Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kondisi tertentu disebut konsistensi.
Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempung. Pengurangan kadar air
menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik
partikel. Bila tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan
sedemikian hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain dengan kohesi
yang tetap terpelihara.
Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair adalah kadar air pada batas antara kondisi cair dan plastis. Pada
kedudukan ini, butiran menyebar dan berkurangnya kadar air berakibat
berkurangnya volume tanah. Untuk menentukan batas cair ditentukan dari uji
Casagrande (1948) yang akan dilakukan pada praktikum ini.
Penentuan kadar air dinyatakan dalam persen, dari contoh tanah yang
diujikan pada percobaan kali ini pada dasarnya, syarat untuk terpenuhinya batas
cair pada uji Casagrande ini adalah sebanyak 25 kali pukulan Untuk mengatur
kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi persyaratan diatas ternyata
sangat sulit. Oleh karena itu akan lebih baik kalau dilakukan uji batas cair paling
sedikit empat kali pada tanah yang sama tctapi pada kadar air yang berbeda-beda
sehingga jumlah pukulan N yang dibutuhkan untuk menutup goresan bervariasi
antara 15 dan 35 kali pukulan.
Kadir air dari tanah, dalam persen, dari jumlah pukulan untuk masing-
masing uji digambarkan di alas kertas grafik semi-logaritmik. Hubungan antara
kadar air dan log N dapat dianggap scbagai suatu garis lurus. Garis lurus tersebut
dinamakan scbagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan
N= 25, yang ditentukan dari kurva aliran, adalah batas cair dari tanah yang
bersangkutan. Kemiringan dari garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai
indeks aliran (flow index) dan dapat dituliskan sebagai:
w1 −w 2
IF=
N2
log
( )
N1
............................................................................................
(2.1)
Dimana:
IF = Indeks aliran
w1 = kadar air, dalam persen dari tanah yang sesuai dengan jumlah
pukulan N1
w2 = kadar air, dalam persen dari tanah yang sesuai dengan jumlah
pukulan N2
Jadi, persamaan garis aliran dapat dituliskan dalam bentuk yang umum, sebagai
berikut:
w=−I F⋅log N +C ..................................................................................(2.2)
Atas dasar hasil analisis dari beberapa uji batas cair, US Waterways Experiment
Station, Vicksburg, Mississippi (1949), mengajukan suatu persamaan empiris
untuk menentukan batas cair, yaitu:
tan β
N
LL=w N ( )
25 ...................................................................................(2.3)
Dimana:
N = jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan selebar 0,5
in = pada dasar contoh tanah yang diletakkan dalam mangkok kuningan dari
= alat uji batas cair
wN = kadar air untuk menutup dasar goresan dari contoh tanah dibutuhkan
= pukulan sebanyak N
tan β = 0,121 (tidak semua tanah mempunyai nilai tersebut)
Kemudian untuk menghitung kadar air (water content) yang sesuai dengan
pengujian praktikum di laboratorium adalah:
( W 2−W 3 )
W C ( % )= x 100 %
( W 3−W 1 ) ...............................................................(2.4)
Dimana:
WC = Kadar air (%)
W1 = Berat cawan (g)
W2 = Berat cawan + tanah basah (g)
W3 = Berat cawan + tanah kering (g)
Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat
uji batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1
g/cm2 . Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air di
mana tegangan geser tanahnya adalah kira-kira 25 g/cm2 .
Tabel 2.1 Harga-harga Batas Atterberg untuk Mineral Lempung
Batas Batas Batas
Material
Cair (LL) Plastis (PL) Susut (SL)
Montmorillonite 100 - 900 50 - 100 8,5 - 15
Nontronite 37 - 72 19 - 27
Illite 60 - 120 35 - 60 15 - 17
Kaolinite 30 - 110 25 - 40 25 - 29
Halloysite terhidrasi 50 - 70 47 - 60
Halloysite 35 - 55 30 - 45
Attapulgite 160 - 230 100 - 120
Chlorite 44 - 47 36 - 40
Allophane 200 - 250 130 - 140
Sumber : Mitchel (1976)
Dimana:
IP = Indeks plastis
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah dan kohesi di berikan
oleh Atterberg seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Nilai Indeks Plastisitas Tanah dan Macam Tanah
PI Sifat Tanah Macam Tanah Kohesi
0 Non plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
> 17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
Sumber: Mekanika Tanah 1, Hary Christady.H(2002),Tabel 1.5 hal-48
.
Gambar 2.2 Definisi batas susut
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.2, batas susut dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
SL=w1 ( % )− Δw ( % ) ...................................................................................
(2.6)
Dimana:
W1 = kadar air tanah mula-mula pada saat ditempatkan di dalam mangkok
uji = batas susut
Δw = peru bahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air
pada = batas susut)
Tetapi
m1 −m2
w 1 ( %) = x 100 %
m2 ............................................................................
(2.7)
Dimana:
m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat pcrmulaan pengujian
(g)
m2 = massa tanah kering (g)
Selain itu
( V 1−V f ) ρw
Δw ( % ) = x 100 %
m2 ......................................................................
(2.8)
Dimana:
V1 = volume contoh tanah basah pada saat pennulaan pengujian (yaitu
volume
= mangkok, cm3 )
Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di dalam oven (g)
ρw = kerapatan air (g/cm3)
Dengan menggabungkan persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8), maka didapat:
( V 1−V f ) ρw
SL=
[( m 1 −m2
m2 )
x 100 % −
] [( m2 ) x 100 %
] ....................
(2.9)
Sedangkan pada uji praktikum kali ini, rumus untuk mendapatkan batas susut (SL)
adalah:
( V 1−V f ) γ w
SL=W C ( % )=
( W 3−W 1 ) .................................................................(2.10)
Sehingga batas kerut :
( W 4 −W 5 )
SL=W C ( % )=
[ 13 , 6
x
1
]
( W 3−W 1 )
x 100 %
..........................
(2.11)
Dimana:
SL = Shrinkage limit (% )
W1 = Berat cawan (g)
W3 = Berat cawan + tanah kering (g)
W4 = Berat cawan + air raksa (g)
W5 = Berat cawan + air raksa yang tumpah (g)
γw = Berat volume air (g/cm3)
1. Tanah diayak terlebih dahulu, ambil tanah yang lolos saringan no 40. Kemudian
tanah dicampur dengan air suling sampai dianggap cukup lembek dan siap untuk
diuji. Apabila dianggap terlalu lembek maka dapat ditambahkan tanah kembali
2. Dari persiapan tersebur, maka dilakukan pengujian sebagai berikut:
W3 )
10. Catat dan hitung hasil pengujian tersebutdengan grafik untuk menentukan
kadar air
B. Uji Batas Plastis (Plastic Limit)
1. Siapkan 1 (satu) cawan dan timbang cawan tersebut (W1)
2. Dari tanah yang telah dibuat ambil beberapa bagian tanah untuk digulung
secara perlahan diatas keramik dengan menggunakan telapak tangan.
3. Gulung tanah sampai berdiameter 3 mm hingga terjadi rambut retak. Apabila
tanah belum dterjadi keretakan hingga berdiameter 3 mm, maka ditambahkan
air sembari diremas kembali sehingga menambah kelembekannya.
4. Tanah yang retak kemudian dikumpulkan di dalam cawan
5. Lakukan kembali cara no. 3 sampai no. 5 sampai contoh gulungan tanah
memenuhi cawan.
6. Timbang cawan yang terisi penuh dengan gulungan tanah (W2)
7. Tulis tanggal dan waktu pembuatan dilembar kertas dan taruh diatas loyang
oven. Masukkan contoh uji kedalam oven selama 24 (dua puluh empat) jam.
8. Setelah di oven selama 24 jam. Keluarkan contoh uji dan timbang kembali
(W3).
9. Catat dan hitung hasil pengujian tersebut.
1 2 3 4
Test No
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
Nomor Cawan 27 20 10 93 32 17 99 31
Berat cawan. W1
17,4 18,7 17,6 18,3 17,7 16,2 30,8 17,5
(gram)
Berat Cawan + Tanah
33,2 33,6 27,9 28,1 29,6 26,3 43,1 27,2
Basah, W2 (gram)
Berat Cawan + Tanah
26, 9 27,6 23,6 24,0 24,9 22,5 38,0 23,2
Basah, W3 (gram)
Kadar Air, W C (%)
67,42 71,66 71,93 65,27 60,31 70,83 70,17
( W 2 −W 3 ) 66,316
0 7 0 8 7 3 5
x 100 %
( W 3 −W 1 )
Rata-rata kadar air
66,868 71,799 62,798 70,504
(%)
Jumlah Pukulan (N) 28 16 29 24
diujikan. Berikut adalah perhitungan kadar air ( W C ) pada setiap nomor pengujian
1. Pengujian nomor 1
kanan
( W 2−W 3 ) ( 33 ,2−26 , 9 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=66 ,316 %
W −W
( 3 1) ( 26 , 9−17 , 4 )
kiri
( W 2−W 3 ) ( 33 , 6−27 ,6 )
W C (% )= x 100 %= x 100 %=67 , 420 %
W −W
( 3 1) ( 27 , 6−18 ,7 )
Rata – rata
(66 , 316+67 , 42)
W C rata−rata= =66 , 868 %
2
2. Pengujian nomor 2
kanan
( W 2−W 3 ) ( 27 , 9−23 ,6 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=71, 667 %
( W 3−W 1 ) ( 23 , 6−17 ,6 )
kiri
( W 2−W 3 ) ( 28 , 1−24 ,0 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=71 , 930 %
( W 3−W 1 ) ( 24 , 0−18 ,3 )
Rata – rata
(71 , 667+71 , 930)
W C rata−rata= =71 ,799 %
2
3. Pengujian nomor 3
kanan
( W 2−W 3 ) ( 29 , 6−24 , 9 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=65 , 278 %
( W 3−W 1 ) ( 24 , 9−17 , 7 )
kiri
( W 2−W 3 ) ( 26 , 3−22 , 5 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=60 , 317 %
( W 3−W 1 ) ( 22 , 5−16 , 2 )
Rata – rata
(65 , 278+60 , 317 )
W C rata−rata= =62, 798 %
2
4. Pengujian nomor 4
kanan
( W 2−W 3 ) ( 43 , 1−38 , 0 )
W C ( % )= x 100 %= x 100 %=70 , 833 %
( W 3−W 1 ) ( 38 , 0−30 , 8 )
kiri
( W 2−W 3 ) ( 27 , 2−23 , 2 )
W C (% )= x 100 %= x 100 %=70 , 175 %
( W 3−W 1 ) ( 23 , 2−17 , 5 )
Rata – rata
(70 , 833+70 , 175)
W C rata−rata= =70 , 504 %
2
Kemudian untuk melihat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan
digambarkan di grafik semi-logaritmik pada Gambar 2.2 kemudian diperoleh nilai
batas cair (Liquid Limit).
Gambar 2.1 Grafik Hasil Pengujian Batas Cair (LL)
Dari perhitungan kadar air rata-rata yang didapatkan dari pengujian no.1
sampai dengan pengujian no.4 dengan harga ketukan yang bervariasi, Data yang
diperoleh,dimasukan kedalam grafik untuk mendapatkan nilai batas cair (Liquid
Limit) pada ketukan (N) = 25 digambarkan garis linear hubungan antara kadar air dan
jumlah ketukan dan diperoleh nilai LL = 67,5%.
Pada tabel Tabel 2.1 tentang harga-harga Batas Atterberg untuk mineral
lempung dengan nilai LL = 67,5% berada diantara 4 batas interval mineral lempung,
yakni: interval 37%-72% untuk material Nontronite , interval 60%-120% untuk
material Illite , interval 30%-110% untuk material Kaolinite dan interval 50%-70%
untuk material Halloysite terhidrasi.
Kemudian praktikum dilanjutkan untuk melakukan pengujian Batas Plastis
(Plastic Limit) untuk mengetahui perubahan kadar air dari keadaan semi-padat ke
keadaan plastis. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian batas plastis (Plastic Limit)
dapat dilihat kedalam tabel 2.4
Test No 1 2
Nomor Cawan 9 73
Berat Cawan, W 1 (g) 17,2 17,1
Berat Cawan + Tanah Basah, W 2 (g) 23,6 24,2
diujikan. Berikut adalah perhitungan kadar air ( W C ) pada setiap nomor pengujian
1. Pengujian nomor 1
( W 2 −W 3 ) (23 , 6−22 ,5 )
PL(% )= x 100 %= x 100 %=66 ,316 %
( W 3 −W 1 ) ( 22, 5−17 ,2 )
( W 2 −W 3 ) (33 , 6−27 , 6 )
PL( % )= x 100 %= x 100 %=67 , 420 %
( W 3 −W 1 ) ( 27 ,6−18 , 7 )
Rata – rata
(20 ,755+22, 414 )
PLrata−rata= =21 , 585 %
2