasang surutnya ombak tanpa berkata-kata.\n\n- Selesai -
0386BF1DB7F9C4DC_## = Annette bertemu Sephera di perpustakaan Magic Academy. Sedikit
petunjuk dari Sephera mampu menjawab pertanyaan yang membebani Annette selama
bertahun-tahun, dan Annette pun menganggap Sephera sebagai panutan.
03B82930DCFAF7B1_## = Storm Valley lies not far from the Great Wall, a stormy and
harsh place inhabited only by the toughest creatures. Rarely does anyone have a reason
to visit this god-forsaken place.Today, however, two visitors found a reason."Are you
sure it's nearby?" Zephys asked."Yes. It's getting stronger and stronger. We're not
far from our target." Hayate did not look back, continuing forward at his own
pace.Zephys shrugged and said no more. A few steps were not too much trouble if it
meant finding the other half of Volkath's soul.Volkath had left a piece of his soul in
Marja, which was meant to protect her from harm. But the piece of soul was awakened
when Marja met Hayate, giving Volkath his long-awaited opportunity for
resurrection.The key to resurrection was Hayate. When Hayate borrowed demonic power to
rip the ancient dragon's soul apart, part of the dragon soul entered Hayate. Not only
did it give Volkath the nourishment he needed, it also gave him a clue to finding the
other piece of his soul.Volkath was sufficiently recovered to sense the existence of
the other piece, but not nearly ready to leave Lokheim to find it on his own. Having
spent many years joined with Volkath's soul, Marja could sense the presence of the
fragment, but she was needed back at home to oversee the preparations for the
resurrection ritual, and as the host of a piece of Volkath's soul, she could not
afford to put herself in harm's way.That left Hayate as the only one who could perform
this important mission, for the piece of dragon soul in his body had been consumed by
Volkath, becoming linked at the deepest level with the Lord of Darkness. He was
accompanied on his mission by Zephys, who was tasked with the job of protecting
Hayate, as well as keep a careful eye on him."There." Hayate stopped."What in the...do
you take me for a fool?" Zephys followed the direction in which Hayate pointed and saw
the path end in a sheer cliff that led down to a bottomless canyon, with only clouds
as far as the eye could see."That's what my instincts say," answered Hayate, pointing
at his own head. Zephys frowned, but he was in no position to question Volkath's
judgment in matters of the soul. He could only trust Hayate's confidence."It's just a
cliff. No problem for you and I," sid Hayate.Zephys huffed and glared at Hayate. "Just
lead."The cliff was a bare rock wall that went down as far as the eyes could see, with
no sign of vegetation. Such cliffs and deep canyons were a common sight on Athanor,
as though someone had torn the land apart and put it back together roughly, without
bothering too much about whether the pieces fit.In other words, it was no more than a
minor nuisance for Hayate and Zephys.Using kunai and rope as support, Hayate descended
the cliff, finding the few protruding rocks and swinging from rope to rope with the
agility of a monkey leaping from tree to tree.Zephys watched Hayate for a while, then
he laughed and leaped off the cliff without a rope. Falling head-first, he quickly
passed Hayate in free fall, and it was only when the vegetation at the bottom of the
cliff became visible that he flipped himself over in mid-air, piercing the cliff wall
with his spear. Sparks flew from the rocks and his momentum slowed with a screeching
sound, leaving behind a long, dark wound in the granite. As the ground slowly
approached, Zephys pulled his spear from a wall and pushed off with his legs, landing
softly on his feet at the bottom."You don't mean to tell me it's this half-dead fellow
that we're looking for?"To Zephy's question, Hayate simply pointed at his own head
again.Zephys rolled his eyes and kicked the body that lay on the ground. "Well then,
what are we gonna do? Wake this guy up?"Hayate shook his head. "His consciousness is
not our concern. We simply need to wake the Lord of Darkness." He took out a wooden
box and opened it, revealing two eight-legged creatures, the patterns on their backs
forming a demon's face.Zephys felt a chill run down his spine. These were Shadow
Worms. He looked again at the wooden box in Hayate's hands, seemingly unremarkable,
but apparently powerful enough to hide the presence of the Shadow Worms, likely the
handiwork of Marja herself. Perhaps he could find a way to get his hands on it...While
Zephys mused, the Shadow Worms felt the outside air with feeler, then quickly
retreated back into the box, apparently uncomfortable about the environment. Hayate
sight, put a palm on the body's chest, and began to recite the incantation that
Volkath taught him. The dragon shadow once again appeared behind Hayate, less
ferocious and more faded than before, but the ninja did not notice, focusing his
attention on the body and transferring dark energy into it.Inside the box, the Shadow
Worms grew increasingly restless, probing the outside several times until they could
no longer resist the urge, and they dashed out of the box into the body's skin.It was
at that instant that Hayate feel life return to the body, and dark energies engulfed
the canyon. The body - or rather, Volkath's other half - opened its eyes, taking in an
Athanor that was so familiar, yet so strange at the same time.Zephys kneeled down and
asked, "How are you feeling, Lord Volkath? How did it feel to be impaled by an
arrow?"The young man who sat up glanced at Zephys. "You still talk too much,
Zephys."The Great Wall, a hundred miles away.
03C911569ED94EF1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
040CCA9586A37C22_## = 18 AGU
043465CAA93B93D1_## = Tak ada yang tahu apa mauku.
04C017079819F1E8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
04D17C8A26381B46_## = Cahaya hanya semenara. Kegelapan ada selamanya.
04FF1A25BB6DAC1F_## = The Seer
0503993152366493_## = Biografi Maloch
050FDC74CAD45A13_## = Biografi Nakroth
0590EDDF3CC30F2A_## = Kita harus senantiasa siaga saat bersama menghadapi
kejahatan,\nDi mana ada kejahatan, di situ kita ada, tuk mengadili mereka.
0592D198A67E021F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
05ABD7387CC07E6A_## = Shadow Prison mengenyahkan segala keluguannya.
05B69DC4A0F1CBCC_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
05C28C45D8BA3937_## = 47 MAR
05C3E751A92808FB_## = Ryoma
05D93EBB99B97EC7_## = "Wow, ternyata ibu tak berbohong saat memberitahuku bahwa aku
memiliki adik perempuan yang tinggal bersama si tua Moren," kata Brunhilda seraya
berusaha menepuk kepala Wisp. Itulah carany untuk mengakrabkan diri, walaupun Wisp
nampak tak terlalu senang." Jangan sentuh aku!" pipi Wisp yang digembungkan jadi
pertanda jelas ketidaknyamanannya, dan kedua bersaudara itu pun saling bertatapan
canggung. \n\nBrunhilda melihat tatapan galak Moren di balik bahu Wisp. Dia pun
mengangkat bahu dan berkata, "Yah, nanti aku kembali lagi. Kita ini bersaudara, dan
kau tak bisa menyangkalnya." "Dasar pak tua…" Brunhilda berbisik seraya pergi. Jika
bukan karena Moren, dia bisa melampiaskan rasa sayangnya lebih banyak pada Wisp…Yah,
setidaknya dengan caranya. Tapi Brunhilda tak ingin mencari masalah; masih ada
'saudara kandung' lain yang harus diurusnya. Brunhilda adalah ketua baru Night Owl,
sebuah perkumpulan yang pernah memiliki reputasi baik di pinggiran Federation, yang
berkecimpung dalam kegiatan abu-abu (antara legal dan ilegal). Namun, seraya
berkembangnya perdagangan di pusat, persaingan dan ambisi yang semakin menjadi pun
memaksa perkumpulan kecil itu untuk berurusan dengan kegiatan yang berbahaya, hingga
akhirnya mereka berurusan dengan sesuatu yang tak bisa mereka tangani.\n\nNegvar, sang
pemimpin, melarikan diri, dan sisa anggotanya terjebak antara pihak berwenang dan tak
berwenang. Hanya berkat kemurahan hati Rourke, sang Sheriff lah, Brunhilda dan
kawannya tak perlu merasakan dinginnya jeruji penjara, hingga setelahnya banyak
anggota yang mengundurkan diri. Akibatnya, Brunhilda terpaksa untuk maju dan mengisi
kekosongan pemimpin, walaupun dia enggan merasakan keruwetan urusan administrasi.
Lagipula, Perkumpulan ini bagaikan keluarga ke-dua baginya, dan, yah, dia harus
menyelesaikan masalah yang ditinggalkan kekasihnya, Nevgar — kini mantan kekasih.
Anggota Night Owl yang tersisa berkumpul kembali dan kembali ke Mildar. Kota tambang
yang dulu makmur kini terasa kosong, persediaan bijih telah habis terkuras, namun
masih ada peluang di kota itu yang ingin dikejar warganya. Untunglah Moren, sang
tukang tempa ternama, tak menyimpan dendam pada Brunhilda. Kalau tidak, mengingat
reputasinya di Mildar, Brunhilda dan kawannya bisa saja diusir saat mereka menjejakkan
kaki di kota itu. \n\nSeperti Wisp, Brunhilda dititipkan sang ibu agar dibesarkan oleh
Moren, agar menjadi asisten tukang tempa tua itu saat dewasa. Namun dia tak ingin
dikekang, dan dia pun mempelajari sejumlah keahlian yang dirasa cukup baginya untuk
menghidupi diri sendiri. Dia pergi meninggalkan surat dan melarikan diri bersama
kekasih barunya.\nSetidaknya, hal inilah yang membuatnya memiliki kesamaan dengan
ibunya. Bagaimanapun, Brunhilda beserta "saudara-saudarinya" mampu menemukan jalan.
Mildar penuh akan pabrik dan gudang kosong,dan berisi barang dan persediaan yang bisa
dipungut yang dengan sedikit usaha dapat diubah jadi barang bernilai jual, dengan
harga lebih murah dan terjangkau, yang tak kalah dengan barang jualan Kazell yang
terbilang mahal. Sementara itu, mereka juga menjalin kerja sama kerja dengan Max, sang
penemu, murid favorit Moren, dan memberi dukungan teknis untuk kegiatan grup. Dia
seringkali mengundang Brunhilda makan malam di bengkel Moren. Wisp masih belum mau
mengakui Brunhilda sebagai kakak, namun sepertinya tak keberatan makan malam
bersamanya, sebuah perkembangan baik bagi Brunhilda. \n\nKehidupan baru yang dijalani
Brunhilda dikacaukan oleh tamu tak diundang — sang mantan kekasih dan bekas ketua
Night Owl, Negvar, yang datang ke Mildar seraya menghindari kejaran pihak berwenang.
Brunhilda tak melaporkannya ke polisi, atau memberitahu teman-temannya. Dia bahkan
diam-diam bertemu Negvar, berusaha membujuknya untuk pergi dengan tenang dan
menghindari perhatian. Dia tak menyangka bahwa Negvar nekad menyandera Wisp, berusaha
memaksa Brunhilda untuk membantunya merebut jabatan lamanya. “Tidak! Kami bekerja
sangat keras untuk hidup jujur, kami tak akan membuangnya begitu saja demi ambisimu!"
Brunhilda bisa saja memukul Negvar, namun karena Wisp sedang disandera, dia berusaha
untuk menahan emosinya.†Teruslah berkelit, Brunhilda sayangku. Aku mengenalmu. Kau
tak bisa meninggalkan saudara dan saudari angkatmu, apalagi meninggalkan adik
kandungmu? Ikuti apa kataku, atau anak ini akan kusakiti," tawa Negvar. "Hei, jangan
acuhkan aku dan dengarkan aku" \n\nMereka terkejut, perdebatan mereka pecah oleh suara
anak kecil. "Hah? Benda apa ini?" Negvar melihat benda hitam yang dikeluarkan Wisp
dari kantungnya dengan penuh tanya."Ini bom, dasar idiot!" Memanfaatkan perhatian
Negvar yang teralihkan, Brunhilda mengeluarkan senapan magisnya dan menembaki Negvar.
Max pun akhirnya menampakkan diri, yang sebelumnya diam-diam menyaksikan interaksi
mereka, dan sekarang berdiri menghalangi Negvar, bersenjatakan lengkap: "…Ya,
er…maaf," kata Brunhilda, merasa malu.\n\n"Oh, Max dan aku hanya ikut bermain. Kami
sangka dia itu pencuri dan kami ingin menguji alat baru; ternyata ada hubungannya
denganmu," kata Wisp. "Tapi…Ada yang pernah berkata kalau pacar pilihanmu itu
aneh?"\n"Mantan pacar. Hei, ini semua gara-gara kutukan ibu!"\n"Yah, rasanya tak apa,
tahu bahwa ada orang yang peduli denganmu."\n"Hah?"\n"Aku punya ayah dan kakak laki-
laki. Mungkin tak apa jika aku punya kakak perempuan juga. Sampai jumpa,
Kak."\nMendengarnya, Brunhilda pun merasa ada beban yang terangkat.\n"Sampai jumpa,
Dik."
05DA10E111CE5781_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
05EBA7279E02D366_## = Terlahir di Land of Dragons, Qi mempertunjukkan bakat bela diri
luar biasa sedari kecil. Meski dengan raga yang semakin lemah, sang ayah mengajarkan
bela diri aliran Sungming pada dirinya, yang merupakan aliran turun-temurun
keluarganya. Setelah ayahnya meninggal dunia, Qi menjual semua yang tak terikat dengan
Dojo demi membayar hutang, dan bertualang ke penjuru Athanor, mencari lawan kuat untuk
mengembangkan sayapnya dan memulihkan kejayaan Dojo. Lawan terkuatnya adalah Lu bu,
the Great Warlord.\n\nMeski memiliki kemampuan bela diri di atas rata-rata, kemampuan
membaca arahnya di bawah rata-rata. Qi seringkali tersesat. Akibatnya, dia pun
berpetualang hingga ke luar Land of Dragons, melalui Desert of Death, dan ke wilayah
tak dikenal lainnya. Meski demikian, dia tak pernah melupakan tujuannya untuk uji
kekuatan dengan yang terkuat, dan menolong yang membutuhkan.
05EE73495978773D_## = Errol
05F23960D7B70740_## = Sebongkah batu besar terletak di tengah Boulderdom, tepatnya di
tebing sebelah utara Great Wall, yang dijadikan sumber penyimpanan suplai utama.
0621F4BF448E2387_## = Corrupted Legion
062B3D7CAEC4ACAF_## = "Kelangsungan hidup dan kehormatan umat manusia sepenuhnya
bergantung pada pedang dan senjata."\nQuillen adalah bintang polik yang sedang naik
daun di Free Federation. Muda, tampan, berkelas, rapih, terpelajar, fasih, dan lihai
dalam waktu bersamaan, Quillen akan berada di puncak kekuasaan jika dia tidak radikal
dalam sikap politiknya. \nBagaimanapun juga, Quillen tidak pernah berencana untuk
mengubah sudut pandangnya. Selain itu, ia masih jauh lebih muda dari para politisi tua
lainnya. Dengan kata lain, dia memiliki waktu dan kesabaran untuk menunggu hingga para
senator pensiun, atau bahkan menemui ajalnya. Perasaan Quillen bercampur aduk terkait
keputusannya dan menyesal akan fakta bahwa umat manusia tak berumur
panjang.\nPerbedaan masa hidup sepenuhnya mencakup kualitas individu manuasia.
Dibandingkan dengan makhluk cerdas lainnya, manusia tidak memiliki kemampuan untuk
meneruskan potensi mereka dan tidak diberkati dengan kemampuan sihir. Pada masa
kekacauan, manusia harus bergantung pada perlindungan Aula Suci untuk mengamankan
tanah, makanan, dan kehidupan mereka.\n"Saat ini, meskipun kita manusia telah
menduduki sebagian besar benua dan menguasai sihir dan teknologi yang setara dengan
kekuatan suci, kita masih harus menghadapi ancaman dari spesies lain. Dari iblis di
jurang dan para elf di hutan hingga para dewa di Aula Suci, mereka memiliki apa yang
diperlukan untuk menghapus semua manusia. "Kita harus tetap waspada. Sekutu hari ini
mungkin adalah musuh kita esok hari!"\nIni adalah bagian dari pidato Quillen selama
promosi "Teori tentang Ancaman Asing". Berawal dari warga biasa, ia bekerja keras
untuk berkarir dibidang politiknya. Sudut pandang politiknya tidak hanya memenangkan
pengakuan pemilih, tetapi juga mendapat dukungan dari kaum radikal. Namun yang lebih
penting, dia menerima undangan dari "Shadow Hand".\n"Bersihkan alien! Bersihkan
dunia!" Sebagai organisasi rasis garis keras, "Shadow Hand" mendukung meskipun lebih
radikal dibanding Quillen. Mereka percaya bahwa kekerasan adalah satu-satunya cara
untuk memberantass ancaman yang menyerang umat manusia, sehingga manusia dapat
sepenuhnya menguasai dunia.\n\n"Quillen tidak menjawab dengan cepat utusan dari
organisasi misterius. Ia cemas atas tawaran tersebut karena ia mampu bekerja dengan
orang-orang yang bisa berbagi pikiran, tetapi ia juga menyadari jika ia masih kurang
kekuasaan dan kekuatan untuk mencapai tujuan utamanya. Ia tidak bisa menempatkan semua
telurnya dalam satu keranjang.\nUtusan itu tampaknya telah mengantisipasi hasilnya,
jadi ia menyajikan serangkaian bukti yang memanifestasikan kekuatan organisasi diatas
meja. Dari politik ke ekonomi, dan teknologi ke militer, anggota dari organisasi
misterius ini hampir ada dimana-mana.\nKetulusan para utusan dan meja yang berisikan
bukti nampaknya mempengaruhi\npemikiran Quillen: Ia hampir dapat membayangkan masa
depan yang cerah di depannya. Pada saat itu, untuk mencapai mimpinya, dia harus
mengambil resiko.\nSejak itu, menjadi anggota dewan di komite federal hanyalah
penyamaran. Bagi Quillen, merekrut anggota baru untuk "Shadow Hand" dan melatih
pembunuh adalah tugas utamanya untuk membuktikan kepatuhannya. Sebagai imbalannya,
organisasi membuka jalan untuk karirnya, sehingga dapat membantunya hingga ke posisi
terdepan. Quillen, seorang politikus yang terhormat, bijaksana di siang hari, dan
seorang ekstrimis yang melakukan apapun untuk memusnahkan setiap alien di malam hari,
hidup dibawah mottonya: Yang paling kuat yang akan bertahan!
065A3E20C1850D18_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
065D08CA2C3A3CD6_## = Lokheim
067E9BB46EA30453_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
069FB2383F1B9E02_## = Jinna
06E29843704E5900_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
07174B43B14970B0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
071E5BC3B2F85919_## = Sedikit yang berani melihatnya, yang selalu dikelilingi cahaya
suci.
073FE5B1AD4146E9_## = The Frenzy
07465A89704FA47B_## = Rahasia awet muda adalah senantiasa ingin tahu.
0770619DC8D3A148_## = Memanfaatkan tubuh D'Arcy sebagai perantara, sisa jiwa Volkath
pun kembali ke Athanor.
07A8A970A84A5267_## = Rourke
07B6F91E4A40CB24_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
07B7FD8109FB7DB2_## = Aku mau berbagi - kecuali permen.
07D006159F1FC732_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
07D3AC45CD18B7F9_## = Raz
07D5469B2C73198C_## = Biografi Wiro
07D659B08D27F433_## = 15 MAR
07E4755E047971B7_## = Cahaya peradaban manusia, pelopor pemberani yang tak gentar atas
kekuatan dewa ataupun iblis.
07F15E06528BA026_## = Cloud Palace terletak di jantung Veda, rumah para Archons.
Melayang di puncak Mt. Orphean di sisi paling utara Athanor dan yang paling dekat
dengan matahari. Tiada kehormatan yang lebih tinggi melebihi panggilan istana dan
berdiri di hadapan Sang Dewi.
0811D310350D5A4F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0823C88CFB1B341A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
085209D6DFE71746_## = Abyss Gate
089F73AAB3056C79_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
08B77319040DB6F8_## = The Awoken Mech
08C258064999D68E_## = Sebuah kota kecil yang terletak di perbatasan barat laut
Federation, dekat Verno Forest dan Moonlit Plains. Banyak pemuda-pemudi yang mencoba
peruntungan di pos perdagangan yang berkembang ini.
08E0F0216DF47890_## = Sering menyelinap keluar istana.
08EF90EE113D5440_## = Organisasi terselubung dengan paham yang begitu rasial.
08FE02B2309BAC3E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
09063AEABAC01345_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
090D98FF64032339_## = Lokheim
091054556C7F091A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
0912283455030438_## = Ignis
095707221BD5ECC5_## = Skud
097109354C37C464_## = Saudari
09DC3CCD321994DF_## = Sebelum dikenal sebagai Dragonslayer, Zanis hanyalah sesosok
kapten kavaleri biasa yang melayani Kebangsawanan Bach. Kebangsawanan ini jadi cikal
bakal terbentuknya pelindung Kingdom of Norman di timur laut, berseberangan dengan
Gobi Desert daerah Helios Empire. Lokasi Bach yang terpencil disertai karakteristik
geografis yang jadi pelindung alami menjadikannya daerah yang damai selama berabad-
abad, jauh dari invasi asing atau ambisi untuk memperluas daerah kekuasaan. Oleh
karenanya, pemanfaatan daya tarung Zanis hanya terbatas pada perburuan bandit saja.
\n\nKeruntuhan Helios Empire memaksa bala tentaranya melarikan diri ke gurun,
menyelamatkan diri mereka dari penguasa yang kejam. Kumpulan para veteran ini pun
terpaksa beralih jadi bandit, menyerang karavan yang melintasi rute
perdagangan.\nMenyikapi hal ini, Duke of Bach mengerahk pasukan kavaleri elitnya untuk
berpatroli di gurun, menyingkirkan bandit yang mereka temui. Di saat menjalankan misi
inilah Zanis bertemu Murad, bekas pangeran Helios Empire, dan rekannya, Yena, sang
utusan kuil, yang sedang dikejar bandit gurun. Saat itu, keadaannya begitu genting.
Zanis memimpin pasukan yang hanya berisikan tujuh orang, termasuk dirinya, menghadapi
lebih dari seratus bandit bersenjata yang berbahaya. Namun dia tak ragu sedikit pun,
walaupun dia belum mengenal Murad. Hanya ini yang dia tahu: kejahatan harus
dimusnahkan, dan yang tak berdaya harus ditolong. \n\nTentu saja, gerombolan bandit
itu sama sekali tak takut menghadapi Zanis bersama segelintir bawahannya, namun lain
ceritanya saat mereka mengetahui bahwa yang mereka hadapi adalah Kebangsawanan Bach.
Kedua pihak bertarung sengit hingga akhirnya kebuntuan pecah saat sang ketua bandit,
menarik pedangnya dan mulai menerjang ke arah Murad, diikuti anak buahnya. tujuh lawan
seratus, namun pasukan Zanis sama sekali tak gentar. Menghadapi musuh dengan
memanfaatkan siasat kavaleri tradisional khas Bach, mereka menjaga jarak, menggunakan
panah silang untuk memecak formasi pasukan musuh, lalu menerjang dengan tombak ke arah
barisan musuh yang kelelahan dan tak beraturan. Fleksibel dan efekif, siasat ini dapat
dimanfaatkan pasukan sebesar apapun, baik ribuan ataupun tujuh orang sekalipun.
Pertarungan pun jadi berat sebelah — berpihak ke sisi Zanis. \n\nMungkin para bandit
terlalu lengah menyikapi keunggulan jumlah mereka, mungkin mereka memang tak terbiasa
menghadapi siasat pasukan kavaleri, nyatanya lusinan dari mereka ditaklukkan hujan
panah busur silang khusus buatan Videl yang dipakai pasukan Zanis, dan tak ayal lama
kelamaan mereka pun semakin tak berdaya. Seraya awak gerombolan dan kuda yang mereka
tunggangi berjatuhan, menutupi penglihatan dan jalur mereka yang ada di belakang,
Zanis beserta pasukannya menerjang dengan penuh fokus, menjaga formasi seraya
menghindari Murad dan Yena. Pandangannya tertuju pada musuh, namun sesaat Zanis
melihat Murad dan Yena yang melambaikan tangan mereka dengan cemas. Dia bertanya-tanya
maksud di balik hal itu, namun dengan cepat kembali fokus menerjang, tak menyadari
bahwa mereka memberi peringatan bahaya. Pasukan Bach menerjang tanpa ampun,
menumbangkan musuh dan mengacak-acak formasi pasukan musuh.\n\nNamun, seraya mereka
memperlambat laju dan bersiap untuk berbalik melanjutkan serangan yang akan mengusir
musuh, mereka mendengar gemuruh yang datang dari kejauhan, disertai tanah yang mulai
berguncang. Baik pasukan Zanis maupun para bandit melihat sekitar keheranan, namun itu
tak berlangsung lama, saat ada makhluk raksasa yang muncul dari bawah pasir. Makhluk
itu bernama Desert Tarrasque, juga dikenal sebagai "Naga Padang Pasir". Keturunan
alami naga kuno, makhluk menyeramkan ini dapat tumbuh hingga tujuh puluh kaki saat
dewasa, berlapiskan lempeng pelindung yang bahkan membuat senjata manusia tak ada
gunanya dan rahang yang mampu mengoyak dinding bebatuan layaknya kertas. Namun, yang
sekarang dihadapi Zanis baru memasuki fase remaja, berukuran tiga puluh kaki, dengan
sisik yang belum sepenuhnya mengeras. Dengan kata lain, dia sudah jadi mesin pembunuh.
Murad dan Yena bukan melarikan diri dari gerombolan bandit tersebut, namun dari
Tarrasque yang sedang melacak mangsanya. Dengan sapuan lidahnya, makhluk itu menagkap
salah satu prajurit Zanis, yang berteriak menyuruh rekan-rekannya untuk menyelamatkan
diri seraya dirinya masuk ke mulut sang monster, dan mereka pun menantikan instruksi
sang kapten.\n\n"…Lari, dan jangan membalikkan badan. Akan kujaga dari belakang."
Zanis turun dari kudanya, menyarungkan pedangnya, dan mengambil tombak dari sadel.
Bilah pedangnya terasa tak efektif saat menebas sisik Tarrasque. Namun dia yakin
tombaknya yang tajam bisa berbicara banyak. Prajurit Zanis memandangi satu sama lain,
dan mereka pun mulai melakukan hal yang sama.†Kalian dengar apa yang kukatakan
tadi? Aki bilang, pergi, sekarang juga!" teriak Zanis. Namun tak ada waktu bagi
dirinya untuk menyembunyikan rahasia. Mata kanannya bersinarkan cahaya yang asing, dan
dia pun berbalik untuk menghadapi sang monster.†Kau harus membayar perbuatanmu pada
saudaraku, monster!" Seraya dilihat banyak mata, Zanis melompat tinggi ke udara dengan
kekuatan super, dan menghunuskan tombaknya ke kepala Tarrasque. Tubuhnya memang
dilindungi sisik, namun tidak dengan matanya yang terpapar. Memanfaatkan momentum
lompatan, Zanis menghunus hingga menembus tengkorak sang monster lalu menebaskan
pedangnya ke mata mahkluk itu. Sang Tarrasque meraum kesakitan dan berusaha menyerang
Zanis, yang menghindar dengan gesit. Pasukan Zanis terperangah tak percaya. Mereka
menyangka bahwa kapten mereka akan tewas saat melindungi mereka, dan mereka bersiap
untuk mati bersamanya. Mereka tak mengira bahwa dia memang berniat untuk memenangkan
pertarungan, hingga akhirnya dia pun memenangkannya. \n\nMurad dan Yena pun turut
menyaksikan kejadian mencengangkan ini. "…bisakah kau melakukan hal itu, di puncak
kekuatanmu?" tanya Yena. "Tentu saja… Asalkan artefaknya tak rusak," jawab Murad
menyeringai. Yena menghela nafas dan menggenggam pedangnya dengan tangan yang terluka.
Murad melakukan hal yang sama — dia tak bisa hanya berdiam dan membiarkan orang yang
menyelamatkan nyawanya bertarung seorang diri. Dan tentunya prajurit Zanis tak butuh
alasan untuk bertarung demi kapten mereka, walaupun itu melanggar perintahnya.
Beberapa bulan kemudian, sebuah kabar pun beredar ke penjuru Kingdom of Norman: Zanis,
the Dragonslayer, bertarung dan membunuh Tarrasque seorang diri, menyelamatkan nyawa
seorang pangeran.†Tuanku, seperti yang sudah saya jelaskan berulang kali, monster
itu tumbang berkat usaha banyak orang — tak sepantasnya hanya saya yang menerima
semua pujian ini," Zanis berusaha keras meyakinkan Duke dari Bach. "Kita memerlukan
sosok pahlawan, Zanis. Kita sudah terlalu lama terlena akan kedamaian. Sekarang, ada
pihak Kekaisaran dari timur yang mengancam kita, dan kita memerlukan sesosok pahlawan
untuk memimpin saat pihak musuh berdiri di gerbang kita," jawab sang Duke dengan
tenang. \nDia menyambut Pangeran Murad bersama rekannya dan mendengar aksi luar biasa
sang kapten. Dia cukup bijak untuk tidak menggali cerita terlalu dalam, dan cukup puas
dengan menyebarkan pencapaian Zanis sebagai teladan bagi prajurit lain. Sementara bagi
Zanis, dia merasa cemas akan berbagai hal, terutama karena dia tak akan bisa
meyakinkan tuannya. Dia mendapatkan kenaikan jabatan menjadi kolonel, yang memimpin
pasukan kavaleri Kebangsawanan. Dan, berkat dia pun, gerombolan bandit yang mengejar
Murad dan Yena atas perintah Azzen'Ka, akhirnya menyerahkan diri, merasa lebih baik
dipenjara daripada harus merasakan amarah Azzen'Ka. Sementara itu, perusahaan Videl
mengirimkan tukang tempa terbaiknya untuk menemui Zanis. Sisik dan taring Tarrasque
dapat dimanffatkan untuk menciptakan senjata dan baju zirah, dan siapa lagi yang
pantas menggunakannya selain sang pahlawan yang menumbangkan sang monster seorang
diri?\n\nZanis merasa bahwa rahasianya tak akan aman dalam waktu lama, dan tak lama
lagi negara yang dikuasai para naga yang dikisahkan ayahnya akan menampakkan diri ke
dunia. Namun kekuatan darah naga kuno yang mengalir di tubuhnya tak merubah fakta
bahwa kewajibannya adalah mengabdi pada tuannya, negerinya dan rakyatnya. Dan walaupun
suatu saat nanti di pergi menyeberangi gurun dan pegunungan demi mencari rumah kuno
nenek moyangnya, dia tetaplah kesatria dari Bach, tanpa terkecuali. \n\n"Kehormatan
akan membimbingku, apapun yang terjadi."
09E086BFC5CAD4DA_## = 57 MAR
0A03A52AAFA82B50_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
0A2BDA6CE7DCBCB1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0A5B0D97395EF5B4_## = Cresht
0A61A7458EE39C38_## = Arduin
0A66F2DBC92F8752_## = Sangat posesif dan suka mengatur Marja.
0A7FEFF72140A3A3_## = "Apa yang tidak membunuhku justru membuatku semakin
kuat."\n\nThe Champion Maiden of the Veda, Sang Penyihir yang sangat mumpuni, Murid
terbaik Edras, Sang Penyihir Veda… semua itu menggambarkan jati diri Marja dan dia
pun dipuja karenanya. Bahkan Volkath pun, tawanan Edras, sudi mengesampingkan
prasangka buruk serta kebenciannya terhadap Veda demi menjalin asmara dengan
Marja.\n\nPemberani dan cerdik, Volkath tak menemui kesulitan berarti saat mendekati
Marja. Walaupun banyak yang sulit menerima hubungan mereka, namun tak menghalangi
keduanya untuk saling jatuh cinta. Sayangnya, tak satupun yang memberi restu hubungan
itu dan bahkan banyak yang berharap tak berlangsung lama, semata karena mereka
memiliki latar belakang dan pola pikir yang benar-benar berlawanan. Hal ini diperburuk
oleh perselisihan antara Volkath dan Edras, yang menimbulkan dilema dalam diri Marja.
Haruskan dia membela gurunya, yang senantiasa mendukung apa yang diyakini muridnya,
atau kekasihnya? Rasanya mustahil bagi dirinya untuk menentukan pilihan.\n\nVeda
menekankan kepada pengikutnya untuk bersatu melawan musuh bersama, sehingga membuat
banyak pihak menyayangkan sikap Marja yang terombang-ambing sulit menetapkan
pendirian. Meskipun Edras sanggup memahami dan tak mempermasalahkan dilema yang
dirasakan Marja, namun lain halnya dengan orang lain yang memperlakukan dirinya
sebagai pengkhianat. Terlepas dari hal itu, Marja tetaplah berkeras hati, dan tak
menyerah menyikapi kontroversi yang menderanya. Alih-alih, dia menjadi semakin yakin
bahwa dirinya sudah berada dalam jalur yang tepat.\n\nPeperangan terus berkecamuk
hingga ribuan tahun lamanya hingga Edras pun wafat sementara Volkath menyelamatkan
diri akibat luka yang dideritanya. Marja kini menjadi sosok yang dibenci semua pihak
di Veda. Dia tak lagi diakui sebagai sosok yang pantas menjadi penerus Edras, dan
justru dituding menjadi sosok yang bersekongkol dengan pihak musuh untuk membunuh sang
pemimpin agung.\n\nVeda memiliki bukti bahwa Marja telah memberi bantuan pada Volkath,
memberi kekuatan yang tak seharusnya menjadi miliknya. Marja sama sekali tak
menyangkal sangkaan itu. "Aku memang pernah membantu Volkath, namun itu sebelum
peperangan dimulai," tuturnya. "Ini bukan berarti bahwa aku menentang Veda—yang
kulakukan hanyalah mendukung pendirian yang Volkath pegang. Aku sama sekali tak pernah
memberi bantuan saat dirinya bertarung dengan Master Edras—"\n\nPublik yang
terlanjur murka bahkan tak membiarkan dirinya menyelesaikan perkataannya. Keputusan
pun langsung dibuat, dan Marja akan dihukum oleh Ilumia, the New Seer.\n \n"Jabatanmu,
kekuatanmu, semuanya akan direnggut darimu. Kau akan melewatkan sepanjang sisa hidupmu
yang menyedihkan di penjara yang gelap dan dingin. Itulah harga yang harus kau tebus
demi cintamu. Betapa manisnya! Aku iri dibuatnya!" Ilumia terkekeh. Akhirnya, dia
sanggup melampiaskan dendam yang dipendamnya selama berabad-abad. Dia pun, ternyata
memendam perasaan terhadap Volkath namun harus menerima kenyataan bahwa cintanya
bertepuk sebelah tangan.\n\nMarja tak sudi membuang waktu hanya untuk membalas cercaan
yang dilontarkan Ilumia, karena baginya hal itu tak ada gunanya. Menyikapi sikap Marja
yang enggan menanggapi dirinya itu, Ilumia hanya bisa tertunduk kecewa. Meski
demikian, Shadow Worm yang berkumpul Phantom Pit, tampak bersemangat menyambut
santapan baru. Marja, yang dirundung rasa cemas, akan menjadi hidangan yang begitu
lezat! Namun apakah mereka berani mendekati Marja yang terlihat menyeramkan?\n\n"Sini,
santaplah aku! Aku tak akan bisa keluar dari penjara ini selama kalian belum kenyang,"
kata Marja, meyakinkan cacing-cacing yang ketakutan itu.\n\nAkibat hukuman yang
terlalu cepat dijatuhkan, tak ada yang benar-benar tahu bagaimana Marja membantu
Volkath memasuki Abyssal Fissure melalui Phantom Pit dan memperoleh kekuatan kegelapan
dari Lokheim. Dan Marja pun telah menerima kekuatan kegelapan dari Volkath, satu dari
beberapa pemberian Volkath, sebuah bentuk perbuatan yang jarang dilakukannya. Meskipun
dia bukanlah sesosok dewi yang berkekuatan besar seperti dahulu kala, Marja tetap
merasa siap. Ini hanyalah masalah waktu. Tak lama lagi, dia akan bangkit
kembali.\n\n"Akan tiba suatu hari dimana aku kembali dan menjatuhkan hukumanku pada
kalian semua."
0AF00AC36613065D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
0AFD3C80DE8B3B87_## = Kebangkitan Raja Kegelapan
0B27AD8511791C0C_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
0B2FD75D1DF70FE1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0B61A5A362D8FEA2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
0B6EE371310AD592_## = Biografi Batman
0B86859DDF8481EA_## = Tak pandai mengatur pengeluaran dan akibatnya tertipu Violet.
0B9092ED92D5EFDF_## = Selama ribuan tahun, Liliana telah menjelajahi setiap sudut
dunia.\n\nSebagai salah satu sosok makhluk paling kuno di Athanor, Liliana terlahir
saat dunia masih diselimuti Kekacauan dan semua makhluk hidup hanya mampu bertahan
hidup memanfaatkan naluri mereka. Dipenuhi rasa penasaran, Liliana mengukir jejaknya
di dunia yang kacau itu, terus mencari inti dari alam semesta dan sumber kekuatan. Dia
ingin mencari tahu tentang masa lalu dan masa depan, awal kehidupan dan makna
kematian. Demi mewujudkannya, Liliana bertransformasi menjadi wujud berbeda dan
menyaksikan jalannya kehidupan dari sudut panjang berbeda. \n\nRubah Berekor Sembilan
merupakan makhluk pertama yang bertemu Liliana. Dia menganggap Sang Rubah sebagai guru
dan pembimbing, dan mendapat pengaruh yang begitu besar darinya hingga akhirnya dia
merubah wujud dirinya menjadi Rubah Berekor Sembilan. Berdasarkan instruksi sang guru
dan apa yang dia lihat semasa perjalanannya, tak lama kemudian Liliana menjadi sosok
yang berpengetahuan luas. Namun, dia memahami bahwa dia masih memiliki jalan yang
panjang dalam mencari jawaban atas semua hal yang dipertanyakannya. Dia memilih untuk
hidup dalam pengasingan, meluangkan waktunya untuk mencerna dan merenungkan semua
yang telah dia pelajari. Namun, dia akan menampakkan diri ke dunia luar dari
persembunyiannya tiap beberapa ratus tahun sekali demi menghimpun pengetahuan dan
wawasan.\n\nSemasa perjalanannya dulu, Liliana menjalin kontak dengan Manusia dan
mempelajari mereka dengan seksama. Secara keseluruhan, mereka nampak membosankan dan
biasa saja, baik dari segi kekuatan, spiritualitas dan jasmani, yang akhirnya menjadi
alasan bagi Liliana untuk tidak tertarik pada Manusia. Namun, setelah dia mengetahui
lebih jauh tentang rasa ingin tahu Manusia yang tinggi akan pengetahuan serta cara
mereka menyampaikan warisannya, tak butuh waktu lama baginya untuk terpukau dengan
pola pikir mereka yang kreatif dan mulai memperhatikan penemuan dan perkembangan yang
mereka capai secara seksama. Saat Manusia menemukan terobosan besar, Liliana akan
bertransformasi jadi manusia agar bisa menimba ilmu dari cendekiawan Manusia yang
ada.\n\nDi Era Kegelapan, Manusia seringkali diserang Makhluk Abyssal. Tak ingin hanya
duduk diam dan menyaksikan penderitaan yang mereka alami, Liliana menggunakan cara
halus untuk mengungkapkan petunjuk cara menggunakan sihir untuk membantu Manusia di
masa genting. Berdasarkan pengamatannya, dia memprediksi bahwa saat Manusia mampu
melewati masa kegelapan ini dengan selamat, kemungkinan besar mereka akan mampu
menciptakan suatu peradaban yang baru, yang melahirkan ilmu dan kecapakan baru, yang
pada akhirnya mampu mendekatkan dirinya satu langkah lebih dekat menuju jawaban yang
selama ini dia cari. Dia menganggap bantuan yang diberikannya itu sebagai
investasi—lagipula, jika itu dapat membantunya mendapatkan apa yang dia inginkan,
mengapa tidak? Dengan senyum dan harapan tinggi yang diusung menghadapi masa depan,
Liliana kembali ke tempat persembunyiannya.\n\nBeratus tahun kemudian, Liliana merasa
terkejut saat kembali memasuki peradaban umat Manusia. Lilin dan perapian yang dulu
biasa digunakan telah tergantikan oleh lampu kristal yang dipahat oleh konstruksi
sihir, yang mampu memancarkan cahaya pada ribuan keluarga di satu kesempatan. Pedang
beserta senjata tajam lainnya yang dulu sering dia jumpai kini sudah jarang
digunakan—alih-alih, para Kesatria Manusia kini lebih menyukai senapan dan meriam
mesin yang dirasa lebih kuat. Perkembangan ini, yang dinamai "teknologi" oleh mereka,
sepenuhnya mengubah cara pandang Liliana terhadap dunia sekelilingnya.\n\nHal itu
menjadi titik balik yang ideal bagi Liliana, yang bersemangat untuk mempelajari semua
perkembangan yang ada. Namun, bahkan dirinya yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi,
memerlukan belasan, hingga ratusan tahun untuk mencerna semuanya—belum lagi penemuan
baru yang muncul hampir setiap hari! Oleh karena itu, Liliana memutuskan untuk
bertransformasi menjadi sesosok Manusia dan bergabung dengan Pasukan Kerajaan sebagai
Pejabat di bidang Komunikasi, yang memiliki keleluasaan untuk menjelajahi Benua dan
mengumpulkan informasi. Jabatan yang dimilikinya dapat memberi kemudahan baginya untuk
meraih semua yang dia inginkan. Tentu saja, hal tersebut juga akan mengundang musuh
yang lebih banyak, namun Liliana tak keberatan membantu umat Manusia dan menyingkirkan
mereka yang berani menghalangi. \n\n “Hal itu sudah kuanggap sebagai ganjaran yang
sesuai!†"
0BB601BDB565BDCC_## = Cahaya Morning Star akan melindungi dunia!
0BD67AA8D70A56B0_## = Sekarang saatnya. Momen yang dinantikannya. Saatnya menguji
latihan, dan kerja keras bertahun lamanya.\n\nThe Dragon Child, The Eternal Champion,
The Great Warlord...Qi tak merasa gentar saat akan menghadapi pria bermandikan julukan
itu, yang ada hanya semangat.\n\n"Master Lu Bu! Namaku Qi, generasi ke-13 aliran
Sungming. Mohon berduel denganku!" Dia memberi salam, dan Lu Bu membalas salam.
Kemampuan Lu Bu sebagai petarung tak perlu diragukan lagi, sehingga Qi dipersilakan
untuk membuka pertarungan.\n\nWalau Lu Bu nampak diam, Qi mampu merasakan auranya dari
jarak cukup jauh. Petarung biasa pasti akan terjatuh lemas saat merasakan tekanannya.
Qi memang bukan petarung sembarangan, namun jantungnya mulai berdegup kencang dan
nafasnya mulai tak teratur.\n\nJangan - dia tak boleh tunduk sebelum bertarung. Qi
segera berfokus, dan membidik kepala Lu Bu dengan tapak tangannya.\n\nTanpa
menggerakkan kakinya, Lu Bu pun menyambut, dan meladeni serangan kuat Qi secara
langsung. Tangan Qi mulai mati rasa. Guncangan dari benturan itu terasa bagaikan
dihantam palu raksasa, dan dia berusaha sekuat tenaga agar tak terjatuh.\n\nAlih-alih
diam dan memberi celah, Qi bergerak mundur, menghindari serangan. Seketika setelah
berhasil menempatkan posisi aman, dia kembali mengerahkan serangan, mengincar lima
titik tubuh berbeda dengan lima seerangan cepat, dimana serangan berikutnya lebih kuat
dari serangan sebelumnya. Namun, Lu Bu tetap diam di tempat yang sama, menangkis
kelima serangan dengan lengan kirinya, dan bagi Qi, rasanya seperti menghantam
bongkahan batu besar yang kokoh.\n\nInteraksi tersebut berlangsung cepat, namun
rasanya bagaikan berjam-jam bagi Qi. Dia tak punya waktu untuk mengambil nafas karena
sesosok tangan yang mengincar kepalanya, dan sontak dia pun mengangkat lengannya demi
melindungi wajahnya. Lu Bu pun beralih sasaran dengan menggenggam kerah Qi dan
mengangkat lawannya.\n\nQi merasa dipermalukan. Ini bukan duel - lebih tepatnya
hanyalah orang dewasa yang bermain-main dengan anak kecil. Warisan bela diri keluarga,
yang diwarisi turun-temurun, seakan tak ada artinya di hadapan sang lawan.\n\nAmarah
mulai menguasai Qi, lalu dia merasakan sesuatu yang berbeda, sebuah bentuk kekuatan
yang berbeda dari Ch'i yang dipelajarinya selama ini, sesuatu yang lebih dalam dan
mematikan - sebuah titik yang hanya bisa dikuasai ahli tarung sejati, sosok yang
sepenuhnya menguasai aliran yang dipelajarinya.\n\nSeketika, nadi, otot dan tulang Qi
dipenuhi kekuatan misterius dan dia menggenggam lengan Lu Bu dengan kedua tangannya.
Energi mengaliri tangan Qi lalu menuju tubuh Lu Bu, dan untuk pertama kalinya, raut
wajah Lu Bu berubah. Seraya Lu Bu melepas Qi, Qi memusatkan kekuatan di tangannya, dan
menyerang dengan kekuatan naga. Lu Bu berusaha melindungi dadanya dengan lengannya,
namun serangan Qi menimbulkan hantaman yang sedemikian dahsyatnya hingga dia dipaksa
untuk bergerak mundur.\n\nDi lain pihak, Qi tak mampu meneruskan aksinya. Dia belum
siap menanggung kekuatan yang baru dia rasakan itu. Dia berusaha berdiri tegap, namun
Qi tak kuasa menahan efek samping, dan memuntahkan darah.\n\n"Cukup, kita sudahi dulu
duel kita," kata Lu Bu, seraya berpaling beranjak pergi.\n\n"Te...terima kasih, Master
Lu Bu," sahut Qi lemas. Tak sanggup berdiri, Qi pun terduduk lemas.
0BD9FC5256229517_## = Di mana Murad lahir?
0C282474ABDB07CA_## = Kingdom of Norman
0C3B1B4B491CA90F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0C3CABC9D0DD71D8_## = Afata
0C863B18479EB52B_## = 64 MAR
0C9B2227192106D1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0CA146B1EDBD3CA1_## = Silent Sea berada sebelah tenggara Elborne Woods. Chaugnar
berasala dari lautan yang diisi perairan tenang ini.
0CBC4C5C779BAC9D_## = 17 MAR
0CF657DE2E8058BC_## = Zuka
0D175C04B8B3C56B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0D3859BD2FD9910D_## = “Aku benci pasir! Aku benci badai! Aku benci hidupku! Air
untuk mandi pun bahkan tak mencukupi!†\nDi perbatasan Desert of Death, para Demon
Hunter berjalan dengan lesu di tengah badai pasir yang menerpa wajah mereka. Violet,
yang begitu mendambakan dapat menyelimuti dirinya dalam lipatan kain tebal, mengutuk
daratan berpasir yang tak beradab, kasar dan barbar. Jabatannya saat ini seharusnya
dapat menghindarkan dirinya dari ekspedisi berat seperti ini, namun lagipula dia sudah
menawarkan diri, karena rasa bersalah yang dirasakan pada anggota Legion, yang
dianggapnya sebagai anak sendiri.\nHanya sedikit dari mereka yang mengetahui alasan
Violet, penerus Jendral Federasi Hartford dan Komandan Penanggung Jawab ke-dua pada
Demon Hunter, mengabaikan kesempatan untuk naik jabatan dan alih-alih memaksa untuk
menginvestigasi perkara korupsi yang mengguncang Federasi, walaupun ini bukan bidang
pekerjaannya.\nWalaupun dia mampu menahan sejumlah kecil tikus korup, sebagian besar
tersangka di posisi yang lebih tinggi tanpa alasan yang jelas terbukti tak bersalah.
Quillen, anggota Kongres Federasi, misalnya, tak terbukti bersalah dalam kasus
penggelapan dana, dan justru seolah diam-diam menyumbangkan beberapa kali pada warga
yang menderita kerugian akibat kebijakan yang diajukannya. Tak lama, Violet terbukti
telah melangsungkan investigasi tanpa surat perintah dan terlibat dalam masalah baik
secara hukum maupun etis. Untuk meminimalisir dampak, dia segera mengundurkan diri dan
merelakan dana pensiunnya untuk mencegah reaksi keras masyarakat.\nSetelah itu, Violet
menjadi pengembara yang mengumpulkan imbalan dari misi yang disebarkan Federasi.
Terkadang dia harus pergi jauh dan bepergian ke negara lain sebagai tentara bayaran.
Dia cukup puas dengan gaya hidup ini—kebebasan tanpa batas, panduan rute,
penjelajahan tak terbatas, dan dapat dilakukan kapan saja. Namun, segera setelah dia
mendengar kabar tentang ekspedisi para Demon Hunter, dia menawarkan diri untuk kembali
ke tim lamanya tanpa ragu.\n“Ada beberapa hal yang harus diselesaikan,†Violet
pernah berkata demikian pada Hartford si Jendral Tua, sebelum memutuskan untuk
menginvestigasi perkara korupsi, dan kini dia mengatakannya pada sesama Demon Hunter,
seraya melanjutkan “menyelesaikan urusan†, dengan niat untuk menepati kata-
katanya.\nTim ekspedisi telah berada di wilayah musuh selama beberapa minggu. Mereka
mengikuti siasat yang dibuat Valhein, sang Wakil Komandan legiun, dan menghancurkan
beberapa sarang monster, memastikan bahwa bangsa Inferi tak akan mampu memanfaatkan
monster di garis depan. Selain itu, Murad, sekutu mereka, juga memanfaatkan
pengaruhnya sebagai bekas Pangeran Kerajaan untuk mengumpulkan pasukan pemberontak di
seluruh penjuru daerah, mengerahkan serangan ke pertambangan dan kota yang dikuasai
Azzen'Ka. Hal ini sejalan dengan kegiatan Demon Hunter.\nSeraya makin memanasnya
konflik, jumlah persediaan yang semakin berkurang mulai meresahkan pemberontak.
Pemberontak, yang dipimpin Murad, hanya mampu mengumpulkan makanan dan minuman dalam
jumlah terbatas dari para penyintas dari Kerajaan. Hanya ada sedikit persediaan medis,
membuat perjuangan mereka terasa sulit. Bahkan Valhein tumbang akibat Sengatan Panas
dan hanya dibantu tekad yang kuat demi bisa bergerak.\nDemi memastikan akhir
perjuangan yang cepat, Violet ditunjuk sebagai Wakil Komandan yang baru. Lagipula, tak
ada orang lain yang dirasa pantas mengisi jabatan tersebut.\nJika mereka mengulur
waktu, kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyelesaikan misi.\nJika mereka menarik
pasukan, setidaknya mereka bisa berkumpul lagi di kesempatan lain.\nTapi hal tersebut
merupakan keputusan yang sulit bagi Violet.\n“Pak tua, apa yang akan kau pilih?â€
Dia bertanya pada Hartford yang dibayangkan dalam kepalanya. Lagipula, lelaki tua
itulah yang mengakui potensi dalam diri Violet dan mengangkatnya jadi Komandan Pasukan
Elit dari yang semula hanya Petugas Junior di Biro Investigasi. Walaupun dia menolak
untuk mengakui telah berbuat kesalahan, dia tak kuasa untuk merasa bersalah terhadap
orang tua yang telah begitu berjasa bagi dirinya.\n“Aku mungkin tak akan melanjutkan
serangan, tapi yang pasti, aku tak akan melarikan diri,†kata Hartford yang ada di
kepalanya. Violet teringat julukan yang diberikan Valhein dan rekan-rekannya—Iblis
Bermata Satu. Setelah kehilangan satu mata akibat ulah Iblis, Hartford masih sempat
mengeluarkan pistol Revolver favoritnya dan menembak kepala para Iblis hingga hancur.
Sudah jelas, dia bukanlah pribadi yang mudah menyerah.\n“Semua!†Dengan ketetapan
hati, Violet mengumumkan rencana barunya. “Berpencar jadi tim berisi sepuluh orang,
menyamar dan berbaur dengan suku-suku, pekerja tambang dan warga kota. Kalian
diperbolehkan untuk memulai perang gerilya saat memungkinkan.†\n“Tiap tim harus
dikepalai satu Kapten dan dua Wakil Kapten yang berwenang memberi perintah bertarung.
Jika dua dari tiga orang setuju, mulailah bertarung. Masing-masing Kapten akan
menyampaikan perintah dari Komandan.†\n“Pemberontak yang berada di bawah perintah
Pangeran Murad, mohon berkoordinasi dan dukung perang gerilyawan kami sebisa mungkin.
Yang sakit dan terluka harap dipindahkan ke area bebas perang oleh para pemberontak.â€
\n“Tujuan operasi ini adalah untuk menghancurkan sebanyak mungkin pabrik militer
dan menunda persiapan perang mereka selama mungkin.†Violet menggigit bibirnya
seraya melihat banyak tatapan mata penuh tekad di hadapannya. “Lakukan yang kalian
bisa untuk mempertahankan misi dan menyerang musuh.†\n“Ingat—kita tidak
sendirian. Semua Pasukan Sekutu, mereka yang berjuang demi kedamaian dan
kejayaan—mereka semua kawan kita.†Violet mengangkat lengannya dan mengepalkan
tangannya. “Kita menunjukkan kemampuan kita sebagai Demon Hunter! Kita akan
membuktikan kekuatan sesungguhnya dari legiun terkuat Federasi!†\n“Ayo kita mulai,
Demon Hunter!â€
0D4B5D5B70CD9FD0_## = Diamlah dan biarkan aku menembakmu!
0D4E457ADB203417_## = Air salju dari Mt. Orphean mengalir ke Elborne Woods, yang
kemudian bersatu jadi Elborne Lake, sebuah tempat suci bagi kaum Elf.
0D4F0D6ECFDCD01F_## = "Upon this night I give my blood in the name of darkness, that
light shall be severed and sundered and scattered to the void." Hayate raised a black
arm and stabbed at the pact.The soul of the dragon roared in pain. Outside, the ninjas
that had converged on the tower at the alarm felt a great disturbance, as though a
powerful shockwave had passed over them, and those closest to the epicenter began to
bleed at the nose and mouth. This was no warning roar, but a pure roar of pain with
its power unchecked, for Hayate's stab had injured the dragon soul at very
core.Hayate, too, felt the impact, but he did not back down. The white light had
become engulfed in darkness. Now Hayate turned his attention to the blue light. He
felt the weight of mountains on his shoulders and had to bite open his tongue to keep
himself conscious, while allowing the dark energy in his body to resist the power of
the ancient dragon soul. What did it matter if the clash of powers killed him? He had
come to die.The darkness had almost consumed the remaining dragon soul, when a bright
pillar of light pierced the night and struck the top of Dragon Tower. Xeniel descended
from the sky with six wings spread out behind him, clad in holy armor and wielding his
warhammer.Light and darkness clashed again, and this time darkness would not triumph.
Xeniel's light seemed infinite, inexhaustible, quickly sweeping away Hayate's feeble
resistance. Already exhausted from his ordeals, pushed to the limit in both body and
mind, Hayate's knees buckled before the buffeting light, weak and helpless as a
worm.Was he no more than a worm to the elder races?Was anyone content to remain a worm
forever?Hayate cried out loud in fury. Outside, the gathered ninjas looked up in time
to see a massive black wyrm emerge from the ground and soar across the sky, towards
where the holy light was brightest...
0D74C7FB65D889B0_## = The Thorn
0D9589EBDBDF8EC4_## = Nakroth
0DDF3DCE77D0400E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0DE6E80575561E55_## = Lord of the Abyss
0DF84D873DA87DE9_## = Airi
0E2BE3A9FEF68FE2_## = Sering mengusir calon pendamping sang ratu.
0E52325DDF5605D4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0E8E574A9102EE95_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0E91C885A4DBC554_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0EAD0C1A1F5779ED_## = Marja menyimpan kebencian mendalam pada Ilumia atas rasa sakit
yang ditimbulkan mantan muridnya pada dirinya. Segala penderitaan yang dialaminya,
harus dirasakan Ilumia, seratus kali lipat.
0EB0EE042D960FFF_## = Lautan yang jadi rumah Kil'Groth ini terletak di tenggara Seine
Peninsula.
0EBD1477F516E3A5_## = Suasana hati Violet sedang TAK kondusif.\n\nDirinya dan Valhein
duduk di depan api unggun, dikelilingi monster yang muncul dari celah Abyssal dekat
mereka. Monster-monster ini tak berani mendekati api, namun mereka menunggu dengan
tatapan yang menyeramkan dari mata hijau mereka, dan Violet tahu bahwa hanya masalah
waktu saja sebelum pemimpin mereka hadir dan menjadikan mereka berdua sebagai santapan
makan malam.\n\nViolet sudah pasti mampu memberi perlawanan dan merubuhkan beberapa
monster. Lain halnya dengan pemuda yang duduk di seberangnya...Violet menghela nafas
dan melihatnya dengan tatapan pasrah.\n\nNamanya Valhein, sesama kadet di Akademi,
satu atau dua tingkat di bawah Violet, dan gemar mencari masalah bahkan sejak pertama
kali masuk Akademi. Hingga tiba pada satu titik dimana Violet terpaksa mengajarinya
dengan tegas, yang membuatnya sedikit memperbaiki sikap, namun tak mengherankan semua
itu tak membuat keduanya akur.\n\nKini, mereka berdua terjebak di antah berantah.
Kadet lain lebih dulu melarikan diri saat bertemu monster sungguhan di tengan
karyawisata Akademi. Valhein sebenarnya berbakat, namun belum cukup pengalaman, dan
dipaksa untuk uji kemampuan dalam pertarungan sungguhan.\n\n"Tak kusangka bahwa kita
akan mati bersama," kata Valhein. Ekspresinya nampak tenang.\n\nOk, dia dendam padaku,
pikir Violet. "Hidup itu penuh kejutan," balasnya.Tiba-tiba, Violet melihat secercah
cahaya di hutan kejauhan. Jantungnya berdebar - akhirnya bantuan datang? Dia berdiri,
dengan pistol di kedua tangan, dan berkata pada Valhein, "Di sana! Ayo kita terobos."
Tanpa menunggu jawaban Valhein, dia melompat maju, melemparkan granat ke musuh
terdekat. Seraya terpentalnya monster itu, pecahan tubuhnya nyaris menghantam kepala
Valhein.\n\n"Baiklah..." Valhein menghela nafas, menyeka darah dari wajahnya, dan
mengikuti Violet. Jauh dari lindungan api unggun, keduanya dihadang kawanan monster.
Violet melempar granatnya ke dalam api, dan ledakan pun terjadi, memuntahkan pecahan
yang terbakar ke rerumputan dan membakar tumbuhan di sekitar. Para monster pun
berlarian.\n\nTiba-tiba, sebuah rauman menggema memecah malam. Violet melihat sumber
suara dan melihat kawanan monster Abyssal yang mendekat, dengan barisan yang jauh
lebih rapih dibandingkan monster kecil yang baru mereka usir, dan dipimpin oleh
sesosok makhluk berbentuk manusia. Lalu Violet melihat ke arah hutan yang sebelumnya
jadi sumber cahaya. Cahaya itu redup tepat di hadapannya, lalu menghilang ke dalam
hutan yang gelap - yang kemungkinan besar adalah kelompok kadet lain yang tersesat,
yang tak ingin terlibat dengan pertarungan yang menyeret Violet.\n\nViolet menghela
nafas. Mereka jadi harapan. Tapi, mereka masih kadet, yang belum pernah menghadapi
monster dalam jumlah banyak - tak seperti Violet, yang sudah dianggap sebagai salah
satu yang paling berbakat dari unit cadangan Demon Hunter. Tak ada gunanya menyesali
yang sudah berlalu. Violet berbalik pada Valhein. "Biar kutahan mereka di sini. Pergi
ke utara dan cari bantuan dari garnisun terdekat."\n\nBelum sempat selesai berkata,
ada seekor monster yang coba menerkamnya. Violet dengan mudah mengelak, dan sebelum
Valhein sempat bereaksi, Violet sudah siap dengan meriamnya, melancarkan tembakan
dahsyat ke barisan monster, memberi celah pada Valhein.\n\nValhein kehabisan kata-
kata. Dia tahu bahwa Violet memang hebat - dengan cara yang tidak mengenakkan - tapi
baru kali ini dia benar-benar terkagum akan perbedaan kemampuan yang begitu jauh
antara Violet dan kadet lain, termasuk dirinya.\n\nDi saat bersamaan, dia juga
bertanya-tanya - di mana Violet menyimpan meriamnya? Valhein tak pernah tahu
jawabannya, bahkan selang bertahun-tahun kemudian.\n\nBegitu pula dengan para monster,
yang terkejut oleh serangan Violet. Namun pimpinan mereka berteriak dan mereka segera
berkumpul, sekali lagi menghampiri Violet."Pergi!" teriak Violet.\n\n"Tidak." Valhein
mengepalkan tangannya. "Aku tak bisa meninggalkanmu sendiri."\n\nViolet teringat hari
dimana dia membiarkan Valhein tergantung terbalik di atas pohon, ekspresinya pemuda
itu, dengan muka memerah marah, seraya mengata-ngatai seniornya itu namun tak berdaya
untuk melepaskan diri. Sungguh mengejutkan! Dia tersenyum dan berkata, "Baiklah. Yang
masih kuat tinggal di sini, yang sudah lelah harus pergi dan mencari bantuan. Ayo, aku
tunggu."\n\nWajah Valhein memerah seperti masa itu, namun tak ada yang bisa dikatakan.
Akhirnya dia mengangguk dan berkata, "Aku akan segera kembali. Berhati-
hatilah."\n\nViolet mengangguk. Mungkin bocah ini tak seburuk dugaannya.\n\nValhein
mulai melangkah dan berbalik badan. "Dan...maafkan perkataanku sebelumnya."\n\nViolet
hanya melambaikan tangan, dan berbalik untuk menghadapi monster yang berhamburan
keluar.\n\nBertahun-tahun kemudian, Valhein teringat malam itu, pemandangan Violet
yang menerjang dan menembaki kawanan monster tanpa ragu.\n\n-Selesai-
0EBDD255D4C3EB5F_## = Tak ada yang namanya aturan dan batasan.
0EECA80148BCD12F_## = Sulit tidur jika mendengar cerita seram.
0EFE916F42AD66F6_## = Pelindung keseimbangan, yang memilih hidup dalam damai dan
harmoni bersama alam, namun akan memberi perlawanan demi melindungi World Tree saat
dibutuhkan.
0F08DDD4754B9585_## = Batman
0F08FCC5C7BAA5FD_## = Perserikatan beranggotakan prajurit tanpa ikatan yang menyewakan
jasa mereka.
0F12729CE78872D9_## = Rekan Element
0F1E3BB9E7478BE3_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
0F3FD9E101F6491C_## = Naga bersemayam dalam raga darah baru, Airi sang Kunoichi.
Setiap nafas yang dihembuskannya seolah memancarkan kekuatan naga.\n\nBanyak klan
ninja yang baru bermunculan, namun Steel Dragons yang misterius telah ada selama
beberapa generasi. Klan tertutup ini terus melindungi perdamaian dan keamanan semesta
memanfaatkan kekuatan naga kuno. Sebagai ketua ninja generasi baru, Airi tak hanya
mewarisi gelar "Kunoichi", namun juga pengakuan Sang Naga Kuno berkat bakatnya yang
luar biasa. Dia pun dipercayakan untuk mengemban Dragon's Mark.\n\nSeraya malam
menyelimuti hari, satuan Ninja elit yang dipimpin Airi bergegas untuk menyelamatkan
Temple of Light dari serbuan pasukan iblis yang mengepungnya. Menggunakan kemampuan
klon bayangannya, Airi mengelak dari serangan ilmu hitam dengan mudah. Pertahanan
kokoh ribuan prajurit Fallen tak sanggup menahan serangannya. Dia menjelma jadi
senjata mematikan dan langsung menerjang ke arah Maloch, sang komandan Pasukan Iblis,
meninggalkan jejak penuh darah di belakangnya.\n\nLuka yang diderita Airi terus
bertambah seraya dirinya mendekati Maloch. Saat akhirnya ada di hadapan Maloch, Airi
hampir menumbangkan semua penjaga sang komandan. Namun harga yang dibayarnya tak
sedikit. Airi harus menderita tiga luka serius. Dengan sisa kekuatan yang tak
seberapa, Airi sadar bahwa dia tak akan sanggup bertarung dalam waktu lama, sehingga
dia mengumpulkan sisa kekuatan dari Dragon's Mark, mengangkat pedangnya dan menebas
Maloch. Pada saat itu, Maloch tak mamou mengangkat senjatanya. Dia begitu kewalahan
dengan kekuatan arwah naga yang dilepaskan Airi sehingga dia hanya sanggup menggunakan
sayap iblisnya demi menghalau serangan Airi.\n\nTebasan pun mendarat. Darah yang
panasnya melebihi lahar mengucur keluar dari dada Maloch dan sayapnya yang kokoh pun
terkoyak. Serangan dari pedang Airi benar-benar melumpuhkan sang komandan yang
terkenal tangguh itu. Maloch terpaksa kembali ke Demon Abyss untuk memulihkan diri
dan, pasukannya pun dibuat semakin tak berdaya.\n\nTekad Airi, yang dipertunjukkan
pada peperangan ini, tak pelak membuatnya dibanjiri rasa hormat. Bahkan Iblis yang
paling ditakuti sekalipun tak bisa menyembunyikan rasa takutnya akan senjata Airi.
0F48B96FFFE60117_## = "Tunduklah, makhluk rendahan!"\nJauh di dalam Abyss, terdapat
Great River of Fire, sungai lahar dan darah yang mengaliri daerah kekuasaan Maloch,
Sang Penguasa Abyss. Dialah pemimpin Abyss sesungguhnya, dan kesatria terkuat yang ada
di sana, penerus tahta Volkath, Penguasa Kegelapan.\nVolkath memimpin bermodalkan
bakat alami yang dia miliki, sementara Maloch membangun dinastinya dengan cara yang
kasar dan primitif, sepenuhnya dengan kekuatannya yang besar. Sudah sejak Era Kuno,
nama Maloch dikaitkan dengan kekuatan dan kekerasan; dialah yang memimpin pasukan
baris depan baik di Perang Dewa maupun Invasi Pertama, yang meneror seluruh
Athanor.\n"Monster yang terlahir untuk berperang." Ribuan tahun telah berlalu,
penilaian Volkath tentang Maloch masih benar adanya. Saat Sang Penguasa Kegelapan
dikalahkan oleh Tel'Annas, Maloch lah yang mengangkat tubuhnya dan membawa pemimpin
legiun Abyss, mengumpulkan iblis yang melarikan diri dan membuka jalur pelarian untuk
mereka, menebas untuk menerobos barisan pasukan musuh.\nKeganasan Maloch lah yang
memungkinkan Legiun Abyss untuk bergerak ke arah selatan, membangun pertahanan di
sepanjang area. Mereka memang kalah perang, namun untuk pertama kalinya, mereka
berhasil membangun markas di Athanor. Oleh karena itu, para petinggi Abyss sepakat
untuk menetapkan Maloch sebagai pemimpin baru mereka.\nTerlepas dari sikapnya yang
barbar, Maloch sepenuhnya loyal terhadap Volkath, dan cukup pintar untuk menyadari
bahwa kemampuan berpolitiknya tak sebagus sang pendahulu. Tak seperti Volkath, Maloch
berbagi kekuasaan dengan petinggi Abyss yang lain, seperti Veera dan Nakroth, dan juga
Corrupted yang bergabung dengan mereka, menyatukan Abyss dalam satu tujuan yang
sama.\nTentu saja, ini bukan gagasan Maloch. Maloch sepenuhnya mempercayai Veera, dan
menerima saran dan siasat darinya tanpa ragu. Kenyataan bahwa mereka menjalin hubungan
bukanlah rahasia lagi di Athanor, dan Maloch lebih memilih senjata yang bisa digenggam
dan dirasakannya dibandingkan kekuasaan politik yang kuat dan absolut.\nItulah mengapa
Maloch sepenuhnya menyerahkan kekuasaan teritorial Abyss pada Veera, sementara dia
kembali ke Sungai Api bersama pasukan legiun iblisnya, demi melatih pasukan baru yang
lebih tangguh dan mengerikan. Seandainya mereka berhasil menghancurkan Temple dan
World Tree dan Abyss mampu menguasai Athanor, bukan Maloch yang akan berdiri di
singgasana. Lagipula, masih banyak dunia lain yang harus dikuasai.\n"Semua yang
disentuh bendera pasukanku akan menjadi milik Abyss!"
0F598FE48385CDD0_## = Siapa diantara mereka yang masuk daftar hitam Butterfly?
0F6BA6E141E30234_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0F862990EAF3132B_## = Slaughter Sea
0F931FAB214FA43C_## = Prajurit Bayaran Handal
0FA388744A48C4A7_## = Biografi Roxie
0FAF1C7C82993EA5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0FAFFDE01652C5D7_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
0FB570B688A0927B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
0FBC38FCBB99AFF9_## = Sebagai bintang baru Mercenary Guild, Violet tak butuh lama
untuk mengejar Butterfly dalam hal peringkat. Butterfly sendiri mengabaikannya, karena
yakin bisa jauh mengungguli Violet jika dia memang bersungguh-sungguh.
0FFF35CE5CAE84FC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
1029464EC7B4EC55_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
102F25C93FC70E3F_## = 19 MAR
1047ECD36BA83CDE_## = "Wonder Woman adalah Putri Diana dari bangsa Amazon yang abadi
di mitologi Yunani. Saat pilot militer Steve Trevor terdampar di pulau surga Amazon
yang terpencil, Diana ditugaskan mengantarkan Steve pulang kembali dan membuat
bangsanya dikenal dunia. Memasuki dunia peradaban manusia yang dingin untuk pertama
kalinya, Diana menemukan bangsa yang membutuhkan figur pahlawan. Seiring waktu, gaya
hidup manusia menyakiti hati Diana - perang, kebencian, dan kelakuan lainnya yang
mengabaikan pelestarian Bumi - namun kekuatan super, kecepatan, gelang anti peluru,
dan Laso Kebeneran miliknya yang terkenal, mampu membantunya dalam misi membawa
ketertiban pada sisi kehancuran manusia.\n\nSeorang pejuang dari lahir yang terlatih,
Wonder Woman menumpas kejahatan dan berharap untuk membuka potensi kemanusiaan yang
tidak selalu ia mengerti - dan inilah misi yang mendorongnya untuk bekerjasama dengan
Justice League. Namun, misi Wonder Woman untuk membawa kedamaian di Bumi kadang
terhambat oleh intrik politik dan perselisihan internal dalam keluarganya - dewa dan
figur gaib dari mitologi Yunani. Adalah sebuah pesan dari ibunya, Hippolyta, yang
akhirnya membawa Wonder Women ke dalam dunia Athanor.\n\nHippolyta menyimpan rahasia
dari Diana selama hidupnya - sebuah rahasia yang akhirnya mengancam keberadaan Gunung
Olympus. Hippolyta akhirnya mengakui hubungan intimnya dengan Zeus; dan anak hasil
hubungannya bukan lain adalah Diana. Namun Wonder Woman tidak punya waktu untuk
mencerna pukulan emosional yang baru diterimanya, karena ia tiba-tiba diserang oleh
Hera, istri Zeus yang cemburu. Pertempuran selanjutnya melibatkan para dewa, namun
Wonder Woman mampu meredakan konflik setelah mengikat Hera dengan Laso Kebenaran
miliknya.\n\nWonder Woman menyadari bahwa Zeus sudah menghilang dari Olympus selama
beberapa waktu - dan selama ketidakhadirannya, para dewa bertikai satu sama lain,
memperebutkan kendali atas Olympus. Zeus pergi untuk mencari sumber kekuatan para
dewa, sebuah bintang yang menurut cerita berada di pusat alam semesta.\n\nMenyadari
bahwa, tanpa kedamaian di Olympus, Bumi dan peradaban manusia akan terancam, Wonder
Woman mencari Zeus sendirian. Namun Hippolyta memperingatkannya bahwa apa yang ia
temukan di Athanor akan membuat kesulitannya selama ini terasa mudah seperti mainan
anak-anak. Ada berbagai dewa di Athanor, dengan kemampuan luar biasa dan ilmu mistis,
mampu menandingi apapun yang pernah dihadapi Wonder Woman.\n\nNamun Athanor belum
pernah menemukan sesosok pahlawan seperti Wonder Woman. Dan ketika akhirnya ia
berhasil menemukan Zeus, apa yang diucapkan Zeus kepadanya akan berdampak buruk, tidak
hanya untuk Olympus... tapi juga Bumi.
10505BDDB38CA531_## = Mt. Orphean
10A63C5985E38FF7_## = Lokheim
10C8B531B4C07017_## = 20 MAR
10CF0537FD6ECDA6_## = Super Dye
10EAC852200EC612_## = Ilumia dan Marja berguru Edras, dan Ilumia iri akan kedekatan
Marja dengan Volkath. Saat Volkath berontak, mudah bagi Ilumia untuk menuruti
keinginan rakyatnya, yaitu dengan memenjarakan dan menyiksa Marja.
10F8B2834433A85B_## = Max
114B992EAC528BE9_## = Fall of the Dark Lord
116638B159202584_## = The Hotshot
1174956D57601D3B_## = Sekokoh gunung, selincah angin. Inilah tanda petarung sejati.
Ikut aku, dan kita harumkan nama Sungming Dojo!
11843BC1F4D01491_## = Menyimpan daftar orang-orang yang ingin dibunuhnya.
1189EA447F2C4F62_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
11930C1E6692B2F1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
119F4D9009858603_## = Tipu orang dengan ilusi
1202BE5CD2E6C459_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
1220D861FF458363_## = 180cm
123E2DF1D68933DF_## = Benci dibanding-bandingkan dengan Aleister.
126084BC2C247C7D_## = Preyta
129F4F469D01F48D_## = Cloud Palace, di puncak Mt. Orphean.\n\nAwan gelap menyelimuti
Mt. Orphean selama berminggu-minggu. Tiupan angin dan curahan hujan menerpa kuil, yang
hanya disinari petir menyambar dari waktu ke waktu, bagaikan pedang putih yang
menyinari kegelapan.\n\nIlumia dan Aleister berdiri di tebing curam, nampak tak
terganggu kilatan petir. Di hadapan mereka, lingkar pemanggil kuno bersinar redup.
Sosok yang tertidur di tengah-tengahnya adalah makhluk yang terlahir dari
petir.\n\n"Dia milikmu. Ajari dia sebaik mungkin," ujar Ilumia dengan raut wajah
puas.\n\nAleister berjalan maju dan menatap pemuda yang baru lahir itu, yang terbaring
tanpa busana diselimuti lingkar keemasan, dia nampak sempurna seolah diukir pemahat
berpengalaman. Lalu dia membuka matanya, dan Aleister melihat pantulan dirinya di mata
pemuda itu.\n\nPemuda itu tersenyum.\n\n"Hi. Namaku Tulen." Ratusan tahun telah
berlalu.\n\nTulen memasuki arena latihan dan melihat Aleister, sang guru, yang sedang
membaca kumpulan puisi karya penyair misterius. Dia melihat sampulnya - bagus,
setidaknya bukan tentang kaum Beast seperti sebelumnya.\n\n"Sudah saatnya,
guru."\n\nAleister hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh. "Tak ada pelajaran hari
ini. Lakukan sesukamu."\n\nTulen menyeringai. Bakat luar biasanya memang tak
membutuhkan petunjuk, namun dia tak suka diabaikan. Dia memutuskan untuk membuat
masalah.Petir menyambar di hadapan Aleister, namun dia hanya mengenyahkannya dengan
tangannya begitu saja. "Sudah kubilang, sulapmu tak ada gunanya."\n\nNamun Tulen belum
selesai. Dia tersenyum licik, dan sebuah cincin listrik mengelilinya, yang berpencar
jadi beberapa sinar, masing-masing meluncur ke arah Aleister dari arah
berbeda.\n\nAleister dengan cepat melayang menjauh, menghindari serangan, dan sontak
sikap tenang dan acuhnya berubah jadi amarah. "Apa maksud serangan tadi?"\n\n"Hanya
permainan, guru. Mau melanjutkan?"\n\nNampaknya, ini bukan lagi permainan
menyenangkan. Aleister meletakkan bukunya dan menghadapi Tulen. "Dengan murid
favoritku? Baiklah."\n\nKeduanya saling melempar tatapan. Percikan seolah terpancar
dari mata mereka, dan pelayan di sekitar segera berlindung, jika tak ingin jadi
korban.\n\n"Saatnya serius." Aleister jengkel. Tulen terlalu cepat untuk ditangkap,
namun serangannya tak seberapa. Usahanya sia-sia.\n\nDan kemudian semuanya
berubah.Sejumlah petir berbentuk burung bersatu jadi cahaya besar, yang tak sanggup
dihindari Aleister sepenuhnya, dan menusuk bahunya, dan untuk pertama kalinya dalam
hidupnya, Aleister merasa terancam.\n\nTak ada waktu untuk mengurusi lukanya. Aleister
merapalkan mantera kuno, dan seketika arena yang terang berubah gelap seraya awan
gelap berkumpul. Kotak hijau mencuat di sekitar Tulen, menjebaknya, dan listrik pun
mengaliri kotak, menimbulkan rasa sakit pada Tulen.\n\nWalaupun Tulen nampak pucat
kesakitan, dia masih bisa tersenyum.\n\n"Sayang sekali...Sedikit lagi,
guru."\n\nAmarah mulai tumbuh di hati Aleister, dan nafsu membunuh merasuki benaknya.
Ternyata hanya butuh ratusan tahun. Dia sadar tak butuh lama bagi muridnya untuk
merenggut semua yang jadi miliknya.\n\nAleister menjentikan jarinya, dan penjara
listriknya pun lenyap, serta awan yang menghalangi matahari.\n\nTak ada yang menyadari
awan gelap yang menyelimuti matanya.\n
12C55270C8CA1D15_## = Maloch swung, and his blade cut through the muscular chest of
the beastman before him with ease, and red blood splattered over the brown earth.
Maloch's foe had not even hit the ground before he started looking around for his next
mark.The battle had been raging for ten days. Unlike the human forces who had melted
away before the forces of Lokheim, the beastfolk and elves from the forests were
strong, organized, and willing to put up a fight, slowing the progress of the Lokheim
forces to a crawl.His foe's den was right there in front of him, so close that he
could almost reach out and touch it, yet it might as well have been on the other side
of the ocean. If the fires of Maloch's fury could take corporeal form, they would have
incinerated the Afata defenders before him."Damn you, elves! Damn you, beastmen! Damn
you all!" Maloch cursed, and he raised his weapon to charge at the stubborn foe."Is
this what you have in mind, Ilumia?"Volkath, Lord of Darkness, sat on his perch
overseeing the battlefield. His expression was calm, unflappable; only a single finger
tapping on his knee betrayed the agitation he felt.When the gods left the mortal
realm, the holy light lost much of its splendor. Seeing an opportunity, Volkath led
his legions out of the abyss, paving a path back to Athanor with blood and death.
Unprepared for war, the forces of Veda were quickly beaten back by Lokheim, retreating
to make their stand at the holy mountain of Orphean, leaving the common folk to be
slaughtered by the demonic forces.Just as victory seemed to be within grasp, however,
it was snatched away by the forces of the forests who came to the aid of Veda, a
stubborn wall that stood steadfast and refused to give way despite Volkath's worst
efforts."...we can wait no more. We cannot afford to give Veda the chance to
recover."Volkath rose from his seat. He had made a decision.Next morning, the legions
of Lokheim advanced again against the forest guardians. This time, however, Volkath
led the assault personally, cutting a bloody path through the defenders. His trusty
lieutenant Maloch was by his side, picking up where Volkath left off whenever the Lord
of Darkness slowed down to regain his strength.Just as it seemed the forces of Lokheim
were destined to triumph, an arrow cut through the air and straight into Volkath's
chest. It came from the bow of Tel’Annas the Elven Queen, blessed by the World Tree,
whose arrow sealed the battle's outcome.Yes, Maloch still stood tall on the
battlefield. Yes, the Lokheim forces still had strength of numbers. But Volkath was
more than a mere leader for Lokheim. The death of their lord shattered the morale of
the abyssal legions, and they were quickly sent into a rout by the defenders rallying
around their beautiful queen.This was the day that Lokheim was defeated and the dark
lord fell.This was the end of the First Lokheim Invasion.
12D45409E0A2B0D0_## = Biografi Omen
1322D1BBCD01C39A_## = Organisasi penyihir.
134079B8BBC45FF8_## = Arduin pernah menjadi pemimpin umat manusia yang dilatih
Vedä.\n\nPemberani dan gigih, Arduin menjadi sosok ideal pemimpin yang ideal.
Pidatonya begitu menyentuh dan berapi-api, hingga menarik prajurit pemberontak yang
muda dan bersemangat untuk bergabung dalam pasukannya, bertarung demi tujuan yang
lebih mulia.\n\nDilatih oleh Veda, Arduin pernah menganggap Thane sebagai saingan. Dia
memutuskan untuk menghadapi Thane demi kehormatan, namun akhirnya berhasil merebut
rasa kagum Thane atas gaya tarungnya yang berani dan taktik yang meyakinkan. Setelah
melalui kerja sama selama bertahun-tahun, Arduin akhirnya mengakui Thane sebagai
sekutu dan pertemanan mereka pun semakin tumbuh. \n\nKeduanya menjadi sosok yang
penting bagi kemenangan pihak pemberontak. The Fallen dipaksa untuk mundur ke garis
pertahanan dan kabur ke Inferi. Di pertarungan terakhir, Arduin dan Thane berselisih
untuk pertama kalinya setelah waktu yang lama. Arduin ingin terus berperang, demi
menghabisi pasukan kegelapan dan mengembalikan kedamaian yang lama dinanti, sementara
Thane menganggap tindakan tersebut hanya akan menghancurkan semua yang telah mereka
raih.\n\nGagal meyakinkannya, Arduin meninggalkan Thane dan, bersama para kesatrianya
dan pasukan Vedä pendukung, bergegas menuju Inferi untuk meburu sisa pasukan the
Fallen dan iblis. Namun, pasukan Arduin dikelabui dan diarahkan menuju Icy Terrain
oleh Veera yang licik. Dia mengerahkan Frost Fire, demi meluluhlantahkan seluruh
pasukan Arduin. Merasakan penyesalan yang dalam atas keputusannya, Arduin berlari
menuju Frost Fire dan menciptakan badai dengan ayunan kapaknya, berupaya untuk
menciptakan jalan keluar bagi prajuritnya.\n\nBerkat kecerdikan Arduin, nyawa sejumlah
prajurit berhasil terselamatkan, namun lain halnya dengan kawan mereka yang berguguran
akibat Frost Fire yang tak mengenal ampun. Bahkan Arduin sendiripun terbakar Frost
Fire, namun terselamatkan berkat baju pelindung yang diberkati Vedä. Walaupun Arduin
mengayunkan kapaknya secara membabi-buta, dia mampu membunuh musuh yang berani
mendekat.\n\nVeera dengan cekatan bertindak dan menghentikan upaya balas dendam the
Fallen. Dia menuangkan Frost Fire ke dalam raga Arduin yang pincang, yang menetralkan
kekuatan suci Vedä. Tak lama, tubuh Arduin pun terbakar menjadi abu, dan walaupun
rohnya masih hidup, dia telah ditandai oleh segel kegelapan Veera. Frost Fire membeku
menggantikan Kekuatan Suci dan menjadi satu-satunya nyawa di balik baju
pelindung.\n\n"Mereka yang berduka atas kematian Arduin tak akan pernah menyangka akan
bertemu pahlawan mereka yang melegenda dalam bentuk seperti ini!"
13452D52548432DD_## = Terlahir sebagai yatim piatu dan dibesarkan oleh Guild Prajurit
Bayaran, Butterfly mampu membuktikan bahwa investasi mereka tak salah sasaran, muncul
salah satu prajurit terbaik dari Guild. Walaupun masih muda, dia sanggup menuntaskan
lusinan misi sulit untuk Guild, menaklukkan setiap tantangan dengan
sempurna.\n\nPencapaian luar biasanya ini membuat Duke of Roses merekrutnya sebagai
penjaga pribadi untuk cucu perempuannya yang masih muda, Astrid; sama sekali bukan ide
yang buruk karena Butterfly pun dapat menyamar sebagai pelayan pribadi nona
bangsawan.\n\nNamun, Butterfly segera menyadari bahwa tugasnya kali ini bukanlah
perkara kecil; saat pasukan The Fallen menyerbu Rosenberg, Astrid membawa pedangnya
dan turun ke medan perang untuk melawan mereka, menundukkan segala rintangan berkat
Butterfly yang bertarung bersamanya.\n\nKemenangan tersebut membawa ketenaran dan
reputasi baik bagi Astrid maupun Butterfly. Hingga saat ini, Butterfly mungkin jadi
prajurit bayaran didikan Guild yang paling terkenal.
1375065A7E0B3727_## = Pemimpin kerohanian suku yang berkomunikasi secara langsung
dengan World Tree, dan juga berperan dalam menjalankan urusan kebudayaan, pendidikan,
medis, dan hukum suku.
13B0D694CBDCB81A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
13BFB5D3A45629AF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
13C3D52967D2B3C6_## = Pendeta Tinggi
13C6442C602B9286_## = 01 Okt
13DB34CF756F2A74_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
13E9022758116DA1_## = Ada yang mengganggumu? Sebut namaku, dan mereka akan tahu rasa.
1417FCF9F10BFE19_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
141C14F231CFB99E_## = The Incorruptible
141C7515E8512151_## = The Soaring Falcon
142D1D41BB1649AC_## = Biografi Tulen
1483BFBFAF6860DD_## = Murad, Pangeran Mahkota Helios Empire dari Eastern Desert,
dipuja rakyatnya. Dia diberi kepercayaan untuk menjaga Gem of Time, simbol penerus
tahta kerajaan, dan memimpin pasukannya di beragam ekspedisi. Bahkan Azzen'Ka yang
licik dan kejam pun tak berani menantang Murad secara langsung, yang takut akan
kekuatan Gem tersebut.\n\nNamun keunggulan Murad membuatnya jumawa. Dia meremehkan
Azzen'Ka, dan gagal memanfaatkan peluang untuk menyingkirkan ancaman nyata. Sementara
itu, Azzen'Ka bergerak diam-diam, menciptakan sejumlah bencana yang memaksa Murad
untuk menggunakan artefak, menguras kekuatannya.\nAkhirnya, artefaknya pun retak,
terkuras akibat penggunaan secara berlebihan. Di saat yang sama, Azzen'Ka mulai
menyusun rencana serangan balasan.\nAmukan badai pasir menyelimuti Helios Empire. Tak
berdaya karena ketiadaan artefak, Murad tak sanggup mencegah kehancuran kerajaan,
namun masih sanggup menyelamatkan diri dengan kekuatan yang tersisa, sementara
kerajaan iblis Azzen'Ka menutupi langit biru Gurun Timur.\n\nSekarang Murad berkelana
di gurun seorang diri, mencari cara untuk memperbaiki artefak, menanti saat dimana dia
mampu membalas perbuatan Azzen'Ka dan membangkitkan kerajaannya.
14A5153FF1D43311_## = Zanis
14A69AF31CCAD7BE_## = Mganga
14B8F70DDEEB656E_## = Ia adalah mesin tempur berjalan, lengkap dengan darah penuh
amarah iblis di dalam nadinya.\nSkud adalah boneka voodoo ciptaan kebanggaan Mganga.
Dipenuhi darah iblis, ia memiliki kekuatan destruktif luar biasa dan hasrat membuat
kekacauan. Tinjunya yang luar biasa dapat menggoyahkan semangat siapapun yang mencoba
menggulingkan kekuasaan kegelapan. Selama tahun-tahun pertempuran Skud dipanggil untuk
melayani Preyta sebagai hambanya dan memimpin para tentara The Fallen.\n\nPertempuran
untuk Castle of Alchemy merupakan puncak pencapaian Skud. Walaupun ia memiliki pasukan
di bawah 100 orang, ia mampu memimpin mereka menembus pertahanan mekanis yang
disiapkan oleh Moen, spesialis persenjataan. Lalu ia sendirian menghancurkan 10 boneka
Alchemy dan berjuang hingga bagian dalam istana. Saat itu, Omega, yang sedang dalam
penyamaran selama beberapa waktu, mengeluarkan perintah untuk menyerang. Skud dan
pasukannya segera dikepung oleh lautan baja.\n\nSaat menyaksikan kebangkitan
pertahanan Castle of Alchemy dan mulai dikepung oleh musuh, Skud menjadi murka. Darah
iblis di dalam dirinya semakin mendidih dan tekadnya terbakar. Bombardir pasukan besi
tidak dapat menghalangi usahanya. Baju baja terkuat pun remuk oleh tinjunya. Skud yang
sangat marah berhasil menghancurkan serangan balik musuh. Omega membawa Moen kabur
dalam kepanikan, meninggalkan Skud dan pasukan The Fallen menikmati hadiah harta karun
dan materi yang ditinggalkannya.\n\nSaat pertempuran akhirnya usai, Skud memperoleh
hadiah yang layak, satu set sarung tangan Alchemy yang ditempa oleh Moen sendiri.
Mganga membuat beberapa penyesuaian sehingga sarung tangan Alchemy tersebut tersambung
dengan darah iblis Skud, memberikan dia kekuatan destruktif yang lebih.\n\n“Darahku
mendidih lagi!"
14BEFCB542529150_## = Ishar dan Veres
14DABCDFA1571CDF_## = Penghubung Hayate dengan Lokheim, yang membantunya menyusupi
Ancestral Temple dan melarikan diri.
14DEC2FCB1CF33F3_## = Maloch
14E93314DA84C15E_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
14FD217EB851FD89_## = Terbentang di sisi selatan Federation of the Free, nama Red Sea
berasal dari pegunungan merah yang terletak di lepas pantainya. Laut ini dikuasai
Lokheim, namun sejauh ini, mereka belum berhasil menyeberangi hamparan gunung.
15125EC26A96A661_## = Biografi Kahlii
152F53BD56B0B489_## = "Tongkat saktiku mulai karatan!"\n\nSetelah menyelesaikan
perjalanan ke barat, Wukong memperoleh gelar, "Victorious Fighting Buddha" atas semua
pencapaiannya, dan dapat tinggal di PÅ«rva-videha untuk menikmati semua persembahan
dari umat. Namun, kehidupan yang tenang tidaklah cocok untuk Wukong, yang selalu
teringat akan masa-masa petualangannya di Jalur Sutera.\n\nWukong telah melampaui
ribuan kilometer hanya dengan berjalan kaki, dan melewati 81 rintangan dan
kesengsaraan. Dengan tongkat di tangannya, dia berhasil mengalahkan banyak monster
buas, yang terus bertambah semasa perjalanannya ke Barat. Wukong bukanlah pribadi baik
hati ataupun tertib. Kalau bukan karena kekangan Gautama Buddha, dia pasti sudah
berkelahi setiap hari, bahkan setelah menjadi dewa sekalipun.\n\nSaat kabar bencana
yang dihadapi Athanor tiba di PÅ«rva-videha, Wukong sadar inilah peluang yang telah
dinantikannya. Dengan dalih mencari tahu tentang krisis tersebut, Wukong menawarkan
diri untuk pergi ke Athanor. Di sana, dia kembali menampakkan sosok sejatinya, yang
memberi peringatan pada semua Hero di sana.\n\nSelayaknya makhluk suci yang cenderung
menarik perhatian satu sama lain, Ilumia the Seer dalah pihak pertama yang menjalin
kontak dengan Wukong. Atas kuasanya, Wukong menjadi salah satu anggota Holy Hall dan
kembali menikmati persembahan bersama dewa lainnya. Ilumia berjanji bahwa Wukong tak
akan dikekang aturan selama dia tidak berbuat yang tak pantas terhadap Vedä. Dengan
kata lain, Wukong dapat bertarung dengan Hero musuh kapan pun dia mau.\n\n"Aku sudah
berdiam diri selama 500 tahun. Aku sudah tak sabar lagi!"
153E4DF366F5F954_## = D'Arcy bertemu Volkath di ruang kosong antar dimensi, dan
Volkath memanfaatkan kekuatan D'Arcy agar bisa kembali ke Athanor. Walaupun belum
pernah benar-benar bertatap muka, jiwa mereka yang pernah berinteraksi meninggalkan
jejak permanen di diri masing-masing.
154180D40BC5A6DB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
155108EC80CA38EA_## = Hall of Judgment
157713679B1AE581_## =
15A1C7E7B1C2B5AC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
164B6E018C2551DB_## = Biografi Taara
1650772CF776BCF3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1695A34A24F28F9F_## = Didirikan oleh Magister's Council, Magic Academy yang terletak
di Carano memegang misi untuk mencari dan melatih individu muda yang berbakat sihir.
Sephera ditugaskan jadi ketua dewan ini.
1698CD5FB78A8D02_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
16B277D7A7B39E76_## = Pengawal Ratu Elf
16BDD6CFF2D16603_## = Duel
16EA06B2310832A5_## = 168cm
1748581A7789A9BA_## = On the ancient battlefield of Sunfall Valley, the Earth
Elemental Lumburr has torn up the ground outside the Lokheim wall, creating a small
hill by which the Okka troops climbed the wall.First up the wall was Captain Brandon,
who dreamed of joining the Silverwing Order as a knight on a mighty horse, but was
deemed too short. He persevered, however, and was finally selected into the
Shieldbearers, and was given the honor of leading the vanguard this day. Carrying a
short sword and a heavy shield that could stop the brunt of a cavalry lance, he was
charged with protecting not only himself, but his comrades as well.This day, however,
Brandon did not meet any attacks as he advanced, which made him uneasy. He climbed the
wall and saw beyond it ranks of the Corrupted standing below on the other side,
looking up at him with cold, impassive eyes.Brandon tried to signal a stop, but he
could not stop the momentum of thousands of men rushing up onto the wall. More and
more soldiers ascended the wall and saw the same scene as Brandon did, with more than
a few realizing that something was not right, yet there were even more soldiers
following behind them.Then, with a deafening boom, the wall collapsed. Black venom
began spreading along the collapsed ruin, seeping into the cracks of the soldiers'
armor. They felt no pain, just a little itching, but after a few minutes they began to
realize that the poison ate away at their body, skin, flesh, blood and bone, turning
them into the same corrosive venom.Soon the battlefield was filled with terrified
screams, as one by one the soldiers realized what was happening to them. The poison
may have numbed their pain, but not the horror of seeing one's body dissolve before
one's very own eyesMganga, architect of the trap, watched in satisfaction as panic
spread amongst the Okka ranks, and gave Preyta the sign to advance. Led by Skud, Taara
and Natalya, the Corrupted Legion marched towards the collapsed wall and launched
their counterattack. The remaining Okka troops, who had not yet scaled the wall and
were thus spared the fate of their comrades, threw down their weapons and fled."Hold
your ground!" Baldum bellowed, ordering his Hoofed warriors to form up in defensive
formation. He could not stop the rout, but he would not die with his back facing the
enemy. The Hoofed warriors followed the order without question, standing fast against
the oncoming Corrupted tide, the Cosmic Totem's light protecting them against the dark
corruption.The Corrupted Legion in their black armor swept aside the Okka lines, with
Baldum and his Hoofed regiment a lone rock against the storm. Some of the fleeing Okka
troops who still retained their wits about them desperately tried to reach Baldum,
knowing it was their only chance to survive.Watching all this from the air, Preyta
gnashed his teeth and barked a few orders. With a great roar Skud drove two massive
Hellhounds against where the Forest Guardians made their stand, eager to unleash
slaughter."Is THIS Lady Ilumia's plan?" Arthur's voice was low, but his fury was
palpable as he questioned a pale Klaus in the Forest Guardians camp. The besiegers had
become the besieged, and the exchange he had with Klaus was very much on Arthur's
mind.Klaus quietly removed his white robe, revealing a body of perfect proportion
beneath. "It is regrettable. I shall take it upon myself to fulfill my Lady's duty,
frail though I may be."Holy light surrounded Klaus, and he charged towards the rising
dark tide, glowing like the sun, no less glorious than Yorn who took down a Dark
Behemoth with three arrows."We must follow," said Tel'Annas. "We cannot turn back
now.Arthur turned to her, and there was a sly gleam in his eye. "Of course. I simply
wanted to gauge how much he was hiding. Lady Ilumia would not have assigned a mere
mortal to oversee such an operation."Tel'Annas allowed herself a small smile, but did
not meet Arthur's gaze. Instead she looked up at the crimson thundering sky.Tulen had
joined the battle as soon as the wall collapsed, but his lightning and thunder could
not pass the boundary set by Maloch's crimson blade - just like their battle a couple
of days ago.But Tulen could feel that Maloch's attacks were getting fiercer, to the
extent that it was almost reckless. The demon lord focus entirely on attack, ignoring
anything that did not interfere with his own attacks.Maloch had reason to be
confident. On the north side of the valley was Aleister, Tulen's former master,
preparing his Rune in secret. Aleister knew Tulen better than anyone else, and his
enmity with his old pupil ran deep.The Corrupted Legion advanced towards the Forest
Guardians camp, the remnants of the routing Okka army before them.With Baldum absent,
the central force was commanded by Lindis, while behind them Arum gathered her Clawed
warriors,
174A682B51A61E15_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
174E221DFBE485BB_## = Bodrene
1786AEC7EEF38291_## = The Insatiable
178D1FD2A181136D_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
17DF9678BB8D2689_## = Biografi Slimz
180981AB539B44E6_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
1821022EBC5161FD_## = Veera dan Marja berdamai saat membicarakan soal kecantikan.
1839DF62CB024FA1_## = Zip yang Lapar
186204EDC6193B34_## = Aku baru dapat bayaran dan sudah kubelanjakan semua. Sebaiknya
pinjam uang siapa?
187E16EB9585B297_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
1891A661F9E4CC4A_## = 6 AGU
18A675A66DE4FBD4_## = Pribadi berlawan yang saling melengkapi
18AD1652479815FF_## = Marja
18B652CE38FFB1E7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
18EF10CA02A62889_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1914C4DEB7CC3CAD_## = 18 Jun
1940D62CA1AE4189_## = Ketua paduan suara Hall of Gospel
19448E4F5A98C314_## = Gunakan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
1969DE8FBEBF3DEF_## = The Joker
19725F638D118C75_## = "Buka mulutmu."\n\n"Ah -" Zip melakukan yang diperintahkan,
dengan mulut menganga, dan lidah merah muda yang dijulurkan. Dia tak berani menolak
perintah Mina, seraya Mina perlahan meletakkan gagang sabitnya ke mulut Zip, memeriksa
Zip. Mata besar Zip bergerak tak karuan merasakan pergerakan lengan Mina, kegugupan
terasa darinya."A...aku tak mencuri makanan," kata Zip resah. Mina hanya mengangguk,
dan bertanya, "Apa yang dapat membuat hal di perutmu itu muncul?"\n\nZip menjawab,
"Hmm...seingatku, saat itu aku ada di lab Mganga, mencu - eh, mencari
camilan."\n\n"Jadi, aku harus menyeretmu ke lab Mganga?"\n\nZip tersentak dan memeluk
kaki Mina, memohon, "Tidak tidak tidak tidak tidak! Aku tak mau dekat-dekat makhluk
gila itu! Kumohon!"\n\n"Kalau begitu, jawab yang jujur. Apa yang kau
sembunyikan?""Anu..." Menerima tatapan tajam Mina, Zip akhirnya mengaku. "Ya...benda
itu muncul saat aku kelaparan."\n\n"Kalau begitu kau puasa mulai besok."\n\n"Tidak
tidak tidak tidak tidak! Jangan biarkan aku kelaparan! Kumohon!"\n\n"Kalau begitu
mulai hari ini."\n\nZip menutup mulut dengan tangannya dan berhenti mengoceh.\n\nTiga
hari kemudian, pasukan Lokheim berkumpul di Undercity. Zip menepuk perutnya yang
kelaparan seraya menengok legiun pasukan Shadow Worms, Corrupted dan Demons, dan dia
memiliki firasat buruk.\n\n"Bawa pasukan ini ke tujuan. Dalam keadaan utuh," kata
Mina."Aku lapaaar..." Zip menengadah ke atas dengan tatapan memohon. "Aku tak yakin
bisa sampai tujuan jika perutku kosong..."\n\n"Yang Mulia Veera berkata kau boleh
makan sepuasmu seharian penuh setelah menjalankan misi ini."\n\nZip terdiam.
"Semua?"\n\n"Semua."\n\nZip semakin terbelalak. "Semua yang aku mau?"\n\n"Semua yang
kau mau," jawab Mina. "Di mana saja."\n\n"Yay!" Zip melompat dan membuka mulutnya,
menunjukkan lidahnya yang kini berwarna biru gelap. Dia menghisap, dan beberapa saat
kemudian, pasukan Lokheim pun lenyap, terhisap ke gerbang dimensi dalam
mulutnya.\n\nPerut Zip membengkak dan merasa pusing dan begitu kesakitan, namun dia
terus menghisap. Dia mulai berkhayal tentang Mganga yang memohon ampun padanya, demi
melupakan rasa sakit.\n\n"Tunggu saja, Mganga," pikir Zip. "Labmu jadi sasaran
selanjutnya!"
1990D13754EC0A0F_## = 69 MAR
199247503AC2D50B_## = The Demon Hunter
19A876BA22C6FF5B_## = 01 Jan
19D1D2A9427E61A0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
19F39F72C1C0656B_## = Biografi Veera
19F619EA155CCE1B_## = Tak boleh ada cermin atau benda yang memantulkan tampilan badan
di kamarnya.
1A0345EE2C39BB7D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1A1965C506B6370D_## = Biografi Mina
1A244BB5AAC8F7F0_## = Zanis
1A24B7EDBF43FCC6_## = Beranggotakan keluarga kerajaan, penguasa daerah, tentara
berpangkat tinggi dan pejabat penting.
1A2CC651526CEFFD_## = Chaugnar
1A3660381E08370D_## = Anak dari Landirr, Pemimpin Tertinggi kaum Elf.
1A3965255961AB06_## = Iblis Pertama
1A3D454A11DB65BF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1A41631BD3986036_## = The Glutton
1A50B7F7065DF4D4_## = Benci serangga, hingga senantiasa menjauhi Marja.
1A58F98F73E57CE5_## = Hingga tiba hari dimana dia menghadapi kegelapan dalam jiwanya,
Enzo dulu hanyalah penjagal biasa. Aroma darah menggelitik inderanya, dan dia
jantungnya mulai merasa berdegup kencang, seakan dalam ekstasi.\n"Ma...maafkan aku,"
Enzo tergagap.\n"Tak perlu minta maaf, dasar bedebah," ejek sang pendosa. Dia menjilat
bibirnya dan melanjutkan, "Aku sudah mematikan inderaku dengan sihir. Kau tak bisa
menyakitiku, dasar cacing menyedihkan..."\n"Oh, bukan, bukan karena itu aku meminta
maaf," sahut Enzo. "Aku berharap kau bertahan lebih lama...karena menyiksamu akan
terasa sangat menyenangkan."\nMata sang pendosa pun terbelalak dan mulai meronta dan
berteriak, tapi tak berlangsung lama. Sihir yang melindunginya dari rasa sakit tak
mampu melindunginya dari pingsan akibat kekurangan darah.\nTak perlu waktu lama bagi
Veda untuk memiliki pengadil baru. Berkat peran barunya, Enzo memiliki kewenangan
untuk meninggalkan kuil dan memburu para pendosa dan kafir hingga ke tempat
persembunyian mereka.\nDan Enzo berhasil menemukan Hayate, si pengkhianat dari Mist
Island, yang jadi buruannya.\n\nBerkelana melalui Storm Valley, Hayate tak bisa
melanjutkan perjalanan akibat tamu tak diundang.\n"...anjing pemburu dari Veda?"
Hayate tak bisa melihat rupa sang penghadang karena terhalangi sinar matahari. Namun,
jubah khas pengadil Veda sudah cukup untuk membuatnya waspada, dan mengingatkannya
akan kenangan buruk.\nEnzo membungkuk memberi salam. "Aku sudah menantikanmu,
tuan."\nAda yang tidak beres - Hayate memutar badan secara spontan, cukup cepat hingga
bisa mengelak dari bilah misterius yang melewati pelindung bahunya.\n"Sudah kuduga,
tak akan semudah itu." Suara Enzo terdengar tenang dan tanpa emosi; seakan sedang
berbincang santai dengan orang yang hampir dibunuhnya. Hayate, di sisi lain, sekarang
benar-benar waspada, berusaha mengingat bilah yang baru saja dilihatnya, yang bukanlah
senjata biasa. Dan dia pun segera menyadari - bahwa senjata itu dipergunakan untuk
menyiksa dan menghukum, lebih cocok digunakan di ruang eksekusi dibandingkan di medan
perang.\nAroma darah membuatnya menggigil, bahkan bagi veteran seperti Hayate
sekalipun. Siapa lelaki misterius ini? Hayate bersiap, menghadapi serangan orang yang
belum dikenalnya.\nSelama beberapa saat, Hayate tetap waspada, namun serangan Enzo tak
terbilang cepat atau kuat. Merasa bahwa sudah melihat semua siasat Enzo, Hayate
bersiap membalas serangan. Lembah yang sempit menyulitkannya untuk menggunakan
kemampuan ninjanya, sehingga Hayate memperlambat langkahnya, memancing Enzo ke jarak
serang idealnya.\nDalam sekejap, semuanya berubah.\nBilah tipis menggores Hayate - tak
apa, hanya luka kecil, pikir Hayate. Namun, beberapa saat kemudian, bilah itu mulai
menancap semakin dalam, mencengkeram lukanya seperti hewan haus darah.\nDi momen itu,
Hayate merasakan perubahan pada perilaku Enzo - tak ada lagi sosok lelaki yang sopan
dan elegan, digantikan oleh sosok yang haus darah tak berujung. Dan Hayate terlambat
menyadari sisi asli lawannya ini, yang membuatnya tak tenang.\nTerjerat senjata Enzo,
sulit bagi Hayate untuk melarikan diri. Eksekusi Enzo telah dimulai. \n"Ucapkan
selamat tinggal pada kakimu!" Bilah tajam mengiris pergelangan kaki Hayate, tak cukup
untuk memutus kaki, namun cukup untuk menyayat daging beserta urat yang menyangga
kakinya. Tak ayal Hayate pun lumpuh karena bentuk hukuman Maiming ini.\n"Tebuslah
pengkhianatanmu dengan nyawamu!" Bilah-bilah kecil menyayat tubuh Hayate, yang memberi
banyak luka kecil, namun perlahan tapi pasti melukai sekujur tubuhnya. Ini adalah
bentuk hukuman Death by a Thousand Cuts.\n"Tebuslah dosamu dengan kepalamu!" Seraya
Hayate jatuh terbungkuk, senjata Enzo pun menghampiri, siap untuk memenggal kepala
sang ninja. Hukuman ini bernama Death by Decapitation.\nPintu kematian yang semakin
dekat, diiringi rasa sakit di sekujur tubuhnya, justru membuat pikiran Hayate semakin
jernih, dan jauh di dalam benaknya, dia mempertanyakan kelancangan Enzo. \nMemangnya
dia itu dewa?\nMemangnya siapa yang bertanggungjawab atas semua masalah yang ada di
dunia memuakkan ini, kalau bukan dewa?\nDan karena sudah terlanjur gelap mata, Enzo
tak menyadari pergerakan bibir Hayate, atau lengan sang ninja buronan yang berusaha
mengumpulkan sisa kekuatan...
1A60F8EDB91CA0DF_## = Yena terkejut saat mengetahui bahwa pengembara yang ada di
hadapannya merupakan orang yang sama dengan dengan sang pangeran muda yang dulu
dilihatnya dari kejauhan. Hal ini mengubah persepsi Yena tentang kalangan bangsawan,
dan membangkitkan harapannya kembali akan kedamaian gurun di masa mendatang.
1A999F82857CE186_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1AA68B68A8970ED8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1AA90A9E13273502_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1ABC27EEDED0A8BE_## = Tunduk
1B2B0FAC7AB063A5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1B548F959D6E295B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1B557B562FA6218B_## = Kapankah regu Demon Hunter Richter dibubarkan?
1B6C4B5736E504AD_## = Mt. Orphean
1B6E960EA22C5A0C_## = Magister's Council
1BAB81A57EEB60F5_## = Saat masih kecil, Eland'orr berbuat kesalahan fatal yang memaksa
Tel'Annas untuk tidur panjang. Saat sang ratu terjaga, dia memanggil Eland'orr untuk
mengutusnya dalam sebuah misi ke penjuru Athanor.
1BDF41F6BEDC798E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1C1F1EAEEA278B84_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1C3C832DECD4D127_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
1C49C9B481E76583_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1C65DC1F0615E5E1_## = Jasadmu akan membantu kebangkitanku.
1C6AD803180708BC_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
1C75A776A6394247_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1C8FB2B4605B202F_## = Biografi Payna
1C9F5C88C72E958D_## = Omen tak tunduk pada siapapun, kecuali Maloch. Fakta bahwa
Maloch tak berkomentar tentang kebiasannya dan selalu memberi banyak pasokan mangsa
baru pada Omen mungkin berkaitan dengan kepatuhannya...
1CC58CAAB3B3A0F6_## = Saudara sejiwa yang saling merasakan
1CE63001DE1653E7_## = Dewan Kerajaan
1CE7C415698F5377_## = Ormarr
1CEF6489816DD0D4_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
1D06826AE66DCD62_## = Biografi Lu Bu
1D2EBBD12BCD6675_## = Ahli manipulasi.
1D38963AE77119EF_## = Federation of the Free
1D705045B915CA86_## = Valhein
1D7B07B0CCA46FCF_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
1DD91D11921BD40F_## = Banyak cerita tentang dirinya, namun mana yang benar?
1DDA218B635EDB0E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1DDBD765361313D9_## = Hayate
1DECC8948E71AE84_## = The Flash
1E27E7B3D99504AD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1E28B8235A05467F_## = Pengasuh
1E2FF06D2BBBC8CF_## = Hidup itu tentang bernafas, makan dan tidur.
1E7EDD321DAF5383_## = TeeMee
1E917A2E2C50AB8A_## = Raja Norman
1EAA88038F35E2F8_## = Afata
1EB435087C5648F0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1EBC3DF292471614_## = Di satu sisi, keberadaan Alice bisa mengganggu kekuasaan Thane.
Namun, Thane begitu menyayangi sang adik, dan Alice pun membalasnya dengan rasa
percaya, bersedia jadi penghubung antara Norman dan Veda.
1ED4BBBEE9FFD180_## = Krizzix merupakan keturunan paling murni dari the Hidden, dan
itulah yang jadi pertanda akan peran besar yang telah menantinya. Meski demikian,
Krizzix tetap bersikap sesuka hati dan bermalas-malasan, yang tentunya membuat cemas
para tetua. Mereka berusaha membujuk agar dirinya sudi menjadi High Priest yang baru,
demi meningkatkan rasa tanggung jawabnya, namun Krizzix bereaksi dengan meninggalkan
sukunya, memilih hidup terisolir dibandingkan ikatan tanggung jawab.\n\nDalam
perjalanannya, Krizzix bertemu Y'bneth, pencipta Verno Forest. Tak butuh lama bagi
mereka untuk menjalin pertemanan, dan Krizzix tinggal bersama Y'bneth, belajar untuk
memanfaatkan bakatnya dan bersembunyi di ruang terbuka.\n\nKini posisi High Priest the
Hidden pun sepenuhnya kosong, dan kaum Krizzix menginginkannya jadi penerus. Namun
jika Krizzix memang tak ingin ditemukan, maka dia pun tak akan bisa ditemukan.
1F25BAC806ECB68F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
1FC4C61490327A0B_## = Petualangan Furball
1FCAC15F54635517_## = Cathedral merupakan pusat pemerintahan Veda, berlokasikan di
tengah-tengah Mt. Orphean. Ilumia berada di pucuk pimpinan, bersama pendeta tinggi dan
pejabat lainnya, yang bertanggung-jawab atas beragam urusan kuil.
1FCF422C85F1A313_## = "Aku adalah perwujudan kekacauan!"\n\nChaugnar adalah Mammoth
purbakala yang dinodai energi kekacauan, yang mengubahnya menjadi sosok menyeramkan
yang sekarang dia miliki. Kekacauan tak hanya mengubah penampilan Chaugnar, namun juga
mengacaukan pikirannya. Di matanya, kehidupan hanyalah pertarungan tiada henti antara
kekacauan dan ketertiban. Nyawa, peraturan, logika, perasaan, dan keyakinan tak
berarti apa-apa baginya.\n\nSemua yang tak beruntung yang bertemu dengan mahkluk
menyeramkan ini akan terbungkuk merinding seraya mereka ditimpa sesuatu yang lebih
gelap dari kegelapan, dan lebih menakutkan dari rasa takut yang pernah mereka rasakan.
Jika bukan karena sesosok manusia berbakat, yang memancing Chaugnar ke dalam perangkap
dan menyegelnya di kedalaman the Black Sea, dunia ini bisa saja lenyap sejak
lama.\n\nNamun, kekuatan kekacauan tak bisa dimusnahkan sepenuhnya. Yang bisa
dilakukan manusia hanyalah bertarung untuk melemahkan Chaugnar dan mengenyahkan
ancaman yang dia miliki. Namun, semua sadar bahwa suatu hari Chaugnar akan terbebas
dari belengggu pengikatnya dan memporak-porandakan setiap jengkal daerah di dunia ini
dengan api kemarahannya.\n\n"Aku akan membuatmu menjadi saksi atas kekacauan yang
menelan dunia ini!"
1FDEC5AF77DE107D_## = Sang pemimpin suku, yang bertanggung jawab atas keberlangsungan,
migrasi, dan urusan militer dan politik sukunya.
20179DFDA88338C4_## = Menulis puisi saat sulit tidur.
201DAF2721B16257_## = Kisah mengenai Tel'Annas yang menumbangkan Volkath dengan satu
panah jadi sumber inspirasi terciptanya berbagai lagu dan cerita, hal yang tak disukai
Sang Ratu Elf.
20681BC342BCF077_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
20812FAF8B2120F2_## = Siapa yang melukai sayap Maloch?
209545F70EA62156_## = Lokheim
20B2CD7A060714BE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
20BD4C2D80277F5E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
20E9EE88BDC66309_## = Enzo begitu senang saat ditugaskan untuk memburu Hayate, si
pengkhianat. Akhirnya ada mangsa langka, dan dia berniat menikmati setiap momen...
20F2645BEBE552DD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2102E9F1688BD1AB_## = but he focused every last bit of his strength into completing
the ritual to exile his former master into another dimension."No, D'Arcy - you're
coming with me!"An explosion without fire shook the marsh, a temporal shockwave that
sent ripples through time and space. The tall fir's branches trembled and swayed.Then
- nothing. Neither Lorion nor D'Arcy was anywhere to be found, and only the leaves of
the fir tree continued to sway gently in the evening breeze, as though nothing had
happened.
2104C6CF325BEE56_## = 20 Jul
213740BCD90D5AD0_## = Arum
216AF31A3C3FE51C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2179413EAA6D4DE1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
219FF945A6D2C494_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
21C4376F8E9C6B9F_## = Omen
21CE448DB1FB667E_## = Di balik pegunungan sisi barat Elborne Woods terdapat alam liar
belum terjamah bernama Dagon Forest. Konon tak ada hewan yang hidup di sana, hanya
tanaman yang bisa berbicara.
21DFE583E18B3000_## = Ruang dan waktu adalah dasar dunia. Mereka juga merupakan sumber
segala kekuatan. Tidak ada jimat ataupun teknologi yang dapat menyimpan kekuatan ruang
dan waktu. Hanya Andura Stone yang dapat memuat kekuatan ruang dan waktu, dan memberi
kesempatan bagi semua makhluk hidup untuk mendapat manfaat darinya.\n\nDengan tujuan
menguasai Andura Stone, leluhur Murad pergi ke gurun untuk mencaro fragment Andura.
Leluhur Murad dapat mengelabui Azzen'ka dan memperoleh fragment Andura. Mereka
menggunakannya untuk membuat senjata super yang dapat memanipulasi ruang dan waktu,
lalu membangun kerajaan baru di gurun.\n\nSaat Murad menginjak usia dewasa, ia
mewarisi senjata tersebut dan memimpin prajurtnya memperluas kerajaan dan membasmi
pemberontak. Hal ini akhirnya mengancam kekuasaan Azzen'ka yang semakin murka setelah
mengetahui rahasia senjata tersebut. Tetapi Murad sama sekali tidak takut, dengan
senjata tersebut Azzen'ka tidak akan mampu mengalahkannya.\n\nAzzen'ka menyerah dan
bersedia memenuhi semua permintaan sang pangeran. Murad dengan senang hati menjadikan
Azzen'ka dan daerah kekuasannya sebagai wilayah jajahan, dan akhirnya melewatkan
kesempatan untuk melenyapkan musuh berbahaya. Azzen'ka menyadari bahwa tidak ada yang
bertahan selamanya, dan ia menciptakan berbagai krisis yang memaksa Murad untuk
menggunakan senjatanya demi menyelamatkan kerajaan.\n\nPenggunaan yang berlebihan
membuat Andura Stone lemah dan mulai retak sehingga kekuatan ruang dan waktu terlepas.
Azzen'ka segera memanggil badai pasir yang menelan seluruh kerajaan. Kekuatan Andura
Stone hanya dapat melindungi satu orang dan seluruh kerajaan mendesak Murad untuk
segera menyelamatkan diri.\n\nAkan tetapi, Murad tidak menyerah. Dia menyembunyikan
jati dirinya dan menjadi penjelajah gurun, mencari cara untuk memperbaiki senjatanya
sambil melatih diri untuk mengalahkan Azzen'ka. Murad percaya bahwa selama ia masih
memiliki senjatanya, suatau hari ia akan mampu mengalahkan Azzen'ka dan mengembalikan
kejayaan kerajaanya."
224B931F33151C50_## = Ratu Elf
2276F2D8111ECCA8_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
22797A1DF230B4EE_## = "Let's start again from the beginning. What is your
name?""D'Arcy.""Who are you?"A mage.""How did you get here?""I'm not sure...it seems
to have been the result of a violent reaction between two different schools of
magic."...This was the seventh time that Volkath had asked these questions, and still
the answer he sought eluded him.A single arrow from the bow of Tel’Annas fell
Volkath in the battle of Sunfall Valley. Though his flesh was destroyed, his soul
escaped his disintegrating body and survived, if only barely.Without a body binding it
to the mortal plane, however, Volkath's shattered soul plummeted uncontrollably
through dimension after dimension, until he finally regained enough power to stabilize
his existence, whereupon he found himself lost in this strange and unfamiliar
plane.With neither sun nor moon to guide him, Volkath knew not the passage of time.
But he knew that his strength faded bit by bit as he drafited along in the great
emptiness of the void, and eventually he would fade away into oblivion, be it a matter
of months, years or centuries.Volkath pondered the option of tearing a rift in the
fabric of space and returning to Athanor that way, but he was less than certain that
he still had the power to do so, or whether his broken soul could survived the ordeal.
So he lay dormant, waiting for an opportunity.And now, he found his opportunity.It was
convenient that D'Arcy was still unconscious from the cursed placed on him by Lorion.
D'Arcy's soul answered Volkath's every question with perfect honestly, with no
understanding of the situation it was in.Volkath's questioning was meticulous and
thorough. This was his chance to return to Athanor, perhaps the only chance. He must
be absolutely certain of the reliskill of this vessel. Volkath had already died once;
he could not afford to be careless.For now, Volkath must secure the present, and
ensure the survival of this human. D'Arcy's life was hanging by a thread, the deadly
curse laid upon him by Lorion eating away at his very flesh. That he had not already
turned into a corpse was a testament to his many years of magical training, and the
Power of Genesis that he wielded, no less potent than Lorion's Black Magic.Time had
begun to move again for Volkath. He willed himself into a physical form, and began to
weave magical patterns, far simpler yet far more powerful than any symbol of Black
Magic that D'Arcy would have known in his own experience with the art. For simplicity
was the essence of sophistication, a lesson well-learned by Veda and Lokheim in their
millennia of existence, but which had yet to be fully grasped by the fledging race of
man.Slowly the dark energy that had been eating away at D'Arcy was drawn out from
within him and converged upon Volkath, absorbed by the dark lord to strength his own
existence. Volkath did not save D'Arcy out of the kindness of his heart, of course;
this influx of dark energy was his first since he became trapped in this forsaken
void.With D'Arcy's life secured for the immediate present, Volkath now turned his
attention to how best to use the mage. He could, of course, simply squash D'Arcy's
soul like a bug and claim the body for his own, but the human flesh was so fragile
that it was doubtful whether it could hold Volkath's powerful soul at all without
disintegrating into dust, even broken as Volkath was in his current state. More
importantly, even if he managed to take over D'Arcy's body, Volkath was unsure if the
power of dimensions would become his to wield.Volkath understood well the nature of
D'Arcy's power, the power over dimensions that the mage wielded. At the peak of
Volkath's own power, he was himself capable of traversing the dimensions, yet it was
by brute force that he did so, tearing a rift in the fabric of space and time with his
unimaginable dark powers. But to manipulate that fabric directly - that was beyond
even Volkath's skill. He had never even imagined that it was possible at all, much
less by the weak and feeble race of humans.Volkath mused in wonder at how these puny
ants could discover and touch the very nature of existence itself. And what a pity it
was, that they remained so frail and weak! He must help the pathetic creature, then,
if he was to return home."...where am I?" D'Arcy felt his senses return as he opened
his eyes. He remembered being struck with Lorion's dark curse just as he exiled his
former mentor from this world - and nothing more. Yet now he was here, and not only
was he seemingly unharmed, he felt more powerful than he ever had been.He looked
around and found himself floating in the emptiness, the void between worlds, and
quickly recognized it. Was it this place that boosted his powers? D'Arcy reached
inside and felt magic rushing through his veins, more substantial and with greater
purity than he had ever experienced.D'Arcy thought back to the tales of old, legendary
mages and heroes who through some serendipitous encounter had acquired ancient
artifacts or gained amazing ne powers, aiding them on their rise to greatness. And so
it seemed that he, too, had just had such an encounter.The stuff of legends, eh -
D'Arcy thought to himself. But the thought of fame and glory was fleeting, for
sufficient unto the day was the evil thereof. There was no telling how much time had
passed since he was thrown into the outer realms - it could have been hours, days,
even years. Dirak and Sephera must be waiting.D'Arcy moved his hand, and drew a
familiar pattern. The door of dimensions opened before him, and he stepped through
into the world beyond - the world from which he came from.
227F90A7FFDE8666_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
229C589536201ADD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
22A6CBF84AFCCF9E_## = Undercity
22A861C089F257E4_## = Tak disangka gemar membersihkan dan merapihkan rumahnya.
22BC79D4FBBAD2A3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
22C51750B89C5A6B_## = Lokheim
22C52FD8DBDB885D_## = Berada di selatan Elborne Woods, Seine Peninsula dijadikan titik
awal kaum Elf dalam mengendalikan Southern Sea. Mengingat Boiling Sea dan Silent Sea
yang telah dijajah Lokheim, Seine Peninsula telah mencuat jadi benteng pertahanan
militer yang penting.
231D535084E7517C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2327C03A2DFDD1B6_## = Biografi Cresht
232F9F0176764527_## = Rekan Jalan
233B3251C69F1A8D_## = Biografi Zill
2341ED4E0579CC1D_## = The Man of Steel
23698F0B77C3E857_## = Kingdom of Norman
238BC581C5BCEB57_## = Anak perempuan dari Landirr, High King of the Elves, Tel'Annas
menunjukkan bakat berpanah luar biasa dari usia muda. Ayahnya memberikan Morning Star,
busur terkuat milik kaum Elf, dan mempercayakan hutan beserta penghuninya pada
dirinya.\nSaat api kehidupan padam, Tel'Annas pun naik tahta, menjadi ketua Aliansi
Afata. Semasa peristiwa Invasi Lokheim Pertama, anak panah dari busur Tel'Annas lah
yang menghunus jantung Volkath, yang menumbangkan the Dark Lord dan menjamin kekuatan
the Order, namun kekuatan kegelapan juga merasukinya, dan dia pun terpaksa tidur
panjang.\nTerjaga dari tidurnya tepat saat Invasi Lokheim Ke-dua, Tel'Annas memimpin
Afata untuk bersekutu dengan the League of Humans dan Veda, bersatu melawan
Lokheim.\nDengan kebangkitan Volkath yang semakin dekat, Tel'Annas telah kembali ke
Afata bersama rakyatnya, mempersiapkan diri untuk menyambut badai yang akan datang...
23ABE1DB26022C86_## = Guru dan Murid
23E59BD42E67545A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
23F909AF0451E4D4_## = Dark Lord Reborn
23FE4C67F3354754_## = Gemar mengolah tubuh.
24403D5B86447857_## = Namaku Veera, Queen of the Night.\nBuktikan bahwa kau yang
terbaik, cerdik, tanpa ampun,\nhingga pantas berlutut, dan bertarung untukku.
245E54F798AEC614_## = Kingdom of Norman
2492158C5C05350C_## = Chapter 3
249D0A759DF408D9_## = Xeniel
24BC80C5904F737F_## = Kaukah yang membangunkanku dari kehampaan?\nKaukah yang akan
bermandikan darah bersamaku?\nKau bagaikan bisikan kematian,\nyang memuaskan dahaga
dalam darah dan kekacauan.
24E172004052CFE9_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
250DFD67EC9BDC8C_## = 185cm
2514C97FD0340C29_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
25183404E3A673EE_## = 05 Agu
251C295205BD6B7D_## = Biografi Wisp
254ECA71160689D4_## = Richter baru diupah sesuai menjaga karavan. Apa yang dia lakukan
selanjutnya?
25559A2ED8B5255A_## = Bidang Militer dan Hukum
2564654035BF2E1D_## = Gerbang menuju Lokheim di Moonlit Plains diduduki monster
Abyssal. Krizzix dan dua rekannya mendekat diam-diam, melalui tumbuhan.\n\n"Pelan-
pelan!" Krizzix berhenti. Dia mendengar suara langkah kaki melintasi daun yang
berguguran. Ternyata datang dari Kil'Groth, yang meminggirkan dan menyapu dedaunan
seraya melintas. Krizzix mengerutkan dahi dan menghela nafas. Dia tak sudi melakukan
hal merepotkan ini, jika bukan karena janjinya pada sang teman lama, Y'bneth."Diam di
sini. Biar kuperiksa dulu," bisik Krizzix. Rekannya diam mengiyakan. Mereka sebenarnya
tak suka saat Krizzix ditunjuk jadi pemimpin operasi, namun Krizzix jelas yang terbaik
dalam berjalan tanpa terlihat. Dia keluar dari persembunyian dan berbaur dengan
lingkungan.\n\n"Kita diam saja di sini?" Slimz mengeluarkan sebotol jus buah - dari
Federation - dan memberikannya pada Kil'Groth.\n\nKil'Groth mengosongkan botol dalam
satu tegukan, bersendawa, dan berkata, "ada ide lain?""Mumpung si tukang perintah
sedang hilang, sebaiknya kita beraksi dan mengambil satu dari mereka hidup-hidup.
Mungkin ada info berharga..." Slimz tersenyum licik. Dia yakin mampu meyakinkan
Kil'Groth, karena rekannya ini tak sanggup melewatkan kesempatan mencari uang
tambahan, walaupun mereka sedang menjalankan misi. Terlebih, selalu ada permintaan
atas jasad monster Abyssal di Federation.\n\nMencapai kata sepakat, Kil'Groth dan
Slimz mengendap pelan menghampiri monster Abyssal yang berkeliaran di tepian. Tanpa
disadari, ada satu dari monster yang terjaga dengan raungan yang memekakkan telinga,
nyaris membuat Krizzix melompat keluar dari persembunyiannya. Yang dia lihat adalah
sesosok makhluk biru yang bertarung dengan monster."Dasar idiot!" Krizzix memaki dan
bergegas ikut serta dalam pertarungan. Dia harus segera menarik duo bodoh ini sebelum
monster Abyssal mengepung mereka.\n\nKrizzix cukup cepat, namun ada monster lain yang
terjaga, mengepung Slimz dan Kil'Groth dengan cakar dan taring tajam.\n\nKrizzix tak
lekas masuk ke tengah pertarungan, namun mengitarinya untuk menyelinap. Bertarung
secara langsung bukanlah kelebihan Krizzix, namun dia ditugaskan dalam misi ini bukan
tanpa pertimbangan matang, dan sebentuk putaran energi sihir mulai terbentuk.\n\n"Hei!
Di sini!" Para monster Abyssal tak punya waktu untuk terkejut atas kehadiran Krizzix
yang tiba-tiba, karena mereka terseret ke udara akibat putaran.\n\n"Cepat! Aku tak
bisa menahan lama," teriak Krizzix seraya bergegas menghampiri rekannya dan melepaskan
lingkar sihir yang melindungi mereka, sepenuhnya membuat mereka ditutupi kamuflase.
"Ikuti aku, dan cepat keluar dari sini."
257EAAC4D71F614D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2615B32A3286D5AD_## = Seine Harbor
2651407B752B7C97_## = Biografi Jinna
2667B1D8E12574B7_## = Sebuah arena perang kuno. Lembah ini dijadikan zona netral
antara Okka, Norman dan Verno Forest, dan berbatasan dengan Moonlit Plains. Terowongan
yang ada di bawah permukaan jadi gerbang menuju Abyss.
2679AA23A460E953_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
267DED392AD512BF_## = Krixi
267FCE9492EDBEB2_## = Tulen
2691045D1B3AF8B1_## = Lubang yang berada di antara belahan utara dan selatan Athanor,
jadi pintu masuk menuju Abyss. Belahan selatan merupakan daratan beku yang jauh dari
sinar matahari, dan kebanyakan iblis tinggal jauh di dalam Abyss, dihangatkan energi
kegelapan yang bergejolak.
26B0C5D8F0A54609_## = Merah muda
26C3CFD625AC2BE2_## = Hayate
2755321A56792325_## = Berada di selatan Black Rock Redoubt, Nightmare Fort merupakan
pusat penelitian sihir Lokheim, mengubah manusia dan makhluk lain jadi Mutant kuat.
Jeritan yang datang dari sana seakan tak pernah berhenti.
280F19B8C301459B_## = Grakk dikenal atas kebrutalannya. Sebagai tukang jagal, dia
merantaikan arwah tahanannya dan mengoyak arwah yang berontak dengan gigi-giginya
untuk menyiksa mereka. Namun dia harus membayar harga mahal. Tubuhnya tak lagi bisa
mencerna makanan selain arwah. Dia harus memakan arwah untuk menghilangkan rasa
laparnya yang tanpa henti. \n \n Untuk mengatasi rasa lapar di masa damai, dia harus
meminta bantuan Zephys dan Nakroth; yang pertama memanen arwah sementara yang ke-dua
menjatuhkan penghakiman. Semua arwah menjadi makanannya. Setelah perang pecah, sebagai
imbalan atas kekuatan Grakk, Maloch berjanji pada Grakk bahwa dia bisa melakukan
apapun yang dia mau pada musuh yang dia tangkap.\n \n Pemangsaan tanpa henti membuat
Grakk menjadi penggila perang. Dengan tiap arwah yang ditelan, kekuatannya bertambah.
Apa yang tak bisa dilahap, dia memaksa mereka menjadi bagian dari the Fallen untuk
mengambilkan lebih banyak makanan untuknya.\n \n "Aku... lapar…"
2814D4192EF9E764_## = Afata
281BD0C8AA4BC24A_## = Annette
283AED0198EA9A35_## = Omen
284491824BE55BB4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
28A43E72BB3C209D_## = Wisp
28B201631E5B7482_## = Chapter 11
28B85DB73C90380A_## = Volkath
28CDC19E79933AC5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
28E88273DB6D0F94_## = D'Arcy
28FBFC9396B326D7_## = Sunfall Valley
290C0FBD781FB4E5_## = 180cm
29214D44870E4E02_## = Berawal dari desa pinggir pantai biasa di belahan selatan
perbatasan Okka, lokasi Ostia membuatnya cocok untuk dijadikan pelabuhan tempat
perdagangan hasil laut yang terus berkembang. Kini, Ostia jadi kota pelabuhan Okka
yang paling makmur dan penting.
292722AEA4787824_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2971AF305615BE7E_## = 20 AGU
2971D2A9CEF650F3_## = Wonder Woman
29778862FB565D83_## = The cycle charge was a tactic commonly used by heavy cavalry,
but it typically took time for a cavalry formation to regroup and reform before they
could charge again.Not so the Blood Knights, which not only kept an unfathomably tight
formation in their charge, but also seemed to have the uncanny skill to change
direction on a dime, charging time after time in close succession, without losing the
slightest bit of cohesion. Back and forth they mowed through the Silverwing ranks, and
one after another the Okka knights fell.The cries of horses waned, while the roar of
hellsteeds waxed. The Blood Knights replaced their horses with these native creatures
of the abyss when they joined Lokheim. Slightly smaller than Shor horses, these fierce
creatures had an incredibly tough constitution, sharp fangs and claws, and could be
trained to be far more disciplined than even the best horse.That was not to say that
Shor horses were necessarily inferior, for they were bigger and stronger, but the
Blood Knights also had the edge in skill and tactics, and they utilized the terrain to
great effect. Shaken and in disarray, the Silverwing knights had no hope of mounting
an effective resistance.The Order of Silverwing consisted of the best knights in the
Kingdom of Okka. But the Blood Knights dominated the rest of the Okka army in their
mortal lives, and their transformation in Lokheim only made them stronger and faster,
and they tore through the Silverwing knights and their Hoofed allies like hot knife
through butter.Harold had seen many battles, and his fair share of defeats among them.
But he never felt such sheer hopelessness as he watched men and Hoofed fall one by one
before his eyes.Once more the Blood Knights turned, and the Silverwing knights, though
battered, rallied to Harold's banner and stood their ground. Not one man tried to
flee, even under such desperate circumstances.Harold turned to his second-in-command
and said sternly, "Herbert, go and tell the prince what happened!""But captain!"
Herbert tried to protest.Harold did not give him the opportunity to do so. The highly
respected captain of the royal guard grabbed the younger knight's shoulder and said,
"Listen, boy! I don't need you here, but I need you to bring word back to Lord Arthur,
or die trying. Do you understand?"Herbert gulped and nodded. Harold gave him a shove
so hard that even the big and strong Shor horse stumbled."Now get the hell out of
here."Then the older knight's eyes softened, and he added, "If you make it, tell my
wife and children I love them."He and the rest of his knights raised their swords high
and faced their doom, before they were swept beneath the blood red wave.The Silverwing
knights were annihilated that day, along with 300 Hoofed warriors.Herbert made about a
mile before he was overtaken by Nakroth. He fell with his eyes wide staring into the
south, towards the ancient battlefield that Arthur was about to advance into....Arthur
and the rest of the Okka and allied forces marched across the western plains of
Sunfall Valley, towards the ancient battlefield.While Arthur and Klaus spoke, the
guards formed a wide ring around them, preventing their conversation from being
overheard."Time to drop the charade, Klaus," said Arthur."What do you mean, my
prince?" Klaus smiled.Arthur showed no anger on his impassive face and spoke matter-
of-factly. "Are we really here to stop Volkath's resurrection, or does Lady Ilumia
have other plans? If it was the former, an assault by a few Archons would do more than
an army like this. If it was the latter, I deserve to know what they are."Klaus looked
at Arthur with surprised eyes. "Why would you think so, my prince? You yourself saw
the battle between Maloch and Lord Tulen. Lokheim's defenses are not so easily
breached.""Enough." Arthur waved off Klaus' explanation. "Yes, I saw the battle and I
could tell that Lord Tulen was not supporting our attack, but simply preventing Maloch
from interfering. Same for Lord Enzo and Lord Jinna - they were merely here to hold
off Zephys, not help the army."Klaus was silent as Arthur continued, "We both know
that the fate of Okka is inextricably linked with Veda's." He looked the priest in the
eye. "Lady Ilumia's word is my will. But I deserve to know this - what exactly are we
fighting for?"Klaus sighed. "I'm sorry, my prince, but I am not at liberty to tell you
all that I know. All I can say is this: We are not sending warriors to die in vain,
but hoping to force Lokheim to commit their full strength. Whether it is the demons or
Corrupted that you face, you must face them head-on and give all that you have, at any
cost. Lady Ilumia will take care of the rest.""At any cost?" Arthur frowned and he
glared at Klaus."At any cost," answered Klaus firmly.
2982F8122DC79BDE_## = Battle of Rime Pass
298C9E08C75ADD20_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
298EAED795D87A4D_## = Malam hari menjadi waktu rutin bagi Annette untuk melaksanankan
pekerjaannya.\n\nTongkat sihir? Ada. Bola kristal? Ada. Ramuan enerjik? Ada—itu
semua menjadi sebuah keharusan semenjak dia melewati suatu malam yang penuh kantuk.
Dengan perlengkapan penuh, Annette beranjak dari lotengnya yang minimalis namun nyaman
dan terbang bermandikan langit malam berbintang, tempat dirinya menyisir kota kecil
tepi pantai yang lengang.\n\nKota Seasoul dikelilingi laut di tiga sisi. Selama
beberapa dekade terakhir, taifun dan tsunami tak pernah absen menghampiri dikarenakan
adanya perubahan cuaca yang terbawa arus dan Abyssal Rift. Para nelayan telah berharap
berdekade lamanya agar Magic Council bersedia mengutus penyihir kuat yang bisa
membantu mereka, namun penyihir yang ada ,yang terbilang sedikit jumlahnya, tak pernah
bisa meluangkan waktu untuk menolong kota perbatasan ini yang hanya berpenduduk
sedikit, khususnya saat pasukan baris depan di selatan harus bertahan menghadapi
serangan bertubi-tubi di peperangan. Alih-alih, kota itu dijadikan tempat penyihir
yang masih dalam masa pelatihan berkumpul.\n\n"Nelayan di sini
membutuhkanku!"\n\nAlih-alih mengabdikan diri di tengah keramaian Manusia atau di kota
lain yang lebih makmur, Annette memilih untuk tinggal di Kota Seasoul. Pernah
mempelajari Sihir Angin dan Astrologi, penyihir pemula ini menjadi pilihan yang bagus
untuk menghadapi masalah cuaca. Dia mampu mengidentifikasi tanda sekecil apapun di
tengah barisan bintang yang rumit untuk menyimpulkan prediksi kemunculan taifun, dan
mampu dengan mudah memperingatkan nelayan untuk bersiap menghadapi musibah cuaca yang
akan menghampiri.\n\nNamun, sosok yang sebenarnya diharapkan para nelayan adalah
penyihir legendaris yang mampu mengatasi bencana memanfaatkan ilmu sihir, yang belum
mampu dilakukan Annette—secara teknis, dia bahkan belum mahir menggunakan ilmu
sihir. Nyatanya, para pemula tidak diijinkan untuk menggunakan sihir di luar wilayah
Akademi. Akibatnya, alih-alih dilihat sebagai penyihir yang terhormat, para nelayan
hanya menganggap Annette sebagai gadis kikuk yang berbicara hal tak masuk akal,
walaupun prediksi cuaca yang disimpulkannya di lima puluh hari terakhir selalu tepat,
yang hanya tercoreng dua kali saja.\n\nNamun, dua kesalahan itu membawa banyak keluhan
yang ditujukan pada Annette. Karena Akademi merupakan badan pendidikan yang dibawahi
Dewan, penting bagi mereka untuk menjaga kehormatan dan kredibilitas baik Dewan maupun
Akademi. Para profesor pun akhirnya mengirimkan perintah pada Annette untuk kembali ke
sekolah dan mengulang pelajaran.\n\nAlhasil, malam ini menjadi yang terakhir bagi
Annette untuk bekerja.\n\nSeandainya ditanya, sebenarnya Annette tidak ingin pergi.
Walaupun loteng yang ditinggalinya, yang disiapkan oleh nelayan miskin, terasa tidak
senyaman asrama Akademi, namun dia merasa lebih tenang di sana. Terlebih lagi, sebelum
tiba di kota itu, dia berikrar untuk menggunakan sihirnya untuk menolong mereka yang
membutuhkan, dan dia belum memenuhi janjinya itu sampai sekarang.\n\nSebagai seorang
pemula, Annette sesungguhnya telah melakukan pekerjaan yang cukup bagus. Astrologi
bukanlah sesuatu yang mudah dipelajari, dan rasio kesalahan sebesar 4% terbilang
impresif. Namun, Annette sendiri memahami bahwa rasio kesalahan 4% di kertas tak bisa
disamakan dengan rasio kesalahan 4% di kehidupan nyata. Bagi para nelayan, rasio
kesalahan sekecil apapun tetap bisa berujung pada kematian.\n\nMemandangi langit
malam, dihiasi bintang kecil dan besar, Annette mengenang pertemuan yang terjadi
bertahun lalu.\n\nSaat itu sudah malam, dan Annette berada di perpustakaan. Hanya dia
yang ada di sana, bersama sesosok wanita bermata ramah. Dia sadar bahwa dia harus
belajar dengan giat, karena walaupun dia menguasai Teori Ilmu Sihir, dia tidak
menunjukkan performa yang sama baiknya di lapangan. Di akhir semester, hanya dia yang
belum mampu merapalkan mantera sihir dengan baik. Dia sangat menyadari hal ini dapat
membuatnya dikeluarkan dari Akademi.\n\nDia berupaya untuk mencari jawaban dari buku
yang ada, namun tak satupun yang membantu. Melihat tatapan wanita itu yang memberi
semangat, Annette akhirnya terdorong untuk meminta saran darinya.\n\n"Aku pernah
memiliki teman yang memiliki pemahaman Teori Sihir yang buruk—namun dia adalah salah
satu penyihir terbaik yang pernah kutemui," ujarnya.\n\nAnnette menatapi, dengan mulut
menganga.\n\nWanita itu tersenyum. "Sama seperti dirimu, aku pun terkejut, jadi aku
diam-diam melihat bagaimana dia biasanya berlatih ilmu sihir. Dan menurutmu apa yang
aku lihat? Temanku berdansa dengan api, selayaknya peri pecinta api. Dia berdansa
lepas, seolah bara api itu sudah menjadi dunianya."\n\n"Sihir yang sesungguhnya tidak
bergantung hanya pada kata-kata. Mengubur dirimu sepanjang hari di lautan buku tidak
akan mendekatkanmu dengan kebenaran. Kau harus mendekatkan dirimu dengan sihir
sehingga dia bersedia untuk menolongmu di saat kau membutuhkannya."\n\nBertahun-tahun
kemudian, Annette akhirnya mengetahui identitas sebenarnya dari wanita misterius itu
di sebuah upacara penghargaan. Sephera merupakan salah satu pendiri Magic Council, dan
sesosok legenda. Seraya Annette menerima penghargaan dari Sephera, kata-kata bijak
wanita itu terus terngiang di benaknya: "Berteman dengan sihir, dan menggunakannya
untuk menolong orang yang membutuhkan."\n\nItulah hal utama yang mendorong Annette ke
Kota Seasoul.\n\nTetiba, ada fenomena yang muncul di bintang. Annette menatap dengan
ngeri saat Bintang Kematian tergelap, selama beberapa saat, memancarkan sinar ungu
pucat dan pudar kembali. Meski hanya sekejap, mata Annette yang awas mampu melihatnya.
Sebuah topan bergemuruh—topan yang terlahir dari Rift nun jauh di sana dan perlahan
menyelimuti lautan.\n\nTak kenal ampun. Mematikan.\n\n"Temanku, sekarang aku
membutuhkan bantuanmu!" Dengan bahaya yang semakin mendekat, Annette memutuskan untuk
mengabaikan perintah Akademi. Dia menaiki sapunya dan terbang ke arah badai layaknya
kesatria pemberani.\n\nKeesokan paginya, para nelayan terjaga dan melihat perahu
mereka yang hancur berkeping-keping. Annette berbaring di tanah, benar-benar
kelelahan. Walaupun warga kota tidak melihat tindakan Annette yang penuh keberanian,
mereka masih bisa menerka hasil perbuatannya itu melalui apa yang mereka lihat, apa
yang telah dilalui Annette tadi malam. "Benar-benar penyihir yang hebat!" kata nereka.
Sikap mereka yang acuh nyaris saja mengenyahkan kawan paling setia yang mereka
miliki—namun untunglah, dia masih ada di sini bersama mereka.\n\nMasih ada waktu
untuk merenung.\n\nPenyihir yang semula akan menggantikan Annette, dipersilakan untuk
kembali ke Akademi. Dia tidak tahu-menahu atas apa yang telah terjadi, namun sang
Walikota menitipkan sepucuk surat tanda terima kasih, lengkap dengan tanda tangan
seluruh nelayan, untuk dibawa kembali ke Akademi. Sang Walikota tak hanya memuji
Annette atas apa yang telah dia perbuat, namun juga menyarankan kepada pihak Akademi
untuk mempromosikan dirinya menjadi Penyihir Resmi.\n\nDia juga menyampaikan berita
lain: nelayan Seasoul berencana untuk membuatkan menara sihir untuk Annette. Seasoul
memang hanyalah kota kecil yang serba kekurangan dana dan tenaga, namun mereka
berikrar untuk mewujudkan rencana mereka walaupun membutuhkan hingga tiga generasi
untuk diselesaikan, karena Annette telah berjanji untuk tinggal di sana
selamanya.\n\nSekarang, kapanpun saat Walikota menyebut nama Annette di suratnya, dia
selalu memanggilnya dengan rasa hormat.\n\nLord Annette.
29A316749940CD71_## = 02 Des
29BA930924FF386C_## = 09 Jan
29E71074D4726615_## = Kalian akan tunduk padaku.
2A51EE693AD465DC_## = Amily merupakan seorang pengkhianat.\n\nDi ujian terakhirnya,
dia bekerja sama dengan tiga kandidat lain dan membunuh lebih dari sepuluh pengawas,
termasuk sang instruktor. Keempat pengkhianat itu harus membayar mahal dan akhirnya
bermandikan darah. Namun, itu hanyalah permulaan. Segera setelah mereka meninggalkan
tempat kejadian, mereka harus bersembunyi untuk melarikan diri dari
organisasi.\n\nAmily sesungguhnya tak perlu melakukan itu. Dia bisa saja menjadi
pembunuh teratas selanjutnya di "Hands of Shadow" hanya dengan mematuhi perintah
organisasi dan membunuh saingannya dalam ujian. Sang pemimpin organisasi, Quillen,
menganakemaskannya dan bahkan menjanjikannya sebuah identitas yang bergelimang
ketenaran, kekayaan dan kekuasaan.\n\nSebagai sesosok yatim piatu, itu semua melampaui
apa yang diharapkan Amily, namun dia memilih untuk menjauhinya. Ini bukan hanya demi
kebebasan yang didambakannya, namun demi keyakinan bahwa adiknya, yang lama terpisah
darinya, masih menantikan kehadiran dirinya di suatu tempat di dunia. Dia sempat
berfikir untuk meminta bantuan organisasi, dan berlatih keras untuk mempermudah
usahanya. Namun, pada akhirnya, dia pun mengurungkan niatnya.\n\nHands of Shadow
bukanlah badan amal. Mereka mengumpulkan anak yatim piatu korban perang, kelaparan dan
bencana, membekali mereka dengan makanan, tempat tinggal dan latihan yang kejam.
Mereka bertarung dan membunuh satu sama lain untuk menjadi "benih", yang diharapkan
mampu menjadi mesin pembunuh yang berbahaya dan patuh.\n\nSesuatu yang bernama
perasaan tak memiliki tempat di organisasi itu. Amily menyadarinya dari bekas luka di
pinggangnya. Di ujian pertamanya, dia berdiri di hadapan temannya demi melindunginya,
namun yang didapatnya adalah tusukan pengkhianatan. \n\nSejak saat itu, dia menyendiri
dan memilih diam, lebih waspada dan fokus. Alhasil, dia mampu melewati setiap ujian
dan diperhitungkan oleh organisasi.\n\nBanyak pengawas yang juga meyakini bahwa Amily
membenci kaum non-manusia. Dia kehilangan keluarga beserta segala yang penting bagi
dirinya karena kampung halamannya dihancurkan oleh pasukan iblis Lokheim. Legiun Orc
dan Demigod dari Veda pun tak luput dari perhatian. Sebagai organisasi yang ekstrimis,
Hands of Shadow bertekad untuk melenyapkan semua non-manusia yang mengancam
keselamatan manusia. Mereka menganggap bahwa yatim piatu seperti Amily dapat dicuci
otaknya dengan mudah. Nyatanya, dia sepaham dengan beberapa ajaran mereka, namun dia
tetap mempertahankan rasa kemanusiaannya, berkat kerinduan dirinya terhadap adik
perempuannya.\n\nAmily berjanji di hadapan kedua orangtuanya yang sekarat bahwa dia
akan menemukan sang adik. Sepuluh tahun telah berlalu, dia hidup dalam persembunyian
dan tangannya berlumuran darah sesama pembunuh. Dia belajar untuk membangun dinding di
hatinya, dan berjanji untuk selalu mengingat janjinya itu. Sebuah benih pun muncul. Di
saat Amily teringat akan ketiadaan orangtuanya, adiknya, kebebasan yang didambakannya
atau ujian yang dilewatinya, benihnya itu semakin bertumbuh. \n\nOleh karena itu,
berbekal kemampuan dan ketahanan yang dibentuk selama bertahun-tahun, dia pun akhirnya
menghancurkan kekangan yang membelenggunya.\n\n"Kebebasan itu terasa manis!"\n
2ABDDFC9352CA3AA_## = Upacara kedewasaan Murad
2AC15B604DB6A0F7_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
2AC9F694203DB56F_## = Wiro
2AD1331D337C4DD5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
2ADC219EE55013D3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2AFD9A9D1392FD22_## = Magister's Council
2B55AE6772BFB38B_## = Terbilang kikuk.
2B8AB97091998823_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 - A
cquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2B8B5FFEEA8EECB0_## = Biografi Yena
2B945E212F5912CC_## = Convergence
2B96F2558C5544B7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2C1DF548B9D98820_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2C23CAEF5909C70D_## = Aku telah melihat sisi paling terang, dan terperosok ke sisi
tergelap dunia. Namun keyakinanku pada Cahaya tak pernah pudar, dan aku kan selalu
melindunginya sampai kapanpun.
2C3A45D171B44913_## = Richter
2C518B9AC93D7D7C_## = Fennik
2C591A51D7A298E6_## = Volkath
2CE73E2FCD6C02F4_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
2D1BD9A75173AB01_## = Sangat disiplin, selalu yang pertama bangun pagi.
2D22CC4152BBEEA7_## = Khawatir sulit mencari uang minum-minum.
2D32164816335546_## = The Ronin
2D50E6C5B08772A4_## = Pengawal Ratu
2D70D2974EA865B5_## = The Crescent Maiden
2D99370110108945_## = 26 AGU
2DABCC2F0AF863C9_## = The Black Apostate
2DB1F83EEA97405F_## = Saat Lu Bu masih kecil, seorang panglima perang yang terbakar
rasa cemburu membunuh ayahnya, demi merebut perhatian ibunya. Namun, saat panglima itu
menghampiri Lu Bu, ibunya melarikan diri. Sang panglima pun mengerahkan anak buahnya
dan ibunda Lu Bu bersusah payah untuk menyelamatkan diri. Akibat pengejaran itu, dia
menderita luka parah, namun besarnya rasa kasih sayang yang dimiliki dirinya untuk
sang anak mampu membawa dirinya ke suatu sungai.\n\nSesosok naga mendengar tangisan
sang Ibu dan menampakkan dirinya. Dia memohon kepada sang Naga untuk membawa dan
melindungi anak lelakinya. Sang Naga pun berkata bahwa dia hanya bisa membawa sosok
sejenis dirinya. Meski demikian, sang Ibu terus memohon dan memohon. Akhirnya, sang
Naga pun bersedia. Namun, ada resiko yang harus ditanggung; jika Lu Bu dibawa, maka
dia akan menerima suatu kutukan dimana darahnya akan bercampur dengan darah naga, dan
hal itu tak bisa dipandang sebelah mata. Dengan sisa nafas terakhirnya, sang Ibu pun
bersedia menerima persyaratan yang diberi sang Naga.\n\nSemburan api sang Naga
membakar seluruh prajurit utusan panglima perang itu, dan kemudian, dia pun membawa Lu
Bu lalu menghilang ke kedalaman sungai. Di bawah bimbingan sang Naga, yang sudah
dianggap Lu Bu sebagai ayah sendiri, anak lelaki tersebut tumbuh menjadi sesosok
lelaki berkarisma. Sang Naga mengajarkan ilmu dan taktik beladiri kuno serta
menganugerahkan baju zirah yang terbuat dari sisik naga. Lu Bu begitu menghormati dan
menyayangi sang Ayah, namun Lu Bu tak menyadari rencana jahat yang dipersiapkan sang
Ayah.\n\nNaga itu memanfaatkan rasa benci yang dipendam Lu Bu terhadap panglima yang
membunuh keluarganya, dan ingin menggunakannya untuk mempengaruhi Lu Bu hingga membuat
dirinya membenci manusia. Dia yakin bahwa Lu Bu mampu menjadi sosok yang sempurna
untuk melancarkan usahanya menjadi penguasa umat manusia.\n\nSaat Lu Bu akhirnya
kembali ke dunia manusia, tindakan pertama yang dilakukannya adalah memburu sang
Panglima. Lu Bu pun bergegas dan akhirnya tiba di kamp sang Panglima. Kekuatannya tak
tertandingi dan kemampuannya untuk menciptakan dan mengendalikan api memungkinkannya
untuk membunuh penghuni kamp, hingga hanya sang Panglima yang tersisa.\n\nSaat Lu Bu
menghampiri sang Panglima, sosok yang paling dia benci, terjadilah sesuatu yang tak
terduga. Sesosok pelayan muda muncul di hadapan Lu Bu. Dia begitu anggun layaknya
burung bulbul namun nampak tangguh layaknya seekor singa. Dialah Diao Chan, gadis yang
kelak menjadi inspirasi para penyair. Tak sanggup menghadapi kecantikan dan kelembutan
hatinya, hati Lu Bu pun sekarang bukan miliknya lagi: Diao Chan berhasil
mendekapnya.\n\nDiao Chan berhasil meyakinkan Lu Bu untuk menjauhi tempat yang
dipenuhi aroma kematian itu, dan mereka pun pergi ke sebuah hutan kecil nan magis.
Diao Chan dapat merasakan api yang membara di dada Lu Bu, dan menghabiskan beberapa
minggu demi meredakan amarahnya. Saat Lu Bu berhasil mengenyahkan amarahnya, Diao Chan
menyadari bahwa hatinya sekarang bukan miliknya lagi: Lu Bu berhasil
menaklukannya.\n\nSelama beberapa saat, keduanya hidup dengan tenang dan bahagia,
hingga suatu hari, sang Naga menampakkan diri di hutan itu. Dirinya dipenuhi rasa
amarah saat menyadari bahwa Diao Chan telah merebut trofi miliknya; tindakan Diao Chan
telah mengacaukan rencana besarnya. Dia membentak Lu Bu di hadapan sang kekasih,
menuntut agar dirinya mencampakkan halusinasi yang ditanamkan wanita jalang ini di
kepalanya. Sang Naga memerintahkan Lu Bu untuk kembali ke sisinya demi mewujudkan apa
yang sudah ditakdirkan untuknya.\n\nUntuk pertama kali dalam hidupnya, Lu Bu
membangkang ayah angkatnya. Lu Bu mengenal apa itu amarah, dan apa itu cinta, dan
akhirnya dia memilih cinta. Hal ini begitu mengusik sang Naga, dan dia menyesali
segala hal yang dikorbankannya hanya untuk berujung pada akhir yang sia-sia. Api
menyembur dari hidungnya seraya dia menerkam Lu Bu, namun dia menemukan lawan yang
sepadan dalam diri Lu Bu, sosok berdarah Naga. Dia berada di atas angin untuk beberapa
saat, sebelum Diao Chan bergegas mendekat dan meletakkan tangannya di pundak Lu Bu,
dan kekuatan yang besar pun mengaliri raganya. Bersama-sama, mereka berhasil membunuh
sang Naga, yang akhirnya mampu memberi mereka kebebasan.\n\nSaat pertarungan usai, Lu
Bu dan Diao Chan pun beranjak pergi bersama mengarungi dataran tinggi. Legenda yang
menyelimuti Lu Bu berhasil meyakinkan banyak pihak untuk mengabdi padanya, dan dia pun
menjadi salah satu panglima perang termahsyur di penjuru Athanor. Selama Diao Chan ada
di sisinya, dia tak akan terkalahkan.
2DBA05F37E16089F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2DD4553C3D4B8193_## = Cloud Palace
2E2939B2070A4123_## = Shadow Worms memangsa jiwa dan raga.
2E6C583E295AFC24_## = Veda
2E8BE1F3FADDF86A_## = Horizon Sea
2E8E0A46A643F13D_## = Roxie
2EA524D5DBA61557_## = Kemenangan adalah harga mutlak. Ayo kita bertarung bersama,
mengukir seni berperang kita sendiri.
2EAA5988CA2CC9AB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2EEC0EB701DF4DE3_## = Zill pertama kali melihat Tel'Annas di upacara penobatan sang
ratu. Dia masih muda, dan berkarisma dan bersemangat, jauh berbeda dari kebanyakan
bangsawan Elf. Dan tanpa disadarinya, dia sulit mengalihkan pandangan saat sang ratu
ada di sekitar dirinya...
2EEDF3D4C7A5BC34_## = The Kunoichi
2F150898AD81C684_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
2F29C495AC7E28FB_## = Richter bertemu Eland'orr dalam perjalanannya, dan begitu
mengagumi kemampua bersajak sang Elf. Mereka pun berteman.
2F2E302CF1818A7F_## = 38 MAR
2F7CB754495E7B1C_## = Tel'Annas stood unmoving and lifted her eyes to the sky. Her
loyal mountain eagle continued to climb, its flesh shredded by the innumerable Shadow
Worms that still clung to it, their black now mixed with red blood.The great eagle
took one glance at the ground. Seeing that the elven queen was safe, it cried loudly
in triumph and in farewell, then spread its wings one last time, riding upon the winds
and through the dark clouds that covered the valley, so that its final memory would be
of the glorious sun shining bright, which no evil could truly dim."This is no time to
mourn, my queen." Y'bneth's low, rumbling voice was gentle, but firm."I know."
Tel'Annas looked back towards the carnage left behind by the battle, and her eyes were
strong and resolute. "Not one Shadow Worm shall leave this valley alive this day!"
2F864BF2B994987D_## = Probe
2F8920A71D963EDB_## = Biografi Azzen'Ka
2FBD55C3B2BDB63E_## = Jangan mundur, jangan berpaling.\nTerjang, dan kuasai dunia!
2FD4A34FE6370DE9_## = Rayu bandit dan curi air mereka
303C0D65F8BBF8EE_## = Tulen
3066A957668773AA_## = Ratu Elf
309045C8EB7344D8_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
30A80B188B74585F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
30B60F07FDAED050_## = Astrid
30D46C7ED5388252_## = Kingdom of Okka
30F1AA79EEF1B821_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
30F234C8B9982A8B_## = Afata
31014ACAEDAB1330_## = Kekasih
31266DE885EA5A59_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
312B3FA59250BA6C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3136CB89B692A770_## = Kamu alergi hewan peliharaan? Tentu tidak!\nKamu suka merah
muda? Tentu iya!\nKamu temanku, dan teman Furball, selama-lamanya!
3191DA10537F66CD_## = Enzo
319D472212091715_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
31A68DDFB38E8BDA_## = Dark Lord Reborn
31AEDCD63F2EEEC4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
31DD9AF2524C5086_## = Kendalikan Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200>{1}/{2}</color>
31E71692E0C159B5_## = Bertarung? Membunuh? Lebih baik kita pulang, dan tidur sampai
pagi. Pikirkan masa depan saat waktunya tiba.
31ED66A5A61B31CF_## = The Speed Demon
3204D95DEE364101_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
3228FA02032B1655_## = Shadow Hand
324FCAF2D404A662_## = The Dragoon
3252D41D5471C3AF_## = Prologue
325430F7E34825D4_## = Biografi Moren
325C09B3DB2E3D45_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
325E08C4AABD3BEC_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
32CA32DD6645F1AB_## = Errol
33092CDC52BE41E7_## = Diao Chan
331FA3C6C427EBB4_## = 20 Sep
333B9303E5881F8C_## = Tak begitu mempedulikan yang lain selain sang ratu.
338EE9822764F9B2_## = Sea of Light
33936BAFF560A402_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
339C66F5A12F188F_## = Tantangan
33CB2C7486CCE5D0_## = Dia mengenakan topeng bukan untuk menyembunyikan identitas,
namun karena alergi serbuk sari.
33E191A1CF94C820_## = Zephys
342515E0BC5AEBFD_## = Biografi Ryoma
34289DCEB611D4CE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
343A246F853200DA_## = Banyak iblis yang menjauhi Shadow Valley karena takut akan
amukan Omen.
345161628206AC1C_## = Ratu Elf
3451BB71312FCAF1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
347F8766B447791B_## = Omega
34932428F35FA208_## =
34A01A993896A321_## = Berlokasi di timur Mt. Orphean, pegunungan ini dikenal berkat
sumber daya bijih besi yang berlimpah serta pengrajinnya yang berbakat. Namun banyak
penghuni yang meninggalkan area ini, sehingga yang ada hanya tambang dan perbatasan
kosong.
34B346DA6CEF64CB_## = Lumburr
34BA1D7E1BFB4A3B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
34D389863144B825_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
34DB8691D551D47B_## = Memperbaiki Artefak
34F22946BA0473E9_## = Sang Playboy
35287CB70BEA1842_## = Verno Forest
35B6C2B25AECCC35_## = Terlahir di keluarga biasa di South Norman, Annette diterima
Magic Academy berkat kerajinannya. Dia diutus ke Seasoul Town untuk menjalankan tugas
magang, namun peduduk kota memandang kemampuannya sebelah mata, dan bahkan akibat
kesalahannya dalam memperkirakan cuaca, dia hampir ditarik kembali pihak Academy.
Namun di malam kepulangannya, dia mampu memprediksi badai yang akan datang, dan
seorang diri menyelamatkan kota dari kehancuran. Berkat jasanya itu, masyarakat kota
pun mulai mempercayainya.\n\nKini, Annette pun secara permanen ditempatkan di Seasoul
Town, sebagai penyihir sesungguhnya.
35BE13E58B1519F4_## = Sayapnya yang terkoyak benar-benar jadi pukulan telak.
35DD252624B3712E_## = Death Bay
35DDF8B494B6A2AF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
35DE03C6D29E8479_## = Lu Bu
362120B403226D8D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
363FDAA629556785_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3669BC579E97E0B6_## = Omega
366AE2C5D8D8E8C6_## = Omen tinggal seorang sendiri Shadow Valley.
3678D09F28A2FA46_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
368AAC6598ACD237_## = Terletak di teluk alami yang terbentuk antara Elborne Woods dan
Seine Peninsula, Seine Harbor dijadikan pelabuhan militer utama, yang menghubungkan
Elborne Woods dan Verno Valley.
3694F9EB23DF5937_## = Penguasa Lokheim, pemimpin tinggi
369750982581CFC7_## = 52 MAR
36A6A725477D7158_## = Kingdom of Norman
36AF688E7C9DD97A_## = Kriknak yang setia bersedia melakukan apapun dan memberikan
semuanya demi sang majikan, bahkan untuk jadi sasaran amukan Marja sekalipun.
36BBFB8432C7354C_## = Kingdom of Okka
36CD52FD8C13533A_## = Momen favoritnya adalah kehadiran buku baru.
36DF9CE8141B025B_## = Silverwing Castle
36EDAF55AB5E76EA_## = Valhein tahu betul betapa mahalnya baju milik Violet.
36F008855BD27744_## = "Sang pengantar kematian yang berkeliaran diantara makhluk
bernyawa. Sesosok pembunuh yang tersembunyi di balik bayang-bayang."\n\nSulit
mengatakan apakah Kriknak tinggal di alam kehidupan atau kematian, karena makhluk ini
berkeliaran dengan bebasnya di medan pemakaman, memperkuat dirinya dengan menghisap
energi dari raga yang membusuk, walaupun dirinya sendiri pun memiliki raga dan jiwa.
Sudah tentu, hal-hal seputar kehidupan atau kematian tak pernah mengganggu pikiran
Kriknak. Satu-satunya yang menarik perhatiannya hanyalah perintah sang majikan, Marja
the Ash Weaver.\n\nSebagai pengikut Marja yang setia, Kriknak bersedia untuk melakukan
segala hal yang dikehendaki sang majikan. Tak terkecuali saat dirinya harus menghadapi
Claves Sancti yang berada di tangan Thane, Kriknak tetap berdiri teguh di hadapan
majikannya dan memanfaatkan tanduknya yang besar untuk menghadang serangan yang
datang. Namun, tanduk ini pun akhirnya hancur karena tak mampu menahan tebasan Thane.
Meski demikian, kesetiaan Kriknak terbayarkan dengan adanya kepercayaan dan hadiah
yang diberikan Marja.\n\nMarja memberi imbalan dengan mengeluarkan sebuah tanduk yang
mampu memulihkan energi Kriknak yang terkuras habis, dan menempelkannya pada Kriknak
menggunakan energi spiritual yang kuat. Seraya Kriknak menyatu dengan tanduk barunya,
hal yang sama terjadi antara jiwa Kriknak dan Marja.\n\nSekalipun mereka terpisah
jauh, Kriknak akan selalu tahu apa yang ada di benak sang majikan, dan tak akan
membuang waktu untuk melaksanakan segala perintah yang diberikan padanya.
371A52F75B143253_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
37309C56D416A54D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
373B81D92A683231_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
3744BD747251EC20_## =
37772FC502D1B7BD_## = Shadow Prison terletak di barat daya kaki gunung Mt. Orphean.
Marja berada di lubang terdalam di mana cahaya matahari tak bersinar, dan dia tak lagi
ingat sudah berapa lama waktu yang dilewatkannya di tempat itu.\nSepuluh? Lima puluh?
Lima ratus tahun? Rasanya tak penting\nTak terhitung jumlah Shadow Worms yang
menggerogoti tubuhnya, pelan tapi pasti mengikis raganya, kekuatannya, jiwanya.
Sekujur tubuhnya dipenuhi luka, bahkan menampakkan tulang-tulangnya."Yang Mulia, Anda
tak pantas melihat ini..."\nMarja mendengar suara pintu terbuka, dan kemudian ada
seseorang yang berdiri di hadapannya, menatapinya tanpa kata. Dia adalah
Ilumia.\n"Demi Cahaya, menyedihkan sekali. Aku datang untuk memberi tahu...lupakan
Volkath dan berikrarlah untuk selalu setia pada Veda, dan aku akan membebaskanmu dari
dosamu."\nMarja tertawa, dengan suara yang dipaksakan. Nampaknya ratusan tahun tak
cukup bagi Ilumia untuk belajar kerendahan hati. "Mem...bebaskan? Kau pikir...kau
itu...siapa?"\nIlumia menghela nafas. Yang ada di hadapannya hanyalah sesosok hitam,
berselimutkan aroma kematian, dengan rupa yang jauh berbeda dengan sosok terdahulunya.
Kepintaran dan kecerdikan Marja yang dulu memikat Volkath, kini seakan lenyap dan
tergantikan oleh kebencian.\nIlumia berbalik dan beranjak pergi. Ucapan sang pengawal
benar adanya. Tak sepantasnya di ada di sini.Makan...makan...\nPuaskan dirimu...penuhi
dirimu...\nSeolah menjawab panggilan Marja, Shadow Worms menggerogoti jiwa dan
raganya, menyantap jiwanya.\nLalu sesuatu yang aneh terjadi. Kenyang, Shadow Worms
yang gemuk dan menggembung terbelah akibat ribuan sayatan, dan muncullah sesosok
cahaya ungu menyeramkan dari dalam, yang menyinari sisa-sisa tubuh Marja. Kabut hitam
menyeruak dari Marja, menelan cahaya itu, dan semua kembali hening.\nPenjaga yang
waspada mengepung tempat itu, namun tak melihat adanya keganjilan. Seolah-olah tak ada
yang terjadi.\nLalu salah satu dari mereka berteriak ketakutan, "Wajahnya! Lihat
wajahnya!"\nMenggunakan cahaya obor, mereka melihat kulit wajah Marja yang kering dan
tak bernyawa mengelupas layaknya lukisan tua, dan di hadapan mereka kulit dan tubuh
yang baru mulai terbentuk.\nMarja mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya, yang
sekarang terasa mulus seolah hukuman beratus tahun itu tak pernah ada. "Ada apa dengan
wajahku? Kalian membencinya?"\n"Cepat! Lepaskan Shadow Worms!"\nPara penjaga
merapalkan mantera kuno, namun Shadow Worms tak bereaksi sama sekali. Selama berabad-
abad, Marja perlahan menyerap kekuatan yang ditinggalkan Volkath dalam dirinya, dan
kini Shadow Worms telah jadi bagian dari dirinya.\n"Apakah kalian lapar, anak-anakku?
Ayo, santaplah sesuka hati kalian."\nShadow Worms menyeruak dari diri Marja, mengubur
para pengawal begitu cepat. Dalam sekejap, mereka lenyap negitu saja - Shadow Worms
telah sepenuhnya menyantap seluruh raga mereka, bahkan tak sehelai benang pakaian pun
tersisa.Marja tersenyum. Bebas rasanya menyenangkan. Rasanya sudah begitu lama dia
mendambakan bahkan secercah cahaya matahari di lubang gelap ini. Dulu dia berteriak,
menangis, berputus asa, membenci Cacing menjijikan itu, takut akan kekuatan asing
dalam dirinya, dan membenci mereka yang menodainya.\nKini dia tak perlu mencari cahaya
lagi. Kini dia tak perlu takut akan kegelapan lagi. Dia akan bangkit dan
mendekapnya.\n\n- Selesai -
379A15BBC44348BE_## = Purifying Blade
37AD7A52308BECDA_## = Butterfly selalu berhasil menjalankan misi.
37C94C08934E0DAA_## = Biografi Quillen
37CD877D8603BBB2_## = Tak ada yang seperti diriku di Lokheim!
37E33361CBC6C602_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
37E8EA0934B0F4D1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3816E58322B542A9_## = The Seer
3830D0596C34946F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
383304DE87755903_## = Montes
38523FE32557262A_## = Aku mau pelihara satu anjing besar, dan banyak kucing.
38593C40617C3B35_## = Maelstrom
387DC817BE8A633C_## = "So, you expected me to fail?" Hayate said wryly."Hope for the
best and plan for the worst, that's all," replied Mganga."But you know I won’t join
you. All I wanted was to keep Mist Island out of the coming war. I didn’t get the
Dragon Blood that I promised, and now I never will… I’m of no use to you, or to
anyone for that matter.""The Queen’s orders are to bring you back safely. Her plans
for you are not for me to reveal, but fear not – a bottle of water may be worthless
at the riverside, but worth its weight in gold in the desert. Your value is not for
yourself to decide.""Perhaps..." Hayate closed his eyes and let his mind and body
relax. Both had been stretched to the limit until now."Make yourself comfortable.
We'll be there by tomorrow." Mganga turned back towards the front and stroke the back
fin of the Spineback Megalodon, which swung its tail and began to accelerate towards
the bottom of the ocean that sunlight could not penetrate.Badly wounded in his battle
with Xeniel, Hayate only escaped from the Dragon Tower thanks to Mganga's
intervention. The numerous voodoo traps that Mganga laid across Mist Island delayed
their pursuers and bought valuable time for them to escape.While Hayate meditated,
Mganga laid back on the shark's massive fin. The Spineback Megalodon was the greatest
predator in these parts of the ocean, its powerful jaws equipped with a hundred razor-
sharp fangs, capable of crushing any prey, while its tough and spiny armor protected
it from harm. It was engineered by Veera and served the roles of both transport and
combat - the Rune engraved on its fins emitted magic bubbles filled with air, allowing
it to carry passengers into the deep ocean.Mganga had a part in the creation of this
creature as well, for it was an extension of his researches into combining the
creatures of Athanor with that of Lokheim. The availskill of such an effective means
of escape was key to Mganga's contingency plan, which proved very necessary.Even so,
he fumed over the shame of fleeing from Xeniel's pursuit, and he quietly swore to
avenge this defeat.Before nightfall, Mganga and Hayate had passed through a tunnel in
the seabed, arriving at a forward base hidden deep inside the earth, where Veera
commanded the Corrupted legions in Athanor.Not everything went according to plan,
however."It seems that Lady Veera is away in the north reorganizing the forces there
after the last setback, leaving Lady Marja in charge for now. My plan was to introduce
you to her after Lady Veera returns, but Lady Marja has heard about you, and she
insists that I bring you to her," said Mganga in resignation. "I have not had much
contact with Lady Marja myself. The rumors say she can be...temperamental. Watch
yourself in her presence.""Understood," nodded Hayate. "As the master of the house
wishes.""Master of the house, huh?" Muttered Mganga. "Perhaps it's not so far from the
truth...she's His companion, after all."Meanwhile, at the command center..."Have you
done as I said?" A raspy female voice echoed through the vast cavern, a voice which
permitted no dissent or excuses."Exactly as you commanded.""Excellent, Zephys. I can
always count on you to do your job.""Of course, Your Holiness," said Zephys with a
confident smile. Old habits die hard, and he continued to address Marja as he had
during their time at Veda.The underground city was built similarly to human cities,
with various city facilities and residential areas surrounding the central keep. Marja
disliked the crowded and cramped city, however, and she took up residence in a
spacious cavern nearby, from where she handled the city's administrative matters while
Veera was away, while her bodyguard Kriknak enjoyed the cavern's original owner for
dinner."Hold on," said Marja, stopping Zephys who was about to leave. "I'm expecting
an interesting visitor. I want you to have a look at him."Hayate followed Mganga
through the tunnel, Hayate maintaining the exact same distance from Mganga at all
times, the length of an arm. This was the product of many years of habit, close enough
to exert pressure on his counterpart, far enough for him to react if he needed to. At
this distance, Hayate's explosive power was unrivalled.For his part, Mganga strutted
proudly along, seemingly oblivious to the pressure that Hayate was exerting. This was
home ground, after all, and Mganga was confident that he could stop Hayate if the
ninja tried anything funny. Right now, he was more concerned about the political game
of chess that Veera and Marja were playing. Veera would not be happy to see the seeds
she sowed reaped by another, that was for sure. "So, you gave that god-forsaken
immortal dragon the shock of a lifetime? That's good to hear!"
389A288D7016181B_## = Superman
38B3EFB0D94AD07D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
38B470CB75B27E38_## = Cathedral
38C057F9EAE86FFF_## = 173cm
38F6766957CF287F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
390736349152B9DE_## = Murid baru Magic Academy
3907EBC85D909276_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
39360BDA6996EC28_## = Dewa atau iblis, aku tak takut.
396A4ED989067F1A_## = The Great Warlord
39C8F60E4236C598_## = Aku tak akan mudah menyerah!
39EEBBA8BE0DC9C9_## = Penerus Tahta
39FB411A5889AD4A_## = Biografi Zuka
3A2C0254B5F599ED_## = 25 AGU
3A4FDECBABC0CC7D_## = 45 MAR
3A59B9C7417B7AE3_## = Heretic's Bane
3A59DC3E13119EA2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3A7B7F0D4CA19589_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
3A8993BB60B03014_## = Di sebuah planet yang hampir punah, Krypton, terdapat sesosok
bayi bernama Kal-El diletakkan di dalam sebuah roket untuk diselamatkan dan dikirimkan
menuju planet Bumi yang begitu jauh. Menjadi satu-satunya penghuni yang selamat, Kal-
El diasuh oleh pasangan petani-Martha dan Jonathan Kent-yang menamai dirinya Clark dan
mengajarinya budi pekerti luhur yang berujung pada kelahiran sesosok pahlawan bernama
Superman.\n\nSeiring pertumbuhannya dari anak kecil menjadi remaja, dan kemudian
mejadi orang dewasa, radiasi yang dipancarkan matahari ke Bumi menganugerahinya
kemampuan luar biasa, termasuk kekuatan, dan kecepatan super, hingga kekebalan. Dia
juga mampu terbang, dan juga memiliki kekuatan penglihatan sinar X, panas,
mikroskopis, dan teleskopis. Namun, rasa terisolir muncul berdampingan dengan
keinginannya untuk menolong makhluk Bumi dari kekacauan dan membantu mereka meraih
potensi tertinggi. \n\nWalaupun dia sudah menganggap Bumi sebagai rumahnya,
sesungguhnya ini bukanlah tempat asalnya. Sadar bahwa tempat asalnya, planet Krypton,
sekarang hanyalah debu bintang dan reruntuhan solar, menahan diri Superman untuk pergi
terlalu jauh dari Bumi. \n\nSemuanya berubah di satu hari di musim gugur, saat
Superman berhadapan dengan salah satu mush besarnya. Brainiac, sang penjahat, yang
diberkahi kekuatan asing, turun ke Bumi bersama armada robot Drone canggih. Superman
harus mengerahkan segala kekuatannya untuk mengalahkan Brainiac. Ketangguhan the Man
of Steel akhirnya menjadi pembeda, dan sebelum mengalahkan Brainiac, sinar X miliknya
menangkap sesuatu yang beraura terang dan bersinar. Superman melepaskan batu yang
berkilauan dari baju pelindung Brainiac dan merasakan lonjakan kekuatan yang mengaliri
tangan hingga urat nadinya. Seketika dihinggapi rasa ragu atas kekuatan benda
tersebut, Superman bergegas ke Fortress of Solitude untuk menganalisa artifak langka
tersebut. \n\nKomputer Fortress of Solitude tak mampu menemukan pembanding yang mirip
dengan zat pembentuk artifak tersebut. Namun, ada satu petunjuk yang tertinggal:
catatan yang ditinggalkan ayah Kal-El, sang ilmuwan dari Krypton. Superman menyadari
bahwa ayahnya pernah meneliti artifak yang sama, yang dinamai Andura Shard. Objek ini,
yang mampu memberi kekuatan pada Brainiac untuk menguasai Bumi, hanyalah sebongkah
kecil dari bongkahan yang lebih besar! Andura Shard berasal dari suatu dunia yang
bernama Athanor, jauh melampaui Phantom Zone. Banyak ilmuwan Krypton yang menghina
keberanian Jor-El untuk menyatakan bahwa dimensi paralel memang ada, dan klaim paling
berani dari dirinya, bahwa sihir yang terpancar dari Athanor sejatinya terhubung ke
dunia nyata, nyaris menghancurkan karir profesionalnya. \n\nNamun Jor-El memang benar.
Seraya Superman terus mengkaji arsip yang ada di Fortress of Solitude, dia menyadari
bahwa orang Krypton kuno pernah menjelajahi galaksi demi mencari Andura Shard, dan
mungkin saja pernah mengunjungi Bumi sebagai bagian dari pencarian. Namun, di tengah
upaya pencarian Superman di Fortress of Solitude, terungkap bahwa Brainiac berupay
sangat keras untuk mencari Andura Shard dan, jika dia berhasil memegang sumber utama
kekuatan besar ini, seluruh penghuni Bumi akan berada dalam bahaya.\n\nSuperman pernah
kehilangan satu dunia: dia tak ingin kehilangan lagi. Alhasil, the Man of Steel
mengembangkan sayapnya ke penjuru galaksi demi mencari Athanor dan Andura Shard. Dalam
petualangannya demi melanjutkan warisan sang ayah, tak lama lagi dia akan mendapatkan
peran lain sebagai pelindung dunia lain yang membutuhkan kebenaran dan keadilan.
3A9EECD978C932F9_## = Penyihir Regional
3AA88AC1F53CEB6A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3AB9191B040B0926_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3AE6D017CF8FACA2_## = Ishar
3B115DC792F9A238_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3B369EE879738E81_## = Sangat benci suara bising.
3B39B399CE8B5FBB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3B4DF4C4CEAE189A_## = Selalu tenang, tak pernah marah.
3B6088A5A4CFEB22_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
3B77A1615E5EE55E_## = Biografi Mganga
3B852F571CA23F22_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3B8C0D0DE8FF867B_## = 27 AGU
3B9CA93A068138B5_## = Aleister
3BA7DAB18AC9635E_## = 46 MAR
3BEFB78C3ED51B53_## = The Dark Knight
3C51F56B903AA951_## = Afata
3CE6B67299D6331A_## = Helios Empire
3D294D3A7F5C6130_## = Ilumia meniru Marja
3D323F761F366104_## = Tak Diketahui
3D97B9A1604202F0_## = 170cm
3DD9570378CD4BCC_## = Elven Queen
3DDE75408881B0F9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3DFD6E7971872926_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3E0B6DAC42589CAB_## = Bidang Keuangan dan Perpajakan
3E47C5BFD3C01F0E_## = The Spirit
3E4D007DCE91880F_## = Biografi Ignis
3E6B8C0DEAB66F0A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3EA638DF328D7915_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3EC0C896D39BE68E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3EC82C2588F248F1_## = “Boom!†\nSebuah ledakan mengguncang Kazell. Rupanya,
Persenjataan Videl menjadi dalangnya seraya menebar bara api yang menerangi langit
malam.\n\nCapheny tak punya waktu untuk mengagumi karyanya. Sesosok merah muncul dari
bayang-bayang, menguntit tiap gerak-gerik Capheny.\nEnam bulan lalu, Capheny kembali
dari studinya di Mildar, bergabung dengan Videl Institute, tempat kedua orangtuanya
bekerja. Purwarupa yang dia bawa pulang, bersama dengan teknologi Exoskeleton-nya
membawa solusi atas permasalahan suplai tenaga untuk proyek OICW. Selain itu, hal itu
pun membuka jalan terbentuknya produksi massal.\nVidel Military Industries merupakan
perusahaan terbesar yang bergerak di bidang industri militer di Confederation.
Kegiatan produksi dan penjualan senjata secara ketat diatur oleh hukum federal yang
bertujuan agar hasil produksi dapat dipergunakan di perang secara sah dan semestinya.
Walau demikian, selalu saja ada pihak tidak bertanggung jawab yang mengabaikan aturan
seperti itu — bagi mereka, aturan hanyalah halangan kecil, yang bisa diabaikan demi
mencapai tujuan jahat mereka.\nCapheny tak pernah membayangkan bahwa proyek OICW
didukung oleh organisasi radikal, “Shadow Hand†, atau bahwa orangtuanya merupakan
bagian dari organisasi tersebut. Organisasi itu menyokong proyek OICW agar mampu
membangun pasukan militer yang kuat, yang dapat digunakan untuk membunuh secara
massal. Target pertama Shadow Hand adalah Mildar, tempat Capheny menimba ilmu. Kota
itu merupakan rumah para ahli perakit, seperti Moren dan pabrik rakit mapan, sumber
daya yang begitu bernilai di mata Shadow Hand.\nSaat akhirnya dia mengetahui kenyataan
yang sesungguhnya, Capheny disekap oleh orangtuanya sendiri. Capheny tak tahu apakah
mereka membiarkannya hidup karena masih menganggap dirinya sebagai anak mereka, atau
apakah demi memanfaatkan ilmu yang dimilikinya. Apapun alasannya — yang terpenting
adalah bahwa dia masih hidup, dan jika dia masih hidup, dia memiliki peluang untuk
menyelamatkan diri. Membongkar kunci dan bertarung hanyalah beberapa keahlian yang
diperolehnya di Mildar.\nNamun, senjata favoritnya adalah senjata api. Mengendap-endap
ke pusat produksi berkat bantuan kartu aksesnya yang masih aktif, dia berhasil mencuri
mesin purwarupa dan melepaskan kekuatan penghancurnya ke mesin yang masih dirakit. Hal
itu dirasa menjadi cara yang lebih cepat dan efektif untuk menghentikan rencana jahat
dibandingkan mengandalkan hukum beserta investigasinya yang memakan waktu dan tak
tertutup kemungkinan untuk tak membuahkan hasil.\nTentu saja, rencananya ini bukan
tanpa halangan. Ada hal darurat lain yang harus dikhawatirkannya selain pelanggaran
hukum federal, yaitu sosok merah yang sedang mengejarnya. Capheny tak perlu menengok
ke belakang untuk merasakan sosok yang jahat dan menyeramkan.\nCapheny tertuju pada
Mildar tanpa menyadarinya. Di sana, dia dapat bertemu dengan sosok yang dianggapnya
teman di dunia ini, orang-orang yang mampu meredakan rasa sakit akibat terpisah dari
kedua orangtuanya dan rumahnya — rumah yang tak akan pernah dikunjunginya
lagi.\n“Belum lelah?†\n\nDengan tawa kecil, sosok merah itu melompat ke depan,
menyusul Capheny.\nRambut merah tua panjang menutupi setengah wajah wanita yang pucat
itu. Kedua matanya pun berwarna merah cerah, sosok yang menakutkan di bawah sinar
rembulan. Namun, yang terasa lebih menyeramkan adalah pecut yang digenggamnya, yang
menari di malam gelap layaknya kobra yang mencari mangsanya.\nSeandainya orang tua
Capheny ada di sana, mereka bisa memberi tahu siapa sosok tersebut: Veres, sang
pembunuh dari Shadow Hand yang sedang naik daun.\n“Kau tak akan bisa menangkapku
hidup-hidup — satu langkah lagi dan aku akan mengaktifkan sistem penghancur diri
mesin ini!†kata-kata Capheny terdengar berani, namun jantungnya berdegup kencang,
nafasnya terengah-engah. Andaikan dia mendengarkan saran Wisp, yang menyarankannya
untuk memasang sistem peledak diri di mesin tersebut. Ironinya begitu terasa, bahkan
di saat menegangkan ini.\n“Tenanglah. Bukan kau yang aku incar.†\n\nVeres, di lain
pihak, mengabaikan ancaman Capheny.\n\n“Aku hanya ingin bertemu orang yang
menyelesaikan pekerjaan membosankan itu.†\n“Apa?†\n\nCapheny kehilangan kata-
kata. Tak diragukan lagi, Veres berasal dari Shadow Hand — wanita yang membawa
simbol organisasi itu bersamanya, seperti halnya orangtuanya.\n“Aku berhutang
padamu, jadi aku tak akan membunuhmu — kali ini. Kesepakatan yang bagus, kan?â€
\n\nVeres tahu bahwa Capheny bukanlah anggota organisasi. Dan tak mungkin rasanya
Quillen mengutus agen lain selain dirinya. Jelaslah bahwa Capheny merupakan musuh
organisasinya.\nNamun Veres tak terlalu mempedulikannya. Capheny telah membantu
menyelesaikan pekerjaannya. Dan, lagipula, tak ada yang melihat.\n“Ingat — lain
kali kau tak akan seberuntung ini.†\n\nVeres melambaikan tangan dan menghilang di
kegelapan malam.\nCapheny jatuh terkulai lemas. Dia terduduk, keringat dingin
membasahi punggungnya. Dia terlalu muda untuk memahami sisi gelap dunia politik,
ataupun merasakan adanya konflik internal yang berkecamuk di Shadow Hand yang tersirat
dari perkataan Veres.\nHanya satu yang ada di pikirannya.\nPulang. Kembali ke Mildar.
Kembali ke dunia yang cerah itu, yang jauh dari kegelapan.
3ED190BEE84A2F09_## = Errol terlahir diselimuti kemiskinan, jadi yatim piatu di usia
muda. Supaya tetap hidup, dia dan kakak laki-lakinya menjalani eksperimen tak
manusiawi, bergabung dengan pasukan Jenderal Edmond yang berisikan Demon Hunter yang
juga menerima rekayasa sihir pada tubuh mereka. Errol sanggup membuktikan di
peperangan melawan iblis Abyss di selatan.\nMeskipun meraih kejayaan dalam perang,
Errol sesungguhnya tak bermental kuat, dan kematian sang kakak yang berkorban nyawa
demi dirinya, benar-benar membuatnya hancur. Celah ini dimanfaatkan secercah arwah
Volkath untuk bersemayam dalam pikirannya, dan mulai membisiki Errol, menyeretnya
semakin dekat ke kegelapan.\nKematian Edmond, yang sudah bagaikan ayah bagi Errol,
menjadi pemicu akhir. Kegelapan menggerogoti jiwa Errol, dan dia melarikan diri
setelah membunuh rekan seperjuangannya. Dikejar Richter dan terbentur jalan buntu,
Errol pun menjatuhkan diri dari tebing.\n\nBerabad kemudian, Errol terjaga kembali,
ditemukan oleh Hayate. Sebuah lembaran baru yang kelam telah menantinya...
3EE9B06D5E7CC9E2_## = 172cm
3F04FBAF90C298BF_## = Kingdom of Norman
3F1B5992542AFFFD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
3F32988E39AB06EC_## = Seraya menolong Murad memperbaiki artefaknya, D'Arcy menyadari
sesuatu . Dia yang pertama menyadari tumbuhnya percikan asmara antara Murad dan Yena.
3F631C7F877D4CA0_## = Biografi Liliana
3FAD87716B652E85_## = Dengarkan sang angin, ada kisah seru menanti.
3FB382A552092B5D_## = Lukai Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
3FDA2EC5678F83B4_## = Angkasa ada dalam kendaliku.
3FE0BFCBD618F989_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
40023DE01AEB5B69_## = "Namaku Veera, Sang Ratu Malam."\nSebelum bergabung dengan
Abyss, Veera hanyalah salah satu makhluk setengah dewa yang hidup di dunia, dan bukan
salah satu yang terkuat. Sang Pencipta memang semestinya memberkati makhluk setengah
dewa dengan jiwa dan raga yang sempurna, namun sesungguhnya tak semua dari mereka yang
memilikinya. Beberapa diantaranya, seperti Veera, terlahir dengan ketidaksempurnaan,
yang tak bisa disembuhkan mantera atau ramuan.\nVeera mengandalkan kecerdikannya untuk
bertahan hidup. Setiap malam, sebelum tidur, dia menganalisa semua yang terjadi hari
itu, mencari solusi yang lebih baik dan efektif untuk semua hal, dan berbagi solusi
tersebut dengan makhluk hidup lainnya. Seiring waktu, Veera pun dikenal sebagai sosok
paling bijak di penjuru negeri, sosok yang dicari saat ada yang memerlukan jawaban
atas semua masalah, dan Veera memanfaatkannya sebagai sumber penghidupan.\nDiantara
para tamu Veera, Maloch merupakan yang paling tak biasa. Sangat kuat dan mudah marah,
namun sesungguhnya, dia memiliki hati yang murni dan sederhana layaknya anak kecil.
Berkat bimbingan Veera, dia mampu mengendalikan dan memanfaatkan kekuatan
destruktifnya, mengukir jalan sepanjang gunung dan membentuk sungai jika perlu. Seraya
mereka mengubah dunia sekeliling mereka, mereka pun saling mengenal satu sama
lain.\nPercikan peradaban dan kasih sayang mulai tumbuh di tengah alam jaman
kuno.\nAdanya deklarasi Dekret Cahaya dan Ketertiban, menyebabkan makhluk setengah
dewa tak terikat seperti Veera dianggap sebagai kafir oleh pihak Kuil. Tak mampu
memberi perlawanan berarti, mereka dibawa menuju Gunung Ophean, untuk dibina kembali
oleh Edras, Archmage dari Veda.\nLemah secara fisik, Veera tak kuat melakukan
perjalanan yang jauh itu. Permohonannya terhadap Prajurit Kuil tak diindahkan dan
justru dia menerima perlakuan lebih keras. Jika bukan karena perhatian dari Maloch,
Volkath dan mereka yang menemaninya, dia tak akan bisa melewati perjalanan itu dengan
selamat.\nHal ini memicu tumbuhnya kebencian di dalam hati Veera terhadap Kuil, bahkan
seraya dia dengan penuh antusiasnya menyerap semua ilmu yang diajarkan pihak Kuil
padanya. "Untuk mengalahkan musuh, kau harus mengenal mereka terlebih dahulu." Ilmu
yang dipelajari Veera di alam liar terasa sama berharganya saat dia di Kuil.\nEdras
merasa puas atas perkembangan yang ditunjukkan Veera, dan dia dipuji sebagai teladan
dari reedukasi. Edras bahkan berjanji untuk mengerahkan semua kemampuannya untuk
mengenyahkan kecacatan yang menimpa Veera. Namun, ini tak mengubah pandangan Veera
terhadap Kuil, terutama saat dia mengetahui bahwa Sang Pencipta menghendaki makhluk
setengah dewa untuk menguasai dunia. "Mengapa kita tak menjalankan kekuasaan kita
dengan kehendak kita sendiri? Mengapa kita harus terikat dengan keganjilan ini,
secarik kertas ini?"\nOleh karena itu saat Volkath menyusun pemberontakan yang dibantu
kekuatan Abyss, Veera bergabung tanpa ragu dan membawa sejumlah sekutu untuk turut
berperang. Kelihaian dan kecerdikannya menjadi senjata yang kuat bagi para
pemberontak, mampu menimbulkan pukulan hebat pada para penjaga Kuil, memberi waktu
berharga bagi mereka untuk melarikan diri.\nKecerdikannya dalam meracik siasat
memberinya posisi penting di Abyss. Baik bagi Volkath ataupun Maloch, Veera selalu
menjadi penasihat kepercayaan mereka. Dia membangun Legiun Abyss menjadi kekuatan yang
diperhitungkan, yang semakin memperkuat posisi dan kekuasaannya.\nKonon, Veera
memanggil dirinya "Sang Ratu Malam" karena dia mewarisi kekuatan Maniara, Primal
Night. Sejauh ini, belum ada yang bisa membuktikannya - atau menyangkalnya - dan Veera
sendiri memilih diam. Yang tak bisa disangkal adalah perpisahan Veera dengan raganya
yang dulu lemah, dan sekarang memiliki tubuh baru yang sehat dan ideal. Sudah tentu
ada kekuatan besar yang berperan untuk menyembuhkan cacat bawaan ini.\nBagi penghuni
Abyss, Maloch merupakan sosok pemimpin tangguh yang menguasai Abyss. Namun, Veera lah
yang sebenarnya beraksi dari balik layar, seperti yang dilakukan Ilumia untuk
Kuil.\n"Kecerdikan harus dilawan dengan kecerdikan."
4015C91C59C4EDE2_## = Suka bakpau.
4062C7A68957151C_## = Lautan semerah darah menjadi semakin keruh dan mendidih penuh
amarah.\n\nKil'Groth adalah penguasa lautan, dimana amarah adalah jalan satu-satunya
untuk bertahan hidup. Berusaha bertahan hidup adalah hukum alam yang normal, namun
fanatisme Kil'Groth berakar dari sikap masa bodoh terhadap keseimbangan rantai
makanan. Satu-satunya hal yang dipedulikannya adalah menanamkan amarah pembunuh kepada
semua makhluk laut. Mengenai apa yang mereka bunuh, terserah mereka.\n\nPembantaian
tanpa henti merupakan sumber kekuatan amarah Kil'Groth. Darah segar yang tersebar di
lautan membangunkan kumpulan predator laut dalam yang lalu mengisi kekosongan di
rantai makanan. Kekuatan amarah yang luar biasa ini sangat memabukkan bagi para
iblis.\n\nTaara, komandan The Fallen, mengayunkan palu besinya seperti angin topan. Ia
menggunakan kekuatan es untuk membekukan permukaan laut. Air laut, yang dipanaskan
oleh darah segar, menjadi dingin dan bahkan Kil'Groth pun merasakan efeknya. Namun
harga dirinya membuat ia tidak kabur dari pertempuran. Amarahnya menggelora dan mampu
membebaskan Kil'Groth dari penjara esnya. Ia pun memungut pisau laut raksasa dan
memulai serbuannya terhadap para penyusup.\n\nRatusan tumbang di tangan Kil'Groth,
namun di bawah komando Taara, lautan tentara The Fallen mampu menenggelamkannya
seperti gelombang tsunami. Saat pertempuran berdarah usai, Kil'Groth yang sekarat
kehabisan tenaga bahkan untuk memegang senjatanya. Faktanya, jika Cresht tidak
memimpin pasukan liarnya datang menyelamatkan, Kil'Groth mungkin musnah disana dan
menjadi legenda.\n\nTetapi, Kil'Groth berhasil memulihkan diri dari lukanya dan
akhirnya bergabung dengan pasukan Forest of Shadows untuk menunjukkan rasa terima
kasihnya dan untuk membalas dendam. Kil'Groth yang murka menolak mengikuti perintah
siapapun. Jika The Fallen berani menghinanya, amarahnya akan membasmi mereka dalam
sekejap.
406FE2CD2542D73A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4095634C7E3EF993_## = 07 Jan
409E1FFADE51E1F4_## = Sayap Terkoyak
40B4C6D1E7F99A32_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
40B909DA19083BB4_## = Biografi Diao Chan
40CC51E52EF55C62_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
40DE78983347273E_## = Fall of the Dark Lord
40E19CB442904FD3_## = 12 MAR
41182D0F9C435579_## = Mangsaku
414C753D5E81B753_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
4150B89EC458E76B_## = Gunakan strategi jitu
41574BC89D77E346_## = Selamatkan semua kawan bagaimanapun caranya
416B1CA36928C303_## = 19 AGU
4175A8EB918FB636_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
41ADF524B931C653_## = 185cm
41C560BAE59E8268_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
41F4A2108D05DB21_## = Mantan Rekan
420FA7ED09F1BFC0_## = Berpenghasilan cukup besar namun jarang digunakan.
421B487C67A85AC5_## = Biografi Natalya
4237744F3C019885_## = "Kamu menyebutnya senjata?!?"\n \nJika bukan karena sifatnya
yang kasar dan keras kepala, mungkin Moren dapat menjadi ilmuwan, menyendiri di suatu
menara sambil belajar. Namun sebagai kurcaci, Moren terbiasa untuk minum dan
bertarung, lebih mengandalkan tinju dan senjata dibandingkan berdiskusi. Hasilnya, tak
ada orang yang mau menjadi gurunya. Hal ini memaksa Moren untuk menggunakan
keterampilan tangannya untuk bidang lain, yaitu ilmu pengetahuan dan pandai besi.\n
\nMitos mengatakan bahwa hampir setengah dari senjata terhebat di seluruh dunia adalah
buatannya, sehingga Moren sangat dihargai oleh para dewa maupun monster. Hal ini
memungkinkan Moren untuk berada pada posisi netral dan dilindungi oleh semua pihak
untuk waktu yang lama.\n \nSlimz the Trustworthy menemukan potensi bisnis menjanjikan
dari kemampuan luar biasa Moren. Setelah tawar-menawar, mereka akhirnya menandatangani
perjanjian seumur hidup.Sejak saat itu, Slimz mempunyai hak kepemilikan penuh atas
seluruh senjata buatan Moren. Sebagai balasannya, Moren mendapat diagram mekanis
berharga, ketersediaan bahan tak terbatas, dan Castle of Alchemy. Kerja sama ini
membuat keduanya kaya raya, namun juga membuat mereka target Pasukan the Fallen.\n
\nThe Castle of Alchemy menderita kekalahan hebat setelah diserang oleh Preyta dan
Skud. Slimz tidak dapat membujuk Moren untuk menyerah, dan di tengah murkanya Moren
menggunakan sisa-sisa senjatanya untuk melakukan serangan terakhir demi memukul mundur
tentara musuh. Aksi Moren membangkitkan amarah Skud yang membuatnya menyerang dengan
dahsyat dan melumpuhkan pertahanan Castle dan menghabisi semuanya kecuali Omega.
Walaupun terluka parah, Moren berusaha meledakkan bom dahsyat yang akan menghabisi
Skud dan dirinya. Namun, Omega berhasil membawanya kabur sebelum sempat meledakkan bom
tersebut. Moren sakit hati karena balas dendamnya gagal, namun ia juga bersyukur
karena masih hidup, dan akhirnya ia menerima ajakan Omega untuk bergabung dengan
Thane.\n \nSebagai balasannya, Omega mengajarinya rahasia mekanis tingkat lanjut yang
memampukan Moren untuk menciptakan senjata yang lebih canggih.
42570B15630F878F_## = Sunfall Valley
428209CEBE14AD19_## = Boulderdom
429634892B657792_## = Butterfly
42C2CF538BB4C47E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
42DE99795C086FCA_## = Valhein dan Violet jadi teman dekat sejak masih menimba ilmu di
Military Academy, dan pertemanan mereka berlanjut hingga keduanya jadi anggota Demon
Hunter.
42E960CD845EA9A1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
43089EE5ED21E09A_## = Elda River mengalir dari Mt. Orphean melalui lembah sebelah
tenggara Elborne Woods hingga ke Federation of the Free. Pecahan area Federation
dinamakan Red River, akibat adanya mineral berwarna kemerahan yang bercampur dengan
air.
430F4AC0D4C83F0A_## = Apa fungsi cincin di punggungku?
431EB56B17CB5337_## = Diego
4324A53998F90FA4_## = Pegunungan berganti dataran, lautan jadi daratan.\nLama diriku
berpetualang seorang diri di tanah luas ini.\nBersama kita akan melangkah
bersama,\nMengungkap misteri, legenda, kebenaran dunia.
4324A84A2C1EAD57_## = Payna
4354FB026519C771_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
43B11FA99DFEE7BC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
43C6FFB40B605E79_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
43D6F1F765514627_## = Biografi Valhein
43F0AD5062FCDDE2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
440BF7FC3187C1E1_## = Butuh kacamata karena sering membaca hingga larut.
4427D5CA3FE956B3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4435136A12F13385_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
445884A5CC5416DC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
446D7695B2F2350B_## = Mina mengawasi Zip dengan disiplin ketat, namun tak keberatan
menemani Zip tidur saat dia sulit tidur akibat cerita seram.
44CA0C3D26ADB981_## = Berdiri di sebelah timur laut Kingdom of Norman, Bach terletak
di seberang hamparan Gobi Desert yang luas, berperan sebagai pusat perdagangan antara
Norman dan Helios. Rute perdagangan ini telah membawa kekayaan melimpah bagi wilayah
kebangsawanan terpencil.
4527E4D629EA026D_## = Fall of the Dark Lord
45573140F8085868_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
456814CCEE2828EE_## = Alice
4571BEE66A096EA8_## = Chapter 5
45A4E3E7BE501DF7_## = Kesabaran akan jadi penuntun.
45A71810279AEC67_## = Humans
45B129855739A279_## = 23 MAR
45C592A7E4551352_## = Kita pasangan yang sempurna!
45F0873C5DDA3C83_## = Ishar
4611CD7133A3349E_## = "Abu ke abu, debu ke debu!"\n\nTanpa elemen bumi, dunia ini
tidak akan menjadi apa pun! Sebagai perwujudan dari keinginan Mother Earths, Lumburr
diberikan kemampuan untuk merasakan dan menyelesaikan ketidakcocokan. Secara diam-diam
dia telah melindungi bumi dan seluruh makhluknya selama berabad-abad. Lumburr
berperilaku sesuai dengan hukum alam, yang kuat lah yang akan bertahan! Dengan hukum
tersebut sebagai kode moral, Lumburr tidak pernah mencampuri perang antara Manusia dan
Monster. \n\n"Itu adalah cara alam."\n\nAkan tetapi, Lumburr tidak bisa tinggal diam
saat dia melihat kekuatan tidak alami dari Neraka yang menghancurkan segala yang
dilewati. Melihat kebrutalan makhluk tersebut, Lumburr tidak ragu untuk mengambil alih
beban perang pada pundaknya. Tanpa ragu ia segera keluar dari hutan dan bergabung di
pertempuran. \n\nSetelah bertarung dalam pertempuran hebat yang tidak terhitung
jumlahnya, Lumburr kemudian dikenal sebagai kekuatan pelindung terpercaya bagi Tentara
Sekutu. Dengan bentuknya yang menyerupai gunung, Lumburr menjadi lawan tak tertandingi
dalam setiap medan perang.\n\n"Aku harus membasmi segala makhluk yang memusuhi alam!"
4677E3D873210DA6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
468D486C2220C875_## = Blades of Time, enyahkan musuhku!
469B894D8ED5FA88_## = Kingdom of Norman
46C8F601C507EACE_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
46E1B1A85E8FF92A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
46F63691FA3D3C74_## = Demi menyelamatkan Athanor, Sang Pencipta menebar benih World
Tree di titik penting. Akar World Tree pun jadi perekat tanah Athanor, dan kaum Elf
bersumpah untuk melindunginya.
46F956EA61535C18_## = Biografi Volkath
46FA49EE8016C8D4_## = Mercenary
4701800B49CF6C81_## = "Angin dan pasir bersatu dalam diriku."\n\nAzzen'Ka berbisik,
dan badai pasir pun menelan ibu kota Helios Empire layaknya mulut monster raksasa.
Setelah mengkhianati keyakinannya, negerinya dan kawannya, lalu menghabiskan ratusan
tahun dalam pengasingan di gurun tandus, Azzen'Ka kembali untuk merenggut tahta di
kampung halamannya.\n\n"Sinar matahari akan sirna. Cahayaku akan memimpin dunia!"
Berhasil mengubur seluruh kerajaan dengan tangannya sendiri, Azzen'Ka segera membangun
sistem teokrasi impiannya. Imperial Temple, yang menjadi saksi atas penahbisan dirinya
sebagai dewa, menjadi pijakan pertamanya menuju teokrasi. Dulu, Azzen'Ka merupakan
Pendeta Agung Kuil; sekarang, dialaha dewanya. Azzen'Ka menjauhkan Kuil dari amarahnya
dan menerima semua orang yang bersumpah setia pada dirinya, tak peduli yang dulunya
bersumpah setia pada kerajaan atau pada kubu Revolusioner.\n\nSelayaknya kurcaci yang
harus menaklukkan raksasa demi meraih kejayaan, pun dengan sistem teokrasi yang harus
mampu menaklukkan sisa-sisa kerajaan. Azzen'Ka berencana untuk melenyapkan seluruh
anggota kerajaan demi mengenyahkan semua hambatan demi merenggut warisan kerajaan.
Selain itu, dia membutuhkan pengikut setia di sistem teokrasi, sebagai pengganti
anggota kerajaan dan bangsawan.\n\nNamun, bahkan rencana terbaik sekalipun bisa
berjalan kacau. Pangeran Murad berhasil menyelamatkan diri berkat bantuan artifak
kerajaan dan terakhir kali terlihat di padang Gobi di sebelah barat, di luar jangkauan
Azzen'Ka. Kubu Revolusioner ternyata mampu membuktikan diri sebagai kekuatan dan
organisasi yang lebih kuat dari perkiraan, dan walaupun sebagian besar dari pasukan
elit mereka terkubur bersama kota Helios, tak diragukan lagi bahwa mereka sedang
mengumpulkan kekuatan demi membalaskan dendam.\n\nNamun, Azzen'Ka tak memiliki waktu
untuk memikirkan mereka – apalagi ada negosiasi yang sedang dia hadapi.\n\n"Kau
terlambat. Jangan kau lupa bahwa keamanan negaramu bergantung pada bantuan kami."
Suara serak di kegelapan terasa tegas dan mengancam. Hanya sedikit yang berani
berbicara pada Azzen'Ka seperti ini, terutama mereka yang bersekutu dengan iblis,
salah satu iblis yang paling bijak dan kuat.\n\n"Temanku dari Abyss, kau tahu bahwa
rencana sehebat apapun bisa menemui kegagalan. Aku, Azzen'Ka, Lord of the Desert of
Death, akan meredakan amarahmu dengan kesetiaan tanpa batas." Azzen'Ka berusaha
berbicara setenang dan sesopan mungkin.\n\n"Sudah sangat terlambat, Azzen'Ka! Garda
utara telah tumbang. Seandainya pasukan yang kau janjikan bisa bergerak dua, bahkan
satu bulan lebih cepat, situasinya pasti akan jauh berbeda!" Mganga mulai mengeraskan
suaranya seraya berbicara.\n\n"Tapi bukankah situasi di selatan berpihak padamu? Para
penyihir jadi musuh utamamu di selatan, dan markas mereka menghalangi pergerakanku ke
timur…'musuh dari musuhku'. Bukankah itu landasan dari persekutuan
kita?"\n\n"Nampaknya kau tak terlena dengan kemenangan kecilmu. Ya, kau harus menekan
Dewan Magister sehingga kita mampu meruntuhkan Tembok Besar bersama-sama. Setelahnya,
kau berhak menguasai gurun yang kau inginkan itu, seperti yang dijanjikan Ratu
Veera…ini info yang kau butuhkan. Jangan sampai terlambat lagi!" Sosok Mganga pun
lenyap di kegelapan. Komunikasi jarak jauh – teknik yang sering digunakan iblis
Abyss untuk berkomunikasi dengan pengikutnya di Athanor. Mganga, tentu saja, bukanlah
iblis – dia tak mau mengambil risiko bertemu empat mata dengan Azzen'Ka di gurun
seorang diri.\n\nAzzen'Ka mengabaikan kelancangan Mganga. Dia hanyalah sesosok badut,
pikirnya, tak perlu ditanggapi begitu serius. Terutama setelah dia memperoleh
informasi berharga di tangannya: tempat persembunyian Pangeran Murad bersama Blades of
Time.\n\n"Gurun? Ambisiku tak sekecil itu! Tidak, aku tak akan puas sampai seluruh
penjuru Athanor tertutup pasir keemasan…" Dengan senyum sinyis, Azzen'Ka meremukkan
perkamen di tangannya jadi butiran kecil.\n\nMenemukan Murad dan artefaknya akan
menjadi penentu apakah Azzen'Ka bisa mensejajarkan diri dengan para iblis Abyss.
Namun, saat ini, dia harus tinggal di kuilnya dan mengokohkan kekuasaannya, seraya
meraup kepercayaan dari pemujanya demi mengatasi "angkara murka sang majikan". Selama
ini, dia mampu tampil seolah tanpa cela karena tak ada satupun yang mampu
menandinginya di gurun.\n\nInilah alasan mengapa Azzen'Ka tak bisa membiarkan Murad
memulihkan artefaknya untuk kembali membalaskan dendamnya. 'Musuh dari musuhku adalah
temanku.' Tak butuh lama bagi dirinya untuk menyusun siasat baru – Yena, mantan
perwakilan fraksi Revolusioner, sekarang menjadi mata-mata bagi mereka di Kuilnya.
Tentu saja Azzen'Ka tak sepenuhnya percaya akan kesetiaan yang dia ungkapkan, namun
dia yakin bahwa sebagai seorang anggota fraksi Revolusioner, Yena tak akan melewatkan
kesempatan untuk membunuh anggota kerajaan terakhir yang masih hidup dan merebut
artefak kerajaan.\n\n"Pergi! Pergilah ke tempat di mana sinar suci tak bersinar,
temukan pangeran Murad si buronan, dan rebut kembali artefak milik kerajaan!"\n
473E565F012F5654_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4743ED25A9E78FE7_## = The sound of galloping hooves echoed in the skies of Sunfall
Valley. Like a tide of steel two thousand heavily armored knights swept through the
battlefield, mounted on the tall and heavy Shor breed found in the foothills of Mt.
Orphean, cutting a bloody swath through Shadow Worms and abyssal beasts.Riding along
the other edges of the Lokheim battle lines, they were attempting to meet up with the
army from Verno Forest, who had arrived in the southwest and were already engaging the
Lokheim forces. The first priority was to establish communication, and, depending on
how their allies were faring, to either have them hold their ground or retreat and go
around to meet up with the Okka forces.Riding at the heaed of the force, Yorn looked
out and saw massive abyssal beasts holding their ground behind trenches and
barricades, and only Shadow Worms stood in the horsemen's path. The sheer numbers of
these creatures might pose a major threat to most people, but they were less than a
nuisance to the elites of Okka and Veda. Yet it was not entirely in vain that Lokheim
sent these creatures out - they served as Lokheim's eyes and ears, passing on what
they saw to their dark masters.Yorn gripped his mount's reins even tighter. Lokheim
strategy and tactics had evolved by leaps and bounds since they began to recruit the
Corrupted from among the human ranks. No longer do they simply rely on brute force;
now they could maneuver, attack and defend with the same effectiveness as their
opponents. This was a matter of much concern to Veda, yet there was little they could
do about it.And all this had to do with the evolution of the human race.Wars were a
simple affair in the ancient era. The two sides faced off on a battlefield and simply
charged at each other, and the side that was stronger won. Weaker than the beastfolk
physically, humans were forced to seek shelter under the Veda banner, and in time
earned the Archons' trust.In the First Lokheim Invasion, however, the Archons cut off
contact with the outside world, and the humans were forced to fend for themselves.
Facing possible extinction, humans developed armor, weapons, cavalry, tactics,
strategy, slowly evolving into a power to be reckoned with.Veera saw the potential in
the human race, and it was she who overruled the others and began to invite elites
among the human hierarchy to join Lokheim, forming what would become the Corrupted.
Not to be outdone, Veda also began to absorb believers from the human and beastmen
ranks, bolstering their greatest weakness - the lack of numbers.Who could have
imagined that humans would become the deciding factor in the war between gods and
demons? Yorn shook his head and put his wry thoughts behind him. He had a job to
do."You have hooves, stand in line! Hold yer' sticks and stones, or hold yer' fists up
if you ain't got either! Protect the long-ears!"Long-ears stay behind the line and
shoot! Wood-head's gonna make ya ten thousand arrows a day, so just keep shootin'!"You
have claws, keep yer' eyes open and claw 'em if they get through! And remember these
things ain't clean, so don't ya swallow 'em if you bite, or ya gonna learn what a REAL
stomach ache is!"In the southwest, the forces of the forest have begun deploying with
surprising organization. From beasts to elves, the army obeyed Baldum the Centaur's
gruff yet effective orders unquestioningly, for he was a veteran of the First Lokheim
Invasion, and honored by the Elven Queen herself.Baldum never studied military theory
like the humans did, but years of experience taught him that it was always easier to
defend then attack, holding your ground while the foe broke themselves against your
front like waves upon the rock.He knew, also, that the enemy had no choice but to
attack, for Y'bneth had already taken root. Blessed by the world tree, the Treefolk
was a walking forest unto himself.The dark ritual being performed by the Lokheim
forces covered hundreds of miles in dark energy, causing the afflicted areas to become
barren wastelands devoid of life, and nourishing the dark creatures that formed the
Lokheim army.But the sun, though blocked, did not disappear. As Y'bneth absorbed the
sun's energy, the power of light continued to grow, threatening the resurrection
ritual.This was not a threat that Lokheim could ignore, and the abyssal legions
immediately began to move towards the forest guardians' camp."Damn! Did that bitch
Marja really let that nutjob out?" Seeing the leader of the oncoming army, Baldum
immediately headed towards the frontlines. This foe was a task he dared not let anyone
else handle."Hey wood-head! Hold the line here, I'm gonna deal with that nutjob!"It
was Omen, the most bloodthirsty of the Lokheim lords, whose lust for slaughter spared
neither ally nor foe, and left hundreds of miles devoid of any living thing on his
killing sprees. He was rumored to be imprisoned within the depths of the Abyss, but it
seemed that Lokheim had set him free for the purpose of this battle.On the battlefield
Omen stood by himself, for no one dared approach within twenty-feet of him. Y'bneth
was not foolish enough to engage Omen in direct combat, but observed his foe's
progress, and prepared to lay a trap.In the skies, Preyta overflew the Forest
Guardians' battle lines. Arrows from the ground failed to stop him, and bomblets
carrying poison and plague fell towards the massed formations."Lord Y'bneth!" The
half-elf priestess Lindis, commanding in Baldum's place, was first to notice the
threat from the sky, and she turned to Y'bneth for guidance."Be calm."
475CF761746811E3_## = Veera menghargai kepercayaan dan perlindungan Maloch. Mereka
saling menganggap satu sama lain sebagai keluarga, dan keluhan Veera tentang kebodohan
Maloch hanya sekedar candaan belaka.
4781A1632E2CA436_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
478A6EB4E6168B10_## = Waktunya Berburu
478B9BFEC2F0144A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4794AE5DBB026934_## = Tak Diketahui
479FE62AEF928806_## = Kegagalan bukanlah pilihan.
47BE97F2BEB266EA_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
47C4923304F3F211_## = Mengapa Yena bergabung dengan Revolutionaries?
47DB3CA1C272BE35_## = Hall of Wealth
47E2B7B7AFB37679_## = Volkath
48043F1419D25612_## = The Terror
480842B2839AF56A_## = Kuasa Cahaya akan membawa kedamaian.
481F6E4D5C77F220_## = Ahli mengumpulkan info, tahu banyak rahasia Athanor.
483C9B53BCD64189_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
4859CB0C1AD36A53_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
488A6684214672DF_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
48A945A86A6997F3_## = 182cm
490B2422D2D90C4A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
49125E2FA50C78A5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
49158CE0D72734BB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
49430B6948DEDA49_## = Kriknak
497982E27AA042CA_## = 131cm
498899AC74B5293B_## = Saat pertama kali melihat Errol, Richter tak yakin pemuda itu
mampu bertahan tiga bulan. Namun, yang sama sekali tak diduganya, adalah bahwa dia
nanti menyaksikan Errol jatuh dari tebing dengan mata kepalanya sendiri.
49B880236A545B68_## = The Soul Harvester
49CB9797AFEBCDAE_## = Florentino
4A008A7233B8065B_## = 60 MAR
4A0B8553BB4B41DA_## = Berada di selatan Elborne Woods, Southern Sea jadi satu-satunya
wilayah laut yang berada dalam kendali Elf, dan garis pertahanan pertama dalam
menghadapi invasi Lokheim dari laut.
4A11EDC1C922E04F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4A304E9FC4D1867D_## = Dirak
4A3BDBE5FC2A982B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
4A5B11C12DB5E2B8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
4A5CEC8BF4E76B9E_## = Mengadakan pesta teh tiap Jumat.
4A5EA6D4D800E49E_## = 36 MAR
4A7DDD2F062988D8_## = Elborne Woods
4A8AF2A4B808FC01_## = Liliana
4A8F897C89B9DE5B_## = Aku Butterfly.
4A92E1C26F712067_## = Biografi Dirak
4AACB2C81458D1DE_## = Saat tambang yang begitu kaya akhirnya terkuras habis, Mildar,
kota yang mengandalkan baja pun akhirnya menuju kehancuran.\n\nEkspansi industri
pernah membawa kemakmuran pada Mildar, namun tambang itu kini telah terkuras habis,
dan industri menuju ambang kehancuran. Pelaku industri yang oportunis menjarah sumber
daya terakhir seraya pergi, dan yang tertinggal di kota itu pun hanyalah tumpukan
limbah industri. Acuh memang sudah menjadi sifat dasar manusia, dan hal ini diperjelas
dengan kepindahan banyak penduduk ke kota lain akibat adanya keruntuhan ekonomi dan
perubahan alam yang mengkhawatirkan. Tentu saja, ada individu yang berkeras hati untuk
tetap tinggal, salah satunya adalah Elsu.\n\nSebagai seseorang yang berasal dari
Mildar, Elsu memiliki ikatan yang kuat dengan kota itu. Orang tuanya meninggal akibat
wabah tak lama setelah dia lahir. Untunglah, Mildar saat itu sedang dalam masa
pertumbuhan yang cepat dan warga diberi banyak fasilitas sosial, sehingga Elsu pun
dapat dibesarkan di panti asuhan. Dia bertekad untuk menjadi “Pelindung Kota†demi
membalas jasa yang diberikan kota itu padanya.\n\nBerbekal kemampuan akademis serta
berpanah yang luar biasa, Elsu ditahbiskan sebagai Pelindung Kota. Walaupun dia
terlihat serius setiap saat, dia dicintai dan dihormati rekan sejawatnya. Semasa
perang, tembakannya pun selalu tepat sasaran. Hanya dalam 3 tahun, tim khusus Elsu tak
hanya menyelesaikan semua misi militer dengan hasil mencengangkan, namun dijuga dipuji
oleh Dewan Federal di berbagai kesempatan.\n\nOleh karena itu, saat pihak berwenang
memutuskan untuk meninggalkan Mildar, Dewan Federal mengeluarkan perintah untuk
menugaskan tim khusus ini untuk menangani misi pengintaian yang sulit di belakang
batas area musuh. Invasi Kegelapan ke-dua mereda, dan sebagai anggota Allied Powers,
Federation of the Free menumpahkan semua yang mereka miliki ke perang akbar ini
.\n\n“Inilah perang terbesar dalam sejarah umat manusia! Bersama dengan sekutu kita,
kita akan mengusir kaum setan laknat itu ke Abyss!†Berbekal semangat yang membara,
semua prajurit berperang demi meraih kejayaan.\n\nKecuali Elsu.\n\n“Kau sadar dengan
apa yang kau lakukan sekarang? Lihatlah lencana di dadamu! Kau seolah
mengkhianatinya!†Menanggapi kritik yang dilontarkan rekannya, Elsu nampak kecewa,
“Aku telah berikrar untuk melindungi kota ini hingga mati. Aku akan tetap menepati
janjiku walaupun kota ini sudah hancur. Maaf, tapi aku tak bisa berjuang bersama
kalian lagi.†\n\nBanyak prajurit yang tak bisa memahami ikatan emosional yang
dimiliki Elsu terhadap kota itu. Walaupun Elsu dicerca dan dianggap sebagai
“pengecut†, “tak punya nyali†atau “cari aman†, dia bersikeras untuk
meninggalkan dunia militer. Rekan-rekannya beranjak dari Mildar dengan penuh emosi
seraya Elsu menyaksikan kepergian mereka.\n\n“Kau tak perlu melakukan ini. Mildar
sudah habis.†Moren, yang juga memutuskan untuk tinggal, memberitahu Elsu. Setelah
peperangan Fort Alchemy, Moren kembali ke kampung halamannya, Mildar.\n\n“Lalu,
kenapa kau kembali?†tanya Elsu.\n\n"Aku sudah tua, kau masih muda. Jangan tanya
alasannya." Moren melambaikan tangannya dan berlalu.\n\n"Semua orang punya alasan
pribadi," fikir Elsu seraya melihat temannya pergi.\n\n“Namun jika suatu saat nanti
mereka berada dalam masalah, aku akan melindungi mereka dengan segenap jiwa dan
raga!â€
4AB684B0A51110B0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4B0655187BAAFAD6_## = Tak ada kegelapan yang lolos dariku.
4B41582E0284F995_## = 41 MAR
4B7B451FAA7DBCAE_## = Biarkan para dewa menghalangi jika mereka berani!\nTak ada yang
akan menghentikan pedangku!\nMulai perangnya!
4B8D811ED5F1211B_## = Afata
4B93E4435FCBA5F3_## = "Apalah artinya hidup tanpa kebebasan?"\nDi puncah gunung
Orphean, sesosok anak muda berambut keemasan dan bermata kemerahan bertanya pada
gurunya. Sang guru meletakkan bukunya dan tersenyum, "Kebebasan sesungguhnya bukanlah
bisa melakukan semua yang kau inginkan; tetapi mampu menolak apa yang tidak kau
inginkan."\nAnak itu pun tersenyum dan nampak jahil. "Kalau begitu, bolehkah aku
berhenti jadi muridmu, Master Edras?"\n"Sepertinya tidak, Volkath. Kau memang
berbakat, tapi masih banyak yang perlu kau pelajari agar Holy Light menerimamu." Edras
coba meluruskan pembicaraan. Volkath memang pintar, namun terlalu mandiri, berkeras
hati untuk melakukan semua dengan caranya sendiri dalam mempelajari tuntunan Holy
Light.Volkath mengangkat bahu dan tak melanjutkan, namun kesombongan di wajahnya jelas
terlihat. Dia tidak menyadari kehadiran tiga gadis yang duduk di depan seraya
mengintip ke arah dirinya, yaitu tiga murid favorit Edras, Marja, Kahlii, Ilumia, yang
kelak akan jadi Three Maidens of Veda. Dia pun tak akan menyangka bahwa salah satu
dari mereka akan jadi kekasihnya, salah satu pendukung gagasannya, dan yang terakhir,
musuh utamanya.\nIndividu lain yang melihat Volkath adalah Veera, yang duduk di pojok,
pandangan gugupnya penuh kecemasan. Ya, debat yang nampak tak berbahaya itu menarik
perhatian semua siswa lain - kecuali Maloch, yang selalu memihak Volkath, apapun
keadaannya.Masa lalu, masa kini, masa depan - apapun jalan yang dia pilih, Volkath
selalu memiliki kelompok pengikut setia yang tak lelah mengikutinya, karena dia
memperlakukan temannya deman baik namun tanpa ampun pada musuhnya.\nEdras merasakan
ancaman yang dipancarkan karisma Volkath, namun dia tetap berupaya untuk membawa
Volkath ke jalan cahaya, hingga akhirnya Volkath mengakhiri hubungan antara guru dan
murid.\nDalam peperangan akbar antara dewa dan iblis, Edras tumbang, dan Volkath pun
berpaling pada Abyss. Veera dan Maloch mendampinginya, pihak pertama yang bergabung
bersama pemberontakan Volkath, dan Kahlii, salah satu Three Maidens of Veda. Namun,
ada yang menghilang, yaitu Marja, kekasih Volkath, anggota lain Three Maidens."Maukah
kau ikut bersamaku jika aku sepenuhnya berpaling dari Holy Light?" Volkath bertanya
pada Marja sebelum mengambil langkah terakhir.\n"Aku akan memenggal kepalamu dan
menggantungnya di atas kuil, untuk menunjukkan pada dunia, nasib yang diterima
pengkhianat." Marja terombang-ambing antara sang guru dan kekasih, namun kewajiban
yang dipikulnya terlampau kuat, dan akhirnya dia menolak undangan Volkath.\n"Pilihan
itu merupakan hak sekaligus kewajiban, sayangku. Kelak kau akan mengerti." Volkath
berbisik, "Tak ada zona aman antara cahaya dan kegelapan. Yang ada hanyalah badai dan
kekacauan, walaupun butuh waktu untuk menampakkan diri. Terimalah hadiah perpisahan
dariku. Kau akan membutuhkannya, saat badai datang..."Seraya berbicara, Volkath
mengangkat dagu Marja dan menciumnya, begitu lama sehingga Marja seolah kehabisan
nafas. Saat itu rasanya seolah dia kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu di saat
bersamaan.\nVolkath tak memberi tahu Marja bahwa yang diberikannya itu adalah bagian
dari jiwanya, yang dimaksudkan untuk mengenyahkan kekangan Holy Light darinya, dan
menanamkan benih transformasi padanya. Senantiasa sabar dan yakin, dia yakin bahwa
wanita yang dicintainya akan menerima pemikirannya, dan kembali ke pelukannya, untuk
berjalan bersama.Saat Holy Light mulai goyah, Lokheim menyambut penguasa barunya.
Dugaan Volkath benar adanya. Sistem politik Veda berubah selepas kematian Edras,
dimana Ilumia mengasingkan Marja. Hadiah perpisahannya yang diterima Marja dapat
membantunya memecah kekangan cahaya, dan mempersatukan mereka kembali di Abyss.Apa
yang meleset dari perkiraan Volkath adalah kedatangan ajalnya di tengah invasinya ke
Athanor. Dibantu World Tree, Tel’Annas menumbangkan Volkath dengan satu panah, yang
memaksa pasukan Lokheim untuk mundur ke Abyss. Saat Marja akhirnya melarikan diri dari
penjara, yang menyambutnya bukanlah sang kekasih dengan terbuka, tetapi batu nisan
yang pucat nan dingin.Amarah Marja begitu menjadi-jadi. Dengan misi balas dendam
terhadap Afata, dia mengutus Shadow Worm dalam jumlah banyak ke Afata, yang memakan
begitu banyak korban, mulai dari makhluk hidup hingga alam yang rusak. Ratusan tahun
setelahnya, pasukan Afata tak pernah lagi keluar dari wilayah mereka, takut akan
ancaman Marja."Marja, cintaku. Siapa sangka hadiah dariku mampu jadi kunci
kebangkitanku?"\nSebuah pertemuan tak disengaja melecut kebangkitan jiwa Volkath yang
berada di tangan Marja, yang mewujudkan reuni mereka, walau baru dalam sebatas bentuk
jiwa.\n"Oh, cintaku, sayangku!" Marja memandangi penampakan transparan Volkath dengan
penuh rasa rindu. "Aku begitu menantikan saat aku bisa membakar setiap jengkal World
Tree yang terkutuk itu, dan mencekik Si Ratu Elf dengan kedua tanganku
sendiri!"\nArwah Volkath merentangkan tangannya dan mendekap Marja dengan lengan
arwahnya. "Lihatlah betapa cantik dan kuatnya dirimu sekarang, terbebas dari jeratan
cahaya! Dulu dirimu hanya dijadikan boneka; kini kamu telah menemukan jati dirimu
sendiri, dan rumahmu sendiri."\nWalau tanpa wujud fisik, hanya pecahan arwah,
mengambil wujud masa lalunya, kehadiran arwah Volkath begitu terasa.\n"Cahaya yang
palsu akan dipadamkan, dan kegelapan yang bebas akan berkuasa. Lalu aku akan
menggenggam tanganmu, dan kita berdua akan jadi penguasa segalanya!"
4B9AD6EA4BAEB80E_## = Lebih dari Pengawal Pribadi
4BCA593E4C5E53E9_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
4C053639515B1804_## = Tak banyak yang tahu asal-usul Omen, kecuali bahwa dirinya
adalah sesosok anak iblis yang terlahir di bagian terdalam Abyss, yang terkenal atas
nafsu membunuhnya.\nKekuatannya yang begitu besar membuatnya dianugerahi posisi
sebagai satu dari empat jenderal besar Lokheim, dan dia memegang peranan penting dalam
Perang Dewa Pertama. Namun dia sangat sulit diatur, tak ragu untuk membantai kawan
layaknya membantai musuh, dan akibatnya dia dikeluarkan dari pasukan Maloch, hingga
serangan Arduin ke Rime Pass memaksa Lokheim untuk melepasnya.\nOmen tak mengecewakan.
Dia seorang diri mematahkan serangan pasukan Veda, tak menyisakan satu orang pun, yang
ada hanyalah pemandangan penuh kengerian.\nOmen sendiri menghilang seusai peperangan
itu. Tak ada yang tahu ke mana perginya, dan rasa mustahil ada yang cukup bodoh untuk
mencari tahu.
4C0F8B1FD7043192_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4C15BC82F0012BA8_## = Bermandikan cahaya fajar di tiap pagi.
4C17DF50D03A78A6_## = The Old Growth
4C29176661F5B57C_## = Biografi Toro
4C2A7F70D76E9A53_## = Darah segar nampak begitu indah.
4C2B8CA297737CEE_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
4C49D647F1765703_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4C82470D70A108BF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4C9F2D23D7DC9F4F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4CA86A5099A243ED_## =
4CBC4EF0EB2EEE86_## = "Petir! Datanglah saat dibutuhkan!"\n\nTulen adalah seorang
demigod yang ditakdirkan untuk menguasai petir dan kilat. Dia adalah anak yang luar
biasa, mampu mengendalikan petir dan kilat sesuai perintahnya. Petir yang diciptakan
Tulen seribu kali lebih kuat dari sihir biasa. Beberapa orang menyebutnya seperti
dewa. Ilumia the Seer tahu bahwa ia harus ditempatkan di bawah asuhan Aleister untuk
mempelajari seluk beluk kekuatannya.\n\nNamun, Aleister yang licik itu tidak menyukai
Tulen. Dia merasa bahwa suatu hari Tulen akan menggantikannya, dan dengan demikian
memutuskan untuk tidak mengajari Tulen apa-apa, tidak satu mantra pun. Sayangnya, bagi
Aleister, metode pengajaran ini sesuai dengan keinginan Tulen. Kemampuan bawaannya
untuk mengendalikan petir memungkinkan dia memanfaatkan kekuatannya tanpa mantra.
Sementara imajinasinya mendorong kekuatannya semakin meningkat.\n\nTulen berhasil
mengirim Aleister ke dalam lingkaran yang pada akhirnya akan menyebabkan kejatuhannya.
Tulen tidak buta terhadap taktik gurunya. Dia tidak berniat mengambil alih posisi
Aleister. Jauh dari itu. Namun, dia juga tidak berniat memberi tahta petir kepada
siapa pun. Dia menginginkan kebebasan mutlak yang dimiliki Aleister ... sesuatu yang
biasanya sulit dicapai murid pada umumnya.\n\nAkhirnya, Tulen turun ke atas kuil
dengan guntur dewanya dan menghapus Sigil gurunya, melekatkan Sigilnya sendiri pada
tahta. Dengan melakukan itu, dia membuktikan bahwa dia tidak hanya memiliki kekuatan
untuk merebut tempat Aleister, tapi tahta petir pun telah memilihnya. Kemudian, di
bawah bimbingan Ilumia, Tulen berhasil menduduki tahta petir.\n\nTugas pertamanya
adalah untuk merebut kembali pemilik singgasana sebelumnya - gurunya sendiri,
Aleister, karena tanpa Aleister, Tulen hanya memegang gelar tanpa kekuatan. Tulen
mengerti bahwa tugas yang hampir tidak mungkin diberikan kepadanya untuk membatasi
ambisi akan kekuasaannya yang liar, tapi dia tidak peduli.\n\n"Tidak ada yang mengerti
apa yang sebenarnya aku inginkan!"
4CDC857A5497D54F_## = D'Arcy tak secerewet Dirak.
4CF5CAB511DC7753_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4D2A70D32A895F7D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
4D470EFB10EDCF1F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4D76D2EA6E1C76BB_## = Para dewa telah meninggalkan dunia. Cahaya suci Mt. Orphean
semakin meredup dari hari ke hari. Keraguan mulai menyelimuti Halls of Veda, dan rezim
Ilumia menghadapi tantangan yang tak disangka-sangka."Jika Cahaya memang jadi penuntun
kita, dan bukan Kegelapan, mengapa tak ada sabda dari God of Light?"\nBanyak Archon
yang mulai ragu. Mereka semua telah melalui Perang Dewa sepuluh ribu tahun lalu, dan
jadi saksi kebengisan dan kebrutalan kekuatan kegelapan pasukan Abyss.Apakah Volkath
memang benar adanya? Apakah kita hanyalah bidak para dewa, seperti perkataan Volkath?
Rasa ragu dan pesimis semakin tumbuh, hingga Ilumia tak bisa lagi mengabaikannya.
Bentuk kekafiran seperti itu tentu mengancam legitimasi kekuasaan, dan dia sudah
memberi contoh hukuman berat yang menanti para pembangkang, sebuah tindakan yang hanya
memberi dampak negatif. Kalau demikian, sudah saatnya, untuk menggunakan kekerasan.
Ilumia keluar dari kuil untuk menghadapi masa yang berkumpul. Benih perselisihan harus
segera dicabut, agar tak lepas kendali. "Mereka yang membangkang para dewa harus
dihukum!" Sebuah bola cahaya ungu terbentuk di tangannya - bentuk kekuatan dewa, yang
terus disangkal para Archons semenjak dewa meninggalkan dunia. Tanpanya, mereka tak
berdaya menghadapi invasi Lokheim.\nNamun entah bagaimana, Ilumia sanggup menggunakan
kekuatan ini, hingga sekarang. Para pemrotes saling menatapi sama lain, merasa
ragu."Jangan tertipu sulap murahannya!" Teriak sang ketua. Ilumia melihat ke arahnya,
dan sebuah bola energi melayang ke sana, menimbulkan ledakan energi sihir - namun
hanya meninggalkan bekas ledakan kecil di dadanya.\n"Ini bukan kekuatan dewa!" Rasa
percaya diri kembali pada sang ketua, walaupun menderita luka. "Jangan takut!
Lengserkan wanita kurang ajar ini dari tahtanya!"\nTerpancing kata-kata sang ketua,
gerombolan massa itu menerjang ke Ilumia.\nIlumia hanya tersenyum. Di momen
berikutnya, dia membentuk bola energi yang lebih besar, dan sebuah awan ungu besar
melayang ke gerombolan massa, yang dengan mudah mengenyahkan mereka. Ilumia telah
menunjukkan bentuk kekuatan aslinya."Semua sudah terlambat! Ingat apa yang terjadi
pada Marja! Dia tak akan memberi ampun!"\nKata-kata itu terasa begitu kuat, dan justru
semakin memancing amarah mereka, walau mereka pun terpana akan kekuatan Ilumia. Mereka
yang tak terbaring di tanah akibat serangan Ilumia, sekali lagi berupaya menyerang
Ilumia.\n"Dasar bodoh."\nKumpulan cahaya mengelilingi Ilumia, mengusir mereka yang
mendekatinya.\n"Lihatlah, kekuatan sesungguhnya para dewa."\nIlumia mengangkat
tangannya ke atas, dan sontak massa pun menoleh ke atas.\nDan mereka melihat bintang
berjatuhan ke arah mereka.
4DA725CE08E1E021_## = Penguasa Lokheim, penasehat
4DEB35037D904A43_## = Ignis
4E036B6FE902D8D6_## = Kau ingin mengendalikan kekuatan halilintar?\nMudah. Ikuti aku,
dan biar kulihat apakah kau pantas berguru padaku.
4E069704DC12DCDA_## = Chapter 7
4E4DAEA06BED4435_## = Raja Kegelapan, terlahir kembali di kegelapan.
4E57F3B696776FBC_## = The Wunderkind
4E5F61AE1FF00736_## = Lautan ini berada barat dari Afata. Pusat dari Lokheim ada di
selatan kampung halaman Cresht ini, dan kehadiran Lokheim telah memaksa banyak
penghuninya mengungsi ke hutan.
4E8194E103F3C54E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4EA570060C310766_## = Dulu dipandang sebelah mata oleh para Archon karena
kecerdasannya yang rendah, Maloch sekarang jadi salah satu penguasa iblis yang paling
ditakuti. Dahulu kala, dia hidup di alam liar bersama Veera dan Volkath, namun
kemunculan Pact of Light dan terbentuknya Veda membuat dirinya dipaksa untuk pindah ke
Mt. Orphean, untuk berguru pada Archmage Edras. Di sana, dia jadi bahan cemoohan
sesama siswa karena kecerdasannya yang rendah dan sulit berkembang, dan walaupun
Volkath dan Veera terus melindungi dirinya dari perlakuan terburuk sekalipun, dia
mulai menyimpan rasa dendam terhadap Veda dan semua yang berkaitan
dengannya.\n\nMaloch jadi yang pertama bergabung dengan Volkath dalam pemberontakannya
pada para dewa, dan yang pertama mengikuti sang Dark Lord ke Abyss. Mengandalkan
raganya yang kokoh, dia jadi yang pertama mejalani eksperimen menggunakan energi
kegelapan Abyss, sebuah proses yang memberinya kekuatan iblis yang luar biasa
besarnya, dan menutupi kelemahannya. Dia jadi figur inti di dua invasi utama Lokheim
ke Athanor, membantai banyak pahlawan Archon, Elf dan Manusia.\n\nDengan kembalinya
Volkath, Maloch sekali lagi mengangkat panji pasukan garis depan Lokheim, siap untuk
memimpin invasi ke-tiga.
4EAFE99309463614_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4ED8DE9A4038D5B9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4F083C004E05394C_## = Saudari
4F32ADB48D873EA1_## = Ini akan terasa sedikit sakit…
4F37326957510577_## = Nakroth berikrar setia pada Maloch, yang dia hormati sekaligus
takuti, dan berniat balas dendam terhadap musuh lama.
4F6B85317E681E8F_## = Dragon's Roar
4F6F0898E2F0758E_## = Salah satu legiun Lokheim, beranggotakan iblis bawahan Maloch.
4F9225F89449850A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
4F965C1E553457B4_## = Musuh Besar Shadow Forest
4F96EA3D43D300E1_## = Kingdom of Okka
4FC8BB0B10171835_## = Kepala mangsanya menghiasi trofinya.
4FCEE45AAA9A1A40_## = 25 MAR
4FF5D4A261447043_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
500429F993531E0D_## = Seppuku
501A43EDB302A9B9_## = The Seer
50531411F29950A4_## = Apa yang akan Enzo lakukan jika Yorn diculik saat dia sedang
sembahyang pagi?
50BFAE5FA7608BE9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
50C8EBC63CE86A29_## = 165cm
50F1612CC6ACBCB7_## = Lokheim
50F7F44330773963_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
514A0B6F5F2D6799_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5185A58BAC36B61B_## = Afata
51C56107B5694A21_## = D'Arcy sat in his laboratory, watching Murad's group through his
magic crystal, having been informed of their arrival by the sentries. He did not have
many guests here at the Great Wall - most of his friends were either no longer among
the living, or simply came and went as they pleased, and he was curious about these
visitors."Interesting. Very interesting." D'Arcy muttered and turned his gaze to
Murad's belt. "Very interesting indeed."The train passed through the military district
and arrived at one of the Great Wall's hubs. According to Adele, there were hundreds
of such hubs across the length of the wall, drawing magical power from the environment
and feeding it into the wall's myriad magical defenses, such as the powerful magic
cannons that sat atop the wall.As the trio alighted the train and approached the wall
on foot, Adele pointed to a long row of names etched into it. The names of the heroes
who died defending the wall, she said.Yena gazed up at the names of the heroes, and
thought back to her former home, the fallen empire, and her friends, buried beneath
the sand, their names lost to the desert. She did not stop, however, and followed
Murad and Adele into a small metal cage, which Adele called an "elevator".Adele saw
the two of them off and waved goodbye. "I must return to my duties. Lord D'Arcy's
assistant will receive you at the top. Good luck!"The elevator doors closed and began
to move with a low hum, slowly accelerating as it ascended. The feeling of increased
weight was not especially uncomfortable, but unfamiliar and unsettling. Yena sneaked a
peak at Murad, who was impassive, silent, and seemingly uninterested in any
conversation. Yena looked back down, twiddling her fingers without a word.The former
prince of a once-great empire. A former temple acolyte with many faces who served many
masters, or at least professed masters. In this isolated, claustrophobic space with no
one else around them, they set aside the masks that they wore in public, licking
wounds too old, too deep and too painful to reveal to anyone who did not share
them.The silence did not last for long, though it felt like an eternity. A chime
sounded, and the elevator came to a stop. In less than a dozen seconds, Murad and Yena
had arrived from ground level to the top of the wall, nearly a hundred stories high.
Both of them looked up and put on their best smile. It was time to make a good
impression."Welcome to the Laboratory of Dimensional Magic. Interim Laboratory, if one
is to be perfectly exact." A middle-aged gentleman with a rather generous waistline
was waiting outside the elevator, dressed in a formal black suit and wearing a
monocle. "My name is Bubba, and I am Lord D'Arcy's assistant. Allow me to take you to
the reception room.""Thank you, Bubba," replied Murad, now looking every bit the part
of the flamboyant and carefree prince. The two of them followed Bubba through a narrow
corridor with silver walls and floor, barely wide enough for two people to walk side-
by-side."Kindly stay on the marked sections of the corridor," said Bubba as he led the
way. "Lord D'Arcy has been conducting experiments on Dimensional Magic in this place
for hundreds of years, and it has inevitably had a destabilizing effect on the planar
fabric. As you value your existence kindly do not step outside these two silver lines,
or we cannot guarantee that we will be able to retrieve any molecule of yours for your
next of kin." Only then did Murad and Yena notice a silver line running along the
corridor on each side, making the already-narrow corridor even more cramped. Yena
slowed down a bit to allow Murad to go ahead, following behind in a file."Lord D'Arcy
must be...frugal, keeping his own space so simple. Surely he could have had a much
more spacious environment if he wished," said Murad drily."He does not have many
visitors to show off to. I am the only one who uses this corridor regularly," said
Bubba, patting his belly with a hint of pride. "The width of this corridor is built to
yours truly's specifications.""What about the others? Adele said there are many
students at the lab studying under D'Arcy," called out Yena from the rear of the
file."Ah, have you forgotten where you are?" Laughed Bubba as he shook his balding
head. "The students use the dimensional portals that Lord D'Arcy set up. Those who are
incapable of activating the portals are, of course, unworthy to study with Lord
D'Arcy.""Do you mean there are Andura Stones here? Andura Stones, attuned to
Dimensional Magic?" Yena's question was not so much a question as an affirmation.
Though she had never had a formal magic education, she had some knowledge of the
arcane through her training at the Temple, and she knew that Andura Stones of the
corresponding nature were required to maintain an Rune for an extended period.Without
even realizing it, Murad had grabbed the hilt protruding from his belt, belonging to
one of the twin Blades of Time, sacred artifacts of the Helios Empire passed down
through the royal line, said to be able to tear open the fabric of space and take the
bearer back in time. Overuse had exhausted and damaged the artifact, now relegated to
its sheath to prevent further loss of its powers.
51CC61BF121DFFA6_## = Wisp tak hanya merupakan puteri angkat dari Moren yang
termahsyur, namun juga adik dari Max, the “Wunderkind†. Meskipun banyak penghuni
Kota Cedar, tempat para sosok jenius Atahnor berkumpul, yang iri pada dirinya, Wisp
diam-diam mengakui bahwa tak mudah berada dalam bayang-bayang sang kakak yang
cerdas.\n \n Tapi, memiliki ayah yang terkenal serta kakak yang jenius memang ada
manfaatnya. Berkat mereka, Wisp dapat menjadi ahli ulik mesin di usia yang sangat
belia, walaupun apa yang dia sentuh rusak atau hancur tanpa sebab pasti. Dia pun
akhirnya dikenal sebagai “Sang Ahli Peledak dari Lab†.\n \n “Tak usah khawatir,
anggap saja angin lalu,†Moren selalu menghibur Wisp dengan perkataan tersebut agar
terus berkreasi. Dia pun meyakininya dan terus bereksperimen, dan Max pun harus sabar
menghadapi ledakan, kejutan listrik misterius serta kekacauan yang diakibatkan
Wisp...\n \n “Jangan khawatir, anggap saja angin lalu,†Wisp pun berkata hal yang
sama untuk menghibur Max.\n \n Hanya kurang dari dua tahun, Wisp telah berhasil
menguasai segala hal tentang permesinan dan fungsinya. Pada akhirnya, dia pun merasa
bahwa merakit bom sudah menjadi keahlian utamanya, yang berarti bahwa dia harus
berpindah tempat tinggal ke area pegunungan berpopulasi sedikit agar bisa terus
bereksperimen.\n \n Max sudah tentu merasa senang mendengar hal ini karena dengan
begitu dia terlepas dari mimpi buruk yang terus menghantui dirinya semasa satu lab
bersama adiknya. Namun selayaknya kakak yang baik, di tetap mengkhawatirkan keamanan
adiknya, jadi dia pun menciptakan the “Destructor†, alat transportasi berkekuatan
mesin yang mampu dijadikan senjata mematikan saat dipenuhi amunisi.\n \n “Trims,
kak!†kata Wisp sambil bergegas memasuki kokpit. Max tetiba teringat Bug serius yang
belum sempat dia perbaiki, namun sudah kepalang terlambat. The Destructor tetiba
berhenti beroperasi selang beberapa saat.\n \n Wisp menggerutu, “Apa-apaan ini?
Kakak memberiku alat yang mudah rusak?†\n “Cuma kecelakaan kecil kok!†sahut
Max, dan dia pun berfikir keras, “yah, kamu yang menyentuhnya, jadi tak mengherankan
kalau dia rusak.†\n \n “Nah, kamu kan ahli ulik, jadi seharusnya bisa diperbaiki
dengan mudah,†akhirnya Moren berbicara.\n \n “Ini sih gampang!†sahut Wisp,
meluncur dari the Destructor dan mengambil kunci inggris dari Max.\n \n Tak lama
kemudian, Wisp pun mampu memperbaiki the Destructor dan beranjak pergi. Baik Moren
maupun Max tersenyum melepas kepergian Wisp. Akhirnya dia memulai kehidupan mandiri.
Namun, tak lama setelah mereka memalingkan badan untuk pulang, muncul sebuah ledakan
yang mengguncang area sekitar dan terdengarlah teriakan Wisp yang familiar, “inti
energinya meledak! Bantu aku memperbaikinya!â€
51F077BC85E59562_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
521C1AAC3738D54F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
5247F3B386CC0738_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
52C46CCBDAABC487_## = Pelayan Setia
5316408273D26197_## = Chapter 2
5394F49F6A645797_## = Elda River
53B0C9140AAB0AD2_## = {0} Life Steal <color=#ffd200> {1}/{2}</color>
53B1CB2D20EF9649_## = Sihir merupakan rahasia dari penciptaan, yang jadi nafas
dunia.\nMereka yang berteman dengan sihir adalah temanku juga.
53B3329BF48C3C38_## = Dark Lord Reborn
53F45516722E9C73_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
53F651BF43CD46BC_## = Carano
540E6B905D9AEA4F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
546665E7B726BC8B_## = 190cm
54814DF7568E6EF4_## = The Seer
54892FAF41EBEA7A_## = Biografi Y'bneth
54AFEFB6F7DAB4C9_## = Musuh Kerajaan
54CBEAA1316CA1CB_## = 50 MAR
54D6A9942B9A677B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
54F23AD2B542CECA_## = Eland'orr
54F2705C29936D2B_## = Terlahir di area tebing, dia ahli bertahan hidup di alam liar.
5515C4883173F7CD_## = Terkenal sebagai Playboy saat masih sekolah.
551B9D4F0DBD5E9D_## = Tenang sebelum badai, pembukaan sebelum pembantaian.\nBiarkan
langit dan bumi runtuh, biarkan kematian berjaya selamanya.
552249543AEF8294_## = Pengawal pribadi sang ratu, yang juga bagian dari Penjaga Hutan.
55374CB664E420C9_## = Kawan dan Lawan
554073DCEE2E3081_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
55AA6B162C521FFA_## = The Adventurer
55B5EC6995B72788_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5626EE123BCC3BA9_## = Violet
568F031C4062378E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
570015FB106B6DBC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5701BBEC1B65DDFD_## = Toro
5720743969042639_## = Mina
576261D8F72B7002_## = 55 MAR
5783DDAED97B5B1C_## = Yang tersisa hanya satu buah Rose Cookie. Baik Sephera maupun
Dirak menyukainya. Kuberikan pada siapa ya?
578F4793C4A59955_## = “Apa yang harus kulakukan saat perang usai?†Di malam yang
dingin, pedang Butterfly memancarkan cahaya merah tua yang memberi kesan
hangat.\n“Bertahan hidup bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang sepertiku, orang
yang seringkali bersinggungan dengan darah dan urusan kotor. Aku tak punya waktu untuk
memikirkan hal lain,†ujarnya sinis di balik bayang-bayang. Butterfly sama sekali
tak terlihat kelelahan, bahkan setelah terus-menerus melalui hari-hari penuh
pertarungan. Sebagai prajurit bayaran yang terlatih, dia mampu menjaga dan memulihkan
staminanya melewati peperangan yang melelahkan.\nButterfly merupakan nama sandi
pemberian ordo prajurit bayarannya. Tak seperti prajurit bayaran pada umumnya,
Butterfly mendapatkan pelatihan khusus dari ordonya. Seiring bertambahnya jumlah
anggota ordo, jenis permintaan yang mereka terima pun semakin rumit. Klien tak segan
mengirimkan permintaan tertentu; hal ini mencakup kemampuan, gender, usia, dan bahkan
penampilan tertentu. Oleh karena itu, pihak ordo dengan tekun melatih Butterfly agar
mampu menjalankan misi yang senantiasa berubah.\nMelihat kontraknya, Butterfly,
merupakan yatim piatu, yang dibesarkan dan dilatih oleh ordo. Hal ini membuatnya
terikat oleh kontrak dengan perkumpulan tersebut, yang mewajibkannya untuk merelakan
setengah penghasilan dari tiap misinya sebagai bentuk penebusan atas investasi yang
ditanamkan pihak ordo pada dirinya, setidaknya hingga hutangnya lunas.\nBerkat
keefektivitasan, dan kompetensi yang dipertunjukkan dirinya, serta jumlah unit wanita
yang terbilang sedikit, Butterfly pun ditawari pekerjaan untuk melindungi Astrid, anak
perempuan termuda dari Duke of Rose. Dia berhasil menyelesaikan sejumlah misi yang
cenderung serupa, yaitu menemani para bangsawan wanita ke berbagai acara, seraya
menjaga meraga mereka dalam balutan busana pembantu.\nJikalau bayaran yang diberikan
tidak menggiurkan, tentulah dia akan mengabaikan misi-misi tersebut dan mengambil misi
yang lebih menantang, seperti berburu naga dari the Abyss, atau membunuh ketua
gerombolan bandit. Misi yang lain nampaknya akan terasa lebih menarik dibandingkan
melayani sekelompok sosialita, melewati malam seraya mendengarkan gosip murahan
mereka.\nAnehnya, misi baru yang diterima Butterfly tidaklah semembosankan yang
dibayangkan. Sebaliknya, dia merasa bersemangat, bahkan nyaris kewalahan, saat
menjalankannya, saat dia diutus untuk melindungi Astrid dalam pertarungan menghadapi
pasukan Lokheim yang berhasil mengalahkan Arduin dan para kesatria Veda.\nSelepas
kematian sang ayah dan saudara laki-laki, serta penyerangan yang menimpa kastilnya,
Astrid muda memimpin Knights of Rose ke medan pertempuran membawa nama keluarga Rose.
Butterfly dibayar untuk melindungi Astrid, dan saat pertarungan selesai, keduanya
harus menanggung luka yang membekas akibat peperangan yang berlangsung berhari-
hari.\nNyatanya, berdasarkan aturan yang dimiliki ordonya, Butterfly berhak untuk
meninggalkan misinya jika menemui hal khusus, yang mengacu pada pasal, yang berbunyi
“Munculnya Perubahan Besar dalam Hal Kompleksitas Misi.†Akan tetapi, dia tetap
menjalankan tugasnya, yaitu melindungi Astrid di tengah ketiadaan Sang Ayah, Duke of
Rose, yang tak akan pernah menyangka bahwa anak perempuannya akan turun ke medan
perang. Saat Astrid mengangkat pedang ayahnya, “Embertrail,†misi yang diemban
Butterfly pun menjadi begitu sulit.\nNamun Butterfly tidak gentar, bukan hanya karena
itu sudah menjadi kewajibannya, namun juga karena begitulah cara dia bekerja.\n“Kata
'kabur' tidak ada dalam kamusku.†"\n
57A817E0E832EB21_## = Ryoma
57A822A590D492DB_## = "Kegelapan selalu ada. Dia bersemayam di semua karyaku layaknya
tumor."\nEnzo lebih dari sekedar pengadil bagi pihak gereja; dia juga sesosok seniman
terkemukan, yang mampu menghasilkan karya lukis yang banyak dicari pengikut. Di sisi
lain, dia terlibat dalam pembuatan bentuk karya lain, dimana kuasnya menjadi alat
siksa dan eksekusi, dengan palet yang beralirkan warna merah darah.\nBerasal dari
Gunung Ophean, Enzo telah didoktrin ajaran Kuil semenjak kecil dan diterima pihak
gereja berkat bakat seninya yang luar biasa serta keimanannya yang tinggi. Dia
merupakan sosok pelajar yang teratur dan berbakat, dan walaupun selalu terkesan
menyendiri, tak menghalanginya untuk meraih posisi tinggi di Kuil, menjadi salah satu
murid paling menjanjikan.\nSebagai pengadil, Enzo tampil sebagai sosok yang terkenal
di Kuil, ada yang mengaguminya namun ada juga yang iri padanya. Namun, Enzo tak punya
waktu untuk meladeni hal tersebut - dia hanya memedulikan "karya
seninya".\n"Darah...betapa indahnya...mengapa aku berfikir seperti ini?" Pikiran jahat
merasuki benak Enzo seraya dia mengikis semangat korbannya sedikit demi sedikit.
Seraya menetesnya darah merah kental ke lantai batu yang dingin, Enzo perlahan menata
tingkat dan arah rasa sakit dan penderitaan sang korban, sehingga keduanya mampu
bersatu dan mekar menjadi seni berdarah, semerah mawar. Inilah karya seni pertama Enzo
yang bertemakan darah dan rasa sakit, dan secara alami dia jatuh cinta pada karyanya
itu. Namun, jauh di lubuk hatinya, Enzo merasa takut. Sifat brutal dan kasar
bertentangan dengan ajaran teologi yang diterimanya semenjak kecil - kedua sifat itu
begitu identik dengan kaum iblis Abyssal.\n"Cahaya Suci, terangilah jalanku." Setelah
berdoa dan bermeditasi sedemikian rupa, Enzo memutuskan untuk melakukan penagkuan.
Lagipula, Cahaya Suci tahu segalanya, menerangi segalanya.\n"Kegelapan yang ada di
hati kita merupakan dosa yang kita bawa sejak lahir," kata pendeta. "Tak perlu takut,
tak perlu melarikan diri. Kau lahir di bawah naungan cahaya dan tumbuh diiringi
kejayaannya. Jiwamu sekuat imanmu, dan layaknya bulan dan bintang yang menyinari
langit malam, kegelapan terpekat pun dapat memberikan cahaya."\nMengira akan
dibebastugaskan dari posisinya sekarang, Enzo meninggalkan Hall of Gospel tanpa
kehilangan posisi dan diiringi ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Seraya dia berjalan di bawah sinar mentari ditemani pemandangan Kuil Cahaya yang
seolah menyambutnya, Enzo tersungkur dan air mata bahagia mengaliri wajahnya.\nCahaya
adalah hidupku, citaku. Jiwaku merasakan perlindungan dan kenyamanan karenanya, dan
sekarang tak akan gentar menghadapi kejahatan. Berhasil menguasai iblis dalam hatinya,
kinerja Enzo jadi semakin menakjubkan, dan tak butuh waktu lama untuknya meraih posisi
penting di lingkaran dalam gereja. Dia mendapatkan akses ke beragam rahasia gereja,
dan saat Hayate, sang ninja pelarian, menyusup ke kuil kuno Mist Island untuk memutus
Pact of Light, Enzo diutus untuk menyelidiki kejadian tersebut, karena dia satu dari
sedikit pihak yang mengetahui tentang Mist Island.\nEnzo merasa begitu gelisah saat
memeriksa bukti kejadian. Sosok penting yang berontak. Infiltrasi yang mampu
mengelabui semua sistem pengaman. Penyelamatan tepat waktu. Dan aroma iblis yang
menyesakkan. Apa yang dilakukan pengkhianat ini sehingga bisa melewati pertahanan
Dragon Tower, baik pertahanan fisik maupun sihir? Apakah ini semua ulah Hayate seorang
diri, atau ada pihak lain - mungkin beberapa orang - yang jadi dalangnya? Semua ini
begitu menarik...\nBertekad untuk memecahkan masalah ini, Enzo menetapkan hati untuk
menangkap Hayate dengan tangannya sendiri, dan dia tak akan berhenti hingga dia mampu
menemukan sang pelarian, hingga dia mampu untuk melampiaskan semua yang telah dia
pelajari pada sang pengkhianat, hingga si kafir menyesali perbuatannya.\n"Mereka yang
menodai Cahaya patut merasakan amarahnya!"
57C855CEAE5F162A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
57D8B7F5A9FDB40D_## = Federation of the Free
581284E14BDBFB6B_## = Dark Lord Reborn
58333E20171BA7F4_## = Mandi gelembung tiap hari.
583CD06634D61F94_## = Kingdom of Norman
5857FC76DCA0217E_## = "Waktu itu adil, namun kejam..."\n\nTreefolk dari Hutan Elborne
merupakan penjaga alam yang kukuh. Selayaknya pohon pada umumnya, Treefolk terlahir
sebagai pohon muda yang lemah, namun perlahan tumbuh besar menghadapi puluhan hingga
ratusan tahun kondisi alam yang kejam. Masa hidup yang mereka miliki memberi anugerah
berupa ranting yang kuat, dedaunan yang lebat, serta kepribadian yang tenang dan
damai. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Y'bneth. Dia merupakan individu yang
berkeingintahuan tinggi, selalu ingin mempelajari ilmu baru.\n\nBaik itu peri yang
berlalu begitu cepat, burung yang menjelajahi langit, hewan yang mencari makanan,
maupun ikan yang berenang—Y'bneth berhasrat untuk mengenal mereka semua. Dia sudah
pernah menjelajahi Hutan Elborne yang luas, dan dia tak berniat berhenti sampai di
situ. Semakin banyak ilmu yang dia dapat dari teman-teman barunya, semakin dia
menyadari bahwa banyak hal yang belum dia ketahui. Akhirnya, datang hari saat dia
harus memutuskan bahwa tiba saatnya bagi dirinya untuk menjelajah dunia luar.\n\nSemua
Treefolk menganggap dirinya gila, dan bahkan para peri pun menganggap keputusannya
sedikit gegabah. Burung-burung membawa kabar dari tempat yang jauh: manusia memperluas
wilayah kekuasaan mereka, dan seringkali berperang dengan kaum Beast di perbatasan
demi memenuhi rasa serakah mereka. Makhluk yang bersembunyi di kegelapan pun bersiap
untuk menjalankan rencana. Dapat disimpulkan, dunia luar bukanlah dunia yang damai.
Y'bneth mulai mempertanyakan pilihan yang diambilnya. Haruskah dia mengikuti kata
hatinya, atau haruskah dia mendengarkan saran teman-temannya? Akhirnya, dia
menyimpulkan bahwa hanya Tree of Dawn yang mampu memberinya jawaban.\n\nTree of Dawn
merupakan mahakarya Sang Pencipta, dan tempat sempurna bagi para dewa yang dapat
digunakan saat kembali ke Athanor. Ini merupakan bentuk keajaiban yang mengunci Rift,
awal dari semua kehidupan. Bagi Y'bneth, berkunjung ke Tree of Dawn bagaikan pulang ke
pangkuan ibunya. Tree of Dawn telah tertidur selama lebih dari sepuluh ribu tahun
lamanya karena harus menguras semua energinya demi mengunci Rift, dan semua yang
hendak berkomunikasi dengannya harus melakukannya melalui mimpi Sang pohon. Treefolk
memiliki keuntungan tersendiri dalam hal ini—yang perlu mereka lakukan adalah
menanamkan akarnya jauh ke dalam bumi, dan dengan demikian mereka mampu dengan mudah
menjalin koneksi dengan Tree of Dawn melalui jaringan bawah tanah.\n\nSetelah Y'bneth
menjelaskan alasan di balik kunjungannya, dia dipersilakan masuk ke dalam mimpi Tree
of Dawn, di mana dia merasakan sejuknya musim semi, cerahnya musim panas, dinginnya
musim gugur dan sepinya musim dingin. Dia menyaksikan berlalunya empat musim, lagi dan
lagi, dalam sebuah siklus tanpa ujung. Meskipun demikian, tak sepatah kata pun keluar
dari Tree of Dawn. Itulah jawaban yang dia cari: ikutilah alur alam, dan semua akan
baik-baik saja. Oleh karena itu, Y'bneth mulai beranjak. Kali ini, tak satu temannya
yang mampu menghentikannya, dan mereka bahkan mengadakan upacara perpisahan yang megah
untuknya. Dia pun menerima hadiah perpisahan dari Tree of Dawn as well—sebatang
ranting dari pohon legendaris itu sendiri.\n\nMengikuti arah sungai, Y'bneth berjalan
kaki ke arah timur hingga tiba di Moonlit Plains, tempat di mana para pelayan
kegelapan muncul dari bawah tanah dan mulai membuat kekacauan di tanah yang indah itu.
Moonlit Plains, tempat yang dulunya merupakan tanah yang subur bagi flora dan fauna,
menuju kepunahan dengan kecepatan yang begitu tinggi. Saat itulah terbesit dalam benak
Y'bneth apa tujuan sebenarnya dari perjalanannya. Dia menarik batang dari Tree of
Dawn, dan menggunakannya untuk menciptakan hutan yang baru di Moonlit Plains, yang
dinamai Verno—berasal dari bahasa kuno Elf, yang bermakna "perlindungan".\n\nHutan
Verno yang rimbun telah memulihkan keseimbangan alam dan menjadi tameng yang
melindungi semua penghuninya dari hujan panah dan sihir berbahaya. Dengan lahirnya
Persekutuan Afata, Hutan Verno dengan cepat berubah menjadi pos terdepan untuk
menghadapi serbuan pasukan kegelapan. Perjalanan Y'bneth berakhir di sini—dia
mengakhiri pencariannya dan tinggal di Verno Woods, yang kini menjadi rumah ke-
duanya.\n\nLokasi Hutan Verno yang strategis membuatnya menjadi tempat yang seringkali
dilintasi pelancong, sebuah situasi ideal bagi Y'bneth, yang gemar mendengarkan kisah
mereka. Di tempat ini, dia mewujudkan mimpinya untuk belajar lebih banyak tentang
dunia, seraya memenuhi takdirnya untuk melindungi kedamaian dunia—takdir yang
dipercayakan padanya oleh Tree of Dawn.\n\n"Aku akan melindungi rumahku beserta semua
yang hidup di dalamnya!"
586294AB30ACFF7B_## = Dia menumpang Y'bneth saat malas berjalan.
58705B6B227F65C8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
588247E87E14FAA9_## = Veda
5884A4761C579A52_## = Banyak yang diam-diam tertarik padanya di Revolutionaries.
58EFC9C58C206B5A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
58F79FABA18A9B20_## = Kingdom of Norman
59509CD9427FC12B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
59635370D2FDDCDF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
596C4E9981EFA560_## = Sang Kekasih
5970130FCFB8A070_## = Lauriel
59A8D3C46A82D716_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
59AA1BE2821A3A11_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
59C876124DE649A3_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
59D1DDB6C689A373_## = Kingdom of Norman
59D58638417AE3D8_## = Chapter 1
59FC3FE2111B0CB9_## = Marja's laughter echoed through the cavern. She had not been so
amused for a long time."I failed in my task, unfortunately." Hayate answered in a
humble and straightforward manner."Let's hope Veda doesn't churn out people like you
all the time, or we'll never win this war!" Said Marja. Mganga, meanwhile, simply
stood by one side - the less involvement he had in the political struggles of those
high above, the better.Marja had stood up and descended from her throne to approach
Hayate. "So...what did you get from that old dragon?"Hayate felt his heart skip a
beat, and a dark dragon shadow appeared behind him with a great roar that shook the
caverns. Marja stopped, stunned - not because of the dragon roar, but a feeling that
was so familiar yet so strange, one that she had not felt for tens of thousands of
years."Volkath! Is it you? Volkath!" Marja screamed, completely forgetting that there
were others present. Another black shadow had risen from behind her and had caught the
dragon shadow in its embrace, while the latter desperately tried to escape.Hayate was
no less stunned. He had never felt such power, such helplessness - not even on the
night that he faced Xeniel's might.Before their eyes, the shadow that came from Marja
grew more and more corporeal, while the dragon faded away. Hayate felt his strength
leave his still-convalescing body rapidly."Marja, my love. Who could have thought that
the parting gift I left for you would become the key to my resurrection?" Volkath's
shadow stood up and reached out to embrace Marja. "However...we have matters to attend
to before us."Marja was beyond words and could only nod her affirmation, trembling in
excitement and completely submissive to the shadow that had her enthralled in every
way. Volkath let go of the struggling dragon shadow and allowed it to return to inside
Hayate."You still have something that I want, mortal," said Volkath, looking down at
Hayate with his shadowy eyes. "And you may be of use to me yet, mortal. Know that
Volkath rewards those who serve him fairly, be it wealth, power or strength that you
seek...""I just want to keep Mist Island out of your war," answered Hayate. But
something told him that if there was anyone who could fulfill his wish, it would be
the being before him."So be it," said Volkath. He turned to Marja, who was still
looking up at him with adoring eyes. "Will you bear witness to this promise and
perform it on my behalf, my dear? Perhaps the mortal will be more comfortable if he
had assurances from someone who had physical form."Hayate did not move, though his
heart rate rose every so slightly."Of course! Your wish is my command." Marja turned
to Hayate and smirked. "Serve Lord Volkath faithfully, and your wishes will be
fulfilled."Hayate still did not know who Volkath was, but he had learned enough about
Marja from Mganga. He bowed deeply in the tradition of his people, signaling his
acceptance and subservience."Now leave. You will be told of your duty when it's time."
Marja was eager to send Hayate away, for she had far too many things to say to
Volkath. Then she glared at Mganga. "Say nothing of this to anyone. Or else..."Mganga
felt sweat run down his back, but he put on his best smile and bowed as Hayate did. "I
live to serve your will, my lord.""Excellent." Even without corporeal form, Volkath's
satisfaction was clear. "The day will come when we stand high above all, even the
accursed Veda. And when that day comes, you will all be duly rewarded."
5A0748277A6B5E11_## = Pertarungan Sang Pengawal
5A12C122C80EE19C_## = Y'bneth
5A2477010401CE27_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5A4179A3DD6A5B6B_## = Biografi Richter
5A4B848D08AF8B24_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5A7217E1F6528E02_## = Assassin
5A8E2D2ADF71B322_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5A8F225EC8E7A5C2_## = D'Arcy harus membayar mahal akibat pertarungan dengan mentornya
terdahulu, Lorion. Di balik jubahnya yang terkoyak, mengalir darah hitam dari lukanya,
yang jadi penanda bahwa lukanya itu disebabkan oleh ilmu hitam, yang meninggalkan
kerusakan dan kutukan pada mereka yang disentuh.\nHanya kekuatan para dewalah yang
mampu menetralisir efek ilmu hitam. Manusia biasa hanya bisa menahan sakitnya dengan
semangat hidup atau ilmu sihir. Itulah mengapa D'Arcy bertekad untuk melenyapkan ilmu
hitam.Agar tak menularkan pada temannya, D'Arcy sengaja tak berkumpul bersama mereka.
Dia meninggalkan sepucuk surat dan memulai perjalanan untuk mengenyahkan kutukan
itu.\nPemberhentian pertamanya adalah Gunung Suci Orphean beserta artefak Veda di
dalamnya. Selanjutnya, dia berlalu ke Verno, berusaha mencari pohon dunia dan ratu Elf
yang bersemayam di dalamnya, yang memiliki senjata yang mampu melawan ilmu
hitam.\nPencariannya itu tak membuahkan hasil. "Diminta" pergi oleh penjaga Verno,
D'Arcy terpaksa menghampiri tujuan terakhir - jurang dunia, yang menghubungkan dunia
Athanor dengan Abyss di Lokheim. Tempat ini menyimpan banyak misteri sihir, tempat
yang jadi asal muasal ilmu hitam.\nMungkin dunia mengakui bakat sihir D'Arcy, atau
mungkin hanya kemujuran semata. D'Arcy tiba di jurang dan gagal menemukan apa yang
dicari, namun dia menemukan kekuatan baru saat dia tak sengaja tersapu ke dalam jurang
dimensi. Dia menemukan sesuatu yang bernama Sihir Dimensi.Dengan kekuatan barunya,
D'Arcy mampu memisahkan ilmu hitam dari raga. Dia tak lagi tersiksa oleh sakit yang
dulu menghantuinya setiap saat, selain itu tubuhnya yang lemah pun kembali prima
berkat kekuatan sihir barunya. Berhasil menguasai sihir dimensi, D'Arcy melintasi
dinding antar dimensi untuk kembali ke Athanor dan teman-temannya.\nPuluhan tahun
telah berlalu sejak menghilangnya D'Arcy. Anti-Dark Magic Alliance telah berkembang
baik dalam jumlah dan kekuatan. Mereka telah membuka segel kuil kuno Veda, dan
bersamanya, berbagai fraksi baru bermunculan dan menetapkan posisi mereka. Sebagai
penyihir ilmu hitam ternama pada masanya, bekas mentor D'Arcy, Lorion menjelma jadi
sosok penjahat paling berbahaya.D'Arcy memimpin serangan terhadap benteng terakhir
para penyihir tersesat itu. Di Wailing Marshes lah, D'Arcy bertarung dengan mentornya,
menyudutkan Lorion dengan kekuatan barunya. Sebagai bentuk belas kasihan, serta
dilandasi rasa terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan Lorion, D'Arcy membuka
gerbang dimensi, lalu mengasingkan Lorion ke dunia lain.\nNamun jiwa Lorion sudah
terlanjur jatuh ke kegelapan. Dengan penuh kemurkaan, dia melepaskan sisa kekuatan
sihirnya, yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, lalu menjadi satu serangan terakhir
ke arah D'Arcy.\nD'Arcy memang berhasil mengasingkan Lorion, namun perlawanan terakhir
Lorion membuatnya lemah, sehingga dirinya kehilangan kendali atas gerbang dimensi yang
dibukanya. Akhirnya, D'Arcy pun turut terseret ke dimensi lain.\nDi sanalah di
menemukan pecahan arwah Volkath, Sang Raja Kegelapan. Nantikan kelanjutannya di lain
waktu...
5A90E621EB944300_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5A96DDDB7FDC95FB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5AFA4E31804EFF94_## = Jadi angin penyejuk bagi ratu di hari yang panas.
5AFDC1634F6EA35E_## = Zill berdiri di samping Tel'Annas di Sunfall Valley, menyaksikan
pasukan Afata menghadapi Shadow Worms. Dia mencuri pandang untuk melihat rambut
keperakan Tel'Annas, yang terayun lembut oleh tiupan angin - sebuah aksi usil yang dia
rahasiakan.\n\n"Zill," kata Tel'Annas. "Lakukan."\n\n"Keinginanmu adalah perintah
untukku." Zill menundukkan kepala, dan dua pedang muncul di tangannya. Tak lama, dia
pun lenyap bersama angin.Kriknak menyelinap diantara pasukan Shadow Worm, mencari
celah untuk menyerang Tel'Annas, saat nalurinya mengingatkan akan bahaya yang datang.
Dia melompat, menghindari serangan Zill. Sang pengawal pribadi Tel'Annas melempar
pedangnya ke arah Kriknak dengan kekuatan badai, dan Kriknak melebarkan sayapnya untuk
terbang menghindarinya.\n\nKeduanya setia mengabdi pada tuannya sebagai pengawal
pribadi, namun mereka juga merupakan pembunuh lihai. Mereka tak bertarung sebagai
prajurit garis depan, namun memanfaatkan barisan pasukan untuk berbaur dan bergerak
diam-diam, berusaha mencari titik lemah, atau berpura-pura lemah untuk memancing
musuh. Sebuah celah tetiba muncul di barisan Forest Guardians. Kriknak menjauh dari
Zill dan langsung menuju jantung formasi Forest Guardian, mengincar
Tel'Annas.\n\n"Yang Mulia!" teriak Zill. Di saat yang sama, Kriknak menerjang dari
deretan pasukan Shadow Worms, tepat ke arah Tel'Annas, terlalu cepat dan jauh bagi
Zill untuk menghentikannya.\n\nNamun bukan hanya Zill yang jadi pengawal
Tel'Annas."Tak secepat itu."\n\nDiiringi suara Y'bneth yang menggelegar, dua dahan
tebal mencuat dari barisan pasukan Forest Guardian, mementalkan Kriknak.\n\nMelihat
lawannya yang lumpuh, Zill menerjang pasukan Shadow Worm tanpa hambatan, menebas
mereka tanpa ampun. Inilah balasan Forest Guardians terhadap serbuan Shadow Worm -
bunuh mereka secepat mungkin hingga mereka kesulitan bersatu.\n\n"Terjang!"
5B1F51FFD2278670_## = Kingdom of Norman
5B7001799FA94B85_## = Manakah yang paling menggambarkan pandangan Maloch tentang
cinta?
5B79163201C11C1C_## = The War Hammer
5B83E6BD16CE436D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
5B9DD5BAB13F9647_## = 42 MAR
5BB78E89F17FA4CE_## = Abyss. Alam kekacauan, menjijikan, penuh darah, dan kegelapan.
Makhluk kuat dan menyeramkan berkeliaran di berbagai penjuru, menunggu untuk memangsa
yang lebih lemah dari mereka, seperti Zip.\nZip merupakan salah satu spesies generasi
baru yang berasal dari Abyss, dan tak mengherankan jika ada anggapan bahwa dia tak
serumit makhluk-makhluk yang berupaya memakannya - dia tak memiliki cakar tajam atau
raga yang kekar, hanyalah sesosok makhluk kecil berbulu yang tak mencolok atau garang
layaknya kebanyakan monster Abyss. Namun Zip bukanlah monster biasa.\nSebelum Demigod
jatuh ke Abyss dan menjadi Iblis, monster Abyss hanyalah makhluk buas, yang hidup dan
mati karena hukum alam. Jika hanya mengandalkan kekuatan dan keganasan, mereka tak
akan pernah menjadi kekuatan yang menopang dunia mereka.\n"Pemangsa puncak, yang
berdiri di puncak rantai makanan, namun tak banyak berguna," kata Veera, Queen of the
Night, dengan nada merendahkan. Namun Zip berbeda. Rasnya terlahir berkat ribuan tahun
transformasi Abyss oleh bangsa Iblis. Awalnya, mereka menggali batu dan tanah dengan
cakar tajam yang mereka miliki, menggali urat bijih yang diam selama ribuan tahun,
menempa perkakas pertama mereka menggunakan bara sungai lahar. Terlahirlah percikan
peradaban di kegelapan Abyss, dan Zip jadi yang paling mencolok.\nVeera segera
mengakui keberadaan Zip. Walaupun kaum Iblis didukung seisi Abyss, pasukan monster tak
berakal tak akan cukup untuk meraih apa yang mereka cari. Inilah mengapa dia perlu
pijakan di Athanor bagaimanapun caranya, membangun markas dan merekrut lebih banyak
Corrupted untuk bergabung dengan pasukan Abyss.\nKemunculan Zip mengubah rencana
Veera. Seandainya dia mampu mengembangbiakkan pasukan Abyssal yang memiliki daya
inteligensia dan kecakapan belajar seperti Zip, maka tak diragukan lagi, tak akan ada
lagi yang mampu menandingi pasukan Abyssal yang sudah menang jumlah.\nSpesies yang
baru tentunya masih harus banyak belajar dan dipertemukan dengan hal baru, sehingga
dapat diawasi dan dipelajari. Oleh karena itu, Veera memberi Zip wewenang untuk
menjelajahi seluruh area Abyss, dan dia menugaskan Mganga untuk mengikuti dan
mempelajari perilaku Zip."Sini, kawan kecil, ini tak akan menyakitkan, hanya perlu
sedikit bulu!" Mganga menunjukkan senyum terhangatnya - setidaknya, itulah yang ada
dalam pikirannya.\n"Jangan! Kau berbohong!" Zip yang pernah tertipu sekali, tak akan
tertipu lagi. Namun Mganga terlalu cepat. "Yah, kau tak bisa menolak!" sahutnya dengan
seringai.\n"Lepaskan! Lepaskan aku, atau a...aku akan memakanmu!" Zip membuka
mulutnya, dan secercah cahaya biru keluar darinya, seketika menelan semua yang ada di
hadapannya. Beberapa saat kemudian, semua yang disentuh cahaya tersebut pun lenyap,
termasuk Mganga. Dan tubuh Zip pun menggembung hingga beberapa kali lebih besar dari
ukuran tubuh aslinya.\n"Wah, lihatlah. Ternyata kawan kecil kita memiliki trik
rahasia." Veera bertepuk pelan dan berkata pada Mina, yang berdiri di sampingnya,
"Jaga dia. Jangan sampai Mganga bertindak berlebihan.""Kehendakmu adalah kehendakku,"
jawab Mina dengan patuh, namun dia harus menahan rasa penasarannya. Mengapa ratunya
sama sekali tak mengkhawatirkan Mganga? Tentu, dia memang menyebalkan, namun
menurutnya dia masih berguna...\nDan kemudian, tepat di hadapannya, Zip tetiba kempes
layaknya balon yang ditusuk jarum, memuntahkan Mganga dan semua benda yang baru saja
dihisapnya, mengembalikan tubuhnya ke ukuran semula.\nMganga yang nampak tak karuan
sama sekali tak marah, namun justru mulai berdansa layaknya anak kecil yang
kegirangan. "Dimensi saku! Perut kawan kecil ini memiliki dimensi saku! Dan aku akan
bereksperimen dengannya! Mwahahahaha!"Mina tak tahu menahu tentang sihir, namun dia
tahu bahwa dia harus melaksanakan perintah sang ratu. Dia pun mengangkat sabitnya dan
berjalan mendekati Zip, yang terbaring di tanah mengusap perutnya, masih memulihkan
diri akibat menggunakan kekuatannya untuk pertama kalinya. Mina tak berusaha untuk
menyembunyikan langkahnya, dan Zip menengadah dengan telinga yang terbuka untuk
melihat sesosok wanita muda bersabit yang mendekatinya.\nReaksi pertama Zip adalah
terpesona akan kecantikannya. Reaksi berikutnya adalah terdiam akibat rasa takut.
Namun, entah bagaimana, berhadapan dengan sosok yang menakutkan itu membuatnya
merasakan suatu kemiripan dan daya tarik. Pikirannya yang sederhana tak membuatnya
berpikir panjang, dan, mengikuti dorongan nalurinya, Zip berdiri dan mengusap dirinya
ke kaki Mina, mencium aroma dan menggoyangkan ekornya. Mina spontan mengusir Zip
dengan mengayunkan kakinya, lalu memutar badannya pada Mganga, yang masih berdansa.
\n"Ratu Veera telah mempercayakan makhluk ini padaku. Kau harus meminta ijin padaku
jika ingin berurusan dengannya, kalau tidak..." dia menyelesaikan kata-katanya dengan
memancarkan aura menyeramkan. Mganga hanya tetap berseringai, mengacuhkan Mina
menatapi Zip, dengan niat buruk yang terpancar di matanya.\nZip merinding dan dengan
cepat menghampiri Mina, yang sudah beranjak pergi.\n"Tunggu aku!"
5BD218D641D7F12C_## = Dark Lord Reborn
5C1DA883D3EA4411_## = Amily
5C2EA24AE5D62795_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5C4030BA88DAF4C0_## = Biografi Krizzix
5C54B8BC2C1C9F14_## = Enzo
5C5977D0CD31BC5B_## = Kau tak perlu mebuktikan keberanianmu. Kami menyambutmu di sini,
untuk memburu Iblis dan melindungi Great Wall bersama kami, hingga mati.
5C6D3BBFDF321327_## = Biografi Arduin
5C6EC04358237A9F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5CA67B78FE904E28_## = Superman
5CD2216799CCFC39_## = Pejabat Federation
5CD659508E5D6F19_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5CE9C7BFAECFE09A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5CF0201EB1917F8A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5CF58F7D0A0EAF66_## = Memilih gaya sederhana, tak menyukai hiasan berlebih.
5CF77D823B91386C_## = Gerbang neraka akan terbuka untukku.
5D01C00E41FD82A3_## = Petaka menunggu mereka yang berani ganggu tidurnya.
5D6272411BFBBCF8_## = Chapter 8
5DB2457D9DC03770_## = Fall of the Dark Lord
5DB6FAC3D5DA49C1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
5DE1D5ACCEE4063B_## = Mina
5E0742627831537D_## = Keturunan darah ningrat.
5E4E6C93A34BEEC9_## = Biografi TeeMee
5E567E62551638E4_## = Not even Maloch's incredible constitution could shrug off the
repeated thunder strikes from Tulen, known as the "Whip of the Creator".And there was
more to the thunder than the moment of impact; the energy lingered within Maloch's
body and continued to assault it, traveling through veins and vessels and burning his
flesh.As long as Maloch held his cleaver, however, he was a threat that Tulen could
not ignore."It's time." Tulen looked up, and in his eyes reflected Volkath's shadow,
which was becoming increasingly corporeal and complete. But a green crack in the
middle was draining the power for Volkath's resurrection.Then the shadow began to
quiver."Do not presume to challenge a god, vermin!"Tulen seemed to hear his own soul
reverberate.Then a ray of light appeared in the heavens, piercing the dark clouds at a
dark shadow that had appeared in the skies.
5E8E1570CF965DFB_## = Yena mencari cara untuk menggulingkan Azzen'Ka bahkan saat
sedang berpura-pura melaksanakan perintahnya. Namun dia terlalu kuat, dan Yena harus
mencari cara...
5EB3057B8A423A22_## = Guru Sihir
5EC588566AAD5CD1_## = 66 MAR
5ED0994FBADE89F2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
5EED9EF216DF8EF5_## = Tulen
5F1E3104F5BB9EF7_## = Shadow Valley
5F352582BE7CC83D_## = Selama aku hidup, dunia tak akan melupakan kita.
5F39EE5E9D85F196_## = Satu dari Four Halls of Veda, yang ditugaskan untuk mengelola
urusan militer dan persidangan. Archon Tulen jadi pemimpin Hall ini, namun dia
melimpahkan bagian operasionalnya pada Yorn, sang deputi.
5F6D3223FCE48959_## = Quillen
5F8E9D2DD2C34DE7_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
5FA339049BD25F53_## = Terlindungi alam, ibu kota Kingdom of Norman dikaruniai dataran
subur di selatan.
5FA38A726FA492A7_## = "Holy Flame akan menuntun kita ke Kingdom of Truth."\n\nDoktrin
Veda mengajarkan bahwa Holy Flame merupakan simbol cahaya dan kebenaran. Sebagai
penjaga Holy Flame, Ignis telah sejak lama bergantung pada pengetahuannya yang luas
serta keyakinannya yang kuat untuk menuntun umat yang taat menuju jalan cahaya. Atas
alasan inilah dia dikenal sebagai "Sang Penuntun." Padahal, sebelumnya, Ignis hanyalah
cendekiawan Kuil yang biasa saja.\n\nTerobsesi untuk mengungkap kebenaran, Ignis
menghabiskan waktu untuk belajar di Menara Perenungan. Dia mengkaji banyak teks kuno,
yang menuntunnya pada mantera manipulasi Holy Flame yang telah lama terlupakan.
Sayangnya, Holy Flame telah padam seabad lalu, yang membuat penemuannya sia-sia. Semua
yang ada di Kuil menyayangkan hal ini. Namun, Ignis merasa tenang. Studinya atas Holy
Flame telah membawanya satu langkah lebih dekat dengan Kingdom of Truth yang telah
diimpikannya sejak lama.\n\nWalaupun tak bisa digunakan, penemuan Ignis mampu
menggucangkan kekuatan kegelapan yang ada di luar sana. Tak ada yang menyangka bahwa
penemuan berikutnya dari Ignis berpotensi untuk menghancurkan keseimbangan antara
cahaya dan kegelapan. Dipimpin oleh Volkath, the Dark Lord, satu pasukan iblis
melancarkan serangan ke Kuil Veda, dimana kobaran api neraka yang membara menyelimuti
Tower of Contemplation. Para cendekiawan yang ketakutan melarikan diri, namun Ignis
menolak untuk pergi demi melindungi berbagai teks yang berharga.\n\n"Jika ini sudah
menjadi takdirku, maka kuburlah diri ini bersama Kerajaan Kebenaran dan pengetahuan
berharga ini!" Kematian seolah menunggu di hadapannya, namun Ignis tak gentar. Dia
terus berpegang teguh pada keyakinannya hingga akhir, mengucap doa lagi dan lagi:
"Kegelapan telah datang. Aku akan mengorbankan ragaku, nyawaku, jiwaku, demi membawa
percikan Veda kembali ke dunia dan menyinari jalan kita!"\n\nSeraya Ignis berdoa, satu
bola api putih muncul di telapak tangannya dan menghanguskan Iblis yang
mengelilinginya hingga abu. “Ini...inikah kekuatan the Anointed One?†Ignis
terheran-heran sesaat, namun dia langsung bereaksi. Dia mulai merapalkan mantera untuk
mengendalikan Holy Flame—mantera yang sejak lama tertanam di pikirannya. Api
tersebut berubah menjadi dinding besar yang menutupi dan melindungi Tower of
Contemplation. “Kematian akan menyambut mereka yang berusaha menerobos dinding!â€
Dan terjadilah hal tersebut—Ignis berdiri tegap dan mantap, dengan api yang berkobar
di tangannya, suara bergema di sepanjang dinding Mt. Orphean yang Suci.\n\n“Apakah
benih Sihir Cahaya mulai bertumbuh?†Volkath, yang sedang menghadapi Ilumia the Seer
di luar Istana di tengah Awan-awan, menyadari fenomena aneh yang menyelimuti Tower of
Contemplation dan semangat pasukan Veda yang seketika bangkit. Ini merupakan peristiwa
besar—yang berada di luar kendalinya. Dengan berat hati, dia pun harus mengirimkan
perintah pada pasukannya untuk mundur. Itulah saat dimana Veda mampu keluar dari
bahaya sekali lagi.\n\nSeusai pertempuran, Ignis kembali ke Tower of Contemplation dan
melanjutkan perjalanan mencari kebenaran.\n\n"Di hadapan kebenaran, pengetahuan yang
kumiliki hanyalah bagai setetes air di tengah lautan."
5FA9A10033806362_## = Arthur
5FADACF69E8E5E4A_## = Coral Sea
5FBFDD70B5BCF382_## = Sephera
5FD3C52C998D954A_## = Krizzix
5FF056C5C8EAA6B7_## = Benci puisi murahan.
5FF5ADF8CDAEDF47_## = Eva
6010388C605CB8A5_## = Aku akan berjalan bersama bayangan.
6023C18F6BE8B23F_## = City of Light terletak di sebelah timur Silverwing Castle, di
bawah kekuasaan Gildur. Pernah dikenal sebagai Golden City, kota ini diganti namanya
oleh Gildur setelah pembaptisannya, dan pengaruh Church of Veda terbilang kuat di
tempat ini.
6031C34A20A24B16_## = By enticement or coercion, the selfish nobles of humankind had
joined the battle, following their lord's example and putting their lives on the line,
if only reluctantly. They were joined by Toro, who had been wounded in the previous
battle, but showed no sign of slowing down; if anything, the pain seemed to make him
even fiercer.The Shadow Worms buckled under the combined assault. Infantry charged
through the enemy lines left in disarray by cavalry charge, and each swing of the
sword took a chunk out of the Shadow Worm numbers.Arthur faced down the Dark Behemoth
himself, joined by his faithful companions. There was nothing that the monstrosity
feared more than the Holy Light. With each strike the power of light cancelled out
some of its dark powers, and soon cracks began to appear in its formidable armor. The
blood of many warriors were spilt, but the sight of the foe weakening gave the humans
courage, and they pressed forward relentlessly.Seeing an opportunity, Yorn drew his
bow and fired three rapid shots at the Dark Behemoth's head. Arrows imbued with golden
light pierced the monstrosity's skull and exploded, leaving massive holes in its
dreadful skull.Arthur marched forward, piercing the Dark Behemoth's shell with his
sword and drew it back. Black fluid reeking of decay gushed out, and the other
warriors followed Arthur's example, striking the monster's hide with swords, axes and
hammers, tearing apart its massive frame.Three Dark Behemoths had fallen within the
span of a single day, and the Shadow Worms scattered. The path into Sunfall Valley was
clear.North of the valley, a group of riders rode on."This is as far as we can go,
Lord D'Arcy," said a middle-aged officer, the twin-winged silver emblem on his chest
signifying his membership in the Silverwing Order."Thank you,"answered D'Arcy,
respectfully pressing a palm to the left side of his chest, and the officer hurriedly
returned the salute.D'Arcy, Murad and Yena dismounted, took sufficient rations and
water from the saddles, and gave the reins of their mounts to the Silverwing riders.
D'Arcy turned to the officer."I have a bad feeling about this, Harold. Be careful, and
remember that your mission is reconnaissance. There is no need to engage the enemy,
unless you absolutely have to."The officer's eyes flashed a glint of anger, and he
answered coldly, "Thank you for your concern. We will deal with things as they
arise."It was, of course, a great shame for a knight to flee from battle, and D'Arcy
did not expect the officer to heed his advice. The grudge between Okka and Norman ran
deep, after all, and though the mages distanced themselves from political conflict, it
was in the Kingdom of Norman that the Magister's Council had its headquarters, and
D'Arcy's personal relationship with the royal house of Norman was well-known. Thus
D'Arcy said little more, not wishing to cause any misunderstanding."I'll buy everyone
a round of drinks when we get back!" Murad interjected, obviously hoping to lighten up
the atmosphere, and D'Arcy gave him an appreciative look.Yena, though, stuffed a heavy
backpack into Murad's hands. "Don't just stand around. Work." Murad shrugged
theatrically, and followed Yena as they made preparations for the journey ahead,
having successfully mitigated the tension."Good luck.""Godspeed."While Arthur advanced
towards Sunfall Valley, the Silverwing and Templar knights scouted out the hills on
the north and south side of the valley. The Templars were the more formidable
warriors, and they were given the task of passing through the battlefield to scout out
the south end. The Silverwing knights were sent to the north, and Arthur also had the
Hoofed warriors from Afata follow them to provide support. This likely played no small
role in how the Silverwing officer bristled at D'Arcy's words.It was not D'Arcy's job
to tend to wounded prides, however. He, Murad and Yena traveled with the Silverwing
knights to mask their true mission; to an extent, the Templar and Silverwing movements
were intended as diversion for the mission that the three of them embarked on."We must
be stealthy, keep a low profile," warned D'Arcy."Whatever you say. You're the boss,"
shrugged Murad. Yena rolled her eyes and said nothing. Inside, she was growing
increasingly concerned for Murad - the erstwhile prince's demeanor had gotten even
more flippant since the battle at Storm Valley, yet she alone noticed how much more
brooding and moping he looked when he thought no one was watching. Their encounter
with Volkath, Lord of Darkness - whose name Yena only learned recently - evidently
weighed heavily on Murad's mind.Was he afraid? Yena doubted it, for Murad would not
have volunteered to go with D'Arcy after Volkath's trail if he was. It felt to Yena
that Murad was angry at his weakness, at how he was completely helpless in the dark
lord's presence, and had taken to braving ever-increasing dangers in a desperate
effort to become stronger.Yena thought back to the bravery that Murad showed when he
charged into the fray and struck down the Lokheim lord Preyta. Was he the same prince
that she once saw from a distance, many years ago?"What are you daydreaming about?"
Yena's thoughts were interrupted rudely by Murad's wide smirk popping up before her.
"Thinking of some man?"As much as she disliked Murad's glib flirting, Yena had to
admit that, objectively speaking, Murad was a very attractive man. She also recognized
that, for all his flippant attitude, Murad never touched her unless he absolutely had
to, such as when they fought back-to-back against the minions of Azzen'Ka.No, Yena did
not truly dislike Murad.So she only elbowed Murad in the ribs with ninety-five percent
of her strength, and felt her mood improve considerably as Murad crumpled to the
ground, cradling his flank and groaning in pain.She did not know why she felt this
way, and neither did Murad. He only knew that this was a sure way to bring a smile to
Yena's face.As did Yena.
605F285CC78ABCCE_## = Bangsawan setempat yang mengelola area kekuasaan atas perintah
raja.
605F878049B02801_## = Flame Rouge
606451245ECA5067_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
60AE4BB5A4C1C7C3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
610D42463D203751_## = Tanah yang terpecah akhirnya disatukan oleh akar World Tree
membentuk Elborne Woods di tengah pegunungan. Elda River mengaliri sisi barat Mt.
Orphean hingga ke lembah sungai Elborne Forest. Kaum Elf tinggal di hutan ini, dan
hidup terisolir.
61106DD08F839DFB_## = Blacksmith Guild
611E1747274A7B46_## = "Kami peri hutan merupakan utusan Sang Pencipta."\n\nSeperti
peri lainnya, Krixi dapat sering ditemui sedang menari di kebun bunga atau bermain
dengan hewan. Namun, saat ada bahaya yang datang, sisi gelap Krixi akan muncul. Dia
akan menggunakan taring dan cakar tajamnya untuk mengenyahkan iblis yang mengganggu
hutan.\n\nYang membuat Krix sedih adalah saat melihat manusia, yang pernah dianggapnya
sebagai teman, justru menghancurkan hutan demi mengeruk harta. Pasukan mereka sangat
terorganisir dan bersenjatakan lengkap, sehingga Krixi mengumpulkan penghuni hutan
untuk mengusir serbuan manusia. Rencananya berhasil, dan dia berhasil memaksa manusia
untuk menandatangani perjanjian damai.\n\nHutan pun kembali damai dan tentram, namun
Krixi sadar bahwa ambisi manusia perusak itu tak ada bedanya dengan sifat para iblis.
Dia mulai melatih makhluk hutan dengan metode yang dipakai manusia dan membentuk
pasukannya sendiri demi mencegah serangan berikutnya!\n\n"Satu-satunya tujuan
peperangan adalah membunuh kehidupan!"
6149F27D550FD18D_## = Barry Allen selalu bergerak dengan sangat cepat—tak ada yang
mampu mengurangi kecepatannya. Hal itu berubah saat ibunya mati terbunuh. Dulu, Barry
adalah sesosok anak hiperaktif yang membuat gurunya kewalahan. Namun sekarang, semua
energi Barry dikerahkan untuk mencari pembunuh sesungguhnya dari ibunya. Hasratnya
untuk mencari keadilan menuntunnya untuk menjalani karir sebagai ilmuwan forensik, dan
dia pun benar-benar tenggelam dalam pekerjaannya. \n\nKehidupannya berubah saat sebuah
petir menyambar laboratoriumnya, dan Barry pun diilhami kekuatan kecepatan super,
hingga menjadi sosok the Flash. Kini, dia melaju melewati bangunan, lautan, dan
mengelilingi dunia untuk menghentikan aksi mereka yang melanggar norma keadilan.
Berkat kemampuannya untuk berlari dengan kecepatan nyaris mendekati kecepatan cahaya,
Barry menemukan sensasi yang memacu adrenalinnya. Melalui tekad dan konsentrasi, the
Flash mampu mempelajari cara bergerak menembus benda, menciptakan dentuman sonik hanya
dengan menjentikkan jemarinya—dan selalu unggul saat beradu kecepatan. \n\nNamun
kemampuan the Flash benar-benar diuji melalui suatu peristiwa yang tak terduga. Saat
dia berupaya untuk menyelamatkan anak-anak dari bahaya kebakaran sekolah, the Flash
mendorong batas kemampuannya, bergerak begitu cepat hingga dia mencapai batas
kecepatan cahaya. Keberhasilannya dalam menyelamatkan anak-anak tersebut membuat the
Flash mampu menggapai inti dari Speed Force—energi dimensi misterius yang
meningkatkan kemampuannya—dan membuatnya memasuki zona Speed Force itu sendiri.
\n\nSempat terombang-ambing di tengah aliran arus hiperdimensi dari Speed Force, the
Flash terpental diantara beberapa alam berbeda, hingga akhirnya dia menemukan sebuah
dunia yang dipenuhi energi magis bernama Athanor. Awalnya, the Flash merasa depresi
karena terdampar di alam yang sedang dilanda bencana ini, namun tak butuh waktu lama
baginya untuk menyadari bahwa tak ada yang namanya kebetulan jika dikaitkan dengan
Speed Force. Di Athanor, the Flash menyadari bahwa Speed Force terseret ke dalam
Athanor akibat ulah salah satu jenderal Lokheim—yang berujung pada terjadinya
bencana yang membuatnya terjebak di Athanor. \n\nThe Flash pun akhirnya bergabung
dengan anggota Justice League lainnya untuk mengungkap misteri Athanor dan memulihkan
kekuatan Speed Force. Seraya menjalani petualangannya ini, the Flash dapat menemukan
identitas yang sesungguhnya dari kemampuannya—dan penemuan ini tak hanya akan
berdampak pada kemampuannya, namun juga pada para Speedster yang telah padu dengan
Speed Force.
6155D04ED5750047_## = The Flash
6156B1CF2D409F65_## = Biografi Florentino
616F0BEB2AEAD24E_## = Ostia
6171A483249E4381_## = Sering memohon pada Mina.
619F4401EAB137AF_## = Pukulanku dahsyat, tendanganku kuat. Apakah kau kawan, atau
lawan?
61AAC848FA169CFE_## = Ishar menjalani masa kecil seorang diri. Ibunya meninggal
setelah melahirkannya, dan ayahnya, walaupun seorang yang baik hati dan penyayang,
namun juga seorang yang sibuk hingga jarang menghabiskan waktu dengan puterinya.
Pertemuan dengan Furball, dan hubungan telepati misterius yang terjalin diantara
mereka, mengisi kekosongan dalam hidup Ishar.\n\nSetelah penculikan terhadap dirinya,
Ishar sadar bahwa Furball bukan peliharaan biasa, dan bertekad membongkar rahasia di
balik makhluk yang dianggapnya sebagai keluarga dan teman. Kedatangannya ke Magic
Academy of Carano, jadi awal babak baru dalam kehidupannya.
61AE74A8622FE45C_## = Teman Masa Kecil
61BFCCEF0DF214D8_## = Mantan Demon Hunter yang jadi prajurit bayaran
61DBE1A576840AFE_## = Namaku Qi, generasi ke-13 aliran Sungming.
61FAF18F445E00CF_## = Great Wall
622001D95E2C470C_## = Red Sea
62403BF68BC80126_## = Gildur dulu memiliki kekayaan yang berlimpah melebihi semua
orang. Dengan aset yang tersebar di penjuru benua, lambang keluarganya terkadang
memiliki kekuasaan melebihi titah Raja. Kekayaan yang dimilikinya memberi julukan "The
Gilded" pada dirinya.\n\nNamun, kekayaan materi hanya membuat Gildur semakin kosong.
Dia berupaya untuk menambal kekosongan dengan minuman keras ditemani wanita cantik di
sekelilingnya, namun itu tak membantu sama sekali. Di saat itulah, Temple of Light,
yang menganjurkan penyucian jiwa, menarik perhatiannya.\n\nKepercayaan yang penuh
ritual tersebut dengan cepat mengisi kekosongan yang dirasakan Gildur. Namun karena
sifatnya yang kalkulatif, Gildur menyadari bahwa semangat yang dimilikinya tak terlalu
besar; terlepas dari hal tersebut, dia tetap tekun menjalaninya. Setelah menjalani
kehidupan yang religius, dia menyadari manfaat besar yang bisa dimilikinya. Petinggi
Kuil memberinya alasan untuk mengejar kekuasaan.\n\nKekayaan yang dimilikinya
mempermudah jalannya memiliki pengaruh yang besar di Kuil dan menjadikannya salah satu
sosok berpengaruh di penjuru benua.\n\n"Ambisiku mencari kekuatan layaknya makhluk
buas yang tak terkekang. Urusanku belum selesai."
625E2873A7C932BB_## = Bakat seninya dipermasalahkan para tetua.
6261C613515B408D_## = Independents
62796210272F4C2C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
62820606B84A4719_## = Biografi Veres
6296455C76B64B90_## = Lautan Pasir
62AC41D3DDAAC837_## = "Semoga beruntung."\nErrol memanjati tirai tipis menuju ruangan
tak berjendela berisikan alat-alat dan ramuan. Di sana berkumpul sejumlah penyihir,
yang terlalu sibuk untuk berbicara.\nErrol sekuat tenaga memanjat meja kayu di tengah
ruangan. Dia berbaring dan tubuhnya diikati tali kulit. Sesosok penyihir tua
menghampiri dengan botol berisikan cairan ungu.\n"Jangan khawatir, kau tak akan
mengingat apapun saat terjaga nanti," kata sang penyihir dengan senyum sinis.\nErrol
bermimpi. Dia bermimpi tentang masa kecilnya, melihat darah kelinci yang berubah jadi
hitam, seraya akar hitam menjalar keluar dari lukanya, membungkus lengan kanan Errol,
membuatnya mati rasa...\n\nErrol terengah-engah dan bangkit dengan rasa terkejut.
Percobaannya berhasil. Lengan kanannya terluka sedemikian parahnya, namun kekuatan
aneh mulai mengaliri tubuhnya dan lengannya itu mulai memulihkan dirinya sendiri di
hadapan Errol, merubah bentuknya jadi sebentuk cakar iblis yang begitu panjangnya
hingga menjangkau lutut Errol, dan dahaganya akan darah dan kegelapan begitu
terasa.\nErrol tak perlu takut lagi akan rasa lapar, dan tak akan ada lagi yang cukup
bodoh untuk mengganggunya. Dia harus menahan rasa sakit yang tak terkira saat merubah
tangannya, namun Errol sudah menyadari betapa besarnya harga yang harus dibayarnya ini
dan rela menjalaninya.Besarnya rasa sakit sudah sangat tak tertahankan. Teriakan Errol
menggema jauh ke luar lab, menimbulkan rasa takut ke diri kandidat lain yang sedang
duduk menunggu.\n"Hei! Lengannya mulai tak terkendali! Bocah itu dalam
bahaya!"\n"Pegang! Ikat dia lebih erat! Beri dia obat bius!"pikiran Errol yang tak
karuan mendengar teriakan di sekelilingnya, namun dia mengacuhkannya. Hukum alam dan
manusia tak lagi berarti. Meronta dengan kekuatan bak monster, dia mengamuk
menghempaskan meja, kursi, botol dan orang-orang di penjuru ruangan di tiap ayunan
lengannya, menyerang semua yang dilihatnya, dunia di hadapannya, takdir yang
menantinya.Tahun 1500, Jaman Kegelapan. Di sebuah rumah megah terpencil, markas
rahasia Demon Hunter, teriakan dan rauman sesosok anak lelaki terus menggema hingga
tiga hari dan tiga malam.\nSelamat tinggal, Errol si cengeng.\nInilah awal bagi Errol,
sang Demon Hunter.
62B4C56B3C94AF96_## = Ikatan Jiwa
62CA44621531A9C6_## = 215cm
62D8D8F793526537_## = The Fist
62E4F66436938744_## = Shadow Hand
62F8D41699CCE524_## = The Ghost Guardian
63024BC729F94117_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6302D4F4DF43464F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
631F6F5682C1A815_## = Marja dulu merupakan murid favorit Edras, First Maiden dari
Throne of Light, bintang paling bersinar dari Veda. Namun tragedi telah menunggu saat
dia jatuh cinta pada Volkath.\nSaat Volkath berkhianat pada Edras, dia terjebak antara
kesetiaan pada kekasihnya dan kesetiaan pada tanggung jawabnya, sebuah dilema yang
membuatnya memilih bersikap netral - yang, bagi Veda, dianggap bentuk pengkhianatan.
Dan karena pendiriannya ini, dia harus menanggung akibatnya saat Edras tewas dan
Volkath melarikan diri, saat Ilumia hadir sebagai penguasa Veda dan menghukum Marja
dengan memenjarakannya di Shadow Prison, di mana Shadow Worms menunggu untuk
menyantapnya.\nNamun Volkath telah memberikan separuh jiwanya sebelum pergi, dan
berkat kekuatan kegelapannya, Marja mampu secara perlahan bersatu dengan Shadow Worms
selama berabad-abad lamanya, hingga mampu mengendalikan mereka. Dengan kekuatan
barunya ini, dia membebaskan diri dari kekangan cahaya dan memanfaatkan lubang yang
ada di Shadow Prison untuk menuju ke Abyss, bergabung dengan Lokheim. Dan dia membawa
potongan jiwa Volkath yang akan menjadi kunci kebangkitan sang penguasa kegelapan.
6342958884D9140E_## = Kawan Veda
635CF740523B2BD9_## = Lumburr
6360F50FFA35BC75_## = Mereka yang mengikuti cahaya,\nakan kehilangan arah di
kegelapan.\nBertarunglah demi kemenangan.\nGunakan segala cara.
637FB60DB4E6DD66_## = Nakroth bersama pasukan Blood Knight tiba di kamp sebelum badai
menghantam. Para prajurit segera memberi jalan untuk pasukan pembawa kemenangan itu,
dengan rasa kagum sekaligus segan seraya mereka melewati kamp. Reputasi pasukan Blood
Knight sudah melegenda - tak pernah kalah, tak kenal ampun, dan tak membiarkan lawan
mereka kabur. Bahkan ada yang membandingkan mereka dengan legiun pasukan Lokheim yang
memporak-porandakan Athanor berabad lalu.Kapten Nakroth hanya bisa menanggapi dengan
senyum getir. Karena dia dikenal akan kebaikan dan rasa ampunnya, sebelum satuan Blood
Knight dikenal atas reputasi menyeramkannya.Peperangan antara kerajaan utara dan
selatan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Nakroth merupakan bintang yang
bersinar dari selatan, sesosok jenderal muda cemerlang yang mencatatkan empat puluh
kemenangan tanpa satu pun kekalahan. Dia pun dikenal atas sikap toleran serta
terpujinya; pasukan yang di bawah komandonya tak pernah mengeksekusi tahanan, membunuh
rakyat biasa, dan menjarah.Namun, sesuatu yang berkebalikan terjadi di peperangan yang
tragis ini. Kemenangan yang diraihnya seringkali dinodai oleh sikap sekutunya yang
menjarah dan membunuh layaknya dubuk yang mengerubuti buruan singa. Dia sudah sering
menyampaikan keberatan atas perilaku tidak terhormat tersebut, namun mereka yang
berkuasa hanya menghiburnya dengan janji kosong, atau bahkan mengacuhkannya.Nakroth
tidaklah bodoh. Tentu saja dia sadar pihak mana yang memicu peperangan. Bahkan saat
puluhan ribu rakyat jelata dan biasa diperintahkan untuk berperang hanya untuk mati,
kaum bangsawan dan penguasa yang jadi dalanglah yang merasakan manisnya kekayaan yang
bertambah. Dilindungi putusan kedua raja, para bangsawan diberi bebas untuk
menyingkirkan jarahan mereka - termasuk orang sekalipun. Akibatnya, para bangsawan
bisa memaksa rakyat biasa pun dapat dipaksa jadi budak untuk diperkerjakan di kediaman
mereka, dan mengeruk kekayaan dari jarahan peperangan. Dan walaupun mereka jadi
tawanan perang, tebusan yang dibutuhkan tidaklah seberapa, yang nanti bisa diganti
dengan mudah di perang selanjutnya. Begitulah realita yang terjadi antara dua
kerajaan, Norman dan Okka.Nakroth sadar bahwa tak banyak yang bisa dilakukannya untuk
mengubah perilaku manusia. Apalagi diam saja dan membiarkannya, karena dia sudah
sering melihat penguasa yang berusaha bersikap netral dan menjauhi perang yang pada
akhirnya jatuh ke lubang keserakahan dan kejahatan, turut meminta jatah wilayah dan
kekayaan dari peperangan yang terjadi. Semua ini hanyalah permainan catur yang
melibatkan dua pihak, dimana kau hanya memiliki dua pilihan, jadi penguasa atau jadi
yang tertindas.Sebenarnya mudah saja bagi Nakroth untuk ikut ambil bagian dalam pentas
menjijikan itu - dan selama beberapa waktu, dia merasakan seperti itu. Kabar bahwa
Nakroth mengubah pasukannya menjadi Order of the Blood Knights pun segera tersebar.
Prasyarat yang sebelumnya terbilang ketat pun diperlonggar, dan ordo tersebut mulai
merekrut beragam individu dengan beragam latar belakang, mulai dari pelaku kriminal,
berandalan hingga bandit yang ditugaskan sebagai prajurit biasa dan prajurit
berpengalaman.Para bangsawan tak berkeberatan dengan hal tersebut. Masuk akal jika
Nakroth ingin ambil bagian, dan ini terasa efektif untuk menangani pendiriannya yang
konyol. Mereka berfikir bahwa akhinya Nakroth tersadarkan dan berbeda dengan yang
dulu. Namun mereka keliru."Tak ada tawanan perang? Mereka membunuh semua?"\n"Bagaimana
dengan harta jarahan?"\n"Dia membakar semua...semuanya kecuali sejumlah kecil
makanan," ujar pembawa kabar dengan gugup. Rasanya lebih baik ada di tempat lain,
daripada harus merasakan murka tuannya.\nKabar tersebutlah yang jadi awal terbentuknya
reputasi Blood Knight yang tak mengambil tawanan perang dan tak membiarkan satupun
lawannya hidup-hidup. Rakyat jelata, bangsawan atau anggota kerajaan - mereka semua
diberlakukan sama, hanyalah angka yang tertera di daftar korban perang. Para kesatria
terus beraksi dengan kekuatan besar, menghancurkan musuh di medan perang, dan
menyisakan yang tak seberapa untuk prajuritnya yang kasar dan brutal.Saat para
bangsawan menyaksikan berkibarnya panji kemenangan Blood Knight, mereka mengernyitkan
dahi penuh cemas. Kemenangan Nakroth tak hanya menguras harta jarahan, tetapi juga
harta mereka sendiri, yang harus merogoh dalam-dalam demi menenangkan pasukan mereka
yang haus darah dan harta. Meski demikian, tak banyak yang bisa dilakukan untuk
menghentikan Blood Knight, karena taktik Nakroth tak diragukan lagi mampu mengkikis
kekuatan musuh, yang hanya menyisakan tanah hancur ditutupi tumpukan mayat, yang
sangat menyulitkan musuh untuk bangkit."Dia sudah di luar kendali! Kita harus
melakukan sesuatu, atau bencana akan menimpa kita semua!"\nPara bangsawan tertinggi
berkumpul di aula Rosenberg, mengadakan pertemuan rahasia yang hanya diketahui
segelintir orang, khususnya yang berniat membicarakan "masalah" mereka.\n"Ya. Tindakan
Si Tukang Jagal itu membahayakan hubungan kita dengan daerah utara. Tahukan kalian
bahwa mereka mengeksekusi Baron Morell? Mereka belum pernah melakukan itu pada seorang
bangsawan sebelumnya..."\n"Mereka memparadekan kepala Morell yang tertancap di tombak
layaknya perayaan. Kurasa, itu bentuk balas dendam atas ulah Si Tukang Jagal yang
membunuh saudara sang bangsawan."\n"Morell yang malang."\n"Ini tak bisa
dibiarkan."\n"Baiklah, mungkin kita bisa mengirimkan sedikit hadiah pada teman kita di
utara," kata sang pemimpin pertemuan di ujung meja. Dia menyukai Nakroth dan mengagumi
kapabilitas sang jenderal, namun alat yang tak bisa dikendalikan tentunya sudah tak
berguna. Sebagai raja, tak sanggup, tak akan melindungi Nakroth, apalagi saat semua
bangsawan muak akan perilakunya.\nSepuluh hari berselang, Blood Knight berhasil
disingkirkan akibat sergapan yang direncanakan dengan matang. Dan nama Nakroth pun tak
lagi terdengar di kerajaan itu....\n"Jadi inilah alasanmu mengkhianati kerajaan?"
Zephys nampak tertarik seraya melihat Nakroth, yang berbagi cerita setelah latih
tarung." \n"Bukan aku yang berkhianat. Kerajaanlah yang mengkhianatiku," jawab
Nakroth.\nZephys mengangkat bahu dan tak bertanya lebih jauh. Menyimpan rahasia
bukanlah sesuatu yang tabu, terutama di Lokheim.\nDan di balik penampilan Nakroth yang
tenang, tersembunyi bara balas dendam yang berkobar.
638040A5C1C2DDA9_## = Liliana
63AF6FE08394CC5B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
63D46AE2718C76B0_## = Biografi Superman
63D9ADFD88F03CED_## = Moonlit Plains
6414708192F78DC6_## = Okka alliance camp, north of Sunfall Valley.D'Arcy and Murad's
attack forced Preyta to retreat, leaving behind Skud in sole command of the Lokheim
horde. Skud was a brave warrior, but he was no tactician, and the allied lines found
some much-needed breathing room.It was at this moment that Arthur ordered his waiting
cavalry to sweep through the flanks of the Lokheim formation. With the foe in
disarray, the infantry advanced, slaughtering any abyssal beasts in their way. The
cavalry sent to meet up with the forest forces in the west returned in time to hit the
enemy from behind, and the allied forces swept through the battlefield. At the head of
the reinforcing force was the 300 Hoofed under Toro's command, who, whether out of a
desire to show off or simply out of pure hatred for the beasts of Lokheim, fought
harder than anyone else and left a deep impression on Arthur."So the Forest Guardians
will coordinate their attack with us?" Arthur asked when the battle was over and the
leaders of the allied forces met in his tent.Yorn looked at Toro, but it seemed the
bullman had no intention of speaking, so he answered, "General Baldum says they will
attack before the Night Star rises.""Then we don't have much time. Any ideas?"
Arthur's gaze drifted towards D'Arcy, for he had fought Lokheim more than the rest of
them put together.D'Arcy coughed and moved towards the map on the table. "Among the
enemies in front of us, neither the Shadow Worms nor the abyssal beasts could truly be
considered the armies of Lokheim. They have always been expendable, acting as meat
shields and soaking up attacks for the Corrupted who form the backbone of their
armies.""Small bugs in front, big bugs in the back," huffed Toro."We have two lines to
break through, at the very least." Arthur walked back and forth, deep in thought, then
looked up and said, "The high ground on the sides of the valley will be the key to
this battle..."When the sun covered the Night Star, Okka infantry began to advance
towards the valley. Two cavalry regiments rode ahead, scouting out the high ground on
the two sides of the valley.Meanwhile, the Forest Guardians on the southwest side of
the valley were struggling.As Tel'Annas descended onto the valley upon her great
eagle, the Forest Guardians swept aside three legions of abyssal beasts. But now the
Shadow Worm Legion, which had lay dormant, came upon them in force."What in the name
of..." Lindis stared at the thing, at a loss for words. It was a massive creature the
likes of which she had never seen before, and it was still growing."A Dark Behemoth -
a monster created from ten thousand Shadow Worms, and a drop of blood from Marja's
heart!" Baldum's said with a trembling voice. The Dark Behemoth was the most powerful
creature in the Shadow Worm Legion, and battles against them inevitably resulted in
heavy casualties. Fortunately for the Forest Guardians, such creatures were few in
number, for their creation exacted a heavy toll on Marja herself. In the past hundred
years, Baldum had only seen a total of three.In terms of size and power, however, none
of those three could hold a candle to the two creatures that now appeared before the
Forest Guardians. And standing between the two were Marja's worm avatar, and her loyal
servant and bodyguard Kriknak."You are no match for me in your present state, witch."
Tel'Annas strode out from among the Forest Guardian ranks to face Marja's challenge.
Marja could not leave the scene of the ceremony, and her worm avatar, though capable
of powerful magic, was nowhere near as powerful as Marja herself.Marja, though, was
not about to let this stop her from getting her revenge on Tel'Annas, and present the
elven queen's head to her lover on a silver platter when he finally awakes. Kriknak
moved without Marja needing to give an order, for his mind and blood and his mistress'
were linked, and Marja's will was his.The queen was not defenseless, of course, and a
dark storm appeared in Kriknak's path. For the queen had her own loyal servant, and
his name was Zill. The battle between the Forest Guardians and the Shadow Worm Legion
had begun.Deep in the valley, Veera heard Mganga report the situation on the
frontlines.\n"So, she's here...no wonder Marja is restless.""What is our next step,
Your Highness?""We stay the course and leave the Forest Guardians to Marja. We need
not change anything...but if she's getting herself involved, we might as well throw
the toys she left into the fray and brunt the enemy assault. And have Nakroth get
ready."On the northeast side, a massive creature appeared before the Okka and Veda
forces, and it was still growing."What in the world is that thing?" Arthur asked."Big
worm," huffed Toro gruffly. "Hard to kill. Kill many.""The Dark Behemoth, one of
Marja's dread creations," said Klaus. "It's the first time I've seen it with my own
eyes, but it matches the descriptions in the books." He turned to Yorn to seek
affirmation, and Yorn nodded."What I really want to know is, how do we kill that
thing?" Arthur set his eyes on Toro. It seemed he was the only one who had experience
fighting the monstrosity."Attack," said Toro. "We break worm, or worm break us."So
much for tactics, thought Arthur, though he did not say this out loud. Instead he
asked, "If the first wave I'm sending in are likely to die, who should I send?"The
nobles standing behind Arthur looked uneasy. Arthur did not say it out loud, but they
knew that their forces took much fewer losses than the Templars and Silverwing
Knights, who bore the brunt of the enemy attack.
641546F0BFB9C3AD_## = Mercenary
64182BC73C78FDD9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
650B9DE84978C112_## = Kyubi dan Liliana
650C1C5A63784C29_## = Aleister merupakan satu-satunya guru yang Tulen tahu, dan
dapatkan. Sebenarnya, Tulen tak menyukai Aleister; dia hanya ingin membuktikan
keunggulannya.
650DF3057B0CD482_## = Hayate
6571EDC109A33A24_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
657AF07F39B784DD_## = Kingdom of Norman
6585B3072B3BA832_## = Okka
659A4902791E59BF_## = The Summoner Apprentice
659D83E9C4213751_## = Mengapa D'Arcy memiliki uban?
65D4A13E41AA9976_## = Merasa paling damai saat dia membunuh sesuatu.
65E55EC606477DDF_## = 10 MAR
65E5B5AC320CB03A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
65E62967A03064F8_## = Sangat menyukai wujud Ekor Sembilannya.
65EF716AEC0B0B97_## = Kingdom of Okka
660D9CCA5DCC105A_## = Pecci
66142E04B423AEC7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
661AF9878848352B_## = Mengenakan gaun selalu membuatnya risih.
66210E0119C70A32_## = Azzen'Ka
664712FE079D3276_## = Federation of the Free
666098E5CD03E216_## = 32 MAR
667567F3F912B3FD_## = Afata
667DA9A5A241C8E3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
669E366C4EC60D39_## = Hobi memahat, dan terkadang tangannya terluka.
669EB1FBF4FDDB48_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
66AD1F64070FBCD4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
66DAE10AF1688DC4_## = Dulu jadi anggota Demon Hunter yang paling lemah.
66F89480E8C7C65B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6722BF61A97E5D0C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
673377CA183AA2A4_## = Veda
673CBB0AE0A5C781_## = Volkath satu-satunya yang memahami Veera, sementara Veera
mengagumi kekuatan Volkath dan yakin bahwa hanya dialah yang mampu menuntun Lokheim
menuju kemenangan.
67513D010923EA33_## = Errol dan Richter pernah jadi rekan semasa di Demon Hunter, dan
Errol mengagumi Richter atas kemampuannya untuk melindungi orang lain. Saat Errol
melarikan diri setelah membunuh rekannya, Richter lah yang mengejarnya dan menyaksikan
Errol jatuh dari tebing curam.
67637C48E0BE5A69_## = Arrow
67725506DBC26173_## = Mencari teman adalah hal merepotkan bagi Krizzix, namun
hubungannya dengan Y'bneth tak terasa merepotkan, karena si manusia pohon sanggup
melewati hari tanpa satu patah kata atau gerakan. Y'bneth juga bisa jadi pendengar
yang baik, dan seiring waktu berjalan, Krizzix pun akhirnya berbagi semua kisah
memalukan dan rahasia gelapnya.
679D24F9A3FE68C3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
67A46CD8988727E3_## = Rasakan kengerian kematian!
67ACAD7360DE93B0_## = Aku kan jadi angin yang selalu menemanimu, melalui senang dan
susah. Aku kan jadi topan yang menerpa musuh, mengenyahkan mereka.
67B81F4234B41C26_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6818D660DBB4331A_## = Apa julukan Errol sebelumnya?
6868F141A7E63125_## = Dark Trial
686A525492C81B21_## = Kita harus selalu waspada, karena peperangan tak pernah
berakhir.
68732D7020EEBC6D_## = Pengkhianat Mist Island
689CAF5C4DEEA231_## = Proses transformasi di Abyss jadi bentuk siksaan pada sebagian
besar makhluk di sana, namun tidak bagi Maloch, yang menganggapnya sebagai kebahagiaan
tiada tara. Raganya yang kekar dan pikirannya yang sederhana membuatnya tak terlalu
sensitif pada rangsangan, dan oleh karenanya mampu mengurangi rasa sakit. Dia pun
melalui transformasi yang jauh lebih banyak dibandingkan iblis lainnya. Bahkan Volkath
dan tekad bajanya pun tak menyerap kekuatan Abyss sebanyak Maloch, dan oleh sebab itu,
Maloch jadi petarung terkuat di Lokheim.\n\n"Mulai." Suara gemuruh rendah bergema di
aula latihan, dan gendang telinga Nakroth bergetar. Tentu saja dia kenal Maloch, namun
belum pernah bertarung dengan sang Demon Lord, dan merasa gugup.\n"Apa yang kau
tunggu? Kau hanya akan berdiri saja di sana, dihadapan Tuan Maloch?" Gerakan Zephys
lebih cepat dari gerakan mulutnya, dan tombaknya sudah mengarah ke Maloch.\nMemang,
ini bukan pertarungan yang adil. Rasanya tak ada bedanya jika Maloch kalah
jumlah.Nakroth cepat bereaksi, mendekati Maloch dari samping. Baginya, Maloch nampak
tak menyadari pergerakan mereka, berdiri diam dengan pedangnya, hanya menunggu
mereka.\nRasa takut merasuki Nakroth, walau tak banyak waktu untuk memikirkannya
seraya dirinya dan Zephys mempercepat langkah. Mereka saling menentukan waktu
pergerakan masing-masing dengan tepat, hasil dari sesi latih tarung yang tak terhitung
jumlahnya, tombak Zephys menghunus bergantian dengan ayunan pedang Nakroth, menekan
Maloch dari kedua sisi.\nCahaya merah tua berkedip di hadapan Nakroth, dan lengannya
terasa linu akibat hentakan antara senjatanya dan Maloch. Namun rasany cukup baginya
untuk menghentikan Maloch, walau hanya sesaat, karena memberi ruang bagi Zephys -
setidaknya itulah tujuannya.\nTanpa memberi waktu, tebasan pedang Maloch mengarah ke
Zephys di sisi lain.\nMeski demikian, Zephys lebih cepat. Mungkin kekuatannya tak
sebesar Maloch, namun dia bertindak lebih cepat, dan inilah kesempatan terbaik
mereka.Tombak Zephys menghujani Maloch, dan berhasil melubangi dada Maloch, darah
iblis yang panas mengalir keluar layaknya lahar membara. Namun Maloch nampak tak
terganggu, seraya pedang besar berayun semakin cepat ke arah Zephys.\nZephys menghalau
dengan tombaknya, namun tak mampu menghentikan momentum pergerakannya, hingga
mementalkannya.\nSaat itulah Nakroth maju, menyerang sisi kiri Maloch yang sekarang
terbuka. Namun Maloch hanya mengangkat tangan kirinya, dan mencengkeram Nakroth dengan
tangannya yang kemerahan. Tenaga Nakroth pun lenyap seraya bersinarnya tubuh Maloch
dengan warna merah darah, luka yang ditimbulkan Zephys dengan cepat tertutup dengan
sendirinya.Lemah akibat cakaran Maloch, Nakroth mengumpulkan sisa tenaga untuk
membalas serangan. Namun tujuan utamanya adalah mengalihkan perhatian Maloch, memberi
kesempatan pada Zephys, yang sekarang ada di belakang Maloch untuk
menyerangnya.\nZephys tak menyia-nyiakan peluang, dia melompat, mengarahkan ujung
tombaknya tepat ke punggung Maloch. Namun Maloch lenyap begitu saja, membuat Zephys
dan Nakroth terheran-heran.\nLalu mereka berdua menoleh ke atas, melihat sayap iblis
Maloch yang terbentang lebar, lalu tubuh besarnya pun mendarat, sebuah hentakan besar
menghempaskan Zephys dan Nakroth.\nLalu semuanya terasa sunyi, hanya Maloch yang
berdiri di tengah arena, mempertegas dirinya sebagai sosok iblis yang kuat.
68A6FFE726795AD3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
68B0649C8510A8A2_## = Hamparan Iron Mountain terletak di area utara, mengelilingi Holy
Hall layaknya tembok besi. Gunung ini dikenal atas kekayaan sumber mineral bijih besi,
yang berperan sebagai sumber pendapatan utama Holy Hall. \nSebagai perkumpulan
berisikan individu pribumi dari daerah tersebut, Holy Hall secara langsung menjadi
panutan bagi semua pengikut setia mereka. Suku yang dipimpin Taara memberikan
sumbangsih yang begitu besar di masa peperangan. Walaupun mereka tak memiliki
kemampuan mumpuni dalam menempa senjata, mereka mampu memaksimalkan palu biasa yang
mereka miliki dan menghantam pasukan Fallen di kaki pegunungan. Banyaknya nyawa
prajurit suku yang melayang seakan tak terelakkan. Namun, kata menyerah tak pernah
terbesit di benak Taara, bahkan di situasi genting sekalipun.\nDi hari kebangkitan
Cahaya, Taara dan anggota sukunya menggelar festival akbar. Mereka menyalakan perapian
jauh di dalam pegunungan dan melakukan perayaan diiringi oleh nyala api yang membara.
Utusan Thane datang di saat itu, membawa pesan sang raja baru; berkat jasa Taara di
peperangan, dia pun dianugerahi gelar bangsawan. Ini berarti bahwa sekarang dia
memiliki lahan yang cukup luas di area kerajaan yang baru dan sukunya pun akhirnya
dapat terbebas dari kehidupan yang keras dan dilanda kekurangan.\nNamun, sebelum Taara
mampu memulai perencanaan transisi sukunya, amarah Gildur terlanjur menghampiri Iron
Mountains. Sebagai pejabat keuangan Holy Hall, Gildur yakin bahwa besarnya populasi
berbanding lurus dengan banyaknya hasil produksi, dan dia menentang keras kehendak
Thane yang dapat menggoyahkan pundi-pundi kemakmuran Ordo. Alhasil, utusan Thane pun
diusir, dan Taara dilabeli sebagai pengkhianat dan dipenjarakan. Tak cukup sampai di
situ, sebagai bentuk hukuman, pajak yang dibebankan pada sukunya dinaikkan dua kali
lipat untuk sepuluh tahun ke depan.\nKejadian ini tak pelak membuat Taara terpukul,
serasa jatuh dari surga ke neraka. Veera, yang selama ini mengawasi dari kegelapan,
tak membuang kesempatan untuk menyelamatkan Taara, lalu beranjak dengan bisikan:
"Mereka, para dewa palsu, telah mengecewakanmu; bukankah lebih baik berpaling ke
kegelapan yang sesungguhnya?" Merasa dikecewakan oleh Holy Hall, Taara menyerahkan
jiwanya pada kegelapan. Dia bersedia untuk diberkati oleh Frost Fire, dan mengabdi
pada kegelapan.\n"Aku hanya akan mengandalkan kekuatan yang aku miliki!"
68BE2279D929B9EB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
68F342BDC58D7221_## = Rosenberg
69C91792628E42A5_## = Kekuatan Dimensi
6A03499B4D204B61_## = Penghuni Elborne Woods dan Verno Forest.
6A2249A529C4BE67_## = Lu Bu
6A2618689CEEE499_## = Mantan Demon Hunter yang beralih profesi jadi prajurit bayaran
6A86C9CFC80B0BCD_## = 28 MAR
6AB31455013D7C44_## = Gemar membaca dan memikirkan pertanyaan filosofi.
6AE1DE4012F1BA51_## = Penghuni Hutan
6AE28B458069A9B0_## = Verno Valley
6AF47DF9E4077BBD_## = Sekutu Norman
6B00B0AFB1C6AE9C_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
6B080EB5BBBF871B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6B18E47933B9C142_## = Makhluk Imut Abyss
6B3AD9D20CCDBB8C_## = Dunia orang dewasa begitu rumit.
6B404B32ED71DD80_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6B7F4ABAF03C8D73_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6B9343BB962B2C69_## = Zip tergolong dalam makhluk Abyss generasi baru, sebuah gambaran
bahwa akan ada evolusi. Dia memiliki kapasitas intelektual untuk belajar dan tumbuh,
dan kemampuan langka untuk memanfaatkan kekuatan dimensi, seperti yang ditunjukkannya
saat melarikan diri dari lab Mganga. Jadi saksi atas fenomena tersebut, Veera
menghentikan eksperimen pada Zip dan menugaskan pelayan setianya, Mina, untuk menjaga
makhluk itu. Bak gayung bersambut, Zip pun mengagumi penjaganya itu.\n\nWalaupun Zip
mampu keluar masuk Lokheim sesuka hati, dia tak berani meninggalkan Mina. Dirinya yang
berfikiran sederhana pun sadar bahwa banyak pihak yang menganggapnya sebagai kunci
untuk mengungkap rahasia penciptaan.
6BAE522FC9911D2B_## = 16 AGU
6BD07AFB21F0FCEE_## = Dulu, sekarang, masa depan - kita akan selalu bersama.
6BFFB9F6B8281F68_## = Semua butuh bantuanku!
6C29344584A69850_## = The Bull King
6C29B34E4F7B0BA1_## = Volkath
6C2F791C85898E1B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
6C3394AB9A0EB573_## = Ishar
6C3568C078711C18_## = Land of Dragons
6C49DF62FF108A39_## = Ahli Bela Diri
6C657E23B704C6BE_## = "Bulan purnama bersinar abadi."\n\nTersembunyi di pedalaman
Afata, ada desa kecil yang menyembah dewa bulan. Tiap 30 tahun, seorang wanita muda
akan dipilih untuk menguasai seluruh kekuatan bulan dan menjadi pemimpin kuil. Semakin
mendekati waktu pemilihan, Lindis dan Luna merupakan dua kandidat yang paling hebat.
Kemampuan mereka meningkat pesat selama latihan dan hampir mampu menguasai seluruh
kekuatan bulan.\n\nNamun Lindis tahu bahwa kakaknya Luna lebih unggul. Luna sangat
cerdas, cantik dan berbakat. Lindis hanyalah bayang-bayang kakaknya, namun ia tidak
merasa iri. Ia sangat mengagumi Luna sama seperti teman-teman lain, dan Luna pun
sangat mengasihi adiknya yang polos dan baik hati. Kedua kakak beradik ini sangat
dekat dan memiliki hubungan batin yang sangat kuat.\n\nLindis belajar dengan tekun
sehingga kelak ketika Luna menjadi pemimpin kuil yang sesungguhnya, ia akan bisa
membantu Luna dengan sempurna. Namun impian tulusnya kandas, Mganga the Unspeakable
menemukan desa indah ini dan memulai rencana jahatnya. Ia mendekati Lindis dan
berpura-pura menjadi temannya untuk menguasai kekuatan bulan.\n\nKetika Mganga bersiap
menyerap kekuatan Lindis, Luna menerima telepati dan segera menolong adiknya. Namun
Luna belum cukup kuat untuk mengalahkan Mganga, bahkan dengan sihirnya Mganga dapat
melemahkan dan menyerap kekuatan mereka sedikit demi sedikit. "Seluruh kekuatan bulan
akan menjadi milikku! Hahahaha" Teriaknya lantang. \n\n"Aku tidak akan membiarkan itu
terjadi!" Jawab Luna. Dengan sisa kekuatannya, Luna memanggil seluruh kekuatan bulan
dan mengarahkan energinya pada Lindis hingga jiwa mereka menyatu. "Kau mengorbankan
jiwamu untuknya?!" Teriak Mganga tidak percaya. Ia berusaha mengganggu penyatuan
tersebut, namun kekuatan bulan begitu hebat dan tak tertandingi. \n\nDi bawah cahaya
keperakan bulan purnama, Luna semakin lemah hingga seluruh energinya habis dan
tertanam dalam jiwa Lindis. "Lindis, aku sangat bangga padamu!" ucap Luna untuk yang
terakhir kalinya sebelum tubuhnya menghilang. Dalam amarah dan kesedihan yang
mendalam, Lindis menembakkan panah mematikan ke arah Mganga. Saat mengangkat panahnya,
Lindis dapat merasakan jiwa Luna dalam tubuhnya, memanggil kekuatan sejati bulan
purnama. Mganga yang terluka parah segera melarikan diri dan tak pernah kembali
lagi.\n\n"Luna, aku berjanji akan melindungi desa kita hingga akhir hayat."
6C7DCD7E8DC0B267_## = Biografi Violet
6C809CABEE77484C_## = 49 MAR
6C8AAEF934B72D52_## = The Captain
6CCE375FF4B3D462_## = Y'bneth
6CDCA1CF4878EA0C_## = Thunder throne saja tak cukup bagiku.
6CEE178E1363731E_## = Sesama Siswa
6CEF52F871721779_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6CF21F76E0F4A407_## = Musuh utama kedamaian, yang mengincar kekuasaan mutlak atas
kekangan yang menghalangi mereka.
6CFFB9B0D7E57E68_## = Penguasa Abyss
6D0CF8E1CFC27F9C_## = Violet
6D12E33F4B47B23E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6D255D13613D1A32_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
6D2A76FF14BF6E8E_## = Dari luar nampak lemah, namun benar-benar fokus saat sudah
menentukan tujuan.
6D47B63DB01E3484_## = Biografi Ilumia
6D4ADEB5C979DEC5_## = The Pandharma Master
6D6342C2E791210A_## = Yena dan Murad tersesat di gurun pasir dan mulai kehabisan air.
Apa yang akan Yena lakukan?
6DB5BFECAE25BA1D_## = Ikatan Keluarga
6DF11682B3196281_## = Tunduklah, makhluk rendahan!
6E0154D083477BD4_## = Gurun Timur, wilayah Helios Empire.\nMurad bepergian bersama
ayahnya, diiringi rombongan pasukan kerajaan yang mengikuti. Namun area di sekeliling
terasa sepi - ketenangan sebelum badai datang.\nMereka menantikan Azzen'Ka, The
Forgotten.\nMurad menggenggam erat kalung di dadanya. Di kalung itu terdapat sebuah
permata biru langit yang memancarkan cahaya bintang lautan. Benda itu merupakan
artefak Helios Empire yang paling sakral - Gem of Time. Hanya diwariskan pada anggota
kerajaan, artefak itu terbuat dari Andura Stone, dan secara turun temurun dijaga oleh
ahli waris tahta kerajaan.Warna ujung langit berubah kemerahan, dan amukan angin
membawa suara gemuruh. Azzen'Ka, sang iblis, telah datang, beserta pasukannya. Pasir
yang berkecamuk menutupi langit, dan peperangan pun dimulai.\nMurad berdiri di baris
depan, menerjang ke arah Azzen'Ka. Kalungnya mulai memancarkan sinar perak, dan
lingkar sihir mulai terbentuk di sekeliling kaki Azzen'Ka, memperlambat pergerakan
sang iblis. Melihat peluang ini, Murad melompat ke arah Azzen'Ka, namun terhenti oleh
hempasan pasir. Bongkahan batu beterbangan ke arah Murad, namun dia dengan tangkasnya
bergerak diantara mereka, mengelak tanpa susah payah.\nYakin bahwa dia mampu mengatasi
serangan Azzen'Ka, Murad bersiap untuk kembali menyerang saat dia baru menyadari bahwa
kakinya tak bisa digerakkan. Pasir mulai menutupi, semakin mengeras menjadi bongkahan
batu yang menahan pergerakan tubuhnya. Murad tanpa sadar jatuh ke perangkap
Azzen'Ka.\nDengan mata terbelalak, Murad hanya bisa menatap Azzen'Ka menghampiri
dengan senyum liciknya.\n"Kau memang sedikit lebih kuat dibandingkan pendahulumu.
Namun ternyata tetap saja sama bodohnya."\nSebuah cakar besar yang terbuat dari
bebatuan dan pasir telah terbentuk di hadapan Murad, pelan tapi pasti mendekati dengan
kekuatan besar, cakar yang sama yang berhasil mengubur semua pendahulunya. Inilah
hukuman yang pantas bagi Murad karena telah berani melawan Sang Penguasa Gurun, dewa,
iblis, mimpi buruk...\n"Gunakan Gemnya, Murad!"\nMurad mendengar suara ayahnya, dan
pikirannya pun terasa kosong. Pasir yang menyelimutinya beserta sekelilingnya nampak
gelap.Saat sadarkan diri, dia berdiri di atas lautan bintang, melihat ingatan
kehidupannya melayang di sekelilingnya. Dia melihat jatuhnya banyak korban di
renruntuhan kota yang besar, sesosok pengelana yang berjalan di tengah gurun,
menghampiri sesosok wanita misterius, yang merentangkan tangannya seraya bermandikan
cahaya bulan.\nApakah ini nyata? Apa yang sebenarnya terjadi?\nMurad tak bisa melihat
rupa wanita itu dengan jelas, namun nampaknya di beberapa tahun lebih tua dari
Murad.\n"Iblis atau dewa, akan kubunuh mereka semua," katanya.\n"Sampai jumpa. Aku
tahu bahwa kau akan membawa kedamaian dan persatuan ke padang pasir ini, dan
menjauhkan orang -orang dari peperangan dan kelaparan."\nLayaknya butiran pasir kecil,
bisikan itu pun sirna ditelan angin, namun semua itu membakas dalam pikiran
Murad.\nSaat Gem dipercayakan padanya, dia diperingatkan untuk tidak mempercayai
ingatan acak yang ditunjukkan artefak hingga dia sanggup menguasai kekuatannya
sepenuhnya. Komunikasi tadi bisa saja terjadi di masa depan, atau di linimasa lain,
atau mungkin hanya mimpi saja.\nNamun Murad merasa tersentuh. Terutama karena ada yang
sudi berjuang bersamanya, sepenuhnya percaya pada dirinya, dan mencintai gurun ini
selayaknya dirinya. Dia tak ragu untuk mempercayainya.\nBintang-bintang mulai pudar,
begitu halnya dengan Murad. Namun hatinya kukuh dan kuat.\nDia tahu apa yang harus
dilakukan.Di tengah kekacauan, pasir yang menyelubungi Murad terkoyak dan Murad pun
muncul, di belakang Azzen'Ka, dengan belati yang memantulkan cahaya matahari yang
melewati celah badai pasir. Dengan secepat kilat, di melancarkan lima sabetan ke arah
Azzen'Ka, yang masing-masing membidik titik lemahnya.\n"Waktu telah menghakimimu!"\n-
Selesai -
6E312B607CE0255F_## = Boros, seringkali meminjam uang Valhein dan Butterfly.
6E58138FE897E8FA_## = Biografi Airi
6E58E98E6F202325_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6E67DC4A90B6CCE4_## = 68 MAR
6E6BB1A745C65870_## = Sephera
6E7ACAF655994125_## = Boiling Sea
6EB68B9813A77F8C_## = The Ash Weaver
6EC085C51C94929A_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
6EE4F3525D94129B_## = "Hancurkanlah, dan temukan keabadian."
6EEF934B2D2EBB3B_## = Federation of the Free
6F0DF2ECC725B054_## = Terlahir di klan yang sama, Airi dan Hayate bagaikan saudara
kandung. Pengkhianatan Hayate membuat hubungan keduanya renggang, namun Hayate tetap
memperhatikan kondisi Airi.
6F17F91D5943AD7E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
6F328DC83E50FD91_## = "Ada jalan keluar dalam ketiadaanya. Ada keterbatasan dalam
ketidakterbatasan. Itulah jalan seniman bela diri. Itulah jalan Ch'i."\nHari itu
terasa dingin dan basah. Para pekerja kasar yang basah kuyup berkumpul di depan dojo
membawa palu dan linggis, mendiskusikan cara mengenyahkan dua lempeng yang terpatri
jauh di dalam tiang pintu. Bos ingin semuanya disingkirkan kecuali dinding bata dan
orang-orang. Lempeng itu bukanlah bagian dari dinding, namun mereka terpatri begitu
dalam di tiang pintu. Qi berdiri di bawah bilah atap, melihat kerumunan itu.\n"Kakekku
menempelkannya dengan pukulan berkekuatan Ch'i. Peralatan kalian tak akan sanggup
melepasnya." Akhirnya, menepikan para pekerja dan berdiri di depan tiang pintu, tak
menutupi rasa kesalnya. Dia sedikit menekuk lututnya, mengangkat kepalan tangannya,
dan meninju pilar yang satu dan lainnya. Lempeng-lempeng tersebut pun akhirnya
terlepas tanpa disadari para pekerja."Boleh juga, nona!" Pujian pun terucap para
pekerja.\n"Sebagus apapun itu, kalau tak sanggup menyelamatkan dojo..." bisik
seseorang. Rasa cemburu, atau sesuatu yang lain? Qi tak tahu, Qi tak peduli. Di tengah
hujan, dia berbalik badan dan berjalan memasuki rumahnya. Tak ada lagi yang tersisa
dalam rumah kosong itu, bahkan kursi pendek sekalipun, namun rumah tetaplah rumah,
tempat dia dilahirkan, tempat dia tumbuh, tempat dia mempelajari semua yang dia tahu
tentang bela diri. Dragon Kingdom merupakan rumah bagi ilmu bela diri, dan keluarga
Qi, klan Sungming, merupakan salah satu praktisi paling terkemuka - di suatu waktu.
Namun keluarga ini sedah lama menghilang, akibat krisis anggota klan yang sanggup
meneruskan. Qi merupakan anggota terakhir klan.\nKlan Sungming memiliki potensi untuk
semakin melebarkan sayapnya, karena Qi sudah menunjukkan bakat bela diri semenjak
kecil. Ayahnya pun pernah menjadi seniman bela diri terkemuka, namun luka dan penyakit
terpaksa menghentikan sepak terjangnya, dan oleh karenanya dia melatih Qi tanpa henti,
berusaha keras untuk menjaga warisan keluarganya dalam diri sang penerus tunggal.
Kecewa akibat perlakuan sang ayah terhadap putrinya, Ibu Qi pun meninggalkan mereka,
diikuti segelintir murid dojo yang tersisa, merasa yakin bahwa sang ketua tak lagi
bisa dijadikan panutan lagi. Pada akhirnya, yang tersisa di dojo itu hanyalah sang
ayah dan putrinya, dan ayah Qi menempatkan semua harapannya pada dirinya. Qi tak
mengecewakannya, dan menjelma menjadi seniman bela diri yang mampu membuat bangga para
pendahulunya. Namun ada pengorbanan yang harus dilakukan - sang ayah menghabiskan
semua uang yang dia miliki demi memastikan bahwa Qi dapat makan dengan layak dan
menerima pengobatan terbaik di saat terluka, sepenuhnya mengabaikan pengobatan untuk
dirinya sendiri.\nSaat sang ayah jatuh sakit, Qi mengambil alih peran sebagai ketua
Dojo. Namun alih-alih mengindahkan petuah ayahnya untuk mencari murid dan memulihkan
kejayaan dojo, dia menggadaikan sertifikat dojo demi membeli obat-obatan untuk
ayahnya. Murka karenanya, sang ayah menolak berbicara dengannya selama berhari-hari;
Qi tak berkata apa-apa, hanya terus merawat ayahnya, tanpa meninggalkan latihan yang
biasa dilakukannya. "Anak bodoh, jangan sia-siakan waktu dan uang demi lelaki tua yang
sekarat ini!"\n"Ya, ya. Sekarang buka mulut ayah dan minum obat." Qi hanya mengangkat
sendok hingga sang ayah menyerah dan meminum obatnya.\n"Wah, pahit sekali...kamu tahu
obat ini tak berkhasiat. Demi Naga, Kenapa tak membiarkan ayah mati saja?"\n"Dari dulu
yang kuingat, yang kita lakukan bersama hanya latihan dan latihan. Selama dua belas
tahun lamanya, hubungan yang aku rasakan hanya sebatas guru dan murid, bukanlah ayah
dan putrinya. Aku ingin menebus semua waktu yang berlalu itu. Aku tak tahu berapa lama
lagi kita bisa berbicara seperti ini, jadi aku ingin memanfaatkan waktu yang tersisa
sebaik mungkin."\n"Dasar, anak bodoh...Maafkan ayah, Qi, maafkan..." Air mata turun
mengaliri pipi sang ayah."Tak ada yang perlu dimaafkan. Ayah mengajarkanku ilmu yang
diwariskan leluhur kita, semua yang aku butuhkan agar bisa bertahan hidup. Jangan
berkata apa-apa lagi - istirahatlah. Aku tak akan membiarkan kemampuanku berkarat, dan
aku tak akan membiarkan dojo kita hilang begitu saja."\n"Lihatlah, kau mirip ayah
tuamu semasa masih muda." Sang ayah tertawa. Semakin lama melihatnya, semakin sakit
hati Qi terasa.\nHujan pun turun di hari kematian sang ayah. Beliau terbaring di
kasurnya, dengan tubuh kurusnya, terlalu lemah bahkan untuk batuk sekalipun, namun
dengan sisa daya raganya itu, dia menggenggam tangan Qi dan berbisik, "Bawalah kembali
kejayaan keluarga kita...biarkan dunia tahu nama Sungming..."\nDengan mata kemerahan,
Qi mengangguk, menahan air matanya. Dia sudah jadi seorang petarung, dan petarung tak
boleh berbohong. Ini dilakukannya agar sang ayah bisa pergi dengan tenang.\nPersiapan
pemakaman baru selesai separuhnya saat rentenir datang untuk mengklaim dojo. Qi
bergegas ke tengah balai latihan dan menghancurkan lantai dengan satu jejak kakinya.
Sang rentenir pun pergi. Namun hutang tetap harus dibayar, dan harga diri Qi tak
membiarkan dirinya untuk melunasinya dengan jalan kekerasan. Yang dia inginkan
hanyalah mempertahankan rumahnya, dan nama Dojo Sungming.\n"Ambillah barang yang kau
inginkan dan tentukan harganya sekehendak hatimu. Saat namaku bergema dan dojoku
kembali bangkit, aku akan membayar sisa hutangku - dengan bunga."\nPengelola pegadaian
merasa bahwa Qi memiliki bakat dan berhasil meyakinkan sang pemilik, yang bersedia
untuk memberi perpanjangan selama tiga tahun. Qi berhasil mengatasi krisis yang baru
saja menghampirinya, dan dia tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Perut Qi
bergemuruh. Seorang petarung butuh makan, dan dia belum makan selama berhari-
hari.\n"Pertama-tama. Cari makan dulu." Dia perlahan menepuk perutnya dan menendang
pintu kamarnya. "Setelah itu akan kucari Lu Bu dan membuktikan siapa yang lebih
kuat!"\nIni adalah jalan yang diambil leluhurnya, Sungming - sesosok lelaki sederhana,
yang melebarkan sayapnya dengan jalan tinju besinya. Namun penerusnya tak mampu
melanjutkan kiprahnya, dan dojo keluarganya pun turut padam.\nNamun Qi adalah ahli
bela diri paling menjanjikan yang muncul selain Sungming sendiri. Dan dia siap untuk
menantang Hero-Hero tangguh di penjuru dunia.\n"Akulah Ch'i, Ch'i selalu menemaniku."
6F485A239685879B_## = Sephera dan D'Arcy memiliki riwayat hubungan yang panjang dan
rumit, namun seraya waktu berlalu, mereka mengubur masa lalu dan memperlakukan satu
sama lain sebagai teman dekat dan rekan seperjuangan. Dalam hatinya, Sephera selalu
merasa jadi penghambat dalam pertemanan D'Arcy dan Dirak.
6F4C2ECDDCEF33BE_## = Shadow Prison
6F58192B0B6D7485_## = Rambutnya yang unik muncul akibat penelitiannya.
6F7FC5742BC704E4_## = Veda
6F99764F743D9F44_## = Thane
6FA182B87C7AF699_## = Hall of Gospel
6FAC400F29756555_## = Yorn
6FD113E540C6DC2E_## = Ilumia memiliki segalanya: kecantikan, kepandaian, kekuasaan,
kejayaan, dan kekuatan. Sama seperti Maloch yang mewakili kekuatan kegelapan, Ilumia
adalah penjelmaan kekuatan cahaya. Tidak ada Hero yang dapat menyaingi Ilumia. Dia
tidak pernah menunjukkan jati diri sesungguhnya kepada siapapun, karena dia memikul
peran yang lebih penting: Dewi Cahaya.\n \nKeelokan, kesucian, dan ilmu yang
dimilikinya membuat orang percaya bahwa Ilumia adalah Dewi yang membawa harapan dan
cahaya bagi semua. Kuil dibangun dan dikembangkan dengan kepercayaan ini. Dengan
adanya Dewi yang dipuja, Kuil mendirikan agama yang kukuh, yang membimbing para
pengikutnya untuk melawan invasi kegelapan.\n \nSebagai pemegang kekuasan Kuil, Ilumia
paham seluruh aturan mainnya. Ia berhasil membebaskan Kuil dari kuasa istana dan
melindungi para pengikutnya saat kekuatan Thane mencapai puncak. Ilumia hidup dan
memiliki kewenangan berlatarbelakang kekuasaan, dan ia tidak akan menyerahkan itu
secara sukarela.
6FE32F28C8543E66_## = Angkuh dan congkak
70195CFF616A8D85_## = Pendeta Suku
701CAA15D9A2E9AB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
704F66148F67D7A7_## = Qi
707230144C4BE14D_## = Lokheim
70AFD1AB772FF475_## = Dikhianati raja dan bangsawannya, Nakroth menyimpan dendam
terhadap pihak kerajaan.
70C7DCB47F1DCE1C_## = Shadow Worm Legion
70EC7330CE72271E_## = Biografi Arum
713FE6D70DEBC61C_## = Yena
716F5A2B8FDF41B3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7179B4BADB2A79A6_## = The Monolith
717EF787B3A1FFE3_## = 54 MAR
71911E25C35ED436_## = Arum
719A99942CDEBF7A_## = Hukum alam yang dinodai energi Abyss membentuk Maelstrom, yang
menghubungkan jalan bawah tanah yang digunakan iblis Lokheim. Tempat ini jadi pondasi
utama angkatan laut Lokheim.
719B98C8B053F16D_## = The Reaper Queen
71BF1899CA5D19F0_## = Melewatkan pagi dengan berlatih di pantai.
71C10EF7644AA9E3_## = City of Light
71C616D87A39D56D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
71D474A4D8CCF5D4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
71F5A95D55027ED8_## = "Siapa yang memanggilku?" Keheningan dalam kegelapan pecah
akibat satu suara seduktif.\nSebuah ruang penyimpanan bawah tanah setinggi tujuh kaki,
dengan pintu kayu sebagai satu-satunya jalan masuk, tanpa jendela, dan tanpa furnitur
berlebihan yang mengganggu. Deretan bebatuan Rune rumit terukir di lantai berbahan
obsidian, berhiaskan patung iblis di tengah yang terbuat oleh bahan yang sama.\nDarah
Veres memasuki bebatuan. Sebuah cahaya merah tua memancar melewati ukiran layaknya
ular lapar yang mencari mangsa. Inilah pengorbanan sihir yang paling berbahaya:
menggunakan batu Rune mengandung sihir kegelapan sebagai perantara, sang pemanggil
mengaktifkannya dengan kekuatan darah, memanggil bayangan sesosok "tamu" dari alam
lain.\nJika semangat hidup sang pemanggil tak cukup kuat, mereka akan kehabisan darah
dan berakhir sebagai jasad kering. Jika tekad sang pemanggil tak cukup kuat, dia akan
dirusak bayangan yang datang dan terperosok dalam Abyss.\nIni merupakan ujian untuk
jiwa dan raga.\nTamu dari Abyss telah tiba. Suara yang menawan bergema, namun Veres
tetap fokus. Dia menarik pergelangan tangannya yang berdarah dan membalutnya sebaik
mungkin dengan tangan dan mulutnya. Ritualnya baru setengah jalan. Dia harus
mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi negosiasi yang menanti.\n"Mengapa kau diam,
nak? Bukankah kau yang memanggilku ke sini?" Suaranya terdengar lembut, seduktif, dan
merasuki hatinya.\n"Tak kusangka kau yang datang ke sini, nenek tua." Veres menyahut
dengan dingin setelah meludahkan perban di mulutnya.\n"Hmmm. Lidahmu masih setajam
dulu." Veera the Seductress, Dalang Kerusakan, penasihat legiun Abyss, yang dikenal
atas tipu dayanya. Walaupun ribuan tahun telah berlalu, ada hal yang lebih penting
dari hal lain. Veera tak sepenuhnya mampu mengabaikan kata-kata Veres.\n"Aku tak punya
banyak waktu. Langsung saja." Veres mengambil perkamen dari dalam jubahnya dan
melemparnya ke patung, yang sekarang memancarkan cahaya merah tua. "Inilah yang
kuinginkan, dan imbalan dariku untuknya."\nPerkamen itu terbuka mengambang seolah
disentuh sepasang tangan tak kasat mata.\n"Perjanjian yang adil. Kau menawarkan
sesuatu yang kuinginkan, dan sebagai imbalannya, kau menginginkan sesuatu yang aku
bisa - yang hanya bisa diberikan olehku." Rasa puas terasa dari nada bicara Veera.
"Namun aku penasaran…siapa yang mengajarkanmu ritual ini? Dan sepertinya aku
mengenal aroma familiar dari perkamen ini..."\n"Kurasa kau sudah cukup tua untuk
mengabaikan hal-hal kecil. Cukup tua." Veres mencibir tak sabar. "Jika tak ada
masalah, apakah kita sepakat?"\n"Jika kita bertemu lagi, nak, kusarankan agar kau jaga
lidahmu - atau bersiaplah untuk hidup tanpanya." Tanpa menunggu balasan Veres,
bayangan Veera lenyap.\nKontrak sudah berlaku.\nSekarang seorang diri, Veres menghela
nafas panjang. Dia sudah mengambil langkah yang berbahaya - salah sangkah, dan habis
sudah riwayatnya. Lelaki di balik layar, yang menamai dirinya "Jenderal Agung",
menjamin semuanya masih dalam kendali, namun Veres tak pernah mempercayainya. "Kakek
sialan, selalu bersembunyi...dia ingin aku mempercayainya, walaupun tak pernah
menampakkan wajahnya!"\nSebagai panutan pembunuh generasi baru didikan Reapers, hanya
satu orang yang dipercaya Veres di dunia ini: Quillen, yang dianggapnya sebagai guru
dan ayah. Berkat kesuksesannya, Reapers berhasil bangkit kembali, dan Quillen merebut
jabatan lamanya di Shadow Hand. Dia mengutus Veres untuk membantu para penyihir demi
berharap balas budi dari faksi mereka, seraya menjadi ajang unjuk
kekuatan.\nPemberontakan Amily tiga tahun yang lalu memberi pukulan yang besar baik
pada reputasi Reapers maupun Quillen. Dia harus merelakan kekuasaannya seraya mengisi
waktu dengan melatih bibit muda. Rasa sakit Quillen diwariskan pada anak didik
barunya, yang mengarahkan semua amarah dan kebenciannya pada Amily.\n"Kau begitu mirip
dirinya…" Veres sering mendengar hal ini dari gurunya. Bahkan setelah bertahun-tahun
lamanya, Quillen masih tak bisa melupakan kekagumannya atas kemampuan Amily.\nTerlalu
belia untuk memahami maksud di balik perkataan Quillen, Veres menganggapnya sebagai
tamparan, dimana dirinya dibanding-bandingkan dengan sosok pengkhianat oleh satu-
satunya orang yang dihormati dan disayanginya. Dan jauh di lubuk hatinya, dia tak
mampu mengenyahkan perasaan bahwa Quillen menganggap dirinya tak sekuat Amily.\nInilah
alasan Veres melakukan ritual ini, tak peduli akan resikonya. Dia tak hanya melakukan
ini demi kejayaan Quillen; dia pun ingin menjadi sosok yang unik. Menurut sang
"jenderal", seraya terbentuknya jalinan antara dua dunia serta sang pengaju kontrak
dengan kontraknya, kekuatan Abyss akan selamanya memasuki darahnya, memberinya
kekuatan dan penampilan baru.\n"Hanya ingin memastikan bahwa aku tak akan berubah jadi
salah satu monster seperti mereka." suara Veres terdengar meyakinkan. Kata-kata sang
"jenderal" tak membuatnya lengah, namun setelah diyakinkan Quillen, hanya ada satu hal
dalam benaknya - mendapatkan kesepakatan, tak peduli berapa harganya. Dan dengan
kekuatan barunya ini, dia dapat menuntaskan urusan dengan buronan yang dibencinya
itu.\n"Dunia akan tahu - bahwa aku lebih baik dari dirimu."
7201D91BF17E7181_## = Thane
720492BE09E51126_## = 240cm
721D8CC30126D184_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
72263D28530D2B23_## = "Gemetarlah, karena Aku The Plague, Perwujudan dari Wabah
Penyakit."\n\nLahir dari pertempuran, The Illest hidup untuk menyebarkan wabah
penyakit. Pada saat konflik kuno antara Forgotten Kingdoms, mayat-mayat mulai menumpuk
tinggi. Tanpa adanya waktu untuk penguburan yang layak, mayat-mayat dibuang ke jurang
yang dalam hingga padat dan membusuk. \n\nPreyta adalah tentara yang ditugaskan
menjaga daerah ini. Namun, seiring dengan bertambahnya tumpukan mayat, kebusukan abadi
dan mayat-mayat bernanah menumbuhkan sesuatu yang lain. Jiwa Preyta terinfeksi,
pikirannya berubah dan berputar sampai semua yang tersisa membuatnya menjadi hamba
dari wabah penyakit. Diperkuat oleh kebusukan, The Illest pun lahir.\n\nSemua makhluk
hidup rentan terhadap wabah penyakit dan Preyta sangat tahu seberapa cepat wabah
penyakit dapat menyebar dalam masa peperangan. Penyair menceritakan kisah dari medan
perang dimana Pembawa Wabah Penyakit memusnahkan segalanya. Dia bisa muncul kapan
saja, di medan perang apapun, dan hujan turun membawa virus busuk yang mampu
mengkonsumsi semua kehidupan.\n\nPreyta bahkan dapat menyebabkan jiwa yang paling
berani meringkuk dalam ketakutan. Menggunakan sihir yang kuat dari wabah penyakit, ia
bisa melenyapkan setiap tekad musuhnya yang terhimpun sebelum menginfeksi mereka
dengan virus mematikan.\n\n"Dia adalah bencana, dan dia telah kembali ke dunia ini."
723B35453BA8ED8E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
723E38F5BE4C9CF8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
72506C8EE2609961_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
726710D005F67B52_## = Biografi Capheny
72727273169E8130_## = Biografi Omega
727C48A215BE9096_## = 29 MAR
729A732CA9118F3F_## = Enzo
72DE5D5A5D1AB7F3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
72F42A69EFD8EBC9_## = Biografi Qi
73008EE7821BBFAF_## = It was for this reason that she had chosen to go all-in, hoping
to offset uncertainty with brute force.Whatever plans Ilumia might have, she could not
possibly have counted on Lokheim committing its entire strength. And even if there was
a trap waiting for them, Veera was confident that they would endure until the
resurrection ceremony was complete, at which point the arrival of Volkath would
undoubtedly turn the tables and bring victory to Lokheim.
7305F2C2CE1D47F2_## = 40 MAR
730844DC389638F1_## = 67 MAR
731B0F1F751D046B_## = With the help from their mages, the Silverwing and Casanova
knights cleaned up the wasteland that used to be Sunfall Valley. The massive explosion
that rocked the valley yesterday had destroyed the hills around the valley, revealing
shining crystal formations. The mages identified them as priceless Andura Stone, but
even they could not explain how they came to appear at Sunfall Valley. Nor did they
know about the secret meeting that Arthur, rescued from the brink of death by the
Archon Lauriel, was currently participating in.Lauriel and D'Arcy confirmed that
Volkath's resurrection was successful, and so with Lauriel and Arthur representing
Veda, Tel'Annas representing Afata, and Astrid and Dirak representing the League of
Humans, the leaders of the three major factions met to discuss their next move.In
addition to dealing with the Lokheim threat, the focus of the meeting soon moved to
something more pressing - the Andura Stone that had appeared in Sunfall Valley.Lauriel
claimed that the Andura Stones were the product of the clash between the light of
Ilumia's magic and the darkness of Volkath's resurrection ritual, and thus they
belonged rightfully to Veda.Tel'Annas and Astrid disagreed vehemently, of course.
Eventually the three sides came to an agreement, mediated by Arthur, whereby the
Andura Stones would be divided among the three factions evenly.Some of the stones were
imbued with the power of darkness, and they would be entrusted to the Magister's
Council, with Afafa and Veda each sending a representative to oversee their disposal,
so that they do not fall into Lokheim hands."Ushering in a new age of Rune, eh?"
Dirak's excitement was palpable as he grabbed D'Arcy's shoulder. Andura-powered Rune
were Dirak's specialty, a versatile and effective form of magic that could be used to
boost the effectiveness of mages and warriors in combat. But the rarity of Andura
Stones had prevented them from being popularized - until now.Even the stones imbued
with the power of darkness could, in the right hands, be used for good. Dirak was a
firm believer that there was no such thing as evil power, only evil hearts.This was
why D'Arcy did not reject Dirak out of hand when his old friend came calling. No one
knew black magic better than D'Arcy on the Magister's Council, and no one hated it
more, but his trust in Dirak was absolute, and he was confident that his old friend
would use it for good.So much for old friends. What of new ones?Murad and Yena sought
him out because they needed his help. Having gone through so much together, however,
D'Arcy could say with confidence that he would trust them with his life, and they with
theirs.Still, D'Arcy felt he owed his new friends something, and now was the
opportunity to repay the debt. There was a good chance that they would find Andura
Stones imbued with the power of dimensions to repair Murad's ancestral artifact,
something which D'Arcy was eager to, even though the same stones would have been of
great benefit to his own studies.Of course, D'Arcy had his eyes on
more."Dirak.""What's up?""I might head for the deserts some time.""All of a
sudden?""I've heard my friends talk about it, and I would like to see with my own eyes
how the red sun sets upon the golden sands."Murad sneezed hard in the Casanova Order's
tent."Aww! That hurt!" The erstwhile prince was wrapped in bandages, and the sneeze
opened up his wounds. "Who's talking behind my back?"Murad's eyes were on Yena, who
was tending to his wounds as he spoke, and Yena glared right back. If not for Murad's
performance two days ago, she would not even bother with him.But what a performance it
was! While all who were present stared at the massive shadow in stunned silence, Murad
charged forward and lashed out with his Blades of Time."Do not presume to challenge a
god, vermin!"Volkath's roar showed that he noticed Murad's actions. In that moment,
did Murad truly threaten the powerful Lord of Darkness?"Come on, talk to me. I'm bored
to death stuck to this bed."Yena frowned. "I've never seen anyone look so happy
wrapped from head to feet in bandages. Sometimes I wonder what your head is filled
with...""Of course I'm happy! It's the Lord of Darkness! Azzen'Ka can't even hold a
candle before him. I couldn't even stand straight when I saw him the last time, and
that time it was only a shadow of him. This time I had the guts to try to hit him, and
I even gave him a mighty scare!" Murad moved a little too much in his excitement, and
his wounds opened again."Aww, aww, aww...well, listen. Don't you think I've gotten a
lot stronger?" Asked Murad, finally calming down."Don't know, don't care." Yena rolled
her eyes and prepared to leave, picking up the old bandages on her way."Hey, answer
me!"Yes, thought Yena. You have gotten stronger alright - and a great deal more
annoying than when you were moping and brooding.She turned, and for an instant Murad
saw a smile on her face. He sat and stared, speechless.
7322B4BDA56700C4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
732CE51331C5B928_## = Fall of the Dark Lord
7348FB61FD7C56DB_## = Capheny
7363FE1CD5E121A1_## = Semoga tidak membosankan.
7397F2F420945D36_## = Valhein
739D4C7F9FA40CDB_## = Biografi Lindis
73A5BC2054A3A60C_## = Lokheim
73B7354C92328BD1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
73EB4CB515E3EA49_## = Kaum Elemental terbilang langka di Athanor. Zill terlahir di
angkasa, dan meremehkan makhluk permukaan, kecuali satu - Lumburr, yang pernah
bertarung bersamanya.
7407BB8591941EAB_## = Gildur
740D015CE968CDA9_## = Satu dari Four Halls of Veda, yang ditugaskan untuk mengelola
urusan pendidikan dan kebudayaan. Tak ada yang tahu siapa yang jadi pimpinannya. Meski
demikian, bagian operasionalnya diurus oleh Ignis, sang wakil, yang dibantu Lauriel.
741BF12214070240_## = Awal mula The Joker diselimuti misteri, namun yang diketahui
dari dirinya adalah bahwa dulu dia hanyalah penjahat kelas teri yang akibat satu
kecelakaan mengubah dirinya menjadi the Clown Prince of Crime. Keyakinan The Joker
bahwa kehidupan itu rentan akan perubahan menjadi pendorong bagi dirinya untuk berbuat
kekacauan yang menjadi akar rezim terornya di Kota Gotham. Meyakini bahwa kehidupan
sama sekali tak ada artinya, the Joker bertekad untuk menunjukkan pada orang-
orang—bahkan seluruh dunia—bahwa kau hanya memerlukan satu momen untuk mengacaukan
kehidupan yang kau jalani. \n\nThe Joker telah sering menculik, membunuh, dan menyiksa
banyak orang di seluruh dunia, namun arena utamanya adalah Kota Gotham. Lebih
tepatnya, dulu. Di Gotham, the Joker begitu terobsesi dengan Punchline gurauannya:
kehancuran akan idealisme Batman. Namun, tak peduli segenting apapun situasi yang
muncul, Batman tak tunduk menghadapi segala tipu daya the Joker. Bahkan saat aksi the
Joker memakan nyawa sejumlah orang tersayang Batman, the Dark Knight tetap berdiri
teguh. Alih-alih, Batman berhasil membalik keadaan dengan memanfaatkan modifikasi Fear
Toxin ciptaan Scarecrow. \n\nSebelumnya, the Joker tak mengenal rasa takut. Berkat
Fear Toxin racikan Batman yang merasuk dalam tubuhnya, the Joker akhirnya mengenal apa
itu rasa takut untuk pertama kalinya. Sensasi traumatis yang dialaminya cukup untuk
meruntuhkan segala kewarasan yang tersisa dalam diri the Joker. Tanpa menjalani
pengadilan atas kejahatan yang dilakukannya, dia langsung ditahan di Arkham Asylum. Di
sini, the Joker bagaikan komedian tanpa selera humor. Adakah yang lucu di hadapan
teror yang sesungguhnya? The Joker mulai berputus asa saat berpikir tak bisa lagi
menertawakan dunia yang dikenalnya. \n\nHal itu berubah saat ada tahanan baru yang
dijebloskan ke Arkham. Lelaki ini juga, tak waras. Namun, di balik ketidakwarasannya,
dia bergumam tentang perhitungan matematis yang aneh dan berbisik pelan. Dan saat dia
tertidur, dia mengucapkan satu kata: "Athanor… Athanor." Ketidakwarasannya menarik
perhatian the Joker. Berkat trik dan tipu daya yang dimilikinya, Joker berhasil
berteman dengan tahanan itu dan mengetahui tempat asalnya. Pernah menjadi ilmuwan,
tahanan itu mempelajari ledakan radiasi yang muncul dan dapat dikategorikan sebagai
fenomena paranormal. Sang ilmuwan telah menemukan jawabannya: sebuah gerbang menuju
dunia lain. \n\nSang ilmuwan berbicara tentang dunia ini, Athanor, dengan penuh
keyakinan. Jelaslah bahwa apa yang dialaminya telah mengubah jati diri sang ilmuwan.
The Joker sama sekali sedang tak mencari pencerahan spiritual ataupun metode yang
mampu mengobati kesintingannya; tidak, dia mendambakan dunia Athanor yang terdengar
indah dan damai ini, supaya dia bisa berbuat kekacauan di sana. Dengan tekad yang
bulat, the Joker kabur dari Arkham, seperti yang sudah sering dilakukannya. Namun,
kali ini dia tak berniat untuk menebar kekacauan di Gotham. The Joker yang baru saja
bebas bergegas mencari Athanor. \n\nSetelah pencarian selama berbulan-bulan, the Joker
akhirnya menemukan gerbang menuju Athanor. Dan sekarang, bahkan para dewa yang sudah
lama berkuasa di dunia itu pun akan kewalahan menghadapi pria yang sejatinya merupakan
perwujudan atas sesuatu yang bernama kekacauan.
742CC4A1BBC44088_## = Arena latihan, Magic Academy.\n\n"Apa...apakah kita benar-benar
akan berkelahi, Pak Penin?" Ishar bertanya gusar.\n\n"Berkelahi? Bukan, hanya praktik
sihir biasa," kata sang instruktur dengan raut wajah datar.\n\n"Apa itu, boneka kecil?
Takut?" Kata lawannya, Eva, yang sudah berdiri di tengah arena. Dia tersenyum licik,
menunjukkan gigi putihnya, membuat Ishar merinding. Tapi perintah tetap perintah, dan
tak ada pilihan selain masuk ke arena, dengan Furball di lengannya.\n\n"Aku
mengandalkanmu," pikir Ishar, dan dia merasa Furball memberi jawaban persetujuan, yang
membuatnya tenang."Apa yang kamu pikirkan, boneka kecil?"\n\nSuaranya datang dari
belakang, nyaris di telinga Ishar. Jantung Ishar berdetak kencang, dan Furball
sseketika berubah.\n\nMelihat dari samping arena, Atab bersiul. Fakta bahwa Ishar dan
Furball tak terpisahkan menyusahkan dirinya, namun harus diakui bahwa Furball dapat
diandalkan saat dibutuhkan.Sementara itu, Furball telah bertranformasi jadi makhluk
humanoid besar, dua kali lebih tinggi dari manusia biasa, dan mengejar Eva di
sepanjang arena. Eva tertawa sambil berlari, tingkah lakunya nampak acuh seolah mereka
sedang bermain kejar-kejaran.\n\nNamun, Penin, semakin merasa tak sabar.\n\n"Sihir!
Mana sihirmu? Sekarang kita sedang belajar sihir, bukan bermain!"\n\nIshar segera
menggambar mantera, dan jamur sihir kecil mulai terbentuk di tangannya."Mana yang
benar? Tebak!"\n\nEva tersenyum licik lagi, dan tiba-tiba dirinya ada tiga, masing-
masing nampak begitu nyata. Furball berhenti, kebingungan, dan Ishar pun
demikian.\n\n"Dengar apa kataku? Fokus," Eva tertawa, dan dia melompat seolah tak
memiliki berat, mendarat pelan di hadapan Ishar. Ishar menatap diam mata lawannya yang
merah gelap, dan merasa ada benda tajam mendekati tenggorokannya - lalu berhenti.Eva
kesal, lalu segera melompat ke samping seraya Furball seketika ada di tempatnya
berdiri sesaat lalu. Bukan kali ini saja boneka besar ini mengganggu dirinya, dan dia
merasa marah.\n\nBunuh.\n\nPikiran jahat itu nampak semakin mewujudkan dirinya di
sekitar Eva. Dia tersenyum semakin lebar, dan aroma darah mulai tercium di
udara.\n\nLalu - hilang. Mata Eva tak lagi merah, diganti oleh mata biru yang tenang
dan lembut, dan nafsu membunuh tak lagi terasa.Ishar tak tahu pasti apa yang baru
terjadi, namun dia menghela nafas lega. Dia mengambil Furball, yang kembali kewujud
asalnya, dan berjalan ke Pak Penin, bersiap dimarahi. Dia berharap Chancellor Sephera
segera datang.\n\nBelajar sihir terasa lebih sulit dari yang dia bayangkan.
742CD8CF6702CFE9_## = Volkath memanjakan dirinya di lahar panas selayaknya manusia
biasa yang berendam air panas, memungkinkan energi kegelapan merasuki
darahnya.\nPemberontakan Volkath terhadap dewa berakhir dengan kemenangannya atas
Edras. Namun, selepas menghadapi amarah Veda, dia dipaksa untuk melarikan diri bersama
rekannya ke lubang dunia, ke kedalaman bernama Abyss.\nAbyss merupakan tempat yang
kejam dan tanpa ampun, bahkan bagi mereka yang mulai mengendalikan kekuatan kegelapan.
Banyak yang tewas, banyak yang berusaha kembali ke permukaan, namun lebih banyak yang
tinggal di bawah kepemimpinan Volkath, memanfaatkan pengetahuan yang mereka dapat dari
Veda untuk mengubah darah mereka sendiri, agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
Abyss.Volkath merupakan salah satu pelopor penelitian sejenis, melakukan banyak
percobaan pada dirinya sendiri. Dia dibantu Veera dan Kahlii, namun hanya dirinya dan
Maloch yang berhasil mengubah diri mereka dengan "membanjiri" diri dengan energi
kegelapan. Kekuatan dan raga murni Maloch nampaknya jadi keuntungan tersendiri, karena
dia melalui transformasi lebih cepat dan lengkap dibandingkan Volkath. Keduanya sering
berlatih tarung, demi memahami keuntungan dari transformasi.\nPercikan api beterbangan
seraya senjata besi saling menghantam satu sama lain. Senjata Maloch merupakan pedang
raksasa setinggi setengah badannya, ditempa menggunakan lahar Abyss dan bilahnya merah
menyala, dan kombinasi dari berat dan ketajamannya mampu dengan mudah membelah kuda
jadi dua dalam satu tebasa.\nDengan fisik yang lebih lemah, Volkath tak menggunakan
pedang panjang yang jadi senjata favoritnya, namun menggunakan pedang yang lebih
panjang, bahakan hampir setinggi dirinya, dengan bilah yang panjang dibandingkan milik
Maloch. Volkath ingin memiliki senjata yang lebih panjang, besar dan berat
dibandingkan senjata Maloch, karena monster harus dilawan oleh monster."Ini bukan
kekuatan penuhku," kata Maloch seraya Volkath menghadang serangannya.\n"Kalau begitu
kerahkan semua kekuatanmu. Pedang baruku akan menahannya," jawab Volkath, yang
menggunakan pedang besarnya dengan kelincahan dan keanggunan yang sama saat memakai
Rapier.\nBentuk Archon terasa sangat pas, namun kesempurnaan justru jadi kekurangan
terbesar, karena berarti mereka akan selalu dibatasi kekangan itu. Perubahan yang
dilalui Volkath mengabaikan kesempurnaan demi mencapai sesuatu yang lebih, yang
memberinya kekuatan dan daya tahan di luar batas.\nTetap saja, jika membahas kekuatan
murni, Maloch tetap lebih unggul, dan pedangnya mengoyak udara menuju Volkath. Sekali
lagi, baja saling beradu, Volkath menggunakan kedua tangan, memanfaatkan berat
senjatanya untuk mengenyahkan serangan.Yakin bahwa Volkath mampu menahan serangannya,
Maloch menggunakan tangan kirinya - cakar kirinya -. Inilah alasan Maloch memilih
senjata lebih kecil dari Volkath, walaupun memiliki kekuatan lebih besar; dia
menggenggam pedangnya di satu tangan, namun cakar iblisnya lah yang jadi ancaman
utama.\n"Aku juga punya cakar seperti itu."\nVolkath menggenggam pedangnya dengan
kedua tangan, namun sebuah bayangan muncul di belakangnya. Dua cakat merah nampak akan
saling bertabrakan, lalu cakar Maloch melewati cakar bayangan Volkath dan mengenai
dada Volkath.\nDi saat yang sama, cakar Volkath pun mengoyak dada Maloch. Memang tak
ada darah yang mengucur, namun Maloch merasa gemetaran, dan sadar bahwa Volkath sedang
menggenggam jiwanya.\nPedang Volkath berhenti bergerak, kurang dari satu inci dari
leher Maloch. Partarungan sudah usai."Hanya jurus kecil yang baru kupelajari." Volkath
menarik pedangnya dan menatapi penonton yang menyaksikan dengan terpana. Maloch pun
terpicu, seolah baru terjaga dari tidur.\n"Leherku kuat," katanya. Modifikasi yang dia
jalani membuat kulitnya lebih keras dari batu.\nVolkath menepuk punggung Maloch. "Ya,
tentu," katanya. "Simpan tenagamu untuk musuh sesungguhnya."\nMaloch diam sesaat. Saat
dia membuka mulutnya lagi, dia berkata, "Senjata itu, tak cocok untukmu."\n"Ya,"
angguk Volkath. "Aku lebih suka pedang panjang. Tapi aku baru menyadari sesuatu. Perlu
sesuatu yang berbeda untuk melepaskan kekuatan sesungguhnya dari pedang ini."\n"Tidak
ada yang aneh?"\n"Ya. Senjata ini akan menghancurkan semua yang berani menentang
kita."
7462DA0F2D7D382C_## = Seringkali berbicara dengan Soul Lamp.
746C2FCE388D601D_## = 18 MAR
749EC251A891CA95_## = Kingdom of Okka
74C5DFCD0AFF20F0_## = Krizzix
74ECDEE4C39424BA_## = Cari kebebasan
7503B23B6DC74C4B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
752AB505B927A38B_## = 20 Nov
752D96E5CE56E88D_## = Nerov, darting in and out of the battle like a phantom, signaled
Taara to launch her attack.On the other side, the Golden Wings still flew proudly, but
the Okka lines had suffered badly from the Blood Knights' charge. Seeing his men in
disarray and the Blood Knights quickly coming around, Arthur led his guards to meet
the foe head-on to break the enemy charge and give his comrades a chance to
regroup.Arthur's gambit worked. Though beaten, the Okka forces were able to retreat in
some semblance of order and avoid a rout.But it was a dear price they paid, when
Nakroth's spear broke Arthur's cuirass and pierced the prince's chest.Arthur fell to
the ground, blood gushing from his chest. As his consciousness faded he thought he saw
a flower - a rose, blooming amongst flames...."Did you really think you were gonna do
this on your own, D'Arcy?"Watching wailing wraiths hit the golden barrier and
disappear into a black fog, D'Arcy had to admire the progress that his old friend made
in the pursuit of magic."Another rat from the south?" Veera frowned. There was
something about this insolent mage that unsettled her, and she could not quite put a
finger on it.The party-crasher laughed. "Sorry I missed the appetizer, but it looks
like I made it just in time for the main course.""Don't underestimate her, Dirak,"
warned D'Arcy."Underestimate? Never." High Speaker Dirak said. "Help those two kids
take care of that lady, then come back and help me take down this hag."Murad and Yena
were fighting Mina, while D'Arcy tied down Veera with his dimensional magic. But
Veera's guile and power were far beyond what D'Arcy imagined, and he might have fallen
to the wraiths if not for Dirak's timely intervention.Seeing that Murad and Yena were
holding their own against Mina, D'Arcy did not go over to them as Dirak had told him
to. Instead, he stood side by side with Dirak against Veera. He would never allow his
old friend to face the ancient demon alone, and he knew Dirak too well to be fooled by
the show of nonchalance that his friend put up.Even two against one, victory was far
from assured. Dirak did not intend to fight Veera - he intended to scare her away.And
it worked. After a short stand-off, Veera took Mina and left.The remaining four
breathed a sigh of relief, especially Murad. Though he did not show it, every time his
blade struck Mina's scythe it had felt like it struck his own flesh.Then a ray of
light appeared in the heavens, piercing the dark clouds at a dark shadow that had
appeared in the skies."What in the -" Murad began.D'Arcy sighed. "It's Volkath. He's
back."...On the ancient battlefield of Sunfall Valley, the Blood Knights ran into a
new host of cavalry coming from the south. They wore scarlet armor and carried the
banner of a flaming rose, and the captain who rode at their helm wore no helmet,
allowing her crimson hair to fly in the wind like her banner.Arthur's eyes did not
deceive him. He really did see a flaming rose.The Casanova Order of the Kingdom of
Norman had arrived, led by the Duke of Rose, the future queen of Norman - Astrid, heir
to the Red Dragon. The Wyrmblood breed that they rode were smaller than Shor horses,
but the blood of ancient dragons flowed in their veins, and they were fast and
fearless. The riders on them were also of dragon blood, and when they rode as one they
were like a great dragon, sweeping aside all opposition.Not even the Casanova knights
could stop the Blood Knights, but even as they gave way to the terrifying oncoming
charge, the Norman infantry advanced to close the gap. With less than a hundred yards
between themselves and the infantry, Nakroth had neither the room to regroup and
recharge, nor the room to break away and avoid being caught.Plus, the Norman infantry
brought something extra to the fight.Five arcane cannons lined up, commanded by mages
specializing in the five magical elements - wind, lightning, water, fire and earth.
The mages filled the Andura Stones at the rear of the guns with magical energy, and
magical circuits crafted by expert mages guided the elemental energies into the
barrels.Five shots of pure magical energy shattered the Blood Knights ranks, and
turned their red and black banner into cinder. The tactics championed by Thane, King
of Norman, proved their worth once more against the greatest cavalry commander of all
time, Nakroth.Astrid did not turn back to glance at the rear. She had no need to, for
she knew that those who do not change with the times were destined to be left behind,
in politics or in war. She rode forward, and saw a saber and a warhammer.The one who
wielded the saber turned traitor, luring one who was dear to her into an enemy trap,
for one who wielded the warhammer to deal the killing blow.Astrid felt her blood boil,
and she leaped off her horse, clasping Embertrail tightly with two hands."Arduin!
Taara! I come for you!"Then a ray of light appeared in the heavens, piercing the dark
clouds at a dark shadow that had appeared in the skies....In the sky, Tulen and
Maloch's battle were heading towards a conclusion.Tulen's robes were tattered, and
golden blood leaked from his right arm which hung limp at his side.Opposite him,
Maloch did not fare much better. Already nursing an injury, he was fighting without
regard for his own life and safety.
75318B77297D450A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
75515B05CC5B299A_## = "Mungkin akan terasa sedikit sakit saat tubuhmu beradaptasi
dengan kekuatan kegelapan. Ini hal biasa. Tahan saja...lagipula, belut pun sudah biasa
dikuliti. Harga yang tak seberapa dibandingkan kekuatan besar yang akan kau terima,
bukan? Hehehehe..."\nBerbaring di atas altar, Nakroth menutup matanya dan mengabaikan
Mganga, yang menyiapkan ritual dengan semangat, begitu senang bisa bereksperimen
dengan kelinci percobaan yang menjanjikan.\nSaat Nakroth kembali membuka mata, dia
merasa lebih kuat dari sebelumnya, dialiri kekuatan yang tak terbayangkan.\nSeandainya
saja saat itu dia memiliki kekuatan ini...\n"Ya, ya, ya." Tawa aneh mengganggu pikiran
Nakroth. Mganga ada di hadapannya dengan ekspresi puas bercampur iri. "Harus kuakui,
kau memang kelinci percobaan yang sempurna. Jarang ada yang mampu menerima kekuatan
kegelapan dengan baik. Namun kau tetap harus membuktikan diri."\nMganga menunjuk rak
senjata di dinding, dan sesosok individu kekar muncul dari kegelapan. Tombak pendek,
di dua tangan - Nakroth meneliti lawannya, berfikir cara menghadapinya.\n\n"Sobat
kecil ini yang dijadikan Veera sebagai lawanku?" ujar Zephys sinis. "Jadi...manusia.
Kegelapannya belum terasa. Dan menurut Veera dia bisa menandingiku?"\nNakroth
mengernyitkan dahi. Berisik sekali. Dia merogoh rak senjata dan menemukan yang
diinginkan - dua pedang pendek, nyaris sependek belati, namun sangat imbang, berguna
baik untuk menyerang maupun bertahan.\n"Ada apa? Takut? Baiklah, berlututlah dan mohon
ampun padaku, dan kau hanya perlu menginap di bangsal selama tiga hari..."\nBanyak
omong. Bising sekali.\nNakroth berbalik, dan menerjang.Dalam sekejap Nakroth melompat
sejauh sepuluh langkah, dia bertambah kuat dan cepat berkat bantuan modifikasi Mganga.
Zephys benar-benar lengah - Nakroth bahkan belum berucap satu kata pun.\nNamun,
serangannya biasa saja, bukan sesuatu yang sulit ditangani Zephys. Dengan sedikit
pergerakan lengan, dia menghalau serangan dengan tombak kirinya, membalasnya dengan
tombak kanan untuk mengincar celah Nakroth.Zephys pun segera menyadari ada yang salah.
Dia lupa bahwa Nakroth pun menggenggam dua senjata. Dan bahkan seraya tombak kanan
Zephys menghunus ke arahnya, pedang lainnya datang dari bawah. Mganga melihat dengan
jelas bagaimana Nakroth menggunakan tubuhnya untuk menyembunyikan pedang ke-dua,
memanfaatkan hentakan dari tangkisan Zephys untuk berputar dan mengeksploitasi
serangan balasan Zephys.Zephys menghentak dengan kaki yang di depan dan melompat,
menghindari serangan fatal dari Nakroth. Meski demikian, area perutnya terkena sabetan
cukup parah, namun zirahnya yang tebal masih mampu mencegah keluarnya darah yang
berceceran. Serangan Nakroth pun terasa mematikan, seakan perutnya dihantam oleh
palu.\nBerhasil mendaratkan serangan pertama, Nakroth tak melonggarkan serangan, dan
kedua pedangnya terus mengikuti Zephys yang tak membiarkannya mengambil
nafas."Sialan!" Zephys berputar di udara, dan seketika Nakroth menghadapi serangkaian
bilah tombak yang tajam. Terkejut akan kecepatan reaksi lawannya, Nakroth nyaris bisa
menghentikan momentumnya, namun dia harus kehilangan keseimbangan karenanya.\nSekarang
keadaan mulai berbalik. Zephys berhasil mendarat dan melancarkan serangkaian serangan,
yang lebih beringas dari sebelumnya.\nSemuanya terjadi hanya dalam sekian detik.Di
titik ini, Zephys tak bisa lagi meremehkan Nakroth, menganggapnya sebagai lawan yang
harus dihormati.\nTombak Zephys datang dengan kuat dan cepat, namun pedang Nakroth pun
cepat dan gesit, menangkis tiap hunusan, seolah tak terpengaruh jangkauan yang
terbilang pendek. Pergerakan Nakroth yang lentur dan cerdik nampak jelas di mata
Mganga, yang tak memiliki pemahaman dalam tentang bela diri - dia mengantisipasi
setiap pergerakan Zephys, namun sulit untuk berganti siasat akibat terlalu fokus,
benar-benar hanya menanggapi apa yang diperbuat Zephys. Pertarungan ini layaknya
permainan catur dimana Nakroth selalu satu langkah di depan, melihat jelas apa yang
akan dilakukan Zephys selanjutnya.Mganga berniat tepuk tangan, namun pasti Zephys akan
menaruh dendam jika dia melakukannya. Meski demikian, Zephys tak bisa memikirkan
tentang balas dendam, karena pedang Nakroth datang lagi dari bawah, memaksanya lompat
lagi.\nSebuah aura kemerahan mengelilingi bilah perak, dan Nakroth bergerak untuk
menghabisi layaknya pemangsa yang mencium aroma darah. Kali ini, dia pasti
berhasil.Namun Zephys bertindak layaknya salah satu penguasa Lokheim. Jika Nakroth
mengajaknya berduel, dia tentu punya jawabannya. Posisinya di udara terbilang
sempurna. Dia memusatkan kekuatannya ke titik tombaknya dan bersiap menyambut serangan
Nakroth dengan serangan penentu -\n\nDan kemudian duel pun tetiba terhenti, oleh
sesosok makhluk merah yang mendarat diantara mereka berdua. Zephys dan Nakroth
terbilang besar untuk seukuran manusia, namun sosok yang baru datang ini jauh lebih
besar.\n"Bagus. Kau lulus." Suara Maloch yang dalam dan menggema membuat seisi arena
terdiam, dan dia menatap Nakroth, yang terperangah. "Mulai sekarang, kau bertarung
untukku."
75866DB18A5B46CA_## = 56 MAR
75D2BC9B0BA88E46_## = Terkadang ingin mengakhiri nyawa di "tangan" Errol lain.
75DE313234C9FCD2_## = 8 AGU
75E115995FE27938_## = Dalam pengasingannya, Eland'orr ikut bertarung melawan ancaman
Lokheim. Saat itulah dia bertemu Krixi, yang kemudian jadi sahabatnya.
75E3DABEFEF20EAB_## = "Air, Sumber Kehidupan."\nLayaknya Pita Biru, Danau Losarth
dengan lembut mengelilingi Carano, memberikan kehidupan pada kota perbatasan ini. Di
tengah sungai, berdiri sebuah patung megah dari Sephera, sang penyihir legendaris,
pendiri Dewan Magister, Guru Besar Akademi, dan sosok yang seorang diri menciptakan
Miracle of Losarth.\nPertemuan pertama Sephera dengan ilmu sihir bersumber dari
serdadu sihir yang mengabdi pada keluarganya.\nBanyak bangsawan yang memperkerjakan
serdadu sihir, yang mereka beri upah dan penghidupan agar bersedia melindungi keluarga
dan lahan kepemilikan mereka. Serdadu ini tak hanya berkewajiban untuk menangani
masalah yang berkaitan dengan hal magis atau mistis. Tak berlebihan rasanya jika ada
anggapan bahwa kekuatan serdadu mencerminkan kekuatan dan kekuasaan keluarga itu
sendiri.\nAnak-anak yang memiliki bakat sihir seringkali mendapat pendidikan langsung
dari penyihir, bahkan mungkin menjadi penerus gurunya seusai menyelesaikan pendidikan,
menjadi pelindung baru keluarganya. Diantara para individu menonjol ini, Sephera jadi
yang paling disorot.\nSemenjak kecil, dia memiliki penguasaan bawaan atas ilmu
kebatinan, dan tak butuh waktu lama baginya untuk melampaui kemampuan gurunya. Dia
juga merupakan pengikut setia Kuil, seringkali berpartisipasi dalam kegiatan religi
dan amal yang diadakan Kuil, dan tak diragukan lagi akan mengabdi pada Kuil,
seandainya dia tak perlu menunaikan kewajiban melindungi keluarganya.\nOrang awam
mungkin akan beranggapan bahwa peran ganda yang dimiliki Sephera, yaitu sebagai
penyihir dan pengikut merupakan hal yang berlawanan. Namun, Scunthor, Sang Penyihir
Pertama, pernah berkata bahwa sihir berasal dari para dewa dan diajarkan pada umat
manusia oleh para sosok setengah dewa di Jaman Primal, sehingga penggunaan sihir dapat
dianggap sebagai pengakuan manusia atas keberadaan para dewa.\nOleh karena itu, pihak
Kuil menerima Sephera dengan tangan terbuka. Menderita kerugian yang besar akibat
peristiwa Invasi Pertama, pihak Kuil berusaha untuk mencari pengikut, terutama yang
kuat seperti Sephera. Namun, kebangkitan Kuil bersinggungan dengan kepentingan kaum
bangsawan, bersama penyihir yang melayani mereka. Sephera terjebak dalam dua pilihan,
tongkat sihir di satu sisi, ajaran Kuil di sisi lain.\nKeseimbangan yang rapuh ini
hancur oleh Perang Penyucian. Sudah terlalu banyak dan lama, penyihir yang diijinkan
untuk melangsungkan eksperimen tak manusiawi atas nama ilmu pengetahuan, yaitu dalam
bentuk sihir kegelapan. Terungkapnya fakta ini oleh pihak Kuil tak pelak menimbulkan
reaksi keras masyarakat luas terhadap sihir kegelapan. Dikenal sebagai penyihir,
Sephera ikut serta dalam peperangan bersama Dirak dan Dolsey, sekutu yang tak kalah
terkenal, memimpin pasukan baris depan dalam misi suci memerangi sihir
kegelapan.\nNamun, semakin lama, semakin banyak pihak yang terlibat. Banyaknya kubu
keluarga bangsawan tua yang terjebak dalam peperangan akibat kaitan mereka dengan
penyihir kegelapan, membuat kubu keluarga bangsawan yang lebih muda berinisiatif untuk
mengambil untung, memperparah peperangan demi kepentingan mereka sendiri. Di baris
depan, Sephera merasakan situasi yang mulai di luar kendali dan berupaya untuk
menjernihkan suasana, namun sebelum dia mampu membuat rencana, rekannya, Dolsey,
terjebak di tengah-tengah konflik.\nDemi menolong Dolsey dan penyihir tak bersalah
lainnya, dan demi meluruskan tujuan aliansi, Sephera memanfaatkan pengaruh yang
dimiliki keluarganya untuk meminta bantuan pada pihak Kuil. Namun ada terlalu banyak
hal yang dipertaruhkan pihak Kuil dalam peperangan ini – bersekutu dengan kubu
keluarga bangsawan muda, ada keuntungan yang menanti dari keruntuhan kubu bangsawan
tua dan para penyihir. Tak mungkin mereka bisa berhenti sekarang.\n"Mengapa cahaya
yang aku yakini justru mengajakku ke kegelapan?" Menghadapi sikap pihak Kuil yang
berat sebelah, Sephera bertanya pada diri sendiri. Dia mulai memahami alasan Dirak dan
Dolsey begitu waspada akan keyakinannya, meskipun mereka sepaham dengan dirinya dalam
banyak hal.\nNamun Sephera tetaplah seorang penyihir. Saat keadilan menjauhinya, dia
akan berpaling pada ilmu sihir. Bersama Dirak dan kawan-kawannya, Sephera mampu
menyelamatkan nyawa banyak penyihir yang tak bersalah. Sebuah kubu yang dibentuk demi
melawan sihir kegelapan kini berkonflik dengan kubu keluarga bangsawan
muda.\nAkhirnya, Sephera dan kawannya harus melarikan diri ke wilayah perbatasan,
tempat yang terbebas dari kekuasaan para bangsawan. Banyak penyihir yang bergabung
bersama mereka, baik yang didasari panggilan hati ataupun murni karena kebutuhan.
Inilah menjadi asal mula Dewan Magister, yang didirikan di Carano.\nDewan ini mengubah
kota Carano yang terpencil, membangun menara besar yang mencakar langit, memanggil
semua penyihir untuk bergabung demi memperjuangkan dan mempertahankan kehidupan
mereka. Dan ratusan tahun sejak saat itu, sang pendiri dan pemimpin, Sephera, terus
melindungi kota baru ini, selayaknya sungai yang diciptakannya.\n"Mereka yang
diberkati kekuatan besar harus melindungi yang tak berdaya."
75EEA96FB59753DA_## = Helios
762BF29CB7BBFA65_## = Jadi salah satu anggota senior Veda, Ilumia menerima instruksi
langsung dari Archmage Edras.\nBegitu meyakini Pact of Light, dia berikrar untuk
memberantas pasukan kegelapan Lokheim. Namun, tak seperti gurunya, Ilumia merupakan
politisi sejati, dan selama bertahun-tahun mampu menyingkirkan pesaingnya di kalangan
atas Veda. Sementara itu, karena mengakui potensi yang dimiliki umat manusia, dia
mengijinkan mereka untuk berkembang dengan kebebasan bersyarat, membimbing sebagai
pemimpin spiritual, bukan dalam kekangan tirani.\nCaranya ini memperkuat kekuasaannya
di Veda, dan meyakinkan pihak Afata dan Manusia untuk bertarung bersama Veda melawan
Lokheim.\nDemi menjaga ketertiban selepas dunia ditinggalkan para dewa, Ilumia pun
mengemban peran sebagai dewa, menjuluki dirinya sebagai Goddess of Light, satu-satunya
dewa sejati di dunia, dan hukumnya absolut.\n\nKini, Ilumia hidup sendiri di
kediamannya di puncak Mt. Orphean, jarang menerima tamu. Apakah dia sedang mencari
mukjizat, coba menjalin komunikasi dengan dewa terdahulu, atau mencari cara untuk
mencapai keilahian, tak ada yang tahu.
76382A4AFAD81C33_## = Akademi yang didirikan Dewan Magister untuk melatih bibit-bibit
penyihir muda.
76427CB28E904E30_## = Sihir memiliki jiwanya sendiri.
76CD404878AE73C9_## = Marah atas godaan tak pantas yang dipertunjukkan Veera.
76DAA12978CEAA08_## = The Demon Hunter
76DD70FC04BE5B5B_## = Death's Embrace
770139878D97CE3D_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
770B8574B3C2B4BD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
77147A210CB826C7_## = Inferno Whisper
772B86E4642D9CE9_## = Menghindari kontak fisik, terutama dengan lelaki.
773C7A98293246B1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
774644B7E4B697A0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
776E39145865E279_## = Fall of the Dark Lord
77A3B917BCEB3491_## = He would not wait for support from the Council or the Kingdom of
Norman, but would immediately head north following in its trail, while leaving his
magic mark for the other mages to trace.Beneath Sephera's calm exterior she was
anxious and uneasy. D'Arcy's letter spoke of a power beyond mortal imagination, one
who was perhaps a match for Ilumia herself. It was every mage's dream to challenge the
gods with the power of magic, and among them D'Arcy was undoubtedly the most likely to
succeed, but it was too early.In the faint light of the magic lamp, Sephera touched
her temples with her fingers, trying to ease her worries in vain. Of the two people
who were most important to her, one was headed to battle, and the other may already be
in it."Please, Dirak...bring D'Arcy back."The Elborne Woods, near the heart of the
World Tree."When the darkness covers the sky,\nwhen the Abyss engulfs the earth;\nShe
will answer the call of the World Tree,\nshe will wake from her slumber."Carrying her
bow crafted from a branch of the World Tree, Tel'Annas stood on the back of her great
eagle, as her people sang their song of praise to her. The winds of Mt. Orphean had
brought world from Veda, and the recently-awakened queen of the elves heard of the
return of her ancient foe, the old wound of darkness on her left hand still not
faded.Personally, she had no liking for Ilumia and her pompous, pretentious ways. But
she also knew that Ilumia was not one to jest, and whether it was out of a sense of
duty or just out of the need to settle an ancient grudge, she could not ignore the
news of Volkath's return. And so she answered Ilumia's call, knowing full well that
Veda's self-styled 'Goddess' had ulterior motives.The forests were restless. The elves
sang as their queen went to war, and every bird and beast in the forest stopped their
frolicking to watch her pass from the branches, among the trees and in the
rivers.There was no time to muster the elven armies. Tel'Annas' retinue consisted of
herself, her truty eagle mount, and her loyal guard Zill. Zill and his thirty-foot
wide wings would take her to the site of the ancient battle before night fell, while
Zill would ensure that the journey was without interruption.The whispers of the World
Tree told her that Y'bneth and Baldum had already left with the Verno vanguard,
heading towards Sunfall Valley valley. They may sound the horn of war before her.For
her part, Tel'Annas was not concerned about starting the war. She only needed to be
the one to end it."I killed you once, Volkath. I can kill you again."
77B5DD81E617603F_## = Matahari yang terbenam melukiskan warna kemerahan di gurun
pasir.
77B66CD924803E36_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
77D42403D440766C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
77DB2557D128F7CA_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
77DC33109EE090AC_## = Chapter 15
77EB437484336E4C_## = Sejumlah lukisan karyanya dipajang di kamar Florentino.
77F6ED5755C8CC8F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color>
dengan <color=#ffd200>{0}</color> dan Hero berkaitan.
78456D6C5BF9B495_## = Penyihir legendaris, pelindung Great Wall
78834F86D6054E9D_## = Salah satu legiun Lokheim, beranggotakan Corrupted bawahan
Veera.
78CA63E3E2772525_## = Moren
78CAD06F2151D1CC_## = Tak ada yang tahu dari mana Richter berasal, karena dia
ditemukan di alam liar di hutan, dan kenangan paling awal yang diingatnya adalah
tentang alam liar. Demon Hunter yang menemukannya terpukau atas indera tajamnya serta
kemampuan adaptasinya, dan membawanya kembali untuk dijadikan objek eksperimen
prosedur transformasi menggunakan ilmu hitam, yang jadi ciri khas ordo mereka.\nNampak
mampu beradaptasi dengan ilmu hitam, Richter tak lama mencuat sebagai salah satu
prajurit terbaik Demon Hunter generasi pertama, mengantarkan era kejayaan Demon
Hunter. Namun seraya dimulainya perang suci terhadap ilmu hitam, kegiatan Demon
Hunters harus ditunda dan Richter dikeluarkan dari jabatannya.\nSaat semuanya sudah
tenang, Demon Hunter ditugaskan menuju Great Wall di selatan, dan Richter pun turut
serta. Di sanalah dia diperintahkan untuk menangkap Errol atas tindak pembunuhan, dan
dia mengejar Errol hingga ke tebing curam di Norman Forest, di mana dia melihat Errol
jatuh dari ketinggian yang dirasa mustahil untuknya tetap bertahan hidup.\nRichter
sekarang beralih jadi prajurit bayaran, walaupun tetap menjaga komunikasi dengan ordo,
dan dipanggil untuk mempertahankan Great Wall lebih dari sekali.
78CFE51EC0FE7707_## = Pengaruh sihir dimensi
78FEA170744D61E4_## = Biografi Yorn
78FF99A97CBB3F1B_## = Holff
790DD1B1BC24A08A_## = Errol adalah seorang pembunuh.\nSetidaknya, itulah fakta yang
ditunjukkan bukti. Dan itu diperparah dengan dirinya yang menghilang di malam sang
korban yang mati mendadak.\nMembunuh rekan dan melarikan diri. Apa yang membuat lelaki
muda yang begitu ramah dan baik hati tega melakukan perbuatan jahat seperti
itu?\nBahkan walaupun dirinya termasuk anggota Demon Hunter sekalipun?\n\nBeberapa
tahun lalu, Errol bersama saudara laki-lakinya, Kent, mampu melalui Arcane Ordeals –
yang dilalui Kent demi hadiah yang dijanjikan, yang dapat memberikan kehidupan lebih
baik pada Errol, sementara Errol demi bisa tetap bersama saudaranya itu, yang
merupakan segalanya bagi sesosok anak yang pemalu ini. Oleh karenanya, dia mampu
bertahan dengan tekad yang sangat kuat hingga Ordeal berakhir. "Jiwa anak ini jauh
lebih kuat dari raganya," tulis penyihir yang mengawasi ritual itu.\nDan sayangnya,
Kent harus tewas, tepat di hadapan Errol. Saat cakar monster Abyss hendak melukai
Errol, sang kakak melakukan tugasnya dan berdiri menghalangi monster itu. Tubuh Kent
yang diperkuat sihir memang jauh lebih kokoh dibandingkan manusia biasa, namun dia
tidaklah kebal. Dengan mata kepalanya sendiri, Errol menyaksikan cakar sang monster
mencabik tubuh kakaknya.\nSejatinya introvert, Errol jadi semakin tertutup semenjak
kematian kakaknya. Rekan-rekan Kent melanjutkan tugasnya dan merawat Errol dengan
baik, dan Jenderal Edmond dari Southern Legion memperlakukannya bagaikan anaknya
sendiri. Edmond tak bisa meninggalkan Errol begitu saja, terlebih karena kematian Kent
dirasa merupakan tanggung jawabnya.\nNyatanya, ada hal tak biasa yang sedang terjadi
– sebuah naluri bersemayam dalam diri Errol. Setiap malam, saat suasana sunyi dan
dia seorang diri, ada bisikan yang muncul dalam benaknya,\n"Pergi! Tinggalkan tempat
ini, atau kau akan jadi ajal bagi mereka semua, dan dirimu sendiri…"\nSekeras apapun
usaha Errol untuk mengabaikannya, suara itu tetap ada dan bahkan semakin keras dan
jelas. Tak butuh lama bagi Errol untuk menyadari identitas suara itu – tak
mengherankan, karena itu suara dirinya sendiri. \nError menyimpan rahasia itu sendiri.
Satu-satunya orang yang dipercaya dirinya telah pergi dari dunia ini. Dan suatu hari,
hal itu akan menimpanya juga, menyeberangi dunia ke tempat kakaknya berada. Dia begitu
menantikan saat-saat itu.\nOleh karenanya, Errol berhenti bersembunyi dan menangis.
Tak ada lagi sosok bocah pemalu dan canggung di medan pertempuran; Errol mulai
bertarung dengan semangat dan amarah menjadi-jadi, yang memberinya julukan "Errol si
Gila".\nSeringkali, Errol mengabaikan aturan atau keselamatan saat bertarung, yang tak
hanya membahayakan diri sendiri namuna rekannya juga. Hal ini memaksa Edmond, mentor
Errol, mengambil tindakan sebelum Errol menghancurkan dirinya sendiri, yaitu dengan
menempatkannya di penjara khusus, dengan harapan dia mampu menenangkan diri dan
berpikir jernih.\nEdmond tak menyadari betapa hal tersebut menyiksa Errol. Suara itu
muncul dan terus meneror Errol siang malam. Salah satu alasan dirinya bertarung begitu
keras adalah agar dirinya dapat tertidur dengan lelap akibat kelelahan tanpa harus
mendengar suara menyiksa itu.\nNamun, Errol tak menyalahkan Edmond. Dia tahu bahwa apa
yang Edmond lakukan adalah demi melindungi dirinya serta rekan-rekannya, dan dia tak
menutup mata terhadap kebaikan yang ditunjukkan sang jenderal semenjak kematian Kent.
Hal itu yang membuat Errol mampu bertahan – hingga tiba saat dia dibebaskan dan
mendengar kabar menyedihkan bahwa Edmond telah meninggal akibat penyakit yang diderita
karena terlalu bekerja keras.\nErrol menuju kamp sambil terisak, lalu berpapasan
dengan beberapa prajurit yang tak mengenal dirinya. Mereka menertawakannya dan
menggunjing bocah kurus bermata sembab dan bekas air mata di pipinya, hingga mereka
melihat dirinya memasuki kamp Demon Hunter. Tak ada satupun anggota Southern Legion
yang cukup bodoh untuk mencari masalah dengan Demon Hunter.\nErrol sama sekali tak
menggubris perkataan mereka. Dia menundukkan kepala dan tenggelam dalam kesedihannya.
Semasa masa penahanannya, dia menetapkan hati untuk memberitahu segalanya pada sang
jenderal tua dan menutup lembaran buruk ini. Sekarang, dia hanya bisa berpasrah
diri,harus tinggal bersama suara yang menghantuinya di setiap malam.\n\n"KAUlah yang
membunuhnya. Dan akan ada korban lagi."\n"Kenapa? Kenapa ini terjadi? Apakah aku
dikutuk?" Errol menekan tangannya yang gemetaran ke wajahnya.\n"Kita membawa
sesuatu…sesuatu yang lebih kelam dari kegelapan, lebih menakutkan dari teror. Selama
itu masih ada, tak ada kehidupan di sekitar kita yang mampu bertahan
darinya."\n"Tunggu, katamu…kita? Siapa kau sebenarnya?"\n"Aku? Aku adalah kau, dan
kau adalah aku!" Suara itu berubah jadi tawa penuh gila.\n"Bagaimana cara mengenyahkan
kutukan ini? Beritahu aku!"\n"Mudah. Mereka akan tetap hidup jika kau mati."\nErrol
merasa ngantuk dan tetiba tangan kanannya mencengkeram lehernya dengan keras.
"Apa…apa yang kau…" dia kehilangan kesadaran sebelum mampu selesai berkata.
Seketika saat itu juga, matanya terbelalak, dengan warna merah tua mengerikan.\nSatu
Errol tertidur. Errol yang lain terjaga.\nMalam itu, para prajurit yang menertawakan
Errol ditemukan tewas di tenda mereka, dengan luka yang hanya bisa ditimbulkan oleh
Penyihir Kegelapan atau Demon Hunter. Para Demon Hunter tak punya pilihan selain
mengerahkan pasukan yang dipimpin Richter demi mengejar dan menangkap Errol untuk
menebus kejahatan yang diperbuatnya.\nGrup pengejar kembali membawa laporan bahwa
Errol memberikan perlawanan dan jatuh dari tebing di tengah pertarungan sengit. Jika
melihat ketinggian tebing, mustahil rasanya Errol bisa selamat. Apa yang tidak mereka
laporkan adalah perubahan yang menimpa Errol, baik jiwa maupun raga. Bagi mereka,
lebih baik mati dalam pertarungan daripada harus menunggu ajal di jeruji tak
bercahaya.\nSeraya perang di selatan berkecamuk, peristiwa kecil ini dilupakan begitu
saja. Nama Errol nyatanya terdengar kembali di Athanor hingga berabad-abad kemudian,
saat Hayate, the Ghostwalker, menemukan sosok remaja yang tak sadarkan diri dan
terluka parah di lembah. Kata-kata pertama yang diucapkan Errol saat tersadar,\n"Aku
adalah aku!\nAku tetaplah aku!"
795805FD35F80782_## = Ayo berteman!
7967F5CE903C1C7E_## = Salah satu dari dua sungai besar Athanor belahan utara, Elda
River terbentuk dari air salju yang mengalir dari Mt. Orphean.
7979C6E9807A1B12_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
7998E19A71276470_## = Hadapi kegelapan, karena aku akan menerangi jalanmu.
7999E75657F7DA79_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
79AF9280DE2DE28F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
79D68C81FA273D5C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
79E98ABE58300572_## = Setelah kematian sang kakak, Errol mulai mendengar suara aneh di
malam hari saat seorang diri. Saat itu dia belum menyadari bahwa suara itu merupakan
suara Volkath, Lord of Darkness, dan seiring waktu berjalan, jiwanya mulai terhubung
dengan Volkath, yang menciptakan kepribadian lain.
79F698A03659E8E6_## = Preyta
7A3C228481708797_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7A518CDDAFFEA318_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7AA66C8974EBA0E7_## = Dagon Forest
7AB870C74C3C3A5E_## = Biografi Kriknak
7AC26067BE728BB6_## = Pegawai pemerintahan Federation.
7AE38192320B5AA7_## = Setelah mengucap selamat tinggal pada kampung halamannya yang
asri tempat dirinya tertidur selama seribu tahun, Tel'Annas, Sang Ratu Elf yang baru
terjaga dan bersinar layaknya bintang pagi.\n\nSebagai salah satu kesatria pemberani
penentang serangan awal pasukan kegelapan, Tel'Annas yang melegenda berkat keahlian
berpanahnya yang tak tertandingi, menjadi ilham serangkaian lagu dan puisi sepanjang
ratusan tahun lamanya. Dikenal atas peran besarnya dalam pertempuran final yang
menentukan melawan pasukan kegelapan, Tel'Annas lah yang menembakkan satu-satunya
panah yang menimbulkan luka parah di raga Sang Raja Kegelapan, yang memastikan
keberlangsungan hidup semua makhluk hidup yang kehilangan perlindungan para Dewa di
periode sejarah yang kelam ini.\n\nNamun, Tel'Annas harus membayar mahal saat jiwa dan
raganya ternodai kekuatan kegelapan yang dilepaskan Raja Kegelapan di nafas
terakhirnya. Dia dipaksa untuk mengasingkan diri dan tertidur seribu tahun lamanya
demi menyucikan dirinya dari semua kekuatan kegelapan. Semasa tidurnya, Maloch,
penerus Raja Kegelapan, berusaha untuk menghancurkan segel pelindung Sang Ratu dan
merebut kekuatan kegelapan yang ada dalam diri Tel'Annas, namun ternyata segelnya jauh
lebih kuat dari perkiraan.\n\nMerasakan adanya peluang yang muncul di balik serangan
ke-dua pasukan kegelapan, Maloch menurunkan perintah pembantaian Afata, yang memaksa
Tel'Annas untuk melepas segel dan kembali ke medan peperangan. Raganya sama sekali tak
menandakan bahwa dirinya telah melewati tidur seribu tahun lamanya, dan daya tempurnya
di peperangan akbar menjadi bukti bahwa dirinya mampu menaklukkan serta menggunakan
kekuatan kegelapan yang mengalir dalam tubuhnya. Di hadapan pasukan iblis, hantu dan
roh jahat, Tel'Annas sekali lagi menarik busurnya demi melindungi nyawa dan martabat
semua makhluk hidup.\n\n"Kilau bintang pagi akan selalu melindungi bumi ini."
7AF1C4E218171968_## = Federation of the Free
7AFD5D70814E9F93_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7B1325061767BF05_## = Infiltrasi
7B289153D4F3E663_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7B2911231400F92E_## = The Anointed One
7B50A90148F5FF08_## = Lokheim
7B7E56E38E979649_## = Cukup protektif terhadap Maloch yang berpikir sempit.
7B86693C38422063_## = Roxie dan Agnie merupakan sepasang petualang yang senantiasa
ceria dan tanpa beban.\n\nRoxie berasal dari garis keturunan penjelajah yang
termahsyur—bahkan sebagian dari pendahulunya, dikenal atas jasa dalam penggalian
sumber daya mineral yang membawa kekayaan dan kemakmuran ke Mildar. Keluarganya yang
ceria (dan tentunya sedikit tidak waras) seharusnya bisa saja bersantai dan menikmati
kehidupan yang makmur, namun hasrat untuk berpetualang yang mengalir di darah mereka
nampaknya memang tak mampu terbendung lagi. Alih-alih, mereka mempercayakan anak-anak
mereka pada teman yang paling bisa dipercarya dengan uang yang cukup untuk membesarkan
dari kecil hingga dewasa, sehingga mereka bisa terus berpetualang mencari dunia baru
tanpa harus dihantui tangisan anak kecil.\n\nBegitulah perlakuan yang diterima kakek,
bahkan ayah Roxie. Roxie pun merasakan perlakuan yang sama. Satu-satunya kenangan masa
kecil yang mengingatkan dirinya akan kedua orangtuanya adalah lembaran surat yang
dikirimkan padanya tiap bulan—itu pun selama pasangan pemberani itu sedang tak
terperangkap di makam misterius atau tenggelam dalam pesona tempat eksotis yang mereka
temukan.\n\nRoxie tak henti-hentinya merasa iri dengan gaya hidup yang dijalani
orangtuanya. Tak banyak yang bisa dia ingat tentang ayah dan ibunya, namun surat yang
diterimanya selalu bernuansa kebahagiaan dan romansa, dan Roxie, yang masih belia dan
penuh imajinasi, percaya sepenuhnya. "Akan tiba hari dimana aku bertualang seorang
diri dan bertemu Pangeranku," sebuah deklarasi yang senantiasa diucapkannya. Hari-
harinya dihabiskan untuk memimpikan petualangannya di masa mendatang, di mana dia
berpetualang hingga ke ujung dunia dan menemukan pusaka berharga dan harta karun
mistis ditemani sosok lelaki tegap pemberani.\n\nNyatanya, Roxie tak kunjung bertemu
Pangeran dambaannya—sebuah kenyataan yang harus diterimanya. Alih-alih, yang
ditemukannya adalah rekan berpetualang yang usil dan sangat menyebalkan, yaitu roh api
bernama Agnie.\n\nAgnie, sosok yang bersemangat dan gemar menjahili, merupakan hadiah
untuk menyambut kedewasaan yang dipersembahkan orangtua Roxie pada dirinya. Selain
itu, mereka pun menghadiahkan selembar peta harta karun yang mereka susun, yang berisi
lokasi harta karun, baik yang sudah maupun belum terjamah. Di kartu ultahnya tertulis:
"Ayo Nak, mulailah mencari apa yang kamu inginkan. Kami menantikan untuk berjumpa
denganmu di suatu tempat di luar sana! Salam Sayang, Ibu dan Ayah".\n\nSudah jelas
bahwa inilah pertanda bagi dirinya untuk memulai petualangan pertamanya! Roxie sudah
tak sabar lagi. Ransel dan belencong dipersiapkannya. Dia sudah siap menyambut
Petualangan Besar Roxie.\n\n"Bagaimana denganku? Seharusnya, kita namai 'Petualangan
Besar Agnie dan Roxie'," keluh sang roh api, mengeluarkan kepalanya dari
ransel.\n\n"Who cares about you? I don't even need you."\n\n"Bet you won't be able to
even read the map without me, dummy!"\n\nRoxie couldn't really argue with that. Agnie
was right, for Roxie, despite her aspirations to become the greatest explorer to have
ever been born, was hopeless with directions. She could barely tell which side of the
map was up. That was the true reason her parents had gifted Agnie to her—she would
probably spend days walking in circles otherwise.\n\nAfter bidding farewell to the
kind, old man Moren, the optimistic Max and the well-meaning, little spitfire Wisp,
Roxie was finally on her way. Agnie was a pain in the neck, but at least it was good
company.\n\n"But where, oh where is my Prince Charming?"
7B88B06AD8EF1857_## = 44 MAR
7B8F7F262EC7922C_## = Maloch
7BA4670D881E5E7F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7BC49555DC10B66B_## = 168cm
7BF7DC1F96B49EFF_## = Biografi Grakk
7C01E711E82E6343_## = Violet
7C2E6099BE845F6D_## = "Prajurit sejati melindungi yang lemah dan menghukum yang
jahat."\n \nZuka lahir di desa yang indah dan damai, tempat dimana orang dapat
menghindari kekejaman dan ketidakadilan yang banyak terjadi di belahan dunia lain.
Penduduk desa ini amat menghargai seni bela diri, dan sejak kecil Zuka telah
mempelajari segala jenis seni bela diri dan menjadi semakin tangguh setelah melalui
berbagai tes yang diberikan gurunya.\n \nAkan tetapi, Zuka kecil tidak dapat mengerti
untuk apa semua ini.Mengapa ia harus mempelajari seni bela diri yang mungkin tidak
akan pernah digunakannya? Bukankah lebih baik mempelajari ilmu pengetahuan atau
bercocok tanam? Sang guru pun menjawab pertanyaan Zuka, "Tidak cukup hanya berharap
akan kedamaian, kita harus dapat menjaga perdamaian!"\n \nJawaban sang guru sangat
berkesan di hati Zuka. Saat para monster terbebas dari neraka dan menyebarkan
kekacauan di seluruh dunia, desa yang dahulu damai pada akhirnya harus terlibat dalam
perang. Zuka kecil dan keluarganya menempuh perjalanan jauh yang penuh rintangan untuk
mencapai Forest of Shadows yang legendaris.\n \nZuka pernah mendengar kisah Forest of
Shadows dari para tetua di desanya. Merupakan tempat tinggal Ratu Peri, Tel'Annas,
serta para pengendali elemen dan prajurit raksasa. Mereka adalah tentara sang ratu
yang bertugas menjaga hutan dari para monster.\n \nDalam perjalanan tersebut, Zuka
menyaksikan berbagai hal mengerikan yang dilakukan para monster, dan seni bela diri
yang dipelajarinya bertahun lalu akhirnya sangat bermanfaat. Dengan pakaian baja dan
senjata yang dibuatnya sendiri, dia berperang tiada henti melawan yang jahat dan
menyelamatkan makhluk yang tertindas. \n\nKisah kepahlawanan Zuka menyebar ke seluruh
dunia, dari Temple of Light yang mulia, hingga Castle of Inception yang dulunya
mencurigai makhluk buas, semua akhirnya mengakui kepahlawanan Zuka. Bahkan Ratu Peri
Tel'Annas menyiapkan pesta penyambutan yang spesial untuknya. Atas undangan the Earth
Elemental Lumburr, Zuka secara resmi bergabung dengan prajurit cahaya yang bertugas
melawan seluruh kejahatan di muka bumi.\n \nDi manapun Zuka berada, ia menjadi simbol
perdamaian sejati!
7C3FD4711696505E_## = Klaus could no longer feel his goddess' connection in prayer.As
for Tulen, he had only one answer for Klaus: Fight!Tulen was proud and haughty, but
Klaus found his presence to be reassuring. There was no questioning his commitment,
nor was he the rogue that Klaus had feared, and was on the whole agreeable with the
army's plans.Tulen may be eager to fight, but war was a more complex matter than
simply throwing your hat into the ring."Are we not able to advance?" Klaus asked
Arthur at the war meeting."We might have a chance if we have three, no, five times our
current forces," answered Arthur.D'Arcy nodded quietly. He was no soldier, but he had
seen his share of battles, and he knew Arthur's answer was not pessimism, simply a
realistic assessment of the situation. If anything, to challenge the massive demon
host, led by the three greatest demon lords, with 'just' five times their current
forces, would under most circumstances be considered foolhardy in the extreme."But our
goal isn't to win the battle, is it?" Murad spoke, and every eye in the room turned to
him. "Isn't our goal to stop them from completing their ritual? We don't need to win
this battle, do we?""How are we going to stop them without defeating the defenders?"
Klaus asked."No, he's right," said Arthur. "We don't need to win the battle. Focus all
our voices on one point, and cut a path through for an elite team to stop the
ritual."Yena frowned. "How many will die?""Even more will die, if we do not stop
Volkath." D'Arcy's voice was calm, matter-of-fact.Klaus quickly intervened before an
argument could break out. "That's the best plan we have, given the circumstances. Rest
assured that no faithful of the Holy Light will hesitate to give their lives for such
a cause."Yena remained silent and did not speak. Klaus then turned to Arthur. "I leave
the troop preparations to you, my lord. I shall speak with Lord Tulen about stopping
the ritual.""If Lord Tulen has reservations, I am happy to take on this task," said
D'Arcy. Klaus looked taken aback for an instant, but then he smiled and answered,
"Thank you, but I do not believe that will be necessary."D'Arcy said no more. He was
not particularly fond of the Archon, who was at this moment floating in the skies
above the tent.At dawn, eight hundred elite Templar Knights were assembled and
ready."We've come this far. We need do all that we can." This was D'Arcy's proposal to
Arthur last night, after Klaus had left. The plan was for the four of them and a
contingent of Templars to launch a series of probing attacks at the Lokheim front,
before the main attack."It's about to start." Enzo could hardly hold back his
excitement."Wait!" Klaus rode towards the knights to stop them, for there was new
development. At the same moment as the Templars were prepared to make their attack,
the forces of Verno Forest, led by Baldum and Y'bneth, had arrived in the south, and
were already repared to engage the Lokheim forces.In light of this, Arthur ordered
the rest of the Templar and Silverwing cavalry to mount their horses, forming a mobile
force that could quickly reach their allies in the southwest and join up with them.
The Templars were not afraid to die, but there was no need to send good soldiers to
die when they could be put to better use.The knights were not in communication with
the Verno forces, and did not know their size or composition. But they were almost
certainly greatly outnumbered by the Lokheim legion, and Arthur could not allow their
allies to be slaughtered meaninglessly. By bringing his best knights to bear, he hoped
to punch a hole through the Lokheim forces between them, meeting up as quickly as
possible with minimal casualties.The remaining infantry now looked to D'Arcy for
leadership. Though he was no soldier, D'Arcy had seen far more battles than most of
them in his time protecting the Great Wall, and before their eyes he walked out of
camp as casually as one might go for a walk on a pleasant afternoon.Arthur needed a
distraction. D'Arcy would give him one, and show that Archon high up in the air what
humans were capable of. He raised his hand, and a tide of Dimensional Magic rushed
towards the Lokheim lines.Enzo looked on in wonder at the legendary mage's powers.
Seeing no objection from Klaus, he joined in the charge, but not before he glanced at
Tulen high up in the air who remained in his position unmoving. It seemed the enemy in
front of them was simply not enough to pique his interest.Not for long, though.A
crimson light split the sky, heading straight for Tulen. Though his injuries were not
fully healed, Maloch was still Lokheim's most powerful being in Volkath's
absence.Deafening thunder accompanied a great bolt of lightning, cancelling out
Maloch's attack. Dark clouds filled the sky, blocking out the sun, and then Tulen
emerged from it. He had found a foe worthy of his attention.
7C52029099A8F4D2_## = Advance
7C59C4225A74B250_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7C8C2A7AA1760372_## = Sebuah arena perang kuno. Lembah ini dijadikan zona netral
antara Okka, Norman dan Verno Forest, dan berbatasan dengan Moonlit Plains. Terowongan
yang ada di bawah permukaan jadi gerbang menuju Abyss.
7C910C688CA3C6F2_## = Kolot, tak menyukai pakaian Airi yang dirasa agak terbuka.
7C9F355253440D87_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
7CA55863E41BB032_## = Yena
7CA7C050AD30A8F2_## = "Teknologi akan memperkuat manusia!"\n\nSeperti yang ditulis Max
the Wunderkind di autobiografinya, penemu 'jenius' berhutang\nbudi kepada masternya,
Moren the Technowiz atas segala prestasinya yang dicapainya.\nMoren yang tua mungkin
kasar dan suka berdebat, tetapi dia merupakan guru yang sangat baik bagi Max.\n\nMax
menjalani hidup yang keras. Ayahnya meninggal dalam perang sebelum ia lahir dan ibunya
bekerja keras hingga meninggal untuk menghidupi anaknya seorang diri. Tanpa uang
sepeserpun dan kemampuan yang bisa dibanggakan, Max hanya bisa bergelandang di jalan.
Dia menghabiskan waktunya di sekitar pabrik penghasil limbah terbesar milik
Moren.\n\nDi saat yang bersamaan, Moren masih terperangkap dalam bayang-bayang
kebangkitan Skud. Hasil karyanya tidak sukses dan membuatnya membuang banyak mesin
mesin tak berharga layaknya sampah. Sampah inilah yang menjadi sumber pendapatan untuk
Max, yang kemudian menginspirasi dia menjadi penemu.\n\n'Kekayaan' Max memancing
kebencian gelandang lain. Mereka berkumpul bersama untuk menyingkirkan anak yatim
piatu itu. Tahu bahwa ia akan kalah, Max memilih untuk pergi, paling tidak sampai ia
berhasil membuat senjata mekanik dari rongsokan yang sudah ia kumpulkan, dan kembali
untuk memberi pelajaran kepada para gelandang jahat itu.\n\nTerusik dengan keributan
yang ada, Moren terpukau dengan apa yang ia lihat. Senjata yang Max gunakan memang
tidak sempurna, namun memiliki sesuatu yang luar biasa. Ia mengundang Max ke rumahnya
dan menanyakan banyak hal ke dirinya. Setelah mengetahui bahwa Max membuat senjata itu
seorang diri, Moren dengan segera menawarkan Max untuk menjadi muridnya. Max menerima
tawaran itu dengan senang hati.\n\nDi bawah bimbingan Moren, Max mempelajari seluk
beluk dalam pembuatan mesin. Dia membuat alat, dan bahkan merubah prajurit terlemah di
kerjaaannya menjadi mesin petarung yang tak terkalahkan. Dengan penemuannya ini, Max
menjadi manusia termuda di kerjaan yang dianugerahi gelar kehormatan. Sejak itu, dia
memenangkan banyak peperangan dengan mesinnya, dan mengukir namanya dalam
sejarah.\n\n"Kamu akan menyesal telah meremehkanku"
7D55AEC671C3A32E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7D634D68D28B9AD0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7D6464E14B28F68F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7D757DDB2694372B_## = Biografi The Joker
7D8A41FDC074AE61_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7D99927C18D0A706_## = Waktu bisa meredakan rasa sakit, namun ada luka yang tak bisa
disembuhkan.
7DB8AA5AB71EC99D_## = 01 Des
7DC7D2E16D5DA74D_## = Dark Lord Reborn
7E057E5958D7DFC8_## = Qi
7E690485F8263AA9_## = Perlindungan para penyihir memberikan rasa aman di area laut
kekuasaan Norman. Namun, seiring dengan kehadiran makhluk Mutant laut yang semakin
kuat, ancaman yang dihadapi Coral Sea pun semakin besar.
7E7A97FD0E078C90_## = Kahlii
7EB61CA3E8E6BF65_## = Airi
7F064334DA1E6BB1_## = Southern Sea
7F0AF45EB458750E_## = "Jangan terjebak di masa lalu. Tataplah masa depan."\n\nKata-
kata terakhir sang ayah, menjadi pegangan hidup Ryoma. Sebagai keturunan seorang
samurai, Ryoma tak hanya berlatih keras, namun juga mempelajari strategi militer. Di
sebuah kamp pelatihan di mana kekuatan menjadi segalanya, dia muncul menjadi yang
terbaik. Anak lain selain dirinya memiliki nasib yang sama seperti Ryoma: Ayah mereka
tewas terbunuh, hanya merekalah yang sanggup menanggung beban dan meraih kejayaan demi
keluarga mereka.\n\nRyoma merupakan sosok yang pemalu semasa kecil. Apalagi dirinya
gemar belajar taktik militer, tak pelak membuatnya jadi sasaran perundungan. Namun
Kondo selalu melindunginya. Kondo berguru pada ayah Ryoma dan ingin menunjukkan balas
budi atas kebaikan yang telah diberikan keluarga Ryoma pada dirinya. Dengan Kondo
sebagai panutan, Ryoma pun tumbuh menjadi samurai seperti ayahnya.\n\nNamun,
persahabatan mereka tak bertahan lama akibat adanya perintah dari pihak militer yang
membawa mereka ke jalan berbeda. Kondo yang pemberani terpilih menjadi penjaga pribadi
pewaris tahta kerajaan, sementara salah satu pangeran yang lebih muda memilih Ryoma
untuk membantunya menjalankan rencana liciknya. Dulu Ryoma dan Kondo bersahabat, namun
sekarang mereka bersaing demi mengabdi pada pangeran mereka. Ryoma tak akan pernah
menyangka bahwa suatu saat mereka akan bermusuhan.\n\nWaktu pun berlalu, dan sang raja
yang menua akhirnya mangkat saat sedang berurusan dengan musuh kerajaan. Kedua
pangeran yang cakap di bidang hukum pun tak menunggu waktu untuk bersengketa satu sama
lain. Ryoma, yang sekarang merupakan ketua ahli siasat militer bagi sang pangeran
muda, memimpin pasukannya menuju sejumlah kemenangan penting. Pangeran yang lebih tua
yang kehilangan ide, menyusun siasat yang berbahaya dengan mengutus satuan pembunuh
pimpinan Kondo untuk membunuh sang pangeran muda. \n\nRencananya seolah akan berjalan
sukses saat mereka berhasil tiba di tahta sang pangeran tanpa perlawanan sama sekali.
Ryoma telah mengantisipasi rencana ini, namun terkejut saat melihat Kondo dan menjadi
ragu. Kondo dan regunya memanfaatkan hal tersebut dan meruntuhkan pertahanan regu
Ryoma dengan mudah.\n\nSaat Ryoma kembali fokus, dia dapat mendengar teriakan sang
pangeran seraya kata-kata mendiang ayahnya bergema dalam pikirannya. "Jangan terjebak
di masa lalu", dan di saat itu, dia memutuskan untuk mengerahkan segala
kemampuannya.\n\nDengan pedang di tangannya, Ryoma menebas tiap prajurit yang
mendekati sang pangeran. Kali ini Kondo lah yang terkejut, namun dia tak punya pilihan
selain meneruskan rencana. Serangan Kondo semakin terasa tajam dan berbahaya seraya
dia menantang Ryoma. Duel itu berakhir saat keduanya melancarkan satu serangan
terakhir. Ryoma menancapkan pedangnya di dada Kondo, namun bilah senjata Kondo
berhenti di saat-saat terakhir, nyaris menusuk tenggorokan Ryoma.\n\n"Mengapa ini
harus terjadi?" Ryoma kebingungan. "Aku hanyalah seorang yatim piatu," sahut Kondo,
"Aku tak punya siapa-siapa selain kau dan guruku. Dia pasti bangga pada-…" Kondo pun
terdiam tak mampu menyelesaikan perkataannya, dan Ryoma tak kuasa menahan air
mata.\n\nSetelah menguburkan Kondo, Ryoma membelah bilah senjatanya menjadi dua dan
menguburkannya bersama Kondo. Dia berikrar untuk tidak akan menggunakan tangan
kanannya lagi, tangan yang telah merenggut nyawa Kondo. Dia mengangkat Naginata milik
Kondo dan beranjak pergi.\n\n"Kejayaan dan martabat? Aturan samurai? Tak ada urusannya
denganku. Mulai saat ini, Ryoma dan Kondo telah menjadi satu, dan kami akan memulai
hidup yang baru."
7F2A281D29334B43_## = Saat Zephys terlalu banyak omong atau sensitif.
7F6F2F0DFC6AF2E9_## = Strawberry Menace
7F7BAC955CBA0770_## = Nightmare Fort
7FA2F37B4E9FE65E_## = The Executioner's Blade
7FA3478859A7ADBC_## = Tel'Annas
7FC9F155455983F6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
7FDE03127BFC75C6_## = Night Raid
7FF7E84175E4F094_## = Helios
802FDDA9CC1CB189_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
80A989B1E5B4E0E3_## = Musuh Besar di Gurun Pasir
80C971DF0A48AA15_## = Angin mengantar perjalanan, penemuan, petualangan baru.\nBersama
kita lintasi gunung, sungai,bebatuan, bukit dan dataran,\nSebuah perjalanan tiada
akhir, namun penuh arti.
80D3F525FBA4975F_## = Ice Wastes
80D891111DF12F8C_## = Payna
80F61BDE2F12F524_## = Butterfly dibayar Duke of Rose untuk jadi pengawal pribadi
Astrid. She mengagumi sikap hormat dan keadilan yang dianut Astrid, dan keduanya pun
menjalin persahabatan.
80F8DB4143548558_## = Unrest
80FE196683EF2A8C_## = Cahaya Arwah
81025B810CC12FAF_## = War of Purification Veda
81077FD9D6E130DC_## = D'Arcy
81131427C4FC88BE_## = Quillen
811960B93E7BE987_## = Mist Island jadi benteng laut Veda yang paling penting, yang
dilindungi ordo ninja, yang mewarisi darah Elder Dragon.
8146F4E876671818_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
81479E79DE8C1C36_## = Jinna
8179C03DD2411372_## = Astrid
81814C1917228713_## = Wonder Woman
818CC17626B6ED26_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
819726E203F7288D_## = Afata
81ADF6E4F5F91427_## = Wahai anak hutan, yang terlahir berkat World Tree.\nBersama kita
lindungi rumah kita, mengusir semua musuh,\ndan menyanyikan pujian untuk Morning Star.
81DCE7461E90DB2C_## = Perlu tidur 14 jam per hari.
81E16DEC5F780D05_## = Volkath Maloch
81EFC35128490CE1_## = Semua mendambakan kebebasan.\nRangkul nafsu
terdalammu,\ncampakkan cahaya palsu,\ndan rasakan kebebasan dalam kegelapan.
81F0348890CCD9B8_## = Mimpi
81F7A4DA04B2713B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
821087A06F895B66_## = Waktunya pulang.
8238053D2D9B8B62_## = Raz merupakan sosok penting dalam peperangan Thane melawan
makhluk jahat. Sang raja memerintahkan Raz menjadi mata-mata andalannya. \n\nRaz
memiliki kecepatan dan kelincahan super, dan yang terpenting tinjunya yang menyilaukan
tidak pernah meleset. Dalam misi panjangnya, Raz memenangkan hati Preyta yang
menjadikannya pemimpin tentara kecilnya. Dengan kekuasaan tersebut, Raz selalu
selangkah di depan para makhluk jahat, menggagalkan rencana dan misi jahat
mereka.\n\nNamun, Preyta tidaklah bodoh, The Plague Master dapat mencium penyusup
terkecil sekalipun. Preyta membuat jebakan yang sangat rapi hingga Raz tidak
mencurigai apapun. Ia terus mengejar pemberontak palsu hingga terlambat menyadari dan
telah terkepung oleh para jiwa jahat.\n\nBermodalkan kutukan maut, Preyta dan
pasukannya mengepung Raz. Ia dapat merasakan ajal mendekat, namun dengan pantang
menyerah ia melawan sekuat tenaga dan dengan kekuatan terakhirnya melancarkan serangan
penuh amarah yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Athanor. Tinjunya diselimuti api
membakar seluruh musuhnya hingga tangannya terluka parah.\n\nDengan susah payah, Raz
kembali pulang dan jatuh pingsan di halaman istana.Thane bergegas membawa Raz ke dalam
dan memanggil malaikat Lauriel untuk membantu. Tetapi untuk menerima berkat Cahaya,
Raz harus melalui masa percobaan yang keras dengan resiko kematian jika
gagal.\n\nNamun ia berhasil, Raz sembuh dan menjadi semakin kuat. Tinjunya menyala
merah dan semakin terang seiring tekadnya yang membara untuk membasmi para makhluk
jahat. Tinjunya akan merobek segala sesuatu yang menghalangi misinya.
824EA90006BB4A91_## = Mist Island
825922FAB467E9A6_## = Maloch
82ACA421522E6B2F_## = Murad pernah melihat Yena di suatu tempat dan waktu yang begitu
jauh, melihat tawanya, dan tangisnya. Dia tak tahu siapa dirinya atau dari mana
asalnya, yang dia tahu hanyalah bahwa Yena begitu penting bagi dirinya.
82BD0DA5220DFBFC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
82BE713F3307508D_## = Kau akan tunduk padaku tanpa terkecuali.
82F1733E12C3E993_## = Sebuah arena perang kuno. Lembah ini dijadikan zona netral
antara Okka, Norman dan Verno Forest, dan berbatasan dengan Moonlit Plains. Terowongan
yang ada di bawah permukaan jadi gerbang menuju Abyss.
8326F24F77C12C91_## = Kingdom of Norman
83600A7AAACA08A5_## = Kingdom of Norman
838822339CEA78ED_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
83906807DC733C4D_## = Kita berjalan bersama bermandikan cahaya.\nJalan memang panjang,
namun kita pasti bertahan.\nKan kulindungi dirimu, yang menghidupkan cahayaku.
839C52EA5C0672C9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
83A8ADFC51650297_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
83E565A592931BD1_## = Azzen'Ka
83F69386602BE8E7_## = Memilih hidup lajang.
83F925008C0039A2_## = Peperangan mana yang membuat Omen terkenal?
83FB307DECEE2597_## = The Ghostwalker
83FE17F6626C1B24_## = Dark Lord Reborn
841E2B79AAD13C64_## = Federation of the Free
841F669EA87A5B74_## = Kau akan dihakimi, dan akulah hakimnya.
8427FB99BE5539FC_## = 59 MAR
844852C071B17054_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8448D1BD13EB2F80_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
844C4406A2E4ECE1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
849E9D9100EB52B4_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
84C344F431B5454A_## = Cincin di punggung hanya hiasan, agar dia nampak keren.
84D5168B2C615C1E_## = Ingin urusanmu selesai? Tunjukkan kesungguhanmu.
8520FB3718A722BB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8527FB2530577385_## = Kekuatan halilintar lebih kuat dari segalanya, dan akulah
penguasanya.\nApakah kau sependapat?\nBaiklah, ayo kita mulai, memburu Aleister!
8533812B6C9500B1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
853929F292B9739E_## = Roxie
85475571BE95E91F_## = Arthur
858069A90324536D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8588D57FDF82FBC3_## = Krixi
858D340650B8FD2A_## = Sering mengunjungi rakyatnya.
85A9FCE2D62389A8_## = The Fastest Man Alive
85C05DA4BA8E9A0B_## = Peperangan jadi satu-satunya solusi menyelesaikan konflik. Ayo
kita lakukan bersama.
85C5E45E95CCF32B_## = Berasal dari keluarga bangsawan di Kingdom of Norman, Nakroth
terlibat dalam Peperangan Utara dan Selatan antara Kingdom of Norman dan Okka bersama
pasukan kesatrianya. Sosoknya dengan cepat dikenal luas seraya dirinya memenangkan
lebih dari empat puluh pertarungan tanpa kekalahan. Namun prinsip luhur yang
dipegangnya berlawanan dengan kehendak kaum bangsawan, yang menganggap perang sebagai
peluang untuk mengeruk harta dan melestarikan perbudakan.\n.\nMerasa kecewa, Nakroth
merubah cara kerjanya secara ekstrim dalam menyikapi pemikiran kaum bangsawan - tanpa
pandang bulu, dia membantai dan memusnahkan semua lawan, harta benda. Yang tersisa
hanya makanan untuk pasukannya, mengubah yang perang dulunya dianggap sebuah
permainan, ladang bagi para bangsawan untuk mengeruk harta rakyat biasa, jadi sebuah
tragedi brutal.\nNakroth mengeksekusi setiap tahanan yang dia temui, bahkan bangsawan
sekalipun, yang berdasarkan aturan tak tertulis seharusnya tak tersentuh, yang melecut
perselisihan antar bangsawan kedua kerajaan, seraya bangsawan Okka mulai membunuhi
bangsawan Norman sebagai bentuk balas dendam. Hal ini mendorong petinggi bangsawan
kedua pihak untuk bersekongkol untuk menyingkirkan Nakroth bersama unit Blood Knight-
nya melalui penyergapan terencana.\nKalah jumlah, terkepung dan tanpa bala bantuan,
namun Nakroth mampu menyelamatkan diri, berkat siasat jeniusnya. Namun, alih-alih
kembali ke kerajaan, Nakroth membawa anak buahnya dan bergabung dengan Lokheim di
Abyss, sebagai letnan Maloch.\n\nDengan kembalinya Volkath, tiba saatnya bagi Nakroth
untuk membalas dendam atas pengkhianatan pihak kerajaan...
85FD1982DFEBFE0B_## = Saatnya main kasar, tembakkan semua peluru
8634F29A287DDBF7_## = Terlahir di jantung peradaban Veda, Enzo senantiasa jadi
pengikut setia Ilumia dan cahaya berkat, dan berikrar untuk mengabdikan dirinya pada
cahaya dan ketertiban. Dia menjalani hidup yang tegas dan disiplin, melatih jiwa dan
raganya, siang dan malam. Kesetiaan dan pengabdian pada gereja pun membuahkan hasil
berupa kenaikan pangkat menjadi pengadil.Bersama peran barunya, Enzo bertugas untuk
menyelidiki dan menumpas kejahatan dan kekafiran yang ditemui - dengan segala cara.
Peran barunya ini pun menyadarkan diri Enzo akan sifat haus darahnya, yang ingin dia
bahas dalam pengakuan. Pendeta gereja membebaskan dirinya dari dosa itu, dan
menugaskannya untuk memanfaatkan sisi gelapnya itu untuk mengabdi pada jalan
cahaya.Ditugaskan untuk menyelidiki Hayate, sang pengkhianat dari Mist Island, Enzo
segera menyadari bahwa ada hal besar yang dapat diungkap dari kejadian tersebut. Dia
bertekad untuk menangkap Hayate seorang diri, dan mengakhiri ancaman itu untuk
selamanya.Mampu mencium jejak hingga Sunfall Valley, Enzo bergabung dengan satuan
khusus, yang dibentuk untuk mencegah kebangkitan Volkath, Sang Raja Kegelapan.
86AF22D10D17D554_## = Terlahir sebagai anggota suku pengembara di Gurun Timur, Yena
mengenal artinya hidup penuh perjuangan. Helios Empire sedang berperang dengan
Azzen'Ka, yang sudah berlangsung puluhan tahun. Pihak kerajaan tak punya waktu untuk
mengurusi wilayah terpencil, dan keluarga Yena harus bersusah payah untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan.\n\nAdik Yena lahir saat dirinya berusia lima tahun. Tak
lama, ayahnya harus menjalani wajib militer, dan tak pulang lagi setelahnya. Terpaksa
membesarkan dua anak berusia belia seorang diri, sang ibu pun akhirnya jatuh sakit
akibat kelelahan, dan mereka bertiga pun kesulitan untuk memenuhi kebutuhan.\n\nYena
pertama kali mengetahui tentang Revolutionaries melalui sepupunya saat masih berusia
sepuluh tahun. Namun benih pemberontakan baru mulai tumbuh di usia lima belas tahun.
Dia dan adik perempuannya mengunjungi ibu kota kerajaan untuk pertama kalinya demi
menyaksikan upacara kedewasaan pangeran. Di sana, dia tak hanya mengetahui tentang
Pangeran Murad untuk pertama kalinya, namun juga kemewahan, kelancangan dan keangkuhan
kalangan atas.\n\nTak lama berselang, ibu Yena meninggal dunia, dan dia pun bergabung
dengan Revolutionaries, menyusup ke Kuil Imperial sebagai asisten pendeta dengan
identitas palsu.\n\nSaat menemukan Andura Stone, Yena mengambil resiko. Dia bertemu
dengan Azzen'Ka, memperoleh kepercayaan sang iblis, dan diutus untuk mencari Murad dan
membawa kembali artefak yang rusak, Gem of Time.\n\nYena berhasil menemukan Murad,
namun alih-alih merebut artefak darinya, dia mencapai kesepahaman dengan sang bekas
pangeran, menyatukan kekuatan untuk menghadapi musuh mereka bersama, Azzen'Ka. Tentu
saja, mereka harus memperbaiki artefaknya terlebih dahulu...
86EA0376928219FA_## = Berikrar seumur hidup menebus dosanya.
86F7AA2F12F270CF_## = Mt. Orphean
87052216679BEC4D_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
870ED2C2F66B79E9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
871FB1B5DBB151D1_## = Murid Edras dengan nilai akademis paling rendah.
87719094DCE29EB6_## = The Scarabim
877C13D142BB7231_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
87B3F3BEDDB4A676_## = 30 MAR
87BE49D9C1890E37_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
87C5F681A0859CE3_## = The Elemental
87CF38D8D5322B6A_## = Volkath dulu merupakan Archon, salah satu ras paling pintar yang
ada di Athanor.\nSaat Pact of Light dibuat dan Veda didirikan, Edras memanggil semua
ras terpilih untuk berkumpul dan tinggal di Mt. Orphean. Namun Volkath dan beberapa
pihak tak mengkehendakinya, menolak untuk meninggalkan rumah, dan konflik pun pecah.
Veda unggul, dan Volkath dipaksa untuk tinggal di Mt. Orphean dan menerima instruksi
Edras.\n\nVolkath dan Marja saling jatuh cinta, dan dengan bantuan Marja, Volkath
mulai berkesperimen dengan kekuatan kegelapan Abyss. Dia mulai menyusun rencana
bersama Veera, Maloch dan yang setia padanya untuk keluar dari Mt. Orphean.\n\nDi
konflik yang menjelang, Volkath menggunakan kekuatan barunya untuk membunuh Edras,
namun ini justru memicu amarah Veda pada dirinya dan pengikutnya. Mereka kabur menuju
lubang dunia ke Abyss untuk mengelabui pengejar, dan mulai memodifikasi darah mereka
demi beradaptasi dengan lingkungan Abyss yang keras dan tanpa ampun, yang menciptakan
iblis jenis baru.\n\nBertahun-tahun kemudian, Volkath menyerbu Athanor, namun
rencananya digagalkan satu anak panah dari busur Tel'Annas. Namun, kini dia telah
dibangkitkan berkat usaha Marja, dan tak akan ada yang menghentikan usahanya menguasai
Athanor.
87DF0691CDE59902_## = Cresht the Mermidon
884C36EC897BED1B_## = Biografi Max
885CB98C0D566138_## = 63 MAR
8885E6F3976671F7_## = Hit a hero with <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> times
88AA74B7D8DCB8F7_## = Elsu
88B2152D59E9D651_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
88D6C321C03B4D71_## = Butuh satu jam untuk menata rambutku.
88E330713248B071_## = Fall of the Dark Lord
88E95C7128584327_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
890E4CA10227F3B0_## = Richter
8918D478F936E31F_## = The Pixie
8923DF0BB604516A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
89305758FDD8790E_## = Pernah memegang peranan penting bagi Federation, populasinya
semakin menurun seiring dengan terkurasnya cadangan bijihnya, namun banyak pengrajin
justru memanfaatkan peluang untuk mendirikan bengkel dan menggunakan suplai bahan yang
ditinggal.
8935752E25287BE2_## = Armada pasukan Lokheim beserta makhluk asal Abyss lainnya.
894794D217CE8897_## = 65 MAR
896804AF75C71CB2_## = Veda
8968301D828ABB0D_## = Afata
89EC3DA61097E788_## = Hukum alam yang dinodai energi Abyss membentuk Maelstrom, yang
menghubungkan jalan bawah tanah yang digunakan iblis Lokheim. Tempat ini jadi pondasi
utama angkatan laut Lokheim.
89FB0E8067B1CCA2_## = Akulah pewaris darah naga kuno.
8A224253B1037D1B_## = Eland'orr bertemu Richter, sang Demon Hunter dalam perjalannya.
Mereka menemukan kesamaan dalam diri masing-masing melalui kisah masa lalu yang getir.
Eland'orr menyanyikan satu lagu untuk Richter.
8A23501BB87D34B2_## = The Pistol Assassin
8A4AB0B77F09B75E_## = Penulis lagu yang cukup terkenal.
8A5F9056F262FA3F_## = Liliana
8AA40C266D90FF63_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8AAE0C6FBB6D8EA3_## = Veera yang dulu merupakan makhluk Demi-God yang hidup di alam
liar, yang terlahir dengan tubuh yang cacat dan lemah. Dia hanya mengejar bentuk
kekuatan yang bisa diraihnya, pengetahuan, dan menjadi sesosok cendekiawan terkemuka
di penjuru negeri. Semasa inilah dia bertemu Maloch, dan mereka saling menganggap satu
sama lain sebagai sosok yang dapat dianggap sebagai keluarga.\nDengan terbentuknya
Veda, Veera dipaksa untuk menimba ilmu di Mt. Orphean, yang begitu dibencinya, karena
tidak sesuai dengan pembawaannya yang cinta kebebasan. Dan oleh karenanya, dia pun
bergabung dengan pemberontakan Volkath terhadap Veda, mengikutinya hingga ke Abyss.
Seperti yang lain, dia pun melalui proses transformasi akibat energi kegelapan yang
mengalir, namun hal itu nyaris membunuhnya, karena tubuhnya yang lemah tak mampu
bertahan melaluinya.\nDi saat hidupnya tinggal menghitung hari, takdir mempertemukan
Veera dengan kekuatan Maniara, Primal Night. Terlahir kembali dengan tubuh dan
kekuatan baru, dia mulai bertarung bersama Volkath serta pasukan Lokheim, dan saat
Volkath tumbang, Veera lah, Queen of the Night yang mampu tetap menyatukan Lokheim
berkat kemampuan diplomasi, muslihat dan tipu daya.
8AB6E492719F676A_## = The Imbued
8AF9D6CF3188DC00_## = Zill termasuk kaum Elemental, yang terlahir di angkasa, tempat
badai berkecamuk. Dia menjawab panggilan World Tree untuk bergabung dengan pasukan
Afata menghadapi The First Invasion pasukan Lokheim, ditunjuk sebagai pengawal pribadi
Tel'Annas. Sombong dan congkak, Zill menerima tugasnya dengan berat hati, dan memang
tak mempedulikan segala kejadian di daratan kerena rumahnya ada di atas sana, tempat
yang tak bisa disentuh para iblis. Namun seraya waktu berjalan, dia mulai memahami apa
yang diperjuangkan Tel'Annas, dan mengapa sang ratu bersedia mempertaruhkan nyawanya
untuk bertarung demi kaum manusia dan Beast yang inferior.\n\nPara pelindung hutan
mampu meraih kemenangan berkat kepemimpinan Tel'Annas, namun Tel'Annas harus tertidur
panjang akibat pengaruh kekuatan kegelapan. Rekan Elemental Zill seperti Lumburr, dan
para pejuang kaum Beast kembali ke kediamannya masing-masing. Kedamaian kembali ke
Elborne.\n\nDi masa damai dan tenang, sebuah hembusan angin senantiasa mengitari World
Tree dari waktu ke waktu, menanyakan kondisi sang ratu. Zill sudi meninggalkan dunia
angkasa dan tinggal dekat World Tree demi menjaga sang ratu Elf yang tertidur.
8AFA7F2D919422D0_## = Menunggangi kuda asli asal Abyssal.
8B02E237FBFF3A32_## = Butuh waktu lama untuk terbiasa dengan kekuatannya.
8B33D250342A172A_## = Deep in Sunfall Valley, the setting sun cast its last light on
the rugged hills and rushing river. By the river, thousands of Lokheim jungle creeps
and Corruptors were on the march, advancing with inhuman fury."Ah, sunlight...I'm not
sure whether i miss it or not." Preyta rode at the head of the procession on his
Plague Wyvern, cutting through the crimson skies like a pitch-black blade. The great
lord of Lokheim, leader of the Corruptor legions, Preyta played the role of a humble
scout willingly, for there were even greater lords among the assembled army.Maloch.
Veera. Marja. Simply hearing these names was enough to send a chill into the hearts of
the greatest heroes of Athanor.After the battle with the legendary mage D'Arcy,
Hayate's group returned to the Lokheim forward base that lay deep inside the earth.
Veera had also returned to the base alongside an injured Maloch, having rallied the
remnants of the Lokheim forces in the north.While it would have suited Marja to keep
the news of Volkath's resurrection to herself, it did not take long for her to realize
that the secret could not be kept for long, for Mganga was also a witness to the
scene. She met with Veera and Maloch, her political rivals, and informed them of the
matter.Though still convalescing, Maloch was eager to set out and carry out the
resurrection ritual. Veera, too, put her full support behind the matter; centuries of
rulership over Lokheim had not diminished their respect for Volkath.The resurrection
ritual must be carried out at the place where Volkath fell. His flesh would be
reforged from the molten rocks of Lokheim, his soul repaired with the essence of the
black dragon's soul, the Rune maintained with Andura Stone. When Hayate returned with
Errol, the other host of Volkath's soul, Marja was ready to welcome them with
everything that the ritual needed.There was only one step left, the most difficult and
dangerous of them all - return to the surface of Athanor, and maintain the ritual
until Volkath's rebirth was complete."The risk is great," said Veera, brushing her
hair with her long, sharp nails. "But we have no choice."To her, Volkath's death
remained a mystery. Even with the help of the World Tree, it was hard to believe that
Tel’Annas could fell Volkath with a single arrow. Nor did she know how Volkath found
the opportunity for resurrection, for Marja was coy on the matter.On one thing she was
certain. She had faced Ilumia many times, and in this matter Veera was conscious of an
invisible hand behind the scenes. Whose hand it was, though, and for good or for
ill?Veera knew Marja must have sensed the same. But she also knew that to give up was
not an option for Marja, not when Volkath's resurrection was at stake. Nor was this
any less true for any the rest of them.Whatever unseen forces were at work here,
Lokheim had only one option.The die was cast. And it was all-in for Lokheim. They
pulled everything they had on the southern coast to support the mission, and before
the defenders of the Great Wall even realized it, their enemies had already left the
frontlines under the cover of night.Meanwhile, Shadow Worms retreated from the Verno
area in force, converging on Sunfall Valley through the Moonlit Plains, leaving behind
a trail of ruin in their wake.Demons from decimated legions that were still combat-
effective were reorganized under Maloch's command. This was Veera going all-in,
abandoning the progress they had made on the other fronts, and muster all the forces
they could to protect Volkath's resurrection. It was bold, bordering on insanity, a
plan that not even Marja could find fault with - she had feared that some of the
Lokheim lords would be less than committed, but Veera's plan held nothing back.No one
was foolish enough to oppose the plan, for any who did would have found Maloch's
cleaver at his throat before they blinked. Maloch was, is and would always be
Volkath's most steadfast supporter.Several days later, the Lokheim host arrived at the
site of the ancient battle. At its head was Maloch, who insisted on leading the
vanguard despite his injuries, with his trusted lieutenant Nakroth spearheading the
vanguard itself.Leading the main army was Veera, whom Maloch trusted above all other.
Of the eight Corrupted generals under her banner, Preyta and Mganga were part of the
vanguard scouting ahead; the rest followed behind him, leading the best and finest of
the Corrupted Legion, who have seen many battles.In name, Marja was the leader of the
rear guard, a great throng of demonic creatures, but she delegated her leadership
duties to Zephys, so that she could focus on preparing for the resurrection ritual. By
her side was her loyal bodyguard Kriknak. Hayate, bearer of the black dragon soul, and
the comatose Errol."Our enemies in Athanor will do all they could to stop us. But time
is on our side. When the resurrection ritual is complete, the Lord of Darkness and
Blood will sweep the battlefield. All we need to do is protect the ritual until
then."Veera's strategy was simple - the Lokheim hordes will form a wall of flesh and
blood to stop the Allied forces dead in their tracks.Sunfall Valley lay between the
territories of three major factions. The Shadow Worms' movement would have drawn the
enemy's attention. Whether they knew of Volkath's impending resurrection or not, they
could not possible ignore such a massive Lokheim movement on their doorsteps. In other
matters they may fight and bicker, but they would put down their differences to join
forces against their common foe.Even more concerning to Veera was the movement of
Veda, for it remained unclear how much Lokheim's ancient enemies knew, or what they
were capable of.
8B35AC0B50B27EC3_## = Dari generasi Demon Hunters manakah Errol berasal?
8B45E352AFB8D32B_## = Lauriel
8BBB5F8A058E1790_## = D'Arcy was waiting for two guests in the reception room when he
felt a familiar pain pierce his right arm."What is this?" D'Arcy sat up in alarm,
every hair on his skin standing up on end.Then the wave of dark energy swept past the
Great Wall. At this distance the wave was already much weakened, perceptible only to
highly trained mages. Yet D'Arcy felt strangely anxious and uneasy, and he could find
no reason to explain it.D'Arcy looked in his crystal and saw the figures of Murad and
Yena, ascending the wall in the elevator. They will have to wait. D'Arcy waved his
hands, and the room became filled with silver patterns. A dimensional portal opened
and D'Arcy stepped through."Who goes there?"Hayate reacted instinctively the instant
the portal opened, before he even knew what happened on a conscious level. Three
shurikens flew towards D'Arcy as he stepped out of the portal.D'Arcy did not flinch,
dodge or even blink. The shurikens simply feel to the ground in front of him, as
though they hit an invisible wall."Hey, if it isn't D'Arcy. How do you do, you old
wilted bastard?" Zephys knew D'Arcy well, having met him on the battlefield many
times, and recognized the old mage immediately.D'Arcy frowned. "What are you doing
here, Zephys?"D'Arcy knew well who Zephys' power. But his attention was drawn to the
pale young man next to Zephys for some reason, dressed in ragged clothes that faintly
resembled the Southern Legion's uniform many decades ago.The young man gazed back at
D'Arcy. There was confidence and contempt in his eyes, but also respect and confusion.
The more D'Arcy examined the young man, the more confused the mage was - the young man
seemed to be the embodiment of paradox, proud and fearful, powerful and feeble, all at
the same time.The young man opened his mouth at last. "We meet again, D'Arcy.""Do we
know each other?""Of course we do. Don't you remember this face?" The young man
brushed aside his hair, revealing the face beneath."You...you are..." D'Arcy ransacked
his memories, trying to find a clue to the young man's identity, and finally he found
it. "...Errol. Errol of the Demon Hunters.""Excellent! Not quite senile yet, I see,"
laughed Errol. "Yes, and no. You'll find out soon enough - if you live to see the day,
that is. Zephys, dispose of our visitor."Zephys gleefully pulled out his spears.
"Don't be in such a hurry to leave, D'Arcy. You'll have all the time you need under
the earth." Meanwhile, Hayate had gone around behind D'Arcy, ready to move at Zephys'
mark."You couldn't beat me when it was 1 on 1. What chance do you think you have
here?" Zephys approached D'Arcy slowly with spears raised. For all his bravado, Zephys
was extremely cautious, wary of all the tricks that the master mage had at his
disposal. D'Arcy stared Zephys down in return, showing no fear, as silver light
surrounded him.Then the air trembled. Zephys' eyes darted to D'Arcy's hand, but there
was no sign of casting. Yet the magic in the air was unmistakably the work of
Dimensional Magic. Who was it, then?Behind D'Arcy, Hayate had a better vantage point.
A warp had appeared in space, and two ethereal figures shimmered into existence. A
moment later they were there in flesh and blood. It was Murad and Yena, the two guests
that D'Arcy were supposed to receive at the reception.D'Arcy glanced at the blade in
Murad's hand and saw through its nature immediately. Suffice to say, his two
unexpected guests left a good first impression on him. He glanced at Hayate, then back
at Zephys and Errol on the other side."It's 3 on 3 now."
8BC0F3CC402EEB36_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8BD540C5610972B6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8C2135E1D2484C59_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8C2628D2CCA408A7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8C3408A50D60EAE0_## = Kawan di Gurun
8C5E0A1F2D5B3418_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8C9224D0F28D4CB3_## = Apa yang harus kulakukan saat gagal jalankan misi?
8CD5D84A43903DC4_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
8CE8F20106E913A9_## = Prajurit Bayaran
8D34A0487DF39B55_## = Lindis
8D6F45B3AD3A0064_## = Tak nyaman jika tidak mandi setiap hari.
8D815BB79B46EE55_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8D8FAC6A228A7BE5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8DAA476BB70FCA77_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8DF364A36FEB7C92_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8E19C40A4A27537B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8E2806CCC6FC7CF0_## = Rumah bagi kaum Beast dan Half-Elf, Verno Forest dulu jadi baris
depan peperangan antara Afata dan Lokheim. Kini, hutan ini jadi gerbang Afata menuju
dunia luar.
8E51FFB6EE611ABB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8E53A03A01DD601D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8E951822149486F8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8EAA32C853CBA700_## = Furball menggerutu saat diacuhkan.
8EC11EE6E1009233_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8EC739D69834EC39_## = Seasoul Town
8ED0E925C23C8593_## = Volkath percaya sepenuhnya pada Maloch, yang telah bertarung
bersama dirinya di berbagai peperangan. Maloch memang kurang pintar namun dia mampu
membayar kepercayaan dengan kesetiaan dan kekuatannya yang besar, dan dia pun dipilih
jadi penerus Volkath berkat pencapaiannya dalam peperangan.
8EE024196AE365C1_## = The Lord of Mischief
8F3FE29B6E36FB0C_## = Dark Lord Reborn
8F5C6DB9077EA8C5_## = Musuh Kegelapan
8FA48DD497A60DC4_## = Tak Diketahui
8FE640C300BB8F5F_## = Chapter 16
8FF804D818F94201_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
8FFA9322773CF0D6_## = The Mermidon
90195A468172131E_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
902CB8E0C59F931A_## = "Sambutlah kehampaan kosmik."\n\nBagi Jinna, waktu bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri tetapi matrik yang terdiri dari banyak sekali untaian
takdir. Saat kamu menyentuhnya, untaian takdir itu menjadi kacau dan menyebabkan masa
lalu, masa sekarang, dan masa depan berubah. Sewaktu kecil, Jinna tidak menyadari
bahaya dari kekuatan yang dimilikinya sejak lahir. Dia memberitahu semua orang apa
yang dia lihat, termasuk kejahatan yang akan dilakukan seseorang dan bagaimana
seseorang akan mati. \n\nAwalnya, orang-orang tidak menghiraukan perkataan Jinna,
sampai saat dimana apa yang dia katakan menjadi nyata. Kecemasan dan kegelishan mulai
meliputi mereka dan orang-orang mulai menganggap serius apa yang Jinna katakan "Demi
Tuhan! Anak itu telah dikutuk iblis!" Ketakutan mereka lama kelamaan berubah menjadi
kemarahan. Rasa marah itu mulai membutakan mereka sehingga menggiringnya dan berusaha
melakukan pengusiran Iblis.\n\nOrang-orang di terdekatnya terkejut dan takut dengan
bakat yang dimiliki Jinna, sehingga ia mengurung Jinna diruang bawah tanah sambil
mencari bantuan dari kota. Dipenjara dan putus asa, muncullah sebuah penerawangan
dalam diri Jinna: Akhirnya dia mendapat pengakuan oleh khalayak ramai atas bakat yang
dimilikinya. Dengan cara yang halus, dia dapat menyentuh helai-helai takdir dengan
jarinya yang tak bernoda dan mengendalikan dunia.\n\n"Sungguh suatu bakat yang
menakjubkan! Aku bisa merasakan riak takdir menyebar dari jauh." Tiba-tiba, seberkas
cahaya muncul menerangi penjara. Gema terdengar muncul menyusuri koridor, seperti
melodi yang terbuat dari suara lembut wanita berbarengan dengan suara langkah sepatu
hak tinggi menyusuri tangga.\n\n"Apa..." Getaran dari untaian takdir telah reda. Jina
sekali lagi menemukan dirinya di atas Altar dan untaian taktir yang tak terhitung
jumlahnya terjalin di ujung jarinya. Hal tersebut memicu terjatuhnya matrik-matrik
itu.\n\n"Namaku Ilumia. Mungkin kau sudah atau belum menyadarinya. Tapi tak masalah.
Yang terpenting apakah kau bersedia mengikutiku atau mati begitu saja." Suara lembut
terdengar kembali namun kali ini agak sedikit terasa pahit.\n\n"Siapa kau? Bagaimana
mungkin aku belum pernah melihatmu dalam penerawanganku? Tidak di saat ini ataupun di
masa depan?" Untaian takdir dalam matrik adalah yang Jinna dapat lihat di dalam
penerawangannya. Meskipun Ilumia berdiri di depannya, dia tidak dapat melihat takdir
Ilumia. Yang dia lihat hanyalah seberkas cahaya putih menyala-nyala.\n\n"Tingkat
kemampuan kita berbeda. Itulah sebabnya kau tak bisa melihatku. Lagipula, kau belum
bisa sepenuhnya mengendalikan kekuatanmu, bahkan untuk melihat masa depanmu sendiri.
Itulah mengapa kau terjebak di sini. Tapi tak perlu khawatir, aku akan mengajarimu
cara menggunakan kekuatanmu, tentunya dengan syarat kau bisa mengambil keputusan
tepat."\n\n "Baiklah, aku akan menurutimu!" Jinna tak menunggu lama untuk menjawab.
Berdasarkan apa yang dia lihat, dia yakin bahwa tidak ada gunanya menentang
Ilumia.\n\nBeberapa hari kemudian, api suci berkobar ke langit dan menelan ruang bawah
tanah. Sang tetua desa menjelaskan kepada orang banyak bahwa iblis telah dibersihkan
dalam api suci. Dia berjalan menuju kerumunan, menenangkan orang tua Jinna dan pura-
pura tidak menyadari rasa lega di wajah mereka.\n\nSejak hari itu dan seterusnya, Holy
Hall mengakomodasi satu murid lagi, Jinna, yang mempraktekkan mantra tanpa suara. Dia
sangat dihormati oleh publik. Untuk menunjukkan tekadnya, dia meminta Ilumia, the
Goddess of Light, untuk menggunakan Voiceless Artifact, yang dia manfaatkan sebagai
inti untuk menempa peralatan yang langka yang dapat membuat orang kagum.\n\nArtefak
itu diberikan kepada Jinna dengan dalih untuk melindungi Jinna yang tidak terlatih dan
memungkinkannya untuk berkomunikasi tanpa perlu berbicara. Hal ini dapat terjadi
karena ada bagian dari artifak yang mampu memancarkan suara jiwa Jinna melalui
vibrasi. Bahkan, artefak ini adalah perbaikan dari Sealing Formation, yang memastikan
bahwa Jinna tidak bisa melepaskan kekuatannya sebelum ia dapat sepenuhnya menguasai
matriks takdir. Dan terkait dengan kemampuan berkomunikasi tanpa bicara, itu adalah
permintaan personal dari Jinna dan sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.\n\n"Jangan biarkan siapapun merusak keseimbangan dunia."
9033B13DAF12BFC9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
907BD499EB64DC28_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
90929A4E3B9C2C00_## = Wukong
9097CB769FFDF95E_## = Lokheim
909A634D43C9586B_## = Musuh semakin banyak dan perang semakin berkecamuk.\nKita
semakin terdesak.\nBergabunglah bersama kami, dan lindungi rumah kita!
90AB5E61515F3988_## = Gunakan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
90BF729488932EA2_## = Norman
90C5D2BB4E192FAD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
90F472F52111B68F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
91093894ADB05D1C_## = Rok pendek
910F9037986A9686_## = Aku akan menjadi pedangmu dan menebas semak penuh duri
untukmu."\n\nSaat Astrid berlutut di hadapan Thane dan mengucap sumpah, umurnya bahkan
belum menginjak 18 tahun. Namun, sebagai pemilik pedang melegenda, "Embertrail", dan
penerus sah dari Duke of Roses, Astrid bersedia mengenakan jubah yang dibebankan pada
dirinya. Dia menaikkan standar Flaming Rose dan berdiri di samping Thane, menunjukkan
ikatan yang kuat antara keluarga bangsawan kuno dengan sang raja baru ke muka
umum.\n\nBerkat dukungan Astrid, keraguan yang muncul akibat kematian Arduin akhirnya
sirna dan semua mulai bercermin atas kegagalan yang ditemui di Arctica. Walaupun ayah
dan saudara Astrid gugur di peperangan, dia mengabaikan kabar burung yang keluar dari
Kuil. Dukungannya terhadap penahbisan Thane mampu mewujudkan stabilitas yang begitu
dibutuhkan di masa-masa genting.\n\nSebagai balas budi, Thane memberi penghargaan yang
tinggi pada keluarga Rose, dan Astrid menjadi bangsawan wanita pertama yang diakui
kerajaan. Namun, sebelum dia mampu mengatur daerah kekuasaannya, kekuatan kegelapan
kembali dengan Taara sebagai pimpinannya. Arduin dan Mina, yang dikuasai kekuatan
kegelapan, pun dapat dijumpai di tengah-tengah petinggi mereka.\n\nAstrid menyadari
bahwa pemimpin pasukan yang haus darah itu merupakan salah satu pihak yang bertanggung
jawab atas kematian ayah dan saudaranya. Dia sudah tak sabar untuk ikut bertarung dan
membalas dendam, namun Thane menghentikannya dengan lembut. Dengan tatapan yang hangat
dan penuh kasih, Thane berkata, "Kau sudah cukup berjasa bagiku. Akulah yang akan
menyelesaikan semuanya."\n\n"Tuanku, aku rasa kau belum mengerti," jawab Astrid dengan
kepala yang tegap, menunjukkan tekad yang bahkan jarang ditunjukkan lelaki seusianya.
"Aku telah mengucap ikrarku sebagai seorang kesatria. Tak apa Bangsawan lain menanti
di kastil menunggu kabar kemenangan, namun kesatria sejati harus terjun ke medan
perang!" Seusai mengucapkan hal itu, dia menanggalkan jubah merahnya, mengangkat
Embertrail dan memimpin pasukannya menuju peperangan.\n\n"Tekadku tak akan pernah
goyah!"""
911A1F24CFB45F32_## = Semuanya bermula dari kelemahanmu.
9127339B898D954B_## = Errol
913530A6E6AFBB82_## = City of Mercenaries
91385063536FDBA8_## = Ayo, hibur aku.
9144593CC05B1CD7_## = Annette
91751A0DB91B428A_## = Tembok Besar Norman berdiri di perbatasan selatan kerajaan
layaknya urat nadi naga raksasa.\nSebagai salah satu keajaiban dunia peradaban
manusia, tembok itu berhasil menggagalkan banyak serangan dari Beast atau Abyss, dan
membuat sang pencipta, D'Arcy, dikukuhkan sebagai penyelamat. \nNamun saat ini, sang
penyelamat mengalami sedikit masalah. Lengan kanannya seringkali kesakitan di tengah
malam setiap hari – sakitnya bukan sekedar sakit fisik, melainkan sakit batin,
seakan terkoyak-koyak.\nSemenjak kembali dari Void ke Athanor, lengan kanan D'Arcy
dijangkiti rasa sakit yang aneh dan menusuk. Selama beberapa saat, dia mengira bahwa
itu hanyalah efek sisa pertarungannya dengan guru sebelumnya, Lorion, sang penyihir
kegelapan yang terkenal, namun seraya berjalannya pengerjaan Tembok Besar dan semakin
beringasnya serangan monster Abyss, semakin menjadi pula rasa sakit di lengannya,
seolah ada yang ingin keluar darinya.\nIni bukanlah penyakit biasa.\nMengandalkan
penelitian sihir kegelapan selama berpuluh tahun, D'Arcy memanggil kekuatan Void, yang
semakin lama semakin dikenalnya, demi menahan sesuatu yang bersarang di lengan
kanannya. Namun di pertengahan malam, di saat Abyss dan Elsonor ada di jarak terdekat
antar satu sama lain, rasa sakit yang tak tertahankan itu akan muncul.\nD'Arcy menjaga
rahasianya ini dengan hati-hati, bahkan dari kawan terdekatnya sekalipun, Sephera dan
Dirak. Biaya dan usaha yang dikerahkan demi membangun Tembok Besar belumlah membuahkan
hasil yang sepadan. D'Arcy harus tetap menunjukkan sikap tegar, agar pihak Legiun
Selatan dan kerajaan yakin bahwa dia beserta Tembok Besarnya mampu melindungi dunia
manusia.\nTuk, tuk. Suara langkah bot di atas tanah membuyarkan pikiran
D'Arcy.\n“Siapa di sana?†D'Arcy menutupi lengan kanannya dengan tangan kirinya.
Secercah cahaya perak menyala dan meredup.\n“Anu...†seakan terkejut dan
terintimidasi oleh nada waspada D'Arcy, sang pengunjung diam sejenak sebelum
melanjutkan perkataan, “maaf sudah mengganggu Anda, Pak. Saya Errol dan saya bawahan
Jenderal Edmond. Jenderal ingin memberi tahu bahwa akhir-akhir ini ada pergerakan tak
biasa dari selatan dan akan ada serangan di malam hari. Pasukan sudah disiagakan dan
Jenderal Edmond meminta Anda untuk bersiap.†\n“Baiklah. Beri tahu jenderal bahwa
aku akan datang.†\n“Baik Pak. Saya akan segera memberi tahu beliau.†\n\nJejak
langkahnya menghilang di kegelapan malam.\nSeraya Errol berlalu, rasa sakitnya pun
mereda. D'Arcy agak terkejut – rasa sakitnya hilang lebih cepat dari
biasanya.\n“Mungkinkah...pemuda itu...†\nD'Arcy pernah bertemu Errol beberapa kali
bersama Edmond dan secara keseluruhan meninggalkan kesan positif – pemuda itu
tidaklah menonjol secara fisik, namun memiliki hati yang baik dan kuat, bukanlah
sesuatu yang mudah dijaga, khususnya di lingkungan militer. Dia mengingatkan D'Arcy
akan dirinya semasa muda – walaupun Errol merupakan seorang Pemburu Iblis.\nD'Arcy
biasanya menjauhi diri dari sihir kegelapan untuk alasan yang wajar. Dan para Pemburu
Iblis merupakan produk unggulan dari sekolah yang berkutat di sihir itu. Errol bersama
temannya, bergabung dengan Legiun Selatan sepenhnya demi membuktikan bahwa mereka
telah memutus segala ikatan dengan sihir kegelapan, seperti D'Arcy yang mengalahkan
gurunya sendiri, Lorion.\nSuara pertarungan memecah keheningan malam. D'Arcy pun
bangkit, mengenakan jubah yang dibuatkan pihak Dewan untuknya, dan merapalkan mantera
kuno.\nSelang beberapa saat, dia muncul di udara, di atas Tembok Besar diiringi Halo
keperakan. Dalam sekejap, ledakan sihir kuat mencuat di arena pertarungan seraya kedua
pihak yang bertarung, berhenti untuk melihat sosok D'Arcy yang mengancam ini. Namun,
gencatan senjata hanya berlangsung sesaat, seraya dimulainya pertarungan kembali,
dimana para monster Abyss menerjang melewati hujan panah beserta dinding tombak menuju
arah D'Arc, mengabaikan bahaya, seolah ada pancingan yang sulit
ditolak.\n“Sempurna,†pikir D'Arcy seraya membentangkan lengannya dan memanggil
banyak titik cahaya di langit, menyatukan mereka dengan sihir dan memposisikan di
tempat yang ditentukan. Dalam sekejap, manteranya selesai disiapkan.\n\n“Rasakan
kekuatan Void – Mark of Sealing!†\nSeketika, para monster Abyss ambruk seolah
dihimpit tangan tak terlihat. Beberapa yang kuat berusaha meronta, namun gerakan
meraka terasa lamban dan tak berarti. Yang lemah remuk akibat kekuatan
Void.\n“Sekarang!†Menyaksikan dari posnya, Edmond berbalik dan meneriakkan
perintah pada utusannya, “Pasukan pemanah, tembak! Hujani mereka dengan panah
kalian!†\n“Baik Pak!†\n“Pasukan Kavaleri, bergerak dan hantam mereka dari
belakang!†\n“Baik Pak!†\n“Pasukan infanteri, bentuk formasi menyerang dan
ikuti aba-abaku!†\n“Baik Pak!†\n“Errol!†\n“Hah? Oh, baik, Pak!†Pemuda
itu tak langsung menyahut, perhatiannya tertuju pada pertarungan yang berlangsung di
depan matanya.\n“Pemburu Iblis, kalian bisa mulai menyerang – fokus pada monster
yang masih bergerak, dan buka jalan untuk pasukan infanteri!†\n“Baik Pak!†Errol
mematuhi perintah dan segera berlalu.\nD'Arcy tak sadar akan segala alur kejadian yang
terjadi di bawahnya, dia sepenuhnya fokus melancarkan manteranya. Yang perlu dia
ketahui bahwa semua rekannya, kawan seperjuangannya serta teman-temannya, yang telah
bersamanya sejak diletakkannya batu pertama Tembok Besar itu, tak pernah
mengecewakannya.\n“Sekarang – bukalah jalan dengan kedua tanganmu!â€
919FE332C2F81008_## = Biografi Zephys
91EF13B406120F44_## = Dia hanya bisa tidur nyenyak di pangkuan Veera.
9204950EAC1DBE59_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9220BB8FCA908285_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
922EBBFDEE1B5638_## = The Nether Queen
9231F8B2D3DAF76D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
92A8A78D5895E77A_## = Suka pria berkulit gelap dengan senyum mempesona.
92AA76B10DF673D1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
92AD82BA7708DCFC_## = Langit adalah daerah kekuasaanku.
92B271F23941C6F1_## = Penyebar Kepercayaan
92C5EB7C23BFD76C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
92EBA3EAEC124E07_## = Battle of the Great Wall
9330B6662A449E5C_## = Ragamu akan jadi santapan jiwaku.
933E3F706741C549_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
934E2EF307DBE1E4_## = "Jadi...apa yang membuatmu tertarik dengan
Revolutionaries?"\nLautan pasir seakan tertidur di bawah langit malam. Bukit pasir
bergoyang di kejauhan layaknya ombak sunyi, sementara taburan bintang-bintang di
langit bersinar dengan terangnya. Yena duduk di depan perapian, cahayanya berdansa
seraya dia menatapi bulan sabit tinggi di angkasa, membuatnya terpikirkan akan ingatan
di masa lalu.\n\nYena berusia 15 tahun saat pangeran mahkota Kerajaan Helios mulai
beranjak dewasa. Waktu itu dia menggenggam tangan adiknya, melewati kumpulan keramaian
untuk mencari baris terdepan dan menyaksikan iring-iringan upacara adat.\nInilah
kunjungan pertamanya ke ibu kota, dan pertama kalinya dirinya melihat sang pangeran.
Dia mengenakan jubah putih megah berhiaskan emas, gading dan mutiara. Wajahnya nampak
muda dan cerah, tampil menonjol bahkan diantara bangsawan yang berpakaian mewah
sekalipun.\nYena melihat tunik yang dikenakannya, rasanya tak anggun dan memalukan.
Dia coba meluruskan lipatannya, namun percuma. Penampilan sang pangeran membuatnya
merasa iri dan malu. Dia hidup dikelilingi kenikmatan dunia, sementara Yena hanyalah
bocah nomad dari gurun, yang tak akan pernah bisa mengunjungi ibu kota jika bukan
karena jasa pamannya yang seorang pedagang, yang bersedia membawa serta Yena dan
adiknya."Pangeran seumuran denganku," ucap Yena seraya berjalan di kota bersama
adiknya setelah upacara adat usai. "Mengapa dia bisa memiliki pakaian, makanan, dan
rumah mewah, sementara yang kita miliki hanya pasir, roti keras dan pakaian
biasa?"\n"Yah, dia itu pangeran, Yena. Kita hanya orang biasa," sahut adiknya. \nYena
hendak membalas perkataannya saat dia merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya.
Sesosok pedagang gemuk berpakaian mewah menatapnya dengan emosi. Dia yakin bahwa Yena
sengaja menepuk kudanya, hingga barang dagangannya jatuh tercecer ke tanah.\nYena
menyembunyikan adiknya di belakangnya dan coba memberi penjelasan, tapi tak membuahkan
hasil.\n"Dasar pengemis! Bocah! Pembohong!" Yena merasakan hantaman di wajahnya dan
dia baru sadar bahwa dia telah ditampar. Marah, dia lompat mendorong pedagang itu dan
menjatuhkannya dengan satu pukulan, namun tak berlangsung lama akibat gangguan budak-
budak sang pedagang, yang menghujaninya dengan pukulan dan tendangan pada tubuhnya
yang lemah. Orang sekitar berkumpul untuk melihat kegaduhan yang terjadi, namun tak
ada yang datang untuk menolong kedua saudari itu.\nYena berpikir bahwa ajalnya sudah
dekat, dan merasa bahwa akan diperjualbelikan sebagai budak oleh pedagang
itu.\n"Minggir! Beri jalan untuk pangeran!"\nKeramaian itu dengan cepat memudar,
membiarkan iring-iringan sang pangeran melintas. Kereta kuda emas sang pangeran yang
berhiaskan matahari lambang kerajaan dikelilingi oleh lebih dari ratusan prajurit dan
pembantu.Dipimpin sesosok kesatria berkuda, rombongan pangeran pun melintas.\nPedagang
bersama budaknya pun dengan segera menyingkir ke sisi jalan, dan membungkukkan badan,
meninggalkan Yena, dan akhirnya memiliki cukup waktu untuk menarik adiknya dan
menjauhi kerumunan. Dia sudah cukup muak menyaksikan kemegahan ibu kota, yang
dibandingkannya dengan kemiskinan gurun pinggiran. Orang-orang di sekeliling
memberikan jalan, tak ingin berurusan dengan bocah berlumuran darah berpakaian compang
camping.\nBaru kali ini Yena merasa malu dan marah yang teramat sangat. Jauh di gurun,
dia merasakan hidup yang bebas, berburu dan merawat ternak bersama kaumnya. Dia merasa
tak habis pikir dengan kemewahan yang dinikmati anggota kerajaan, kelancangan para
pedagang kaya raya, serta dinginnya sikap orang-orang yang lalu lalang di sana.\nSemua
itu terasa tidak wajar.\nDi ujung jalan, Yena melihat ke belakang dan iring-iringan,
kereta kuda kerajaan yang memisahkan dirinya dan dunia yang asing baginya.\nDia tak
akan pernah bertemu dengan sang pangeran lagi, pikir Yena.\nPerjalanan ke ibu kota
yang telah lama dinantikan kedua saudari pun akhirnya berlalu. Namun ada kesan kuat
yang tertanam dalam dirinya. Dia jadi sering merenung, dan tak jarang terlihat duduk
membaca.\nSementara itu, konflik antara Kerajaan Helios dan Azzen'Ka pun berkecamuk.
Sudah lama ayah Yena pergi meninggalkannya, mengikuti wajib militer; dan dia tak
pernah kembali. Sang ibu jatuh sakit dan terbaring lemas, tak sanggup menahan beban
membesarkan dua anak belia seorang diri.\nSatu tahun kemudian, sang ibu meninggal
dunia. Yena membawa serta adiknya dan melakukan perjalanan ke sebuah gua terpencil,
tempat yang oleh orang dewasa disarankan untuk tidak didekati. Menurut kebara,
penghuninya merupakan pemberontak kerajaan. Siapa yang berurusan dengan mereka harus
siap dihukum mati.\nNamun Yena tak mengindahkannya, dan pos luar Revolutionaries.
Mereka tak bertanya alasan Yena ingin bergabung. Matanya menyiratkan semua yang ingin
mereka tahu.\n...\n"Jadi, singkat cerita, kau bergabung dengan Revolutionaries karena
iri padaku?"\nSuara seorang lelaki menyadarkan Yena. Dia duduk berseberangan,
menyimpulkan ceritanya. Siapa sangka bahwa sang pangeran congkak dan gadis kurus yang
dulu berbeda dunia itu kini mengembara bersama, berkelana di gurun? Takdir memang
penuh misteri.\nTangan kiri Murad menggenggam botol anggur, sementara tangan kanannya
disandarkan pada lututnya. Dia membiarkan rambut tak berikatnya ditiup angin gurun,
sesuatu yang tak diperkenankan dahulu kala. Matanya nampak lelah, pertanda seseorang
yang tahu rasa sakit dan susah.Dulu dia bebas, namun kesepian, pikir Yena. Ada
gerombolan bandit yang menghampiri. Seketika dia berdiri di belakang Murad, dan dengan
sekali tebas, dia merubuhkan bandir yang merasa bisa mendekati tanpa
terdeteksi.\nMurad kini sepenuhnya terjaga, dan dia pun berdiri di hadapan
Yena.\n"Biar kualihkan perhatian mereka. Kau yang mengendap-mengendap dan cari celah
untuk menyerang mereka dari belakang."\nYena mengangkat bahu. Dasar laki-laki.
Baiklah, biarkan Murad mengambil peran sebagai pemimpin kawanan.\nTak lama kemudian,
Murad mulai menunjukkan tanda kelelahan. Gaya tarungnya dicirikan dengan serangan
cepat dan tepat sasaran; pertarungan yang berlarut-larut menghadapi lawan dalam jumlah
banyak bukanlah keahliannya.\nSaat itulah Yena turun tangan. Bermandikan cahaya bulan,
gerakannya begitu gemulai, dan derap langkahnya begitu ringan; namun diiringi tebasan
mematikan. Tebasan lingkaran keperakan menyapu gerombolan bandit, dan satu-persatu
dari mereka pun berjatuhan bahkan sebelum menyadari apa yang menyerang.\nTak lama,
padang pasir pun terasa sunyi. Yena meregangkan lengannya, dan melihat bandit yang
tersisa melarikan diri di ujung pelupuk matanya.\n"Aku lebih terbiasa bertarung satu
lawan satu. Kurasa sebaiknya kau saja yang menyerang mereka dari belakang."\nAlis
Murad nampak berkedut. Dia mengambil satu langkah ke depan, dan sebelum Yena
menyadarinya, bertambah lagi satu bandit yang tumbang, tak bergerak.\nPadang pasir pun
kembali sunyi. Darah yang berceceran diserap butiran pasir, dengan warna merah gelap
disinari bulan keperakan; tak lama lagi akan terkubur angin. Yena mengangkat lengan
dan membiarkan dirinya bermandikan cahaya bulan, memancarkan kilau kulitnya. Dia
membalikkan badan dan tersenyum.\n"Kau bertanya alasanku bergabung dengan
Revolutionaries. Sebenarnya tak ada alasan khusus. Waktu itu hanya ada satu pertanyaan
dalam benakku.\n"Mengapa?"\n\n- Selesai -
93681C85382A716A_## = Terletak bersebelahan dengan Nightmare Fort, Teluk ini
sepenuhnya ada dalam kekuasaan Lokheim dan jadi tempat berkembang biak bagi makhluk
laut Lokheim yang bermutasi.
938B3D9534B62233_## = Elborne Woods
93D55912FE87C55C_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
941EED17760D1198_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
944D811983D08B89_## = "A…ayah? Aku ada di mana?" \n\nIshar membuka matanya dan
melihat wajah ayah yang dikenalnya, yang sedikit menenangkannya.\n"Kita ada di rumah,
sayang," sahut ayahnya. "Berbaring saja dan jangan khawatir. Kamu pasti sudah lapar;
ayah akan meminta pelayan untuk membawakan makan siang, untuk kamu makan di tempat
tidur."\nWalaupun baru merasakan hal menyeramkan, Ishar merasa bersemangat mendengar
perkataan ayahnya. Makan di TEMPAT TIDUR! Mungkinkah dia diijinkan jika tak ada hal
menyeramkan terjadi? Namun dia langsung teringat akan teman berbulunya yang setia,
hilang entah ke mana. Dengan nada setengah panik, dia bertanya, "Furball! Di mana
Furball?"\n"Shh." ayahnya meletakkan jari di bibirnya dan menunjuk ke sisi lain tempat
tidur. "Lihat itu."\n\nTelinga Furball berkedur dan akhirnya terjaga dari tidurnya.Dia
pun sontak melompat ke ranjang lalu ke lengan Ishar, yang dengan semangat mengeluskan
pipinya ke bulu Furball yang lembut. “Sayang, ayah tak tahu apa yang terjadi, dan
sekarang bukan saat yang tepat untuk membahasnya." Seraya ayah Ishar berdiri untuk
meninggalkan ruangan, dia berbalik badan memandanginya, dan ada sesuatu di nada
bicaranya yang membuat Ishar mendengarkan dengan seksama. "Tapi jika ada seseorang
yang bertanya, apapun itu tentang hal yang terjadi…Berusahalah untuk tak
menjawabnya. Jangan berkata apa-apa."\n\nUcapannya terasa lembut namun tegas, dan
Ishar pun menganggukkan kepala, mendekap Furball lebih erat. Ishar, tentu saja,
mengetahui apa yang terjadi. Dia diculik oleh seseorang yang misterius saat berangkat
ke sekolahnya tadi pagi. Untuk seukuran anak gadis berumur 13 tahun, dia bereaksi
dengan sangat tenang, namun dia tak bisa berbuat banyak saat dia didekap dan ditutup
dengan begitu cepat oleh penculiknya. Meski demikian, kini dia sudah tiba di rumahnya
dengan selamat, dan jam yang ada di dinding menunjukkan bahwa dia tak sadarkan diri
untuk waktu yang tak lama - paling lama hanya setengah hari. Seandainya sedang ada di
sekolah, dia pasti baru bangun tidur siang, untuk melanjutkan pelajaran di siang
hari.\n\nSemuanya terasa bagaikan mimpi yang aneh, dan mulai pudar dari ingatan Ishar
seraya dia sadarkan diri, hal yang lumrah terjadi pada kebanyakan mimpi. Yang jadi
pengingat bahwa hal yang dialaminya bukanlah mimpi, hanyalah makhluk kecil berbulu di
lengannya, seraya energi sihir merah muda perlahan mengalir keluar dari tubuhnya dan
ke dalam tubuh Ishar di ruangan yang sunyi itu.Kabar mengenai usaha penculikan yang
menimpa Ishar dengan cepat tersebar ke penjuru Kazell,karena ayahnya, Androl,
merupakan salah satu kandidat unggulan untuk menjadi Senat. Banyak kenalan ayahnya
yang menyampaikan rasa simpati dan lega, dan tentu saja demi menjalin kemitraan dengan
sang ayah, yang popularitasnya semakin tinggi berkat peristiwa tersebut. Dia pun
dijenguk Valhein dan Violet, dua Demon Hunter yang ditugaskan sebagai penyelidik,namun
tak bisa menggali informasi penting dari Ishar,yang mematuhi saran sang
ayah.\n\nSementara itu, Quillen, kandidat Senat lain yang dikabarkan terkait dengan
kasus itu, mengunjungi Androl dan Ishar setelah kehebohan mereda. "Perkenalkan
sekretaris baruku, Veres." Quillen menunjuk sosok wanita muda berambut merah panjang
di belakangnya. "Omong-omong, Veres, bukankah kau pernah bersekolah di tempat yang
sama seperti nona muda Ishar? St. Sephera namanya? Aku yakin ada banyak hal yang bisa
kalian bicarakan."\n"Senang berkenalan denganmu, Ishar. Aku membawakanmu hadiah, dan
aku harap kamu menyukainya," kata sang wanita muda dengan senyum. Ishar pun
mengamatinya tak bisa berkata-kata.\n\n"Ishar, ajaklah Nona Veres ke taman." Androl
menepuk kepala puterinya, seraya memintanya untuk bergegas. Hal itu sepertinya
menyadarkan Ishar, dan dia pun membungkukkan badan selayaknya nona muda, berlalu ke
taman bersama Veres. Setibanya di taman, Ishar meminta pelayan wanitanya pergi dan
berbalik badan menatapi Veres, seraya memeluk Furball di lengannya.\n"Nona Veres,
apakah kamu orang jahat?"\n"…Mengapa bertanya hal itu, Ishar?" Raut muka Veres
nampak tenang, namun jantungnya sedikit berdegup. Mengapa gadis ini bisa tahu?\n"Aku
melihat nona, saat aku berada di tempat aku diculik." Ada keyakinan di nada bicara
Ishar yang memberi tahu Veres bahwa dia sedang tak mengertak. Apakah pendengarannya
memang tak biasa? Tapi gadis itu berkata - 'melihat'? Bukan 'mendengar'?\n\nVeres tak
bisa mengingat kapan terakhir kali dia tertangkap basah, apalagi oleh gadis kecil
seperti Ishar. Dan ini bukanlah situasi yang bisa diselesaikan dengan kekerasan.
Akhirnya, Ishar lah yang memecah kesunyian.\n"Aku rasa nona bukanlah orang jahat,"
katanya. "Aku melihat nona bertarung dengan wanita yang memiliki luka di wajahnya.
Nona bukanlah salah satu dari mereka."\nVeres pun merasa lega mendengarnya, walaupun
tetap merasa kebingungan. "Yah, aku bukanlah orang yang benar-benar baik," jawabnya.
"Tapi, aku tak punya alasan untuk melukaimu - setidaknya, bukan sekarang." "Aku tahu."
Ishar membungkuk untuk menyeka bulu Furball, berusaha menenangkan diri. Walaupun masih
belia, dia berasal dari keluarga politisi, dan dia sudah bisa mencium aroma
konspirasi. \n\n"Furball memberi tahuku bahwa nona terasa familiar, dan bisa
dipercaya."\n"Oh? Sobat kecil ini bisa berbicara?" Veres memandangi boneka bundar
berbulu merah muda itu dengan penasaran.\n"Tidak - tapi aku bisa merasakan pikirannya,
bahkan berkomunikasi dengannya. Aku bisa melihat nona melalui mata Furball." Sekarang
Veres benar-benar merasa tertarik. "Menarik sekali…Maukah kamu memberi tahuku
bagaimana caramu melarikan diri? Saat aku selesai bertarung dengan nenek tua itu, kamu
dan lainnya sudah lenyap."\n"Entahlah," kata Ishar, berfikir. "Aku ingat ada lelaki
yang berjaga yang berkata pada kawannya bahwa penyamaran mereka telah terbongkar, dan
sebaiknya membunuhku untuk menghilangkan jejak. Aku merasa ketakutan, dan tiba-tiba
semuanya terasa gelap. Saat terbangun, aku ada di ranjang rumahku." \n"Ah. Ada orang
lain yang kamu beri tahu? Misalnya ayahmu?"\n"Tidak. Aku tidak tahu apa yang akan
mereka lakukan pada Furball jika aku melakukannya." Ishar teringat akan janji dengan
ayahnya dan bertekad untuk menepatinya. Dia merasakan suatu ikatan dengan Veres, namun
tidak sedalam itu hingga dia mau berbagi rahasia antara dirinya dan ayahnya.\n\n"Ok,
baiklah, aku punya ide…" Kata Veres. Ishar kembali bersekolah beberapa hari
kemudian. Dia berhasil "diamankan" hingga mampu "mengingat" rincian penyekapannya,
membantu Demon Hunter menemukan persembunyian para penculik. Namun, tempat itu sudah
kosong saat Valhein dan Violet tiba di sana, dan tak ada petunjuk tentang identitas,
apa yang diinginkan, atau tempat pelarian para penculik.\nTak ada yang menyadari bahwa
ayah Ishar telah mulai mempersiapkan kelas sihir pemula bagi puterinya.\n\n"Tak ada
orang yang akan membantuku mengungkap rahasiamu, Furball, jadi akulah yang akan
melakukannya."
945D5CE0DF8CAD3A_## = Veda
945E315D21DFE5FD_## = Laut yang berbahaya dan diselimuti karang ini berada di selatan
Sea of Light. Mist Island ada di sini, melindungi gerbang laut menuju Veda.
94641CB3060E0007_## = Bagi Maloch, Veera adalah perwujudan kepintaran, dan dia akan
melakukan apapun yang diminta Veera. Di saat yang sama, dia pun bertekad untuk
melindunginya dari bahaya.
946A83F307F48899_## = Diao Chan dulu bukanlah siapa-siapa, namun dia berhasil
melangkah jauh berkat ambisinya yang besar. Dia terlahir menjadi sesosok pelayan dan
dibesarkan dengan ekspektasi bahwa dia tak akan mampu melampaui pencapaian sang Ibu.
Namun, Diao Chan diberkati dengan paras yang begitu cantik. Saat beranjak dewasa, dia
menyadari bahwa dirinya lebih menarik dibandingkan deretan air mancur yang menghiasi
kota-kota besar yang dia kunjungi.\n\nBanyak lelaki yang terpikat terhadap pesonanya,
bahkan ada yang berikrar untuk melakukan tindakan berani demi merebut perhatiannya.
Berkat hal itu, Diao Chan berhasil mempelajari dan menguasai ilmu rayuan miliknya
sendiri. Saat beraksi, dia akan menentukan bangsawan yang akan menjadi targetnya dan
melemparkan senyum ke arah mereka hingga akhirnya mereka bersedia meminta jasanya.
Setelah itu, dia akan melancarkan segala rayuan dan godaan hingga dia merasa mampu
meraih hasil yang cukup maksimal.\n\nMetode ini akhirnya menuntunnya menjadi pelayan
seorang panglima perang. Panglima ini selalu memiliki ambisi yang tinggi, dan
mendengar kabar bahwa ada seekor naga yang meluluhlantahkan kota dan menebar kekacauan
di sepanjang benua. Andaikan dia mampu menemukan cara untuk menaklukan naga ini, maka
dunia akan menyadari kekuatan sesungguhnya yang dia miliki. Semua bangsawan tak hanya
akan memujinya, namun juga takut akan dirinya. Seraya dia melatih raganya demi
menghadapi pertarungan yang menanti, dia mengutus anak buahnya untuk mencari cara
membunuh sang Naga.\n\nSang panglima diwarisi perpustakaan yang penuh akan buku, yang
kaya akan ilmu pengetahuan. Diao Chan ditugaskan untuk memeriksa bagian ilmu sihir dan
menyaring informasi yang dapat digunakan untuk mengalahkan naga. Seraya dia meneliti
dan membaca tumpukan buku tentang mantera dan ramuan, dia pun semakin tertarik untuk
mempelajari lebih jauh. Dia kembali ke tempat itu dari hari ke hari dan mempraktikkan
apa yang dia pelajari di tengah gelapnya malam. Ternyata, dia mampu belajar dengan
cepat dan menguasai mantera tingkat tinggi dalam kurun waktu satu tahun. Seraya
kemampuannya bertambah, masa lalu yang kelam pun seakan tiada artinya. Dia menemukan
kedamaian dan tujuan seraya membaca lembar demi lembar, buku demi buku. Akhirnya, dia
pun menemukan identitasnya yang baru.\n\nSaat dia mulai mencapai bagian akhir dari
perpustakaan itu, kampnya menerima serangan sesosok kesatria kuat berdarah naga yang
bernama Lu Bu. Dia berhasil menembus pertahanan kamp, menghujankan teror ke hadapan
para prajurit. Dia kalah jumlah, namun ini bukan masalah besar; dia sepenuhnya
dikuasai amarah dan mampu membalikkan keadaan. Diao Chan merasa penasaran dengan
kekuatan pria ini, dan juga hatinya tergerak merasakan rasa sakit yang membebani diri
Lu Bu.\n\nSetelah Lu Bu membunuh musuh terakhirnya, dia masih dikuasai amarah; begitu
besarnya hingga kekuatan naga yang bersemayam dalam dirinya tak mampu menuruti
perintah. Tubuhnya ada dalam ancaman asam sulfat yang terkumpul, yang mampu merusak
jantung dan melumpuhkannya. Namun, satu sentuhan tangan Diao Chan mampu memadamkan api
yang membara dalam diri Lu Bu. Dia pernah membaca tentang sihir naga di perpustakaan,
dan dia menguasai mantera yang diperlukan untuk meredakan perasaan dendam yang
berkecamuk dalam diri Lu Bu. Lu Bu pun jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Diao
Chan, dan sebaliknya, Diao Chan pun tak bisa memungkiri bahwa dia pun tertarik pada Lu
Bu.\n\nBerdua, Lu Bu dan Diao Chan pun menjelajahi dunia, tak pernah meninggalkan satu
sama lain. Mereka hidup dalam kedamaian dan untuk beberapa saat, semuanya terasa baik
tanpa gangguan. Momen damai ini berakhir saat sesosok Naga, yang tak lain adalah ayah
angkat Lu Bu, yang menganugerahkan kekuatan naga pada diri Lu Bu, datang untuk merebut
Lu Bu. Dia merasa murka saat mengetahui bahwa Lu Bu telah menanggalkan misi yang
diembannya dahulu, dan memerintahkannya untuk kembali ke sisinya.\n\nNamun Lu Bu
menolak mentah-mentah untuk meninggalkan Diao Chan. Sang Naga pun menjadi semakin
murka dan mengenyahkan segala ikatan yang mereka miliki. Keduanya beradu kekuatan
dalam suatu pertarungan besar yang melibatkan kekuatan magis yang luar biasa besarnya.
Namun, jalannya pertarungan mulai berubah saat Diao Chan menyalurkan kekuatan magisnya
ke dalam diri Lu Bu, yang membuatnya mampu mencapai batas kekuatan yang lebih tinggi
dan akhirnya menaklukkan sang Ayah.\n\nAlhasil, sihir Diao Chan bersatu dengan Lu Bu,
sehingga keduanya benar-benar terhubung--bersatu tanpa halangan. Jalinan kasih di
antara mereka melambangkan cinta yang melegenda di penjuru Athanor, dan kekuatannya
mampu mengalahkan angkara murka dan dendam yang lama bersemayam di hati Lu Bu. Bagi
Diao Chan, hubungannya dengan Lu Bu ini telah mengantarkannya pada kekuatan besar yang
suatu hari akan menorehkan sejarah Athanor.
94B0293A6854B739_## = Dulu dijuluki Errol Si Cengeng.
94F2321BFAB11197_## = Tak Diketahui
9512E9868FCD2DEA_## = Quillen sering bertamu ke rumah Ishar, dan sering membawa
camilan untuk Ishar dan Furball. Namun Ishar takut akan kehadirannya tanpa tahu pasti
alasannya.
952EDBD3DDB6C327_## = Lokheim
9549E96FC8CE90C5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Gunakan
<color=#ffd200>{0}</color> dan <color=#ffd200>berpartisipasi saat Kill Hero
syarat</color> dalam Match.
959A83314DA7D08F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
95A34D5A41965BBC_## = Tak Diketahui
95C696CF3DC3DEF9_## = Ikatan Jiwa
95C99BD16D7CC0DF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9618DFD10E4AA42A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9627DF1A3744A7BE_## = Hidup tuk berjuang di lain hari
962DB2847167506B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9634DA5D2FF4F621_## = Inkuisitor Veda
9646826B3E0FFF14_## = Lahan yang dilaluinya senantiasa tandus.
96481ADBCF77208D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9662D66AEC10A090_## = Murad cut down the foes in his path and ignored others, heading
straight for the center of the Lokheim formation where Skud was.It was obvious that
the man wielding the twin blades was trying to reach Skud, in order to cut off the
proverbial serpent's head. And the assassin was advancing through the Lokheim ranks
far too quickly for Preyta's liking - not to mention that there was D'Arcy supporting
the attempt.Preyta cared little for the rank-and-file abyssal beast, but he was loathe
to lose a useful commander like Skud. It was not so long ago that the ninja Airi cut
off Maloch's wings beneath Mt. Orphean, and Preyta was not about to allow the same
thing to happen again here. He pinched his wyvern's neck, and the plague wyvern dived
towards Murad's path, ready to unleash its plague breath."Now!" A rift in space
appeared in front of Murad. A moment ago Murad was running on the ground, the next
instant he was up in the air, behind Preyta."Not so fast!" Preyta sneered, and his
wyvern rolled to avoid Murad's attack - right where D'Arcy wanted him. For D'Arcy was
the one who was truly executing this attack, and Murad merely his knife.A dimensional
portal appeared next to Preyta, and the next instant he was back in Murad's path of
attack. With a sickening sound Murad's blade sunk deep in Preyta's back, and blue-
black blood gushed out.In an instant Murad had stabbed Preyta four times, but he was
not so naive as to believe that mere stabs could bring down the Corrupted lord. While
he attacked with the Blade of Space, his other artifact, the Blade of Time, was being
charged up and ready to be unleashed."Look out!" D'Arcy yelled. Murad turned, and red
fur filled his field of vision. Before he knew it the massive impact knocked the air
out of him and filled his senses with nothing but pain, which blocked out even the
noise of battle. A dimensional portal opened and Murad reached the ground before he
even began to fall, though he would not be standing back up for a while.Watching the
ball of fur quickly leave the battle, D'Arcy felt a chill run down his spine. The
power he felt as the creature saved Preyta was of the same nature as what he wielded
himself - the power of dimensions.Preyta, meanwhile, was safe inside Zip. He knew of
Zip, a new breed of creature native to the abyss that Veera engineered, much more
intelligent than the mindless beasts still fighting on the front. He had heard rumors
about Zip's strange skill to manipulate space, though this was the first time he had
seen it with his own eyes.Preyta was curious, but there was a more urgent matter on
his mind. Where was the support he requested from Veera?"Hey, what happened to
respecting your elders? Who were your teachers? Didn't they teach you to greet people
when you see them? Tell me their names, and I'm gonna talk to them about this next
time I'm on Mt. Orphean!"Zephys, sent to support Preyta, found himself sandwiched
between Vedans, Jinna and Enzo, neither of whom spoke.Jinna did not speak, for his
words foretold the future.Enzo could speak, but he had nothing to say to traitors who
follow Lokheim.There was only one way to communicate - fight.Zephys talked excitedly,
but his mind analyzed the situation calmly. Neither opponent was to be trifled with,
and he recognized one of the men as the inquisitor who had almost captured Hayate. It
would not do for a Lord of Lokheim to slip up against two younglings, no - what would
his old friends on Mt. Orphean think?No, no - it simply will not do to consider
impures like these to be on the same level as he. Zephys raised his twin spears."If
your teachers won't teach you properly, I guess I'll have to teach you a lesson
myself!"
968F3FF558B4DACD_## = "Hidup itu tentang bernafas, makan, dan tidur. Tanggung jawab?
Siapa peduli?"\n\nJika ada satu kata yang dapat menggambarkan Krizzix, itu adalah
pemalas - dengan sepenuh hati, tak diragukan lagi. Meski berbakat, dia enggan
mengemban peran yang seolah ditakdirkan untuknya, dan sama sekali tak tertarik dengan
mahkota yang dibawakan pendeta agung ke hadapannya, bahkan ia hanya tertarik pada
sajian buah yang ada di samping mahkota.\n\nUntunglah, Krizzix hanya malas, dan tidak
jahat. Dia selalu dapat membantu mereka yang membutuhkannya, walaupun dia selalu
mengeluh saat melakukannya. Namun melakukan sesuatu selain makan dan tidur begitu
mengganggu Krizzix, dan oleh karenanya saat sang pendeta agung menunjukknya untuk jadi
penerus, dirinya tak ragu untuk mengelak - seraya membawa sejumlah buah dari
altar."Duduk di altar, berceloteh sepanjang hari...mau kencing pun rasanya sulit!
Rasanya bagaikan dipenjara." Krizzix mengeluh di depan teman barunya, Y'bneth. "Mereka
pikir bisa menyuapku hanya dengan sedikit buah tiap hari? Pfft! Berikan aku berpiring-
piring buah, dan mungkin akan kupertimbangkan."\n\n"Jadi, anggap saja kau jadi pendeta
agung berpiring-piring buahmu itu, apa yang akan kau lakukan saat kau jenuh dengan
posisimu itu?" Kata Y'bneth tersenyum, seraya menawarkan buah segar pada
temannya.\n\n"Tenang saja. Aku hanya tinggal pergi dan melihat hal baru yang ada di
sini." Kriez mencicipi buah, menikmati rasa manis yang meresap ke lidahnya.Dengan
demikian, Krizzix memulai hidup barunya bersama Y'bneth. Krizzix begitu menikmatinya,
karena Y'bneth pintar, baik hati dan dermawan. Di sana, Krizzix dapat menjalani hidup
yang selalu didambakannya - makan, tidur, dan makan lagi. Saat itu, hal yang paling
mengganggunya hanyalah berguling saat tidur.\n\nNamun, seraya waktu berlalu, bahkan
Krizzix pun mulai merasa tak nyaman karena terlena dengan keramahtamahan
Y'bneth.\n"Hei, ada yang bisa kubantu? Kau sudah banyak membantuku, dan rasanya belum
ada yang kulakukan untukmu."\n"Pertemanan bukan tentang mengharap balasan," kata
Y'bneth. "Lagipula, kurasa kau belum cukup siap untuk membantuku."\n"Hei, jangan
meremehkanku, dasar onggokan kayu tua!" Teriak Krizzix, merasa jengkel. "Asal tahu
saja, darah naga kuno mengalir dalam tubuhku!" Y'bneth tersenyum dan menenangkan
temannya dengan buah yang ranum dan segar. Dia memang tidak memandang bakat alami
Krizzix sebelah mata, namun jelas bahwa temannya belum siap menghadapi musuh
merepotkan yang mendekat.\n\n"Lihat saja, aku pasti akan menolongmu," ujar Krizzix
seraya melahap buahnya. Tak apa jika ada yang tak suka dengan perilakunya, namun lain
halnya jika ada yang meremehkan bakatnya - terutama sahabatnya sendiri.\n\n...\n\n"Apa
yang kupikirkan saat itu?" Krizzix nampak menyesali perkataannya di lain kesempatan.
"Seharusnya aku tetap bersantai dan menikmati hidup, bukan mencari masalah."\n\nSaat
itu, Krizzix berjanji pada Y'bneth untuk belajar bersama dan jadi penjaga hutan, demi
membantu Y'bneth. Hanya butuh satu malam bagi Krizzix untuk menyesali keputusannya,
namun kali ini dia tidak melarikan diri. Dia memegang janjinya, dan mulai mempelajari
cara untuk memanfaatkan potensi yang mengalir dalam dirinya. Krizzix memang pemalas,
rakus, dan tak teratur, namun selalu menepati janjinya. Itulah sebab dia melarikan
diri - dia tak yakin apakah sanggup memikul beban tanggung jawab, atau memiliki tekad
untuk terus berusaha.\n\nBertahun-tahun kemudian, Krizzix mengenang latihan keras yang
dilaluinya dengan getir. Namun, harus diakui bahwa berkat itulah dia bisa bertahan
hidup menghadapi invasi Lokheim, serta menyelamatkan kawan-kawannya dari kematian.
Alih-alih bertarung di baris depan, Krizzix menggunakan kemampuan kamuflasenya untuk
berbaur dengan lingkungan dan masuk lalu keluar medan dengan leluasa, membawa info
penting atau membopoh kawan yang terluka. Kontribusinya itu membuatnya diakui semua
orang, yang dulu tak menyukainya akibat sikap malas dan acuhnya; mereka bahkan
menyarankan untuk mengundangnya kembali sebagai pendeta agung.\n\nTak ingin merasa
dikekang, Krizzix merasa ada yang tak beres dan segera kabur, karena lebih suka
menjalani hidup yang bebas di alam liar dibandingkan hidup yang dibalut ketenaran dan
harta.
96A67E615E5E1AFB_## = Karena suatu kebetulan, bagian dari arwah naga kuno merasuki
Hayate, yang berujung pada kebangkitan Volkath.
96C0C021EB1D8855_## = Murad
96C164FAFCF92609_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
96C97E14F77C344D_## = Ikuti dan taati Cahaya, dan kau akan diberi petunjuk.
96D1AF74887EFB7C_## = The Illest
96D1F3C32D1B76F5_## = Sering berkelahi dengan Zephys.
96F7A25C243B1901_## = Dirak
973B325879F1ADD3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
978924940C576932_## = The Messenger of Elysium
979035B5D5760881_## = Jauh di bawah tanah Abyss di mana sinar matahari tak bersinar,
sumber cahaya yang terlihat hanyalah segelintir lilin, yang sekuat tenaga menyinari
gua yang begitu gelap.\nOmen duduk di tengah lingkar sihir rumit, dengan darah yang
mengaliri lingkar tersebut ke arah Omen. Bahkan dalam tidurnya, nafsu Omen akan darah
tak berkurang sedikit pun.\nLangkah cepat menghampiri dari luar. Sesosok pelayan tiba,
merapalkan mantera kuno. Darah berhenti mengalir, dan Omen membuka matanya. Dia
melihat pelayan itu berkomat-kamit, dan bertanya-tanya apa yang sedang diucapkan
onggokan daging itu. Butuh beberapa saat bagi otak Omen yang masih kelelahan untuk
membaca pesan.\n"Rime Passage? Menarik...tapi sebelum itu..." Sebuah pedang panjang
menusuk sang pelayan, menarik dirinya ke arah Omen. Senjata itu memang dibuat untuk
membunuh, dan Omen merasa senang bisa menarik mangsanya lebih dekat.\nPelayan itu
menyadari nasibnya saat diperintahkan untuk membangunkan Omen. Namun, dia tetap tak
bisa menyembunyikan rasa takutnya saat ajal mendekat. Omen melihat rasa takut di raut
muka sang pelayan, dan dia tersenyum.\nIni hanyalah hidangan pembuka sebelum menyambut
pesat pembantaian besar-besaran.Rime Pass merupakan salah satu jalur utama menuju
Lokheim. Seraya pasukan Veera menghadapi Arduin di barisan depan, satu pasukan Veda
mampu menembus pertahanan di belakang. Mayat Iblis dan Corrupted menutupi jalur
bersalju itu, burung bangkai memperebutkan potongan terbaik, sementara pasukan Veda,
yang mabuk kemenangan, terus menekan menuju jalur sempit di depan.\n\nLalu mereka
melihat sesosok seorang diri yang muncul melewati kabut es di sisi lain, membawa
pedang merah tua yang nampak mematikan.\nSatu orang, melawan ratusan ribu
orang?\nJenderal Veda memberi aba-aba untuk berhenti. Sesuatu tentang sosok aneh itu
membuatnya tak tenang. Orang - atau apapun itu - nampak biasa saja, seolah datang ke
sini untuk berpiknik.\nSeraya dia mendekat, seorang prajurit tua tiba-tiba berteriak
ketakutan, "O - Omen! Omen the Insatiable!"\nRaut muka prajurit lainnya berubah pucat
saat mendengarnya. Omen merupakan sosok pembawa mimpi buruk setiap anak di Athanor,
dan semua pernah mendengar bagaimana Omen akan datang di tengah malam dan memakan
mereka hidup-hidup jika mereka bersikap nakal. Namun Omen sendiri jarang terlihat di
medan pertempuran, karena dia tak membeda-bedakan siapa yang dia bunuh, dan baginya,
membantai Iblis dan Corrupted sama menyenangkannya dengan membantai prajurit Veda.
Fakta bahwa Veera bersedia melepaskannya merupakan pertanda betapa gentingnya situasi
di Rime Pass.\nNamun tetap saja, dia hanya satu orang - atau iblis. Bagaimana mungkin
dia sanggup menahan ratusan ribu sekaligus? Coba menahan rasa takutnya, sang jenderal
Veda mengangkat pedangnya dan berteriak, "Charge!"\nOmen menoleh ke atas, dan mata
merahnya nampak penuh rasa lapar. Dia merentangkan lengannya dan menyambut serbuan
pasukan itu.\nPembantaian baru akan dimulai. Kabut merah menyelimuti arena.\nOmen tak
ingat berapa yang sudah dia bunuh, yang pasti jumlahnya banyak. Dia merentangkan
pedangnya dan menarik sesuatu yang masih hidup, dan melihat jenderal Veda, yang bahkan
tak lagi menahan rasa takutnya. Omen jadi saksi begitu banyak ekspresi ketakutan
teramat sangat seperti itu.\nPesta baru akan dimulai.\nMematahkan leher sang jenderal
layaknya melumat seekor lalat, mata Omen yang merah menyala menyusuri arena mencari
korban selanjutnya, membiarkan naluri membunuhnya mengambil alih. Malam sudah tiba.
Pasukan Veda terhenti Rime Passage, salju yang tebal sekarang berubah jadi merah
darah. Aroma darah tercium di udara, dan Omen tertawa seraya menyaksikan pasukan yang
mundur, prajurit yang tersisa melempar senjata dan tamengnya, melarikan diri sekuat
tenaga demi menyelamatkan diri.\nBagus. Lebih menyenangkan jika mangsaku berusaha
kabur.\nTapi mereka tak akan bisa melarikan diri - tak satupun.\n\n- Selesai -
979C7CEEDBAA6644_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
97C2864F3FA45614_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9802DE21312DC22B_## = Aleister
9809403D95596971_## = Ingin lebih dari prajurit bayaran?\nSesosok rekan
sejati?\nBuktikanlah bahwa kau pantas.\nAku akan menunggumu.
985E5ADCB8AF8BFC_## = Ketua Geng Norman.
98B2C3415AD9A710_## = Suka minum-minum dan tak mudah mabuk.
98DD7A56BA7570CC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
98E2D1835C98D74C_## = Butterfly
98F33A25E0744B47_## = Hall of Wealth
99505F5D49190887_## = Aku mengoleksi hampir semua spesies langka, kecuali...
9983974C4F397C1C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
999D587ADAB8B366_## = Satu-satunya jalan darat menuju Elborne Woods adalah dengan
menyisir jalan ke hulu Elda River. Alam yang terjal dan tebing yang tinggi
menghubungkan dua tepi sungai.
99E33F6870CF571D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9A19BDA45A2AB3EC_## = Tak bisa dibiarkan!
9A41B86BC8E0798A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9A7EC675360C01BA_## = Biografi Kil'Groth
9A8440858B5B1598_## = Di bawah teriknya matahari gurun,\ndi balik badai pasir dan
angin kencang yang berdesis,\nakhirnya kutemukan sang oasis.
9AA05A24141516F4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9AF423DBAD04858F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
9B61967FC52F44A9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9BA77D320B237554_## = Keterlaluan! Kau tahu maksudku, kan?
9C15FB66F76E9B39_## = Dark Lord Reborn
9C7FB885B6D5F4FF_## = Kingdom of Norman
9C9C15EB21775560_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color>
dengan <color=#ffd200>{0}</color> dan Hero berkaitan.
9CCC062203E156B7_## = Jauh sudah aku berjalan seorang diri, dan rekan seperjalanan
memang sulit dicari.\nKini saatnya kita melangkah bersama, layaknya angin melintasi
pepohonan.
9D29035499B6C582_## = First Generation
9D395862EC508289_## = Penguasa Lokheim dan para iblis
9D8FA34877E50B89_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
9D9C8D1C66ADDB51_## = Liliana meluangkan banyak waktu untuk menyikat ekornya.
9DB4BF6249E70D24_## = Zill
9DC92340FF306404_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9DDAB4CB6040E3E5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9E0A5D34B17A16B8_## = Biografi Zip
9E0C0B3BFC726992_## = Zip
9E1387D107C76EF4_## = Nama Thane nampak tertulis di halaman pertama semua buku yang
membahas sejarah umat manusia. Tak hanya mampu menghancurkan kekuatan kegelapan, dia
juga menjadi pelopor kemajuan teknologi umat manusia. Di kala menipisnya keyakinan
yang dimiliki manusia serta semakin menjadinya kekacauan yang ditimbulkan kaum iblis,
manusia memanfaatkan teknologi untuk melepaskan diri dari kekangan kaum iblis dan
mulai berani bergantung pada diri sendiri.\n\nThane yang dulunya hanya sesosok
pengungsi yang bersusah payah dalam bertahan hidup, akhirnya menjelma menjadi sesosok
raja yang dikagumi semua pihak. Semasa hidupnya, Thane telah menjalani latihan yang
berat, menyaksikan kematian jiwa yang tak terhitung jumlahnya di medan perang,
menumbangkan pasukan iblis dan tak pelak kehilangan banyak temanyang berguguran. Namun
Thane tak pernah menyerah, dan selalu bangkit memimpin pasukannya melalui masa-masa
kegelapan, menggantungkan diri pada harapan sekecil apapun.\n\nDi hari penahbisan
dirinya sebagai sang raja, dia mendapatkan begitu banyak rasa hormat dari rakyatnya.
Walaupun pihak Temple menyadari kebangkitannya, dan ada kepentingan politik yang
menyelimuti kerajaan, rakyat tetap percaya bahwa Thane mampu menjadi sosok yang
menuntun mereka ke masa depan yang cerah dan damai.\n\nItulah mengapa Valhein, The
Demon Hunter, berani membawa kaumnya dan mengambil sumpah setia kepada
Thane.\n\nItulah mengapa Astrid, The Indomitable, mempertaruhkan martabat keluarganya
dan turut membantu Thane dalam usahanya menjadi raja.\n\nItulah mengapa Raz, The Fist,
bersedia menjadi mata-mata dan membentuk kubu perlawanan di tengah kamp
musuh.\n\nKelompok manusia yang bersengketa satu sama lain memutuskan untuk
menghentikan hal tersebut dan bersatu di bawah pimpinan Thane, menggabungkan pasukan
untuk menciptakan kekuatan yang akan mendatangkan kemenangan dan memukul mundur
pasukan iblis ke kehancuran. Bahkan para dewa pun akan gentar menghadapi makhluk buas
yang mampu mengendalikan diri. Di tengah kemelut yang mengelilinginya, Thane tetap
bersikap tenang, karena saat sangkakala perang ditiup, dialah yang akan
memimpin.\n\n"Bersama pedang ini di tanganku, aku akan memberantas semua kejahatan!"
9E160F16584DAB90_## = Biografi Tel'Annas
9E3A98DC21C057C2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9E3DE50B4E118129_## = Terlepas dari statusnya sebagai anggota kerajaan Norman, Alice
tumbuh di lingkungan Veda, dan menganggap Veda sebagai rumah walaupun pihak gereja
memulangkannya ke Castle of Origin.\n\nSeraya peperangan di selatan mereda, pihak
gereja memutuskan untuk memulangkan Alice ke Kingdom of Norman demi menggalang
dukungan para bangsawan Norman untuk gereja, membuka jalan bagi mereka untuk
menancapkan pengaruhnya di kerajaan.\n\nAlice seringkali mendengar dinamika dunia luar
dari Yorn, namun sepertinya dunia tersebut menyambut dirinya lebih cepat dari
dugaannya. Dia mengucap selamat tinggal pada rumahnya di Mt. Orphean dan menuju
Kingdom of Norman, di mana Thane, sang raja baru Norman dan pahlawan umat manusia,
telah menantinya...
9E5D86D2CCDCC191_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9E76207D00053D09_## = Biografi Arthur
9E834FCE2D3EB2F1_## = Moulin
9EABF33DC02CA3D3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9EAEB8C2B002F0E2_## = Biografi Ormarr
9EDDF58AA39A821F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9EF273BF2CB83CF7_## = Eland'orr
9F152D8ECCC3C9F9_## = Sunfall Valley
9F431BC2F21AE71B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9F4A80E5D28CE165_## = Starlight
9F50FD8A6828A50E_## = 22 AGU
9F70EEA663837660_## = Kazell
9F877B3DAC23F182_## = Jangan sentuh jubahku, nanti kotor.
9FA458B094BA6B23_## = Afata
9FA7C088C6D05E05_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
9FB57DEB8BE8CC05_## = The Adorable Mystic
9FCA2A14D2D99A0F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
9FD53F94952DA06F_## = Ingatan bahkan lebih memabukkan dibandingkan minuman keras.
9FDA70BC3A5C6E90_## = Taara
9FE898E0DA0F23A6_## = Raz
A067030B14A102DA_## = Biografi Hayate
A0A1460345D63296_## = Mengasihani musuh setara dengan menjahati dirimu sendiri.
A0A175B5C9E200AF_## = Bahkan para dewa pun melarikan diri!
A0BC95ED11B4466D_## = Omen penasaran mencicipi rasa hewan khas Abyss, dan akibatnya,
Zip selalu menjauh sebisa mungkin.
A0C25BEF8E3D8722_## = Grakk
A0CBB54A256B617B_## = Membantu membuatkan surat cinta Volkath yang diberikan pada
Marja.
A12537AA9F4F469D_## = Biografi Eland'orr
A13EFBA0EDF479F8_## = Berusaha tak diganggu wanita
A14130AE17393494_## = Biografi Preyta
A149C8431CCB137D_## = Semasa muda, Dirak dan D'Arcy tak pernah terpisahkan, yang
terkadang memicu kabar tak sedap. Konon, sikap dingin D'Arcy berasal dari rutinitas
dirinya yang sering mendengar keluhan Dirak.
A174FDA620CFE1C9_## = Kahlii
A17857C71CB593AB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A20B0F634EAA98CE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A23BC0F4F79AA5EF_## = Rourke
A23D8E1BCA8CC28C_## = Dewi Cahaya
A2424932623D9A77_## = Abyss Legion
A24563ED42A672D7_## = Maloch
A25C98D5D029C4A2_## = 22 JUN
A281A87129DBB5F1_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
A2826870E5B0F1F8_## = "He had a reputation for being a powerful mage. But the power
of man is nothing compared to that of gods and demons.""Just a demon pretending to be
a god," said Yena, loathe to allow Azzen'Ka any claim to humanity."Yeah, that's
right." It was hard to tell whether Murad was agreeing with D'Arcy, or Yena, or both.
There was no chance to seek confirmation, for a malicious laugh interrupted their
conversation."What have we here? Rats?" Mganga's crouched silhouette emerged from the
shadows."Take them in." Then a scythe followed him, with a cold voice that chilled
those who heard it to the bone.There was just two of them. This was not so hard,
thought Murad.D'Arcy, however, knew better, for he sensed something even more powerful
from the shadows - so powerful, that he found himself unable to gauge the foe's
strength."Go back to your duties, Mganga," said a lazy voice, and a pair of dreadful
demonic wings slowly spread themselves out before the visitors.Not the dominating
presence of Volkath, but a seductiveness that was in a way far more dangerous.It was
Veera, the Soul Harvester.
A284F0F8079DE3AE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A28A07E551E44556_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A28E2155A6802F0D_## = Stay Tuned
A2A355CC9F75DA90_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A2C04C9DFE1130E2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color>
dengan <color=#ffd200>{0}</color> dan Hero berkaitan.
A2C4D07D1326322D_## = 37 MAR
A2D9F626A9A64624_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A2DBA63E10A946DD_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
A2F7C5D81F402C4F_## = Melaju, ke dunia baru!
A30DCD6E58CC8493_## = Tidur
A32375370DB105A1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A33419BABFC8EE47_## = Tee dan Mee menjalani kehidupan yang bebas sebelum mereka
menjadi ksatria. Tidak peduli seberapa dekat perang sampai ke tanah Afata, Mee yang
pintar akan selalu berkata, ""Langit tidak akan pernah menimpaku!"" Sementara itu,
yang Tee pedulikan hanyalah memuaskan dirinya.\n\nSayangnya, hari-hari baik akan
segera berakhir. Menjadi lebih sulit untuk menemukan makanan. Semua sumber daya dari
hutan disalurkan ke dalam perang. Kakak beradik itu harus membersihkan medan perang
dengan imbalan makanan dan berbagai kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, Mee tidak
pernah membiarkan kesempatan hilang begitu saja. "Siapa Cepat, Dia Dapat!"
Katanya.\n\nKetika manusia dan Veda bergabung dalam peperangan, TeeMee mulai menemukan
barang-barang asing, yang paling berharga diantaranya berupa baju besi seorang
kesatria. Cukup besar untuk kedua saudara laki-laki itu dan diukir dengan simbol Veda
yang bermakna "kebangkitan". Mahakarya itu dibuat oleh Max the Wunderkind. Menyisir
(dan memulung) di medan perang mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan terlibat
langsung dalam bahaya peperangan, tapi tetaplah penuh bahaya. Meski demikian, mereka
tidak pernah membayangkan bahwa baju zirah ini mampu menyelamatkan nyawa
mereka.\n\nSuatu hari, di tengah pertempuran, tentara Lokheim tetiba mundur. Setelah
tentara lawan menarik tentara mereka dari medan perang, mereka mengutus satu regu
untuk menyisir medan perang, TeeMee ada di antara mereka. Pada saat itulah tentara
Lokheim kembali. Dipaksa terlibat dalam pertempuran, Mee menggunakan semua akal untuk
membimbing Tee dan sekutu mereka di medan perang, membawa mereka untuk melawan dari
tempat yang lebih tinggi.\n\nDan Tee, dihadapkan pada ancaman kematian, menjadi
semakin fokus dan tekun. Dia mengikuti setiap perintah Mee dan bahkan menempatkan
dirinya di antara sekutu dan bahaya. Dengan pertahanan yang luar biasa dari armor dan
kekuatan dari simbol di baju zirah, TeeMee menahan tentara Lokheim sampai pasukan
mereka kembali dan mulai menghancurkan musuh mereka.\n\nSetelah pertempuran, dua
bersaudara ini mendapatkan pujian dan ucapan terima kasih, dan ini memberi mereka
kebanggaan tersendiri. "Ini terasa cukup bagus, ya?" Mee dengan hati-hati berucap.
"Aku menyukai ini!" Tee menjawab dengan tegas. Dan akhirnya tersebarlah kisah TeeMee
yang bertempur di garis depan. Dua bersaudara dikenal atas sikap konyol dan jenaka
mereka, namun sikap keteguhan dan keberanian mereka lah yang membuat mereka
mendapatkan rasa hormat dari berbagai pihak.\n\n"Kita akan membuat jalan kejayaan kita
sendiri!" Mee berseru.\n\n""Demi kejayaan!"" Tee bergema. "
A33FCCBD0D7CCD73_## = "Keadilan adalah hal terpenting dalam perdagangan!"\n\nSlimz
beroperasi di daratan diantara Castle of Inception dan Forest of Shadows. Seperti
pedagang lainnya, dia sangat percaya prinsip "keadilan". Ketika kesepakatan telah
tercapai, Slimz mendemonstrasikan "keadilan" ini dengan membuat rekan bisnisnya
"kering".\n\nDi bawah penyamaran sebagai pedagang sukses, Slimz akhirnya dapat
menguasai seluruh transaksi di perbatasan dan menjadi pengatur dunia abu-abu. Setelah
perang meletus, Slimz melihat peluang bisnis dan mengajak spesialis senjata Moren
untuk membangun Castle of Alchemy di perbatasan. Kastil ini berfungsi sebagai suplai
tak terbatas dari senjata dan perlengkapan untuk orang, Beast, atau siapapun yang
sanggup membayar harganya. Lagipula, Slimz adalah pedagang dan dia netral di
peperangan.\n\nBisnis melejit dan Slimz mengumpulkan kekayaan yang sangat besar, namun
peperangan semakin meluas. Untuk melindungi harta dan bisnisnya, Slimz berencana untuk
membangun pasukan sendiri yang terdiri dari binatang buas, manusia, dan boneka
Alchemy. Sayangnya, Preyta, komandan tertinggi dari The Fallen, merupakan yang pertama
mengincar hartanya. Slimz bertarung mati-matian dan bahkan meminta dukungan Omega,
tetapi dia tidak dapat menyelamatkan Castle Alchemy dari takdir buruk yang akan
menimpanya. Hartanya, yang dia kumpulkan susah payah, hilang begitu saja.\n\nKeinginan
untuk memperoleh kembali harta dan status membuat Slimz kembali ke Forest of Shadows
dan membuat kesepakatan baru dengan Tel'Annas, the Queen of Spirits: Kesepakatan ini
menyatakan bahwa sang ratu akan menggerakkan kekuatan untuk mengambil kembali Kastil
Alchemy, sedangkan Slimz tetap bertahan di Forest of Shadows dan melindungi hutan,
menggantikan posisi sang ratu untuk sementara.\n\n"Hutangmu harus dibayar suatu saat
nanti!"
A378C9CF5B82E043_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
A37C03D5176CF4EA_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A3A59F33690F6D4C_## = "Tak mengherankan...tubuhnya terlalu lemah untuk
bertransformasi."\n"Umurnya tinggal sebulan...menyedihkan..."\n\nVeera belum tertidur
lelap. Suara dari sebelah memang pelan, namun dia bisa mendengarnya dengan jelas. Dia
membuka mata dan tersenyum getir. Ditinggalkan para dewa, dia mengikuti Volkath ke
Abyss, hanya untuk menerima kenyataan bahwa dirinya ditolak kaum iblis.Dia berdiri dan
dengan langkah kikuk mendekati cermin. Dia menanggalkan pakaian dan melihat cerminan
dirinya, yang terlihat adalah kulit pucat membungkus tulang, seolah menunggu panggilan
kematian yang bisa datang kapan saja. Dia menekan rusuk yang menonjol, dan tak lama
muncul lebam berwarna hitam tinta.\nDia tak mempermasalahkan rupa buruknya, namun yang
dia benci adalah kerapuhan raganya, kutukan yang mengacaukan hidupnya.\nAkhir-akhir
ini, Hall terasa sunyi. Pasukan Maloch pasti sudah beranjak. Dia pernah coba membantu,
menawarkan siasat dan rencana terperinci pada Maloch, namun dia mengembalikannya
dengan ekspresi tak nyaman.\nVeera memahaminya. Dia belum pernah melihat arena
pertempuran yang sesungguhnya. Rencana yang dibuatnya disusun berdasarkan situasi yang
ideal, tak praktis dan tak mendekati situasi sebenarnya di lapangan.Veera mengenakan
jubah dan berjalan keluar istana. Dua pelayan berusaha menghentikannya, namun urung
melakukannya saat melihat air mata di wajah Veera. Mereka nampak mengasihaninya, dan
dia membenci tatapan itu.\nVeera berjalan semakin cepat, hingga akhirnya berlari. Dia
terus berlari, tanpa tujuan atau kesadaran, hingga bajunya compang camping dan dia tak
sanggup berlari lagi. Dia terjatuh lemas, menatap bulan di langit, dan menangis hingga
air matanya kering.\nYang dia inginkan hanyalah bertarung bersama rekannya.Saat dia
lelah menangis, Veera pun tertidur. Sinar bulan yang dingin menyinarinya, dan kulit
pucatnya pun nyaris terlihat transparan.\nLalu, titik-titik cahaya ungu kecil
bermunculan, mengelilinginya seolah mencermatinya dengan rasa penasaran, dan merasuki
tubuhnya. Lalu cahaya sejenis pun mulai semakin banyak dan berkumpul di sekeliling
Veera yang terlelap, mereka melayang bersemangat dan merasukinya satu per satu. Di
satu waktu mereka tampak saling berkomunikasi, di waktu lain mereka nampak diam seolah
bersemedi.Veera membuka matanya. Ada yang terasa berbeda. Dia menoleh ke bawah dan
merasa sehat dan segar, dan dia merasakan kekuatan yang berlum pernah
dirasakannya.\nDia berdiri dan sadar bahwa dirinya sedang berada di tengah padang
tulang. Tengkorak monster yang ada di sana hanya tergeletak diam, dengan mata yang
seolah menatapi Veera, raungan angin malam menggema di sekeliling tulang belulang
itu.\nVeera pernah mempelajari sebuah legenda kuno saat masih bersama Veda, dan
legenda itu berkaitan dengan tulang belulang Maniara, Primal Night. Dia menoleh ke
arah tengkorak di ketinggian, yang separuh terkubur pasir. Jantungnya berdegup dan dia
kehilangan kata-kata. Yang dia bisa lakukan adalah berlutut dan menundukkan badan di
hadapan makhluk yang memberkatinya itu, dan saat melakukannya, dia mendengar bisikan
suara kuno."Aku akan memberkahimu dengan kebugaran yang belum pernah kau rasakan, dan
kekuatan yang belum pernah kau miliki. Sebagai gantinya, kau harus mewujudkan
permintaanku."\n"Apa permintaanmu?"\nHanya keheningan yang menyahut Veera. Hembusan
angin membawa abu putih ke udara, debu-debu berkilauan melayang di bawah sinar
rembulan, dan semuanya terasa sunyi, seolah tak ada yang terjadi.\n\n-Selesai-
A3B4F77B5869A1FC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A3BB9F4BB4A93952_## = 62 MAR
A3C0C77B5D49D91A_## = Errol si Kikuk
A3C19DBFCBC63F3A_## = Seine Peninsula
A3FC39699A5190CC_## = Biografi Brunhilda
A414EF1C1F143F5A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A4234AC0F8C153AE_## = Demon Hunter
A461182AE7FEE525_## = Veera
A4627929641B52B4_## = Butterfly
A4948875B091BD0F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A494F5DD43D2CF31_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
A4BF80AE40FBF30F_## = Pernah memberi pelajaran keras pada Valhein.
A4BF9BCE9ECE3EA1_## = "Dia terlahir karena lagu, di dunia, dan di surga."\n\nDi malam
yang sunyi, suara lantunan lagu mengalun di hadapan api unggun yang bergemercik,
melayang ke langit malam tempat para bintang bersinar. Sesosok elf berambut putih dan
bermata hijau duduk di hadapan api unggun, menggenggam kecapi di lengannya dan
melantunkan 'Birth of the Queen'. Bangsa elf di Athanor terbilang penuh teka-teki.
Kerupawanan, misteri, dan sihir jadi inspirasi terciptanya lagu dan legenda, dan sepak
terjang Sang Ratu, Tel'Annas, yang menaklukkan Volkath, Sang Raja Kegelapan dengan
satu panah, tersebar ke penjuru negeri. \n\nNamun, hanya segelintir orang yang pernah
berjumpa elf, karena mereka tinggal di Hutan Elborne yang sunyi dan terpencil, jauh
dari jamah dunia. Oleh karenanya, karavan yang berjumpa Eland'orr, menyambut dan
menjamu tamu kehormatan, berkuping runcing mereka, dengan anggur kualitas tinggi dan
roti bertaburkan rempah. Ini mengingat kisah para petualang yang menyebutkan bahwa elf
tak mengkonsumsi makanan yang bersumber dari hewan, baik daging ataupun
susu.\nEland'orr telah berjalan selama tiga hari dan tiga malam hanya mengandalkan
air, nihil tanpa makanan. Bangsa elf merupakan berisikan insan yang dikaruniai alam,
makmur oleh buah-buahan bumi, hal yang tak dimiliki Federation, yang kaya akan sumber
daya mineral namun miskin akan lahan subur yang ada di kampung halaman para elf. Tak
aneh bagi Eland'orr untuk kelaparan selama berhari-hari.\n\nNamun, hal itu tak terjadi
hari ini, dan sebagai balas budi atas kedermawanan tuan rumah, Eland'orr
mempersembahkan lagu yang terkenal untuk mereka, 'Birth of the Queen'. Seraya lagunya
mengisi udara malam bersama petikan kecapinya, mereka yang mendengarkannya pun seakan
terbebas dari rasa lelah, dan diselimuti ketenangan.\nAkhirnya, hari pun berganti dan
para pedagang kembali ke tendanya. Yang tersisa hanya Eland'orr bersama api unggun,
dengan pikiran kosong meraba permukaan lampu wasiat yang aneh. "Terima kasih." Lamunan
Eland'orr pecah oleh ucapan seseorang. Salah satu tentara bayaran penjaga karavan
memunculkan diri dari kegelapan. Eland'orr menengadah kebingungan seraya sang tentara
lanjut berkata.\n\n"Lantunanmu merdu sekali. Lebih merdu dari semua penyair yang
pernah kutemui. Bahkan rasa gundah pun seakan sirna berkat nyanyianmu."\n"Terima
kasih. Saya senang karena sudah jadi misiku untuk membawa kedamaian dan kebahagiaan
pada semua."\n"Ya," sahut sang tentara, berhenti di depan perapian. "Namun ada sesuatu
di matamu yang tak disiratkan oleh lagumu.Aku merasakan kesepian,dan
kesedihan."\n"Benarkah?" jawab Eland'orr spontan. \n"Maukah kau bercerita tentang
dirimu sendiri? Jangan tersinggung,tapi ini sudah jadi tugasku." Tangan tentara itu
bersiaga di sarung pedangnya,dan bagian bawah tubuhnya nampak tenang,namun kuat. Dia
siap menarik pedangnya kapan saja. "Aku mencium sesuatu yang tak asing darimu…lebih
tepatnya,dari lampu itu.Aroma ilmu terlarang."\n"Tenanglah, Demon Hunter.Aku tak
bermaksud jahat." Mengabaikan raut muka terkejut sang tentara,Eland'orr memberi
isyarat untuk duduk. "Aku telah mendengar tentangmu dan kawan-kawanmu dari petualang
lain.Tak perlu menghiraukan rekan perjalananku. Mereka bisa menahan diri. Kau pun
tentu sadar bahwa kekuatan jahat bisa digunakan untuk berbuat baik."\n"Maaf,aku tak
bisa mempercayaimu hingga kau memberi tahu tantang lampu itu." Sang tentara tetap
bersiaga.\n"Kalau begitu biarkan aku menyanyikan lagu lain untukmu,ciptaanku
sendiri,yang belum pernah kuperdengarkan." Ujung mulut Eland'orr bergerak,dan dia
mulai bernyanyi:\n\n'Saat sang panah menusuk sang iblis,\nSaat sang bayangan
menggenggam tangannya.\nSang bunga pun layu, bumi pun beku.\nTak terikat pada
kehidupan atau kematian,\nCahaya jiwa pun bersemayam di lampu itu.' \n\n'Penebusan
Sang Pengelana' mengisahkan cerita perubahan yang menyelimuti hutan setelah peristiwa
Invasi Pertama. Tel'Annas dan penjaga lain ternodai oleh energi kegelapan,yang
disucikan oleh Soul Lamp. Namun Soul Lamp tersebut rusak akibat rasa penasaran sang
Pengelana,yang mengakibatkan tersebarnya energi kegelapan mematikan ke penjuru hutan
dan mengakibatkan kematian yang tak terhitung jumlahnya, termasuk keluarga dan kawan
sang Pengelana.Sang Ratu pun tertidur lelap,dan akibat ulahnya,Sang Pengelana pun
dipenjara selama berabad-abad. "Jadi… kaulah Pengelana yang ada di lagu itu?" Sang
tentara duduk di samping Eland'orr,meletakkan pedangnya di atas tanah.\n\n"Ya. Selama
ratusan tahun,aku duduk sendiri,memperhatikan Soul Lamp siang dan malam.Kurasa, ini
adalah balasan atas dosa yang kuperbuat.Namun kemudian aku mulai merasakannya - sebuah
detak,sebuah getaran kecil yang muncul dari Soul Lamp, yang hanya berasal dari arwah-
arwah yang bersemayam di lampu ini.Lalu, aku pun tersadar bahwa mereka belum
sepenuhnya mati, namun hidup di lampu dengan cara sendiri." Eland'orr meletakkan
tangannya di lampu,dan sesaat, cahaya lampu itu berkedip seolah menyahut perkataannya.
"Lihat."\n"Tapi apa hubungannya dengan yang sedang kau lakukan sekarang? Hanya
pertanyaan iseng - tak perlu dijawab jika kau tak berkenan." "Saat dibebaskan dari
penjara,para tetua memberitahuku bahwa kekuatan Soul Lamp berasal dari arwah yang
mendambakan cahaya. Oleh karenanya, aku mendatangi tanah manusia, untuk menyebarkan
kebahagiaan serta membawa keselamatan pada arwah-arwah ini." \n\n"Aku mengerti.
Baiklah, semoga perjalananmu lancar dan aman, elf." Sang tentara berdiri.\n"Terima
kasih, Richter." Eland'orr tersenyum melihat tampan terkejut lelaki itu. "Aku dengar
mereka memanggilmu dengan nama itu. Tak apa kupanggil dengan nama itu?"\nRichter
mengedipkan mata beberapa kali sebelum menjawab. "Tentu, aku tak
keberatan."\n"Eland'orr." senyum sang elf. "Jangan dengarkan kabar burung yang
beredar. Tak sulit untuk mengakrabkan diri dengan kami.†Richter mengangkat bahu
dengan tenang. "Mungkin kau benar. Setidaknya, lebih baik berteman daripada
bermusuhan."\n"Aku kenal tatapan di matamu itu, Richter," kata Eland'orr. "Rasa sepi
dan sedih - rasanya sangat tak asing bagiku. Darah yang mengalir di nadi kita memang
berbeda, namun sesungguhnya, kita bersaudara, kau dan aku."\n"Saudara,ya…saat
kegelapan mulai menampakkan diri, siapkah kau bertarung bersamaku, layaknya
saudara?"\n"Tentu saja.Kegelapan adalah musuhku, sama seperti dirimu." Eland'orr
mengulurkan tangannya, dan Richter pun menyambutnya. Keduanya bersalaman.\n\n"Alangkah
baiknya jika kita berpisah sebagai teman, dan berjumpa lagi sebagai teman."
A50DF05FA1919087_## = Biografi Lumburr
A51C673F386D8507_## = Mengapa Volkath berontak dari Veda?
A53C121403431487_## = Siapa kau? Dan siapa aku?
A554CC0F3314376D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama <col
or=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu tim</color>.
A56BC53DD3C9726E_## = Dulu jadi pangeran, sekarang jadi pelarian
A58CF234570B462C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
A5B10617E7D2F683_## = Mildar
A602A7482613D542_## = Musuh Besar di Gurun Pasir
A6C922DFFA69B97E_## = Biografi Astrid
A6DDAA22710784B7_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
A7194970ADC119F0_## = Kemujuran itu juga bentuk keahlian.
A71AC396089A53C0_## = Biografi Krixi
A7465B163AAB7A4D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A7738AC168A17C70_## = Omen
A816FB36BFE7968A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A8253B6DE94A0BFA_## = Apa pekerjaan Liliana?
A85087DD29EBBA79_## = 01 Apr
A88EC1DC937152BB_## = Usia senja dan penelitian melelahkan
A8DF15A50CFBCAB1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A8ECFD2F2952D669_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A8F9F1E34D7A1EBC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A8FF16B016902FAC_## = Kamar yang tiga bulan tak dibersihkan
A9295627E8F7D04A_## = Jangan mudah terguncang.
A94F57D56C4C764D_## = Nakroth
A959E8B4C89EA1B4_## = Bersiaplah untuk hangus terbakar!
A9625D1B703D9E46_## = D'Arcy yang dulunya sesosok anak yatim piatu tak bernama,
akhirnya memiliki nama dan masa depan berkat Lorion, yang menyadari bakat sihir luar
biasa yang ditunjukkan D'Arcy.\n\nTrio D'Arcy, Sephera dan Dirak dikenal sebagai yang
paling berbakat di generasi mereka, jauh melampaui sesama penyihir. Tak ayal banyak
yang membandingkan masing-masing dari mereka, namun sesungguhnya mereka justru
memiliki ikatan kuat, berkat sikap saling menghormati dan menghargai.\nKetiganya
bekerja sama dengan harapan bahwa mereka tak hanya sanggup memimpin usaha pencarian
penemuan baru, tetapi juga mewujudkan kerja sama antar penyihir pada umumnya. Tak
lama, mereka pun memiliki banyak pengikut, mulai dari penyihir pemula hingga penyihir
kalangan atas.Seraya makin mencuatnya beragam musibah yang yang disebabkan oleh ilmu
hitam, trio itu mulai membentuk perlawanan terhadap penelitian dan praktik yang
berkaitan dengan ilmu hitam. Setelah sebelumnya berkecimpung dalam penelitian ilmu
hitam untuk kemudian meninggalkannya, D'Arcy jadi sosok yang berdiri di barisan
terdepan dalam usaha perlawanan ini, yang membuatnya harus mengkhianati sang mentor,
Lorion, yang bersikeras tetap menggunakan ilmu hitam.\nKeduanya pernah bertarung dua
kali. Lorion unggul atas D'Arcy di pertarungan pertama, dimana setelahnya D'Arcy
menjelajahi dunia, menemukan kekuatan baru yang membuatnya mampu mengenyahkan ilmu
hitam - sihir dimensi.Setelah memulihkan diri, D'Arcy kembali bergabung bersama
pertarungan melawan ilmu hitam, mengasingkan Lorion dari Athanor di pertemuan ke-dua
dan menghancurkan perlawanan yang tersisa dari penyihir ilmu hitam. D'Arcy sendiri
terluka parah akibat pertarungan itu dan terhisap ke dalam jurang dimensi, menemukan
pecahan jiwa Volkath di dalamnya, dan berhasil pulang karenanya.\nPuluhan tahun
berlalu sebelum D'Arcy akhirnya kembali. Dirak dan Sephera telah membentuk Arcane
Council sebagai badan pengawas dan pembimbing bagi parah penyihir, dan sebagai bentuk
pertahanan menghadapi ancaman Lokheim yang semakin nyata.\nDengan bantuan teman-
temannya, D'Arcy memulai sebuah proyek yang menghabiskan waktu begitu lama, membangun
dinding sihir besar yang melingkupi satu benua, mementahkan serangan monster
Abyss.\n\nSang arsitek dan pelindung Dinding Besar, D'Arcy telah melindunginya selama
berabad-abad, tak beranjak satu langkah pun.
A9911BF0600F370B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A9B58054FBFB8992_## = Sunyi, begitu sunyi.\n\nEland'orr memandangi Soul Lamp rusak di
tangannya tanpa daya. Beberapa saat lalu, Timon dan Letor menantangnya untuk melepas
segel Lamp, sementara Janie yang ketakutan coba untuk mengambilnya dari tangannya. Apa
yang terjadi selanjutnya?\n\nCerdas dan berbakat, namun sembrono, kekanak-kanakan dan
terlalu percaya diri, Eland'orr membuat kesalahan yang tak bisa diperbaiki saat
menyelinap ke kuil saat para tetua sedang tak di tempat, mencuri Soul Lamp kuno dari
Elborne Woods. Terpicu oleh ilmu sihir tak seberapa dari sang pemuda, kekuatan
kegelapan yang ada di Soul Lamp merasuki hutan. Tumbuhan dan hewan yang bersentuhan
dengannya tak ayal harus mati. Tiupan terompet bergema di kejauhan, diiringi lagu Elf
bernada duka.\n\nTel'Annas, Ratu Kaum Elf, berhasil selamat dari kekuatan kegelapan
Soul Lamp, namun harus tertidur selama bertahun-tahun.\n\nKeheningan pun
menyambut.\n\nEland'orr memandangi satu-satunya jendela di penjaranya. Dia berusaha
untuk tetap terjaga, menghindari sosok teman-temannya yang bermunculan saat dirinya
menutup mata. Soul Lamp yang rusak tergeletak di sampingnya, yang kini hanya nampak
seperti seonggok besi, hampa akan kekuatan kegelapan.\n\nSebelum tertidur, Tel'Annas
memerintahkan untuk memenjarakan Eland'orr sebagai bentuk penebusan dosa. Mati rasanya
lebih menenangkan, pikir Eland'orr, yang harus melewatkan tahun ke tahun, untuk
merenungkan ulahnya. Lalu dia mendengar sesuatu."Eland'orr! Kau di sana,
Eland'orr?"\n\n"Hei, minggir, aku duluan! Eland'orr, bangun!"\n\nEland'orr tak bisa
mempercayai pendengarannya. Ada suara teman-temannya, yang seharusnya sudah lama mati.
Dia mendekati Lamp dan berbisik pelan, bingung apakah bertahun-tahun dalam kesendirian
akhirnya membuatnya gila.\n\n"Timon? Letor? Kalian...masih hidup?""Yah, setidaknya
hanya jasad kami yang mati. Tapi jiwa kami terperangkap dalam benda ini, dan ya ampun,
sempit sekali di sini. Janie masih marah atas ulahmu dan melarang kami berbicara
padamu, tapi kami tak tahan lagi -"\n\n"Kami butuh bantuanmu. Kau menangis?"\n\nBanyak
arwah yang terperangkap dalam Lamp, tempat di mana mereka dimanipulasi dan dibuat gila
oleh kekuatan kegelapannya. Siksaan itu mendorong teman-teman Eland'orr untuk meminta
bantuannya.\n\nAtas panduan Timor, Eland'orr meletakkan tangannya di Soul Lamp, dan
dengan perlahan mengalirkan kekuatan sihir ke dalamnya. Lamp mulai memancarkan cahaya
keemasan redup dan berkedip yang kelihatannya seperti bentuk komunikasi, namun
Eland'orr tak bisa memahami maksudnya.\n\nSatu tahun tanpa hasil berselang, lalu dua
tahun, hingga sepuluh tahun. Saat Eland'orr dan temannya hampir putus harapan,
datanglah sebuah malam dimana kupu-kupu emas muncul di atas Lamp, menyala seraya
Eland'orr mengisikan kekuatan sihir. Lalu timbul ledakan, yang nyaris menghancurkan
jeruji."Bagus! Kau berhasil. Sekarang mereka diam," kata Timor bersemangat. "Dengar,
kau baru saja mengikat kontrak dengan Soul Lamp. Mulai sekarang, di manapun kau
berada, kau hanya perlu memanggil Lamp untuk bertemu kami."\n\nEland'orr meletakkan
Lamp dan menjauhinya, merapal ulang mantera dalam hati, lalu seketika dirinya ada di
dekat Lamp.\n\n"Lihat kan?" kata Timor, "Percayalah, kami terperangkap di sini selama
ratusan tahun. Kami tahu cara kerjanya."\n\nKeesokan pagi, pintu jeruji Eland'orr
dibuka, dan sudah ada dua prajurit kerajaan yang menantinya.\n\nAkhirnya dia
bebas."Oh, matahari yang indah!" Eland'orr mendengar teriakan Timor saat melangkah ke
luar.\n\nKedua prajurit itu memberi tahu Eland'orr bahwa Tel'Annas memberi perintah
untuk membebaskannya saat secercah cahaya emas menggetarkan jerujinya. Dan Eland'orr
mulai memahami maksud sang ratu - selama beberapa generasi, kaum Elf memanfaatkan
arwah orang mati untuk mengendalikan kekuatan kegelapan, dengan menjebak arwah
tersebut dalam siksaan dan sakit yang abadi. Penebusan Eland'orr akan dianggap sebagai
penebusan seluruh kaumnya.\n\n"Sudikah kau memaafkanku, Janie?" bisik Eland'orr.
Semenjak mampu berkomunikasi dengan Soul Lamp, dia telah berbicara dengan banyak
arwah, termasuk pendahulu Elf dari generasi sebelumnya yang mengajarkan tentang
sejarah rakyatnya. Namun Janie tetap bungkam - dia sejak awal menentang ulah Eland'orr
yang mencuri Lamp, walau akhirnya tak bisa meninggalkannya karena rasa
khwatir.\n\nKeheningan tak berlangsung lama, saat ada suara dingin yang
muncul.\n\n"Aku tak akan memaafkanmu. Tapi aku tak membiarkanmu meninggalkan
kami."\n\nEland'orr tersenyum untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun
berlalu.\n\n"Baiklah."
A9B793F2DB815CD0_## = Mengunjungi kebun buah di waktu luang.
A9C7999BD06C7A58_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
A9D3644F40D8822E_## = 25 JUN
AA1254616CE1320C_## = The Smasher
AA4AA75FF0D7743F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AA84537B988BC798_## = Helios
AA85D141CC84F40C_## = Aku akan menurunkanmu dari tahtamu.
AB0BA9426FC54FCC_## = Chapter 4
AB1144D0BDD5D05A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AB166D5DDA292C11_## = Lingkaran dalam pemerintahan Lokheim.
AB1A8D37BF1E74FA_## = Kepala Suku
AB21D1B6557A035B_## = 145cm
AB29F16A0F676BD3_## = Yakinilah sang Cahaya, dan kau akan terselamatkan.
AB4EF21A0CF6A963_## = Kawan Hutan
AB54554E5B19079B_## = Aku akan memenggal kepala Azzen'Ka.
AB72CAE2B6EA406F_## = Volkath menolak pendekatan Ilumia, karena tak menyukai cara
liciknya. Namun dia memang menghormati kemampuannya, sebagai bentuk pengakuan bahwa
dia pernah meremehkannya.
AB86751F2244EC7D_## = Di belahan timur padang Gobi, para Pemburu, dipimpin oleh
Valhein, sudah menempuh perjalanan selama berminggu-minggu di wilayah musuh.\nPasukan
Sekutu, yang mengambil dua rute ke arah utara dan selatan, telah mengirim pasukan
utamanya ke baris depan dengan misi darurat untuk menumbangkan dua pasukan utama
musuh. Siasat yang disusun Thane, sang Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu, tak
diragukan lagi menjadi sosok yang mampu mengakhiri peperangan dengan cepat, namun itu
juga berarti bahwa saat Murad terjun, membawa kabar pada mereka yang menunggu di area
gurun di belahan timur, tak akan ada satu pasukan Sekutu pun yang tersisa yang mampu
membantunya.\nPada akhirnya, pihak Federation of the Free, Kingdom of Norman dan Dewan
harus mengutus prajurit yang membentuk legiun “Demon Hunter Baru†, yang akan
mengemban tugas mulia untuk menyingkirkan musuh baru. Alih-alih mengikuti jejak
pendahulu mereka yang tertuang di buku sejarah dan mengusir penjajah merepotkan di
baris belakang pasukan, tim yang fleksibel dan gesit ini ditakdirkan untuk langsung
terjun medan peperangan.\n“Kita sangat kalah jumlah dibandingkan musuh. Namun, kita
sanggup bergerak diam-diam sementara pihak musuh sama sekali tidak menyadari
keberadaan kita, dan ada banyak individu spesial dalam tim kita. Kita pasti akan
unggul jika kita mengambil inisiatif untuk menyerang, bukan bertahan,†Valhein,
Wakil Komandan dari Demon Hunter, menyampaikan perkiraannya mengenai laporan yang
diterimanya. Menurutnya, walaupun tim Demon Hunter memang terdiri dari individu
petarung kuat dengan peralatan memadai, namun mereka tetaplah bukan tim taktis biasa.
Jika mereka memang berencana untuk menusuk langsung ke dalam wilayah musuh dengan
perbekalan seadanya, maka peralatan yang terlalu canggih justru hanya menjadi
beban.\nSiasat yang diajukan Valhein didukung oleh semua rapat militer. Violet, bekas
Komandannya yang sekarang menjadi pengembara, pun mendukung gagasannya.\n“Jadi,
bocah laki-laki yang sembrono dan bermata melotot itu kini sudah jadi Komandan yang
sigap, ya?†celoteh Violet.\nMenyadari hanya seniornya saja yang tersisa di tenda,
Valhein akhirnya bisa menenangkan diri, menarik nafas lega dan mengusap pipinya.
Itulah caranya untuk melepas stres, dan Violet, rekan kerjanya sedari dulu, sudah tak
heran dengan kebiasaannya itu.\n“Memang sulit, ya? Untuk mempertahankan tim hebat
ini?†ujar Violet. Dia terdengar serius, dengan nada bicara yang lembut dan
menenangkan, seolah dia sedang menenangkan Valhein seraya bertanya pada dirinya
sendiri di saat yang sama.\n“Jalanku masih panjang sebelum bisa menjadi sosok
sehebat dirimu dan si pak tua.†Valhein tertawa kecil. “Dulu saat kau masih
memimpin, kau membimbing kami hingga menjadi pasukan terkuat di seluruh Federasi dan
bahkan masih menyempatkan diri untuk merawat kuku dan merias alismu. Bukannya, itu
lebih hebat?†\n“Oh diamlah. Kau sadar kalau kau tak akan bisa menggantikanku jika
aku tak mengundurkan diri kan.†Violet tertawa, sedikit menggoda
Valhein.\nMengabaikan komentarnya, Valhein melanjutkan. “Sebenarnya… Aku
ketakutan. Walaupun kalian semua menyetujui rencanaku, aku tetap khawatir. Wilayah
musuh begitu berbahaya, dan kita sama sekali tak memiliki bantuan tambahan. Jika ada
yang salah, kita bisa saja tewas. Aku tak takut mati, kau tentu tahu itu—Aku sudah
menulis surat wasiatku sendiri sejak aku bergabung dengan pasukan. Tapi aku tak ingin
timku, saudaraku, kehilangan nyawa karena keputusan yang aku buat… Mereka semua
sudah berkeluarga, kan? Tak seperti kita yang tak memiliki ikatan.†\n“Jangan
terlalu membebani dirimu sendiri. Kaulah Komandannya, tugas utamamu adalah untuk
memenangkan peperangan. Sementara untuk resiko dan pengorbanan yang harus
direlakan—kau sama sekali tak memegang kendali penuh atas semua itu, tak akan
pernah. Kau harus belajar menerima itu.†Violet berhenti, lalu melanjutkan. “Kau
sudah berusaha dengan baik sejak awal. Bahkan pak tua atau aku pun tak akan bisa
berbuat lebih baik.†\n“Terima kasih,†bisik Valhein. “Telah menghiburku. Dan
kembali untuk menolong kami.†\n“Dasar, bocah!†Violet menepuk belakang kepala
Valhein. “Aku di sini demi uang!†\nValhein mengangkat tangan kanannya dan memberi
hormat. Rasanya memang sesuatu yang perlu dilakukan.\nDia tahu bahwa Violet sebenarnya
datang bukan demi imbalan. Manusia memiliki jiwa, seperti halnya Legiun. Tak satupun
kesatria dari legiun Demon Hunter, pensiunan atau bukan, sanggup melupakan kejayaan
dan tanggung jawab yang datang bersama dengan jabatan tersebut. Di sanalah letak jiwa
legiun berada.\n“Kami tak beristirahat. Kami renggut nyawa Iblis yang mengancam
selamat.†\n“Kami bawa pisau. Kami cari mereka penghuni Abyss dan membuat hidup
mereka kacau.†\n“Kami percaya saudara kami. Bersama-sama, semua musuh kami
basmi.†\n“Kami tak takut mati. Dengarlah teriakan semangat ini!†\nPerlahan
mengucapkan ikrar Demon Hunter warisan pendahulu, Valhein menyelimuti dirinya dengan
kekuatan dan keberanian kaum manusia yang lemah dari ribuan tahun lalu, saat mereka
pertama kali berhadapan dengan teror berupa kaum Iblis.\n“Di mana ada kegelapan, di
sana kami bertarung!â€
AB9A268391F0A802_## = The Joker
AB9BFD5AF0052E7B_## = Dark Lord Reborn
AC0D37E7E1DA716C_## = Volkath dan Marja saling jatuh cinta sejak masih jadi murid
Edras, dan pengaruh Volkath lah yang mengubah Marja jadi dirinya saat ini. Volkath
begitu mempercayai Marja hingga mempercayakan bagian jiwanya pada sang kekasih.
AC7FE09CD8E851D2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
ACA08F829F6E918A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
ACB44467A126B63F_## = Biografi Lauriel
ACC6C0047EFB2E97_## = Liliana
ACDB7DB0A9C4FC8C_## = Terletak di barat daya Silverwing Castle, tempat ini jadi
lumbung pangan Kingdom of Okka. Suplai air bersih tak jadi masalah berkat lelehan
salju pegunungan sekitar.
ACDF49ED79789DFC_## = Bagi Enzo, Ilumia merupakan perwujudan cahaya, dan dia
mendedikasikan hidupnya demi Ilumia.
ACFD0764FD688907_## = 183cm
AD02C979D773BC80_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AD07974FA7901701_## = Bach
AD088A9B40A04FA5_## = Petir dan kilat ada dalam kendaliku.

AD18E80C7610BB9F_## = Amily
AD26FF341053E8E6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AD2770DDA35C31B6_## = Ilumia
AD2ACB1ADE063172_## = 15 AGU
AD2C3ED53233A158_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AD69AA5C84F1BF06_## = Kingdom of Norman
ADA897F933E9F6CA_## = Mengambil nama dari sesosok admiral asal Norman yang berjasa
dalam Perang Utara dan Selatan, Holff terletak berseberangan dengan selat dekat Castle
of Origin, antara Okka dan Federation of the Free, dan dijadikan pilar persekutuan
dengan Federation.
ADB3E8E71F44342D_## = Murad
ADCAE94ED54E25F0_## = Hanya ada satu yang pantas duduk di tahta tertinggi.
ADD07D295BE5F7D8_## = Verno Mountains
AE04D0602A04F4BE_## = Saat sekolah, dia selalu di belakang Volkath, hal yang
dibencinya.
AE10A5000B367683_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
AE1E0D0EDE7DA30B_## = Kingdom of Norman
AE345F71FF962535_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
AE7E9225409BE361_## =
AEA6E98A3DD7A3AF_## = At daybreak a caravan left the allied camp under a small escort
of about a hundred, carrying many wounded men.The forces of Okka and their allies
suffered many casualties in yesterday's battle. The dead were buried on the spot,
receiving their last rites from Klaus, Yorn summoning the holy light to grant their
souls safe passage. Those too badly injured to continue fighting left with the caravan
for Silverwing Castle."Our remaining forces number approximately 9300, of which just
under 2000 are cavalry.""The Forest Guardians bring word that they have eliminated a
Corrupted outpost with Templar assistance. The Templars are advancing into the hills
on foot, while the Forest Guardians are expected meet up with us at noon.""No news
from the Silverwing Order or Lord D'Arcy."Arthur strode back and forth around his
tent, rubbing his cheek with two fingers, as one report after another came in. This
was his habit when thinking, and he had plenty to think about.His forces were down to
about sixty percent of what he started with, which was worse than his already
pessimistic initial estimation.The silver lining was that their Forest Guardian allies
had emerged relatively unscathed - though they faced two Dark Behemoths, they were
able to score a decisive victory over the Shadow Worms under the leadership of the
famed yet reclusive elven queen, Tel'Annas."Lord Arthur!" Klaus called to Arthur from
outside the tent. "It's time to go.""Attention! Move!"...After a day of hard riding,
the Silverwing knights had entered the northern hills of Sunfall Valley. Compared to
the treacherous terrain of the south end, the smooth slopes in the north were far more
suitable for horses; indeed, Harold was confident that, under the command of an
experienced captain like himself, cavalry could be used to even more devastating
effect in these hills that on flat ground.The grizzled veteran had served in a royal
guard and instructed the young prince. He was one of the most respected soldiers in
the Kingdom of Okka, and was entrusted with two positions of immense responsibility -
Seneschal of the Order of Silverwing, and Captain of the Royal Guard.Though he
bristled at D'Arcy's advice yesterday, he found himself acting with more caution than
usual. Hunches were often the subconscious result of experience, and he was not so
foolish as to dismiss the hunch of the legendary mage out of hand. He slowed his mount
down and turned to his second-in-command."Hasn't Adrian come back yet?""Maybe he's
napping in a tree hole or something? Better put him in the rack when he gets back!"
The knights spoke more casually when their prince was not around at Harold's
insistence, and also because it suited their nature. This was not out of a lack of
respect, but rather a closely knit camaraderie."C - captain!" Suddenly a knight cried
out, pointing in horror. A red and dark flag flew against the wind on a hill in the
distance.To the common folk of Okka, it was a mere legend, a fairy tale. But the
knights of the Order of Silverwing knew well what it was, and what it
represented.Nakroth the Butcher and his Blood Knights, traitors to Okka who fell to
Lokheim. None shall live, where the blood banner flew.Deep in Sunfall Valley, D'Arcy,
Murad and Yena followed a path through the mountains so narrow that the could not walk
straight but had to hug the sheer cliff, and it was a long drop to the bottom if they
slipped."There's got to be a safer way," muttered Murad."You want to bring half of
Lokheim down on your head, go ahead, just don't do it anywhere near us," snapped Yena,
insofar as she could snap while keeping her voice down."It's all I can do to put up a
soft camouflage around us. Any magic more powerful than that, and they would be on us
in an instant," said D'Arcy apologetically. Sure enough, Murad's sharp eyes caught the
movement of demons in the dark valley below from time to time, and he knew D'Arcy was
right."What in the world are we going to find in the valley?"D'Arcy smiled grimly.
"Volkath, Lord of Darkness."The Forest Guardians reached the ancient battlefield
earlier than expected. There they found themselves facing a massive wall of flesh and
blood blocking the approach into the valley, made from the remains of abyssal beasts,
some of which were still alive when they were crushed into a pulp.D'Arcy would have
found the sight familiar. It was, in essence, a miniature version of the Great Wall of
Norman. For hundreds of years the Corrupted had been held at bay by D'Arcy's wall, and
in this case imitation was indeed the sincerest form of flattery.The Forest Guardians
camped outside the wall, but did not attempt an assault. For their part, the Corrupted
were content to sit behind their grotesque fortification, rather than sallying out to
meet the foe.While the Corrupted had their flesh wall, the Forest Guardians had
Y'bneth, who was virtually a mobile fortress unto himself. The Corrupted might have
the numbers to bring Y'bneth down, but at a cost so crippling that any victory would
be hollow.No, it was better to sit and wait for the enemy to come to them. After all,
their goal was not to destroy the Forest Guardians or the Okka-Veda allied forces, but
to ensure that Volkath's resurrection ceremony was not interrupted.The Corrupted
Legion was Lokheim's most powerful force, not because of their individual strength,
but because they were intelligent, capable of thinking beyond the immediate present
and making informed, thoughtful decisions.Time was on Lokheim's side. The Corrupted
were in no hurry to spill their own blood; all they needed to do was sit behind their
hastily constructed yet solid wall of flesh, and wait for the foe to dash themselves
upon the ramparts.Northern hills of Sunfall Valley.Dozens of riders had fallen in
battle, leaving their mounts riderless. Harold attempted to rally the Silverwing
knights, in disarray after the initial engagement with the Blood Knights, but the
enemy was faster, and the hastily reformed formation quickly broke again.He now knew
why the Blood Knights acquired their reputation for never losing a battle.
AEA9ECE9F3505EEB_## = 58 MAR
AED6DF1AF33F7CDD_## = Butterfly
AF00724D84968FC2_## = Keluarga
AF535456428E9050_## = "Engkaulah segalanya,\nAlpha dan Omega.\nMatahari, bulan dan
bintang tunduk padamu.\nNamamu dipuja sepanjang masa.\nEngkaulah sumber kebenaran,\ndi
atas semuanya."\nSelepas diucapkannya doa yang ditujukan pada Azzen'Ka, kuasa sang
raja iblis terasa menyelimuti reruntuhan Helios Empire, bersamaan dengan datangnya
badai pasir yang menghalangi sinar matahari. Diantara mereka yang bersuka cita, hanya
Yena yang tetap tenang dan tanpa ekspresi. Sang mata-mata fraksi Revolusioner sedang
menjalani tugas barunya sebagai pelayan kuil yang memanjatkan doa dan melakukan tarian
yang dijadikan persembahan bagi dewa mereka.\n\n"Yena?" Sesosok individu ramping
menghampiri Yena seraya dirinya hendak beranjak untuk berganti pakaian. Yena
memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan tak ada yang melihat, dan dengan segera
menarik sosok tersebut ke belakang pilar. Kerlap-kerlip sinar lilin mengungkap
identitas sosok tersebut, yaitu Heidi, pelayan Kuil, yang juga berasal dari fraksi
Revolusioner.\n"Ada apa?" bisik Yena.\n"Anu...saya...menemukan sesuatu...." Terbiasa
menerima perintah dibandingkan berbicara, Heidi berbicara terbata-bata.\n"Apa yang kau
temukan? Begitu pentingkah sehingga harus disampaikan sekarang juga?"\n"Sa...saya tak
yakin. Sa...saya tak tahu apa yang harus saya lakukan dengannya. Hanya nona yang bisa
saya ajak bicara." Gugup, Heidi mengeluarkan sebuah benda bagaikan batu yang bersinar
dari dalam sakunya.\n"Apa...Andura Shard? Di mana kau menemukannya?"\n"Di...di gudang
bawah tanah, Nona. Gudang bawah tanah kuil."\n"Gudang bawah tanah....mungkinkah..."
Yena bergumam.\n"Anu...nona Yena?"\n"Ya?"\n"Geng...genggamanmu terlalu kencang."\n"Oh!
Maafkan aku." Yena melepaskan lengan Heidi, yang digenggamnya terlalu kencang, dan
mengambil Shard itu darinya. "Akan kusimpan. Sekarang pergilah, dan jangan beri tahu
siapapun, mengerti? Jaga rahasia ini!"\n"Ba, baiklah nona, saya akan tutup mulut."
Mengangguk dengan sekuat tenaga, Heidi berbalik dan menghilang ke kegelapan,
meninggalkan berfikir Yena sendiri.\nSebagai Reformis didikan Kerajaan, Yena paham
betul signifikansi dari Shard ini. Ruang harta kerajaan dikosongkan saat kerajaan
ditumbangkan, namun fraksi Revolusioner tak menemukan dua hal penting - anggota
kerajaan yang selamat, dan Andura Shard. Anggota kerajaan yang selamat dapat
dimanfaatkan fraksi sebagai boneka yang mampu menyatukan rakyat biasa dan kaum
bangsawan. Sementara Andura Shard merupakan alat tukar kuat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan makanan dan senjata.\nSemasa kekuasaan Helios Empire, kaum elit kerajaan
menikmati kemewahan tanpa batas hasil ekspor Andura Shard, seraya memerintah dengan
tangan besi, memperlakukan rakyat biasa bagaikan budak.\nInilah alasan Yena bergabung
dengan fraksi Revolusioner, mengerahkan segala daya demi menggulingkan kekuasaan
kerajaan. Sekarang, pilihan yang lebih membingungkan terbentang di hadapannya –
tetap mencari anggota keluarga kerajaan dan Andura Shard yang menghilang, atau
melaporkan temuan ini pada pihak Kuil.\nNamun, masih ada yang jauh lebih membingungkan
dari pilihan itu, yaitu sebuah misteri – bagaimana caranya Heidi, seorang pelayan
biasa, mampu menemukan petunjuk yang begitu penting?\nMurni keberuntungan? Atau justru
perangkap?\nYena yakin bahwa Azzen'Ka, sang raja iblis, mengetahui tentang dirinya dan
Heidi. Pelatihan espionase mereka dikhususkan untuk menghadapi pihak Kuil dan pejabat
pemerintah, bukan raja iblis.\nAzzen'Ka tahu. Namun tak melakukan apa-apa. Mengapa?
Apakah dia tak menganggap mereka sebagai ancaman – atau dia menganggap mereka masih
berguna. Akhirnya, Yena pun menetapkan pilihannya.\n\nTujuh hari berselang, Yena
meninggalkan Kuil dengan misi baru. Mengembara menuju arah terbitnya matahari, dia
melintasi dataran padang Gobi yang luas, menuju tanah yang dulu dirusak oleh pasukan
iblis Abyss, namun kini telah menjadi surga rimbun yang ditumbuhi tumbuhan hijau dan
dialiri sungai. Di tempat itulah dia dapat bertemu dengan sang pangeran yang dalam
pengasingan bersama sepasang artefak yang kehilangan kekuatannya.\n"Bagus. Kau memang
cerdas – seperti yang kuharapkan." Azzen'Ka menyambut Yena dengan tawa yang bahkan
jarang terdengar oleh pelayan paling setia sekalipun. "Aku tak akan mempermasalahkan
aliansimu sebelumnya. Buktikan kemampuanmu, dan aku akan memberimu kejayaan di duniaku
nanti."\nMembungkuk dengan tangan yang diletakkan di dadanya, Yena tersenyum kecil,
yang ditutupi gerai rambutnya. "Tuanku Azzen'Ka, satu-satunya dewa, yang berkuasa atas
segalanya. Takdir dan nyawaku ada di tanganmu."\nYena mengambil resiko. Dan bayarannya
sepadan.\n"Pergilah! Datangi tempat yang tidak dinaungi cahaya suci itu, carilah
Murad, pangeran buronan itu, dan kembalikan artefak milik kerajaan!"\nYa, ada anggota
kerajaan yang selamat. Namun tempatnya bukan di penjara – melainkan jauh di
pengasingan, di luar daerah kekuasaan Azzen'Ka. Meskipun memiliki kekuatan besar,
kekuasaannya hanya melingkupi daerah gurun. Dia tetap memerlukan sosok yang bisa
diperintah, dan dia menemukannya dalam diri Yena.\n\nNamun Azzen'Ka tak mengetahui ini
– berkat pengamatan, pengawasan, dan penilaian yang cermat, Yena mampu mengetahui
dua kelemahan terbesarnya. Dia tak mempercayai pelayannya sepenuhnya, yang berasal
dari kerajaan, dan oleh karenanya dia memerlukan "orang luar" yang bersedia menuruti
perintahnya. Dia cemas akan kekuatan artefak yang dibawa kabur Murad, dan berhasrat
– bukan, sangat ingin – untuk memilikinya. Kemampuan analisa psikis Yena yang
tajam inilah yang menjadi alasan fraksi Revolusioner memilih untuk mengutusnya.\n"Kita
di sini bukan untuk menggulingkan raja." Yena masih ingat perkataan sang mentor saat
dia bergabung dengan Revolusioner. "Kita ada untuk mewujudkan dunia yang terbebas dari
rasa lapar atau dingin, dunia di mana semuanya bebas dan setara. Musuh kita adalah
mereka yang menekan dan memanfaatkan yang lebih lemah dari mereka. Tak boleh ada
celah, dan kompromi! Bertarunglah! Singkirkan mereka, dan buka jalan menuju masa depan
yang baru!"\nFraksi Revolusioner tak berencana untuk melengserkan Azzen'Ka. Namun
kerajaan iblis miliknya tetaplah jadi musuh mereka, sama halnya dengan kerajaan dulu.
Oleh karena itulah Yena menjadikannya sebagai musuh dirinya juga. Tak ada keraguan
dalam dirinya untuk mengakhiri garis keturunan kerajaan dengan tangannya sendiri,
namun selama kerajaan Azzen'Ka masih berdiri, dia masih memerlukan Murad dan
artefaknya.\n"Musuh dari musuhku tetaplah musuhku."
AF841E90BE2357F9_## = 22 MAR
AF8AE1B9E7F275E6_## = “Siapa yang berani menginjakkan kaki di tanah terlarang ini?â€
\nRauman naga yang memekakkan telinga disertai sosoknya yang menakutkan, membekukan
Hayate, bayangannya merayap layaknya ular di balik nyala lilin.\n\nRauman itu
menimbulkan lebih dari sekedar getaran di udara. Aksara kuno mulai bermunculan di
sekitar Hayate, berwarnakan putih menyala. Di saat itu juga, Hayate menyadari bahwa
rencana yang sudah disiapkan sepuluh tahun akan berakhir sia-sia.\nHayate merupakan
ninja dari Pulau Kabut. Semenjak dewasa, dia mengikuti ketua klannya, melindungi
gerbang laut menuju Gunung Orphean. Hanya sedikit yang mengetahui keberadaan mereka,
yang tentunya mempermudah usaha mereka untuk melindungi dunia dari
kegelapan.\n“Sudah terlalu banyak darah yang tumpah…†Seraya dia menyaksikan
cangkulan tanah yang mulai menutupi peti jenazah ketua sebelumnya, benih ketidakpuasan
mulai tumbuh di hati Hayate. Dia mulai meragukan tanggung jawab dan kewajiban yang
diwarisi dari generasi ke generasi oleh para tetua, dan bahkan dari Kuil Cahaya
sekalipun.\nBaginya, pakta yang dibuat antara Dragon dan Kuil tak terasa adil — para
ninja mewarisi darah dan kekuatan Naga demi melindungi kejayaan Kuil dengan nyawa
mereka, namun sama sekali tak menerima imbalan apapun — bahkan rasa hormat.\nSang
pelayan sudah muak dipandang sebelah mata oleh para dewa.\nSebagai pewaris darah Naga,
walau tak langsung, Hayate tahu seberapa besar kekuatan Kuil. Aliansi Kerajaan Manusia
yang sedang berlangsung, pihak Hutan Bayangan yang berjuang keras dalam peristiwa
Invasi Kegelapan — tak satupun dari mereka yang mampu menandingi makhluk Demigod
yang tinggal di gunung suci itu.\nIni bukanlah soal siapa yang kuat atau lemah, namun
soal kodrat. Cahaya merupakan salah satu Kekuatan Asli yang membentuk, membimbing dan
melindungi dunia sebelum para dewa menghilang. Kekuatan ini mewakili kehendak dunia,
hukum dunia, sebuah perjanjian yang mengikat penghuni Pulau Kabut dengan pihak
Kuil.\nKekuatan Asli hanya dapat dilawan oleh kekuatan yang setara. Hayate tak ayal
harus bersekutu dengan pihak musuh, Abyss — tujuannya adalah untuk memisahkan Pulau
Kabut dari Kuil, yang tentunya akan memperlemah pertahanan Kuil, yang sejalan dengan
kepentingan Abyss.\nBerbekal penguatan diri berkat ramuan voodoo buatan Mganga serta
sihir terlarang dari Abyss, Hayate berhasil melalui segel sihir yang menjaga kuil kuno
dan bergegas menuju Menara Naga tempat pakta disimpan. Sudah sepuluh tahun lamanya dia
menyaksikan dan menunggu seraya saudara seperjuangannya tewas di hadapannya, menunggu
peluang ini.\nSatu langkah lagi.\nHayate dengan hati-hati mendekati lingkar sihir yang
melindungi pakta. Dia membawa serta kuku iblis di sabuknya, yang dengan kekuatan
kegelapannya mampu memutus ikatan antara pakta dan Kuil. Namun, itu hanyalah langkah
akhir dari perjalanan yang penuh bahaya. Mengambil langkah total sebanyak seratus
langkah, Hayate harus menonaktifkan tiga puluh enam segel tersembunyi, masing-masing
dibuat sedemikian rupa untuk mendeteksi dan mengusir penyusup dengan cara
berbeda.\nHayate mampu menaklukkan semua hambatan dan tantangan memanfaatkan tipu daya
layaknya ninja yang cakap. Namun, ada satu celah dalam rencananya. Dia bukanlah
keturunan langsung dari darah Naga, yang menutupi ketidaksempurnaannya itu dengan
ramuan voodoo dan sihir terlarang untuk memasuki Menara Naga. Seraya dinonaktifkannya
segel terakhir, efek ramuan mulai menghilang, dan perubahan darah Hayate mulai memicu
amarah Sang Naga.\nPihak Kuil pun menyadari kehadiran Hayate saat mantera peringatan
menyala. Dalam sekejap, kuil itu dikelilingi ninja. Namun Hayate tak akan menyerah
semudah itu. Dia masih memiliki kuku iblis – satu-satunya peluang untuk membalikkan
keadaan.\nDengan ketetapan hati, Hayate bangkit, dan bahkan segel menara pun tak
sanggup menghalanginya. Rasa sakit yang menusuk telapak tangannya disertai kekuatan
kegelapan yang membara semakin melecut semangatnya.\n“Di malam ini, aku
mempersembahkan darahku atas nama kegelapan, hingga memecah dan memutus dan memencar
cahaya ke dalam ketiadaan.†\n\nMemfokuskan kegelapan di ujung jarinya, Hayate
menghunus pakta. Naga yang bersemayam di dalamnya berteriak seraya kegelapan menusuk
jiwanya.\nNamun, ada sebuah cahaya suci yang ditembakkan ke langit sebelum Hayate
mampu melancarkan sentuhan akhir. Xeniel turun dari langit dengan enam sayap yang
terbentang di punggungnya, berlapiskan zirah suci dan bersenjatakan palu.\nUsaha
terakhirnya digagalkan oleh kehadiran Xeniel yang tepat waktu, dan Hayate mampu
menyelamatkan diri berkat rencana yang dibuat Mganga jauh sebelum rencananya
dijalankan.\n“Jadi, kau sudah menduga bahwa aku akan gagal?†kata Hayate dengan
getir.\n“Berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk, sesederhana itu,â€
sahut Mganga.\n“Tapi kau tahu aku tak akan bergabung dengan kalian. Yang aku
inginkan hanyalah membebaskan Pulau Kabut dari perang yang menjelang. Aku gagal
mendapatkan Darah Naga yang kujanjikan, selamanya… aku tak ada gunanya untuk kalian,
atau siapapun itu.†\n“Ratu memerintahkan untuk membawamu hidup-hidup. Bukan
wewenangku untuk mengungkapkan rencananya, tapi tak usah khawatir – sebotol air
mungkin tak ada artinya saat kau ada di sungai, namun keberadaannya sangat berharga
saat kau ada di gurun. Kau tak bisa menghakimi diri semudah itu.†\n“Baiklah…
jika Ratumu dapat membantuku mencapai tujuanku, maka bisa saja suatu saat aku bersedia
bersekutu dengannya… untuk saat ini, sekutuku hanyalah Pulau Kabut, saudara-
saudaraku, walaupun mereka menganggapku sebagai pengkhianat!†\n\nHayate menutup
matanya dan memulai meditasi rutinnnya. Dia tahu dia harus memulihkan kekuatan secepat
mungkin, demi menghadapi tantangan yang menghadang.\n“Butuh kegigihan besar untuk
mencapai tujuan besar.â€
AFC00475B49D72B1_## = 01 Mar
AFC8071FE0D5BD1E_## = Raja Kegelapan
AFC9E77A329CC7A4_## = Lokheim
AFCEF315780109DE_## = 11 AGU
AFD8DDF4148C2A04_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
AFD943091C10F6B9_## = Penguasa Lokheim, mantan bangsawan Norman
B01CB6446E82D2BE_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200>{1}/{2}</color>
B05B14608D8A0F51_## = "Kekuatan adalah segalanya."\n\nCurang dan jahat namun
berdedikasi dan bersemangat di saat bersamaan, Mganga tak merasa puas akan statusnya
sebagai salah satu penyihir yang paling kuat dan cerdik di seluruh dunia. Dia
senantiasa mencari kekuatan tertinggi, yang tak pernah ada sebelumnya. Dia pun mulai
berkeliling dunia, mempelajari ilmu sihir setiap ras yang dijumpa, demi mengungkap
jalan menuju kekuatan besar.\n\nUsahanya membuahkan hasil. Dari sebuah suku hutan
kuno, dia menemukan catatan penelitian sesosok penyihir agung, yang mendalami ilmu
sihir Voodoo. Sebagai bagian sihir kegelapan, sihir Voodoo sudah lama dilarang Veda,
dan menjadi sasaran persekusi Dewan Magister dan pemerintahan lokal.\n\nMganga lebih
mementingkan kekuasaan dibandingkan reputasi. Dia menyebar berita palsu yang
mengabarkan bahwa dia masih melanjutkan perjalanan, sementara dia sesungguhnya berdiam
di Moonlight Plains. Terletak di pertemuan sejumlah fraksi, Moonlight Plains dilalui
banyak pedagang – dan banyak individu mencurigakan. Tempat itu sempurna bagi Mganga
yang ingin menyembunyikan identitasnya dan mengumpulkan bahan penelitian.\n\nSeraya
penelitiannya berjalan, Mganga semakin sadar akan kurangnya kekuatan yang dia miliki,
walaupun dia sudah menguasai sihir Voodoo. Dan dia dengan mudahnya terbujuk tawaran
Veera – satu-satunya cara untuk menjadi lebih kuat adalah dengan bergabung dengan
Abyss.\n\nAtas perintah Veera, Mganga terus berbaur dengan manusia, melakukan
percobaan terlarang dan menciptakan penemuan menyeramkan, seraya melakukan aktivitas
espionase dan pembunuhan. Kelahiran Skud, tewasnya Luna, the Silver Moon Priestess –
menjadi karya Mganga, dan bukti bahwa dia telah tenggelam dalam Abyss.\n\nSudah
terlambat bagi Magister Council, saat mereka menyadari bahwa ada kesamaan identitas
antara penyihir liar yang sedang beraksi di garis depan dan sosok melegenda bernama
Mganga. Dia sudah lama menghilang. Namun dia meninggalkan pesan dinding yang membuat
para penyihir merinding.\n\n"Yang lemah tak kuasa tunduk pada kekuasaan. Hanya yang
kuatlah yang pantas menundukannya."
B05FB85B9CDC5BB7_## = Walau terlahir di klan yang kurang diperhitungkan, Hayate tak
butuh waktu lama untuk mengukuhkan statusnya sebagai ninja kelas atas. Semua ini
berkat bakat alami, kecerdasan, dan kegigihannya.\n\nSaat pelatihannya usai, dia
bergabung dengan para seniornya untuk melindungi gerbang laut Veda, sesuai yang
dititahkan Pact of Light, sebuah bentuk perjanjian antara Mist Island dan Temple of
Light. Namun, keraguan mulai menghinggapi dirinya saat dia menyaksikan rekan
seperjuangan dan keluarganya berguguran saat menjalankan tugas mereka, dan perasaan
ini pun akhirnya memuncak di kala kematian menghampiri Ketua terakhir. Hayate pun
menjalin komunikasi dengan Mganga dan Veera dari Lokheim, yang menawarkannya bantuan
untuk memutus kekangan Pakta.Dengan memanfaatkan kelengahan barisan pertahanan Mist
Island, Hayate menyelundup ke dalam kuil, namun akhirnya usahanya itu terbongkar
akibat mantera kuno yang melindungi kuil. Sementara itu, kekuatan iblis yang
digunakannya untuk memutus ikatan mulai menjerumuskan jiwa dan raganya ke
kegelapan.Kini dirinya jadi bagian Lokheim, dan Hayate pun bersembunyi, menghitung
hari hingga tiba waktu baginya untuk mengakhiri yang telah dia mulai, mengakhiri Pact
of Light dan memutus kekangan dari Mist Island.
B063C752C44D87DF_## = Boom! Headshot!
B06570E682346665_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B06E74DB7A2D1163_## = Kulihat banyaknya insan tersiksa,\nterkubur di balik lautan
pasir.\nNamun aku tak ragu lagi, melewati jalan terik ini;\nkarena telah kutemukan
kekuatanku.
B083D180B4F9CC03_## = 186cm
B09F7F2C5320CEC8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B0A0363F8CB47E6D_## = "That's enough, Yorn!" Arthur grabbed Yorn's arm as the latter
was about to leave and go into battle again."Who's going to stop them then?" Yorn
showed no anger or passion, but simply pointed at the mountainous Dark Behemoth."We
retreat. Now!" Arthur tightened his grip, but Yorn simply shook his head. "We can't.
You know as well as I do that any retreat will simply turn into an all-out
rout."Arthur was quiet, for he knew Yorn was right. The infantry had no hope of
outrunning the monstrosity, and turning their backs on it would be suicide.The
Templars had launched two attacks against the worms and suffered more than a hundred
casualties. Seeing this, Arthur ordered the Silverwing and the vassal knights into
battle as well, and while the Silverwing knights charged into the fray bravely, the
allied knights were slow and hesitant in their movement.With the Silverwing knights
struggling, Yorn gathered the Templars and charged again. But they suffered mightily
against the worm horde, which moved with uncanny coordination with the Dark Behemoth,
rapidly overrunning gaps that the monstrosity created before the knights could
reinforce them.At Arthur and Klaus' urging - though threats would be the more
appropriate word - the vassal knights finally advanced, providing cover as the injured
were pulled from the frontline. But with no cleric to heal them, how many would
survive the night? Veda had sent the bulk of its elite soldiers into this battle, yet
there was not a single Veda priest who could wield the lore of light and healing.
Klaus' answer when Arthur asked about this was that Lady Illumia had other plans, a
response that infuriated Arthur, but there was little that he could do about it."We
must stop this. We've taken too many losses." Unable to convince Yorn, Arthur turned
to Klaus, who was Veda's formal representative here, and who could call off the
campaign.But Klaus shook his head and asked, "My prince, what is war?" Arthur stood
mute, dumbfounded. Without waiting for an answer, Klaus continued,"To you, war is an
extension of politics, a tool in your struggles for power. Warriors are your assets,
and thus you are concerned about gain and loss. When your loss exceeds your expected
gain, and you go back to the negotiation table if your losses are expected to exceed
your gain."Not so us. For us, war is a matter unto death. Light and darkness cannot
coexist, and those who have seen true light like us cannot tolerate the existence of
darkness."I was human once, and I know the cowardice, fear and terror that every human
heart must inevitably be filled in the face of death, but still they take up their
swords, whether for rewards promised, for glory placed upon them, or for camaraderie.
But they have not seen true light, and thus cannot truly know the meaning of
determination."Arthur listened quietly, as Klaus issued a prayer for all to
hear."Trust in the Light, and the Light shall deliver you!"A golden arrow pierced the
Shadow Worm ranks. The Templars charged again. Though they did not wield the divine
arts that the priests did, their blessed swords and armor shone brightly and tore
through the black tide that surrounded them.Silverwing Castle sat high in the
mountains, and so Arthur had never seen a moth fly to a flame. But he was sure that if
he had seen one, it would be like the men before his eyes.Nay, they were not moths.
They were fireflies, working their hardest to illuminate the dark night with their
feeble light."The Light watches over all!""The Light watches over all!""The Light
watches over all!"Fearless cries echoed through the valley. Templars charged headlong
into the crowd of worms, oblivious to their own safety. Life evaporated among the
clash of light and darkness, returned to the world as pure energy.The Shadow Worm
horde may seem endless, but they were not so. With time and effort, even the legion
before them could be destroyed.The Forest Guardians had the benefit of Y'bneth's
protection, so they could stand their ground and repel the worm attacks, until a
single arrow from Tel'Annas' bow won the battle. The Okka and allied forces had no
such luxury, and without any priests among their ranks, the only way they could
maintain pressure was with sheer sacrifice.Their sacrifices were not in vain, however.
The Dark Behemoth began to visibly recoil, wavering from the damage it took. The
Silverwing knights took heart, and attacked with ever-increasing fervor."It is time,"
said Klaus. "Now to show your quality, my prince."As the heir to the Kingdom of Okka's
throne, Arthur and his twelve companions were blessed by the church and could wield
the power of the Holy Light. This was a challenge that he could not turn down."So be
it," said Arthur. "I did not leave Silverwing expecting to return."Klaus raised an
eyebrow.Thirteen champions of light stepped into the fray, and with their prince
personally joining the battle, the nobles could no longer hide in the rear in
safety.Feudal lords were powerful in the Kingdom of Okka, and even as prince and
marshal, Arthur's authority over the forces of the vassal lords was limited. This was
partly why most of the fighting in the last two battles were done by the Silverwing
knights, who answered only to the throne, and the fanatically brave Templars sent by
Veda, with the vassal forces fighting only in a supporting role.But it was different
now, with their prince personally joining the battle. There could be no greater
transgression of their feudal vow than to watch their lord go into danger while they
watched idly by. Their own subjects were watching."Charge!"Battle cries mixed with the
sound of clashing metal, and they were soon joined by charging hooves that shook the
earth. With the Silverwing and Templar cavalry away on their own mission, the vassal
forces supplied the only remaining cavalry.
B0C8BFF59DA3F359_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B0E48969724DF876_## = Saudara
B0E966EEF96C757A_## = Brunhilda
B0F37D6060B70F8E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B1112EF01F99537F_## = Chapter 14
B12A2D692D351693_## = Errol
B13BA0D826277051_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B16F21B59C423767_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B1A3106B18258041_## = Yorn dan Alice berteman. Yorn menceritakan seputar lika-liku
kehidupan orang dewasa pada Alice, sementara Alice seringkali berkonsultasi tentang
kehidupan anak muda.
B1AE7BDAB4EB2DF2_## = Amazon of Themyscira
B1C837E45E8C5DEE_## = Penguasa Feodal
B1D0A5C6398D2298_## = The Forgotten
B1D60A3884AD5F34_## = Great Wall of Norman
B1DAD96F5867A04F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B1EB6042D4BB053F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B205DF6217FBC528_## = Mimpi
B213672DAAFD6FFE_## = Volkath mengakui telah meremehkan Tel'Annas. Dia tak akan
mengulangi kesalahan yang sama.
B219ED24ED8619EC_## = Rakyat biasa penghuni Federation.
B226F41C613D0CCE_## = Biografi Xeniel
B276700404DD12BD_## = Pernah tersasar di kamar D'Arcy akibat salah mantera.
B27A366A5A05A1C0_## = Demon Hunter Generasi Pertama
B286B7CBC66C75AD_## = Kehidupan layaknya musim panas cerah.
B28BD45B714CAD80_## = Biografi Butterfly
B28F332264D0583D_## = Minum sampai ambruk
B2C0450C4D6C682E_## = Tanah kosong tak berpenghuni yang ada di sebelah barat
Silverwing Castle dan sebelah utara Moonlit Plains. Ada jalan bawah tanah yang
mengarah ke Abyss yang telah ditutup.
B2E2BC10E4375A0C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B2E861B89FF33649_## = "Di Khayangan, dia berdiri di samping tahta the Great Ones.
Lauriel melebarkan keenam sayapnya yang anggun dan mengudara."\n\nLauriel adalah
penjaga Temple of Light dan pemimpin spiritual para pengikut. Taat pada tugasnya, dia
terus berjaga di Kuil mengarahkan kekuatannya menghadapi kegelapan yang mendekat. Dia
dengan taat mematuhi perkataan the Great Ones dan karenanya dianugerahi kekuatan luar
biasa. Dia adalah utusan mereka, menyebarkan kebenaran pada para pengikut the Great
Ones yang menganggap dirinya sebagai perwujudan rasa Kasih dan Keadilan
mereka.\n\nKetulusan iman Lauriel memberinya kekuatan tak tertandingi dan, untuk
sesaat, memegang kendali atas kekuatan reinkarnasi. Selama periode itu, kebangkitan,
resureksi, dan panduan arwah saat melalui reinkarnasi berada dalam kendali Lauriel.
Kepakan sayapnya akan menghembuskan nafas kehidupan pada makhluk, sementara penutupan
sayapnya akan melempar kehidupan ke siklus yang menyengsarakan.\n\nSaat berperang
melawan pasukan The Fallen, para pengikut pernah menyaksikan Lauriel melebarkan
sayapnya dan menerjang pasukan musuh. Petir yang dia panggil berbelok dan membelah
pasukan iblis dalam sekali tebas. Pasukan yang dia pimpin pun tanpa gentar menjalankan
misi mereka melenyapkan pasukan The Fallen.\n\n"Aku akan meniup sangkakala penghakiman
di akhir jaman!"
B30AEA2635C16480_## = Sebuah arena perang kuno. Lembah ini dijadikan zona netral
antara Okka, Norman dan Hutan Verno, dan berbatasan dengan Daratan Moonlit. Terowongan
yang ada di bawah permukaan jadi gerbang menuju Abyss.
B30B09AB38F7DEC6_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
B30D18F5A89C9719_## = The Trustworthy
B3243FF58DB90A4E_## = Taara
B32B5805A579F5BB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B32F4A3DAADF6FAF_## = 70 MAR
B3395B71483FBBE0_## = Federation of the Free
B35B285396C1AD10_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B3712AFFFCB01D06_## = D'Arcy
B39385AE4294C7AA_## = Chapter 9
B3B345147132F026_## = Violet
B3DB97B501F995CD_## = Biografi Baldum
B423E3BD82DC786C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B429B98E835478A7_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
B453DBF22F1BE6E8_## = Guardian of the Glade
B4BBB5E98AF4297C_## = "Tiada obat semanjur senyum Eland'orr." - Krixi
B5019EBF06AD43DC_## = Arthur turned away and said no more. He mentally thanked D'Arcy
for bringing to his attention the unusual behavior of the Archons, or he could have
gone to his grave, oblivious to the end.And he prayed quietly, not to Ilumia but to
the cosmic powers, that D'Arcy might return soon and bring good news....A verdant
fortress faced off a grotesque wall, on that ancient field where these two sides once
faced off in that legendary battle.With Y'bneth at their center, the Forest Guardians
made camp some 200 yards from the Lokheim wall, creating a makeshift forest fortress.
Though they sent some warriors to reinforce the Okka forces, they were now joined by
Tel'Annas, and were if anything even stronger than they were.And so it was a strange
scene that Arthur found when he arrived - not bloodshed and carnage that he expected,
but an eerie quiet, the two sides painting a picture of inaction as they faced off in
a virtual staring match.Perplexed, Arthur rode into the Forest Guardian camp and saw
the renowned elven queen."Your reputation precedes you, but they do not do you
justice, my queen. Your eyes are truly like the morning star, which shine no less
brightly than the sun."Tel'Annas smiled. "Arthur of Okka...the name brings back many
memories. You share more than just your name with your ancestor."Hearing the queen
compare him to the founder of the kingdom, whose name he took after, Arthur answered
solemnly, "May I bring no dishonor to the name, in action and in thought."Only a few
knew of the friendship between Tel'Annas and the founder of the Kingdom of Okka.
Arthur was one of them, having read about them in the royal library. But the details
of the tales were lost to time, and Arthur never knew how his ancestor caught the eye
of the elven queen.Now, in Tel'Annas' presence, he could tell that the relationship
between the two was likely something more than just friendship."Ahem," Klaus
interrupted Arthur's thoughts. "We have matters to discuss." Okka was the foundation
of Veda's efforts to spread the faith among the human race, and Klaus was loathe to
allow the future king of Okka to become too closely tied to another faction."The
Corrupted have built their wall in imitation of the Great Wall of Norman, and imbued
it with their dark magic. A frontal assault will result in heavy casualties, so we
have been waiting for you to arrive," explained Tel'Annas.Arthur glanced at Klaus. The
priest nodded, and Arthur answered, "We will spearhead the assault. Whatever sorcery
they might have, the wall itself is makeshift, with no moats or towers. It can be
breached." He paused and continued, "We enjoy no individual advantage against the
Corrupted, and it would require great sacrifice to hold the breach. But with the
Forest Guardians' help, I believe we can break through in half a day.Tel'Annas looked
at Baldum, and the latter answered confidently, "No problem. I'll lead a team to hold
the beachhead." Then he glanced at the Okka forces and asked Toro, "Where are our 300
brothers? If I knew we were gonna meet up, I wouldn't have sent you to run all the way
there and back."Toro just huffed and gestured towards Arthur."We sent the Hoofed
warriors on a mission. They should meet up with us soon," answered Arthur, though he
was uneasy. It was his idea to send the Hoofed warriors to support Silverwing knights,
and it was also he who decided that Toro should stay behind, to avoid any conflict of
leadership with Harold. For obvious reasons, Toro was not exactly happy about
this.Baldum did not dig any deeper with Tel'Annas present, and led Toro away to
prepare for the upcoming battle....Deep in Sunfall Valley, D'Arcy, Murad and Yena
finally passed through the treacherous mountain trail, and were getting closer and
closer to the location of the ritual deep in the valley. Murad and Yena could see the
dark energy converging towards the center with their naked eyes.D'Arcy, obviously, saw
even more than the two of them. The dark shadow that he only caught a glimpse of in
Storm Valley was becoming more material, more complete than ever.He had volunteered to
go deep into the valley and seek an opportunity to sabotage the ritual. The unusual
behavior of the Archons had made him uneasy, but he understood that Arthur was bound
by his loyalty to Veda, and the only request he made to Arthur was for a diversion.To
Veda, D'Arcy's group was merely sent to support the Silverwing knights. Only he and
Arthur knew the immense importance and difficulty of his task.As for Murad and Yena,
they were not in D'Arcy's initial plans. But Murad had insisted on following after
hearing D'Arcy's explanation, and so did Yena. Arthur, too, agreed that D'Arcy's
mission had a better chance of succeeding with Murad and Yena's support. Murad had
earned everyone's respect with his dauntless attack on Preyta, and Yena had also
fought hard beside him."We approach the Rune," said D'Arcy, pointing to some crimson
lines on the ground."I'll be damned, these lines are thick," said Murad, then he
looked at Yena. "Say, do these work the same way as the lines on your shoulder? Did
Azzen'Ka leave those?"Yena shrugged. "Nothing to compare here.""I've heard of
Azzen'Ka's name when I was at the council," said D'Arcy.
B5125C8021A1B5A3_## = Dark Lord Reborn
B515EE8265606E22_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
B578F870A6D0F404_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B5B7BC79879FCB6A_## = Wukong
B5CDA7714F24BD7A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B62084E077E4A915_## = Biografi Enzo
B63CF1D1EE53DF43_## = The Water Ascendant
B6415855830D4E3F_## = Black Rock Redoubt
B648A5C79BB24D73_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B6498A0171C8E69A_## = Sekali pangeran tetaplah pangeran.
B64C7F5D9138F99B_## = "Siapa yang paling sableng?!"\n\nWiro dikenal sebagai "Hero
sableng". Ada yang menyukai keberaniannya namun ada juga yang membenci kesablengannya.
Yah, Wiro masa bodoh dengan hal itu. Dia hanya ingin menikmati hidup dan petualangan
dengan caranya sendiri. Ada terlalu banyak hal baru yang belum dijamah dan terlalu
banyak penjahat yang perlu dikalahkan di Athanor.\nWalaupun pembawaan Wiro seringkali
mengganggu mereka yang berniat jahat, namun hanya sedikit yang menganggap Wiro sebagai
musuh sesungguhnya, terutama para jendral yang memiliki pasukan. Mereka yang memiliki
kekuasaan paham bahwa sesungguhnya tak ada konflik di antara Wiro dan mereka, karena
dia adalah sesosok pendekar seorang diri yang tak mengincar kekuasaan atau kekayaan
layaknya mereka.\n\nWiro telah melalui banyak petualangan melegenda dan aksi heroiknya
menjadi kisah yang populer. Orang-orang mengagumi kebijakan,keberanian serta
kejenakaannya, namun mereka terkejut atas kenekatannya. Mengapa dia begitu menyukai
bahaya?\n\nBeberapa menganggap itu karena sikap Wiro yang berani, namun itu sama
sekali keliru: Raga Wiro mengandung dua jiwa berbeda. Saat lubang dimensi membesar,
Wiro yang berada di dunia berbeda merasakan perubahan di Athanor, jadi dia mengikuti
petunjuk dan bertemu dirinya yang lain di Athanor.\n\nKeduanya telah mempelajari ilmu
"212" dan jiwa mereka sudah saling bersahutan sejak saat mereka bertemu. Wiro yang
berada di Athanor sedang mencoba mencari cara untuk memperbaiki lubang dimensi,
sementara Wiro yang berasal dari dunia lain pun ingin menyelamatkan kampung halamannya
dari bahaya. Mereka membutuhkan kekuatan yang lebih besar!\n\nBerkat petunjuk
spiritual "212", mereka bersatu dan keduanyan pun menjadi satu.\n\nTentu saja, di mata
orang lain, hanya ada satu Wiro. Satu tubuh tak akan mampu menampung kekuatan dua
jiwa. Oleh karena itu, kekuatan yang berlebih akhirnya disalurkan ke kapak Wiro, yaitu
satu-satunya kapak naga geni yang mampu manmpung kekuatan sesungguhnya dari "212".
Kekuatan itu terbangkitkan saat nyawa Wiro dalam bahaya.\n\nLagipula, Wiro tak akan
bercanda saat berkata, "Mati satu, tumbuh yang lain!"\n
B689EB2C51162704_## = Hall of Judgment
B6955F5ADFCA21D3_## = Ormarr
B6B013134F4BEF42_## = Dunia diselubungi hutan kegelapan.\nAda yang jadi pemangsa, ada
yang jadi mangsa.\nKau ada di sisi mana?
B6CFFEC21521105C_## = Musuh Besar Cahaya
B6D5ED28CC517630_## = Silver Sword
B71C2402DB9154C4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color>
dengan <color=#ffd200>{0}</color> dan Hero berkaitan.
B739F70F14226271_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B752B5DA546C8A23_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B755216D9E672BE7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B760436E999E2268_## = Murad and Yena had come to the Great Wall because they had been
told that D'Arcy might be able to repair the artifact, a possibility that was
confirmed by Yena's revelation for Andura Stones attuned to Dimensional Magic were key
to repairing and perhaps reforging the artifact."Well, ah, we are here." A sudden
change seemed to have come over the visitors, which made Bubba slightly uneasy. But
they were in D'Arcy's domain, and surely nothing could escape the master mage's
attention, nor could anyone possibly try to cause trouble in this place. And so he
continued to lead the way towards the reception room, and knocked on the dark mahogany
doors.No response."Ah...these doors are pretty thick and sometimes you have to knock
harder that you usually would. Lord D'Arcy is sometimes so absorbed in his work, you
understand..." Bubba smiled and knocked a little harder and faster.Still no
response.Bubba frowned. He brought the guests to the reception room at D'Arcy's
instructions. Why was there no sign of any movement in the room? With brows furrowed,
Bubba lifted his hand and prepared to knock a third time."Hold on." Murad stopped
Bubba. His expression was solemn and alert, and the ancient blade that he had on his
belt was in his free hand. "There is strong magic coming from inside the room.
Dimensional Magic.""Wha - what are you doing?" Bubba gasped."What do you think I'm
supposed to be doing? Open the door, of course." Bubba did not even see Murad's blade.
All he saw was the thick mahogany door fall to the ground in pieces, leaving scattered
fragments and wood dust all over the floor.Walking into the room, Murad saw two sofas
and a tea table on top of a fine carpet, a cup of still-hot tea lying undisturbed on
the table. What he did not see was any sign of D'Arcy - or that of any living thing,
for that matter."Looks like Lord D'Arcy might have encountered some...inconveniences."
Still holding the Blade of Time, Murad could see a wisp of silver Rune in the air,
almost completely faded away. Murad turned around at Bubba, who had a bewildered
expression on his face, and Yena, who looked at him curiously with an eyebrow
raised.And he said, "Shall we give him some help?"
B7BA34F1D315B51C_## = Valhein
B7D144BD3FCBD4EF_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B7E3D5D835FBB8F8_## = Juara bertahan lomba makan Land of Dragons.
B7FF2A71E40B3AB1_## = Guru dan Murid
B87EC62A222D8325_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
B897A184C313BD00_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B8CC908E3393AA01_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B8E5F7FD7FAD3FF8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B911027CD9E8EC6D_## = The Tempest
B92649FEAACFBCE9_## = Silent Sea
B954AB6D181C182D_## = Menghimpun kekuatan petir
B98490C5CBED98A7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
B9AB4AA2AFFBD31F_## = "Matahari bukanlah satu-satunya sumber cahaya Holy Light.
Bintang di angkasa juga menyimpan kekuatan besar."\n\nAlice baru berumur 5 tahun saat
membaca kalimat itu, satu yang dianggapnya menarik dari sejumlah buku yang dipinjam
Yorn untuk dirinya. Dia menyukai salah satu karya Scunthor, yang mampu menyampaikan
pengetahuan yang begitu kaya melalui gaya penulisan yang sederhana dan lucu. Sejak
saat itu, dia mulai memohon pada Yorn untuk mencarikan karya Scunthor yang
lain.\n\nSaat itu, dia hanyalah sesosok manusia, gadis kecil yang tinggal di Mt.
Orphean, yang hanya tahu bahwa sihir itu kuat, dan hanya bisa digunakan segelintir
orang. Dia tidak menyadari besarnya nama Scunthor, ataupun ilmu dan kekuatan yang
tersembunyi di balik buku yang dibacanya itu. Dia mampu memahami cerita dan teks
biasa, dan mulai menjajal karya yang lebih rumit.\n\nMengapa orang biasa tak bisa
melihat Element?\nMengapa Sulfur meningkatkan kekuatan sihir api?\nMengapa 108
eksperimen Scunthor gagal memberi hasil yang diharapkan?\nMengapa dia begitu bahagia
saat membuktikan bahwa dirinya keliru?\n...Ada terlalu banyak hal yang tak diketahui
dan tak dipahami Alice. Untunglah, dia memiliki teman yang lebih dewasa, Yorn, yang
bisa menolongnya. Walaupun pengetahuan Yorn tentang sihir terbilang terbatas, dia
mampu memberi arahan dan petunjuk berdasarkan pengalamannya.\n\nNamun, semakin jauh
studinya, semakain sulit pula pertanyaan yang menghinggapi Alice. Akhirnya, Yorn pun
memperkenalkannya pada Ignis dan Jinna, yang mampu memberi pencerahan pada Alice
berkat pengetahuan mereka yang luas. Alice pun dapat mengidentifikasi inti
permasalahan dan memperluas imajinasinya, memahami dunia sihir dengan caranya sendiri.
Tanpa disadari, dia membuka pintu ke dunia baru.\n\nSeraya pengetahuannya akan dunia
bertambah, sisi magis dalam dirinya pun mulai bergesekan dengan raganya. Jiwanya
melaju ke tingkatan yang lebih tinggi, berkat Holy Light yang menyinari Mt. Orphean,
mengubah jiwa dan raganya. Dia melakukan studinya di malam hari, bukan hanya karena
dirinya harus mengikuti kelas dari pihak gereja di siang hari, namun juga karena
meditasi yang dilakukan Scunthor demi mempelajari bintang di langit.\n\nLalu di satu
malam, cahaya bintang kemerahan mencuat tertuju ke kaki bukit Mt. Orphean. Tak lama,
aura ungu muncul di atas kuil Veda, dan semua yang menyaksikannya pun terpaku, karena
itu adalah tanda dari Ilumia, keajaiban yang hanya ada pada dirinya.\n\nSejak saat
itulah, sesosok Maiden baru, terlahir di Veda, yang tak memiliki jabatan khusus,
dipanggil ke puncak Mt. Orphean, untuk mewakili para pengikut dalam melayani Ilumia.
B9ACA44DC373AE99_## = Ayahnya, Androl, merupakan penyokong terbesar St. Sephera's High
School.
B9B43F6A4BE5DB88_## = Elborne Lake
B9C1583B16BCBE80_## = {0} Life Steal <color=#ffd200> {1}/{2}</color>
B9DCCECF6D477A34_## = Keyakinan Maloch pada Volkath mutlak adanya, dan dia percaya
bahwa Volkath akan menuntun mereka menguasai seluruh Athanor.
BA1F571664FF142C_## = Biografi Murad
BA3BB9F7EB5F8BBC_## = Tak lama lagi bayangan akan bangkit, menutupi hari.\nBangkitlah
wahai pahlawan, lindungi dunia dari kegelapan.
BA4339E24AD117C8_## = Siapakah yang belum pernah menjalin asmara dengan Volkath?
BA4B0E7D1DEAF826_## = Akan berusaha keras demi temannya, walau tak diakuinya.
BA4F94940AB9F3BF_## = Zill merupakan bawahan Tel'Annas yang paling bisa dipercaya.
Pernah menolak tawaran jabatan dari Tel'Annas, Zill kembali ke sisi sang ratu saat dia
terjaga dari tidur panjangnya.
BA566054C83DB9F4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BA7CB7751FC221EC_## = Dragon's Bane
BA7D378F545FC809_## = Biografi Sephera
BA8687F7D5E89A26_## = 61 MAR
BAB08159AE194107_## = Violet
BAF4E77C5FEE4D12_## = Natalya
BAFD641BAA4F2BF5_## = The Deceiver
BB0652C0B75CFD4C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BB16A2C9A71698AC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BB3A334E7B5E94F9_## = Ayahnya menjalankan wajib militer
BB500D56E3F3277D_## = Yorn
BB56847541D80705_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BB852B1406D404A1_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
BBA002019B2168DF_## = Hanya segelintir orang yang pernah melihatnya tersenyum.
BBB289A74C019370_## = Tel'Annas
BBD15B544631CE68_## = D'Arcy
BBEC43FA73828534_## = Tulangnya sekeras baja dan ototnya setangguh bebatuan. Dia
gagah, berhati emas dan gesit, memiliki kekuatan setara dewa.\n\nSemua Centaur
terlahir sebagai kesatria, dan Baldum merupakan yang paling impresif. Dia merupakan
sosok legendaris dari era penuh kekacauan, tak hanya menjadi saksi atas awal dan akhir
peperangan antara Manusia dan Afata dan dua Invasi Kegelapan, namun juga tak pernah
henti melindungi semua makhluk hidup Moonlight Plains bersama Cosmic Totem
miliknya.\n\nCosmic Totem yang mistis, yang diketahui telah menjadi saksi semua
peristiwa akbar mulai dari kelahiran alam semesta, sebenarnya merupakan Andura Shard,
yang mengandung kekuatan waktu. Berkatnya, Baldum menerima kehidupan abadi, tak menua
atau dijauhkan dari kematian walaupun telah melewatkan banyak dekade. Namun, kekuatan
Totem hanya melindungi Baldum seorang—akibatnya, dialah yang harus terus menyaksikan
anggota klannya, pengikutnya, tiada dari dunia satu per satu dari tahun ke tahun,
sehingga hanya Baldum satu-satunya Centaur yang tersisa di Athanor.\n\nUntuk waktu
yang lama, banyak yang meyakini bahwa Baldum hanyalah sosok kuno yang diselimuti
mitos, dan bahkan kebanyakan penghuni Hutan Elborne tak yakin apakah Baldum masih
hidup atau tidak. Ini bertahan hingga Volkath, the Dark Lord, kembali bersama pasukan
Lokheimnya, yang membuat semuanya bisa melihat sosok Baldum dengan mata kepala mereka
sendiri. Dia memunggungi semuanya, namun melihat aksinya menerobos barisan pasukan
Lokheim sudah cukup untuk meningkatkan semangat semua anggota pasukan Afata, yang
mejalani hidup mereka bersama sosok sang kesatria agung yang terpatri dalam benak
mereka.\n\n"Setelah aku menguburkan kerabatku yang terakhir, aku berlari 12 kali
mengelilingi makam sesuai dengan adat klan kami. Nenek moyangku berkata bahwa dengan
menggetarkan tanah dengan tapak kaki kami, kami dapat membangunkan Ibu Pertiwi, yang
akan datang menjemput anaknya."\n\n"Selama hidupku, aku sudah menghadiri banyak
pemakaman—terlalu banyak, namun saat itulah yang membuatku paling kesepian. Tak ada
lagi anggota klan yang berlari bersamaku, tak ada lagi anggota klan yang menyanyikan
lagu penguburan bersamaku. Hanya siulan angin yang menemaniku. Itu, dan Cosmic Totem
di lenganku."\n\n"Itulah saat Old Oak membawakan hadiah dari Yggdrasil—satu ruas
dari akarnya. Aku menanamkannya di lahan pemakaman klanku, sebagai bentuk peringatan
atas pertarungan gigih yang mereka lakukan."\n\n"Old Oak memang terampil. Yang berawal
dari akar, sekarang menjadi Hutan Verno yang kita tahu."\n\nSetelah ebrbincang dengan
Baldum setelah pertarungan usai, orang-orang akhirnya mengetahui masa lalunya yang
tragis. "Old Oak" yang disebutnya, sebenarnya, merupakan Treefolk Kuno yang membuat
Hutan Verno jadi hidup. Dia tak hanya membawakan hadiah dari Yggdrasil, namun juga
permintaan: Baldum diminta untuk pergi menuju Glacial Wildlands di utara Moonlight
Plains dan menjaga Abyssal Fissure dekat kaki Gunung Orpheus yang suci.\n\nBegitulah
cara Baldum melewatkan ribuan tahun terakhir—seorang diri, di alam liar yang
terpencil, sepi dan tanpa teman. Di satu titik, dia hampir lupa bahwa dia pernah
menjadi kesatria. Dengan ingatan yang terkubur dalam, dia hanya duduk di sana,
mengenang jaman dulu dimana dia dan anggota klannya berlarian, tertawa, di bawah
matahari yang tenggelam. Namun, tak lama setelah Lokheim menunjukkan tanda aktivitas
abnormal dan bara api peperangan mendekati tanah kelahirannya, sang kesatria yang baru
lahir degan segera memulihkan insting bertarung yang sudah mengalir di
darahnya.\n\n"Hutan ini tumbuh berkat tanah yang tersuburkan oleh jasad dan darah
anggota klanku. Tiap bunga, tiap pohon, adalah anggota keluargaku. Selama aku masih
hidup dan bernafas, tak akan kubiarkan kalian para perusak menjejakkan kaki kalian!"
BC2ECD199D6986FD_## = Saat The Fallen menyerang, sekelompok pengikut setia Temple of
Light bersedia dijangkiti Poison Fang, sejenis parasit, untuk berubah menjadi kesatria
abadi yang melindungi tempat suci mereka dari The Fallen seraya membawa kutukan yang
abadi dan kejam. \n \nInang Poison Fang tak bisa dibunuh, dan parasit itu dapat
diwariskan ke keturunan mereka hingga banyak generasi. Oleh karena itu, Natalya,
keturunan dari para kesatria ini, juga dihinggapi parasit ini.\n \nSaat salah satu
kesatria kehilangan akal akibat kekuatan yang begitu besar, dia pun tumbang dan
kekuatannya diserap seluruh kesatria yang masih hidup. Untuk menghadapi ancaman dari
luar, pihak Kuil mengkarantina para kesatria untuk melahirkan inang-inang yang lebih
kuat.\n \nNatalya ternyata adalah penerus terbaik yang pernah ada di Kuil itu. Untuk
membuatnya senang, pihak Kuil bahkan mengirimkan utusan yang membawa banyak hadiah
untuk upacara kedewasaannya. Apa yang belum mereka tahu adalah bahwa Natalya sudah
lelah merasakan karantina yang memalukan ini dan tak ingin melihat keluarganya
kehilangan akal sehat.\n \n"Aku akan menanggung semua dosa!" Dia memusnahkan seluruh
penghuni Kuil dalam suatu upacara demi mengakhiri takdir mereka yang terkutuk.
Natalya, berdiri tinggi di kuil, menunjukkan tekad kuatnya untuk membebaskan diri dari
Kuil itu, karena dia sadar bahwa akar dari kutukan tersebut adalah Kuil yang
ambisius.\n \nNatalya menghilang di kegelapan dan mampu memisahkan diri dari Poison
Fang berkat kutukan dari sihir yang berasal dari aliran yang sama. Sebagai gantinya,
dia bersekutu dengan Veera. Ditemani Poison Fang yang dia kuasai sepenuhnya, Natalya
menggenggam kekuatan untuk menebar kehancuran.
BC3136C653945A9D_## = The Gentle Blade
BC575E91E2011F4B_## = Dark Lord Reborn
BC70E888A79F5ED6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BC7B1A934DDD3AAE_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
BC7CCE934554B4F2_## = Veda
BC8C4C9FB0B308BF_## = The Stalwart Twins
BC9D02D9601EFFCD_## = Iblis haus darah
BCD133DE80C1A45F_## = Bayar hutang ke Cod's Head Tavern
BCF42F3F1068614A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BD1E57962C69C14D_## = Memaksa Murad untuk mencari oase
BD92A5AC206201A9_## = 11 MAR
BDB9050496D6E9FB_## = Hall of Wisdom
BE014CD5FCBD2095_## = Dark Lord Reborn
BE066313DEAFE38E_## = Lukai Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
BE0C16969CBD04DB_## = Gildur
BE1DA95A679E1BC7_## = The Monkey King
BE5E414199D13C69_## = Meeting
BE7095EC91B20389_## = World Tree
BEAB2BD2701C077A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BEAB8E3479AE0670_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BEBF8A16782288E9_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
BEE937D358B616CB_## = Butterfly mengenakan gaun untuk pertama kalinya saat menemani
Astrid ke acara perjamuan bangsawan. Sikap lancang Florentino yang melihat dansanya
yang canggung saat mengenakan gaun membuat Butterfly ingin mengenyahkannya.
BEEFAE86145C18FD_## = Fall of the Dark Lord
BF03323FDF853E10_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BF03E58871CC19A3_## = The Trinity
BF10EC0970CE3936_## = Tak ingin berdansa lagi setelah menginjak kaki Astrid.
BF411A15C7F0EBA3_## = Iron Mountains
BF4B73C470356A54_## = Afata
BF604469DD261EA4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BF69C4748C99B9CB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
BF8EC58DD41F1D8B_## = Pertama kali Payna melihat sayap Lauriel, ia sedang dikejar oleh
Aleister. Aleister mengkhianati Bright Temple dan menginginkan Fountain of Light yang
berada di bawah kekuasaan Lauriel. Karena itulah bahan utama untuk percobaan sihirnya.
\n \nLauriel hampir kalah menghadapi serangan the Fallen dan menderita luka parah
sehingga tak ada pilihan lain selain melarikan diri ke Dark Forest. Di sinilah ia
bertemu dengan Payna, sang penjaga hutan, yang memberinya bantuan.\n \nTetapi, Payna
pun tidak mampu membendung kemampuan sihir Aleister. Untuk mencegah usaha Aleister,
Lauriel menyerahkan Fountain of Light pada Payna dan tetap tinggal agar Payna dapat
melarikan diri. Namun, Aleister sangatlah licik. Aleister tidak memberikan rasa
kasihan sedikitpun kepada mereka dan menghujani mereka dengan serangan petir yang
membuat mereka kewalahan. \n \n "Aku akan meminum ini untuk menggagalkan rencananya!"
Payna yang sudah lemah menggunakan seluruh kekuatannya untuk meminum Fountain of Light
dan energi cahaya yang terkandung di dalamnya menyebar ke seluruh tubuhnya. Bahkan,
ledakan kekuatan itu mengalir keluar dan memulihkan Lauriel dalam sekejap. Dengan
bantuan Payna, Lauriel memulihkan diri dan berhasil mengalahkan Aleister.\n \n Usai
semua itu, Lauriel mengundang Payna untuk bergabung dengan Temple of Light, namun dia
menolak dengan sopan. "Aku sudah bersumpah untuk melindungi Dark Forest, namun sahabat
dari Bright Temple akan selalu disambut dengan hangat di sini."
BF9824D49F8825A6_## = Baldum
BFA7EC314750AB34_## = Maelstrom
BFB5C01365B8D9DD_## = Murad
BFC8820B2716ACC1_## = Regu Violet diserang bandit gurun di Eastern Desert. Apa yang
akan dia lakukan?
BFE36DC6910689B3_## = 10 AGU
BFE408D6DE1C76CE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C00DAE8FEFF4EED0_## = Cacingku akan menyantap setiap jengkal tubuhmu.
C010D6D6EF46B7BD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C01F6D176C0821CD_## = Hukum alam yang dinodai energi Abyss membentuk Maelstrom, yang
menghubungkan jalan bawah tanah yang digunakan iblis Lokheim. Tempat ini jadi pondasi
utama angkatan laut Lokheim.
C02DC64CBAB8BF89_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C03DFC92ECF96AFC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
C08B51977CF9FFC7_## = Violet dan Valheim bertarung bersama Murad di gurun timur dan
mereka pun jadi teman baik.
C093897106111299_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C0A94FCA5626A669_## = Max
C0D48AEC5B24BEC8_## = Diao Chan
C0D8DF161C1022E6_## = Alice
C0FBE3FCA680F511_## = Veda
C142243B17545789_## = Night Ranger
C14F95FDC422CEF3_## = 28 AGU
C15C7DF6BCDB340C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C16C22C41725073F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C188DF714F3881C0_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C18E615AB69ACE70_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C1A9D89ABFB9676F_## = Ibu kota Kingdom of Okka, terletak di kaki Mt. Orphean. Inilah
kota manusia yang paling dekat dengan gunung suci, dan titik awal bagi para peziarah
Veda.
C1B6225EDADD0D6D_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C1B90606807CBB01_## = Yang lapar tak lagi kelaparan,\nyang dingin tak lagi
kedinginan,\nyang luka tak lagi terluka.\nApa yang kau cari, wahai pelindung Cahaya?
C1E97F1859A790C5_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C21E761B5EE164C8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C23DB701E6BA63BE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C244C3C796D28F79_## = Musuh Abyss
C24B856C81D7C1BB_## = Sang pelindung gerbang kuil, yang memancarkan sinar terang.
C26EE44C26BD349A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C27B3352E0EF55C6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
C27E9E45DB84A404_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C27ECA71A40FF664_## = Latihan Berburu
C298AECD49E1FEBB_## = Keajaiban dunia termegah dalam sejarah umat manusia, Dinding ini
melindungi perbatasan selatan Norman dari invasi Lokheim. Konon, pemandangan dari
puncaknya nampak memukau, tetapi warga biasa tak diperkenankan untuk mendatangi area
yang dijaga ketat ini.
C2BDD6BDB0BC8CCF_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
C2DC8D376A9CAE3E_## = Kingdom of Okka
C3265233F01163DC_## = Ikatan Jiwa
C327B69236DBB405_## = Yena
C33CB96B1B6685DB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C3B1556E39B8C7D9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C3CB8DDB84E45E31_## = Verno Forest
C42245EDE5C34F58_## = Encounter
C46ADA41DF2FDB51_## = Sephera
C48D1EB666BA2925_## = The Indomitable
C4994AA9675742B5_## = Fennik
C4B12D109B09D8E7_## = "Bunga, wanita - aku mendambakan semua yang cantik."\nSebagai
satu-satunya penerus House of Perfume, petualangan romantis Florentino begitu dikenal,
sama halnya seperti pesta mewahnya.\nOrang-orang Casanova banyak membicarakan
pemandangan aula yang megah dan tamu-tamu agung ditemani pelayan yang berjumlah
ratusan, barisan jamuan makanan mewah yang dibawa menuju kediaman melewati jalan
berhiaskan bunga segar, dan nona-nona bangsawan yang mengenakan gaun dan permata
terbaik milik mereka.\nBahkan rakyat biasa pun merasakan kemegahan acara itu. Bunga-
bunga yang menghiasi jalan langsung dibagikan setelah pesta dimulai, mengisi rumah
rakyat jelata dengan wewangian segar selama berhari-hari, sementara makanan sisa
dibagikan pada yang membutuhkan, sebuah kejadian langka bagi mereka untuk menyajikan
daging lezat di meja makan mereka.\nMelihat reputasi House of Perfume yang terkenal
dalam bidang bela diri, gaya hidup mewah Florentino banyak dicibir. "Pengurus kudaku
mampu mengalahkan Tuan Florentino dengan satu tangan" itulah salah satu lelucon yang
beredar di kalangan atas. Dan walaupun Florentino dipuji mereka yang diuntungkan
kedermawanannya (atau sikap acuh tak acuhnya), sudah terlalu banyak orang yang
menganggapnya sebagai bocah manja yang tak mampu memanfaatkan kekayaan yang
dikaruniakan pada dirinya.\nFlorentino sendiri tak mempedulikan pandangan orang. Sudah
sedari dulu dia menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang kebanyakan. Garis
keturunan telah memberinya kemewahan, gelar dan bakat, memberinya kebebasan untuknya
hidup sesuka hati, dan sejauh ini dia memilih jalan hidup yang paling
mudah.\n"Kekayaan dan martabat House of Perfume dibangun oleh kecerdasan dan kerja
keras sebelas generasi. Ada cara yang lebih baik untuk menghargainya selain memamerkan
hasil kerja keras ini pada dunia?"\nSeraya perang berkecamuk di baris depan,
Florentino hanya duduk santai di belakang, menikmati semua kenikmatan yang ditawarkan.
Namun Duke of Rose tak mengganggu gaya hidup mewahnya. Florentino sama sekali tak
melanggar hukum atau perjanjian. Justru, pengeluarannya yang boros ini mendorong
perdagangan dan perpajakan di tanah tempatnya hidup, membuka peluang kerja bagi rakyat
biasa dan menarik banyak orang untuk pindah ke Casanova.\nHal ini menguntungkan
Knights of Rose, dalam bentuk persediaan senjata, makanan, dan prajurit yang
melimpah.\nOleh karenanya Duke of Rose memalingkan muka dari gaya hidup Florentino -
hingga tiba saatnya ketika Florentino membangun kapal yang besar dan megah, mengundang
tamu kehormatan bersamanya untuk berlayar ke hulu menuju Hutan Elborne yang misterius
dan menyaksikan kecantikan bangsa Elf dengan mata kepala mereka sendiri. Rencana yang
ambisius itu menarik perhatian banyak pihak, dan tiap bangsawan menganggapnya sebagai
kehormatan untuk menerima undangan menaiki kapal.\nBahkan Astrid, satu-satunya cucu
perempuan Duke of Rose, ikut serta bersama rombongan kesatrianya. Secara pribadi, dia
tak terlalu mempedulikan bangsawan muda yang terkenal manja itu, namun peperangan
bergantung pada stabilitas Casanova, dan stabilitas Casanova ditentukan oleh selamat
tidaknya Florentino dalam perjalanan ini.\n"Lakukan perintahku, dan aku akan menjamin
keselamatanmu." Hanya itu yang dikatakan Astrid pada Florentino sebelum memalingkan
muka dan berlalu. Florentino hanya tersenyum dan mengangkat bahu - dia selalu bersikap
baik dan sabar terhadap wanita, terutama yang cantik.\nKapal itu kembali hanya satu
bulan berselang, waktu yang dirasa kurang bahkan hanya untuk mencapai muka Hutan
Elborne. Pertanyaan pun bermunculan, namun jawaban yang muncul dari para tamu hanya
satu - keheningan total. Yang orang sadari hanyalah sikap Astrid yang lebih tenang,
tegap, nampak lebih dewasa - dan dia meminta untuk berbagi ilmu dengan Florentino,
dengan cara yang paling tenang dan seterhormat mungkin. "Astrid yang Gila" tak lama
menjadi bahan perbincangan di kerajaan.\nTak ada penjelasan apapun hingga beberapa
tahun kemudian, saat Kerajaan Okka di utara menjalin persekutuan dengan Norman di
selatan. Ternyata, kapal Florentino baru hendak memasuki wilayah Okka, saat mereka
diserang Kesatria Okka yang dirasuki kekuatan Abyss. Saat Astrid terluka oleh unit
pembunuh di tengah kekacauan, Florentino lah yang mengeluarkan pedang dan maju,
mengalahkan mereka dan kesatria yang menyerang dengan pergerakan di luar akal manusia
biasa, hingga menyelamatkan nyawa Astrid.\nPara tamu di kapal nampak terkejut melihat
sisi Florentino yang baru mereka lihat atau bahkan tak mereka bayangkan sebelumnya.
Untuk mencegah munculnya dampak politis, semua yang terlibat diikat ikrar keheningan
absolut. Meski demikian, kengototan Astrid untuk berbagi ilmu dengannya jadi sumber
kehebohan, sesuatu yang dihindari Florentino sebisa mungkin. Namun, mustahil baginya
untuk menolak permintaan sesosok wanita yang begitu cantik, namun berjiwa membara dan
pemberani.\n"Yah, aku tak akan bisa menolak permintaan wanita cantik!"
C4BF16ED902DCD57_## = Kingdom of Norman
C4C9FDAD0C25C3C6_## = Fall of the Dark Lord
C4CFFEDBDF4EB31F_## = Sst. Ini rahasia kecil kita.
C4D44DB59A962014_## = Dark Lord Reborn
C4F7C3B5CED6B156_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C532CFDA4B73B56A_## = Bisa tidur sambil berdiri.
C57501C7CAACF6EF_## = Lahir di kota perbatasan terpencil, Violet diasuh pamannya
sedari kecil. Hubungannya dengan keluarga pamannya itu terbilang buruk, dan di usia 10
tahun dia kabur dari rumah, hidup di jalanan, hingga dia pun ditemukan oleh seorang
instruktur dari Royal Military Academy, menjadi siswa termuda.\nKepercayaan sang
instruktur pun terbukti, seraya Violet memperagakan bakat yang luar biasa dalam
menggunakan senjata api, dan dia pun mampu berbaur dengan kadet lain berkat
kepribadiannya yang luwes. Di usia 17 tahun, dia seorang diri menahan monster yang
keluar dari lubang Abyssal selama berjam-jam saat sedang berkarya wisata, yang
membuatnya dianugerahi penghargaan tertinggi dari Akademi, serta persahabatan yang
erat dengan sesama kadet, Valhein. Dia bergabung dengan satuan Demon Hunter selepas
lulus, dengan karir yang melejit hingga akhirnya jadi komandan tertinggi.\nViolet
mengundurkan diri akibat tuduhan tindakan pembangkangan saat sedang menyelidiki kasus
korupsi terbesar sepanjang sejarah Federation. Dia pun lantas menjadi prajurit
bayaran, namun tetap menjaga hubungan baik dengan para Demon Hunter, seringkali
membantu mereka menyelesaikan misi atau kasus berbahaya yang sulit ditangani pihak
berwenang.\nDi satu siang, Violet disewa seorang senator untuk mengantarkan anak
perempuannya bersekolah di Magic Academy. Dia tak menyadari ada petualangan besar yang
telah menanti, atau peran besar yang akan dimainkan dirinya dalam sejarah dunia...
C59034D4BFB16D46_## = Biografi D'Arcy
C5C7BB0ADE68305C_## = Afata
C5C8B6483BAB6920_## = Pernah dianggap sebagai lelaki lajang paling menarik di Helios
Empire.
C5D35D28E0E1B9A9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C5D597496DC500A9_## = "Wukong, kau akan rasakan akibat dari ulahmu!"\nToro masih
menyimpan dendam pada Wukong bahkan setelah bertahun-tahun berlalu. Sebagai penguasa
Emerald dan Rumbling Mountains, Toro dianggap sebagai salah satu penguasa utama di
dunia. Kedigdayaan dan kekuatannya begitu terasa saat mengungguli Wukong di the Blood
Oath of the Beasts tanpa bantuan benda sihir apapun, seperti tongkat sihir.\nTak
disangkal, bahwa sebelumnya hubungan Toro dengan Wukong tak seburuk sekarang, namun
semuanya jadi memburuk semenjak Wukong melakukan perjalanan ke barat. Seandainya
Wukong tak melakukan itu, anak Toro tentunya tak akan kehilangan arah dan selirnya
masih hidup. "Kami telah berikrar sebagai saudara dan tak akan ada yang merubahnya.
Kenapa dia selalu mencari masalah denganku?†Toro merasa geram saat mengingat
peristiwa tragis yang menimpa hidupnya.\nToro ingin menuntaskan masalah dengan Wukong,
namun Wukong telah menjadi Buddha seusai menyelesaikan perjalanannya. Toro merasa
rendah diri. Setelah mengetahui bahwa Wukong sedang menuju Athanor, Toro tak
melewatkan peluang dan mengikuti Wukong. Dia mendapatkan kepercayaan dari Afata dengan
mengungkapkan identitas dirinya dan menantikan pertarungan penentuan antara dirinya
dan saudara seikrarnya.\n“Di mana monyet bodoh itu? Akan kuberi dia pelajaran…
dengan tinjuku.â€
C60A31BDFC7BAB11_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C61C60BF4AEF40C7_## = Biografi Raz
C6203CCE9279B3E3_## = Berada di timur laur Black Rock Redoubt, tempat yang senantiasa
berbadai dan tak ramah ini hanya dihuni oleh makhluk kuat. Jarang ada yang tanpa
alasan mengunjungi tempat terkutuk ini.
C66E6D39CFC1E772_## = Hayate
C67C3910660150D8_## = Fall of the Dark Lord
C694A1FF2C75F84E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C6A67C8E55644993_## = Bintang dan Dewi
C6EEF0227A3F908D_## = The Demon Hunter
C6F1AC17ACEDE7F0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C6FCCB9810D40407_## = Silverwing Castle, capital of the Kingdom of Okka.Arthur stood
at the head of his armies, wearing shining silver armor. Behind him, the standard of
Okka flew proudly. For the flagbearer it was a great honor to carry the silver wings
and red, for it was only flown when the royal house went to war, and to war was Crown
Prince Arthur headed.Fifteen days before, Bishop Galvin delivered a top-secret letter
to him and his father, signed by Ilumia herself, 'inviting' the kingdom's armies to
join the allied forces at the ancient battlefield of the First Lokheim Invasion.The
letter did not reveal whom the foe was, nor did Bishop Galvin say. Still, Arthur
immediately went to muster the Order of Silverwing, for time was of the essence, and
there was not a single moment to waste.His questions were answered three days later,
when the Templar Knights arrived at Silverwing Castle, and he found himself face-to-
face with Seneschal Yorn at the castle's meeting room.Organized after the Order of
Silverwing, the Templar Knights were Veda's most renowned mortal legion, comprising of
eight hundred baptized knights, every one of them among the best warriors to walk
Athanor, equipped with the best armor and weapons, and supported by three thousand
well-equipped veteran men-at-arms, whose skill, discipline and elan were unrivalled.
Every single one of them was a fervent believer, and they would sooner fight until
last man had fallen than to flee from battle, even in the face of desperate odds.The
arrival of the Templars was a source of encouragement for Arthur, but also of concern.
He was glad to have such a powerful ally by his side, but the fact that the Templar
Knight were involved, and that the Archon Yorn saw fit to lead the expedition
personally, meant it was more than mere bandits or heretics that they were dealing
with.Could the demons of Lokheim be on the move?Arthur rememberd that the previous
Templar expedition was sent in response to a disruption in the seal of Shadow Prison,
which had caused demonic creatures from the Abyss to break through and ravage the
foothills of Mt. Orphean. On that occasion the leader of the expedition was Arduin, a
member of the Kingdom of Norman's royal house and a devout believer; no Archon saw the
need to travel with the army personally.With unease brewing in his mind, Arthur met
with Yorn to discuss battle preparations, joined by Bishop Galvin. Fortunately, Yorn
was neither stubborn nor arrogant, nor did he try to fight Arthur for command of the
combined forces. Whether it was Yorn's own humility, or whether it was at Ilumia's
orders, it was a relief for Arthur, for he was confident that he had only one equal in
the land when it came to commanding cavalry, and that person was neither with Veda nor
Lokheim. He had no intention of ceding command to anyone else."Your Highness, the
Templar Knights, the Order of Silverwing, and the assembled forces of the 72 noble
lords are at your command, numbering 16,203 knights in total.""Give the order. We
move." Arthur mounted his horse, the towers of Silverwing Castle behind him, with Mt.
Orphean in the distance.Magister's Council of Carano, Kingdom of Norman."My Lady! A
report from the astrologers of the Tower of the Nine Rings!" Hurried footsteps broke
the calm of night."Calm yourself, Eliza. I already have word from the Great Wall." Two
long, white fingers picked up a parchment and handed it to the visitor. The advent of
paper-making had caused parchment to almost entirely disappear from everyday use, for
they were expensive and time-consuming to make. Now they were only used by a few, and
only for the most important matters.Even in her state of excitement, Eliza quickly
read through the letter and understood its contents. "My Lady, should the High Council
not convene for such an important matter?""How many years have you served under me,
Eliza?" Asked Sephera."...three years, my lady." Taken aback by the sudden question,
it took Eliza a moment to answer."I see, only three years...no wonder you do not know
how things work with the High Council." Sephera turned up the light and pointed to her
desk. "Here is the resolution of the High Council. The honorable High Speaker has
already set out.""Is...is that not against the rules?" Eliza's voice tapered off into
a whisper, knowing full well the friendship between Lady Sephera and the High
Speaker."Rules exist to restrain the strong and protect the weak, Eliza. But the rules
must be bent if the strong are also threatened, for without the strong to uphold them,
the rules are no more than a piece of paper." With a wave, Sephera dismissed
Eliza.When D'Arcy faced Errol in Storm Valley, he sensed a dark power so overwhelming
that he felt entirely powerless before it. He had never felt this way, not even when
he faced his old master Lorion, before he had learned the power of Dimensions. There
were few who could make him feel that way, but he did not recognize any of their
presence at that scene.Narrowly avoiding death only thanks to his Dimensional Portal,
D'Arcy had no choice but to allow Errol and his companions to leave, while he brought
the injured Murad and Yena back to the Great Wall, and wrote to Dirak and Sephera of
his concerns, including the strange happenings that he had noticed since his return to
Athanor, and appearance of an unknown yet extremely powerful figure.D'Arcy could feel
his right arm ache as he wrote, and sensed the strange, unfamiliar power moving
towards the north.
C719157DAF29EE0E_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
C71E087FF0C9EF0D_## = Return
C721C30B72DA03D1_## = Sharpshooter
C732B844F8F4CB92_## = Verno Forest
C763C3CDCD794B83_## = The Archmagus
C7964BF3B14E51FD_## = Jangan sentuh jubahku, nanti kotor.
C7B129D995BD5D97_## = Lokheim
C7B9404B120C0679_## = Tulen
C7CBC585A5776A21_## = Kazell
C7D151AE679E0F4B_## = 01 Agu
C80E518FB78C3507_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C8229FAE75289D98_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C83D67E3B2C57223_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
C8455C9679407B17_## = "Gemuruh badai akan menjadi pertanda malapetaka
untukmu!"\n\nSejarah mengisahkan pahlawan yang mampu terbebas dari kekangan gravitasi
dan terbang di udara. Namun, tak ada yang mampu terbang dengan bebas dan tenang
layaknya seekor burung. Penyebabnya adalah Zill, pisau mematikan yang tersembunyi di
langit yang nampak tenang. Zill, perwujudan elemen angin, tak hanya mampu mengerahkan
badai yang berbahaya, namun juga dapat mengubah angin menjadi bilah yang tajam yang
mampu mengoyak bahkan pertahanan musuh yang tangguh sekalipun.\n\nDi peperangan besar
dahulu, Zill membantai lusinan iblis, yang berkatnya membuat dirinya terkenal dan
dipuja banyak pihak. Pencapaiannya yang luar biasa itu menganugerahi dirinya status
dan posisi yang penting. Namun, tak ada yang memahami penolakan dirinya atas gelar
Guardian of the Forest of Shadows. Dia berkata bahwa kekangan kejayaan berlawanan
dengan sifat dasarnya yang cinta kebebasan.\n\n"Saat kau memerlukanku, aku akan
memenggal kepala musuhmu, mengoyak tubuh mereka, dan meminum darah mereka. Namun,
angin yang bebas tak boleh dikekang." Itulah penjelasan yang diberikannya pada Ratu
Tel'Annas. Kesetiaan serta keikhlasan yang ditunjukkannya membuat sang Ratu menaruh
rasa hormat dan percaya padanya. Sebelum memasuki tidurnya, dia menganugerahkan
kebebasan pada Zill untuk merdeka. Walaupun tidak diberi tugas tertentu, hal itu
memberinya keleluasaan penuh untuk memanfaatkan sumber daya Forest of
Shadows.\n\nSelepas periode ini, keberadaan Zill mulai dilupakan khalayak ramai.
Selain Krixi, sang peri, yang terkadang mampu menyadari keberadaannya, tak ada orang
lain yang mampu melacak keberadaannya. Selama periode tertentu, keberadaan Hero yang
menguasai langit benar-benar dilupakan semua orang. Namun, di hari kebangkitan sang
Ratu, Zill lah pertama hadir di sampingnya. Selama ribuan tahun, Zill melupakan
kebebasan yang begitu didambakannya demi menjaga ikrar yang diucapkan pada Tel'Annas.
Ini merupakan cara bagi dirinya untuk membalas kepercayaan tanpa syarat yang diberikan
sang Ratu terhadap dirinya.\n\n"Pedangku akan menebas segala rintangan!"
C8A60790E1527B16_## = Biru
C8B904B28F7BABAF_## = Magic Academy
C8CA36DFAE139250_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C8EBBE8A377B5050_## = Gemar memamerkan kisah heroiknya.
C90B122774F6BDBE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C90D84C9710B0A83_## = Natalya
C9139BA897FC826F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
C91E7911BCD43461_## = Fall of the Dark Lord
C97259F0A88B256F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
C98245DE5A31FB7C_## = Hayate
C9DF9A70728A2B9C_## = 178cm
C9E08197B416B8E2_## = The Elegant
CA357FF3324375CD_## = Thane tak suka saat aku mengendap keluar istana, tapi masa
bodoh. Saatnya pergi berpetualang!
CA5CFB123A916264_## = Menjalani hidup yang keras dan brutal.
CA8602CB184FA154_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
CA8A857EC5CCC66F_## = Aku tak peduli dengan pandangan orang rendahan.
CA9A65C79445DD57_## = Afata
CA9AB93DBED32F40_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
CAB3CEBAE2D95FCC_## = Bidang Kebudayaan dan Pendidikan
CAF28077C88D740B_## = The Firecracker
CB00809BBC103EEA_## = Menjadi penghubung Kingdom of Norman dengan Federation of the
Free, Montes telah lama jadi pelabuhan dagang yang makmur. Seraya makin meningkatnya
ancaman terhadap kerajaan, peran Montes sebagai pelabuhan angkatan laut pun jadi
semakin penting.
CB036EC8ED415E6D_## =
CB6613ADD9794DA7_## = Alice adalah gadis termuda yang pernah mengabdi di dalam kuil.
Itulah mengapa dia diijinkan untuk menolak tugas yang diberikan dan melewatkan hari-
harinya bermain-main dengan semua jenis makhluk menggemaskan. Para Pendeta wanita
begitu memanjakannya, rasa sayang yang mereka tunjukkan pada Alice layaknya kasih
sayang ibu pada anaknya.\n\nWalaupun nampak kekanak-kanakan dan lugu, kata "takut" tak
ada dalam kamusnya. Bahkan saat berhadapan dengan pemimpin kuil, dia tak
menyembunyikan keceriaannya. Senyum tulus yang dia bagikan ke semua orang selalu
membuat orang-orang tak berdaya.\nNamun tak bijak untuk meremehkan Alice karena
sikapnya yang kekanak-kanakan itu. Saat The Fallen menyerang, Alice meninggalkan kuil
dan bergabung dengan pasukan pertahanan. Keterlibatannya, kemampuannya dan sihirnya,
meningkatkan kekuatan pasukan secara drastis. Berkat kontribusi luar biasa yang
ditunjukkan dirinya, Alice menerima gelar "Princess".\n\n"Jangan mencari masalah
dengan putri kecil ini."\n\nPeringatan ini harus selalu diingat. Memang, semua musuh
yang telah dikalahkan Alice menjadi bukti dari peringatan tersebut dan semakin
membuktikan keahliannya. Jikamu kamu cukup mujur untuk menyaksikan Alice bertarung,
kamu akan terpesona melihat bagaimana sosok yang begitu mungil dapat melepaskan
kekuatan yang begitu besar dengan efek menghancurkan yang hebat.\n\n"Tak ada
keberanian tanpa rasa takut!"
CB7FB78147CA0EEA_## = Dia harus mengasah kemampuan dansanya selama bertahun-tahun agar
diterima Pihak Kuil.
CB802639F3FFD74E_## = "Damai atau perang? Itulah pertanyaannya."\n\nMemiliki dua
kemampuan luar biasa yaitu dapat menghancurkan semua senjata serta kemampuan
regenerasi yang sangat cepat, tidak ada yang tahu apakah Omega diciptakan untuk
memenangkan perang atau mencegah perang. \n\nKeberadaannya dan kemampuannya yang
berlawanan telah memukau para dewa dan manusia. Omega bukan merupakan bagian dari satu
dunia atau peradaban, namun memiliki pengetahuan, kepandaian, pengendalian diri, dan
naluri untuk berperang. Banyak teori yang mengatakan bahwa Omega merupakan bagian dari
peradaban kuno, sebelum peradaban dan dunia saat ini diciptakan. Omega menjadi salah
satu bukti hidup dan seolah menjadi alien dari makhluk lainnya.\n\nNamun kisah asal
Omega yang misterius bukanlah yang utama. Masalah utama terletak pada kemampuannya
yang saling berlawanan. Kecenderungan Omega untuk berperang dan kekuatannya yang
menakjubkan membuat para dewa ragu padanya. Mereka memiliki alasan kuat untuk tidak
percaya pada legenda bahwa Omega diciptakan untuk menghentikan semua
peperangan.\n\n"Kekejaman untuk kekejaman, perang untuk perang!"
CBAB16F9D2F3CB40_## = Pangeran Okka
CC27043B6056DA55_## = Kingdom of Norman
CC44F83418BA6E16_## = Terletak di perbatasan antara Verno Forest, Kingdom of Okka, dan
Federation of the Free, Moonlit Plains dijadikan zona netral tiga kekuatan tersebut.
Banyak suku nomaden yang tinggal di sana.
CC7909D2F0836B3B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
CC85A2E284BD7FFB_## = Enzo
CC8978E2DE8D0EF2_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
CCF121B913C2E0D6_## = Batman telah menjadi simbol keadilan dalam kegelapan yang
menyelimuti Kota Gotham. Terlahir dinaungi kekayaan sebagai Bruce Wayne, dia menjadi
saksi atas terbunuhnya kedua orangtuanya semasa kecil. Tragedi ini mengubah dirinya
menjadi sesosok pembasmi kejahatan sejati.\nWayne mengelilingi dunia selama satu
dekade, melatih jiwa dan raganya tanpa henti, mendorong dirinya ke batas kemampuan
manusia, demi mempersiapkan diri mengenakan mantel sang penyelamat berjubah. Usaha
kerasnya ini tak hanya memberi kemampuan sebagai detektif terhebat di dunia namun juga
kemampuan bela diri yang belum mampu ditandingi siapapun.\nSebagai sosok Batman, dia
tak henti untuk terus bertarung di berbagai dunia, dimensi dan alam. Dan berkat
pertarungan antara dirinya dengan Zephys, Batman mampu menyatukan keping keberadaan
dunia Athanor. Zephys menyerang Bumi, membawa kekuatan yang begitu besar. Dia telah
datang untuk menaklukkan bumi dan membangun dunia baru. Dunia yang akan ditundukkan
Athanor dan dipaksa untuk memberi pasukan untuk berpartisipasi dalam peperangan yang
tak ada akhirnya.\nDi tengah kekacauan, Batman mengejar Zephys, melintasi banyak dunia
dan kepingan waktu. Saat berhasil mengejarnya, Batman berniat untuk mengakhiri rencana
jahat Zephys saat itu juga. Namun, dia tak mampu mengungguli Zephys. Tiba-tiba,
Valhein muncul, di bawah perintah Thane, untuk menyelidiki tanda bencana yang akan
datang. Berkat bantuannya, Batman akhirnya mampu mengalahkan Zephys dan untuk
sementara mengusirnya kembali ke alamnya.\n"Wahai musafir, selamat datang di
Athanor"\nValhein berbisik dengan nada yang dalam namun mendesak. Batman merasa
terpanggil untuk mendatangi tanah misterius ini, demi memahami peranan apa yang akan
dimainkannya dalam takdirnya. Memasuki ruang penuh cahaya, dia pun tiba di istana
Thane. Sang raja duduk di tahtanya seraya kain selubung menghiasi ruangan tersebut.
Dia berterima kasih pada Sang Dark Knight atas jasanya mengalahkan Zephys dan
menghadiahkan sebuah batu bersinar, Fragment of Andura.\nSaat menyentuh batu itu,
Batman menyaksikan bayangan masa depan yang penuh akan kehancuran dan keputusasaan.
Gotham tinggal reruntuhan, dilahap api yang membara. Penghuninya dirantai dan dituntun
menuju kegelapan. Yang tua dan lemah disingkirkan. Yang muda dan kuat dipisahkan dari
orang tercinta dan diperbudak. Dan di atas semuanya ada sesosok bayangan jahat yang
duduk dan memiliki sinar yang bahkan lebih menyilaukan dibandingkan api yang melahap
seisi kota. Lalu, hanya dengan jentikan jemarinya, cahaya padam, dan kehidupan jatuh
berguguran.\nBatman berdiri tak bergerak, terpaku menyaksikan kengerian di hadapannya.
"Ini hanyalah ilusi, kan?" hanya itu yang mampu diucapkannya. Pasti ini hanyalah tipu
muslihat. Namun, gelengan kepala Thane dan tatapannya yang sendu membuat Sang Dark
Knight merinding. Bruce coba mencerna tragedi yang disaksikannya. Kegilaan macam apa
ini? Keputusasaan macam apa ini? Thane akhirnya berbicara "Ini adalah sesuatu yang
akan terjadi, jika kita hanya duduk diam." Dia melanjutkan, "Fragmen Andura yang kau
genggam harus disatukan. Benda itu memiliki kekuatan untuk menciptakan dan
menghancurkan. Tak peduli di manapun itu, semuanya terkait dengan Athanor."\nDan
setelahnya, Batman pun bergegas kembali ke Gotham, untuk mempertimbangkan pilihan yang
terbentang di hadapannya. Lalu dengan determinasi yang sunyi dan kuat, dia pun
memutuskan untuk bertarung. Dengan bantuan Lucius dan Alfred, dia memodifikasi
perlengkapannya untuk mempersiapkan diri menghadapi pertarungan yang akan datang.
Teman-temannya mengkhawatirkan keselamatannya. Mereka tak yakin ancaman apa yang telah
menanti Bruce. Namun pengalaman mengajarkan kita, jangan pernah meremehkan Batman.
CCFE8681FB557713_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
CD2B151B348B25B3_## = Penguasa utama Athanor, sang pencipta dan pelindung kedamaian,
yang menumpas kegelapan.
CD32FD1180B3A29D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
CD6C5074F0ACDE3F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
CD715270BC32A07C_## = Cresht
CD745D6AA8098D9D_## = Adakah angin yang membawamu padaku?\nDi bawah bintang-bintang,
di atas gurun pasir,\nkita tetap berdendang bersama.
CDC4838A70B632B1_## = Morning Star
CDF3A97F9F206328_## = “Leo, menurutmu aku keras kepala?†\n \n Merasakan kehangatan
si anak singa, Arum akhirnya berhasil menenangkan diri. Walaupun tidak suka akan
perjodohan yang diatur untuknya, namun melarikan diri dari hal itu sepertinya hanya
akan menimbulkan masalah yang lebih besar pada ayahnya. Lelah secara fisik dan mental,
akhirnya dia pun terlelap di tengah kerimbunan hutan, tempat yang sudah dianggapnya
sebagai rumah, di sisi Leo, sesosok teman yang dia percaya sepenuh hati.\n \nSepuluh
tahun lalu, Arum tiba di Tamuq bersama sang ayah, Varian, yang memiliki pekerjaan
sebagai prajurit. Tak butuh waktu lama baginya untuk menerima kenaikan pangkat, dan
akhirnya dia pun berpangkat Jenderal berdasarkan keputusan Dewan Federal. Namun,
kedamaian tidak berlangsung lama. Pertikaian antara pihak Federation dan Verno Woods
terus meningkat dan Tamuq, sebuah kota kecil yang terletak tepat di perbatasan,
menjadi lokasi ideal kedua faksi untuk berperang.\n \n Arum pada dasarnya merupakan
individu bijaksana dan pengertian, dan dia menyadari seberapa besar tekanan yang
dirasakan ayahnya. Namun, bagaimana mungkin dia sanggup mengenyahkan rasa cintanya
untuk Verno Woods, tempat dia bertemu dan menyelamatkan Leo serta perjanjian yang
dibuatnya dengan arwah Beast Lion Clan, hanya demi membantu ayahnya? Memang, banyak
pihak yang bersikap tak bersahabat pada Arum karena masa lalunya yang tak biasa dan
sikapnya yang netral—lagipula, akhir-akhir ini semua orang bersikap sangat waspada.
Jika bukan karena reputasi yang dimiliki Varian, bisa saja Arum sudah dijebloskan ke
penjara karena berkomunikasi dengan pihak musuh.\n \n Peperangan semakin dekat, dan
Varian pun memaksa Arum untuk menikahi Rahms. Arum sadar ini demi keselamatan dirinya,
karena sang ayah tak yakin dapat kembali dari peperangan kedua ras tersebut dengan
selamat dan satu-satunya cara untuk menjaga Arum adalah dengan menikahkannya dengan
Rahms, satu-satunya cendekiawan berdarah bangsawan di Tamuq. Nantinya setelah menikah
dengan Rahms, Arum akan memiliki segala kekebalan politis dan tak bisa lagi menjadi
sasaran olok-olok khalayak ramai. Hal ini tentunya menjamin masa depan yang lebih aman
dan cerah untuknya, walaupun Rahms bukanlah individu yang terbaik dan tanpa dosa.\n \n
Namun, karena tindakan Arum yang melarikan diri, rencana Varian yang telah disusun
rapih pun menjadi berantakan dan orang-orang pun mulai kehilangan kepercayaan pada
dirinya. Mereka berpikir bahwa Varian menyusun semua rencana ini agar putrinya dapat
melarikan diri ke Verno Woods. “Dasar pengkhianat tak tahu malu!†teriak para
warga yang sudah muak, dan akhirnya memutuskan untuk menjebloskan Varian ke penjara,
yang merasa sangat terbebani oleh rasa bersalah dan berupaya untuk mencari pembelaan
atas apa yang telah diperbuatnya.\n \n Begitu pun dengan Arum yang dilanda stress
berat. Akhirnya dia pun diam-diam menyelinap, kembali ke Tamuq dan pulang ke rumahnya
namun tak mampu bertemu ayahnya—di mana hanya ada prajurit yang menanti, dengan
ekspresi dingin. Arum hanya bisa pasrah saat mengetahui bahwa ayahnya telah
dijebloskan ke penjara. Dia pun bersedia untuk ditangkap dengan syarat ditempatkan
dalam sel yang sama dengan sang ayah. Mereka pun menyanggupinya karena bagaimanapun
dia adalah puteri Varian, sesosok figur yang dulu memiliki pengaruh besar.\n \n Arum
pun bereuni dengan ayahnya di penjara. Namun, sosok yang dulunya dikenal teguh dan
gagah, kini nampak suram dan lemah. Tak pelak, hati Arum pun hancur berkeping-keping
melihatnya.\n \n “Anakku, mengapa kau kembali? Mereka...mereka akan memenggal kepala
kita!†\n \n “Maafkan aku, Ayah. Kalau bukan karena kekeraskepalaanku dan
keegoisanku, kau tak akan berada dalam situasi ini,†isak Arum, berlutut di hadapan
sang ayah dan menyesali perbuatannya.\n \n “Tidak, ini salahku. Andaikan Ayah tidak
memaksamu untuk menikah, kamu tak akan...†\n \n “Ayah, jangan menangis!
Percayalah, aku akan membebaskanmu!†\n \n Determinasi yang kuat menyelimuti Arum
biasanya tampak gemulai. Inilah pertama kalinya dia membangkitkan kekuatannya,
kekuatan tanpa batas yang diperolehnya dari arwah Beast. Sikapnya pun berubah drastis.
Entah dari mana, muncul sosok arwah hewan buas di sisinya, yang memancarkan aura
bahaya serta tatapan mengancam. Varian sadar akan ikatan puterinya dengan the Woods,
namun tak pernah menyangka bahwa dia mampu mengendalikan kekuatan mistis yang begitu
kuatnya. \n \n Hanya dalam beberapa detik, semua kekuatan anugerah dari arwah Beast
pun menyelimuti Arum, yang menahbiskan dirinya sebagai Guardian of the Lions yang baru
dan sebagai akibatnya dia bukan lagi manusia namun bagian dari the Woods. Arum
sebelumnya tak pernah berupaya untuk membangkitkan kekuatannya, sehingga tak mampu
memberi penjelasan yang masuk akal pada ayahnya, namun situasi yang genting memaksanya
untuk bertindak cepat. Dia memerlukan kekuatan untuk membebaskan diri dari penjara,
untuk mengenyahkan semua yang menghalangi, dan untuk menyelamatkan sang ayah
tercinta!\n \n “Spirits of all Beasts, telah tiba saatnya untuk pembalasan!†"
CE3E178DC5289C84_## = Mt. Orphean
CE4E222E378AF655_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
CE7174DF8151F1E8_## = Marja pernah membenci Volkath saat membiarkannya menderita di
Shadow Prison. Namun seraya beradaptasi dengan kekuatan kegelapan dalam dirinya, dia
mulai memahami Volkath, dan rela melakukan apapun demi dirinya, apapun yang terjadi.
CE962591A28C85BB_## = Kucium aroma buah. Untukku? Baiklah, aku akan bertarung
bersamamu.
CE9E2EC9AC037640_## = Kingdom of Norman
CEC0AAFA7FF41F8A_## = Menyukai boneka hewan berbulu
CEEF338BB460B2A8_## = Death's Whisper
CEF4EC1FD1F27CE9_## = Senantiasa membawa catatan perjalanan.
CF58403BEE60B23D_## = Trauma hak tinggi karena sering diinjak Mina.
CF7483F5373D35DD_## = Epilogue
CF78B5DFF59EC8BE_## = Biografi Eva
CFC7A9E99740671E_## = Slimz
CFCC4A1D3C1C600C_## = Afata
CFCD65F57FF325A5_## = Alergi serbuk sari
CFD30B84B5C99312_## = Kulihat sosok yang suka sihir! Ayo kita berlatih di pinggir
pantai, di bawah sinar fajar Seasoul Town.
CFE9AA79E375852D_## = Ishar
CFED9223EF736776_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
CFFA5D1F631DCDB0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D013479175C0DE8A_## = Butterfly
D016C5979BE52389_## = Selain menjadi algojo Veda, peran apa lagi yang diemban Enzo?
D0285704D835C149_## = Kingdom of Norman
D02B785C8448B1DE_## = Timbulkan Damage pada Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color>
<color=#ffd200> {1}/{2}</color>
D05F8D405C2F1168_## = Ah, nikmatnya arwah segar...
D075030A22269A51_## = Kriknak
D0F7A5B900E7B7A6_## = 180cm
D0FDC5FCD56CD01D_## = Semasa muda, dia berkelana di gurun timur seorang diri, seraya
melihat orang sekeliling yang berjuang hidup.
D12D4DD9764D6146_## = Penguasa Lokheim
D13B59854C843B7A_## = Mempercayakan kaum Elf untuk melindungi World Tree, Ilumia telah
mengikat nasib Afata untuk bersekutu dengan Veda. Walaupun Tel'Annas ragu untuk
beraliansi dengan Veda, dia tak sanggup menolak ikatan persekutuan itu.
D179AD424A14C42B_## = Zill
D17CA00722A313EB_## = Raungan badai jadi pertanda petakamu!
D18F2D0623361695_## = Mercenary Guild
D1A8DC17A13C8E71_## = The Protector
D1BD374B7CC39FE6_## = Dark Lord Reborn
D1C608DCBC91653C_## = Lindis
D2162BF4D913061C_## = Fall of the Dark Lord
D22475A191513A25_## = The Gunner
D235D20AAE9D17CF_## = 13 AGU
D249D99935033591_## = Afata
D269324F8ECBCBD1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D2F07EB98494F562_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D30B865D2DAA8EFC_## = Benteng atas tanah yang terhubung langsung dengan kota bawah
tanah, yang jadi benteng pertahanan terpenting bagi Lokheim di dunia luar. Black Rock
Redoubt tak memiliki penguasa tetap; benteng ini dikelola oleh sejumlah penguasa
Corrupted secara bergantian.
D31E908476FD00E7_## = Memiliki sayap yang terkoyak akibat ulah Airi begitu melukai
harga diri Maloch. Dia bersumpah akan memenggal kepala Airi sebagai bentuk pembalasan.
D362C2FC7887CB1E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D36E09151F673DBA_## = Menganggap wanita selalu membawa masalah.
D3982A4C8241C78E_## = Biografi Aleister
D3A26433CBFB52E7_## = Gunakan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
D3AB23929217EF82_## = Fall of the Dark Lord
D3CA16C7C64BC0DD_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
D3E08ED41964430B_## = Veres
D3EB0BD2C65C9357_## = Di dunianya ada dua jenis orang: Yang menyukainya, dan yang
menyayanginya.
D40F43F34CA2EEA3_## = Dark Lord Reborn
D4165978552E9BE1_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
D43DE895D2A01871_## = "Blast these bugs! Is there no end to them?" Murad angrily swung
his blade, driving his tormentors away, but only for a moment. "Can't a man get some
sleep around these parts?""My dear prince, I should have no problem sleeping if you
complain a little less," answered Yena coldly.The armies of Lokheim passed into
Sunfall Valley several days ago, and Shadow Worms littered the area outside. The
sensible had long fled the area to seek refuge elsewhere, but D'Arcy with Murad and
Yena penetrated deep into the region, following in Volkath's footsteps.Then, a third
voice spoke. "Accept the Holy Light, and it will protect you from darkness."Murad
glared at the speaker. "Give it a break, Enzo. That girl next to you doesn't seem
bothered, and she doesn't have the slightest speck of holy light in her."A small rock
struck the tree which Murad lay against. Yena was apparently none too pleased with
Murad's comment.Murad licked his lips and said no more. In a way he envied the two of
them, for the worms seemed to avoid them.Yena was an acolyte of the Temple - on the
surface, at least - so it was not all that unusual that she would have a trick or two
up her sleeves. This man Enzo, who claimed to be from Veda, likely had the protection
of some blessing too.Wait till the matters at hand are resolved and D'Arcy repaired
the Artifacts of Time, thought Murad. Then he would have his share of divine
blessings!His thoughts restless, Murad took another peek at Enzo. As much as he hated
to admit it, the man was objectively charming, warm and friendly but always a little
distant, which only served to pique one's curiosity and interest. These thoughts he
dared not mention to Yena, for he was loathe to discuss the Enzo with her for some
reason that he could not put into words.Murad thought back to the battle at Storm
Valley. He remembered D'Arcy's mastery over Dimensional Magic, and he was sure that
not even Azzen'Ka was a match for D'Arcy in a duel. Yet some dark power utterly
overpowered even D'Arcy's magic, shattering the already-formed spell and causing a
major warp in the fabric of space. Would he be here now, if the Artifacts of Time did
not protect him from the worst of the effects?And then there was the ninja of few
words, and the twin spear-wielding demon of many words, both of them opponents beyond
his current skill.It was a big world beyond the desert.Enzo sensed Murad's eyes on
him, but showed no reaction. Even in the black night he could tell the well-hidden
jealousy in Murad's eyes, as he had seen from others from time to time.And what of it?
Was there anything that mattered to him, other than the will of his goddess, and prey
to be hunted?The war about to unfold before their eyes? Perhaps.The scouts of the
Templar Knights had penetrated Sunfall Valley and made contact with Enzo. At the
scout's suggestion Enzo joined up with D'Arcy. Lokheim patrols were about, and there
was safety in numbers.There was another reason - D'Arcy carried the mark of the dark
lord, and at least part of Enzo's job was to keep an eye on him, in case this became a
problem. Veda and the Magisters' Council had long been at odds, and though they might
temporarily set their differences aside against a common enemy, they would never trust
each other fully.The next morning.Having rested for the night, the Templar Knights and
Order of Silverwing resumed their journey for Sunfall Valley. Scouts reported
widespread destruction for dozens of miles around, the work of ravenous Shadow Worms;
in particular, the last stretch of road into the valley was all but ruined, leaving
behind only a quagmire littered with fallen trees, making troop movement all but
impossible.Not all news was ill, though. They also reported that a mage had prepared a
dimensional portal for them, enough to bring several thousand elites into the valley
to establish a spearhead.Arthur could not help but feel a sense of foreboding as he
had never felt as he surveyed his army. This was no ordinary demon host they were
facing. Maloch, Veera, Marja - the greatest and most terrifying lords of Lokheim were
all gathered here, and there were even rumors of the dark shadow of the demon lord
Volkath, long thought to be dead.Before Arthur left Silverwing Castle he went through
three trials of willpower set by Bishop Galvin. He knew now the purpose of those
trials, for simply the prospect of walking into battle and facing these demons was
terrifying enough to break a lesser men. The Templars were here for more than just
their martial prowess - every bit of their fanatic devotion would be called upon just
to hold the battle lines together.Not all was dire, however. Arthur looked up, and saw
lightning flash across the sky. The most powerful of the Archons, Tulen, Lord of the
Throne of Thunder, was here also."It seems even Her Holiness could miscalculate." Enzo
frowned as he looked at the massive host in the valley below."It matters not. The fish
has bitten. It is now or never," answered Klaus, the Order of Silverwing's attendant
priest, and the coordinator of Arthur's armies.There had been several raids by Lokheim
on the allied camp in the valley, but they were beaten back decisively by the elite
knights. After that Lokheim did not try to probe them again, instead retreating
further into the valley and utterly stuffing the narrow passage. It was not so much
the enemies in front that concerned Klaus, but the pillar of ominous light that shot
towards the sky behind the impenetrable wall of flesh.Lokheim had moved faster and
more decisively than Ilumia expected, and the convergence of dark energy was
interfering with her divine powers.
D43EF1BBD418BE69_## = Kawan Hutan
D44295FB11A2C6DC_## = Maelstrom
D460CEAB332BF866_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D4792B78D5A2C7A3_## = "Kita mungkin tak mampu menyelesaikan masalah, namun kita bisa
mengatasi mereka yang membawanya."\n \n Mungkin banyak yang lupa bahwa Aleister, sang
penipu terkenal, pernah menjadi kandidat Temple of Light. Bersama Yorn the Hotshot,
mereka dipuja sebagai the Sons of Light pada saat itu dan berpotensi paling tinggi
untuk bergabung dengan Kuil itu. Terlepas dari kecerdasan Aleister, dia tak memiliki
tekad yang kuat dan dia tunduk pada kegelapan karena sihir pesona Veera.\n \n Meskipun
demikian, kepintaran Aleister berdampak besar pada peperangan. Tipu muslihat dan
perangkap buatannya membantu the Fallen mengalahkan pasukan pemberontak dari waktu ke
waktu.\n \n Untuk menyingkirkan sang ahli siasat, Yorn meninggalkan kenyamanan dan
memimpin sebuah tim elit jauh ke dalam daerah musuh untuk membunuh Aleister. Rencana
yang nyaris sempurnanya itu dikacaukan oleh Aleister, yang membalikkan keadaan dan
hampir saja menjebak Yorn di dalam jurang selamanya.\n \n "Apakah kau cukup pintar
untuk melawanku?"
D47D5CDF015F610B_## = Biografi Wonder Woman
D48B716260ACFF30_## = The Clown Prince of Crime
D4AA988F91333056_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
D4BDDE8B087E6E9C_## = "Berjayalah Sang Dewa."\nXeniel memiliki raga yang kuat dan
batin yang kokoh. Sebagai pengikut setia, Xeniel sepenuhnya loyal pada Holy Hall.
Kesetiaan tanpa celanya menarik perhatian Ilumia, Sang Dewi, yang membantunya jadi
ketua pendeta.\n"Semuanya merupakan kehendak Dewa, dan aku merasa terhormat bisa
menerima Wahyunya." Walaupun menempati jabatan strategis, Xeniel senantiasa bersikap
rendah hati dan menganggap bahwa kehendak Sang Dewi adalah absolut. Dia membawa Hammer
of Penance, yang digunakan sebagai peringatan bagi para pembangkang; dan dia juga
membawa Oracle of Enlightenment, menyebarkan sabda Dewa pada semua orang. Di Holy
Hall, kedisiplinan dan ketaatan Xeniel nampak begitu nyata. Oleh karenanya, Ilumia
menganugerahkan Six Wings, sebagai perwujudan cahaya dan kekuatan.\nPencapaian Xeniel
melampaui ekspektasi Ilumia. Semasa invasi pasukan kegelapan, Maloch beserta legiun
iblisnya mengepung Holy Hall yang ada di puncak gunung. Ilumia, berharap membalikkan
keadaan, hadir secara langsung untuk meningkatkan semangat pasukannya. Menunggu
peluang, Zephys dan Nakroth akhirnya melancarkan serangan kejutan dan menyergap
Ilumia, berniat untuk menyingkirkannya.\nXeniel, melebarkan keenam sayapnya, turun
dari langit dan menyelamatkan Ilumia di waktu tepat. Raganya yang kekar menahan
serangan Zephys dan Nakroth. Walaupun Xeniel terluka akibat serangan pedang dan
peluru, dia tetap berdiri kokoh dan tegap dengan sayap yang berlumuran darah. Legiun
iblis terkejut akan kegigihan Xeniel dan tertahan, memberi Airi peluang untuk masuk
dan mengukir legenda bagi dirinya dengan menebas sayap sang komandan pasukan
iblis.\nSeusai peperangan, kabar mengenai keberanian Xeniel menyebar luas ke sepanjang
benua dan dia pun diangkat jadi Commander of Holy Hall, jabatan yang juga diemban
Yorn, the Hotshot.\n"Kegelapan sudah berakhir. Saatnya cahaya suci menyinari negeri
kita!"
D4D552CF11DF9E34_## = Asisten pendeta Kuil, anggota fraksi Revolutionaries
D512252FF235D3A0_## = Sunfall Valley
D51A5A3114823277_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D52DB3BCDF187039_## = Ruang dan waktu tak bisa dipisahkan, layaknya awal, dan akhir.
D5412EBC2A6AC5BF_## = Kau siap bertarung bersama pelarian sepertiku?\nMasa depan masih
panjang, dan kelak jalan kita kan berbeda.\nNamun sekarang, ditemani takdir, kita kan
bertarung bersama.
D579A9EC752355E8_## = Mimpi Buruk
D5B40F5F17364EEB_## = Biografi Rourke
D5B54105F881A006_## = Pelukis misterius
D5DC6630161720FF_## = Batman
D5F5AA9AD13E6F2C_## = Kazell
D607B17EA4CC9B6F_## = Menyukai minuman anggur hitam dari Cod's Head Tavern.
D60C82FEBB63BEB1_## = Angin, tak berbentuk, tak terikat. Wind Mage selalu memiliki
peran penting dalam pertarungan - mulai dari mengintai hingga membunuh hingga
mengawasi pertarungan dari langit, jenderal yang cakap tahu betapa berharganya nilai
unit ini.\n\nNamun bagi, Wind Mage pemula seperti Annette, semua kemampuan luar biasa
itu terasa begitu jauh. Tak cukup dengan kenyataan bahwa dia adalah gadis lembut
pembenci perang, kemampuannya yang tak seberapa dalam memanfaatkan sihir angin begitu
membebaninya. Nilainya di kelas teori memang luar biasa, karena dia mampu
menggabungkan daya pikirnya yang tajam dengan rasa ingin tahu yang tinggi.\n\nLain
halnya dengan pelajaran praktik. Semester datang dan pergi, namun dia sama sekali
belum mampu merapalkan mantera paling sederhana sekalipun. Kecemasan Annette semakin
menjadi saat melihat raut wajah instrukturnya yang semakin kecewa, serta teman
sejawatnya yang semakin mahir merapalkan mantera rumit.\n\nBukan berarti Annette
kurang berusaha. Di luar jam sekolah, Annette menghabiskan setiap saat di
perpustakaan, menggali informasi dari semua buku sihi pemula yang bisa dia temukan.
Instrukturnya bahkan menyediakan pelajaran tambahan dan memberi ijin untuk menggunakan
arena latihan di luar jam pelajaran, namun usahanya belum membuahkan
hasil.\n\nTerdapat tiga tahapan dalam merapalkan mantera sihir: meditasi, infusi, dan
pelepasan. Meditasi merupakan tahap pembentukan mantera dalam pikiran, pola sihir yang
membentuk dan mengarahkan Mana. Infusi merupakan tahap pengisian pola ini dengan Mana
dari lingkungan dan membentuk koneksi untuk menggunakannya. Akhirnya, Pelepasan
merupakan tahap pengalokasian Mana ke arah tertentu atau demi tujuan tertentu, dengan
memanfaatkan perapalan yang sesuai.\n\nAnnette menemukan kesulitan di tahap akhir.
Sejauh ini, dia baru mampu menyatukan pola sihir dengan Mana, namun tahapan tersebut
begitu menguras tenaganya sehingga dia kehabisan daya untuk menyalurkan Mana dalam
bentuk kohesif selama proses perapalan berlangsung, sehingga mantera yang muncul
terbilang tak utuh, atau bahkan gagal sama sekali.\n\nDan dia telah mencoba banyak hal
demi menyelesaikan masalahnya - meditasi panjang untuk menguatkan tekad, latihan
perapalan selama berjam-jam untuk memastikan kesempurnaan pengucapan.\n\n"Kenapa aku
masih gagal?" Saat itu sudah sangat larut, dan hanya ada Annette di perpustakaan, yang
merenung seraya memandangi tumpukan buku di hadapannya yang sejauh ini tak memberi
petunjuk ke solusi yang tepat.\n\n"Semua ini karena kau belum sepenuhnya memahami apa
itu sihir." Tetiba Annette mendengar sebuah suara, hangat namun jelas, yang
menyadarkan sang penyihir muda dari lamunannya. Dia mendongak dan melihat sesosok
wanita tinggi mengenakan gaun biru di hadapannya. Rupanya cantik, muda, namun
tatapannya menyiratkan bahwa umurnya tak semuda yang dikira. Dirinya memancarkan
kebaikan hati yang begitu kentara dan sulit ditolak, sulit diukur.\n\nAnnette
dihinggapi keraguan saat ingin menatap wanita tersebut. Wanita itu tersenyum ramah.
Akhirnya Annette membuka mulut dan bertanya, "...apa yang harus saya
lakukan?"\n\n"Beri tahu aku, nak - apa itu sihir?" Wanita itu menjawab pertanyaan
Annette dengan pertanyaan lain.\n\n"Sihir merupakan kekuatan supranatural yang
digunakan para penyihir. Penyihir membentuk pola sihir dalam pikirannya, lalu
mengisikannya dengan Mana, dan akhirnya melepasnya untuk tujuan atau target tertentu,"
jawab Annette.\n\nWanita tersebut mengangguk. "Jawabanmu sesuai teori. Namun tak ada
pemahaman di dalamnya, yang ada hanya definisi semata."\n\nAnnette tertunduk lemas,
sadar bahwa dirinya tak memberikan jawaban memuaskan. Seolah tak menyadari reaksi
Annette, wanita itu melanjutkan, "Mungkin sudah saatnya merombak kurikulum. Agar bisa
menggunakan sihir dengan baik, kau harus melupakan apa yang sudah kau pelajari dari
buku. Lupakan kata tak bernyawa yang tertulis di lembar tak bernyawa; jelajahilah
dunia, dan rasakan seperti apa sihir yang hidup dan
bernafas."\n\n"Tapi..."\n\n"Terkejut?" Wanita itu tersenyum. "Sihir bukanlah budak
penyihir. Semakin keras upayamu untuk memaksakan penggunaannya, semakin keras pula
perlawanan darinya."\n\n"Lalu apa yang harus kulakukan?"\n\n"Bertemanlah dengan sihir,
nak." Wanita itu menyisir meja di hadapan Annette dengan jarinya, meninggalkan jejak
kebiruan layaknya sungai mengalir. "Api itu bersemangat dan tak sabaran. Angin itu
lincah dan fleksibel. Tanah itu tenang dan stabil. Air itu mengalir dan bergelombang.
Petir itu ganas dan bergejolak. Setiap elemen memiliki sifat berbeda. Pahami dan
hormati mereka untuk menjalin hubungan yang baik, sehingga mereka bersedia menolongmu
saat dibutuhkan."\n\n"Bagaimana caranya?"\n\n"Bebaskan pikiranmu. Biarkan elemen
mengalir bebas. Perhatikan tanpa gangguan apapun. Pahamilah mereka, dan sisanya akan
mengikuti dengan sendirinya."\n\n"...terima kasih. Akan kulakukan yang terbaik."
Annette membungkukkan badan. Wanita itu mengangguk, dan dengan satu senyuman terakhir,
dia berbalik dan menghilang ke kegelapan. Annette menutup mata dan mulai bermeditasi.
Dia tak menyadari bahwa angin di sekitar ujung jarinya mulai bergerak, membentuk
aliran kecil yang mulai menari di sekitar dirinya layaknya anak kecil yang sedang
bermain...
D627223137D5B779_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D6A2F31093FA96D7_## = Begitu membenci kalangan bangsawan atas dari kerajaan terdahulu
- seperti Murad.
D6A724414180C549_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
D6BE96FA35DE7429_## = Waktunya usaha lebih keras!
D6F3863BFD811338_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D6F5B7B24C37A70A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
D6FAE5B4D759D991_## = Sunfall Valley
D710C4946261EB17_## = 26 JUN
D731260D5E2CE17A_## = Murad pernah bertarung bersama Violet dan rekan Demon Hunter-nya
di belahan timur. Mereka teman baik, walaupun Violet bisa sangat menjengkelkan.
D74288871F8A04A1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
D75BDA631BF2EE7D_## = Arwah akan tetap hidup, bahkan setelah mati.
D7838A4647AC2CCD_## = Kontak Lokheim
D78B7560B710F542_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D78E2DCEAEA97FF8_## = Kota nelayan kecil di sisi timur Norman yang seringkali diterpa
badai, hingga Annette datang dan membawa kedamaian dan kesejahteraan.
D78E9F0A0693AEF7_## = Biografi The Flash
D7A75F0F67D6A9DE_## = Kau menginspirasi diriku layaknya Cahaya Suci yang membelah
gelap malam. Terimalah karya terbaikku untukmu.
D7B4F4C7ADC56AF6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D7D5B44DF71BDDC8_## = Kuingin jadi camar, yang terbang bebas diiringi sejuknya angin
laut. Maukah kau ikut bersamaku dan merasakan nafas Seasoul Town?
D7E6E250126E23D3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D843325355726CFC_## = Zephys
D84A235EAA3DB8F4_## = Mist Island, Ancestral Temple.A swift figure darted through the
night under the cover of darkness."Old tree fifteen paces ahead to the left...thirty
paces beyond is the pond. Go upstream to ten yards outside the pavillion..."Hayate had
long memorized the landmarks, and he found his way easily towards the Dragon Tower,
where the Pact of Light was held. The Ancestral Temple was forbidden to all but the
ruling clan, but today Hayate had help, and he was able to fool the seals and Rune
that should have detected the intruder. As for the frequent patrols, Hayate relied on
his training and experience to elude them.Hayate had planned this for years, and he
was prepared for everything. Without any trouble or incident, he was soon standing at
the doors of Dragon Tower.That was too easy, Hayate thought. The elders of the ruling
clan had grown soft and weak, forgetting the pride that ran in their blood. While
there were promising youngsters like Airi, Hayate felt it was imperative that the
chains that shackled their blood be severed, so that his people can once again be
free.Mist Island was the gateway to Mount Orphean. The ancient dragon that created the
island entered into a pact with Archmage Edras to protect Veda for eternity.Having
inherited the blood of the dragon, Hayate was also bound by the same pact. He and his
fellow ninjas of Mist island were destined from birth to fight the enemies of Veda,
whether it was abyssal jungle creeps for the deepest part of the ocean, or pirates
driven by demonic seduction.Yet Veda always seemed to take the ninjas' sacrifices as
granted. This was why Hayate grew disillusioned with Veda - his people protected
Veda's glory with their blood and their lives, yet they received nothing in return,
not even a little respect.Hayate would earn that respect.The Dragon Tower had ten
floors, each of which was protected by special Rune.On the first, the Seal of
Willpower, which denied those who were weak of mind.On the second, the Seal of Blood,
which denied those who did not share the pure blood of the ruling clan.This was where
Hayate should have been stopped, but the potion that he received from Mganga elevated
the purity of his blood, which was enough to fool the defenses, and he passed without
incident.On the third, the Seal of Courage, which denied those who were lacking in
courage and determination.On the fourth, the Seal of Unity, which denied those whose
mind and body were not one.The potion not only increased the purity of Hayate's blood,
it also greatly strengthened his body and mind. With his goal in sight, Hayate felt
more alert and awake than ever.On the fifth, the Seal of Perception, which denied
those whose senses were not sharpened to be finer than a knife's edge.On the six, the
Seal of Insight, which denied those lacking in the powers of observation and
deduction.Having passed through the sixth seal, Hayate drank the last of the potion.
These trials were meant to test the future leaders of the ninjas, weeding out those
who had even the slightest weakness in any area. Already Hayate's skills compared
favorably to the very best among those who had lead the ninjas throughout their
history, and even he found the trials to be difficult and exhausting. But he could not
turn back now. And even if he could, he would not think of it.Three more floors.On the
seventh, the Seal of Clarity, which denied those who had doubt and misgiving in their
heart.On the eighth, the Seal of Strength, which denied those who were feeble in
body.On the ninth, the Seal of Enlightenment, which denied those who were not one with
the Way.Hayate dispelled the ninth seal, but soon felt his knees buckle and he almost
fell from the stairs. The three final trials tested mind and body in ways far beyond
the first six, and Hayate felt as though he had just experienced a thousand lifetimes,
tasting every single one of life's hardships and sufferings.He took a deep breath,
felt his senses come back to him, and reached down to his belt. Hidden there was the
nail of an ancient demon lord, which had been washed in the lava of the abyss, and
engraved with complex arcane inscriptions.This would be his weapon for severing the
Pact of Light.The stairs to the top of Dragon Tower lay before Hayate, and he
approached with caution. Even Hayate's tireless research did not yield any information
on what lay beyond. The only thing that he could be sure what was that it was more
difficult and dangerous than anything that he had encountered so far.In the span of a
hundred steps, Hayate had dispelled thirty-six hidden Rune. Unlike the defensive seals
of the first nine floors, these Rune were not simply designed to repel and reject -
they were designed to kill, and one wrong move would bring Hayate's journey to an
abrupt end.Hayate navigated all the difficulties and challenges with guile worthy of a
master ninja. But there was one flaw in his plan. He was not born into the direct
lineage, but an impostor, one who masked the impurity of his Dragon blood with voodoo
medicine and forbidden magic to gain entry to Dragon Tower. As the last Rune was
dispelled, the effect of the potion began to wear off, and the change in his blood
drew the Dragon’s ire."Who dares trespass on this forbidden ground?"Blue and white
light filled the tower, Rune of light igniting before Hayate's very eyes. The alarmed
cries outside the tower told Hayate that a decade of planning had come to naught.Even
so, he would not be so easily foiled. He still had the demon nail in his hand – his
one chance at turning the tables.Having made his resolve, Hayate stood up from his
crouched sneaking position, and not even the Rune of the tower could keep him down.
The piercing pain in his palm and the raging power of darkness buffeted his soul, so
powerful that they burned away the blue and white light that bound him. He could move
again.With tired but purposeful steps Hayate walked towards the pact. Dark energies
converged towards Hayate's fingertips, to the demon nail that he held in his hand,
covering his entire right arm in darkness.
D890246D0A3E3B00_## = Primal Night
D8A093749A00D0C1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
D8B6B0B268685EFB_## = Ooh, aku belum puas.
D8BDDD14A5F8704E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D8CD505E2C4D1851_## = Biografi Ishar
D8E4C8CAC01BCEB2_## = Biografi Skud
D8F9797E37C9FE2A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D936A34F38BC1EA2_## = TeeMee
D95A7DEB19D40F9E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D9644A958242E0E5_## = Baginya, kehancuran adalah bentuk keindahan absolut.
D9656BF95F402008_## = Aku berjalan di banyak dunia.
D977DBFDD3D7F5B2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
D987084BF516ACEB_## = Ada di bawah kekuasaan cabang keluarga Kingdom of Norman,
wilayah Moulin yang subur juga jadi pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan
kerajaan.
D9AD0AA66D800638_## = The Wanderer
D9EF4374C484A57C_## = Kingdom of Norman
D9FE3E7B604F0AD3_## = Biografi Annette
DA25DB963A1EADAE_## = Fall of the Dark Lord
DA386984C9074A91_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DA53871AE9EA2724_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
DA7AE4FCCA4FD675_## = Menyukai gadis muda yang lucu.
DA7E8F199EE6CB45_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DAAA6F1F831DE07B_## = Bergabunglah dengan pesta kematian dan pembantaianku!
DABED6A19B9543C4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DAFD2DBDDB3A49E4_## =
DB2B64A0C11D428C_## = Mist Island
DB53FB5B9CD2FA18_## = Dark Lord Reborn
DB849B1A4FE315A6_## = Kematian sang kakak jadi pukulan besar baginya.
DBB35BC82EE50807_## = Akan kutunjukkan jalan tinju.
DBD008754AAC0B2E_## = Ishar kesulitan menilai Veres - cantik, misterius, baik hati,
namun entah mengapa muncul di tempat penculikannya. Namun Furball berkata untuk
mempercayai Veres, dan Ishar mendengarkannya.
DC2B66B2003E7554_## = Ini tak bisa dibiarkan!
DC2B9EDCBA7BB3FD_## = "Mati satu iblis, tumbuh iblis lain."\n\nMina telah bersentuhan
dengan Abyss sedari lahir. Tanda lahir berbentuk sabit hitam pekat di belakang
lehernya memancarkan energi kegelapan yang memakan nyawanya.\n\nHal ini sudah lumrah
ada di tanah yang tercemari Abyss. Selayaknya wabah, energi kegelapan iblis menyebar
di populasi manusia, lelaki dan perempuan, yang muda dan tua, yang kuat dan lemah.
Satu-satunya pereda adalah fakta bahwa butuh waktu lama bagi kutukan untuk memakan
korban. Mereka yang terjangkiti dapat menjalani hidup normal hingga bertahun-tahun
dengan meminum ramuan khusus secara berkala. Usaha tak kenal lelah para tabib dan
penyihir memungkinkan untuk ramuan tersebut tersebar luas hingga terjangkau orang
banyak, yang mampu mengendalikan persebaran energi kegelapan. Sementara untuk obat
sesungguhnya, hanya kalangan bangsawan dan orang kaya saja yang memiliki akses. Orang
biasa seperti Mina bahkan tak layak menunggangi kuda yang mereka miliki.\n\nBahkan
ramuan yang lebih terjangkau pun cukup sulit dijangkau keluarga miskin seperti
keluarga Mina. Ikatan keluarga dan darah tak berarti dibandingkan kebutuhan bertahan
hidup yang mendesak. Mina dipaksa untuk bekerja di usia belia, mengais sedikit uang
demi makanan dan ramuan demi mempertahankan hidup. \n\nSementara kedua orangtuanya tak
sudi menyisihkan sekeping pun koin untuknya. Mereka yang tersentuh Abyss tak akan bisa
melahirkan dan dilarang untuk menikah. Sayang sekali, pikir orang tua Mina, karena
anak perempuan mereka tumbuh menjadi sosok yang sangat cantik, dan dia pun sanggup
mencari uang. Seandainya dia masih normal, tentu akan ada pelamar kaya raya yang sudi
meminangnya dengan mahar yang berlimpah.\n\nHati Mina begitu tersakiti oleh sikap
kedua orangtuanya yang dingin dan abai. Saat dia mampu hidup mandiri, dia meninggalkan
rumah tanpa ragu, tidur di jalanan dan menemukan keluarga baru bersama anjing dan
kucing liar.\n\n"Nona butuh uang? Saya punya solusinya… nona bisa membeli obat tanpa
perlu waktu lama." Layaknya bunga yang sedang bersemi, kecantikan Mina menarik
perhatian banyak orang, tak sedikit dari mereka yang mendekatinya. Jawaban Mina hanya
satu – menolak dengan tegas, bahkan jika perlu, dengan pukulan, untuk mereka yang
memaksa. Tak seperti orang kebanyakan yang tumbang karena kutukan, Mina tak menjadi
lemah karenanya; bahkan saat kutukan mulai menggerogoti nyawanya, justru Mina menerima
kekuatan super, cukup baginya untuk bertahan hidup di jalanan.\n\nMina tak menyadari
bahwa tanda sabit yang menempel pada dirinya merupakan tanda istimewa yang
ditinggalkan sesosok iblis, yang menjadi alasan mengapa hanya dirinya yang menerima
kekuatan lebih. Namun, dia berusaha untuk tidak menarik perhatian, sehingga
merahasiakan kekuatannya. Kekuatan tanda itu sendiri berhasil ditekan oleh ramuan,
yang memungkinkan Mina untuk bersembunyi.\n\nNamun ini tak bertahan lama karena Mina
seringkali menggunakan kekuatan tanda demi menyelamatkan diri. Kabar mengenai kekuatan
Mina ini pun tersebar, hingga ke telinga bangsawan, tabib dan penyihir. Perang
tersembunyi memperebutkan Mina pun dimulai.\n\nPemenang dari perang ini adalah Lorion,
pemimpin penyihir kegelapan, yang mengerahkan setengah kekuatan sindikatnya demi
menyingkirkan semua pesaingnya. Penyihir kegelapan tahu betul potensi sesungguhnya
yang dimiliki Mina, dan Lorion bertekad untuk menguasainya.\n\nNamun, kejayaan Lorion
tak bertahan lama. Saat hendak mengambil hadiahnya itu, dia menyadari bahwa kekuatan
Mina jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Ternyata Mina mampu mengambil sebuah
sabit dari badai kegelapan, yang merupakan sebuah artifak yang tak bisa digenggam
manusia biasa, artifak yang pernah menjadi senjata sesosok iblis kuat. Lorion bersama
kelompoknya menghujani Mina dengan sihir kegelapan terkuat yang mereka kuasai, namun
itu semua sama sekali tak mampu melukai dirinya.\n\n"Dia bukan manusia! Darah iblis
mengalir dalam dirinya dan raganya dikuasai kekuatan kegelapan!" teriak Lorion pada
kawannya, "Berhenti! Percuma saja. Kita tak akan mampu menaklukannya."\n\nTerpojok,
Lorion menciptakan pelindung yang menghalangi pandangan dan suara. Karena sedang dalam
pengaruh kekuatan kegelapan, Mina pun tak mengejarnya.\n\n"Tapi Lorion, kita harus
melanjutkan penelitian. Kita tak boleh melepas kelinci percobaan berharga ini begitu
saja…"\n\n"Aku punya ide," Lorion mengangkat tangan untuk menghentikan kawannya,
"Kita akan melakukan ritual pengorbanan dan mempersembahkan gadis itu pada Dirinya.
Dialah yang mampu menanganinya. Dia pasti sudi mengabulkan apa yang kita
minta."\n\nDan ternyata, Veera, yang masih memulihkan diri di Abyss, menerima
persembahan yang cukup memuaskan. Mina bersama tandanya, memang bukan purwarupa
sempurna, namun sudah cukup mendekati. Dan Mganga pastinya mampu mengenyahkan
ketergantungan Mina atas ramuan penyembuh.\n\n"Kau sekarang jadi milikku, Nak." Legacy
of Maniara, Primal Night, memungkinkan Veera untuk menguasai makhluk kegelapan dengan
mudah, tak terkecuali Mina.\n\n"Kehendakmu adalah kehendakku, ratuku."\n
DC2E7D97A04897A1_## = Broken
DC33F44A6D1E5E08_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DC7205694A599BCF_## = Chapter 12
DCB13F3F1618444C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color>
dengan <color=#ffd200>{0}</color> dan Hero berkaitan.
DCC506697248B45F_## = Pengelana
DCC67CED666678B0_## = Moren
DCD4B21E0A6F9D02_## = Mantan Rekan Seperjuangan
DD17E6CAF4238545_## = Red River
DD3C3870C93B89F7_## = 33 MAR
DD442F757271D8AD_## = Sebuah organisasi ekstremis misterius yang didedikasikan untuk
membasmi ras non manusia. Banyak kalangan atas umat manusia yang dipercaya memiliki
ikatan dengan organisasi ini, terutama yang berasal dari Federation.
DD4E940A556815C2_## = Uang?\nMemang berharga, tapi bukan segalanya.\nYang kucari
adalah ambisi - bukti kau pantas menggunakan jasaku.
DD90912D7AAB40FD_## = Zuka
DDAD040CC8372400_## = Aku ingin terbang dan berteman dengan angin.
DDB7AB848454E0BF_## = Sekutu Elf
DDD169E1D98B3CAF_## = Toro
DDF1BA9AEFCABC67_## = Federation of the Free
DE1A4D3B96B1C79D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DE23730EB737F80B_## = Terletak di sisi timur Norman, Carano dijadikan markas
Magister's Council, yang merupakan pusat ilmu dan sihir. Banyak pengunjung yang datang
jauh-jauh hanya untuk menyaksikan kemegahannya.
DE39387B3CC97199_## = 53 MAR
DE3B10A5E7A96AD3_## = Hall of Gospel
DE58877606571B40_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DE62093F295C8987_## = Rakyat
DE80935DCB81B890_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DEF9DAA61A5641BC_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
DEFCA4359880B5DF_## = Rambut panjangnya perlu perawatan setiap hari.
DF2D79112CF2D2C9_## = Apa warna favorit Ishar?
DF59D39711821066_## = Menulis sejumlah buku terkenal tentang sejarah terpendam.
DF61B59544B43BE2_## = Selincah angin, sekokoh batu.
DF7D8E42B29CD54C_## = Selincah angin, selembut hutan.
DF87089AA3A4C976_## = The Sentinel
DF952D54E454342F_## = Afiliasi Veda
DFB362AABCC309F6_## = Perburuan
DFC32E0196B961D1_## = The Diviner
DFFC33017FDC5D66_## = Benci mendung dan hujan karena menghalangi Holy Light.
DFFD6EA17EE9BE58_## = The Great Wall of Norman protected the southern border of the
kingdom, stretching across mountains and plains like the spine of a great dragon.
D'Arcy was the builder and guardian of the wall, and for hundreds of years he stood
tall at the southern front, leading the Southern Legion against the hordes of Lokheim,
protecting the people from being ravaged by the abyssal host."So...you claim to be a
prince?" The soldier examined the creased and crumpled papers, presented to him by the
young man before him who was dressed nothing like a prince, to say the least. The only
reason he did not order the two swindlers arrested on the spot was because the magic
seal on the document was, in fact, very much legitimate, and not something that could
be counterfeited by any aspiring scammer."As I said, we have come to visit Lord D'Arcy
with the full blessing of your king. His Majesty issued these papers guaranteeing free
passage throughout the kingdom with the exception of the royal palace and Carano. You
know what the royal seal looks like. What's the problem?" Murad frowned in annoyance.
He and Yena were stopped by a patrol from the Southern Legion as they approached the
restricted zone some fifty miles from the Great Wall, and now they had to convince
this hard-headed soldier that they had business being here."The Great Wall is part of
the restricted zone of Carano...it's not clear whether these papers grant you free
passage in this area as well. And if you are really here to see Lord D'Arcy, shouldn't
you have a letter of reference from another mage? It's part of their long-standing
tradition, isn't it?" The soldier remained suspicious, though his tone was not
entirely confident. As irregular as these unannounced visitors were, their papers were
very much in order."We were supposed to have one. Unfortunately, a certain someone was
so impatient to be here as soon as possible, that His Majesty's royal mage did not
have the time to write one..." Yena glared at Murad as she interjected, though she did
not press the issue any further. After all, she was no less excited than Murad when
they heard from Thane that D'Arcy may be able to repair the Artifacts of Time. And so
they set out for the Great Wall as soon as they received their papers of passage,
loathe to wait even one moment.It took some persuasion, but the sentry eventually
agreed to let the two visitors enter the restricted zone under escort, with a young
mage by the name of Adele."You can leave your horses here. The stablemaster will take
good care of them." Unlike the other soldiers, Adele was warm and friendly."But it's
quite a ways to the wall, isn't it? You can ride with me if you don't have enough
horses - don't worry, I'm a good rider." Murad put on his most charming smile, while
Yena rolled her eyes."We have no need for such primitive means of transport here. And
your mounts look like they could use some rest," smiled Adele back, deftly deflecting
Murad's flirting attempt."But what -" Murad did not manage to finish his sentence. The
ground shook beneath him as a massive metal beast of red and black rushed towards
them, roaring with the sharp scream of a whistle."Welcome to the Great Wall, the
forefront of magical advances!""Is this all the product of magic?" Murad looked out of
the train window in wonder at the many strange buildings rushing by, like a wide-eyed
child from the country on his first visit to a big city.Adele answered their every
question patiently - eagerly, even. It did not take long for Murad to get the measure
of her - she was more than happy to answer any question about magic, especially with
the appropriate admiration in response.On other issues, however, Adele was a closed
book - even seemingly innocuous questions, such as what D'Arcy's favorite food was,
were met with polite but firm refusal. Tried as he did, Murad could not extract any
information on D'Arcy from Adele, and he regretted not spending some time to learn
more about D'Arcy in his eager haste.Perhaps this called for a woman's touch. Murad
kicked Yena lightly and was met with a sharp kick in the shins and a nasty look,
before she turned to face Adele."Where I came from, magic was a tool for the ruling
class to oppress the people. I never knew that it could be used in such ways, for the
benefit of the people." Yena's voice was sincere, revealing the inequity and hardship
she experienced at her homeland, earning the sympathy of all who were listening -
except for Murad, whose shins still hurt.Adele took Yena's hand and said, "It is Lady
Sephera's dream to use the power of magic to change people's lives for the better. I
don't know much about your home, but I'm sure that Lady Sephera and Lord D'Arcy will
not stand idly by if your people need help. As His Majesty said, commoner, noble or
mage, the human race must stand united against the threats to our world.""Will Lord
D'Arcy help us?" Yena squeezed Adele's hand."Of course! He may seem cold and aloof to
many, but he is always kind and helpful to those in need.""Lady Adele, we are almost
there." The train conductor's voice broke the poignant atmosphere in the train.
E00A88C249E0CC3B_## = Makanan favoritnya adalah kue bunga asli Rosenberg.
E0350067DDC00897_## = Aku suka dunia ini, karena selalu ada yang baru.
E04027EC723E576A_## = The Tainted
E047BF5BC71B944E_## = "Kegelapan hancur di hadapanku!"\n \nSebagai kepala the Holy
Knights, Yorn memiliki tubuh yang kuat, wajah tampan, dan keterampilan memanah yang
luar biasa. Dalam pertempuran, betapapun brutalnya atau mengerikannya itu, Yorn selalu
mengambil peran memimpin the Holy Knights menuju kemenangan dan kemuliaan. Karena
kharismanya, orang sering keliru mengira dia adalah peri. Faktanya, Yorn benar-benar
manusia sebelum dibaptis. Ia dilahirkan di Holy Hall dan dibesarkan secara religius.
Mimpi terbesar Yorn adalah berdoa dengan saleh untuk Holy Hall dan Dewa-dewi sampai
kematiannya, namun, dia ditakdirkan untuk tanggung jawab dan tugas yang lebih
penting.\n \nPada saat itu, invasi kegelapan pertama telah terjadi ratusan tahun yang
lalu. Peradaban sihir dan teknologi manusia telah berkembang berkat ekspansi
teritorial. Sementara itu, sebagai hasil kerja sama dari Holy Hall dan Kingdom of
Okka, roh kavaleri dibuat oleh Raja Arthur, raja pertama Okka, telah dimasukkan dalam
doktrin Illumina. Holy Hall juga mulai membangun Ksatria Suci sendiri.\n\nBelajar dari
perang terakhir, Ilumia akhirnya sadar bahwa para demi-gods akan kalah jumlah dengan
Tentara Kegelapan yang ganas. Seandainya Forest of Shadows tidak menyerang balik atau
Tel'Annas tidak menembak panah terakhir itu, dunia akan sudah ditelan kegelapan.\n
\nSejak perang berakhir ratusan tahun yang lalu, Ilumia telah merekrut dan membaptis
sekelompok murid yang setia dari manusia dan Orc. Orang-orang terpilih mulai mengisi
posisi di manajemen menengah, sehingga dia dapat menjalankan rencana politiknya secara
lebih efisien. Pembentukan Ksatria Suci menandai meningkatnya kekuatan militer Holy
Hall.\n \nPencarian Ksatria Suci sangat menarik bagi para remaja. Hampir setiap remaja
di wilayah ini berlatih satu sama lain setiap hari di arena untuk memperjuangkan
kehormatan dan kemuliaan melindungi Holy Hall dan para Dewa. Yorn adalah salah satu
dari mereka, meskipun dia dianggap lemah karena tubuh manusia biasa, dia masih
berhasil melewati babak akhir perekrutan dan mengamankan tempatnya.\n \n Apa yang
membuatnya berani dan percaya diri selama proses pemilihan adalah ramalan dari Jinna
ketika dia pergi ke gereja untuk berdoa. Ramalan berbunyi: "Langit seperti busur,
matahari sebagai anak panah; panah ilahi menimpa, cahaya memunggungi matahari dan
bulan." Nubuat yang penuh teka-teki membingungkan Yorn, dan Jinna menolak
menjelaskannya lebih jauh. Untuk Yorn, masa depannya entah bagaimana berhubungan
dengan busur dan anak panah. Sejak saat itu, terlepas dari apa yang menghalangi
jalannya dan tidak peduli bagaimana rekan-rekannya mengejeknya, dia berusaha keras
dalam berlatih memanah.\n \nBertahun-tahun kemudian, Yorn sudah menjadi kepala Ksatria
Suci. Dia masih bersyukur atas masa pelatihan yang panjang, yang membantunya dengan
menjadi anggota Ksatria Suci, dan juga memperlengkapinya dengan wawasan strategi yang
luas dan gaya bertarung yang unik (membunuh musuh dalam satu tembakan). Untuk itu, dia
selalu merasa berhutang pada Jinna.\n \n Sebaliknya, Jinna tidak pernah mengakui bahwa
ialah yang memberitahu Yorn. "Saya baru saja dipromosikan sebagai murid pada saat itu.
Kekuatan takdir saya sangat tidak stabil, itu sebabnya Ilumia memberi saya artefak
untuk mengekang kekuatan itu. Jadi, saya mengatakan kepada Anda untuk melakukan apa
yang Anda rasa merupakan keunggulan Anda dan hindari sesuatu yang tidak Anda bisa.
Itulah yang saya maksud dan saya tidak ingin terdengar mengecewakan. "\n \n "Lalu,
bagaimana kamu tahu aku pemanah yang berbakat?" Yorn bertekad untuk mengetahui
kebenaran.\n \n "Biarkan aku memberitahumu sebuah rahasia. Aku terobsesi dengan
Tel'Annas, terutama bagaimana dia menembak panah terakhir itu, jadi aku ingin sekali
membuat semua orang belajar memanah!"\n \n Dengan tidak percaya, Yorn berteriak, "Kamu
hanya berusaha mempermalukan saya, bukan?"\n \n "Apakah itu penting sekarang? Mengapa
kamu begitu serius dengan hal itu?" kata Jinna, acuh tak acuh.\n \n "Aku mendengar
sesuatu tentangmu, Jinna. Kau takut akan mundurnya kekuatan takdir, itu sebabnya kau
menolak mengaku telah memberiku keberuntungan. Benar, kan?" Yorn mengamati Jinna,
berharap mendapatkan jawaban yang lebih baik.\n \n "Aku sudah mengatakan padamu
berulang kali, dan kuberitahu lagi — Jangan terlalu serius." Jinna menghela nafas.\n
\n "Aku mengerti. Terimalah ucapan terima kasihku. Aku akan kembali lagi."\n "Sampai
jumpa."
E04B10995B5400CD_## = The Pure
E0AA59B1C26EEE5A_## = Semasa Invasi Ke-dua Lokheim, Tel'Annas bersekutu dengan Kingdom
of Norman melawan Lokheim. Dia menganggap Thane sebagai teman yang dapat dipercaya,
sesuatu yang sulit didapatkan Sang Ratu.
E0E253EFAF6EF999_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E0FE46A2B7F0FF5F_## = 14 AGU
E120E21E0440A877_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E129A337653CEF6B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
E1358BC723D01280_## = itching to give the Corrupted a taste of their fangs and
claws.The Okka forces were far less eager. The soldiers sent to attack the wall were
the elites of the two orders. Already less than committed to begin with, the vassal
knights had little interest in meeting the innumerable enemy horde."I know many of you
think me unfit for the throne. I know many of you think I bow too low to Veda. I care
not for what you think." Arthur said as he surveyed the assemble nobles. "All of you
swore to serve Okka in its time of need, and now is the time. Will you continue to
hide behind your soldiers and your walls, measuring your profit and loss like some
merchant counting out his coin, or will you make good on your vows and show your
people that you are worthy of them?Today, I fly the Golden Wings and go into battle in
the name of my father the king and the Kingdom of Okka, to fight along our allies unto
glory or unto death! Fight by my side if you will, or go home to the castles of your
fathers and their fathers before them, and see if you can stand before them and be
unashamed!"With this Arthur left, leaving his nobles looking at each other and at a
loss for words.The Silver Wings were the symbols of the Okka royal house, and the
order of knights that answered directly to it. But the order also had another flag -
the Golden Wings, created by Josef, the seventh king of the Kingdom of Okka.When Count
Jonassen broke away with part of the Silverwing Order, rebelled against the crown and
besieged Silverwing Castle, Josef, who had never had much of a reputation for courage,
surprised everyone by putting on his armor and leading the sally personally. His
loyalists flew the Golden Wings to distinguish themselves from the rebels, and,
inspired by the flag, were triumphant that day.The Golden Wings thus became known as
the Order of Silverwing's colors in the direst hour. Under the banner there would be
no retreat, no turning back; every knight was sworn to fight to the death, including
the grandmaster himself, who was always the king."Well, doesn't look like we're
getting out of it," said one of the nobles, breaking the silence."All part of Lady
Ilumia's plan, to send humans to fight and die while she sits high up on her
mountain.""Maybe she'll let us be buried on Mt. Orphean's steps, so that her believers
can tread on us.""She doesn't want someone like you. You have a better chance to line
the steps into Lokheim.""Shut up, Luke, if you still want to mount your horse with
your own two legs.""Enough! There is at least one thing that the prince is right
about. We are knights, not merchants.""Yes! We will show those Veda hard-heads what a
true knight is about."...Rallying under Arthur and Tel'Annas' banner, the allied
forces met the Corrupted Legion on the plains.With Klaus having joined the battle, the
Templars were finally at full strength, and Yorn fired off arrow after arrow into the
Corrupted ranks. So did the Forest Guardians, and with each hail of arrows numerous
Corrupted fell, but Tel'Annas alone stood unmoving. Her bow and arrow were reserved
for one whom only they can vanquish.While the Templars Drew the attention of the
Corrupted, the remaining Silverwing Knights were able to regroup and join up with the
vassal knights, deployed along the Forest Guardians' flanks. The Golden Wings flew
high, beneath which were Arthur and his loyal Companions.The allied forces held their
limited remaining cavalry in reserve. Without an effective way to scout the
battlefield, they did not notice the black and red banner joining the battle behind
the Corrupted ranks."Time to begin - no, time to end it all." Preyta gave his final
order, then commanded his wyvern to turn around and fly towards the depths of the
valley. In the north, Aleister was still preparing his Rune, while there was no
movement from Grakk in the south, which was good news. A thousand Templars should be
enough to sate Grakk's appetite somewhat.At Preyta's signal, Nakroth and his Blood
Knights rode forth. At the same time, Taara and Arduin also prepared to assault the
Forest Guardians' lines. Nerov, who was roaming the battlefield collecting stray
souls, frowned in disappointment at his orders, but went to meet up with Taara and the
other Corrupted leaders per his orders. At least the chance to sing the elven queen's
dirge was worth looking forward to, he thought...."The...the Blood Knights!"A soldier
recognized the dread banner of the Blood Knights and cried out before he was impaled
by a hellsteed's claw. The Blood Knights tore through the Okka ranks like hot knife
through butter, exposing the flanks of the Forest Guardians.Having found a worthy foe,
Tel'Annas raised her bow, and an arrow of life and darkness flew towards Nakroth,
riding at the head of the Blood Knights.Nakroth leaped from his sadlde and the arrow
passed impaled his mount, passed through where he was an instant ago, and cut a bloody
swath through the Blood Knights' ranks.The sight of the Blood Knights' ranks in
disarray was a rare one, but it did not stay that way for long, and they quickly
regrouped as they rode along the flank. Nakroth on foot was not much slower than a
hellsteed, and he was quickly given a new one by one of his men.The Blood Knights were
merely a diversion. It was Taara and her Corrupted Legions who formed the main
attack.All the Forest Guardians heard a heart-rending song, soft yet unmistakably
clear even in the heat of battle.
E145228BCBBC24A3_## = Petarung
E1495E67749E2A7F_## = Aroma darah.\nTangan Richter menggenggam erat gagang pedangnya
dan dia diam-diam berjalan maju. Mengintip dari balik semak-semak, dia menyaksikan
pemandangan mengerikan - anggota tubuh berceceran di tanah hingga meninggalkan warna
merah pekat di tanah, monster Abyssal dengan lahapnya sedang bersantap. Gerobak yang
hancur beserta peralatan yang terbengkalai jadi pertanda bahwa korban merupakan
pedagang karavan.\nPerburuan dimulai.\nDi balik sikap Richter yang tenang, ada sisi
yang gelap dan jahat. Dia mendambakan perburuan, dengan terjun dalam nafsu kelam yang
terkadang menguasainya.Matahari, pepohonan, danau yang jernih...itu semua merupakan
kenangan pertama Richter. Dia merupakan anak yang tumbuh di alam liar hingga sesosok
petugas militer menemukannya dan membawanya kembali ke peradaban.\n"Anak itu diam,
berjalan dengan empat kaki, dan bertahan hidup seorang diri di alam liar. Dia
cenderung seperti hewan buas dibandingkan manusia, bisa beradaptasi dengan alam liar,
dan mampu berubah wujud sesuai lingkungan yang dipijaknya. Sosok yang menjanjikan,"
tulis petugas yang menemukan Richter.\nRichter dimasukkan ke satuan Demon Hunter,
dipaksa menjalani percobaan ilmu hitam tak kenal ampun yang mengubah orang biasa jadi
prajurit super, dengan sedikit kesadaran atau pengetahuan tentang apa yang sedang
dijalaninya. Namun dia mampu keluar dengan relatif utuh dari prosedur yang seringkali
memakan nyawa dan menyisakan mutasi mengerikan pada mereka yang selamat, berkat
kemampuan luar biasanya untuk beradaptasi - satu-satunya perubahan fisik yang
menimpanya adalah rambutnya yang berubah putih. Penyihir yang menyaksikan
tranformasinya menyimpan catatan, "Menunjukkan kecocokan yang tak disangka dengan ilmu
hitam. Disarankan untuk terus diawasi."\nSaat prosedur selesai, Richter berdiri dan
berjalan keluar. Debu di angin, rambut di kulit orang, kicauan tenggeret dari kejauhan
- semuanya terasa nyaring dan jernih di hadapan inderanya yang meningkat tajam. Dunia
ini terasa baru, dan dia merasa rerlahir kembali.Perhatiannya sesaat tertuju pada
kenangan lama, Richter tersadar dari lamunan dan melihat lusinan monster Abyssal yang
menerjang ke arahnya. Dia mengangkat pedangnya, dan tanah di bawahnya berubah merah
tua.\nTanda kemerahan pun muncul di kepala para monster, seraya naluri alami mereka
bereaksi terhadap ilmu hitam bawaan Richter. Lalu mereka meletus, hanya meninggalkan
kabut merah darah.\nRichter meletakkan pedangnya kembali di sarung, menyeka darah dari
wajahnya, dan mulai mencari barang berharga di karavan yang malang itu. Adanya jarahan
serta uang buruan dari perburuan monster, membuatnya tak lagi khawatir untuk
memikirkan jatah minum selama sebulan penuh.\nRichter berdiri, dan cahaya matahari
terbenam membentuk bayangan panjang di belakangnya.\n\n- Selesai -
E15C32DC2BBDB271_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
E1824EBC3120511C_## = Mganga
E189E43A2D86460D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E1AD57D3FABB29C9_## = Gemar memandangi bintang-bintang dari atap.
E1BCD078F2868335_## = Hall of Wisdom
E1C9B407874901B2_## = "Sang Pedang Keadilan yang mengakhiri kekacauan, dan sang
pemimpin tak terkalahkan yang membawa kedamaian!"\n\nBerbekal pedang suci di tangannya
beserta kebajikan di hatinya, Arthur adalah sosok pemimpin pertama sesungguhnya dalam
sejarah umat manusia. Dia terlahir di jaman ketika keyakinan telah runtuh dan dunia
diselimuti kegelapan. Menghadapi kaum Beast yang mengamuk, dan iblis yang haus darah,
manusia tak hanya dilanda ketidakberdayaan untuk melindungi diri sendiri, namun juga
jauh dari tuntunan para dewa, yang seharusnya dapat mencegah pecahnya perang sipil.
Era kekacauan ini tak kunjung pudar hingga munculnya Arthur. Mengusung prinsip
keadilan dan kebajikan, dia mengukir jalan ketentraman dan disiplin sebagai seorang
kesatria.\n\nSikap kesatria Arthur diterima dengan baik dan dikagumi semua pihak. Dia
memimpin para kesatria pemberani dari seluruh penjuru untuk mengambil sumpah di
hadapannya. Di bawah kepemimpinannya, mereka membentuk ordo kesatria pemberani yang
berlatih seni berperang. Mereka mengusung panji keadilan dan kebajikan atas nama
Arthur. Mereka menyisir penjuru negeri, membasmi segala bentuk kejahatan. Dan yang
terpenting, mereka mewujudkan ketentraman dan keadilan di tengah kegelapan, hingga
memastikan keselamatan umat manusia.\n\nApa yang dilakukan Ordo ini berhasil
mengacaukan rencana pasukan iblis yang berniat menyerbu. Arthur menjadi duri dalam
rencana Maloch sehingga kesatrianya menerima serangan tak henti di banyak kesempatan.
Namun, hal itu sama sekali tak menggoyahkan Ordonya. Arthur dan kesatrianya tetap
berdiri teguh dengan tekad yang kuat. Ketahanan dan ketangguhan mereka begitu
menginspirasi.\n\nSejak saat itu, banyak pemuda yang menantikan kesempatan untuk
menjadi bagian Ordo. Posisi yang kosong pun segera terisi. Perkumpulan ini, yang loyal
baik pada semangat kesatria maupun pemimpin mereka, Arthur, perlahan tumbuh menjadi
kekuatan yang tak bisa diremehkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, umat manusia,
yang sudah sejak lama dipandang sebelah mata oleh ras lain, akhirnya mendapatkan
pengakuan dan rasa hormat dari semua pihak.\n\nBahkan saingan lama mereka, the Dark
Forest, menawarkan aliansi pada Arthur. Holy Hall yang tersembunyi membawa berkat dewa
bagi Ordo dan kesatrianya. Arthur dan jiwa luhurnya memberi keberanian pada umat
manusia dan penerusnya, khususnya Thane, yang akan mewariskan ajarannya dari satu
generasi ke generasi berikutnya.\n\n"Kilau Pedang Keadilan akan memancarkan sinarnya
untuk para kesatria!"
E1CC3A441CBEF37F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E1FAF182FA6C2262_## = Afata
E1FDB79B9CB70A4F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E1FF9895EFF7CD64_## = Xeniel
E221F1B13D3B6005_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
E225F8A0B7A4A47C_## = 185cm
E22CA3219636A81E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E22DEDA8ED9463DD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E266398E0E25EC70_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E26928A324DD99D2_## = Ada banyak masalah di dunia ini, dan senapan bagus bisa jadi
solusinya.\nDan dengan bayaran yang sesuai, aku bisa menyelesaikan masalahmu.
E2702EAD8DB472E5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E2A0126422E38F2F_## = Satu-satunya kota pelabuhan Federation of the Free. Kekuatan
militer begitu terasa di sana demi mempertahankan keberlangsungan Federation, dan
pengaruh militer pun begitu terasa dalam sistem pemerintahan kota.
E2AFF76A26D17FE1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E2D0A5F3097F7036_## = Arduin
E2E9D2072B7D55F9_## = 13 MAR
E3017188837ED62A_## = Rosenberg, yang ada di sebelah barat laut Kingdom of Norman,
berperan sebagai pusat kekuatan militer kerajaan selama bergejolaknya Perang Utara dan
Selatan. Dikenal atas kekuatan kesatria dan kudanya, daerah ini jadi pusat perdagangan
antara Norman dan Okka.
E3023E5DA7F6FB44_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E308E8288EBFACD5_## = Musuh dari musuhku...tetaplah musuhku!
E312F3EA57E1DB42_## = The Immaculate
E32EAD434DF95E8E_## = Fall of the Dark Lord
E3499A3749E7FDFE_## = Makan, tidur lalu makan lagi.
E352669AC8C2714C_## = Prajurit Elemental
E3666456BC572370_## = Penguasa Lokheim, Ratu tanpa Mahkota
E382C12480C70197_## = Saat menghabiskan waktu di Veda, Liliana untuk pertama kalinya
mengambil wujud manusia, yang terinspirasi oleh Ilumia.
E40E5B9549CE6A77_## = First Lokheim Invasion
E425ED7A88FE6BA9_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
E4596EF84A252986_## = Mganga begitu tertarik pada Zip, dan Zip sering bersembunyi di
balik Mina saat melihat Mganga. Zip belajar ilmu pertukangan supaya bisa membuat pintu
dan jendela mampu mengatasi ulah sang ilmuwan.
E467E0CB717BAD65_## = Saingan terberat Violet semenjak beralih profesi jadi prajurit
bayaran adalah Butterfly, yang selalu memiliki peringkat Guild lebih tinggi.
E4720A784A6AD43E_## = Elborne Woods
E47528A96A992AB4_## = "Hey, bung, pernahkah kau melihat Iblis sebelumnya? Maksudku,
Iblis yang sesungguhnya, yang bisa berpikir dan berbicara."\n"Tentu saja
pernah."\n"Sungguh?Seperti apa bentuknya?"\n"Yah, aku tidak melihatnya dengan jelas.
Aku sedang bertarung dengannya. Dia memukul kepalaku dengan sangat keras dengan
palunya hingga aku pingsan. Ketika aku tersadar, pertarungan telah berakhir."\n"Haha,
tidak heran mereka memanggilmu Richter si pembual! Kau terlihat lucu ketika sedang
bertingkah serius."\n"Pembual? Hei, aku tidak sedang membual!" Richter bergumam,
meneguk malt asam yang pahit dari botol pinggulnya.\nDia mengatakan yang
sebenarnya.\nSebagai mantan Pemburu Iblis, Richter biasa bertarung dengan Iblis
sesungguhnya bersama teman-temannya. Kelompok prajurit super ini telah dimodifikasi
dengan Abyssal Essence, yang secara signifikan meningkatkan kekuatan dan stamina
masing-masing ke level yang lebih tinggi. Dengan demikian, mereka dapat menghadapi
Iblis secara langsung.\nSaat itu adalah era kejayaan berburu Iblis. Di daerah di mana
gerombolan makhluk kegelapan menghancurkan dan membuat kerusakan, para Pemburu Iblis
sangat dihormati oleh orang-orang, bahkan lebih dari Legiun. Namun, dengan adanya
kemunculan grup Keturunan dan "Perang Penyucian", para Pemburu Iblis, yang berhubungan
dekat dengan Para Pewaris, berada dalam bahaya.\nMeskipun mereka melewati serangkaian
pengujian sihir, reputasi mereka yang rusak tidak bisa diselamatkan. Pada akhirnya,
semua Pemburu Iblis direkrut sebagai bala tentara dan ditempatkan di lini depan di
Selatan. Mereka bersumpah setia ke jalan yang benar dengan mengorbankan diri mereka
dalam pertempuran melawan gempuran Abyssal. Richter merupakan salah satu dari beberapa
Pemburu Iblis yang masih hidup.\nSetelah ditinjau dan dievaluasi oleh Dewan Sihir,
Richter diizinkan kembali ke komunitas manusia selepas pertempuran. Dia pun menerima
upah yang ia tabung dan ratusan lencana militer dari rekannya yang sudah gugur. Ia
tahu bahwa pengorbanan dan pencapaian rekannya akan terus ada di dunia selama ia masih
hidup.\n"Masa lalu terasa lebih adiktif dibandingkan alkohol!" Richter terbangun dari
mimpi nostalgia dan melihat botol pinggulnya yang kering. Perlahan ia menyimpan
botolnya di saku, karena ia perlu menyisakan sebelum ia mencapai gudang persediaan.
Jika tidak, malam yang sepi dan panjang akan menjadi tak tertahankan. Pada saat itu,
dia berdoa agar makhluk-makhluk menjijikan yang bersembunyi dalam kegelapan tidak
menampakkan diri, sehingga ia bisa menyelesaikan tugasnya untuk "Berburu Iblis"
sesegera mungkin.\nSaat ini, Richter bekerja sebagai tentara bayaran paruh waktu.
Tujuh hari yang lalu, ia bergabung dengan karafan yang telah diikuti oleh makhluk
kegelapan selama berhari-hari dengan menyamar sebagai anggota kelompoknya yang hilang.
Yang sangat diinginkan makhluk jahat adalah limpahan Magic Ore dari padang pasir besar
di barat di dalam truk yang dibawa oleh delapan tunggangan.\n"Pada awalnya, tentara
bayaran dari karafan tidak cocok dengan Richter yang kikuk. Setelah Richter berbagi
sedikit perak, mereka dengan senang hati menyambutnya. Bagi mereka, perak hampir sama
berharganya dengan emas. Itulah mengapa ketika Richter menawarkan diri untuk berjaga
di malam hari, Ketua karafan menolak permintaannya dan menyuruhnya kembali tidur, dan
menyakinkannya, "Di rute perdagangan ini, tidak akan ada yang berani mengganggu
kita."\n"Bukan manusia yang aku khawatirkan!" Richter bergumam, mengambil sebuah perak
lagi. Dan berbisik ke Ketua, "Tidak ada yang bertanya-tanya di mana anda berada malam
ini. Sebaiknya anda beristirahat dan menyimpan tenaga untuk esok hari."\nDengan cara
itulah Richter "membayar" untuk mengambil tugas jaga malam. Namun dia masih pemula,
sehingga Ketua menugaskan Layne untuk menemaninya. Richter sama sekali tidak peduli.
Bahkan ia benar-benar membenamkan diri ke malam yang gelap.\n"Berapa lama lagi kau
bisa bersembunyi?" Richter menatap api unggun, berbicara pada diri sendiri. Tiba-tiba,
hembusan angin bertiup, seolah menjawab pertanyaan Richter. Suhu di sekitar perkemahan
menurun drastis, dan Richter menyadari jika mangsa yang ditunggu akan segera
muncul.\nPerubahan yang mendadak di lingkungan membangunkan tentara bayaran. Mereka
tidak sensitif terhadap makhluk kegelapan seperti Richter, tetapi pengalaman bertahun-
tahun dalam pertempuran telah membuat mereka dapat merasakan bahaya yang akan muncul.
Ketika mereka keluar dari perkemahan, dengan senjata lengkap, mereka menyaksikan
pemandangan menyeramkan: Richter, mengayunkan pedangnya, bertarung melawan segerombol
makhluk kegelapan yang mengerikan.\n"Meskipun gelar Pemburu Iblis tak lagi disematkan
pada diriku, aku tak akan pernah melupakan tanggung jawabku sebagai Pemburu Iblis!"
Richter melihat mangsa di depannya, bergumam, "Aku tahu bahwa kau tidak akan pernah
melupakan bahaya dan kengerian yang menemani gelar ini. Tidak peduli apapun yang akan
terjadi, aku tidak akan kabur."\nDia mengarahkan pedangnya ke langit, seolah Dewi
Cahaya merobek kegelapan dengan jarinya.\n"Aku bertarung dimana kegelapan muncul!"
E498C27A671BD5E1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E4A16A62AA44707E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E4C4BF3675CE9BE9_## = The Herald of the Void
E4DA45B6578260C7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
E4E4F801EF3CA15E_## = "Pukul aku hingga jatuh dan aku akan bangkit kembali!"\n\nLahir
di klan Bloody Axe, Ormarr memiliki kekuatan besar dan kemampuan bertahan yang hebat.
Ormarr telah berperang berkali-kali dengan pedang dan palunya yang besar, dan selalu
menjadi yang pertama menyerang dan orang terakhir yang mundur.\n\nKemampuan bertarung
yang luar biasa dan kesukaan berperang membuat ia terkenal dengan nama "The
Berzerker", serta dikagumi oleh sesama prajurit dan masyarakat luas. Ormarr bermimpi
untuk menjadi kepala klan, namun ambisi ini membuat dia banyak membuat keputusan
bodoh. Suatu ketika ia mencoba menjarah persediaan sekutu, dan membuat klan-nya
dikucilkan ke negeri utara yang penuh salju. Namun klan-nya tetap setia dan berperang
bersamanya menuju kemenangan besar.\n\nSaat tentara Iblis menguasai benua, Ormarr
memimpin tentaranya untuk berperang melindungi benteng klan-nya. Orang-orang sangat
kagum akan keberaniannya sehingga mereka memenuhi benteng, menyumbangkan persediaan
makanan dan peralatan perang. Sejak itu, semua orang menghormati Ormarr dan klan-
nya.\n\n"Medan perang adalah satu-satunya tempat seorang prajurit pantas mati!"
E50CFF5E023BF7C8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E51CD08C1F0D7A72_## = Kingdom of Norman
E523A543D03C1834_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E5634281F6BDABCD_## = Suka berpanah dan sering berlatih di arena berpanah.
E56D5FB7F9AC0DC5_## = Partner
E5A91EC71E7E38AA_## = The Gilded
E5E62A380E8411FB_## = “Tower of Souls hadir sebagai penyelamat arwah yang
tersiksa.†\n\nKahlii, the Ghost Guardian, merupakan sosok Abyssal Lord yang
terbilang kontroversial. Pernah menjadi bagian dari Veda, dia menguasai kekuatan
pemberkatan yang tiada duanya. Meskipun memiliki kedudukan yang tinggi, dia tetap
bersikap rendah hati dan bersedia untuk meluangkan seluruh waktu, kesabaran dan
kebaikannya untuk mendengarkan doa para umat di Gospel Palace yang terletak di Mt.
Orphean yang Suci dan melakukan yang terbaik agar dapat menyejukkan hati dan jiwa
mereka yang terluka.\n\nKahlii sudah terlalu sering berjumpa jiwa yang hancur. Hal
tersebut begitu membebaninya. “Guru, adakah cara yang tepat bagi kita untuk
meringankan beban mereka yang dirundung kemalangan?†Dia seringkali bertanya pada
Edras, the Archmage of Veda sekaligus guru favoritnya. Gurunya ini terbilang bijaksana
dan kuat, dan jika ada sosak yang mampu memberi jawab, Edras lah
orangnya.\n\n“Ketika kita berbicara mengenai manusia, Sang Pencipta lah yang
memiliki kuasa, mulai dari saat kelahiran hingga kematian, dari masa kebahagiaan
hingga kemalangan. Mereka harus menjalani ujian agar mampu menciptakan inovasi dan
mengubah dunia. Inilah sesuatu yang mereka emban sedari lahir, yaitu takdir mereka,â€
Edras menjelaskan. Jawabannya itu tak membuat Kahlii puas. Dia tak bisa memahami
mengapa Manusia yang rapuh diberikan beban yang agung namun berat di saat bersamaan.
Yang bisa dia lakukan adalah berupaya menolong mereka menggunakan kekuatannya yang
terbatas.\n\nDia merasa ragu, sekaligus tersesat. Volkath menyadarinya. Dia adalah
tahanan, yang dipenjarakan Edras di Mt. Orphean yang Suci, yang nyaris menjadi the
Dark Lord yang memimpin the Abyss, namun kelicikannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Dia memutuskan untuk mengajak Kahlii berpihak pada dirinya agar mampu membebaskan diri
dari kekangan Edras dan mewujudkan pemberontakannya secara lebih efisien.\n\n“Ruang
dan waktu menjadi asal muasal kehidupan. Semua hal di dunia ini tak akan muncul tanpa
ditemani sebuah asal muasal.†\n\n“Tak peduli apakah itu kita ataupun manusia, tak
ada yang mampu mengelakkan diri dari kekangan Hukum Dunia. Itulah awal dari asal
muasal†\n\n“Namun ingatlah—kekuatan yang menciptakan asal muasal tak terbatas
pada ruang dan waktu saja.†\n\n“Cahaya dan kegelapan, juga menjadi bagian yang
penting. Mereka adalah kekuatan yang mampu membawa kita ke tempat yang lebih tinggi
melebihi Hukum Dunia, yang membebaskan kita dari kekangan.†\n\n“Kau menguasai
Sihir Cahaya. Tentu saja, kau pun mengetahui bahwa inti dari Sihir Cahaya adalah
penguasaan atas kekuatan cahaya.†\n\n“Maukah kau mempelajari lebih jauh tentang
Sihir Kegelapan? Jika kau mampu menguasai kedua kekuatan tersebut, kau tak akan
terkekang lagi oleh ruang dan waktu. Kau akan memiliki kekuatan untuk mewujudkan apa
yang kau impikan.†\n\n“Seperti...melindungi Manusia yang lemah.†\n\nApa yang
Volkath utarakan memang terdengar menarik. Kahlii sadar bahwa pasti ada maksud
tersembunyi di balik perkataannya itu, namun sulit baginya untuk menolak penawaran
yang diberikan. Dia sadar bahwa kegelapan terbentang di hadapannya—namun dia tetap
terjun tanpa setitik pun keraguan.\n\n“Sebaiknya kau tak berbohong, atau, tak peduli
apapun yang terjadi, aku akan memburumu dan melenyapkanmu!†kata Kahlii. Inilah
kata-kata terakhirnya sebagai Dewi Pemberkatan. Volkath adalah satu-satunya yang
mendengarkan perkataannya itu.\n\n“Sesuai kehendakmu, Nona.†Volkath tersenyum
licik.\n\nSejak saat itu, Veda kehilangan sesosok Dewi yang baik hati nan rupawan,
sementara dunia Kegelapan mendapatkan sosok Ghost Guardian yang baik hati dan penuh
kedamaian. Legenda mengisahkan bahwa tak peduli sebesar apa dosa yang kau perbuat,
separah apa siksaan yang kau lalui, selama kau bersedia memasuki Tower of Souls, kau
akan terbebaskan.\n\n“Aku melihat cahaya.â€
E5EC69D2191DB759_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
E606EA19FC416D4F_## = "Kau tak bisa mengelabui Kematian. Dia tak bisa ditipu, ditawar,
atau diancam. Larilah, dan kamu hanya bisa pasrah."\n\nBeberapa hikayat mengisahkan
cerita malaikat maut atau Valkyrie yang datang untuk menuntun roh orang mati ke alam
baka. Namun, Lord Zephys lah yang mengantar roh ke daerah kekuasaan Valkyrie di bawah
angin barat yang dingin. \n\nSabar dan teliti dalam menjalankan tugasnya, Zephys
secara pribadi memanen semua roh makhluk hidup. Di momen terakhir kehidupan yang
mengerikan, dengan tubuhnya yang besar, Zephys memanen roh dari tubuh mereka untuk
menghadapi penghakiman di neraka. Dikagumi sejumlah pihak dan tak didamba siapapun,
Zephys mengenakan Mantle of Harvester dengan kemuliaan tiada tara, karena hanya dialah
yang memahami bencana yang dapat muncul jika dia ragu-ragu.\n\nDi waktu perang, Zephys
memimpin pasukan mayatnya, jumlah pasukannya semakin besar seraya dirinya memanen
arwah. \n\n“Berlari, berjalan, atau merangkak, kematian datang untuk kita semua."
E60B113C7FDBB007_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E61892085730DEC1_## = Tak ada yang bisa lolos dari peluruku.
E63B078ADB2F751C_## = The Unspeakable
E648B9F4BBAF1414_## = Biografi Wukong
E65E32DB8D1B0EC8_## = The First Demon Hunter
E689679BE629617E_## = 180cm
E689EE203190450E_## = “Percayalah, pencuri merupakan profesi yang menjanjikan!â€
\n\nFennik meyakini bahwa semua profesi memiliki kelebihan tersendiri dan alasan yang
membuatnya tetap ada. Oleh karena itu, dia telah menetapkan hati, karena dia adalah
seorang pencuri, maka dia harus menjadi yang terbaik. "Go Big or Go Home", kata
mereka. Inilah yang menjadi pijakan Fennik sehingga dikenal baik di kalangan para
pencuri—“maharyanya†mencakup Perampokan Besar di Badan Perbendaharaan Kota
Luxis dan Pencurian the Secret Treasures di Fort Alchemy.\n\nSudah menjadi prinsip
Fennik untuk tidak meninggalkan sasaran aksinya dengan tangan kosong. Kata "kegagalan"
tak ada dalam kamusnya, baik saat merampok bank ataupun hanya mencopet di jalanan.
Tentu saja, jika sasarannya ternyata orang yang miskin, maka dia tak hanya
mengembalikan apa yang dia curi namun juga memberi sesuatu, yang tentu menjadi kejutan
menyenangkan bagi korbannya itu. \n\n“Beramal? Bukan, aku hanya ingin memastikan
korbanku ini terpelihara dengan baik sebelum aku memanen hasilnya,†ujar Fennik.
Tahukah kau? Prinsip ke-dua Fennik adalah jangan pernah meninggalkan target tanpa cara
untuk bertahan hidup, dan prinsip utamanya adalah membantu mereka yang terjebak dalam
kemiskinan agar nantinya mereka dapat hidup sejahtera. Lagipula, semakin banyak orang
yang kaya, semakin banyak pula targetnya, kan? Fennik percaya bahwa dengan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, maka akan turut menciptakan peluang bisnis yang
lebih beragam bagi dia dan kawanan seprofesinya, dan upaya memperkaya diri tanpa
tujuan yang jelas hanya akan menimbulkan persaingan yang ketat di industri pencurian.
“Jika pencuri menjadi pihak yang paling kaya dibanding semua orang, kami tak akan
memiliki target pencurian selain sesama pencuri, kan?†\n\nFennik, yang merupakan
pengacau yang terkenal di Moonlit Plains, kenyataannya lebih ahli dalam bertarung
dibanding kemampuannya dalam menyusun siasat, namun dalam skala yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuannya dalam menyusun siasat melebihi pencuri pada umumnya. Di usia
yang muda, dia sudah mampu melampaui pendahulunya yang terpampang di Daftar Buronan
the Federation of the Free, dan bahkan pada akhirnya berada di puncak daftar. Bahkan
Locke, salah satu polisi veteran, belum mampu menemukan cara yang jitu untuk
menghadapinya.\n\n“Ya ampun, santai saja! Aku ada di sini untuk merenggut hartamu,
bukan nyawamu!â€
E6C5777D50ADE312_## = Raja Iblis
E6C70BFC305262E3_## = Mina
E6CACF022073A8DB_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E6CD395BBE06952B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Selesaikan satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>lawan</color>.
E6DA30BFDDC6678C_## = 31 MAR
E7063854633B41C3_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
E7605A72C8E396E0_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
E7AA95CB498F494C_## = Second Generation
E7D46694C7F2473B_## = Elsu
E7E4CD7744576EAF_## = Biografi Fennik
E888555B12B6662E_## = Outside the windows, the imposing silhouette of the Great Wall
stood reaching towards the sky, casting a long shadow that stretched from the horizon
of one side to that of the other.Adele took a deep breath and put her guide "hat" back
on. "Lord Murad, Lady Yena, may I present the greatest wonder of human civilization,
the Great Wall of Norman, built by the Kingdom of Norman, the Magister's Council and
the Blacksmith Guild under the direction of Lord D'Arcy, protecting the human realm
against the Lokheim threat."And she could not help but smile, as she saw Murad and
Yena stare at the colossal construction, their mouths gaping.
E8975505021E2352_## = Hidup dengan identitas sebagai Petugas Federation.
E8D3D60A2A4AC665_## = The Chosen
E90BB00A92649884_## = Tunjukkan kehebatan penguasa petir
E90FFCABB2871E8B_## = 20 Sep
E91DE8CE21177FDF_## = Tak terlalu memperhatikan penampilannya. Lagipula, dia tetap
nampak menarik walau mengenakan baju biasa.
E93B972DD0C1410E_## = Capheny
E9781B10DB82817A_## = Biografi Thane
E9809353AAD25B67_## = Richter
E9A85A0B43273A61_## = Lord of Thunder, Pemimpin Hall of Judgment
EA10AA0B73227631_## = Tanya guru
EA4E1BBDCEB01C06_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EA630935B366FF4C_## = 7 AGU
EAB7434EA49A3443_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EB4131511414B792_## = Algojo
EB61C5661448140A_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EB6641F94D1E533F_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EB70CE4FA01FF271_## = Teman Ayah
EBDF6F9DB5BD77AC_## = Tulen gemar bercermin.
EC0024B04BC4AC7F_## = Even in the roar of battle, Y'bneth's booming voice was a
bastion of cool tranquility. And as he spoke, Lindis saw the tree crown above her head
growing rapidly, soon covering half the battlefield under a thick green canopy. Gas
bombs burst harmlessly on the leaves and branches, and were quickly absorbed by the
canopy.Still, some bombs slipped through the hastily-formed screen onto the troops
below. The hardy Hoofed denizens of the forests were not so easily felled, but their
vision and movement were nevertheless severely affected, the first wave of abyssal
beasts to break through their lines, heading for the half-elf archers behind.Where the
denizens of the forests lacked in armor and steel, they more than made up for it with
fangs and claws. And it was at this moment that Arum ordered the Clawed to charge and
meet the attackers.The beastfolk did not always fight in a coordinated manner like
this. They lived in small, independent tribes, and battles involved maybe a dozen
individuals, or a few hundred at most.Arum was the new high priestess of the Leonin,
and she was a human. The other tribes may grumble about this in peacetime, but in
wartime they accepted her command, for they have all suffered at the superior tactics
of humans.Though Arum was no soldier, she was born to one, and she had Slimz acquire
human books of human military tactics, comparing them with what he saw and heard
growing up. Her knowledge would be put to the test here.A few abyssal beasts broke
through the lines, but were easily torn to pieces by the waiting Clawed. Meanwhile,
the Hoofed had regrouped under Y'bneth's canopy, and the half-elf and beastfolk
archers under Lindis' command now unleashed a deadly volley of arrows towards the
Lokheim forces.As the Hoofed lines reformed, Arum pulled back her battalion. They were
in this for the long haul, and the Clawed must conserve their strength, waiting for
the right time to go on the offensive.In the air, Preyta surveyed the Forest Guardians
coldly. As leader of the Corrupted Legion, he had mostly fought human forces on the
cold southern coast; leaving the denizens of the forest to Marja and her Shadow Worms.
This was the first time he faced the Forest Guardians in force, and the results were
conclusively inconclusive.Preyta tapped the neck of his plague wyvern, and the well-
trained mount made a turn to fly towards the other end of the battlefield.This was
merely a probing attack. A regiment of human knights were approaching, and now was not
the time to engage the combined armies. Not yet, at least.Nor did he feel the need to
call off the abyssal beasts that were still fighting. They were totally expendable.
The only one who was of any value was Omen, who now found himself trapped in Y'bneth's
Wild Prison.And the less Preyta had to do with that lunatic, the better.
EC06973A334DE2F4_## = Salah satu legiun Lokheim, beranggotakan Shadow Worm bawahan
Marja.
EC12B842EDE3EFFA_## = Slimz
EC15A2F17A0EA8B9_## = Fur-Clean Wonder
EC2EA0853ACCB0AF_## = Dia dan Dirak sering berebut hidangan buatan Sephera.
EC4CBC975683FCC7_## = Saingan Cinta
ECBD7078A70D409E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
ECC04970441FD033_## = Benci mereka yang mengganggu pekerjaannya.
ECD4E207721025D8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
ECE580985994C21B_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
ED34394C38847015_## = Tumbangnya Volkath menempatkan Marja dalam posisi sulit. Dia tak
berniat melanggar batas kewenangan Veera, namun Veera memiliki pandangan berbeda. Oleh
karenanya, Marja memilih untuk tinggal jauh dari kuil utama demi menjauhi konflik yang
bisa muncul.
ED403796B254BB70_## = Biografi Gildur
ED47D1D9B15A2564_## = Shadow Prison
ED6D1747E2FF4F87_## =
ED81733CD8467D9E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
ED993EBF1A17D86B_## = Florentino
ED9D98FFF2D87360_## = Lukai Hero dengan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
EDB10888BB3750E6_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EDDC85D046BFB757_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
EE0006439CEBA0EE_## = Fall of the Dark Lord
EE1C65A80EA9DDF9_## = Teman baru, hari baru!\nTerimalah undanganku, ke pesta tehku.
EE33CD5FF4E0C012_## = Magic Academy
EE405E5744D99C90_## = Biografi Amily
EE6DDFE805479D52_## = Terletak di kaki Mt. Orphean, tempat ini pernah jadi penjara
bagi para pembangkang dan musuh Veda. Tempat ini ditutup setelah Marja berontak
terhadap Veda, dan kini telah jadi sarang Shadow Worm miliknya.
EE9ABA56F1991F0B_## = Veera dan Marja begitu dekat layaknya saudara kandung saat masih
bersekolah, dan Veera mengagumi Marja atas kesempurnaannya. Saat bertemu lagi di
Lokheim, Veera terkejut melihat perubahan Marja dan merasa simpati, namun juga
menganggapnya sebagai saingan politik. Mereka tetap menjalin pertemanan, walau tak
sedekat dulu.
EEB498935AA81BF7_## = Jauh di dalam hutan, sebuah target panah berdiri di antara
bunga-bunga.\nSigap. Fokus.\nTel'Annas tali busur, dan anak pun melesat melengkung,
begitu jauh hingga melewati batas normal, menembus target tepat di tengah.\nLalu,
terdengar tepukan tangan. Tel'Annas berbalik, dan berdirilah di sana, sang ayah,
Landirr, dan gurunya, Feyol.\n"Ayah." Tel'Annas menyerahkan busur dan anak panahnya
pada pelayannya dan memberi salam.\nLandirr mengangguk puas. Tak seperti kebanyakan
orang yang satu kaum dengannya, yang memiliki bakat puisi, musik, dan seni yang
melegenda di Athanor, bakan seni Tel'Annas terbilang biasa saja. Dia hanya memiliki
ketertarikan pada berpanah, tak jarang dirinya hanya menghabiskan waktu berlatik di
arena berpanah.\nFakta bahwa anak perempuan raja Elf nyaris tak memiliki bakat seni
terasa begitu aneh, dan jadi bahan pergunjingan para tetua. Namun, Landirr, nampak tak
begitu memperdulikannya. Tak aneh baginya jika Tel'Annas berbeda, dan lagipula dunia
semakin terasa berbahaya, sudah saatnya bagi kaum Elf untuk beralih dari puisi,
lukisan dan sajak musiknya.\n"Feyol berkata tak ada lagi yang bisa diajarkannya
padamu. Sudah waktunya."\nSeorang pelayan menghampiri dan menyerahkan sebuah busur
padanya. Tel'Annas mengambilnya dan melihat betapa elegan busur itu dengan ukiran
bercahayakan bintang.\n"Inilah Morning Star, busur terhebat kaum Elf."\nTel'Annas
mengambil sebuah anak panah dan menempelkannya pada tali busur, lalu dia merasakan
aura tak mengenakkan, dan dia pun terdiam.\n"Ayah, aku merasakan aura iblis dari busur
ini."Landirr mengangguk. "Di peristiwa Defense of Moonlit Plains, Honored Elder Morion
merakitnya selama bertahun-tahun, melapisinya dengan kekuatan kegelapan. Semakin pekat
kegelapannya, semakin besar kekuatannya"\n"Tapi aku tak ingin menggunakan kekuatan
ini," kata Tel'Annas, seraya memperlihatkan busurnya pada sang ayah. "Bagaimana
penilaian rakyat dan sekutu kita jika melihat sang raja Elf mengandalkan kekuatan
kegelapan?"\nLandirr meletakkan tangannya di atas kepala Tel'Annas dan mengelusnya
dengan lembut.\n"Cahaya dan Kegelapan hanyalah dua sisi Origins. Yang membedakan
mereka hanyalah baik dan jahat; yang jadi penentu adalah pengguna kekuatannya. Suatu
hari kau akan jadi ratu hutan kita, dan Morning Star akan membantumu menghadapi
kegelapan, dan menyatukan semua kaum Elf di bawah panjimu."\n"Semua penghuni hutan?"
bisik Tel'Annas. Rakyatnya pada dasarnya bebas dan tak terduga, suku-sukunya terpencar
dan tak memiliki ikatan kuat. Bagaimana caranya menyatukan mereka?\n"Ya, semua
penghuni hutan."\nItulah pembicaraan terakhir antara Landirr dan Tel'Annas. Tel'Annas
ingat aura hangat yang dipancarkan sang ayah, dengan jubah putihnya yang indah
berkilau, dan pandangannya yang lembut namun tegas saat melihat putrinya. Saat itu dia
tak tahu bahwa ajal sudah mendekati sang ayah, yang kelelahan akibat perang yang
panjang dan tanpa henti.\nLandirr, High King of the Elves, mangkat di musim dingin
berikutnya. Sang putri muda, kini Ratu Tel'Annas pun mewarisi tahtanya.Sigap.
Fokus.\nTel'Annas melepaskan tali busurnya, dan Arrow of Chaos yang dilapisi kekuatan
kegelapan pun membidik jantung the Dark Lord.\nCahaya Morning Star menghunus jantung
Volkath, dan akhirnya Tel'Annas bisa bernafas lega. Berhasil.\nTel'Annas berbalik, dan
yang menyambutnya bukanlah menara dan istana High Elf, bukanlah hutan yang damai,
bukanlah kata-kata penenang dari ayahnya. Yang ada adalah pasukan sekutu berzirah
hitam, dengan wajah penuh noda dan darah seolah baru melewati lubang penuh mayat,
namun dengan ekspresi begitu bahagia, seraya meneriakkan pujian dan pujaan
untuknya.\nMereka masih belum berkembang. Mereka masih lemah. Mereka membutuhkan
dirinya. Mereka menjadikannya panutan.\nDan untuk pertama kalinya setelah bertahun-
tahun lamanya, air mata mengaliri pipi sang ratu Elf.
EEB66740603C1DD2_## = The Archangel
EEC46B7344000786_## = Omen
EECB087EAA81ADBD_## = 22 Nov
EEDAAE2940EF3D7E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
EEEF3F706F8E580D_## = 180cm
EEFE8780F79CB041_## = Zip
EF04A39C7034A483_## = Eva
EF08469A687765E9_## = The Trinity
EF19F807FB1B449C_## = Marja
EF5EB20A10D3EE43_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EF69109BA7A5B431_## = Sebuah arena perang kuno. Lembah ini dijadikan zona netral
antara Okka, Norman dan Verno Forest, dan berbatasan dengan Moonlit Plains. Terowongan
yang ada di bawah permukaan jadi gerbang menuju Abyss.
EFA1796CC1B6EDD8_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EFD1EA3A9C3DA452_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
EFF79E65847EDA10_## = Mimpi
F0178C0D4523D93B_## = Federation of the Free
F030B0A45A56B5A7_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F06682F9943FDC51_## = Panggil aku TUAN Zip!
F0A30EB2320CC5C4_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F0B28FD3B7B31255_## = Skud
F0E89DBC0577D9D6_## = Biografi Zanis
F0F0482867043905_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F145F3A5F9BE634C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F1498658D2573DEE_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F14BC61FF4884448_## = Fall of the Dark Lord
F1575AEB850D7789_## = Airi
F17F5E9C29FCC0CA_## = Veda
F1842D4F08AB4020_## = Grakk
F197EBA9904CB8F9_## = Berbatasan dengan Mt. Orphean, konon laut ini ada dalam
lindungan sesosok Archon. Airnya jernih dan murni, dan di hari yang cerah, kita bisa
melihat hingga ke kedalaman.
F1A9135EFB6C2C49_## = Murad
F1C0E1D7B561E0D0_## = Biarkan kegelapan menelan cahaya, kucurkan darah Veda, dan
bersiaplah untuk menyantap raganya.\nTak akan ada lagi fajar, karena malam akan ada
selamanya.
F1D3F3428E64EA70_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F1DCA980C21E29B9_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F1DEA39D96269255_## = Kewenangan gereja dan negara bagian telah lama jadi sumber
konflik di Kingdom of Okka. Ilumia sadar betul bahwa Arthur, sang pewaris tahta,
bukanlah orang yang benar-benar religius, dan ini adalah masalah yang harus dipecahkan
jika ingin mempertahankan posisi Veda diantara kaum Manusia.
F1E539EC853F3DEB_## = Tulen terlahir dari petir, menguasai petir dan halilintar sedari
kecil.\n\nIlumia menugaskan Aleister untuk mengajari anak berbakat itu, namun Aleister
tak menyukai Tulen, karena dia sadar bahwa suatu saat dia akan dilengserkan dari
Throne of Thunder oleh muridnya itu. Oleh karena itu, dia hanya membiarkan Tulen,
untuk belajar seorang diri.\n\nSementara bagi Tulen, di tak terlalu peduli. Kendalinya
atas petir dan halilintar sudah jadi bawaan, tak perlu mengucap mantera atau melakukan
ritual. Kemajuannya yang begitu pesat jadi malapetaka Aleister.\n\nSaat Aleister
pergi, Tulen menggantikannya sebagai pemilik Throne of Thunder. Tugas pertamanya -
membawa Aleister kembali untuk merasakan hukuman Veda. Inilah yang sebenarnya
diinginkan Tulen.
F1F507BC725724BB_## = Kil'Groth
F205085056E77B41_## = Royalti dari 'The Three Women in the Demon Lord's Life'
F22214E76844A1F7_## = Selalu bawa payung untuk jaga diri dari panas atau hujan.
F24D68542B6B869C_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F255D933F676C79B_## = Biografi Alice
F2786CA2B0417EC1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F28A408B4E446E10_## = 160cm
F291E3559ADB2BA0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F2ECA0C981C8F573_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F2F43C0BD425AA42_## = 23 JUN
F2FCD7DCF0487D20_## = Thane tak biarkan lelaki sembarangan bicara ke Alice.
F30DAC86D3FB8E94_## = Murad menolak bahkan untuk menyebut nama musuh besarnya,
Azzen'Ka, yang menghancurkan Helios Empire dengan cara licik dan penuh tipu daya.
F3247FC3E5BDA534_## = Beranggotakan individu yang bijak dan cerdik, yang menabur benih
peradaban dan kebebasan di lahan tandus.
F3356AAF81A4011E_## = Cloaked figures moved swiftly and silently through the
foreboding bog of the Wailing Marshes, their black silhouettes barely visible under
the cover of darkness. Leading the group was D'Arcy, the most prominent young mage of
his time and a generational talent, who led the crusade against Black Magic alongside
his equally talented comrades, Dirak and Sephera."Fire, water, wind, earth. Every
element is part of the natural cycle of life and death, and every school of magic has
the skill to create or destroy, to do good or evil.\nNot so the school known as Black
Magic. It brings naught but death and decay. In its wake is silence and emptiness. It
has no capacity except to destroy.\nIs this the end that we seek? Shall we allow such
a school to dictate the future of magic? Shall we tolerate the heinous acts of its
practitioners? Nay, I say; let some doors remain closed, for they should never be
opened, but sealed away and future generations warned, not to approach that which is
anathema to the very nature of our being."As a former practitioner of Black Magic,
D'Arcy's damning accusation against Black Magic in his Denunciation of Black Magic
revealed the terrifying madness behind the school, and was instrumental in turning the
opinion of both the public and the nobility against it.This was the start of the
crusade against Black Magic, a crusade that pitted D'Arcy against his former mentor-
turned nemesis - Lorion, one of the greatest masters of Black Magic ever to walk
Athanor.In fact, D'Arcy's split with his old mentor took place long before his
Denunciation saw the light of day. The irreconcilable differences between the two led
them to settle their grudge the way great mages did - with a massive magic duel that
shook the earth.Gravely injured and barely escaping with his life, D'Arcy went into
hiding for years, nursing his wounds until he discovered a new power that would
finally make him the match of his former master. Responding to the call of his old
friends Dirak and Sephera, D'Arcy returned to the public eye, leading the budding
movement against Black Magic as it grew into the great crusade that it became.His last
duel with Lorion was very much in D'Arcy's mind as he led this small but elite
expedition into the treacherous Wailing Marshes. D'Arcy had volunteered to investigate
sightings of Lorion in these swamps, for he knew better than anyone else how powerful
and dangerous Lorion was."We're in position. Your call, D'Arcy," said D'Arcy's second-
in-command.D'Arcy nodded. "On my mark. It's time we put an end to this war."The swamps
began to glow faintly. Firefly or will-o'-the-wisp, the casual observer might think,
but on closer observation the ground would have revealed a magic circle that slowly
expanded outwards. It was the invention of D'Arcy's friend, comrade and rival Dirak,
an Rune that detected the presence of magical energy within its radius, however faint
it might be.The first phase of action - find and eliminate all Black Mages hiding in
the Wailing Marshes."Three hostiles, to the northeast.""Take them out, Team Alpha."
D'Arcy was confident. The operation was meticulously planned. Operating in teams of
four, all the members of this expedition were elite mages hand-picked by D'Arcy
himself. They had both strength of numbers and the element of surprise. What could go
wrong with the plan?"Seven hostiles, due west - correction, eleven.""Team Bravo, Team
Delta, flank them and hit them from both sides, Team Echo, back them up. Be
careful.""Four contacts to the southeast! We've got hostiles on our six!""Three
hostiles, southeast!""Three hostiles, due south!""Foxtrot, Golf, engage! Team Hotel,
light up the swamp and flush out those bugs hiding in the darkness!" D'Arcy could not
hide his agitation. It was not the fact that the enemy seemed to know about this plans
that bothered him - it was unfortunate, yes, but something that one had to plan for,
and he had allowed for safeguards against such a possibility. \nNo, what troubled
D'Arcy was the intention that he felt behind the enemy's movements, patiently and
methodically countering his every move, a touch that was all too familiar to
D'Arcy."This was your handiwork, was it not, master?" D'Arcy looked up at Lorion,
sitting at the top of a fir tree standing tall and alone in the middle of the marsh,
where the Black Mage undoubtedly oversaw his former pupil fall into his trap."Ah, my
fine, talented, most despicable pupil. I thought I had put an end to your meddling
forever, until news reached my ears that you had somehow held on to that worthless
life of yours and was causing trouble again.\nAnd then I thought, I must prepare a
most special welcome for my old student for the day that we met again. But what should
I do? I pondered and pondered, and then it occurred to me - what better way to
celebrate the decades we spent together, than to dangle victory in front of your nose
and let you believe that it was within grasp, then snatch it away from you to watch
that insufferable smug face of yours turn crestfallen?""You must regret not killing me
when you had the chance," said D'Arcy as he slowly unbuttoned his cloak, letting it
fall onto the ground."It is human to err, is it not? I was there to correct you when
you erred, but who could correct me when I err?" Lorion stroke his staff with a loving
expression, running his fingers over it as one might over the skin of one's
lovers."Heaven and earth are my witness. The world shall judge you, and you shall pay
your dues for your errors." A fog had gathered before D'Arcy's eyes, but even through
the fog he could see sickening dark energies flowing through Lorion's veins like black
worms, fearsome in their power, but which slowly yet surely feed on Lorion's
lifeforce, corrupting all of the mage's organs."Oh? And I suppose you consider
yourself the agent of the world?" Lorion laughed. "Once you were so close to
uncovering the secret of the very fabric of the world, yet you have turned your back
on it! Abandoned your pride as a mage and willingly cast yourself out among the dogs!
Do not speak of the world in vain, for you yourself forsook its secrets!""Light and
darkness, the two primal powers that made the world, exalted above all else. Yet there
is more to the world than just duality." D'Arcy opened his palms and drew two perfect
arcs, and silver threads began to appear at Lorion's feet, weaving themselves into
complex and indecipherable patterns. "I found this when I sought the secrets of Black
Magic at the Rift of the World. It brought me to a place I did not expect - a
dimension beyond our own existence.""Wha - what is this? What have you done? What is
happening to my - my existence?" Lorion cried out in surprise, with a fear that had
not been heard in his voice for many, many years."You once opened the door of magic
for me, master. Now, I open for you - the door of dimensions!" The fabric of space was
stretched to its limit. Though they were separated by a distance of more than thirty
paces, D'Arcy pushed forward with his palm, and Lorion fell backwards into the
dimensional portal that had appeared out of nowhere. Silver threads bound Lorion, and
the black magic in him swelled and thrashed, trying to break the bondage of the
threads."D'Arcy! You will not - you will not win this day!" Half sucked into the
dimensional portal, Lorion mustered all the power he accumulated over the years,
activating the Rune etched throughout his body, written in the ancient language of the
demons and impelled by black magical energy."Wither! Wither and die with me!" Black
smoke creeped towards D'Arcy, following the silver threads that he created. D'Arcy
knew exactly the nature of the black smoke and its danger - which was why he was
determined to drive Black Magic from this world forever, no matter the cost."Goodbye,
master!" D'Arcy knew that the black curse had seeped into his soul,
F348989564AE890E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F3491D3EE61DB5BF_## = Dijadikan ibu kota Federation of the Free, kota ini jadi kota
manusia yang secara geografis paling dekat dengan Afata. Kota ini terbilang tidak
terlalu modern, karena menjaga keseimbangan antara alam dan industri.
F34CDBF29BF668BB_## = If anything, they took more damage from the stampede during
their counterattack.While the nobles looked at each other, unsure what to say, Yorn
was the first to respond. "With the cavalry and our Hoofed allies occupied, it is up
to to the infantry to carry the banner. We shall take the lead." The Silverwing and
Templar cavalry had been sent to scout out enemy defenses on the high ground on the
sides of the valley, and the Hoofed warriors had joined the Silverwing Knights, with
only Toro remaining behind at Arthur's request.Arthur nodded. "Good luck."The Templar
infantry were no less disciplined and skilled than their mounted counterparts, and
were by far the best soldiers at Arthur's disposal. In an ideal world he would hold
them back as reserve, to be committed at the direst hour, but under present
circumstances there was no better plan."Form up!" At Yorn's command, the Templar
infantry quickly lined up, ready for battle."Charge!"On the southwest side, the battle
between the Forest Guardians and the Shadow Worms raged on. Tel'Annas kept her gaze
fixed on Marja, leaving the army in Baldum's capable hands while she waited for the
opportunity to shoot Marja's worm avatar to pieces. Meanwhile, Marja commanded her
Dark Behemoths to tear apart the Forest Guardians' lines, looking for a weak link from
where she could incite a rout.While Kriknak and Zill's duel was interrupted by their
respective armies charging in, they were far from idle as they waded in and out of the
battle lines, carefully their counterpart in sight, while putting the skills they
honed for the protection of their mistresses to deadly effect.The Forest Guardians
struggled to hold the line in the face of Marja, Kriknak and the two Dark Behemoths,
which absorbed other Shadow Worms to recover any damage that they took. Tel'Annas
could have felled them with her arrows, but she dared not open herself to attack from
Marja, who was watching her every move at such a close distance.Marja, on her part,
had her own difficulties to deal with. Most of her strength was committed to the
resurrection ritual; the three Dark Behemoths that she sent against the two opposing
forces were prepared long-beforehand. Making an appearance against the Forest
Guardians here with her worm avatar, however, was not part of the plan, but the chance
to kill Tel'Annas here and now, both as the best possible gift to the awakening
Volkath and to break the Forest Guardians' morale, was simply impossible to pass
up.The worms crept upon the Forest Guardian lines. Y'bneth grew thick branches to stop
their attack, while the flowers appearing on the branches healed injured warriors. But
he could not regrow himself fast enough to match the pace at which the two Behemoths
were devouring his appendages.With Y'bneth's attention occuped by the Dark Behemoths,
Kriknak cut a bloody path through the Forest Guardian ranks. The Clawed were the first
to respond to the gap that appeared in their lines, but the tide of worms they faced
was overwhelming, inexorable.Tel'Annas could stand and watch no longer. She raised her
bow and notched an arrow.This was Marja's chance. Her Shadow Worms had already broken
through the Forest Guardian lines, and in an instant her worm avatar disappeared then
reformed itself at the head of the worms, less than a hundred paces from Tel'Annas -
only to find the elven queen's bow pointed straight at her."Your Highness!" Zill
cried. At the same instant Kriknak leaped from the dark tide of Shadow Worms, straight
at Tel'Annas, too quickly and too far away for Zill to stop him."Not so fast."With
Y'bneth's booming voice, two thick branches reached out from among the Forest Guardian
ranks, sending Kriknak flying.As for the Dark Behemoths that Y'bneth was tangling with
-High up in the air soared a great black mountain eagle. The feathers of a mountain
eagle ought to be gold or silver, yet this one was black, for Shadow Worms covered
every inch of its body from head to tail to wing, except its two eyes which continued
to shine, bright and incorruptible.When the Dark Behemoths broke through the Forest
Guardians and charged towards Tel'Annas, it was the great eagle, which had carried its
queen into battle, that dived down towards the Dark Behemoth and pierced the
monstrosity with great claws. The Dark Behemoth instantly split into countless tiny
little worms that crawled all over the eagle. Rather than allowing itself to be
dragged into the ground, the eagle took to the air, carrying the worms with it, giving
Tel'Annas the time she needed to fire off the decisive shot, and that she did, the
arrow heading straight for Marja's heart with the power of darkness and life.The arrow
that ended Volkath's dreams of world domination. Marja was not there to see that, but
now she felt its threat herself. With a smirk her body turned to shadow, and the arrow
passed harmlessly through her body - but the smile on Tel'Annas' face did not fade.
Marja turned just in time to see the arrow that had passed through her turn into a
shaft of light, hitting the second Dark Behemoth with a blinding flash, and the Dark
Behemoth began to visibly wither before Marja's eyes, dropping dead as an empty husk
in seconds."What is this power?" Marja glanced at Tel'Annas' wrist, and saw a dark
purple mark on the elven queen's wrist. And she knew that power well, better than
anything else.Without a word Marja turned and left, and her Shadow Worms and Kriknak
followed. Within moments they were gone from the battlefield, leaving the Forest
Guardians to attend to their wounded and the dead.
F34D7786458A5098_## = Nakroth dan Zephys senantiasa berselisih karena kepribadian yang
berbeda. Mereka menjalin sejenis bentuk pertemanan selepas berduel sekian kali, dimana
keduanya tak ada yang saling mengungguli.
F372CB69DEFB6795_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F38916F392871008_## = Rumah bagi markas Mercenary Guild, tempat ini dikunjungi para
prajurit bayaran tiap musim panas untuk berpartisipasi dalam kompetisi tahunan demi
menentukan siapa prajurit terbaik di Athanor.
F3BE269CDE580A52_## = 121cm
F3CF44197CFEA094_## = Sering mencari inspirasi dari arwah di Lamp.
F3EFC383CB3C0A42_## = Veres
F42E110467FB9E74_## = 43 MAR
F436B8E5606B4EA9_## = Waktunya pergi! Jadilah temanku dan masuki dunia kecilku bersama
Furball!
F444C414E8AAA5E5_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F458A6117DDAC9CE_## = Dirak
F4CF3822B8A7FA30_## = 169cm
F4E197D2F6E9E0F7_## = "Kekuatan atau kematian!"\n \nCresht, sang Mermidon, sering
berbicara menceritakan tentang Boiling Sea yang merupakan tempat asalnya. Tetapi,
ketika berurusan dengan Cresht, orang harus ingat bahwa laut tersebut tidak dinamai
karena suhunya, tetapi karena pertempuran tiada akhir di bawah laut, dan Cresht berada
di rantai makanan teratas.\n\nCatatan kuno tidak menceritakan asal muasal Cresht
dengan detail. Satu-satunya pengetahuan tentangnya datang dari senandung para penyair:
"Kegelapan yang muncul dari laut terdalam, trisulanya sangat mengerikan sehingga dia
tidak membawa apa-apa kecuali kematian."\n\nPada Peperangan Manusia dan Monster,
Cresht bertempur tanpa rasa takut di baris terdepan, menyiksa manusia tanpa henti.
Mengherankannya, Cresht tidak kembali ke Lautan Mendidih setelah peperangan. Sebagai
gantinya, dia mengejar tujuan yang lebih tinggi daripada sekedar memakan yang
lemah.\n\n"Peperangan antara Dewa dan Iblis harus mengikutsertakan Cresht!"
F4F9C706527A5204_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F4FDEF511972E5B0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F5194A74A65ABBDD_## = Storm Valley
F5354F7B390F1155_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F535D7E38113F3A2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F581A9264B82B0EE_## = Vulpis Ignis
F5A9F964381AB4A3_## = Kingdom of Okka
F5E6BE0092BD2F6C_## = Menghormati yang dinilainya pintar, seperti Veera dan Volkath.
F5E7FB703792FD56_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F6150F9A9FC1AA11_## = Mengapa Murad mengenakan topeng?
F61805AA46F6C874_## = Ilumia dan Volkath berguru pada Edras. Ilumia mengagumi bakat
dan karisma Volkath, namun pandangannya berbalik drastis, dan mereka saling bermusuhan
sejak Volkath berontak pada Veda.
F62F3D0D72447792_## = Besok ada ujian, dan penjelasan guruku sulit dimengerti. Apa
yang harus kulakukan?
F64674A36B981FAB_## = "Kematian berjaya selamanyal!"\n\nOmen, the Insatiable,
merupakan mesin pembunuh tersadis. Ia lahir di lembah terdalam dari neraka tempat
tinggal para monster, tempat yang dingin dan hampa seperti dirinya. Bahkan para
monster yang tinggal di lembah tersebut sangat takut dan menjauhinya. \n\nMeskipun
demikian, Omen jarang terlbiat dalam pertempuran. Omen memiliki hasrat menghancurkan
yang amat dahsyat sehingga akan membunuh semua yang ada, bukan hanya musuh-musuhnya,
namun juga teman dan prajuritnya sendiri.Semua yang berwenang untuk mengaturnya,
merasa segan. Tak berlebihan jika dia bagaikan senjata berbahaya yang tak diinginkan.
\n\nBahkan Maloch, pemimpin para monster, dibuat kebingungan. Ia tahu bahwa Omen
merupakan manifestasi nyata dari kekuatan tergelap Lokheim, namun jika ia melepaskan
kemampuan penuh Omen, maka Omen akan menghancurkan segalanya. Pada akhirnya, ia
menyembunyikan Omen di tempat kelahirannya, Abyss, tertidur lelap dan terlupakan dari
dunia. \n\nNamun semua berubah ketika prajurit Arduin menyerang. Maloch terluka parah
sedangkan Veera dan pasukannya begitu kewalahan menahan serangan tentara Arduin.
Begitu dahsyatnya pertempuran saat itu, hingga Omen pun harus dibangunkan dari tidur
panjangnya. Dengan hasrat menghancurkan yang telah terkubur selama bertahun-tahun,
Omen mengalahkan seluruh tentara Arduin. Setelah hasrat membunuhnya terpuaskan, Omen
pun kembali tertidur lelap di lembah tergelap Ravenor. Namun legenda kebangkitan sang
mesin pembunuh tersadis segera tersebar ke seluruh penjuru dunia.\n\n"Dia merupakan
manifestasi dari neraka! Pembawa malapetaka dan kematian yang mengerikan!"
F65D1E93BAA6F1D9_## = Didirikan oleh Dirak, D'Arcy dan Sephera, organisasi para
penyihir ini bermarkas di Carano, serta sejumlah daerah di Kingdom of Norman dan
Federation of the Free. Dewan ini memegang kewenangan tertinggi umat manusia terkait
praktik penggunaan sihir.
F676318A01B3E2C8_## = Ingin menantang Lu Bu, asalkan tak tersesat.
F6902202D30D40EA_## = Kil'Groth
F6B237772F0D661E_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: <color=#ffd200>Kill</color> Hero
terkait dalam Match menggunakan <color=#ffd200>{0}</color>.
F6B974D4ACD6F9C3_## = Semuanya sama di hadapan pedang algojo.
F720615FE32E03C6_## = Dulu aku sendiri, lain halnya sekarang.\nBersama kita lalui
padang pasir bersama sang angin,\nhingga tiba saatnya bagi kerajaanku untuk kembali.
F728A10C09300B85_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F780B9ED8D051508_## = Zip
F79CD3BE0B429835_## = Satu dari Four Halls of Veda, yang ditugaskan untuk menyebar
ajaran. Archon Lauriel jadi pemimpin Hall ini. Hall ini jadi yang paling besar dan
sibuk dibandingkan Hall lain.
F7DCAAB83A3DC975_## = Mist Island
F7E72E9196F6E5F8_## = "Ini kandidat terbaik yang kau miliki?" Duke of Roses melihat
sesosok gadis muda di hadapannya dengan penuh ragu. Dengan rambut pirang, mata biru
dan penampilan menarik, dia terbilang cocok untuk dijadikan pelayan, namun yang
dibutuhkan Duke adalah pengawal pribadi, dan jangankan untuk melindungi orang lain,
gadis ini sepertinya tak sanggup melindungi diri sendiri.\n"Namanya Butterfly, Yang
Mulia, dan dia adalah salah satu petarung terbaik dari Guild kami," kata sang petugas
perantara dari Guild. Melihat keraguan sang Duke, dia melanjutkan, "Seperti yang sudah
disepakati, Anda diperkenankan untuk menguji kemampuannya dengan berbagai cara,
asalkan dia tidak menderita...luka permanen."\n"Bukan aku yang menentukan," jawab sang
Duke. "Astrid, cucuku, punya ide lain."(Kita mulai?)\nButterfly menatapi Perantara
Guildnya dengan penuh tanya.\n"Jika itu yang Anda inginkan," jawab sang petugas. Tak
perlu rasanya meragukan Butterfly. "Berhati-hatilah dan jangan lukai nona
Astrid."\nButterfly mengangkat bahu. Rasanya aneh, harus adu kekuatan dengan orang
yang akan dilindunginya. Namun dia menggenggam gagang pedangnya dan
bersiap.\n\n"Pergerakan kakinya luar biasa. Serangannya seimbang. Nona Astrid petarung
yang handal." Komentar Petugas Guild seraya melihat Astrid mengayunkan Embertrail,
memicu percikan api di udara.\n"Dia masih harus banyak belajar." Duke of Roses tak
menyembunyikan rasa bangga atas cucu perempuannya itu, namun dia lebih tertarik dengan
penampilan yang dipertunjukkan lawannya.\nTak seperti pergerakan sederhana milik
Astrid, pedang perak Butterfly seolah berdansa ke segala arah, seakan memiliki nyawa.
Pergerakannya menimbulkan rasa terpukau dan terpesona pada diri mereka yang
menyaksikannya, terlebih pada diri Astrid. Sesaat, dia merasa sedang menghadapi
gurunya, Florentino - bukan, gaya tarung Florentino menekankan pada pergerakan kaki,
bukan pada pergerakan pedang, yang jadi daya tarik Butterfly. Pedang Butterfly, nampak
memiliki variasi pergerakan tanpa batas, sulit ditebak dan sulit dilihat.\nKau tak
bisa menghentikan apa yang tak bisa kau lihat. Hanya ada satu pilihan bagi Astrid -
yaitu memulai serangan.\nButterfly mengelak ke samping saat menghadapi tebasan pertama
dari pedang merah tua milik Astrid. Dengan satu gerakan mulus, Astrid mengambil satu
langkah ke depan dan mengayunkan Embertrail kembali untuk memberi tebasan berikutnya.
Namun upaya agresifnya ini memberi banyak ruang dan celah serang pada
lawannya.\nSaatnya Butterfly beraksi. Dalam sekejap, tarian pedang itu berubah jadi
satu hunusan keperakan, membidik tepat ke leher Astrid.\nDuke of Roses mengepalkan
tangannya begitu erat. Dia berusaha keras untuk tidak menghentikan duel.\n"Tidak perlu
khawatir, Yang Mulia. Dia tahu kapan harus berhenti," kata sang petugas Guild, walau
tak yakin apakah sang Duke mendengar perkataannya.Meski demikian, kedua petarung
bergerak semakin cepat, lebih cepat dari apa yang mampu ditangkap mereka yang
menyaksikan.\nMenanggapi serangan Butterfly yang mengincar tenggorokannya, Astrid
menarik Embertrail, memposisikan bilah pedangnya diantara tenggorokannya dan ujung
pedang Butterfly.\nPedang Butterfly memang berhasil dihentikan, namun tidak tinggal
diam. Menjaga momentum, Butterfly terus menekan Astrid, menyerang dari sudut sulit,
memaksa Astrid mundur di tiap hunusan.\nNamun, di saat inilah Astrid mampu membuktikan
bahwa apa yang diajarkan Florentino tidaklah sia-sia. Sepertinya Astrid akan melangkah
mundur, namun alih-alih bergerak ke samping, dia memanfaatkan momentum serangan
Butterfly untuk menjaga posisi.\nNamun ternyata belum cukup.\n"Apa -"\nPedang
Butterfly lenyap dari tangan kirinya dan melayang ke arah kepala Astrid. Sudah
terlambat untuk mengelak atau menangkis. Mengandalkan nalurinya, Astrid berbalik ke
samping, berharap untuk mengorbankan bahunya dibandingkan kepalanya.\nNamun pedang itu
tak jadi mendarat.\nDi hadapan mata Duke yang terbelalak, pedang perak Butterfly sudah
kembali ke tangannya - beberapa inci di depan dada Astrid."Luar biasa! Sungguh luar
biasa!" Sang Duke tak mampu menahan tepuk tangannya, separuh karena terpesona akan
kemampuan Butterfly, separuh untuk menyembunyikan rasa gugupnya.\nDi sampingnya,
petugas Guild nampak tenang, seolah-olah apa yang baru terjadi memang sesuai rencana.
Namun jantungnya berdegup kencang, dan dia tak kuasa menahan keringat dingin. Dia sama
sekali tak meragukan kemampuan Butterfly sebagai seorang petarung, namun hidupnya
senantiasa diiringi pertumpahan darah. Sesaat, dia khawatir bahwa naluri pembunuh
Butterfly lepas kendali.\nNamun syukurlah: semua berakhir dengan baik.Sementara di
arena, Astrid dan Butterfly menyarungkan pedang mereka kembali, dan berjabat tangan
dengan telapak bercucuran keringat.\n"Aku akan melindungimu, jika perlu dengan nyawaku
sendiri."
F80B3ED7627CC53C_## = City of Mercenaries
F82299F1DDCFF4B5_## = Liliana tak memiliki wujud fisik, hingga dia bertemu Kyubi the
Nine-Tail, mengajari cara fokus berubah wujud. Dia mengambil wujud gurunya, dan juga
perlahan belajar cara mengambil bentuk lain\n\nDi masa hidupnya yang panjang, Liliana
telah melihat perkembangan ras manusia yang bermula dari awal sederhana menjadi
kekuatan besar di masa sekarang, dan dia tertarik dengan ras baru yang masih belia
ini. Oleh karenanya, dia mengambil bentuk mereka dan hidup di tengah-tengah mereka,
mempelajari pengetahuan dan ciptaan mereka seraya berbagi pengetahuannya tentang
sihir, menolong umat manusia dari balik layar.\n\nKini, Liliana mengisi posisi jabatan
Petugas Intelijen Federation, sebuah jabatan yang memberinya keleluasaan untuk
menjelajahi Athanor dan terus mencari rahasia dunia.
F87739673FFF716B_## = Kegelapan, kesendirian, kebencian.\nApa artinya cinta dan
kehangatan, bagi dia yang berjalan di Kekacauan?
F895A37E957412AE_## = Veda
F8C81078A314ED22_## = Chapter 13
F9489F1455FE6866_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F94B11EF4D36AB18_## = Satu dari Four Halls of Veda, yang ditugaskan untuk mengelola
urusan keuangan dan perpajakan. Tak ada yang tahu siapa yang jadi pimpinannya. Meski
demikian, bagian operasionalnya diurus oleh Gildur, yang melapor secara langsung ke
Ilumia.
F94F206629B3958A_## = Memiliki toko permen.
F965A318DF39CFB2_## = The Lokheim's probing attack did not stop Yorn from joining up
with Baldum. After reviewing the situation, they agreed that Baldum would hold his
position, tying down part of the Lokheim forces while looking for an opportunity to
strike. Meanwhile, an elite group of 300 Hoofed will join the Okka forces in their
charge."Even the heaviest warhorse pales in comparison to our charge," said Baldum,
who spoke with more care in the presence of guests. "Go, Toro. Show Veda and humans
what we are made of.""Aye." Toro glanced down at Yorn, who stood far taller than most
mortal men, yet was dwarfed by Toro's massive frame. Perhaps this was why the edges of
Toro's mouth picked up ever so imperceptibly, and huffed just a little bit at the
shorter man.Yorn, for his part, cared little. He was eager to get going, concerned
about the battle on the other front. The Okka forces were waiting for his news, and
Yorn wanted to get his reinforcements back to Arthur as soon as possible.Meanwhile,
the Okka forces were locked in a difficult fight in the northwest.In the skies, Tulen
and Maloch faced off against each other. They were two of the most powerful beings in
all Athanor, and their battle caught the attention of everybody. Even D'Arcy, who had
been probing the Lokheim defenses, retreated back to his camp and observed the two in
battle.Overflying the battlefield, Preyta was less interested in watching. He ordered
Skud to lead the beast legions into battle, and this time it was no probing attack.
Three legions of abyssal beasts began to make their way towards the Okka camp.The
Templar and Silverwing infantry took defensive formation outside the allied camp,
while the remaining cavalry formed a separate mobile force, looking for opportunities
to deal a decisive blow - if the infantry could hold the line under the assault of
three monstrous legions.The monstrous horde charged with no formation or plan, even
running over their own in their stampede. But they had superiority in numbers, and
they were utterfly fearless, unlike human troops who might break and flee.Waves of
abyssal beasts crashed against the allied lines. Still the lines held, for Arthur had
assigned the best troops from the Templar and Silverwing infantry to key positions,
and the battle-hardened veterans of the Order of Silverwing and fervent fanatics of
the Templars set the example for the other soldiers by being as fearless as the
abyssal beasts.Still, the casualties began to pile up. The Silverwing soldiers took
the brunt of it, for the Templars wore armor blessed by the Holy Light, which resisted
the dark power that the jungle creeps' claws were imbued with. Still, even this
blessing wore down as the battle raged on, and once the power of light was exhausted
they became vulnerable.Diametrically opposed to each other, the power of light and
darkness reacted violently when they made contact, mutually annihilating each other.
Every clash reduced the power of light and darkness in equal measures, and so was the
Templars diminished every time they clashed with the abyssal beasts - the very
Templars that Arthur had counted on to spearhead his planned assault.Preyta did not
know about Arthur's plans, of course, but as a creature of darkness, the power of
light was naturally abhorrent to him, which was why he focused his attacks against the
Templars. He was not making nearly as much progress as he had hoped, however.The
center of the allied line held fast, though the flanks were showing signs of wavering.
Still, the line would not break so easily, not when "he" stood with the troops.Preyta
surveyed the battlefield, and decided to seek Veera's help. It was more than just the
present battle at stake; D'Arcy was the protector of the Great Wall of Norman, and if
he could be killed here and now, the stalemate on the southern front would break wide
open.Still, the mage had no shortage of ways to get out of a tight spot. Preyta would
need plenty of help from Veera if he was to kill D'Arcy here and now.As Preyta plotted
to kill D'Arcy, however, his intended prey also set sights upon him. D'Arcy had fought
Preyta for many years, and he knew that the Corrupted general was the key to the
defeating the Lokheim assault, and he was thinking of ways to knock Preyta out of the
sky, even as he worked to stabilize the flank.D'Arcy could fly if he wanted, but it
was exhausting, and at best he could only fight to a draw with Preyta in the
air."Prince Murad," said D'Arcy to the desert prince standing next to him. "I have a
plan..."As Preyta circled the battlefield he suddenly saw one man charging through the
flanks, moving upstream against the Lokheim tide. It was Murad wielding his twin
blades, and then Preyta also saw D'Arcy following close behind, clearing a path with
his dimensional magic.
F9AA3379911C5751_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
F9C89620C85AADE4_## = Baldum
F9C986347BA5E733_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
F9F01B6214A6C54E_## = Chaugnar
F9F2360308FD6845_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FA5A0A553AD62437_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FA5D48D6290C7E6C_## = Tak ada yang tahu apa sebenarnya keinginanku.
FA6F9DE93721BE70_## = Benci yang lemah, yang mengingatkan akan dirinya yang dulu.
FA71785EE6C50215_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
FAC84194EC7D8B9D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FADD76A74FD7BA8A_## = Verno Mountains berada di antara Elborne Woods dan Verno Plains,
melindungi rumah para Elf.
FAF1AA4AB9BC12C3_## = Gunakan <color=#ffd200>{0}</color> <color=#ffd200>
{1}/{2}</color> kali
FB29702924DF62D3_## = The Ageless
FB2AC6D8DDC4BF53_## = Harga diri, loyalitas, tanggung jawab...Telah kurelakan
semuanya, kecuali harapan dalam hati.\nBantu aku capai tujuan, dan aku akan mengabdi
untukmu.
FB4971DD32F9BA40_## = 145cm
FB49EDFEE4B885C1_## = Errol si Cengeng
FB59B8E18ED75995_## = Chapter 10
FB782ADA8CD49507_## = Dark Lord Reborn
FB83686F61F47A47_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FBA8ACC9F822ED04_## = Fall of the Dark Lord
FC2168E92BD4141A_## = Brunhilda
FC352F0C28918992_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FC44B6EF1DF2B82B_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FC4C794EC6CF020F_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
FC5D6327048F0AB0_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FC6E8D5BB98E5C35_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FC825E158BACAC74_## = 24 MAR
FC954C05CAFD5321_## = 23 AGU
FCABE4FFC3817382_## =
FCCBA6BC2750A6A4_## = Penjaga Hutan
FCED3588D4136725_## = The Black Apostate
FCFD4AD2C2388132_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
FD364836AB48A28D_## = Mimpi
FD49BB5551B706F2_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FD555EC0D65ED576_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
FD61FACF306F2DBD_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FD6511377B899F40_## = Wiro
FD7133ECC309B16A_## = Richter
FD85ED7DEADCC19B_## = Mampukah semut kecil menandingi para dewa?
FDA1805DB85A3F09_## = Tak terlalu berbakat, Ishar mengandalkan Furball untuk banyak
hal.
FDAB2E408C772096_## = Kahlii
FDE5FFA829444BB1_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FE0563C99540F076_## = Stay Tuned
FE19238525F90448_## = Lokheim
FE66C49611461994_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Main satu Match bersama
<color=#ffd200>{0}</color> dan Hero terkait sebagai <color=#ffd200>teman satu
tim</color>.
FE7918BB22226E31_## = Sedari muda, Eland'orr terkenal sering berbuat onar. Kedua
orangtuanya tewas dalam pertempuran dan dia pun tumbuh jadi pemuda karismatik namun
sulit diatur. Saat para tetua tak sedang di tempat, dia mencuri Soul Lamp bersama
temannya dan mengaktifkannya dengan memanfaatkan pengetahuan sihirnya.\n\nPengaktifan
Soul Lamp menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk teman-teman Eland'orr. Yang lebih
buruk lagi, Tel'Annas, Sang Ratu Elf, terkena pengaruh kekuatan kegelapan Soul Lamp
dan tertidur untuk waktu yang lama.\n\nUntuk menebus dosanya, Eland'orr dipenjarakan
selama ratusan tahun hanya ditemani Soul Lamp yang rusak. Satu malam, Eland'orr
mendengar suara teman lamanya dari Lamp, dan menyadari bahwa arwah mereka terperangkap
di dalamnya. Hanya Eland'orr yang bisa menenangkan mereka.\n\nDengan bantuan temannya,
Eland'orr belajar mengendalikan kekuatan Lamp dan memulihkannya ke kondisi semula. Dia
pun dibebaskan atas perintah Tel'Annas, dan ditugaskan untuk menjelajahi dunia seumur
hidup, untuk menyebarkan kehangatan dan keceriaan, baik pada para penghuni dunia
maupun arwah yang terjebak dalam Lamp.
FE8BB8FA55ECFD4D_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FED18472A1048F7E_## = Veda
FED51C2CB94F16FF_## = 20 Jun
FEE0908AF1E7B08F_## = Tetap fokus berdoa
FEE214CA1D71A02C_## = 30 Okt
FF1C1ADEB0C6AEE3_## = Chapter 6
FF2719159E3BC53F_## = Merawat sembilan ekor tidaklah mudah. Ada saran?
FF35C9A1FCCB2974_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FF6DB4AEE1CDBE64_## = <color=#ffd200>Syarat</color>: Capai <color=#ffd200>Tier 2 -
Acquaintance</color> bersama <color=#ffd200>{0}</color>
FF70D71E197C4E35_## = Kekuatan kosmos ada dalam kuasaku!
FFADF086D70C75F1_## = Biografi Elsu
FFE390AC3320BE05_## = Tulen berpikiran sederhana, dan dia dapat mengetahui siapa yang
berpikiran kompleks dan sulit dimengerti - seperti Ilumia.
FFEB70806B0161D3_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>
FFF968D4FE4FF6CA_## = Capai <color=#ffd200>Tier 3 - Comrade</color> bersama
<color=#ffd200>{0}</color>

Anda mungkin juga menyukai