KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN MASALAH
LANSIA PADA KANKER
Penyusun :
Zilfi Datul Fitriyah
Editor :
Zilfi Datul Fitriyah
penulis
PRAKATA..........................................................................................2
BAB I..................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................4
KANKER PADA LANSIA.................................................................4
A. Karker penuaan populasi......................................................4
B. Identifikasi Masalah............................................................19
C. Rumusan Masalah...............................................................22
D. Tujuan penelitian.....................................................................22
D. Manfaat penelitian....................................................................22
E. Metode Penulisan......................................................................34
1. Permasalahan.......................................................................39
2. Tujuan Penelitian.................................................................40
3. Manfaat Penelitian.....................................................................40
BAB II...............................................................................................41
TINJAUAN.......................................................................................41
A. Definisi Kanker....................................................................41
Faktor Risiko dan Predisposisi Kanker..........................................41
a. Faktor biologis...........................................................................41
1. Herediter....................................................................................41
2. Virus..........................................................................................42
3. Hormon......................................................................................43
B. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah yang dapat diidentifikasi dari latar
belakang penelitian, yaitu:
1. Berapa prevalensi kanker paru di RS Immanuel Bandung
periode Juli 2010- Juni 2013
Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kanker
paru di RS Immanuel Bandung periode Juli 2010-Juni 2013 yaitu
prevalensi kasus kanker paru pada periode tersebut serta hubungan
antara gambaran sitologi cairan pleura dengan gender, usia, ada atau
tidaknya kebiasaan merokok pasien kanker paru yang bersangkutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data
sekunder pasien kanker paru di RS Immanuel periode Juli 2010-Juni
2013 yang dikelompokan berdasarkan gender, usia, dan ada atau
tidaknya kebiasaan merokok, serta gambaran sitology cairan pleura
masing-masing penderita. Data yang terkumpul kemudian
dianalisisuntuk mencari hubungan antara profil pasien dan sitologi
cairan pleura di RS Immanuel periode Juli 2010-Juni 2013.
Keganasan yang sering dijumpai pada organ reproduksi salah
satunya adalah kanker serviks. Di Negara berkembang khususnya di
Indonesia, kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada
wanita. Diperkirakan setiap harinya terdapat 40 sampai 45 kasus baru
dan hampir 20 sampai 25 orang meninggal dunia akibat menderita
penyakit tersebut (Kemenkes.2011).
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
bahan bacaan bagi institusi universitas islam negeri alauddin makassar
dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai kanker
ovarium.
2. Manfaat bagi tempat meneliti
Diharapkan sebagai sumber informasi bagi RSUD. Labuang
Baji Makassar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
pada masalah kanker ovarium.
3. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam
meningkatkan pengetahuan, dan menambah wawasan tentang kanker
ovarium.
Kanker adalah suatu penyakit yang muncul karena
pertumbuhan sel jaringan tidak normal yang berubah menjadi sel
kanker (Kementerian Kesehatan, 2015).
Kasus tertinggi pada perempuan yaitu kanker payudara
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, diikuti kanker servik yaitu 23,4
per 100.000 penduduk.Kanker servik adalah kanker yang terjadi pada
leher rahim yaitu organ yang menghubungkan antara vagina dan
rahim dan disebabkan oleh virus Human papillomavirus (HPV)
(World Health Organization, 2017).
Salah satu dampak dari pasien kanker servik yaitu dapat
menimbulkan masalah psikologis atau mental yaitu dapat terjadi
depresi. Depresi adalah suatu gangguan manusia yang menyangkut
alam perasaan sedih, perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, perasaan putus asa sampai dengan bunuh diri
(Kaplan, H.I & Sadock, 2010).
E. Metode Penulisan
Karya tulis ini disusun menggunakan metode studi pustaka
(library research) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang
disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis sehingga
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan
diterapkan lebih lanjut dengan melakukan studi telaah terhadap
sumber referensi, buku, literatur, dan jurnal ilmiah terkait masalah
yang diteliti.
USG, Mamografi, biopsi awal, dan skrining awal oleh dokter.
SADARI kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat
dilakukan oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas
kanker payudara (Ongona & Tumbo, 2013).
perempuan. Sekitar 30% dari kanker yang ada di Indonesia
adalah kanker payudara. Secara nasional prevalensi penyakit kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4%
atau diperkirakan sekitar 347.792 orang (Depkes, 2013).
Penderita kanker payudara sering terlambat mengetahui
penyakitnya, sehingga dating kerumah sakit ketika sudah masuk
stadium akhir. Deteksi awal sangat diperlukan agar pengobatan
penderita kanker payudara lebih cepat dilakukan (Ongona & Tumbo,
2013).
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan penelitian ini adalah masih meningkatnya angka
kejadian kanker serviks setiap tahunnya dan faktor risiko apa yang
paling memengaruhi kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2017
2. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh faktor risiko (Usia pertama kali
melakukan hubungan seksual, paritas, berganti-ganti pasangan
seksual, merokok, pemakaian pembersih vagina, pemakaian
kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga
yang menderita kanker serviks) terhadap kejadian kanker serviks pada
wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017
3. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan untuk mengambil kebijakan dalam
rangka pencegahan kanker serviks.
2. Memperkaya khasanah dan wawasan ilmu kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan reproduksi.
A. Definisi Kanker
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu
kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari
tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma
(WHO, 2009). Penyakit kanker ditandai dengan pembelahan sel tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis) (Sunaryati, 2011).
a. Faktor biologis
1. Herediter
Mutasi genetik yang diwariskan memainkan peran utama pada
sekitar 5 -10% dari seluruh jenis kanker. Telah banyak penelitian yang
mengaitkan mutasi pada gen spesifik dengan lebih dari 50 sindrom
kanker herediter yang merupakan gangguan yang dapat
mempengaruhi individu untuk mengembangkan penyakit kanker
tertentu.
Gen yang paling sering bermutasi pada semua jenis kanker
adalah TP53, yang menghasilkan protein yang menekan pertumbuhan
tumor. Selain itu, mutasi germline pada gen ini dapat menyebabkan
sindrom Li-Fraumeni, yaitu kelainan bawaan langka yang berisiko
tinggi untuk berkembang menjadi suatu kanker tertentu.
Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 dan BRCA2
dikaitkan dengan kanker payudara dan ovarium herediter. Beberapa
kanker lainnya telah dikaitkan dengan kedua gen ini, termasuk kanker
pancreas dan prostat, serta kanker payudara pada laki-laki. Gen lain
yang menghasilkan protein penekan tumor adalah PTEN. Mutasi pada
gen ini terkait dengan sindrom Cowden, kelainan bawaan yang
meningkatkan risiko kanker payudara, tiroid, endometrium, dan jenis
kanker lainnya.
2. Virus
Ada 2 kelompok virus yang dihubungkan dengan
pertumbuhan kanker, yaitu virus yang mengandung DNA dan virus
yang mengandung RNA (retrovirus). Beberapa contoh virus DNA
yang dikaitkan dengan kanker adalah SV40, adenovirus, HPV (human
3. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan
kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat mencegah
timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker
payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai
bahan pil KB maupun terapi hormon pada wanita menopause.
Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker
kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker
payudara dan kanker hepar (Kusmawan, 2009).
5. Faktor Diet
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat
menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan,
pemanis buatan dan perasa buatan. Padahal, hampir semua
makanan/minuman produksi pabrik atau yang dijual di restoran
mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu, kebanyakan sayur-
sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk
buatan dan pestisida.
6. Faktor Psikologis
Kondisi stres dapat melemahkan respon imunitas tubuh.
Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah sel-sel kanker
menyerang tubuh karena kemampuan sel imun untuk mengenal dan
melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik (Kumar et al.,
2007).
A. Patogenesis Kanker
Menurut Schneider (1997), kanker terjadi oleh karena
kerusakan atau transformasi protoonkogen dan gen penghambat tumor
A. Idensifikasi Kanker
Diagnosis Kanker
Deteksi dini kanker dapat meningkatkan keberhasilan
pengobatan dan prognosis penyakit. Dokter menggunakan informasi
dari gejala dan beberapa prosedur lain untuk mendiagnosis kanker.
Teknik pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan, PET scan, dan
Stadium Kanker
Sistem TNM adalah salah satu sistem pementasan yang paling
umum digunakan. Sistem ini telah diterima oleh International Union
Against Cancer (UICC) dan American Joint Committee on Cancer
(AJCC). Kebanyakan fasilitas medis menggunakan sistem TNM
sebagai metode utama untuk pelaporan kanker termasuk National
Cancer Institute (NCI).
Sistem TNM ini berdasarkan pada besarnya tumor (T), tingkat
penyebaran ke kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis (M).
Nomor ditambahkan untuk setiap huruf untuk menunjukkan ukuran
tumor dan luasnya penyebaran.
Terapi Kanker
Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker,
usia, status kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada
pengobatan tunggal untuk kanker dan pasien sering menerima
kombinasi terapi dan perawatan paliatif. Perawatan biasanya termasuk
dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi,
Definisi Operasional
1. Pasien Kanker
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 52
Pasien kanker merupakan seluruh pasien kanker rawat inap
yang terdaftar melalui bukti rekam medik di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo selama periode Januari 2015 - Juni 2017.
2. Insidensi
Insidensi adalah angka yang menggambarkan kejadian atau
timbulnya penyakit kanker (kasus baru) dalam kurun waktu Januari
2015 - Juni 2017 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien.
Hasil pengukuran : Dikategorikan sebagai berikut:
a. Pasien kanker
b. Bukan pasien kanker
3. Jumlah Kematian
Jumlah kematian merupakan banyaknya kematian dalam
periode Januari 2015 - Juni 2017 pada pasien yang telah terdiagnosis
sebagai pasien kanker melalui bukti rekam medik di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien.a. Pasien kanker
b. Bukan pasien kanker
Hasil pengukuran : Dikategorikan sebagai berikut:
a. Hidup
b. Meninggal
4. Usia
dimaksud dengan usia adalah umur penderita yang tercantum
dalam status atau lamanya seseorang hidup mulai saat pertama
dilahirkan sampai pada saat penderita datang berobat selama periode
Januari 2015 - Juni 2017.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien. Hasil pengukuran : Dikategorikan
sebagai berikut:
Kanker Serviks
Etiologi
1. Faktor Risiko Perilaku
Kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai perilaku
penderita itu sendiri diantaranya adalah hubungan seksual yang
dilakukan pada usia muda yaitu kurang dari 20 tahun, berganti ganti
pasangan seksual lebih dari satu, memiliki banyak anak (lebih dari
lima orang), personal hygiene yang buruk, pemakaian pembalut
wanita yang mengandung bahan dioksin, daya tahan tubuh yang
lemah, dan kurangnya pengetahuan tentang pap smear secara rutin
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 55
pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual
(Kartikawati, 2013)
2. Faktor Biologis
Hubungan antara HPV dan kanker serviks telah banyak
diteliti. HPV tergolong virus epiteliotropik, terbagi menjadi HPV kutis
dan HPV genital, sekitar 20 jenis berkaitan dengan tumor organ
genital yang terbagi menjadi HPV resiko rendah seperti HPV 6,11, 42,
43, 44 dll. Untuk HPV resiko tinggi yaitu HPV16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 dll. HPV resiko tinggi berkaitan erat
dengan terjadinya kanker serviks dan neoplasia intraepitel serviks
uteri ( CIN/ II/ III). Infeksi HPV merupakan penyakit ditularkan
melalui hubungan kelamin yang bersifat asimtomatik. Puncak infeksi
berusia 18-28 tahun. Umumnya lenyap sekitar 8-10 bulan pasca
infeksi. Sebesar 10-15 % wanita usia 35 tahun ke atas sering terinfeksi
sehingga berisiko meningkatnya terkena kanker serviks. Berbagai
studi epidemiologi menunjukkan infeksi HP dan karsinoma serviks
memiliki kaitan yang jelas ( OR=3,6- 61,6), 99,7 % pasien dengan
karsinoma serviks memiliki HPV positif, 97 % CIN II/ III positif, 61,4
% CIN I positif (Desen dkk, 2013).
3. Thin Prep
Metode ini lebih akurat dibanding pap smear. Jika pap smear
hanya mengambil dari sebagian dari sel-sel di serviks atau leher
rahim, maka metode ini metode ini memriksa seluruh bagian serviks
atau leher rahim. Hasilnya lebih tepat dan akurat.
1. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama
dengan Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun.
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif
disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN
3 (Carsinoma Intraepithelial Neoplasia 3) sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur
diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu.
2. Kolposkopi
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka
dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat
obatan untuk memperlambat atau membunuh sel-sel kanker. Obat
anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan
penyakit jika sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.
4. Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut terapi pengubah respon biologis
atau imunoterapi. Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut
dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
5. Terapi gen
Hipotesis
1. Ada pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seksual
terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
2 . Ada pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017. Kejadian kanker serviks Paritas Berganti-ganti
pasangan seksual Merokok Pemakaian pembersih vagina
Pemakaian Kontrasepsi Oral
Pengertian
Fisiologi Payudara
Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi
yang
fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai
pada minggu keenam belas. Sesudah bayi lahir, dari payudara akan
Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap
awal tidak terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala
dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase
(penyebaran) luas, maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk
yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paruparu
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi: Morfologi sel darah,
dilakukan pemeriksaan untuk eritrasit, leukosit, dan trombosit.
Pemeriksaan LED (Laju Edapan Darah) dilakukan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh. Tes fal marker (CEA)
dalam serum/plasma dilakukan untuk mengetahui adanya tumor.
Pemeriksaan sitologi dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara
dengan cairan antara selaput pembungkus paru (Cairan Pluera).
Pemeriksaan sitologi cairan Pleura adalah salah satu cara mendetekdsi
adanya sel kanker.
Ovarium
Anatomi Ovarium
Ovarium adalah kelenjar-kelenjar yang berbentuk seperti buah
almond, terletak didekat dinding-dinding pelvis lateral, melekat pada
mesovarium ligamentum latum uteri. Ujung distal ovarium
dihubungkan pada dinding-dinding pelvis lateral dengan perantaraan
ligamentum suspensorium ovari, didalam ligamentum suspensorium
ini terdapat pembuluh ovarica pembuluh limfe dan saraf beralih
melalui mesovarium ke ovarium. Masing-masing ovarium melekat
pada uterus melalui ligamentum ovarii proprium yang juga melintas
dalam ovarium. Ligamentum ovarian propium ini menghubungkan
ujung proksimal (uterin) ovarium pada sudut lateral uterus, tepat
kaudal dari tuba uterin (Moore & Agur, 2015).
Ovarium berkembang pada dinding posterior abdomen dan
kemudian berjalan turun sebelum kelahiran, bersama dengan
pembuluh-pembuluh darah, vasa lymphatica, dan nervinya. Ovarium
tidak bermigrasi melalui kanalis inguinalis ke dalam perineum, tetapi
berhenti dan mengambil posisi pada dinding lateral cavitas pelvis
(Drake et al., 2014).
Fisiologi Ovarium
Histologi Ovarium
Satu bagian ovarium melekat pada ligamentum latum
perlekatan ini melalui suatu lipatan peritoneum yang disebut
mesovarium bagian lainnya dari ovarium ke dinding uterus melalui
ligamentum ovarii propium (Eroschenko, 2017).
Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah
korteks. Stroma ini terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas
yang berespons dengan berbagai cara terhadap rangsangan hormon
dari organ lain. Pada bagian dalam ovarium terdapat daerah medulla,
dengan anyaman vaskular luas di dalam jaringan ikat longgar yang
Kanker Ovarium
Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium,
kanker ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat
menghancurkan jaringan disekitarnya, sel kanker dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga
merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga
jenis utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarium cancer (Canadian Cancer Society, 2017).
Etiologi (Penyebab)
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker,
biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering 15 kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-
70% pasien kanker ovariumsaat didiagnosis sudah terdapat metastasis
di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas,
tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang
etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation. Teori menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. 2. Hipotesis androgen. Androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan
pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen.
Hal ini dapat mempengaruhi kerusakan DNA melalui tekanan
oksidatif pada cortical inclusion cysts (CIC) di ovarium, adanya
kerusakan berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi
menyebabkan perubahan pada gen yang mengatur pembelahan sel
ovarium sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan
menimbulkan sel kanker (Fathalla, 2013).
.Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko kanker ovarium yaitu:
Obesitas
Wanita yang mengalami kelebihan berat badan memiliki
peningkatan risiko mengalami kanker ovarium. Pada penelitian yang
dilakukan Olsen tahun 2013 terjadi peningkatan risiko 10% terjadinya
kanker ovarium, selain itu pada penelitian metaanalisis terbaru dari 14
penelitian menyimpulkan wanita dengan kanker ovarium, yang
mengalami obesitas, memiliki kelangsungan hidup 17% lebih buruk
dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal (Nagle et al.,
2015).
Hal ini disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh merupakan
lingkungan yang tepat untuk perkembangan tumor selain itu
peningkatan lemak tubuh akan meningkatkan adhesi sel mesothelial
tumor yang akan mengubah struktur mesothelial tumor sehingga
menyebabkan metastasis ke intraperitoneal (Bae et al., 2014).
Alat Kontrasepsi
Pengggunaan alat Kontrasepsi hormonal telah secara
konsisten terbukti menurunkan angka kejadian kanker ovarium,
menurut penelitian yang dilakukan Rice pada tahun 2010 alat
kontrasepsi dapat dilakukan sebagai chemopreventive untuk
menghindari terjadinya kanker ovarium terutama bagi wanita diusia
Usia
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia akan tetapi
sebagian besar kanker ovarium menyerang wanita usia lanjutdan
wanita paruh baya dengan tingkat kejadian tertinggi terjadi di
Amerika Utara dan Eropa Utara dan tingkat kejadian terendah terjadi
di Jepang (Nurlailiyani, 2013).
Selain itu penelitian yang dilakukan di RSUD Wahidin Sudiro
Husodo Makassar, wanita dengan usia >45 tahun memiliki risiko 2
kali lebih besar menderita kanker ovarium (Harahap, 2017)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yoshikawa di Rumah
Sakit Oshaka Jepang angka kematian lebih tinggi pada pasien yang
memiliki usia >65 tahun ini dikarenakan pasien usia >65 tahun
menderita kanker stadium III dan stadium IV dibanding pasien yang
memiliki usia <65 tahun yang menderita kanker stadium I dan II, ini
dikarenakan kanker mempunyai pertumbuhan yang lambat dan sering
terdiagnosis setelah mencapai stadium lanjut, akan tetapi usia bukan
parameter yang tepat untuk dijadikan faktor penyebab terjadinya
kanker ovarium karena kanker ovarium dapat mengenai segala jenis
usia, dibutuhkan juga faktor tambahan lainnya untuk menjelaskan
Jumlah Paritas
Jumlah parietas memiliki hubungan dengan penurunan angka
kejadian kanker ovarium ini disebabkan karena pada saat wanita
mengalami kehamilan tidak terjadi proses ovulasi sehingga
menurunkan risiko terjadinya mutasi riwayat keluarga akibat ovulasi
yang terus menerus, selain itu pada saat kehamilan terjadi perubahan
hormonal sementara perubahan hormonal ini yang dapat menginduksi
apoptosis sel-sel pre malignan sel kanker (Guire et al., 2016).
Selain itu pada saat wanita melahirkan anak dapat
memberikan perlindungan secara alami yang dapat mencegah
pertumbuhan dan metastasis dari sel-sel kanker (Cohen et al., 2013)
Usia Menarche
Studi epidemiologi telah melaporkan hubungan antara usia
menarche dengan angka kejadian kanker ovarium, selain itu terdapat
hubungan terbalik antara usia menarche dengan angka kejadian kanker
ovarium akan tetapi hubungan antara usia menarche dengan angka
kejadian kanker ovarium dibatasi kanker ovarium serosa invasive dan
borderline (Gong et al.,2014).
Usia menarche yang lebih tua juga dapat menjadi faktor risiko
untuk menurunkan terjadinya kanker ovarium, hal ini disebabkan
karena usia menarche dapat mengurangi jumlah ovulasi hal ini sesuai
dengan hipotesis ovulasi terus menerus yang menjelaskan semakin
sering terjadinya ovulasi semakin besar kemungkinan terjadinya
kanker ovarium, selain itu usia menarche dini berhubungan dengan
onset siklus ovulasi yang lebih cepat menyebabkan tingginya
androgen dapat meningkatkan apoptosis sel epithelial disaat yang
bersamaan androgen juga dapat merangsang deoxyribonucleic acid
(DNA) untuk mengurangi kematian sel hal inilah yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker akibat kerusakan
sekunder pada sel epithelial (Gong et al., 2014).
6. Diagnosis
Diagnosis pada stadium dini sulit diketahui secara pasti.
Sebab, kanker ini baru menimbulkan gejala setelah mencapai stadium
lanjut. Dan, gejalanya pun menyerupai beberapa penyakit lainnya.
Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut penderita akan bertambah dan
ditemukan asites, yaitu penimbunan cairan di dalam rongga abdomen
(Prayitno, 2014).
TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu mengelola Melakukan Keperaawatan Pada Tn.R
Dengan Kasus Ca Paru Di Ruangan inap paru RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Pada Tahun 2017
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui konsep teori tentang ca paru dan askep
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan tentang ca paru
MANFAAT
1. Diharapakan pada pihak rumah sakit agar dapat
memberikan asuhan keperawatan ca paru pada Tn.R di
ruangan Rawat inap paru RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2017 dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara komprehensif dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga dalam proses asuhan
keperawatan sehingga tercapai sesuai tujuan.
2. Bagi Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien penderita dengan ca paru .
melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan , khususnya pada pasien dengan ca paru
3. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan
dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
di masa yang akandating
4. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan
pengetahuan tentang cara perawatan ca paru
5. Bagi mahasiswa
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napasNatau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada
epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
a. Hidung (Nasal)
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-
partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang
terdapat dalam lubanghidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar serosa.
c. Laring
ETIOLOGI
Tubuh kita terbentuk dari susunan beberapa sel. Sel – sel ini tumbuh
dan membelah diri secara teratur untuk memproduksi lebih banyak sel
menjadi tua dan rusak, sel – sel itu mati dan di gantikan oleh sel – sel
yang baru .