Anda di halaman 1dari 105

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 1

KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN MASALAH
LANSIA PADA KANKER

Penyusun :
Zilfi Datul Fitriyah

Editor :
Zilfi Datul Fitriyah

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWTAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 2


PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah, yang telah memberikan rahmat serta


petunjuk-Nya sehingga tersusunlah Buku Konsep Asuhan
keperawatan Lansia dengan masalah Kanker telah dapat diselesaikan.
Buku ini dapat diselessikan dalam pelajaran Keparawatan Gerontik.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dan mengakaui,
bahwa isi dalam buku ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih
dalam proses pembelajaran.
Tidaklah akan terwujud dalam penyusun Buku gerontik ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang membantu kami.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Ns.R Endro Sulistyono.S.kep M.kep selaku pengajara
mata kuliah keperwatan gerontik atas bimbingan yang telah diberikan
kepada kam sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, harapan kami semoga Allah SWT. Membalas kebaikan-
kebaikan semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta
bantuandalam perbuatan buku gerontik ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi rekan-rekan kami khususnya mahasiswa Progam
Studi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Lumajang

Luamjang, 08 Maret 2020

penulis

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 3


DAFTAR ISI

PRAKATA..........................................................................................2
BAB I..................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................4
KANKER PADA LANSIA.................................................................4
A. Karker penuaan populasi......................................................4
B. Identifikasi Masalah............................................................19
C. Rumusan Masalah...............................................................22
D. Tujuan penelitian.....................................................................22
D. Manfaat penelitian....................................................................22
E. Metode Penulisan......................................................................34
1. Permasalahan.......................................................................39
2. Tujuan Penelitian.................................................................40
3. Manfaat Penelitian.....................................................................40
BAB II...............................................................................................41
TINJAUAN.......................................................................................41
A. Definisi Kanker....................................................................41
Faktor Risiko dan Predisposisi Kanker..........................................41
a. Faktor biologis...........................................................................41
1. Herediter....................................................................................41
2. Virus..........................................................................................42
3. Hormon......................................................................................43

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 4


Faktor geografik dan lingkungan...................................................43
1. Rokok....................................................................................43
2. Penyinaran yang berlebihan...............................................43
3. Polusi udara..........................................................................43
4. Faktor Usia...........................................................................43
5. Faktor Diet...........................................................................44
6. Faktor Psikologis..................................................................44
B. Patogenesis Kanker..............................................................44
A. Idensifikasi Kanker..............................................................46
B. Jenis-Jenis Kanker Umum.........................................................46
B. Tanda dan Gejala Klinis......................................................47
Terapi Kanker................................................................................49
Definisi Operasional......................................................................49
Kanker Serviks..............................................................................51
Pengertian Kanker Serviks.............................................................51
Epidemiologi.................................................................................51
Etiologi..........................................................................................52
Penyebab Kanker Serviks..............................................................53
Penyebaran Kanker Serviks...........................................................54
Faktor Risiko Kanker Serviks........................................................54
Diagnosis, Gejala dan Tanda dari Kanker Invasif..........................57
Deteksi Dini Kanker Serviks..........................................................58
Diagnosis Kanker Serviks..............................................................58
A. Kanker Rongga Mulut...............................................................59

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 5


B. Siklus Sel Kanker......................................................................60
C. Diagnosis Kanker Rongga Mulut..............................................61
C.Pencegahan Kanker Serviks.......................................................63
D. Proliferasi dan Invasi Kanker Rongga Mulut............................64
Prognosa Kanker Serviks...............................................................66
Konsep Cancer Mammae...............................................................68
A. Tinjauan tentang Kanker Ovarium....................................77
1. Definisi..................................................................................77
Ovarium.........................................................................................78
Anatomi Ovarium..........................................................................78
Fisiologi Ovarium..........................................................................79
Daftar pustaka..............................................................................100

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 6


BAB I
PENDAHULUAN
KANKER PADA LANSIA

A. Karker penuaan populasi

Kanker merupakan beban yang sangat besar di seluruh


dunia, terutama bagi masyarakat di negara-negara miskin dan
berkembang, dimana sekitar 82% populasi dunia berada. Terjadinya
kanker semakin meningkat oleh karena pertumbuhan dan penuaan
populasi, serta meningkatnya prevalensi faktor risiko seperti merokok,
pola makan yang buruk, ketidakaktifan fisik, dan perubahan
reproduktif (termasuk paritas yang lebih rendah dan usia lanjut pada
kelahiran
pertama) yang terkait dengan urbanisasi dan pembangunan ekonomi
(Torre et al., 2015).
Di Indonesia, kanker merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang akan menjadi masalah kesehatan utama. World Health
Organization (WHO) berdasarkan data GLOBOCAN, International
Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2013

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 7


Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas
sel yang diakibatkan oleh adanya mutasi pada DNA sel abnormal
membentuk klon dan berproliferasi secara tidak normal (Abdullah,
2006). Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami
transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-bahan yang
bersifat karsinogen (agen penyebab kanker) ataupun karena mutasi
spontan. Namun, 3 merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan faktor risiko yang lebih dominan pada penduduk di negara
berpenghasilan tinggi (Siegel et al., 2017).
Kematian pada laki-laki di Indonesia yang disebabkan oleh
penyakit ini terdiri dari beberapa jenis
kanker yang memberikan kontribusi besar terhadap profil mortalitas
kanker (Cancer Mortality Profile), diantaranya: kanker trakea,
bronkus, paru (21,8%); hati (12,3%); kanker kolon (10,2%); prostat
(8,9%); mulut dan orofaring (7,5%); lainnya (39,3%). Sedangkan jenis
kematian kanker yang menyebabkan kematian perempuan di
Indonesia terdiri dari: kanker payudara (21,4%); kanker leher rahim
(10,3%); trakea, bronkus, paru (9,1%); kanker kolon (8,5%); ovarium
(7,6%); lainnya (43,1%) (Kemenkes RI, 2015).
karakteristik penderita, kanker meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Prevalensi kanker cukup tinggi pada bayi (3%)
dan meningkat pada umur ≥15 tahun, dan tertinggi pada umur ≥75
tahun (50%). Selanjutnya, berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
kanker pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Prevalensi kanker di kota cenderung lebih tinggi dari pada di desa.
Pada penyakit ini pula, prevalensi cenderung lebih tinggi pada
pendidikan tinggi dan pada kelompok dengan kuintil indeks
kepemilikan teratas (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks dan
payudara menurut Provinsi pada tahun 2007-2016, Sulawesi Selatan
menempati urutan ke-7 dengan IVA Positif & Tumor Payudara
terbanyak se-Indonesia (Kemenkes RI, 2017).
Namun demikian, angka-angka yang dikumpulkan dari
Rumah Sakit besar di Indonesia selama dasawarsa terakhir ini

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 8


menunjukkan kecenderungan meningkat hingga 2-8 per tahun. Oleh
karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melakukan survei angka
kejadian kanker dan gambaran karakteristik pasien kanker di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar periode Januari 2015 – Juni
2017.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama di antara
penderita kanker di dunia, bahkan jika angka kematian beberapa jenis
kanker digabung. Perkembangan kanker paru tidak dapat dipisahkan
dari banyaknya perokok usia muda, pajanan zat-zat industri serta
pengaruh genetik. Para ahli banyak mengelompokkan kanker paru
sebagai penyakit genetik karena perkembangan penyakit yang sangat
berhubungan dengan perubahan molekuler terutama menyangkut
deaktivasi gen supresor tumor dan aktivasi onkogen. Peningkatan
penderita kanker paru juga menyebabkan makin tingginya angka
kematian akibat kanker, terutama karena pasien datang sudah pada
stadium lanjut (stage III & IV).1-3 Kanker paru secara histopatologi
dibedakan atas dua kelompok besar, yaitu kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) dan kanker paru jenis karsinoma sel kecil
(KPKSK); di mana sebanyak 80-85% termasuk kelompok KPKBSK
dan sisanya jenis KPKSK.
Kanker paru juga merupakan bagian dari ageing disease
karena berkorelasi dengan bertambahnya usia; usia lebih dari 40 tahun
merupakan salah satu faktor risiko kanker paru. Penderita kanker paru
berusia lanjut memerlukan perhatian khusus karena se-ring telah
terjadi penurunan fungsi ginjal, jantung, hati, dan mempunyai cukup
banyak penyakit komorbid lain yang perlu diperhatikan dalam
memberi terapi ter utama yang sistemik. Kondisi psikis, keuangan,
dan sosial juga turut membatasi penderita kanker paru berusia lanjut.4
Tulisan ini difokuskan pada masalah kanker paru, terutama jenis
KPKBSK dan penanganannya pada populasi usia lanjut.
Kanker payudara adalah suatu pertumbuhan abnormal sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang
tumbuh infiltratif dan dekstrutif, serta dapat bermetastasis. densitas
tinggi pada mamografi), menarche dini (< 12tahun) atau menstruasi

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 9


lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak
menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi
dinding dada dan faktor lingkungan.
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan
yang penting di dunia. Kankerpayudara merupakan keganasan yang
paling sering ditemukan pada wanita di seluruh dunia. Menurut data
Globocan tahun 2012 diketahui bahwa terdapat 1,67 juta kasus baru
yang terdiagnosis pada tahun 2012 atau sekitar 25% dari seluruh
kanker. Kanker payudara lebih sering terjadi pada negara berkembang
dibandingkan negara maju. Angka kejadian untuk daerah Afrika dan
Asia yaitu sebesar 27/100.000 penduduk.
Kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker
serviks di Indonesia. Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada
penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 per 1000 penduduk atau
di perkirakan sekitar 374.792 orang dan prevalensi kanker payudara
pada wanita Indonesia adalah sebesar 50 per 100.000 penduduk.
Prevalensi kanker di Sumatera Barat tahun 2013 sebesar 1,7 per 1000
penduduk dan Sumatera Barat merupakan Provinsi ketiga dari 34
Provinsi tertinggi kejadian kanker payudara dengan prevalensi sebesar
90 per 100.000 penduduk.
Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil padang
yang merupakan rujukan nasional, kanker payudara merupakan jenis
kanker yang paling banyak ditemukan dari seluruh kanker. Data
Rekam Medik RSUP DR. M. Djamil Padang pada Irna Bedah tahun
2013, tercatat 160 kasus kanker payudara, mengalami penurunan pada
tahun 2014 yaitu 139 kasus dan pada tahun 2015 kanker payudara
mengalami peningkatan kembali yaitu 174 kasus.
Berdasarkan American Cancer Society, didapatkan rerata
harapan hidup pasien kanker payudara stadium III adalah sebesar
84%, sedangkan stadium IV hanya sebesar 19%. Data National
Cancer Database pada tahun 2001-2002, didapatkan harapan hidup 5
tahun pasien kanker payudara stadium IIIA sebesar 67%, IIIB sebesar
41%, IIIC sebesar 39%, serta stadium IV sebesar 15% . penderita
kanker payudara. Faktor yang menentukan atau berhubungan dengan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 10


perjalanan alami penyakit tanpa pemberian terapi sistemik dan dapat
menggambarkan agresifitas penyakit kanker secara utuh disebut
dengan faktor prognostic
Pada pemeriksaan imunohistokimia dapat diketahui nilai
beberapa reseptor kanker payudara yaitu: estrogen, progesteron dan
protein HER2/neu. 12 Reseptor-reseptor ini dapat digunakan sebagai
biomarker untuk prognostik dan prediktif spesifik pada pasien dengan
kanker payudara. Reseptor estrogen merupakan salah satu faktor
prognosis dan factor prediktif utama yang diperiksa pada kanker
payudara.Reseptor estrogen diekspresikan secara berlebihan pada
sekitar 70% dari kanker payudara yang dikenal sebagai Estrogen
Receptor Positive (ER positif). Status reseptor estrogen digunakan
untuk menentukan sensitifitas lesi kanker payudara terhadap terapi
anti estrogen dan untuk menilai sensitifitas kemoterapi preventif pada
wanita yang memiliki risiko tinggi kanker payudara.
Karsinoma dengan salah satu hormon reseptor positif secara
biologis dan klinis menunjukan risiko mortalitas lebih tinggi
dibandingkan karsinoma dengan kedua hormon reseptor positif.
Sekitar 2/3 wanita penderita kanker payudara berumur <50 tahun
memiliki ER positif, sementara sekitar 80% tumor pada wanita berusia
>50 tahun memiliki ER positif.
Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui faktor risiko
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kejadian kanker
payudara. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengetahui pengaruh faktor risiko kanker payudara terhadap
prognostik pada kanker payudara yang dilihat melalui ekspresi resptor
estrogen pada hasil pemeriksaan imunohistokimia terhadap penderita
kanker payudara di Kota Padang.
Wanita memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker payudara dibandingkan laki-laki, dikarenakan wanita lebih
terpajan terhadap hormone estrogen. Kanker payudara kebanyakan
terjadi pada wanita usia setengah baya dan lansia. Seperti karsinoma
yang lain, risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya
usia. Kanker payudara jarang terjadi pada wanita berusia kurang dari

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 11


30 tahun kecuali pada beberapa kasus yang berhubungan dengan
dengan faktor familial. 6 Risiko akan terus meningkat tajam sampai
dengan usia 40- 45 tahun, lalu akan cenderung menetap setelah
menopause . Faktor hormonal termasuk salah satu faktor
risiko penting terhadap kejadian kanker payudara.
Peningkatan eksposur terhadap hormon estrogen akan meningkatkan
risiko terjadinya kanker payudara, sedangkan mengurangi eksposur ini
dapat meproteksi terjadinya kanker payudara. Faktor lain adalah: usia
menarche, status menopause, usia melahirkan anak pertama, jumlah
paritas, menyusui, penggunaan kontrasepsi oral dan terapi hormon
pengganti.
Beberapa penelitian yang telah pernah dilakukan
membuktikan pengaruh faktor hormonal terhadap kejadian kanker
payudara. Penelitian Indrati tahun salah satu rumah sakit di Semarang
menunjukkan peningkatan resiko kanker payudara pada usia menarche
kurang dari 12 tahun9 Penelitian lain juga menunjukkan hubungan
yang cukup berarti antara kanker payudara dengan siklus menstruasi
yang pendek. Status menopause juga menunjukan pengaruh yang
cukup berarti pada kejadian kanker payudara. Wanita post menopause
memiliki risiko 4,18 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara.
Penderita kanker payudara dengan usia muda memiliki
prognosis yang lebih buruk dari penderita dengan usia yang lebih tua
yang memiliki harapan hidup yang lebih baik. Hal ini menunjukkan
banyak faktor yang dapat mempengaruhi prognosis pada.
Populasi penelitian ini adalah semua data penderita kanker
payudara di Kota Padang. Sampel penelitian adalah bagian dari
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria
eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
consecutive sampling, yaitu semua sampel yang ada dan memenuhi
kriteria akan dimasukkan sebagai sampel hingga jumlah sampel
minimal yang dibutuhkan terpenuhi. Kriteria eksklusi ialah penderita
laki-laki kanker payudara di Kota Padang, penderita kanker payudara
disertai kanker pada organ lainnya yang bukan metastasis kanker
payudara.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 12


Kanker serviks (dikenal juga dengankanker leher rahim)
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tersembunyi
bebannya.Kenyataan bahwa penyakit ini banyak di derita oleh
wanita di Negara berkembang, tentu tidak bisa di pungkiri atau di
hindari.Masalah kanker serviks berawal dari adanya infeksi virus
HPV yang terutama berakar dari perilaku hidup yang salah. (Setiati,
Eni, 2009).Menurut Badan Kesehatan Dunia.
(WHO) menyebut kanker serviks sebagai jenis kanker nomor
empat yang paling sering menyerang wanita dan mematikan.
Riskesdas di tahun2018, jumlah prevelensi kanker berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk semua umur sebanyak (1,67%) di
Provinsi Riau, berdasarkan jenis pengobatan kemoterapi sebanyak
(22,7%) di Provinsi Riau.
jumlah seluruh kasus Kanker Serviks di Ruangan Tulip
Rumah Sakit Arifin Achmad Provinsi Riau sebanyak 453 jiwa yang
penderita kanker serviks pada tahun 2018. Penyakit kanker serviks
dapat mempengaruhi kualitas hidup dari penderitanya, seperti
kesehatan psikologi fungsi fisik dan peranan sosial. Kualitas hidup
dinyatakan sebagai ukuran konseptual atau operasional mencakup
kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup serta kemampuan
untuk secara mandiri melakukan aktivitas sehari-hari yang sering
digunakan dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai
dampak terapi pada pasien (Brooker,2008 di dalam Evry
Tamara,2014).
Perkembangan sel kanker menunjukkan fenomena molekuler
yang dapat mengancam jiwa manusia. Hal tersebut diakibatkan oleh
proses perkembangan sel yang membuat seseorang semakin lemah
sehingga akan sangat berbahaya dan menakutkan bagi kehidupan
kesehatan ningkat sebanyak 8,2 juta jiwa. Salah satu penyakit kanker
yang sering terjadi adalah kanker usus besar (Siegel, Miller, & Jemal,
2015).
Kanker juga merupakan masalah utama kesehatan di Amerika
Serikat dan ditemukan pula penderita kanker usus besar berumur lebih
muda di bawah 50 tahun dengan kejadiannya lebih banyak dialami

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 13


pada wanita (5,4%) dibandingkan pada laki-laki (3,4%) (Siegel,
Miller,& Jemal, 2015).
Beban global Colon Rectal Cancer (CRC) mencatat bahwa
kanker kolorektal diperkirakan akan meningkat sebesar 60% menjadi
lebih dari 2,2 juta kasus baru dan 1,1 juta kematian pada tahun 2030.
Insiden CRC dan mortalitasnya akan bervariasi hingga 10 kali lipatdi
seluruh dunia. Insiden CRC dan mortalitas ini masih meningkat pesat
di banyak negaranegara yang berpenghasilan rendah dan menengah
(Arnold, et al., 2017).
kanker kolorektal meninggal dunia. Berdasarkan data tersebut
tercatat bahwa studi epidemiologi menemukan kejadian kanker
kolorektal di Indonesia sekitar 30 kasus/100.000 lakilaki (Brenner,
Kloor, & Pox, 2014).
Prevalensi penderita kanker pada tahun 2013 secara nasional
menunjukkan jumlah 347.792 jiwa dan ditemukan pada semua umur.
Hal tersebut terlihat pada data yang menunjukkan bahwa Rumah Sakit
Kanker Dharmais mencatat prevalensi pederita kanker usus besar dan
rektum adalah yang terbanyak selama empat tahun berturut-turut,
yaitu didapatkan penderita kanker dalam rentang segala usia terdapat
pada kelompok umur 65 tahun yang tertinggi (5,0/mil) dan terendah
pada kelompok usia 1– 14 tahun (0,1/mil) (Kementerian Kesehatan
RI, 2015).
penderita kanker kolorektal pada tahun 2013 tercatat pasien
yang menjalani rawat inap sebanyak 124 kasus, pada tahun 2014
tercatat sebanyak 113 kasus, dan pada tahun 2015 kembali meningkat
sebanyak 240 kasus. Kemudian
berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin (2016), angka kejadian kanker kolorektal
pada tahun 2014 pasien rawat inap sebanyak 19 kasus dan rawat jalan
dengan kemoterapi sebanyak 26 kasus, sedangkan pada tahun 2015
dalam kurun waktu 6 bulan pasien rawat inap meningkat menjadi 26
kasus dan rawat jalan dengan kemoterapi sebanyak 19 kasus. Sebagian
besar terapi yang diberikan pada pasien kanker kolorektal, khususnya
pada pasien

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 14


yang telah mengalami fase metastasis, perawatan paliatif
merupakan perawatan yang paling utama dapat diberikan untuk
menjalankan proses kualitas hidup yang lebih baik dimana lama
jangka waktu kehidupan menjadi sasaran utama proses pengobatan.
Cancer merupakan penyakit yang dapat menjadi penyebab
kematian. Cancer mammae merupakan salah satu penyakit yang
ditakuti dan menyerang kaum perempuan. Penyakit ini merupakan
penyebab kematian yang paling besar bagi perempuan berusia 18
hingga 54 tahun, dan perempuan yang berusia 45 tahun memiliki
resiko terjangkit cancer mammae berjumlah 25 % lebih tinggi
dibanding perempuan yang lebih tua. (Lee, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), 8-9 %
perempuan akan mengalami cancer mammae. Setiap tahun, lebih dari
250.000 kasus cancer mammae terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih
175.000 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 2000 diperkirakan
1,2 juta perempuan terdiagnosis cancer mammae dan lebih dari
700.000 meninggal karena cancermammae. (Mulyani & Nuryani,
2013)
Berdasarkan data dari Medical Record Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, jumlah pasien cancer
mammae tahun 2011 sebanyak 872. Kemudian meningkat 14,7 %
menjadi 1000 orang. Kemudian pada tahun 2012 menurun 16,4 %
menjadi 846 orang. Poltekkes Kemenkes Palembang Cancer mammae
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moehammad Hoesin Palembang
menduduki peringkat pertama setelah kanker serviks. (RSUP. Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, 2014).
Cancer mammae memerlukan beberapa terapi dalam
pelaksanaannya, seperti lumpektomi, mastektomi, radiasi, terapi
hormon, dan kemoterapi. Terapi tersebut dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker, namun berdampak pula pada fisik dan
psikologis pasien. Pasien akan kehilangan payudaranya, kulit akan
menghitam, rambut rontok, dan tubuh menjadi kurus. Pasien akan
malu dan sedih dengan keadaannya. Pada kondisi seperti itu, pasien
memerlukan asuhan keperawatan yang holistik untuk memenuhi

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 15


kebutuhan dasarnya, yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
kultural, dan spiritual. Kebutuhan biologis seperti nutrisi, cairan, dan
pakaian. Kebutuhan psikologis meliputi perhatian dan dukungan dari
keluarga dan orang sekitarnya. Kebutuhan sosial yang meliputi
interaksi dengan keluarga, teman,dan masyarakat.
Pengaruh peningkatan populasi usia lanjut ini akan sangat
tampak pada hal ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat
ini angaka kejadian penyakit kronis, degeneratif, maupun berbagai
macam kanker semakin meningkat, juga angka kematian akibat
penyakit – penyakit tersebut yang meningkat. Kecacatan akibat
penyakit degeneratif pun tidak akan terhindarkan, sehingga
menurunkan produktifitas para usia lanjut. Penurunan produktifitas
dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan fungsi,
sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami
penurunan dalam melaksanakan kegiatan harian seperti makan, ke
kamar mandi, berpakaian dan lainnya dalam Activities Daily Living
(ADL) (David, 2013).
Dalam Istilah kedokteran, Semua benjolan disebut tumor.
Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor yang
ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari kelenjar payudara, termaksud saluran kelenjar
susu dan jaringan penunjangnya (Hasdiana, dkk 2009).
Fase awal kanker payudaara adalah asimtomatik (tanpa ada
gejala dan tanda). Tanda dan gejala tingkat lanjut kanker payudara
meliputi kulit cekung, retraksi, dan deviasi puting susu dan nyeri,
nyeri tekan dan rabas khusus berdarah dari puting. Kulit tebal dengan
pori-pori menonjol seperti kulit jeruk atau ulserasi pada payudara
merupakan tanda lanjut dari penyakit. Kanker payudara dapat tumbuh
didalam kelenjar susu, saluran susu dan jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara. Biasanya kanker payudara ditemukan
pada umur 40-49 tahun dann letak terbanyak di kuadran lateral atas
(Danielle, 2000)
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun
2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 16


jalan maupun rawat inap yakni mencapai 12.014 orang (28,7%)
(Kemenkes RI, 2014a). Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI terdapat
sekitar 36.761.000 perempuan seluruh Indonesia yang berumur 30-50
tahun. Sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek
benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk)
(Kemenkes RI, 2014b).
Berdasarkan Data Riset Kesahatan Dasar tahun 2013,
prevelensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1.000
perempuan (Kemenkes RI,2015). Berdasarkan Data Sistem Rumah
Sakit RSUD Prof Dr Johanes Kupang (2016),
jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap pada pasien kanker
payudara adalah yang terbanyak yaitu 12.014 orang atau 28,7% diikuti
kanker serviks 5349 orang atau 12,8%. Selama tahun 2015 RSUD
Johanes Kupang sudah melayani Kemoterapi kanker sebanyak 167
pasien dimana 28% adalah kanker payudara dan kanker serviks 17%.
Pada tahun 2015.
kunjungan pasien pengidap kanker 240 kali kunjungan,
meningkat di tahun 2016 menjadi 910 kunjungan dan di tahun 2017
sampai oktober sudah 860 kunjungan pasien pengidap kanker. Lebih
dari 40% semua kanker dapat dicegah bahkan beberapa jenis yang
umum seperti kanker payudara, kolerektal dan leher Rahim dapat
disembuhkan jika dideteksi sejak dini. Berdasarkan data pasien rawat
inap di ruang Cempaka RSUD Prof Dr Johanes Kupang tahun 2017.
Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan utama
bagi wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data World
Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada tahun 2014
menyebutkan bahwa kanker payudara merupakan penyebab kematian
nomor 2 (dua) setelah kanker serviks (Depkes,2015).
Data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat
kanker dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan Riskesdas
tahun 2013, sekitar 5,7 % kematian semua umur disebabkan oleh
kanker ganas. Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada
penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 17


diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I Yogyakarta memiliki
prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1%
(Kementerian Kesehatan RI,2015).
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi
pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-
sel (jaringan) payudara. Penyakit kanker payudara terbilang penyakit
yang paling umum menyerang kaum wanita, tetapi pria pun memiliki
kemungkinan mengalami penyakit ini perbandingan 1 di antara 1000
(Marmi, 2015).
Angka kanker menurut Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2015
ditemukan kasus penyakit kanker payudara dari rawat jalan dan rawat
inap rumah sakit sebesar 395 kasus rawat jalan dan 216 kasus rawat
inap. Angka kejadian kanker tertinggi berdasarkan provinsi DIY
ditemukan di daerah yang tertinggi yaitu Sleman sebesar 183,236
penderita dan terendah Kulon Progo 62,414 penderita. RS Islam
Yoyakarta PDHI merupakan rumah sakit rujukan daerah Yogyakarta
yang memiliki pasien kanker payudara terbanyak ke 3 (tiga) setelah
RS Panti Rapih. Hal ini didapatkan berdasarkarkan kelengkapan data
rekam medis yang ada (Dinkes DIY, 2015)
Kanker merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di dunia, dengan sekitar 14 juta kasus baru dan 8 juta kematian terkait
kanker pada tahun 2012, yang mempengaruhi populasi di seluruh
negara dan seluruh wilayah (International Agency for Research on
Cancer/ IARC, 2014).
Sesuai data WHO tahun 2013, kanker menjadi penyebab
kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskular. Insiden kanker diperkirakan dapat mencapai 26 juta
orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker pada tahun
2030, terlebih untuk negara miskin dan berkembang, 2 kejadiannya
akan lebih cepat (Kemenkes, 2015). Globocan 2012
menyatakankejadian kanker di Asia Tenggara tahun 2012
diperkirakan sebesar 786.400 kasus dan 528.500 kematian akibat
kanker (American Cancer Society, 2017).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 18


Secara nasional prevalensi kanker pada penduduk semua
umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar
347.792 orang (Kemenkes, 2015).
Hasil Riskesdas (riset kesehatan dasar) Kementerian
Kesehatan RI tahun 2013 diperoleh data Provinsi Jawa Tengah
memiliki prevalensi kanker sebesar 2,1‰ dan menempati peringkat
prevalensi kedua di Indonesia. Pada profil kesehatan di Kabupaten
Klaten tahun 2014 terdapat 812 kasus kanker, diantaranya kanker
serviks sebanyak 151 kasus, kanker payudara sebanyak 538 kasus,
kanker hepar sebanyak 97 kasus dan kanker paru-paru sebanyak 26
kasus (Dinkes Kabupaten Klaten, 2015)
Kemoterapi memiliki efek samping yang dapat timbul karena
obat-obatan kemoterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker,
tetapi juga menyerang sel sehat terutama sel-sel yang membelah
dengan cepat seperti membran mukosa, sel rambut, sum-sum tulang
dan organ reproduksi (American Cancer Society, 2014).
kasus kanker payudara merupakan jenis kanker yang
menempati urutan pertama di Jawa Tengah, kanker payudara
merupakan kasus kanker yang persentasi kematian pertama dari dua
jenis kanker ganas, yaitu sebesar 12,9%.Sedangkan di Indonesia
sendiri hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) yang dilakukan
oleh badan peneliti dan pengembangan kesehatan Kemenkes RI
(2013, ¶10),
kanker payudara termasuk kasus yang paling besar. Jawa
tengah sendiri juga memiliki data tersendiri untuk penderita kanker,
prevalensi kanker di Jawa Tengah adalah 2,1% penduduk dan
menempati urutan kedua setelah Yogyakarta yaitu sebesar 4,1%
(Riskesdas, 2013, hlm.86).
Kanker sendiri memiliki berbagai jenis dengan berbagai
akibat yang muncul, berbagai macam ancaman selalu membayangi
para penderita kanker seperti kematian dan penurunan kualitas hidup.
Kualitas hidup merupakan konsep analisis kemampuan dari individu
untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara
individu mengenai tujuan, harapan, standar, danperhatian secara

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 19


spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh
nilai budaya pada lingkungan individu tersebut berada (Adam, 2006
dalam Nursalam, 2013,hlm.82).
Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di
dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data
kasus baru kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2013 sebanyak
228.190 kasus, dengan mortalitas 159.480 jiwa pertahun (National
Cancer Institute, 2013).
WHO tahun 2013 melaporkan, bahwa ada 3 kelompok
karsinogen penyebab kanker paru yaitu karsinogen fisik berupa sinar
ultraviolet dan radiasi ion, karsinogen kimia berupa asbestos,
aflatoksin dan arsen; serta karsinogen biologi yaitu infeksi
virus,bakteri,atau parasit. Pemakaian tembakau, alkohol, diet t idak
sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat sebagai pemicu timbulnya
kanker paru. Infeksi virus kronis pada hepatitis B (HBV), hepatitis C
(HCV), dan beberapa tipe Human papilloma Virus (HPV) diduga
sebagai faktor risiko kanker paru di negara-negara dengan income
perkapita menengah ke bawah (Ettinger 2007; WHO 2013).
Pemeriksaan baku emas penegakan diagnosis kanker paru
adalah berdasarkan histopatologi jaringan paru dengan cara biopsi,
namun pemeriksaan tersebut relative membutuhkan biaya yang lebih
besar dan lebih berisiko. Selain itu dapat juga dilakukan fine needle
aspiration biopsy (FNAB) namun sensitivitasnya lebih rendah karena
sampel yang terambil belum tentu jaringan yang mengalami
keganasan (Horn et al 2012).
Kunci untuk mendiagnosis efusi malignan adalah dengan
mengidentifikasi sel malignan di antara sel jinak. Metode pemeriksaan
sitologi dari cairan pleura saat ini sudah dianggap sebagai metode
alternatif untuk membantu menegakkan diagnosis kanker paru.
Metode ini juga relatif lebih ekonomis dan kurang berisiko
dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi hasil biopsi dan
diharapkan sensitivitasnya lebih tinggi dari FNAB (Linder, 2014).
Latar belakang tersebut mendorong minat penulis untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara profil pasien dengan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 20


sitologi cairan pleura di RS Immanuel Bandung periode Juli 2010-Juni
2013.
Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang dapat
menyerang berbagai organ tubuh, selain itu kanker juga dapat
menyebar ke organ-organ lain (WHO, 2018).
Kanker juga merupakan penyakit tidak menular yang
dapat menyebabkan kematian terbanyak ke-2 secara global,
menurut World
Health Organization (WHO) 8,8 juta kematian pada tahun
2015 terjadi akibat kanker, akan tetapi kanker dapat dicegah dengan
menghindari faktor risiko dan melakukan deteksi kanker sedini
mungkin (Kementrian Republik Indonesia, 2018).
Insidensi kematian akibat kanker lebih tinggi di negara
berkembang
dibandingkan negara maju, hal ini disebabkan karena
rendahnya pengetahuan masyarakat akan faktor-faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya kanker. Selain itu, tingginya angka
kematian akibat kanker di Negara berkembang disebabkan karena
kurangnya deteksi dini terhadap kanker (Dewi, 2017).
Tingkat insidensi angka kematian kanker ovarium menempati
peringkat ketujuh dunia dan kanker ovarium ini menempati urutan
ketiga kanker yangmenyerang alat genital wanita yang menyebabkan
kematian setelah kanker serviks dan kanker korpus uteri (Simamora et
al., 2018).
Keganasan kanker ovarium dapat terjadi pada semua umur,
tetapi puncak kejadian tertinggi terjadi pada usia 40-65 tahun. Kanker
ovarium umumnya ditemukan pada stadium lanjut, hal ini dikarenakan
kanker ovarium tumbuh dan membesar biasanya tanpa disertai
keluhan yang nyata sehingga kanker ini terdiagnosa setelah mencapai
stadium lanjut, oleh sebab itu kanker ini sering disebut silent killer.
Kanker ovarium akan menimbulkan keluhan apabila telah menyebar
ke rongga peritoneum sehingga pasien kanker ovarium sulit untuk
diselamatkan (Arania & Windarti, 2015).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 21


Wanita yang memiliki riwayat keluarga memiliki risiko 2 kali
menderita kanker ovarium dibanding wanita yang tidak memiliki
riwayat keluarga (Harahap, 2017).
Hal ini disebabkan oleh mutasi gen Breast Cancer1 (BRCA1)
dan Breast Cancer2 (BRCA2), kedua gen ini yang 90% bertanggung
jawab sebagai penyebab kanker ovarium yang diturunkan kepada
keturunan yang menderita kanker ovarium, sedangkan angka harapan
hidup penderita yang membawa gen mutasi BRCA1 dan BRCA2
sebesar 15%-60% kepada penderita yang membawa gen mutasi
BRCA1 dan BRCA2 sehingga sangat diperlukan dilakukan skrining
(Doufekas & Olaitan, 2014).
Penggunaan alat kontrasepsi telah secara konsisten dikaitkan
dengan penurunan angka kejadian kanker ovarium hal ini sesuai
dengan hipotesis incessant ovulation yang diperkenalkan oleh Fathalla
yang menjelaskan hubungan antara ovulasi terus menerus terhadap
terjadinya peradangan dan karsinogensis ovarium tipe epitel. Hal ini
terjadi karena folikel yang matang
tidak pecah menyebabkan oocyte tidak dilepaskan yang dapat
mengakibatkan terjadinya lonjakan LH (Luteinezing Hormon) ini
dapat menyebabkan kerusakan ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi
dapat menghambat terjadinya ovulasi dan dapat menurunkan angka
kejadian kanker ovarium (Fathalla, 2013).
Perlunya skrining terhadap wanita yang memiliki risiko tinggi
sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya kanker ovarium yang
bisa dilakukan dengan konseling tentang faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kanker ovarium agar wanita yang memiliki risiko
kanker ovarium dapat melakukan pencegahan sedini mungkin (Natalia
et al., 2014).

B. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah yang dapat diidentifikasi dari latar
belakang penelitian, yaitu:
1. Berapa prevalensi kanker paru di RS Immanuel Bandung
periode Juli 2010- Juni 2013

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 22


2. Apa jenis kanker paru tersering berdasarkan profil sitologi
cairan pleurapasien kanker paru
3. Berapa persentase jenis kanker paru tersering berdasarkan
profil sitology cairan pleura pasien kanker paru
4. Apa saja keluhan utama yang sering dijumpai pada pasien
kanker paru
5. Adakah hubungan antara usia pasien dengan profil sitologi
cairan pleura pasien kanker paru
6. Adakah hubungan antara gender dengan profil sitologi cairan
pleura pasien kanker paru
7. Adakah hubungan antara riwayat merokok pasien dengan
profil sitology cairan pleura pasien kanker paru Pada pasien-
pasien yang berobat di RS Immanuel Bandung Periode Juli
2010-Juni2013.

Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kanker
paru di RS Immanuel Bandung periode Juli 2010-Juni 2013 yaitu
prevalensi kasus kanker paru pada periode tersebut serta hubungan
antara gambaran sitologi cairan pleura dengan gender, usia, ada atau
tidaknya kebiasaan merokok pasien kanker paru yang bersangkutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data
sekunder pasien kanker paru di RS Immanuel periode Juli 2010-Juni
2013 yang dikelompokan berdasarkan gender, usia, dan ada atau
tidaknya kebiasaan merokok, serta gambaran sitology cairan pleura
masing-masing penderita. Data yang terkumpul kemudian
dianalisisuntuk mencari hubungan antara profil pasien dan sitologi
cairan pleura di RS Immanuel periode Juli 2010-Juni 2013.
Keganasan yang sering dijumpai pada organ reproduksi salah
satunya adalah kanker serviks. Di Negara berkembang khususnya di
Indonesia, kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada
wanita. Diperkirakan setiap harinya terdapat 40 sampai 45 kasus baru
dan hampir 20 sampai 25 orang meninggal dunia akibat menderita
penyakit tersebut (Kemenkes.2011).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 23


Data yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Anatomi
seluruh Indonesia, insiden kasus kanker serviks merupakan yang
tertinggi di antara kanker yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat dan
dilihat dari penyebarannya sekitar 92,4% berada di Wilayah Jawa dan
Bali (Yatim,2008).Data penunjang lainnya yang diperoleh dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007-2008 insiden kanker
dan tumor tertinggi di Indonesia salah satunya berada di Provinsi Jawa
Tengah yaitu sebesar 8,06 % (Oemiati, 2011).
Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya jumlah paritas pada
responden yang melakukan pemeriksaan pap smear dan biopsi,
diketahuinya kejadian kanker serviks, dan diketahuinya keeratan
hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2013.
Kanker ovarium adalah keganasan yang berasal dari ovarium
dalam tiga bentuk sel yang berbeda yaitu, sel germinal, sel epitel dan
sel stroma dimana ketiga bentuk tersebut hadir dengan ciri-ciri yang
berbeda dan ditangani secara berbeda pula (Young, 2008 dalam
Delrizal, 2013).
Tingkat kejadian kanker ovarium diseluruh dunia setiap
tahunnya adalah sekitar 204.000 wanita dan 125.000 wanita
meninggal karena kanker ovarium (Sankaranarayanan, 2006 dalam
Delrizal, 2013).
Salah satu dari ketiga jenis keganasan ovarium tersebut, yaitu
keganasan ovarium yang berasal dari sel germinal umumnya terjadi
pada wanita muda dan remaja yang berusia dibawah 30 tahun dengan
angka kirakira 75% (Young, 2008 dalam Delrizal, 2013).
Kanker ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat
reproduksi wanita. Insedensi rata-rata dari semua jenis diperkirakan
15 kasus baru per 100.000 populasi wanita sebelumnya (Sarwono,
2008 dalam Delrizal, 2013).
Beberapa hal yang menjadi faktor resiko dari kejadian kanker
ovarium adalah menarke awal dan menopause yang lama, dan riwayat
keluarga dengan kanker. Secara genetis, wanita yang mempunyai gen

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 24


BRCA1 dan BRCA2 beresiku sangat tinggi untuk memiliki kanker
ovarium (William, 2008 dalam Delrizal, 2013).
Kanker ovarium biasanya didiagnosa setelah penyakit tersebut
telah menyebar melewati pelvis gejala yang berat. Gejala yang
bermanifestasi biasanya adalah nyeri pada abdomen, rasa seperti
kembung dan gejala-gejala urinary. Dapat juga dirasakan massa dan
pembengkakan pada pelvis (Young, 2008 dalam Delrizal, 2013).
Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke enam
terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri,
payudara, kolorektal, kulit dan limfoma (Djuana, 2001 dalam Delrizal,
2013 )
Dari beberapa penelitian di Indonesia, tingkat kejadian
karsinoma ovarium adalah 30,5% dari seluruh angka keganasan
ginekologi di Yogyakarta, 7,4% di Surabaya, 13,8% di Jakarta dan
10,64% di Medan (Sahil, 2007 dalam Delrizal, 2013).
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record RSUD
Labuang Baji Makassar jumlah wanita yang menderita kista ovarium
pada tahun 2009 sebanyak 52 orang, pada tahun 2010 sebanyak 36
orang, pada tahun 2011 sebanyak 40 orang, pada tahun 2012 sebanyak
37 orang dan sebanyak 50 orang yang mengalami kista ovarium pada
tahun 2013.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut membuat peneliti
tertarik untuk meneliti gambaran faktorfaktor risiko penderita kanker
ovarium di RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2013.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor risiko penderita
kanker ovarium di RSUD Labuang Baji Makassar periode Januari-
Desember tahun 2013.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor risiko penderita
kanker ovarium berdasarkan umur pasien.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 25


b. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor risiko penderita
kanker ovarium berdasarkan paritas pasien.
c. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor risiko penderita
kanker ovarium berdasarkan umur menarche pasien.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
bahan bacaan bagi institusi universitas islam negeri alauddin makassar
dalam rangka meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai kanker
ovarium.
2. Manfaat bagi tempat meneliti
Diharapkan sebagai sumber informasi bagi RSUD. Labuang
Baji Makassar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
pada masalah kanker ovarium.
3. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam
meningkatkan pengetahuan, dan menambah wawasan tentang kanker
ovarium.
Kanker adalah suatu penyakit yang muncul karena
pertumbuhan sel jaringan tidak normal yang berubah menjadi sel
kanker (Kementerian Kesehatan, 2015).
Kasus tertinggi pada perempuan yaitu kanker payudara
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, diikuti kanker servik yaitu 23,4
per 100.000 penduduk.Kanker servik adalah kanker yang terjadi pada
leher rahim yaitu organ yang menghubungkan antara vagina dan
rahim dan disebabkan oleh virus Human papillomavirus (HPV)
(World Health Organization, 2017).
Salah satu dampak dari pasien kanker servik yaitu dapat
menimbulkan masalah psikologis atau mental yaitu dapat terjadi
depresi. Depresi adalah suatu gangguan manusia yang menyangkut
alam perasaan sedih, perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, perasaan putus asa sampai dengan bunuh diri
(Kaplan, H.I & Sadock, 2010).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 26


Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta dengan 43 responden menunjukan secara keseluruhan
dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi mendapat dukungan yang baik. Jenis dukunganya yaitu
dukungan informasional, paling banyak dalam kategori cukup 21
orang (48,8 %), dukungan penilaian paling banyak dalam kategori
baik 28 orang (65,1 %), dukungan instrumental paling banyak dalam
kategori cukup 24 orang (55,8 %) dan dukungan emosional paling
banyak dalam kategori cukup 23 orang (53,5 %) (Lianawati, Dwi &
Maliya, A., 2018).
Saat ini kanker merupakan penyebab kematian utama di
negara maju sedangkan di negara berkembang menempati urutan
kedua. Data International Agency for Research on Cancer (IARC)
tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat 12,7 juta kasus kanker baru
dengan jumlah kematian 7,6 juta (Ferlay et al., 2010), sedangkan pada
tahun 2012 ditemukan 14,1 juta kasus kanker baru dengan 8,2 juta
kematian (IARC, 2013).
Kemoterapi masih menjadi modalitas utama dalam terapi
kanker selama beberapa dekade terakhir. Meskipun demikian, tingkat
keberhasilan kemoterapi masih rendah karena timbulnya efek samping
dan resistensi sel kanker akibat sifat kerja antikanker yang tidak
selektif dan tidak spesifik. Oleh karena itu, saat ini pengembangan
antikanker baru diarahkan pada upaya mendapatkan antikanker yang
bekerja secara selektif dan spesifik, yang ditujukan terhadap
abnormalitas genomik dan molekuler (Workman et al., 2013).
Pengembangan obat baru melalui sintesis secara kimiawi
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong
kemandirian obat di Indonesia. Hal ini sesuai strategi pemerintah
dalam meningkatkan ketahanan pangan dan obat Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013)
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa
xanton dari alam terbukti
berefek terhadap peningkatan apoptosis dan hambatan siklus
sel, dengan memacu berbagai enzim caspase (Kuete et al., 2014),

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 27


peningkatan protein Bax, hambatan terhadap Bcl-2 dan NF-B (Mohan
et al., 2012), serta hambatan terhadap berbagai siklin (Kuete et al.,
2014).
Penelitian lain menunjukkan bahwa kelainan apoptosis dan
siklus sel akibat deregulasi p53,nBcl-2, NF- B, dan berbagai caspase
berkaitan dengan kelainan dalam fungsi COX-2 dan VEGF
(Rajasekaran et al., 2013; Yu et al., 2014).
Dalam hubungannya dengan faktor pertumbuhan lain,
peningkatan VEGF berkorelasi erat dengan peningkatan ekspresi
nuclear factor kappa-B (NFB), COX-2, Bcl-2, penurunan caspase-3
dan caspase-9 (Rajasekaran et al., 2013), serta penurunan p53 (Yu et
al., 2014)
Karena angiogenesis terjadi bersamaan dengan shedding sel-
sel neoplastik ke dalam sirkulasi dan metastasis, maka angiogenesis
merupakan salah satu faktor prognostik untuk sejumlah tumor
(Benazzi et al., 2014) dan menjadi salah satu target terapi kanker.
Penelitian ini menguji aktivitas senyawa 3,4,6−THX terhadap
sel kanker kolorektal WiDR. Sel WiDr diisolasi dari seorang wanita
penderita adenokarsinoma kolon dan merupakan turunan dari sel
kanker kolorektal lain, yaitu HT-29 dan dianggap identik, termasuk
dalam gambaran perubahan genetik dan epigenetiknya (Ahmed et al.,
2013).
Terhadap tingkat ekspresi VEGF dan VEGFR-2, kedua
konsentrasi memberikan pengaruh berbeda terhadap sel kanker WiDR
dibandingkan kelompok kontrol. Hal yang menarik adalah bahwa
pemberian perlakuan tidak menyebabkan penurunan tingkat ekspresi
VEGF pada sel kanker, namun justru meningkatkan ekspresinya.
Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu yang
menunjukkan kemampuan senyawa xanton dari alam dalam
menghambat proses angiogenesis secara in vitro dan in vivo (Yang et
al., 2013; Shiozaki et al., 2013; Jittiporn et al., 2014).
Kanker Serviks adalah kanker yang terjadi dan tumbuh dalam
leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh
infeksi HPV (Kartikawati, 2013).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 28


Dampak yang menyertai membuat sebagian besar pasien yang
telah didiagnosis menderita kanker diliputi rasa khawatir, cemas dan
takut menghadapai ancaman kematian dan rasa sakit saat menjalani
terapi, sehingga penderita kanker serviks memiliki efek samping baik
psikis atau pun fisik selama menjalani pengobatan (Setiawan, 2015).
Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian di
antara perempuan di seluruh dunia. American Cancer Society (2015)
menyebutkan faktor resiko kanker serviks di antaranya : Infeksi HPV,
merokok, imunosupresan, infeksi klamidia, diet kurang serat dan
obesitas, kontrasepsi oral, penggunaan IUD, kehamilan multiple,
kemiskinan, penggunaan obat hormonal diethylstilbestrol (DES), dan
riwayat keluarga dengan kanker serviks (Rahayu, 2015).
Pasien kanker serviks memiliki konsep diri yang negatif
ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang
maldaptif. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Orang yang merasa positif tentang dirinya
akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi
kebutuhan dasarnya (Hidayat & Uliyah, 2014).
Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain (Sunaryo, 2013)
Hal ini berhubungan dengan kualitas hidup penderita kanker
serviks yang mana kualitas hidup memiliki maksud sebagai usaha
untuk membawa penilayan memperoleh kesehatan. Kualitas hidup
telah menjadi pokok bahasan sehubungan dengan penggunaan
instrumen terkait keadaan kesehatan yang mengukur kepuasan pasien
dan manfaat fisiologis. Suatu konsep total kesehatann manusia
menggabungkan faktor fisik dan mental (Adam, 2006 dalam
Nursalam, 2013).
Kanker merupakan jenis penyakit yang banyak dialami oleh
kebanyakan orang sekarang ini. Kanker adalah penyakit yang tidak
mengenal status sosial dan dapat menyerang siapa saja dan muncul
akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 29


yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Wilayah
Asia Tenggara, kanker membunuh lebih dari 1,1 juta orang setiap
tahun. WHO memperkirakan kanker akan menjadi penyebab kematian
tertinggi di Indonesia pada tahun 2030 mendatang (Depkes RI, 2013)
kanker serviks paling sering terjadi pada perempuan yang
berusia 15sampai 49 tahun,dsn resiko kanker serviks meningkatkan
antara usia 20 sampai 30 tahun ( information center on HPV and
Cancer ( ICO),2014 )
Kanker serviks gejala - gejala yang di tandai dengan nyeri
pada kemaluan perdarahan setelah berhubungan seksual,keputihan
berbau serta gatal,dan pendarahan vagina yang terus – menerus kanker
serviks dapat menyebab kematian apabiala pasienyang dating dengan
stadium lanjut tanpa mengetahui gejala – gejala dari kanker serviks
( siagian , 2015 )
Pengaruh peningkatan populasi usialanjut ini akan sangat
tampak pada hal ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat
ini angka kejadian penyakit kronis, degeneratif, maupun berbagai
macam kanker semakin meningkat, juga angka kematian akibat
penyakit-penyakit tersebut yang meningkat. Kecacatan akibat
penyakit degeneratif pun tidak akan terhindarkan, sehingga
menurunkan produktifitas para usia lanjut. Penurunan produktifitas
dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan fungsi,
sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami
penurunan dalam melaksanakan kegiatan harian seperti makan,
ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam Activities Daily
Living(ADL). Lansia dirasakan semakin mirip dengan anak-anak,
dalam ketergantungan pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal inilah
yang menyebabkan pada akhirnya lansia dikirim ke panti wreda
(David, 2013)
Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun
sulit bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orang
tua melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap dan lambat.
Dengan pemikiran dan caranyasendiri lansia diakui sebagai individu

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 30


yang mempunyai karakteristik yang unik oleh sebab itu perawat
membutuhkan pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia
untuk berpikir, berpendapat dan mengambil keputusan untuk
meningkatkan kesehatanya (Atut, 2013).
Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata
“independen” yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang
tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan
adanya sikap percaya diri (Husain, 2013).
WUS merupakan masa dimana sangat rentang terhadap
masalah reproduksi, terutama bagi yang sudah menikah dan aktif
berhubungan seksual. Salah satu masalah kesehatan reproduksi saat
ini yang paling tinggi pravelensinya adalah kanker serviks. Jumlah
penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang,
dan dua per tiga diantaranya berada di Negara-negara yang sedang
berkembang. Sekitar 80% persen penderita berasal dari Asia Selatan,
Asia Tenggara, Sub Sahara Afrika, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan (Word Health Organization (WHO), 2013).
Menurut dari Yayasan Kanker Serviks Indonesia tahun 2015
penderitakan kerserviks di Indonesia mencapai 15.000 kasus,
sedangkan di Jawa Tengah terdapat 24.204 (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2015)
Studi menunjukan kanker serviks merupakan kasus terbanyak
dan hampir 70% ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini
karena masih rendahnya pelaksanaan skrining yaitu kurang dari 5%.
Padahal pelaksanaan skrining yang ideal yaitu 80% dan target dari
pemerintah 50%. Begitu juga kesadaram WUS di Kebumen (Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2015)
Kanker serviks merupakan kanker dengan jumlah penderita
terbanyak keempat yang terjadi pada kalangan wanita di seluruh dunia
dan kanker dengan jumlah penderita paling banyak kedua pada wanita
berusia 15 sampai 44 tahun di dunia (2). Pada tahun 2012 diperkirakan
jumlah kasus baru kanker serviks sebanyak 528.000 serta jumlah
kematian sebanyak 266.000 jiwa (3). Semenjak tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013,

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 31


Program ini memberikan vaksinasi kanker serviks secara
gratis kepada siswi kelas satu SMP se-Kota Denpasar yang
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Denpasar serta puskesmas
se-Kota Denpasar untuk mendukung Bali bebas kanker serviks tahun
2020.
Program vaksinasi kanker serviks belum bisa dipastikan
keberlanjutannya oleh pemerintah daerah karena vaksinasi ini
membutuhkan dana yang besar, maka dari itu partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan agar program berkelanjutan dan mencakup
sasaran lebih banyak sehingga mampu mewujudkan Bali bebas kanker
serviks tahun 2020.
Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti
masyarakat karena sering menyebabkan kematian
ibu.Prevalensi kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan, baik di negara-negara barat maupun di negaranegara
bagian Asia. Laporan kankerpayudara dunia memperkirakan angka
kejadian kanker akan meningkat menjadi 15 juta kasus baru ditahun
2020.
Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan
beberapa negara maju lainnya menduduki peringkat pertama.
Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir 200.000 wanita
yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari
40.000 meninggal akibat penyakit ini dari American Cancer
Societytelah menghitung bahwa di tahun 2013,
Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais
yaitu Sutjipto (2013)
Dari berbagai penderita jenis kanker yang diderita pasien,
lebih dari 50% merupakan penderita kanker payudara.3Data
Kementrian Kesehatan pada tahun 2013
Usia termuda untuk terkena kanker payudara adalah di atas 25
tahun. Masa remaja merupakan suatu periode rentan
kehidupanmanusia yang sangat kritis karena merupakan tahapan
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa Kanker payudara ini
merupakan masalah utama kesehatan perempuan di dunia terutama di

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 32


negara berkembang. Di negara berkembang hanya 50% perempuan
yang mendapat pelayanan deteksi dini kanker dan 50% perempuan
yang terdeteksi kanker tidak pernah melakukan deteksi dini, padahal
deteksi dini pada kanker payudara dapat dilakukan dirumah dengan
cara yang sangat sederhana melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
Ada dua jenis Fluor Albus yaitu Fluor Albus normal atau
fisiologis dan Fluor Albus tidak normal atau patologis. Menurut
Aminati (2013),
Untuk deteksi dini terjadinya kanker serviks, dianjurkan
melakukan PAP Smear secara berkala pada perempuan Test Pap
Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan endoserviks
uteri untuk pemantauan adanya perubahan di porsio atau serviks pada
tingkat pra ganas dan ganas (Aminati, 2013).
Tingkat prevalensi tumor dan kanker payudara tertinggi di
Indonesia berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu
mencapai 2,4% di ikuti dengan Kalimantan Timur 1,0% dan terendah
terdapat di daerah Kalimantan Tengah sebesar 0,1% (Riskesdas, 2013)
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk deteksi dini
kanker payudara ini adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dilakukan pada saat 7-14 hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada saat itu retensi cairan minimal dan payudara
dalam keadaan lembut, tidak keras, membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan (Mulyani, 2013)
Menurut data Dinkes DIY dari 6 rumah sakit
yang melaporkan, yang tertinggi berada di RSUD Panembahan
Senopati Bantul yaitu sebanyak 376 orang, RSUD Wonosari sebanyak
106 orang, RSU Yogyakarta sebanyak 28 orang, RS Bethesda
sebanyak 22 orang, RS PKU Muhammadiyah
sebanyak 18 orang dan terendah berada di RS Panti Rini yaitu
sebanyak 5 orang (Dinkes DIY, 2014)
Sebagian besar pasien penderita kanker payudara di
Kabupaten Bantul dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul
karena merupakan rumah sakit daerah rujukan wilayah Bantul.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 33


Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul didapatkan hasil jumlah penderita kanker payudara meningkat
dari tahun 2013 terdapat 195 (50 orang rawat jalan, 145 orang rawat
inap) dan pada tahun 2014 menjadi 181 kasus (57 orang rawat jalan,
124 orang rawat inap) (Senopati, RS, 2014)
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia,
dengan prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak
dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan
jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani
pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit
biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya
dapat dilokalisasi pada saat diagnosis.
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari
saluran pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran
pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang
mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses
keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus,
maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
Kanker paru-paru dapat menyerang laki-laki dan perempuan.
Namun, prevalensi antara laki-laki yang terkena kanker paru-paru
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurut data yang dirilis WHO
tahun 2014
Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi rokok
terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Setidaknya konsumsi
rokok Indonesia mencapai 225 miliar batang per tahun dan meningkat
menjadi 302 miliar batang per tahun pada tahun 2013.Seperti dikutip
Konsumen rokok di Indonesia mencapai 46,16 persen. Dengan
perokok aktif laki-laki dan perempuan naik 35 persen pada tahun 2012
atau berkisar 61,4 juta perokok pada 2013

Kanker rongga mulut tercatat menempati kategori kanker


yang paling sering terjadi dan paling banyak menyebabkan kematian.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 34


Diperkirakan insidensi kanker rongga mulut setiap tahunnya adalah
sekitar 275.000 dan hampir 75% terjadi di negara sedang berkembang
(Ferlay, 2002) Hal ini merupakan suatu masalah yang serius di
berbagai negara karena merupakan urutan keenam terbanyak dari
seluruh kanker yang dilaporkan di dunia (WHO,2011).
. Di seluruh dunia diperkirakan kanker rongga mulut
merupakan 6% dari seluruh keganasan yang terjadi. Meskipun angka
kejadian kanker rongga mulut di negara berkembang diperkirakan
kurang dari 5%, tetapi di beberapa daerah di India dan Asia Tenggara,
kejadian kanker rongga mulut merupakan keganasan yang paling
sering dijumpai (lebih dari 50% dari seluruh keganasan yang
dijumpai) Kejadian kanker rongga mulut merupakan 2% dari
seluruh kanker yang terjadi di negara-negara barat, di Amerika
diperkirakan ditemukan 29.800 kasus baru kanker rongga mulut setiap
tahunnya dan diperkirakan kanker rongga mulut menyebabkan
kematian sebanyak 8.100 orang setiap tahunnya. Kanker rongga mulut
merupakan 3% dari seluruh kanker yang ditemukan pada pria di
Amerika. Sedangkan kejadian kanker rongga mulut pada wanita
sebanyak 2% dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita. Lebih dari
90% kanker rongga mulut terjadi pada usia diatas 45 tahun dan terus
meningkat sampai dengan usia 65 tahun. Selama 20 tahun terakhir
terdapat sedikit penurunan dari angka kejadian kanker rongga mulut di
Amerika (Jemal, et al., 2012).

Angka kejadian kanker rongga mulut di Australia meliputi 1%


dari seluruh kanker yang terjadi di negara tersebut dan bertanggung
jawab terhadap 1% kematian yang disebabkan oleh kanker baik
kanker yang terjadi pada pria maupun wanita. Diperkirakan ditemukan
760 kasus baru kanker rongga mulut yang ditemukan di Australia
setiap tahunnya dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan
dengan perbandingan 3:2. Sebanyak 95% dari kanker rongga mulut
menunjukkan gambaran histopatologi sebagai karsinoma sel skuamosa
rongga mulut (oral squamous cell carcinoma).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 35


Gambar 1 Insidensi kanker mulut berdasarkan usia dan daerah di
dunia (Jemal, et al., 2012)

Umumnya penderita datang berobat sesudah ada keluhan


seperti adanya benjolan, nyeri tukak atau borok. Padahal jika sudah
ada keluhan maka penyakit sudah dalam stadium lanjut akibatnya
prognosa dari kanker mulut relatif buruk. Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan keterlambatan diagnosis ini karena kanker pada tahap
awal seringkali tidak menimbulkan keluhan (ketidaktahuan penderita),
rasa takut, dan tidak ada biaya untuk berobat.
Teknik-teknik perawatan tersebut belum
menunjukkan peningkatan lamanya hidup penderita secara signifikan.
Oleh sebab itu, diperlukan strategi terapi baru untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker secara efektif dan efisien tanpa efek samping
yang besar, ekonomis, dan berkhasiat misalnya dari bahan herbal
(Supriatno, 2007; Victor, 2011).
Spray adalah alat semacam pompa untuk menyemburkan air,
api, cat, dan sebagainya. Spray disini digunakan sebagai sediaan untuk
pemakaian lokal pada kanker rongga mulut. Komponen dasar spray
adalah wadah, konsentrat zat aktif,

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 36


katup dan penyemprot. Inovasi Punicatum Spray ini diharapkan dapat
menjadi pencegah dan terapi untuk penderita kanker rongga mulut
dengan harga yang sangat ekonomis, praktis, dan tidak memiliki efek
samping. Pembangunan berkelanjutan tidak lengkap tanpa adanya
iptek dan inovasi. Inovasi baru dapat membantu pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia karena dengan melihat
tujuan ke-tiga dan tujuan ke-sembilan dari 17 tujuan SGDs
(Sustainable Growth Developments) yaitu kehidupan sehat sejahtera
(tujuan ketiga) dan industri, inovasi, infrastruktur (tujuan ke-sembilan)
maka gagasan inovasi ini perlu diciptakan dan dikembangkan.

E. Metode Penulisan
Karya tulis ini disusun menggunakan metode studi pustaka
(library research) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang
disajikan secara deskriptif disertai dengan analisis sehingga
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan
diterapkan lebih lanjut dengan melakukan studi telaah terhadap
sumber referensi, buku, literatur, dan jurnal ilmiah terkait masalah
yang diteliti.
USG, Mamografi, biopsi awal, dan skrining awal oleh dokter.
SADARI kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat
dilakukan oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas
kanker payudara (Ongona & Tumbo, 2013).
perempuan. Sekitar 30% dari kanker yang ada di Indonesia
adalah kanker payudara. Secara nasional prevalensi penyakit kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4%
atau diperkirakan sekitar 347.792 orang (Depkes, 2013).
Penderita kanker payudara sering terlambat mengetahui
penyakitnya, sehingga dating kerumah sakit ketika sudah masuk
stadium akhir. Deteksi awal sangat diperlukan agar pengobatan
penderita kanker payudara lebih cepat dilakukan (Ongona & Tumbo,
2013).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 37


Menurut Purwanto (2010) yang termasuk deteksi awal kanker
payudara adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), USG,
Mamografi, biopsi awal, dan skrining awal oleh dokter. SADARI
kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat dilakukan
oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas kanker
payudara (Ongona & Tumbo, 2013).
Prevalensi kanker di Indonesia berdasarkan data riskesdas
tahun 2013 mencapai 1,4% atau sekitar 347.792 orang, dengan
prevalensi terbesar yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker
payudara sebesar 0,5%.1 Terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan untuk terapi kanker, yaitu pembedahan, kemoterapi atau
disebut juga kemo, imunoterapi, targeted therapy, terapi hormon atau
terapi endokrin, transplantasi sel induk dan terapi radiasi.2 Radioterapi
atau terapi radiasi adalah terapi non-bedah terpenting untuk
pengobatan kuratif kanker. Dari 10,9 juta orang yang didiagnosis
menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar 50%
memerlukan radioterapi dan 60% di antaranya diobati dengan kuratif.
Pengobatan kanker di Indonesia saat ini banyak menggunakan
kemoterapi dan proses pembedahan. Penggunaan terapi kanker dengan
radiasi belum banyak digunakan dan masih terbatas. Oleh karena itu,
dalam artikel review ini akan dibahas mengenai konsep dasar
radioterapi serta perkembangannya di Indonesia.
Data yang diperoleh dari RSUD ArifinAchmad Pekanbaru
melalui rekam medic pada tanggal 12 Agustus 2014, didapatka
sebanyak 390 orang yang dirawat Karen penyakit kanker pada tahun
2012. Dimana penderita Ca Mamaesebanyak 155 orang, Ca
Nasofaring sebanyak 54 orang, Ca Cerviks 83 orang, Ca Ovarium 72
orang, Ca Endometrium 26 orang. Pada tahun 2013,
Jika hal ini terusberlanjut pada stadium yang lebih tinggi,
penderita akan merasakan sakit pada daerah panggul, perdarahan yang
berbau amis, nafsu makan hilang, penurunan berat badan
secara drastis, dan anemia disertai perdarahan. Kanker serviks pada
stadium lanjut biasanya menyebabkan kematian dalam waktu yang
cepat (Fisca, 2012).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 38


Selain menimbulkan rasa sakit secara fisik, kanker serviks
juga menimbulkan dampak psikis pada penderitanya. Hal ini dapat
terlihat seperti turunnya tingkat kepercayaan diri dalam kehidupan
sosial yaitu merasa malu untuk bersosialisasidengan masyarakat.
Turunnya kepercayaan diri dalam aktivitas seksual bagi pasangan
yang sudah berumah tangga (Kartikawati, 2013).
Rendahnya pengetahuan wanita di Indonesia tentang
pemeriksaan pap smear, tanda tanda kanker dan kendala biaya
pengobatan serta akses fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat
sebagai salah satu penyebab masih tingginya angka kanker serviks.
Pasien yang menderita kanker serviks dengan stadium lanjut, harus
mendapat penanganan dalam jangka panjang (Rafikasari, 2015).

Meningkatnya jumlah kasus baru kanker serviks di Indonesia


pada setiap tahunnya, dapat menjadi ancaman besar bagi dunia
kesehatan, karena mayoritas penderita kanker serviks baru terdeteksi
pada stadium lanjut. Padahal kanker serviks dapat di cegah dan diatasi
jika wanita usia subur lebih awal mempunyai pengetahuan yang baik
dan kesadaran melakukan deteksi dini berupa test pap smear secara
rutin serta melakukan imunisasi vaksin HPV untuk memperkecil
risiko terkena kanker serviks. Selain itu kebiasaan pola hidup yang
baik harus diperhatikan dengan menjaga pola makan, menghindari
rokok, dan menjauhi alkohol (Sulistiowati dkk, 2014).
Jumlah penderita kanker diperkirakan terus meningkat dari
tahun ke tahun dengan perkiraan mencapai 12 juta jiwa pada tahun
2030. Setiap tahun, terdapat 6,25 juta orang baru yang menderita
kanker. Untuk penyakit kanker serviks di dunia, diperhitungkan terjadi
lebih dari 30 per 100.000 penduduk. Kanker serviks adalah kanker
paling umum keempat pada wanita, dan ketujuh secara keseluruhan.
Sekitar 528.000 kasus baru kanker serviks terjadi dan sebanyak
266.000 meninggal akibat penyakit ini atau diperhitungkan 7,5% dari
semua kematian akibat kanker di dunia. Hampir sembilan dari sepuluh
(87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah yang kurang
berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara berbagai

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 39


wilayah di dunia, dengan tingkat kurang dari 2 per 100.000 di Asia
Barat, Eropa Barat dan Australia/ Selandia Baru lebih dari 20 per
100.000, di Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika Timur
(27,6). Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus
kanker serviks, dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan
kematian. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
kanker serviks tertinggi di dunia. Kanker ini muncul tanpa
menimbulkan gejala dan sangat sulit di deteksi sehingga penyakit ini
sering terdiagnosa pada stadium lanjut (WHO, 2015).
Berdasarkan perkiraan kasus baru kanker serviks di Amerika
Serikat, wanita yang terdiagnosa penyakit ini sebesar 12.820 kasus
dan sekitar 4.210 wanita akan meninggal akibat kanker serviks. Di
Amerika Serikat, wanita Hispanik kemungkinan besar terkena kanker
serviks, diikuti oleh orang Afrika-Amerika, orang Asia dan Kepulauan
Pasifik, dan orang kulit putih. Kanker serviks cenderung terjadi pada
usia paruh baya dan jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun.
Sebagian besar kasus ditemukan pada wanita berusia di bawah 50
tahun. Banyak wanita yang lebih tua tidak menyadari bahwa risiko
berkembangnya kanker serviks masih ada seiring bertambahnya usia.
Lebih dari 15% kasus kanker serviks ditemukan pada wanita berusia
di atas 65 tahun (American Cancer Society, 2017).
Diperkirakan bahwa
setiap tahun sebanyak 527.624 wanita didiagnosis menderita kanker
serviks dan 265.672 meninggal karena penyakit ini. Insiden tertinggi
kanker serviks berdasarkan golongan umur di dunia yaitu umur 50-54
tahun sebesar 12753 kasus, dan di Afrika pada golongan umur 50-54
tahun sebanyak 12753 kasus (HPV Information Centre, 2017).
Penyakit kanker serviks
merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Insiden kanker serviks sebesar 17 per 100.000 perempuan. Kanker
serviks menduduki urutan ke 7 secara global dalam segi angka
kejadian (urutan ke 6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke 8
sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3, 2% mortalitas, sama
dengan angka mortalitas akibat leukemia) (Ferlay dkk, 2013).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 40


Kasus baru kanker serviks pada tahun 2014 yang terjadi di
Inggris sebanyak 3.224 kasus. Angka kematian akibat kanker serviks
sendiri mencapai 890 kasus. Kanker serviks di negara ini bertahan
selama lebih dari sepuluh tahun pada tahun 2010 dengan persentase 63
% di inggris dan Wales (Cancer research UK, 2014).
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga sangat tinggi.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi
tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar
330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah
kanker payudara dan kanker leher rahim. Insiden Kanker Serviks di
Indonesia sebesar 17 per 100.000 perempuan. Berdasarkan estimasi
jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013,
diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar, sementara
itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah
penderita terkecil dari seluruh provinsi (Riskesdas, 2013).
Kanker leher rahim atau juga yang disebut juga dengan
kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang penting bagi
wanita. Kanker ini dialami oleh lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh
dunia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar
231.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia, kasus
kanker leher rahim pada peringkat pertama dengan jumlah kasus
14.368 orang. Dari jumlah tersebut, 7, 297 orang meninggal dan
prevalensinya adalah 10.823 orang setiap tahunnya (Kustiyati dkk,
2016).
Sampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan
masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka
kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Penelitian WHO
mengungkapkan, kurangnya tindakan skrining penyakit kanker serviks
yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat, keterlambatan diagnosis
pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana
dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 41


dalam menentukan prognosis penderita. Penyakit ini banyak terdapat
pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara berkembang
lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Pada wanita-wanita Suriname
keturanan Jawa, terdapat insidensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keturunan etnis lainnya (Rasjidi, 2014).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, Indonesia
merupakan Negara kedua di dunia paling banyak menderita kanker
serviks. Untuk kota Medan sepanjang tahun 2016, penderita kanker
serviks mencapai 110 orang. Berdasarkan data peserta BPJS
Kesehatan secara nasional dari bulan Januari hingga Juni 2016, jumlah
kasus kanker serviks di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan
mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp 33,42 miliar.
Sementara di tingkat rawat inap, terdapat 9.381 kasus, dengan total
biaya sekitar Rp 51,33 miliar (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI),
Penderita kanker di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa
dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa. Terjadi peningkatan sebesar
3,9 persen untuk jumlah penderita kanker. Untuk angka kejadian
kanker serviks juga masih sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang
dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Setiap hari
empat puluh orang wanita terdiagnosa kanker serviks, dan orang dua
puluh orang diantaranya meninggal akibat kanker serviks (Yayasan
Kanker Indonesia, 2016)

Jumlah penderita kanker serviks di Provinsi Sumatera Utara


terus mengalami peningkatan. Tahun 2013 tercatat 475 kasus, tahun
2014 sebanyak 548 kasus dan tahun 2015 sebanyak 681 kasus dengan
prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi kanker
serviks di Kota Medan diperkirakan 0,028 per 100.000 penduduk,
jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
100.000 penduduk. Hal tersebut menunjukkan penyakit kanker serviks
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian (Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 42


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2013) di
RSUP Adam Malik Medan, bahwa jumlah pasien kanker serviks pada
tahun 2013 sebanyak 367 orang. Berdasarkan umur, penderita kanker
serviks paling banyak berada pada golongan umur 40-55 tahun
(58,3%), seluruh penderita berstatus kawin (100%). Penderita kanker
serviks lebih banyak dengan status pendidikan SMP-SMA (57,2%).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang ”Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian
Kanker Serviks pada Wanita di RSUDNdr. Pirngadi Medan tahun
2017.

1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan penelitian ini adalah masih meningkatnya angka
kejadian kanker serviks setiap tahunnya dan faktor risiko apa yang
paling memengaruhi kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2017

2. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh faktor risiko (Usia pertama kali
melakukan hubungan seksual, paritas, berganti-ganti pasangan
seksual, merokok, pemakaian pembersih vagina, pemakaian
kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga
yang menderita kanker serviks) terhadap kejadian kanker serviks pada
wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017

3. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan untuk mengambil kebijakan dalam
rangka pencegahan kanker serviks.
2. Memperkaya khasanah dan wawasan ilmu kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan reproduksi.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 43


3. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti lainnya di dalam
melakukan penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan
kanker serviks di rumah sakit.
BAB II
TUJUAN

A. Definisi Kanker
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu
kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari
tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma
(WHO, 2009). Penyakit kanker ditandai dengan pembelahan sel tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis) (Sunaryati, 2011).

Kanker adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan


neoplasma ganas dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang
tidak bersifat kanker (Price et al., 2006).
Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Suatu
neoplasma, sesuai definisi Wills, adalah “massa abnormal jaringan
yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan
pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 44


rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti.” (Kumar
et al., 2007).

Faktor Risiko dan Predisposisi Kanker

a. Faktor biologis

1. Herediter
Mutasi genetik yang diwariskan memainkan peran utama pada
sekitar 5 -10% dari seluruh jenis kanker. Telah banyak penelitian yang
mengaitkan mutasi pada gen spesifik dengan lebih dari 50 sindrom
kanker herediter yang merupakan gangguan yang dapat
mempengaruhi individu untuk mengembangkan penyakit kanker
tertentu.
Gen yang paling sering bermutasi pada semua jenis kanker
adalah TP53, yang menghasilkan protein yang menekan pertumbuhan
tumor. Selain itu, mutasi germline pada gen ini dapat menyebabkan
sindrom Li-Fraumeni, yaitu kelainan bawaan langka yang berisiko
tinggi untuk berkembang menjadi suatu kanker tertentu.
Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 dan BRCA2
dikaitkan dengan kanker payudara dan ovarium herediter. Beberapa
kanker lainnya telah dikaitkan dengan kedua gen ini, termasuk kanker
pancreas dan prostat, serta kanker payudara pada laki-laki. Gen lain
yang menghasilkan protein penekan tumor adalah PTEN. Mutasi pada
gen ini terkait dengan sindrom Cowden, kelainan bawaan yang
meningkatkan risiko kanker payudara, tiroid, endometrium, dan jenis
kanker lainnya.

2. Virus
Ada 2 kelompok virus yang dihubungkan dengan
pertumbuhan kanker, yaitu virus yang mengandung DNA dan virus
yang mengandung RNA (retrovirus). Beberapa contoh virus DNA
yang dikaitkan dengan kanker adalah SV40, adenovirus, HPV (human

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 45


papilloma virus), EBV (Epstein Bar virus), HBV (hepatitis B virus).
Golongan virus RNA yang berpotensi onkogenik adalah RSV (Rous
sarcoma Virus), HTLV-1 (human T-cell leukemia/lymphoma virus),
HIV (human immunodeficiency virus) (Yugawa & Kiyono, 2009).
HPV merupakan penyebab utama kanker leher rahim dan
dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Adapun virus
hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus
Epstein-Barr meningkatkan risiko terjangkitnya limfoma. HTLV-1
meningkatkan risiko limfoma dan leukemia. HIV yang dikenal
sebagai penyebab AIDS ini, meningkatkan resiko limfoma dan
Kaposi’s sarcoma. HHV-8 dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma.

3. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan
kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat mencegah
timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker
payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai
bahan pil KB maupun terapi hormon pada wanita menopause.
Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker
kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker
payudara dan kanker hepar (Kusmawan, 2009).

Faktor geografik dan lingkungan


1. Rokok
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun
perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut,
tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas,
leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering
menghirup aroma tembakau serta mengunyahnya juga dapat
menyebabkan kanker (DETAK, 2007).
2. Penyinaran yang berlebihan
Sinar matahari pada siang hari yang banyak mengandung ultraviolet
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 46
dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar ultraviolet dapat menembus
kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air, salju,
dan es. Perlu diingat bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak
dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker (KOMPAS, 2009).
3. Polusi udara
Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut Penelitian Kanker
mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China
disebabkan polusi udara, lingkungan, dan kondisi air yang kian hari
kian memburuk (DETAK, 2007).
4. Faktor Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan
usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan
olehberkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi
imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin berperan (Kumar et
al., 2007).

5. Faktor Diet
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat
menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan,
pemanis buatan dan perasa buatan. Padahal, hampir semua
makanan/minuman produksi pabrik atau yang dijual di restoran
mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu, kebanyakan sayur-
sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk
buatan dan pestisida.
6. Faktor Psikologis
Kondisi stres dapat melemahkan respon imunitas tubuh.
Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah sel-sel kanker
menyerang tubuh karena kemampuan sel imun untuk mengenal dan
melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik (Kumar et al.,
2007).

A. Patogenesis Kanker
Menurut Schneider (1997), kanker terjadi oleh karena
kerusakan atau transformasi protoonkogen dan gen penghambat tumor

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 47


sehingga terjadi perubahan dalam cetakan protein dari yang telah
diprogramkan semula yang mengakibatkan timbulnya sel kanker. Oleh
karena itu, terjadi kekeliruan transkripsi dan translasi gen, sehingga
terbentuk protein abnormal yang terlepas dari kendali normal
pengaturan dan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Keganasan pada sel eukariota terjadi akibat adanya perubahan
perilaku sel yang abnormal, yaitu sel mempunyai kemampuan
proliferasi dan diferensiasi yang sangat tinggi. Perubahan perilaku
tersebut terjadi karena sel mengekspresikan berbagai protein yang
abnormal.
Karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahap, dengan 3
tahapan (Schneider, 1997), yaitu:
1. Inisiasi (Initiation)
Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel
normal berubah menjadi premaligna. Karsinogen harus merupakan
mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap
inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi
gen dan produksi copy multiple gene.
2. Promosi (Promotion)
Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat meningkatkan reaksi
karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen. Sifat-sifat
promoter ialah: mengikuti kerja inisiator, perlu paparan berkali-kali,
keadaan dapat reversible, dapat mengubah ekspresi gen seperti:
hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi.
3. Progresi (Progression)
Pada progresi terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap
ini, timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna.
Dalam karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat, yaitu:
a. Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker.
b. Anti-onkogen atau gen supressor yang dapat mencegah timbulnya
kanker.
c. Gen modulator yang dapat mempengaruhi ekspresi karakteristik gen
yang mempengaruhi penyebaran kanker

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 48


Bila transkripsi gen itu dapat diperbaiki dengan sempurna,
maka pada replikasi sel berikutnya
terbentuklah sel baru yang normal. Tetapi bila tidak dapat diperbaiki
dengan sempurna, akan terbentuk sel baru yang defektif. Walaupun
sel itu defektif, namun masih tetap ada usaha mereparasi kembali
kerusakan transkripsi. Bila berhasil akan terbentuk sel yang normal
dan bila gagal akan terbentuk sel yang abnormal, yaitu sel yang
mengalami mutasi, atau transformasi, yang dimana pada akhirnya
dapat menjadi sel kanker.

A. Idensifikasi Kanker

Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan


kanker, yaitu karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia
(National Cancer
Institute, 2009).
1. Karsinoma adalah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang
menutupi organ internal.
2. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan,
lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan ikat.
3. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan
jaringan sistem kekebalan tubuh.
4. Adenoma merupakan istilah untuk kanker yang berasal dari tiroid,
kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan jaringan kelenjar lainnya.
5. Leukemia adalah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk
darah seperti sumsum tulang dan sering menumpuk dalam aliran
darah.

B. Jenis-Jenis Kanker Umum


Daftar jenis kanker yang umum mencakup kanker yang
didiagnosis dengan frekuensi terbesar di USA, di mana kejadian
tahunan untuk tahun 2017 diperkirakan harus menjadi 40.000 kasus
atau lebih. Jumlah ini mengalami peningkatan hingga 7%
dibandingkan dengan perkiraan kejadian tahunan untuk tahun 2008.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 49


Tabel 2.2 Perkiraan jumlah kasus baru dan kematian untuk jenis
kanker yang umum
Jenis Kanker Perkiraan Kasus Perkiraan Kematian
Baru
kandung Kemih 79.030 16.870

Payudara ( pria 252.710 – 2. 470


wanita )
Kororektal 135.430
Endrometrium 61.380
Ginjal ( karsinoma
sel )
Renal dan pelvis
renalis )
Leukemia ( semua
tipe )
Hati dan duktus
bilaris
Intra hepatic
Paru ( termasukn
bronkus )
Melanoma
Limfoma non –
Hodgkin
Pancreas
Prostat
Tiroid

A. Tanda dan Gejala Klinis

Gejala kanker cukup bervariasi dan tergantung lokasi kanker,


tahap penyebaran, dan ukuran tumor. Beberapa kanker dapat
dirasakan atau dilihat melalui kulit, seperti benjolan pada payudara
atau testikel dan dapat dijadikan indikator lokasi kanker tersebut.
Kanker kulit sering diidentifikasi dengan perubahan kutil atau tahi

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 50


lalat pada kulit. Beberapa kanker mulut memberikan gambaran berupa
bercak putih di dalam mulut atau bintik putih pada lidah.
Jenis kanker lain memiliki gejala yang kurang jelas secara
fisik. Beberapa
tumor otak cenderung menampilkan gejala awal penyakit
karena mempengaruhi fungsi kognitif penting. Kanker pankreas
biasanya terlalu kecil untuk menyebabkan gejala, sehingga rasa sakit
terjadi akibat dorongan terhadap saraf terdekat. Selain daripada itu, ia
juga mengganggu fungsi hati sehingga akan terlihat tampilan kulit dan
sklera menguning yang dikenal sebagai ikterus. Gejala juga dapat
terjadi akibat tumor yang menyebabkan penekanan terhadap organ dan
pembuluh darah. Misalnya, kanker kolon dapat menyebabkan gejala
seperti sembelit, diare, dan perubahan ukuran tinja. Kanker kandung
kemih atau prostat dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi
kandung kemih.
Disebabkan sel kanker menggunakan energi tubuh dan mengganggu
fungsi
normal hormon, terdapat kemungkinan besar untuk
memperlihatkan gejala seperti demam, lelah, keringat berlebihan,
anemia, dan penurunan berat badan tanpa sebab. Pada pasien kanker
paru-paru atau tenggorokan, akan terdapat presentasi gejala berupa
batuk dan suara serak (American Cancer Society, 2010)
Ketika kanker menyebar atau bermetastasis, gejala tambahan
dapat dilihat di area baru yang terkena dampak. Bengkak atau
pembesaran kelenjar getah bening merupakan gejala awal. Jika kanker
menyebar ke otak, pasien dapat mengalami vertigo, sakit kepala, atau
kejang, sedangkan penyebaran ke paru-paru dapat menyebabkan batuk
dan sesak nafas.

Diagnosis Kanker
Deteksi dini kanker dapat meningkatkan keberhasilan
pengobatan dan prognosis penyakit. Dokter menggunakan informasi
dari gejala dan beberapa prosedur lain untuk mendiagnosis kanker.
Teknik pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan, PET scan, dan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 51


ultrasound digunakan secara teratur untuk mendeteksi lokasi tumor.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan endoskopi. Prosedur biopsy
dengan pengekstrakan sel-sel kanker dan dilihat di bawah mikroskop
adalah satu-satunya cara mutlak untuk mendiagnosis kanker.
Tes diagnostik molekular juga sering digunakan, seperti
menganalisis lemak, protein, dan DNA kanker pada tingkat molekul.
Sebagai contoh, sel-sel kanker prostat mensekresi zat kimia yang
disebut PSA (prostate-specific antigen) ke dalam aliran darah yang
dapat dideteksi oleh tes darah. Molekuler diagnostik, biopsi, dan
teknik pencitraan digunakan secara bersama-sama untuk mendiagnosis
kanker (Crosta, 2010).

Stadium Kanker
Sistem TNM adalah salah satu sistem pementasan yang paling
umum digunakan. Sistem ini telah diterima oleh International Union
Against Cancer (UICC) dan American Joint Committee on Cancer
(AJCC). Kebanyakan fasilitas medis menggunakan sistem TNM
sebagai metode utama untuk pelaporan kanker termasuk National
Cancer Institute (NCI).
Sistem TNM ini berdasarkan pada besarnya tumor (T), tingkat
penyebaran ke kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis (M).
Nomor ditambahkan untuk setiap huruf untuk menunjukkan ukuran
tumor dan luasnya penyebaran.

Terapi Kanker
Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker,
usia, status kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada
pengobatan tunggal untuk kanker dan pasien sering menerima
kombinasi terapi dan perawatan paliatif. Perawatan biasanya termasuk
dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi,

Definisi Operasional
1. Pasien Kanker
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 52
Pasien kanker merupakan seluruh pasien kanker rawat inap
yang terdaftar melalui bukti rekam medik di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo selama periode Januari 2015 - Juni 2017.
2. Insidensi
Insidensi adalah angka yang menggambarkan kejadian atau
timbulnya penyakit kanker (kasus baru) dalam kurun waktu Januari
2015 - Juni 2017 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien.
Hasil pengukuran : Dikategorikan sebagai berikut:
a. Pasien kanker
b. Bukan pasien kanker
3. Jumlah Kematian
Jumlah kematian merupakan banyaknya kematian dalam
periode Januari 2015 - Juni 2017 pada pasien yang telah terdiagnosis
sebagai pasien kanker melalui bukti rekam medik di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien.a. Pasien kanker
b. Bukan pasien kanker
Hasil pengukuran : Dikategorikan sebagai berikut:
a. Hidup
b. Meninggal
4. Usia
dimaksud dengan usia adalah umur penderita yang tercantum
dalam status atau lamanya seseorang hidup mulai saat pertama
dilahirkan sampai pada saat penderita datang berobat selama periode
Januari 2015 - Juni 2017.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian.
Cara pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien. Hasil pengukuran : Dikategorikan
sebagai berikut:

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 53


a. <20 tahun d. 40-49 tahun
b. 20-29 tahun e. 50-59 tahun
c. 30-39 tahun f. ≥60 tahun.
5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah identitas seksual pasien kanker di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari 2015 - Juni 2017 sesuai
dengan yang tercantum pada rekam medik pasien.
Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian. Cara
pengukuran : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang
tertera pada rekam medik pasien.

Kanker Serviks

Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang pada
epitel leher rahim dari sebuah sel yang mengalami perubahan kearah
keganasan. Kanker serviks atau yang juga disebut kanker leher rahim
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human
Papilloma Virus Onkogenik (Tilong, 2012).
Serviks atau leher rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap tetapi progresif. Proses terjadinya kanker
ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat dan akhirnya menjadi karsinoma in situ (KIS), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
KIS dikenal juga dengan tingkat pra kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma insitu diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma
insitu menjadi karsinoma invasif berkisar 8-20 tahun (Kartikawati,
2013).
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 54
Epidemiologi
Kanker serviks atau kanker mulut rahim masih merupakan
masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka
kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis
pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana
dan prasarana, jenis hispatologi dan derajat pendidikan ikut serta
dalam menentukan prognosis dari penderita kanker serviks. Di negara
maju, angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks masih
menempati posisi kedua terbanyak pada keganansan wanita (setelah
kanker payudara dan di perkirakan diderita oleh 500.000 wanita setiap
tahunnya di Indonesia, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker mulut
rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2 % diantara
kanker ginekologi. Data dari 17 rumah sakit di Jakarta pada tahun
1977, kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus
diantara 918 kasus perempuan (Rasjidi, 2014).
Insiden kanker serviks di China pada kelompok usia muda,
cenderung meningkat setiap tahun yaitu sebesar 131.500 kasus. Di
negara Kolombia, Kanker serviks merupakan insiden tertinggi dunia
yaitu sebesar 48,2/100.000, sedangkan Israel merupakan insiden
kanker serviks terendah yaitu 3,8/100.000 (Desen dkk, 2013).

Etiologi
1. Faktor Risiko Perilaku
Kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai perilaku
penderita itu sendiri diantaranya adalah hubungan seksual yang
dilakukan pada usia muda yaitu kurang dari 20 tahun, berganti ganti
pasangan seksual lebih dari satu, memiliki banyak anak (lebih dari
lima orang), personal hygiene yang buruk, pemakaian pembalut
wanita yang mengandung bahan dioksin, daya tahan tubuh yang
lemah, dan kurangnya pengetahuan tentang pap smear secara rutin
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 55
pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual
(Kartikawati, 2013)
2. Faktor Biologis
Hubungan antara HPV dan kanker serviks telah banyak
diteliti. HPV tergolong virus epiteliotropik, terbagi menjadi HPV kutis
dan HPV genital, sekitar 20 jenis berkaitan dengan tumor organ
genital yang terbagi menjadi HPV resiko rendah seperti HPV 6,11, 42,
43, 44 dll. Untuk HPV resiko tinggi yaitu HPV16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 dll. HPV resiko tinggi berkaitan erat
dengan terjadinya kanker serviks dan neoplasia intraepitel serviks
uteri ( CIN/ II/ III). Infeksi HPV merupakan penyakit ditularkan
melalui hubungan kelamin yang bersifat asimtomatik. Puncak infeksi
berusia 18-28 tahun. Umumnya lenyap sekitar 8-10 bulan pasca
infeksi. Sebesar 10-15 % wanita usia 35 tahun ke atas sering terinfeksi
sehingga berisiko meningkatnya terkena kanker serviks. Berbagai
studi epidemiologi menunjukkan infeksi HP dan karsinoma serviks
memiliki kaitan yang jelas ( OR=3,6- 61,6), 99,7 % pasien dengan
karsinoma serviks memiliki HPV positif, 97 % CIN II/ III positif, 61,4
% CIN I positif (Desen dkk, 2013).

Penyebab Kanker Serviks


Penyebab utama kanker serviks adalah HPV (Human
Papillomavirus) atau virus papiloma manusia. Terdapat 100 tipe virus
HPV yang teridentifikasi dan kebanyakan tidak berbahaya serta tidak
menunjukkan gejala. Sebanyak 40 tipe HPV dapat ditularkan
melalalui hubungan seksual. Sasarannya adalah alat kelamin dan
digolongkan menjadi dua golongan yaitu tipe HPV penyebab kanker
dan HPV berisiko rendah. HPV menimbulkan kutil pada pria dan
wanita, termasuk kutil pada kelamin yang disebut kondiloma
akuminata. Hanya beberapa saja dari varian HPV yang menyebabkan
kanker. Kanker serviks dapat terjadi jika terjadi infeksi yang tidak

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 56


sembuh-sembuh untuk waktu yang lama. Sebaliknya infeksi HPV
akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh (Kartikawati,
2013).
Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan
penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan
dari infeksi HPV menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup
lama yaitu sekitar 10-20 tahun. Namun proses penginfeksian ini sering
kali tidak disadari oleh penderita karena berlangsung tanpa
menimbulkan gejala. Terdapat 15 jenis tipe yang menyebabkan kanker
yang dapat mengarah pada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45, dan
31 yang merupakan penyebab lebih dari 80% kasus kanker di Asia
Pasifik dan dunia (Kartikawati, 2013)

Penyebaran Kanker Serviks


Menurut Rasjidi (2014), proses penyebaran kanker leher
rahim ada tiga macam yaitu:
1. Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah
bening.
2. Melalui pembuluh darah (hematogen).
3. Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina,
kandung Kencing, dan rektum.

Faktor Risiko Kanker Serviks


Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya
penyakit kanker serviks. Beberapa faktor yang menyebabkan
perempuan terpapar HPV (sebagai penyebab dari kanker serviks)
adalah sebagai berikut:
1. Usia
Faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah wanita usia
diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi
risikonya terkena kanker serviks (Kartikawati, 2013).
Puncak perkembangan kanker serviks berada pada usia 47
tahun. Sekitar 47% wanita dengan kanker serviks invasif berusia di
Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 57
bawah 35 tahun saat terdiagnosis. Sekitar 10 %, kanker serviks terjadi
pada wanita yang lebih tua (> 65 tahun) dan cenderung meninggal
karena penyakit karena stadium lanjut mereka saat didiagnosis
(Gattoc, et al, 2015)
2. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual
Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita yang memulai
hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena
kanker serviks karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap
metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan
seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks
lima kali lipat (Rasjidi, 2014).
3. Paritas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dkk
(2013), menyimpulkan bahwa banyaknya anak yang dilahirkan
berpengaruh dalam timbulnya penyakit kanker serviks.
4. Multipartner seks (Berganti-Ganti Pasangan)
Wanita yang memiliki 7 atau
lebih kehamilan aterm mungkin memiliki peningkatan risiko
kanker serviks (National Cancer Institute, 2012).Berganti ganti
pasangan seksual, memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah
satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah
selsel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak.
Bila hal ini terus menerus terjadi, sel kanker pun akan terus
berkembang.
Menurut Wahyuni dan Mulyani (2014) berpendapat bahwa
partner sex >1 orang akan meningkatkan risiko 6,19 kali lebih besar
untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan wanita
yang memiliki patner sex 1 orang saja. Berdasarkan Penelitian yang
dilakukan Handayani (2015), pada wanita yang berada di pesisir
pantai disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pasangan
lebih dari 1 mempunyai hasil test IVA positif dibandingkan responden
yang mempunyai 1 pasangan seksual. Penjelasan yang dikemukakan
oleh dr. Melissa S Luwia, MHA dari yayasan Kanker Indonesia,
bahwa seorang wanita yang memiliki risiko terkena kanker serviks

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 58


kemudian berhubungan seks dengan lelaki, kemudian lelaki itu
melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, wanita lain tersebut
berisiko terkena kanker serviks dari perempuan yang satunya dengan
media penularan oleh lelaki tersebut (Kartikawati, 2013)
5. Merokok
Tembakau yang mengandung bahan-bahan karsinogen baik
yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus
(Kartikawati, 2013).
6. Penggunaan Pembersih Vagina (Douching)
Vagina yang sehat justru harus mengandung bakteri
Lactobacillus, yang merupakan bakteri baik untuk menjaga keasaman
vagina agar kuman tak mudah menginfeksi. Kebiasaan menggunakan
cairan vagina (douching) akan memberantas bakteri Lactobacillus
tersebut, sehingga vagina lebih rentan mengalami infeksi. Salah
satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang
menyebabkan kanker serviks. Penelitian yang dilakukan Neuman
(2012) di Utah, Amerika Serikat menyatakan bahwa douching
Penelitian yang dilakukan Dhorethea (2015), menyatakan bahwa
cairan pembersih vagina/ douching yang beredar dipasaran berisi air
dan campuran bahan seperti suka, baking soda atau iudium yang
biasanya langsung digunakan wanita ke dalam vagina melalui tube.
Kebiasaan ini akan mengganggu bakteri sehat (lactobacillus) yang
sudah ada serta mengganggu keasaman vagina. Wanita yang sudah
mengalami infeksi atau penyakit menular seksual lainnya justru
mendorong setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali lipat
terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak.
7. Pemakaian Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari empat tahun akan
meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 59


penggunaan kontrasepsi oral terhadap ca serviks masih kontroversial
karena ada beberapa penelitian yang gagal menemukan peningkatan
risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi
oral. Penelitian Wahyuningsih (2014), menemukan bahwa wanita
yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki risiko 42 kali
untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibandingkan wanita
yang menggunakan pil KB progesteron noretindron. Kontrasepsi ini
mengandung dosis estrogen dan progesteron yang tetap. Penggunaan
pil KB berisiko ca serviks karena pemakaian estrogen yang
terkandung dalam pil KB merangsang terjadinya penebalan dinding
endometrium dan dapat merangsang selsel endometrium berubah sifat
menjadi sel kanker (Wahyuningsih, 2014).

Diagnosis, Gejala dan Tanda dari Kanker Invasif


Menurut Rasjidi (2014) kanker mikroinvasif dapat
asimtomatik, dan mungkin hanya dapat di deteksi saat investigasi pada
hasil tes pap smear. Sebaliknya, kebanyakan kasus pasien dengan
kanker serviks yang invasif datang ke petugas kesehatan saat mereka
telah mengalami gejala berikut:
1. Awal
a. Keputihan kadang berbau busuk
b. Perdarahan tidak teratur pada wanita usia produktif
c. Perdarahan pasca hubungan seksual pada wanita segala usia
bahkan wanita usia muda
d. Perdarahan pasca menopouse
e. Pada kasus perdarahan saat manopouse, kanker serviks
harus selalu dicurigai, jika perdarahan tersebut tidak berespon
terhadap pengobatan yang sesuai
2. Akhir
a. Nyeri berkemih
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Nyeri punggung
d. Nyeri abdomen bawah

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 60


3. Paling akhir
a. Penurunan berat badan
b. Penurunan pengeluaran urin (dari obstruksi ureter atau
gagal ginjal)
c. Kebocoran urin atau feses dari vagina
d. Pembengkakan ekstremitas bawah
e. Breathlessness (karena anemia)
.

Deteksi Dini Kanker Serviks


Deteksi dini merupakan kunci penanggulangan penyakit
kanker. Kanker leher rahim stadium dini sering tidak menimbulkan
gejala atau tanda yang khas. Namun demikian kanker stadium dini
dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan sederhana yang dikenal
dengan Pap Smear. Setiap wanita yang telah melakukan hubungan
seksual, berisiko untuk menderita kanker leher rahim. Oleh karena itu
Pap Smear dilakukan setelah ada aktifitas seksual. Jika setelah
pemeriksaan pertama ternyata tidak ada kelainan displasia atau
kanker, maka tes diulangi setelah satu tahun, jikahasilnya tetap negatif
pemeriksaan dilanjutkan tiap 2-3 tahun sampai umur 65-70 tahun. Jika
ditemukan pra kanker, maka pemeriksaan diulangi 6 bulan berikutnya
(Kartikawati, 2013).

Diagnosis Kanker Serviks


Menurut Kartikawati (2013), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
1. IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim
dengan larutan asam asetat 3-5 % secara inspekulo. Kemudian diamati
apakah ada kelainanseperti area berwarna putih. Dibutuhkan waktu 2
3 menit untuk melihat perubahan jaringan epitel. Jika tidak ada
perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada insfeksi pada

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 61


serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Puskesmasdengan harga
yang relatif murah. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka
metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

A. Kanker Rongga Mulut


Kanker merupakan penyakit seluler yang ditandai dengan ciri
adanya sifat pertumbuhan yang tidak terkendali diikuti proses invasi
ke jaringan dan penyebaran atau metastasis ke bagian organ tubuh
yang lain (King, 2001)
Hampir semua kasus kanker disebabkan oleh mutasi atau
aktivasi abnormal gen selular yang mengendalikan pertumbuhan sel
dan mitosis sel. Gen abnormal disebut onkogen. Di dalam semua sel
ditemukan antionkogen yang menekan aktivasi dari onkogen tertentu.
Inaktivasi dari antionkogen dapat memungkinkan aktivasi dari
onkogen dan mengarah kepada kanker. Hanya sejumlah kecil dari sel
yang bermutasi mengarah pada kanker.
Kanker rongga mulut dapat terjadi pada bibir bawah, dasar
mulut, bagian ventral dan lateral lidah, area retromolar, tonsil dan
lateral palatum lunak. Besarnya kanker rongga mulut yang terjadi
berbeda-beda, yaitu sekitar 30%-40% terjadi pada bibir bawah, pada
lidah sekitar 25%, sedangkan pada dasar mulut sekitar 20%.. Sebagian
besar dari kanker rongga mulut merupakan karsinoma sel skuamosa
yang berdiferensiasi maupun karsinoma sel skuamosa tanpa
diferensiasi (Sapp, 2004).
. Saat ini perawatan kanker rongga mulut masih menggunakan
teknik seperti kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, pembedahan, dan
terapi kombinasi. Perawatan yang dilakukan saat ini belum
menunjukkan peningkatan lamanya hidup penderita secara signifikan,
oleh sebab itu diperlukan strategi terapi baru untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker secara efektif dan efisien tanpa efek samping
yang besar (Supriatno, 2007).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 62


Penyebab kanker rongga mulut sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, hal ini terjadi karena penyebab terjadinya
kanker sangat kompleks. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi
terjadinya kanker mulut, yaitu faktor lokal, factor luar, dan faktor host.
Faktor lokal meliputi:
(1) kebersihan rongga mulut yang jelek,
(2) iritasi kronis dari restorasi,
(3) karies gigi. Faktor luar dipengaruhi oleh:
(1) kebiasaan merokok,
(2) kebiasaan minum alkohol,
(3) kebiasaan mengunyahtembakau, dan
(4) virus. Faktor host meliputi:
(1) usia,
(2) jenis kelamin,
(3)nutrisi imunologik, dan
(4) genetik.
Berdasarkan studi epidemiologi didapatkan hubungan yang
sangat erat antara kejadian kanker rongga mulut dengan paparan
terhadap karsinogen yang terdapat pada tembakau, alkohol, dan buah
pinang. Konsumsi alkohol dan merokok merupakan faktor risiko kuat
terjadinya kanker rongga mulut. Selain itu kebiasaan mengunyah
tembakau, kapur sirih, dan pinang di beberapa daerah seperti Asia
Tenggara (termasuk Indonesia) sudah terbukti merupakan factor risiko
kuat terjadinya kanker rongga mulut. Faktor lainnya yaitu kesehatan
gigi dan mulut, usia, status sosial ekonomi, indeks massa tubuh, pola
makan. (Ragin, et al., 2009).

B. Siklus Sel Kanker


Siklus sel terdiri atas dua tahap, yaitu fase interfase dan
mitosis. Tahap interfase terdiri atas fase G1 (prasintesis), fase S
(sintesis DNA) dan fase G2 (pasca duplikasi DNA). Tahap mitosis
terdiri atas empat fase, yaitu profase, metafase, anafase dan telofase.
Siklus sel dibagi menjadi empat fase yang berlangsung selama 20-24

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 63


jam, yaitu fase G1 (Gap 1), Fase S (Sintesis), Fase G2 (Gap 2) dan
fase mitosis. Pada fase G1 terjadi sintesis RNA yang kemudian diikuti
oleh sintesis protein sehingga sitoplasma akan bertambah banyak dan
sel akan tumbuh selama sembilan jam.

C. Diagnosis Kanker Rongga Mulut


Keluhan yang membawa penderita kanker rongga mulut ke
dokter adalah adanya pembengkakan atau ulkus yang teraba, rasa
nyeri, warna putih atau merah pada lidah, rasa nyeri menyebar ke
leher atau telinga, terdapat pembengkakan di leher dan meraskan
kesukaran atau rasa nyeri pada waktu menelan.
Gambaran klinis kanker rongga mulut meliputi eksofitik,
endofitik, leukoplakia (bercak putih), eritroplakia (bercak merah),
eritroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih). Pertumbuhan
eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk bunga kol atau papiler, dan
mudah berdarah. Untuk pertumbuhan endofitik biasanya terdapat
batas tegas antara lesi dan jaringan normal, invasinya dapat merusak
tulang yang dapat menyebabkan nyeri dan penampakan
padaradiografnya adalah radiolusen yang hampir sama dengan
penyakit osteomyelitis (Neville, 2002).
Penampakan klinis berupa ulser dengan diameter kurang dari
2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai
komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang
minimal. Karakteristik dari lesi kanker yang berlubang dengan dasar
merah dan ditutupi oleh krusta karena hiposalivasi. Kanker berasal
dari displasi epitel dan secara histologi tampak sebagai pulau-pulau
yang invasive . Invasi sel ditandai dengan perluasan yang tidak
beraturan dari lesi epitelium menuju membran basal, sampai
jaringan ikat subepitelial. Serbuan sel kemungkinan dapat meluas
sampai ke lapisan bawah jaringan adiposa, otot, atau tulang yang
dapat merusak jaringan asli selama perkembangannya.
2. Pemeriksaan pap smear

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 64


Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka
kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya
menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila
selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang
normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3
tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:
a. Normal.
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas).
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas).
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks
paling luar).
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks
yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya)

3. Thin Prep
Metode ini lebih akurat dibanding pap smear. Jika pap smear
hanya mengambil dari sebagian dari sel-sel di serviks atau leher
rahim, maka metode ini metode ini memriksa seluruh bagian serviks
atau leher rahim. Hasilnya lebih tepat dan akurat.
1. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama
dengan Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun.
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif
disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN
3 (Carsinoma Intraepithelial Neoplasia 3) sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur
diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan
dengan waktu.
2. Kolposkopi

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 65


Jika semua tes sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur koloskopi akan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati
bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi
atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika
ada yang tidak normal selanjutnya dilakukan tindakan biopsi.
3. Biopsi
Biopsi merupakan salah satu tindakan medis dimana
pengambilan sel atau sebagian jaringan tubuh untuk dianalisa lebih
lanjut. Misalnya untuk membedakan benjolan sebagai tumor jinak
atau ganas (kanker). Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul
tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil
pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
4. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat berubah
menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih
atau kuning.

C.Pencegahan Kanker Serviks


Menurut Kartikawati (2013) sebagian besar kanker dapat dicegah
dengan
kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker
meliputi:
1. Memilih pola makan yang sehat yang kaya dengan sayuran, buah
dan sereal untuk
2. merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi
berbagai viamin A, C dan E dan asam folat yang dapat mengurangi
risiko kanker serviks
3. menghindari Merokok.
4. Menghindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun.
5. Menghindari berhubungan seks saCat menstruasi
6. Menghindari hubungan seks dengan banyak pasangan
7. Menjalani test pap smear secara rutin

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 66


8. Pemberian vaksinasi HIV untuk mencegah kanker serviks
9. Melakukan pembersihan organ intim (vagina toilet)
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada
lokasi dan ukurantumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum
penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Menurut
Kartikawati (2013) pengobatan kanker serviks antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
2. Terapi penyinaran (radio terapi)
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan
pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya
obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rectum
yang meliputi sitoskopi, IVP (pielogram intravena), enema barium,
dan sigmoidoskopi. MRI (Magnetic Resonance Imaging) atau scan CT
abdomen/pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor
dan/atau terkenanya nodus limpa regional (Kartikawati, 2013).

D. Proliferasi dan Invasi Kanker Rongga Mulut


Kanker menyebar melalui saluran limfa (Neville, 2002).
Perkembangannya mampu menembus kapsul jaringan ikat limfonodi.
Perkembangannya juga mengakibatkan limfonodi terasa terikat dan
sulit untuk digerakkan. Hal ini dapat
dideteksi secara klinis dengan palpasi digital dengan
karakteristik sukar digerakkan dan membesar. Perluasan invasi dapat
bersifat kontralateral dan bilateral. Kanker yang terdapat pada bibir
bawah dan dasar mulut akan menginvasi nodus submental, sedangkan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 67


untuk karsinoma yang berada di daerah posterior mulut akan
menginvasi nodus jugular superior. Kanker juga mampu menginvasi
organ tubuh seperti tulang. Organ lainnya yang dapat terinvasi kanker
adalah jantung dan hati (Saap, 2004).
Buah delima (Punica granatum L.) mengandung fitokimia dan
tinggi kandungan zat antioksidan yang didalamnya terdapat polifenol,
tanin, dan anthocyanins. Khususnya pada polifenol terdapat 60%
komponen flavonoid yang dapat menghambat sel kanker dengan
menginduksi apoptosis.
Flavonoid terutama terkandung di dalam biji buah delima
yang memiliki khasiat terapeutik antara lain anti bakteri, anti virus,
antioksidan, anti tumor, efek ekstrogenik, efektif dalam mengurangi
faktor risiko penyakit jantung, termasuk LDL oksidasi, memulihkan
pengerasan pada dinding arteri (aterosklerosis), mengurangi tekanan
darah sistolik dengan menghambat serum angiotensi– converting
enzyme (Aviram, 2001) Pada perawatan kanker, flavonoid dilaporkan
mampu menghambat pertumbuhan sel tumor pada kanker (Zhang,
2007).

3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka
dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat
obatan untuk memperlambat atau membunuh sel-sel kanker. Obat
anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan
penyakit jika sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.

4. Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut terapi pengubah respon biologis
atau imunoterapi. Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut
dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

5. Terapi gen

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 68


Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara :
1. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
2. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan sel kanker.
3. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah
dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, kemoterapi,
maupun radioterapi.
4. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan
pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya
mati

Prognosa Kanker Serviks

Angka ketahanan hidup penderita kanker serviks 5 tahun


setelah pengobatan. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I
lebih dari 90%, untuk stadium II 60- 80%, stadium III kira - kira 50%,
dan untuk stadium IV kurang dari 30% (Rasjidi, 2014).
Konsep ini bermula untuk menjelaskan proses timbulnya
penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius
sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk
menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan
memperluas pengertian agen Faktor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit dalam konsep ini sebagai berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi)
a. Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)
b. Agen kimiawi: zat toksik (CO)/alergen (obat)
c. Agen fisik (radiasi)
d. Agen infeksius: parasit (skistosomiasis), protozoa (amuba),
bakteri (tuberkulosis), jamur (kandidiasis), riketsia (tifus),
virus (poliomielitis)
2. Faktor pejamu, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik: mempengaruhi
pajanan,kerentanan respons terhadap agen.
a. Genetik (buta warna)
b. Usia

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 69


c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Status fisiologis (kehamilan)
f. Status imunologis (hipersensitivitas)
g. Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya
h. Perilaku manusia (diet)
3. Faktor lingkungan (faktor eksternal): mempengaruhi keberadaan
agen, pajanan atau kerentanan terhadap agen;
a. Lingkungan fisik (iklim)
b. Lingkungan biologis:
1. Populasi manusia (kepadatan penduduk)
2. Flora (sumber makanan)
3. Fauna (vektor artropoda)
c. Lingkungan sosial ekonomi:
1. Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
2. Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan
perkotaan)
3. Bencana dan musibah (banjir)
Berdasarkan konsep penyebab penyakit, bahwa penyakit
disebabkan oleh agen (agent), pejamu (host) dan lingkungan
(environment), maka pendekatan yang relevan untuk mengetahui
penyebab penyakit pada kanker serviks adalah model segitiga
epidemiologi yang dimodifikasi sedemikian rupa dalam bentuk
kerangka.

Hipotesis
1. Ada pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seksual
terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
2 . Ada pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017. Kejadian kanker serviks Paritas Berganti-ganti
pasangan seksual Merokok Pemakaian pembersih vagina
Pemakaian Kontrasepsi Oral

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 70


Riwayat Penyakit HIV/ AIDS Usia pertama kali melakukan
hubungan seksual Riwayat kanker serviks pada keluarga
3. Ada pengaruh berganti ganti pasangan seksual terhadap
kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
4. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian kanker serviks di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017.
5. Ada pengaruh Pemakaian pembersih vagina terhadap
kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
6. Ada pengaruh pemakaian kontrasepsi Oral terhadap kejadian
kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Kota Medan tahun 2017.
7. Ada pengaruh riwayat penyakit HIV/ AIDS terhadap kejadian
kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota
Medan tahun 2017.
8. Ada pengaruh riwayat keluarga yang menderita kanker
serviks terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit
Umum Daerah Pirngadi Kota Medan tahun 2017

Pengertian

Konsep Cancer Mammae


Anatomi Payudara
Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang
artinya air dan dara yang artinya perempuan. Dalam bahasa Latin,
payudara disebut glandhula mammae. Salah satu fungsi payudara
adalah untuk menyusui. (Suryaningsih & Sukaca, 2009).
Kelenjar mama atau payudara adalah perlengkapan pada
organ reproduksi perempuan yang mengeluarkan air susu. Payudara
terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum
dan aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga
keenam atau iga ketujuh. Berat dan ukuran payudara berlain-lainan,

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 71


pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan
sesudah melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di
tengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna
tua. Puting ini dilingkari daerah yang berwarna cokelat yang disebut
areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar
Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap
lemas. Putting berlubang-lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran
dari kelenjar susu.
Payudara terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar,
tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan
ikat dan jaringan lemak. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok aleolus
yang bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluaran air susu) yang
bergabung dengan duktus-duktus lainnya untuk membentuk saluran
yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika
saluran-saluran ini mendekat puting, membesar untuk membentuk
wadah penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian
saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas
permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan
payudara, dan juga di antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai.
Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus dalam ruang
interlobular jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran
lebih besar, yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler,
yaitu kelenjar mammae bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler.
Persediaan darah diambil dari cabang arteria aksilaris, interkostalis,
dan mama interna, dan pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan
dada. (Pearce, 2011).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 72


Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae
adalah penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
denga manifestasi yang dapat mengakibatkan kegagalan untuk
mengontro proliferasi dan maturase sel (Wijaya, Dkk. 2013)
Carcinoma mamae adalah suatu penyakit yang
menggambarkan gangguan partumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit bukan penyakit tunggal. Kanker payudara
merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang
wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel - sel
tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan - pertumbuhan sel
tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor
(kanker). Apabila tumor ini tidak diangkat, dikwatirkan akan masuk
dan menyebar dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan sel - sel
tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker
payudara umumnya menyerang kelompok wanita umur 40- 70 tahun
tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan
pertumbuhan usia (Wijaya,dkk 2013)

Fisiologi Payudara
Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi
yang
fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai
pada minggu keenam belas. Sesudah bayi lahir, dari payudara akan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 73


keluar sekret yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum yang
kaya protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air
susu mengalir lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting
dalam merangsang pembentukan air susu. (Pearce, 2011).

Definisi Cancer mammae


Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae
adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara.
Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada
jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2009).
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk
kullit payudara. (Romauli & indari, 2009).
Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak
terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-
jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara
yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh.
Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi
payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan
pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut cancer
mammae. (Satmoko, 2008).

Faktor Resiko Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih
(2009) terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya cancer mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar
dibanding pria. Perbandingannya seratus banding satu perempuan
yang terkena cancer mammae dibandingkan pria.
2. Pemakaian hormon

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 74


Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen
Replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat
risiko cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan
yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum
menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya
penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause
akan beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae
dibandingkan dengan perempuan yang berat badannya normal.
4. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani
terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan
risiko terkena cancer mammae. Semakin muda ketika menerima
pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena cancer
mammae di kemudian hari.
5. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain
dari payudara yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat
kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota
keluarga inti yang terkena cancer mammae dan semakin mudah ada
anggota keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar
7. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12
tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause)
setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena cancer mammae yang
sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang
lebih sehingga lebih banyak hormone estrogen dan progesteron.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 75


8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50
tahun ke atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring
bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit
putih. Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan
banyak mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan
pokok yang tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara
yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka
seorang perempuan memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan
bahwa aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan
sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko
cancer mammae. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah pada
perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisikk tidak
ditemukan pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik
dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga
menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai macam penyakit.
penyakit tersebut menurun
12. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko
terkena cancer mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan
hati, sehingga hati bekerja lebih keras sehingga sulit memproses
estrogen agar keluar dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer
mammae, apalagi bagi perempu an yang memiliki riwayat keluarga
yang mengidap cancer mammae.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 76


Etiologi

Ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya


keganasan kanker payudara yaitu :
a. Usia
Kanker payudara umumnya menyerang wanita kelompok usia 40
– 70 tahun,tetapiresiko terus meningkat dengan tajam dan cepat
ssesuai dengan pertumbuhan usia (Wijaya, dkk, 2013)
b. Genetik
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga yang mengidap
kanker payudara, maka kemungkinan besar akan berisiko bagi
keturunanya (Nurharyanto, 2009) ada riwayat ca mamae pada
ibu/saudari perempuan (Adra dkk, 2013)
c. Riwayat Menstruasi
Early Menarche (sebelum 12 tahun) dan menopause (setelah
55 tahun) menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun dan yang
mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki faktor resiko
tinggi terkena kanker payu dara karena jangka panjang terhadap
estrogen dan progesteron meningkatkan resiko pengembangan kanker
payudara.
d. Riwayat Kesehatan
Pernah mengalami atau menderita otipikal hyperplasia atau
Benigna proliveratif yang pada biopsy payudara, ca endometrial.
e. Riwayat Reproduksi
Melahirkan anak pertama di atas usia 30 tahun.Wanita yang
hamil di atas usia 30 tahuan memiliki resiko 40 persen menderita
kanker payudara dibanding wanita yang hamil dan melahirkan di usia
20 tahun hingga 25 tahun hal ini disebabkan karena mutasi genetic
menjadi menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia dan setiap
mutasi genetik menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia dan
setiap mutasi dipayudara akan berlipatganda dan tumbuh saat hamil
f. Menggunakan Obat Kotrasepsi Yang Lama.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 77


Peningkatan risiko kanker payudara sebagai efek pil KB
terjadi karena akibat tingginya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan jaringan kelenjar payudara bertumbuh secara cepat
pertumbuhan jaringan ini dapat berwujud sebagai sel abnormal atau
tumor sehingga akan berkembang sebagai kanker.
g. Penggunaan Terapi Estrogen
Kanker payudara paling sering terjadi pada wanita paska
menopause jaringan payudara mengandung sel-sel lemak yang
memproduksi
7 enzim yang disebut dengan aromatase yang memproduksi estrogen.
Semakin tua seorang wanita,sel-sel lemak dipayudara cenderung akan
menghasilkan enzim aromatase dalam jumlah yang besar yang pada
akhirnya akan menimgkatkan kadar estrogen local. Estrogen yang
diproduksi secara local. Inilah yang berperan dalam memicu kanker
payudara pada wanita.

Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap
awal tidak terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala
dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase
(penyebaran) luas, maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk
yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paruparu

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 78


dengan dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam
bernafas.
4. Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5. Fungsi hati abnormal.
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara sekitarnya, tidak menimbulkan dan
biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur
Gejala kanker payudara yang akan terjadi seperti adanya
benjolan pada payudara yang berubah bentuk dan ukuran, kulit
payudara berubah dari warna merah muda menjadi cokelat hingga
seperti kulit jeruk, putting susu masuk kedalam (retraksi). Bila tumor
sudah besar salah satu putting akan tiba-tiba lepas atau menghilang,
muncul rasa sakit yang hilang timbul, kulit payudara seperti terbakar,
payudara mengeluarkan darah atau cairan lain tanpa menyusui, adanya
borok (ulkus), ulkus akan semakin membesar dan mendalam hingga
dapat menghancurkan selurauh payudara hingga payudara berbau dan
mudah berdarah.
Staduim Kanker Payudara
Stadium I: Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran <
2cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis. Pada stadium I ini,
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna adalah 70%. Untuk
memeriksa ada atau tidaknya metastase kebagian tubuh yang lain,
harus diperiksa di laboratorium.
Stadium II: Tumor dengan diameter < 2 cm, dengan metastatis
aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cmdengan atau tanpa metastase
aksila. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30- 40%,
tergantung luasnya penyebaran sel. Pada stadium I dan II biasanya
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran, dan setelah dilakukan pemyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
Stadium IIIa: Tumor dengan 8 diameter > 5cm, tetapi masih
bebas dari jaringan sekitarnya dengan/tanpa metastatis ansila yang
melekat. Stadium IIIb: Tumor dengan metastatis infra atau
supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 79


toraks, stadium IV: Tumor yang telah mengadakan metasis jauh
(Mansjoer, dkk. 2000).
Sebagian besar pasien kanker ovarium tidak merasakan
keluhan (95%) dan keluhan-keluhan pada penderita kanker ovarium
tidak spesifik seperti perut membesar, atau pasien yang mangalami
kanker ovarium dapat merasakan seperti ada tekanan, dispareunia,
berat badan pada penderita kanker ovarium dapat meningkat ini
dikarenakan adanya asites atau massa (Prawiroharjo, 2013).
Gejala kanker ovarium umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik pada stadium awal, gejala kanker ovarium pada stadium awal
dapat berupa konstipasi dan sering berkemih ini dikarenakan apabila
kanker ovarium telah menekan rektum atau kandung kemih, selain itu
gejala kanker ovarium pada stadium awal dapat berupa nyeri pada saat
bersenggama, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium dapat
menimbulkan gejala berupa asites, penyebaran kanker ke omentum,
kembung, mual gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan
kecil, dan dapat juga terjadi gejala sesak nafas ini disebabkan karena
penumpukan cairan dirongga dada (Lisnawati, 2013)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi: Morfologi sel darah,
dilakukan pemeriksaan untuk eritrasit, leukosit, dan trombosit.
Pemeriksaan LED (Laju Edapan Darah) dilakukan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh. Tes fal marker (CEA)
dalam serum/plasma dilakukan untuk mengetahui adanya tumor.
Pemeriksaan sitologi dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara
dengan cairan antara selaput pembungkus paru (Cairan Pluera).
Pemeriksaan sitologi cairan Pleura adalah salah satu cara mendetekdsi
adanya sel kanker.

A. Tinjauan tentang Kanker Ovarium


1. Definisi
a. Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas
didalam ovarium wanita. Merupakan salah satu tumor yang paling

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 80


sering ditemukan pada organ reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan
di dalam ovarium dan kompleksitas fungsi endokrin, sulit mendeteksi
apakah tumor tersebut jinak atau ganas. Saat diagnosis, mayoritas sel
kanker sudah menyebar ke organ disekitarnya (Anonim, 2014).
b. Kanker ovarium sebenarnya merupakan sekelompok tumor
yang berbedayang muncul dari beragam jenis jaringan yang
terkandung dalam ovarium. Jenis yang paling umum dari kanker
ovarium muncul dari selsel epitel (lapisan luar sel) dari permukaan
ovarium.
c. Kanker ovarium merupakan suatu jenis kanker yang berasal
dari ovarium (indung telur), yang berfungsi untuk menghasilkan sel
telur pada wanita dan merupakan sumber utama hormon estrogen dan
progesteron pada wanita (Anonim, 2014).

Ovarium
Anatomi Ovarium
Ovarium adalah kelenjar-kelenjar yang berbentuk seperti buah
almond, terletak didekat dinding-dinding pelvis lateral, melekat pada
mesovarium ligamentum latum uteri. Ujung distal ovarium
dihubungkan pada dinding-dinding pelvis lateral dengan perantaraan
ligamentum suspensorium ovari, didalam ligamentum suspensorium
ini terdapat pembuluh ovarica pembuluh limfe dan saraf beralih
melalui mesovarium ke ovarium. Masing-masing ovarium melekat
pada uterus melalui ligamentum ovarii proprium yang juga melintas
dalam ovarium. Ligamentum ovarian propium ini menghubungkan
ujung proksimal (uterin) ovarium pada sudut lateral uterus, tepat
kaudal dari tuba uterin (Moore & Agur, 2015).
Ovarium berkembang pada dinding posterior abdomen dan
kemudian berjalan turun sebelum kelahiran, bersama dengan
pembuluh-pembuluh darah, vasa lymphatica, dan nervinya. Ovarium
tidak bermigrasi melalui kanalis inguinalis ke dalam perineum, tetapi
berhenti dan mengambil posisi pada dinding lateral cavitas pelvis
(Drake et al., 2014).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 81


Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarica dari pars abdominalis
aorta melintas ke kaudal dengan menyusuri dinding abdomen dorsal.
Di tepi pelvis arteri ovarica ini menyilang di pembuluh iliaca eksterna
dan memasuki ligamentum suspensorium ovarii. Arteri ovarica
melepaskan cabang-cabang ke ovarium melalui mesovarium dan
berlanjut ke medial dalam ligamentum latum uteri untuk memasok
tuba uterine dan uterus. Kedua cabang arteri ovarica beranastomosis
dengan arteri uterine (Moore & Agur, 2015).

Gambar 1. Anatomi Ovarium (Simamora et al., 2018)

Fisiologi Ovarium

Ovarium mempunyai struktur dengan panjang sekita 2-4 cm.


Ovarium mempunyai lapisan jaringan penyokong diluar dan kerangka
jaringan penyokong di sebelah dalam yang disebut stroma. Sebagian
ovarium terdiri dari korteks luar yang tebal didalamnya berisi folikel
ovarium pada berbagai tahap perkembangan atau tahap menurun. Di

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 82


bagian tengan ovarium terdapat medulla yang berisi saraf dan
pembuluh darah (Silverthorn, 2014).
Estrogen juga berfungsi bagi pematangan dan pembebasan
ovum, pembentukan karakter fisik yang menarik secara seksual bagi
pria, dan transport sperma dari vagina ke tempat pembuahan di tuba
uterina, estrogen juga ikut berperan dalam perkembangan payudara
dalam antisipasi menyusui, sedangkan progesteron berfungsi untuk
mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara janin serta
berperan dalam kemampuan payudara untuk menghasilkan susu
(Sherwood, 2014).

Gambar 2. Fisiologi Ovarium (Simamora et al., 2018)

Histologi Ovarium
Satu bagian ovarium melekat pada ligamentum latum
perlekatan ini melalui suatu lipatan peritoneum yang disebut
mesovarium bagian lainnya dari ovarium ke dinding uterus melalui
ligamentum ovarii propium (Eroschenko, 2017).
Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah
korteks. Stroma ini terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas
yang berespons dengan berbagai cara terhadap rangsangan hormon
dari organ lain. Pada bagian dalam ovarium terdapat daerah medulla,
dengan anyaman vaskular luas di dalam jaringan ikat longgar yang

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 83


berisi pembuluh darah (Mescher A, 2016).

Gambar 3. Histologi Ovarium (Eroschenko, 2017)

Kanker Ovarium
Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium,
kanker ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat
menghancurkan jaringan disekitarnya, sel kanker dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga
merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga
jenis utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarium cancer (Canadian Cancer Society, 2017).

Epidemiologi Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah kanker ke-5 yang menyerang alat
genital wanita, di Ingris kematian yang diakibatkan oleh kanker
ovarium mencapai 1,2 persetiap kelahiran. Setiap tahun di Ingris lebih
dari 6500 diagnosis kanker ovarium, selama 20 tahun terakhir
kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium masih cukup tinggi

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 84


akan tetapi angka kematian akibat kanker ovarium telah turun 20%
sejak tahun 2005. Namun prognosis wanita yang terkena kanker
ovarium masih buruk karena angka harapan hidup wanita yang telah
diagnosis kanker ovarium hanya dibawah 45% (Doufekas & Olaitan,
2014).

Etiologi (Penyebab)
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker,
biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul
gejala, sering 15 kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-
70% pasien kanker ovariumsaat didiagnosis sudah terdapat metastasis
di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas,
tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang
etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation. Teori menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. 2. Hipotesis androgen. Androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan
pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen.
Hal ini dapat mempengaruhi kerusakan DNA melalui tekanan
oksidatif pada cortical inclusion cysts (CIC) di ovarium, adanya
kerusakan berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi
menyebabkan perubahan pada gen yang mengatur pembelahan sel
ovarium sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan
menimbulkan sel kanker (Fathalla, 2013).

.Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko kanker ovarium yaitu:

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 85


a. Umur
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia, semakin tinggi
usia maka tingkat kejadian semakin tinggi. Umumnya lebih sering
terjadi pada wanita menopause dan pasca-menopause, umur 20 tahun
kurang morbiditas. Berbagai jenis kanker ovarium, distribusi usia
berbeda. Kanker ovarium epitel meningkat pesat setelah usia 40, usia
puncak berusia 50-60 tahun, 70 tahun dan kemudian secara bertahap
menurun, sedangkan tumor germ cell lebih sering terjadi pada wanita
muda sebelum usia 20, wanita lajang atau kejadian kanker ovarium
karena kesuburan (Anonim, 2014)
b. Paritas
Walaupun ada beberapa hipotesis yang menghubungkan
antara paritas dengan kanker ovarium namun etiologi paritas dengan
kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa hipotesis
mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru menjadi faktor
proktetif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah hipotesis
incessant ovulation yang menyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium.
Kebanyakan kanker ovarium tumbuh tanpa menimbulkan
keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh nyeri
sewaktu menstruasi, perasaan penuh dan ada tekanan pada rongga
perut, nyeri pada waktu bersenggama. Kanker ovarium lebih banyak
terjadi pada wanita nullipara dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 2 (dua) atau 3 (tiga) kali.
Dari penelitian yang dilakukan Hafiz et al di Nitsar hospital Multan
Pakistan mengemukakan bahwa kanker ovarium terjadi pada 56%
pasien dengan paritas 0 (nullipara) dan 13% pasien dengan paritas 1-5
(multipara) dengan kata lain sebagian besar kanker ovarium terjadi
pada pasien nullipara ( Muzakir, 2009).
c. Menarche
Usia menarche dini diduga merupakan risiko kanker ovarium,
hal ini berhubungan dengan produksi hormon oleh ovarium yaitu
estrogen, estrogen sendiri terdiri dari 3 jenis hormon yaitu estradiol,
estriol dan estrion. Estradiol dan estriol diduga bersifat karsinogenik,

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 86


hal ini berhubungan dengan poliferasi jaringan ovarium dimana kedua
hormone ini memegang peranan penting.
Walaupun usia menarche yang terlalu dini dikaitkan dengan
lamanya terpapar oleh hormon estrogen dalam meningkatkan risiko
kanker ovarium namun teori yang kuat mengaitkan menarche dengan
kanker ovarium adalah teori gonadrotopin, karena hormon
gonadrotopin adalah hormon penting selama dan pra pubertas, dimana
hormon LH berfungsi mematangkan ovarium dan memicu ovulasi
serta sintesis dan sekresi estrogen dan progesteron pada wanita
sehingga pubertasi pada wanita sangat dipengaruhi oleh hormone ini,
adapun teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang
dan data epidemologi.
d. Riwayat Keluarga
Kanker ovarium memiliki kecenderungan agregasi familial,
kerabat perempuan dengan riwayat kanker ovarium, kejadian berisiko
tinggi daripada populasi umum. Dengan demikian, riwayat keluarga
kanker merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium (Anonim,
2014).
e. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil selama 12
bulan hubungan seksual yang sering tanpa kontrasepsi. Wanita yang
tidak pernah memiliki anak, memiliki infertilitas dijelaskan
(ketidakmampuan untuk melahirkan anak), tidak pernah menggunakan
pil KB, atau memiliki anak pertama mereka setelah usia 30 memiliki
peningkatan risiko kanker ovarium (Anonim, 2013).
f. Faktor hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menopause
berhubungan dengan peningkatan risiko insiden meupun tingkat
mortalitas kanker ovarium. Beberapa literatur menunjukkan
penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang (> 5-10 tahun)
mengakibatkan peningkatan risiko kanker ovarium. Peningkatan risiko
secara kanker ovarium yang spesifik terlihat pada wanita pengguna
hormon estrogen tanpa disertai progesteron (Anonim, 2014).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 87


Faktor Risiko Kanker Ovarium
Riwayat keluarga (Herediter)

5. Tanda Dan Gejala Kanker Ovarium


Gejala kanker ovarium bisa berupa rasa tidak nyaman yang
samarsamar pada perut bagian bawah. Ovarium yang membesar pada
wanita pasca menopause bisa juga menjadi pertanda awal dari kanker
ovarium. Hal ini di sebabkan oleh terkumpulnya cairan dalam perut.
Saat itu, penderita mungkin akan merasakan nyeri pada panggul,
anemia, dan berat badan yang menurun. Terkadang, kanker ovarium
melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada
lapisan rahim, pembesaran payudara, dan peningkatan perumbuhan
rambut (Pratyitno, 2014).
Kanker ovarium terjadi karena faktor keluarga (herediter),
dengan angka kejadian 5%-10%, hal ini disebabkan karena terjadi
mutasi genetik BRCA1 dan BRCA2 dengan risiko 50% menyebabkan
kanker ovarium pada kelompok tertentu mekanisme kerjanya adalah
berikatan dengan protein RAD51 selama perbaikan untai ganda DNA,
dimana gen ini mengadakan perbaikan di dalam inti sel, rekombinasi
ini menyesuaikan dengan kromosom dari sel induk, sehingga

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 88


kerusakan pada gen ini menyebabkan tidak terdeteksinya kerusakan
gen di dalam sel dan sel yang mengalami mutasi tidak dapat
diperbaiki sehingga tumbuh sel yang bersifat ganas yang berpoliferasi
menjadi jaringan kanker (Prawiroharjo, 2013).
Kanker ovarium juga memiliki kecenderungan agregasi
familial, yang menyebabkan kerabat perempuan yang memiliki
riwayat kanker ovarium, memiliki risiko yang tinggi terkena kanker
ovarium dari pada populasi umum. Dengan demikian, riwayat
keluarga kanker merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium.
Adanya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium pada anggota keluarga
yang lain. (Lisnawati, 2013).

Obesitas
Wanita yang mengalami kelebihan berat badan memiliki
peningkatan risiko mengalami kanker ovarium. Pada penelitian yang
dilakukan Olsen tahun 2013 terjadi peningkatan risiko 10% terjadinya
kanker ovarium, selain itu pada penelitian metaanalisis terbaru dari 14
penelitian menyimpulkan wanita dengan kanker ovarium, yang
mengalami obesitas, memiliki kelangsungan hidup 17% lebih buruk
dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal (Nagle et al.,
2015).
Hal ini disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh merupakan
lingkungan yang tepat untuk perkembangan tumor selain itu
peningkatan lemak tubuh akan meningkatkan adhesi sel mesothelial
tumor yang akan mengubah struktur mesothelial tumor sehingga
menyebabkan metastasis ke intraperitoneal (Bae et al., 2014).

Alat Kontrasepsi
Pengggunaan alat Kontrasepsi hormonal telah secara
konsisten terbukti menurunkan angka kejadian kanker ovarium,
menurut penelitian yang dilakukan Rice pada tahun 2010 alat
kontrasepsi dapat dilakukan sebagai chemopreventive untuk
menghindari terjadinya kanker ovarium terutama bagi wanita diusia

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 89


subur, selain itu menurut studi epidemiologi pemakaian alat
kontrasepsi dapat menurunkan angka kejadian kanker ovarium
sebanyak 27% dari semua kasus kanker ovarium (Ferris et al.,
2014).
Hal ini disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi
hormonal dapat menekan ovulasi dan pada saat memakai kontrasepsi
hormonal tidak akan terjadi ovulasi sehingga dapat memberikan
perlindungan terhadap pertumbuhan sel-sel kanker (Iversen et al.,
2018)
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal ini juga dapat
menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium pada wanita yang
memiliki risiko tinggi seperti, wanita yang tidak pernah hamil dan
wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 (Canadian
Cancer Society, 2017).

Usia
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia akan tetapi
sebagian besar kanker ovarium menyerang wanita usia lanjutdan
wanita paruh baya dengan tingkat kejadian tertinggi terjadi di
Amerika Utara dan Eropa Utara dan tingkat kejadian terendah terjadi
di Jepang (Nurlailiyani, 2013).
Selain itu penelitian yang dilakukan di RSUD Wahidin Sudiro
Husodo Makassar, wanita dengan usia >45 tahun memiliki risiko 2
kali lebih besar menderita kanker ovarium (Harahap, 2017)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yoshikawa di Rumah
Sakit Oshaka Jepang angka kematian lebih tinggi pada pasien yang
memiliki usia >65 tahun ini dikarenakan pasien usia >65 tahun
menderita kanker stadium III dan stadium IV dibanding pasien yang
memiliki usia <65 tahun yang menderita kanker stadium I dan II, ini
dikarenakan kanker mempunyai pertumbuhan yang lambat dan sering
terdiagnosis setelah mencapai stadium lanjut, akan tetapi usia bukan
parameter yang tepat untuk dijadikan faktor penyebab terjadinya
kanker ovarium karena kanker ovarium dapat mengenai segala jenis
usia, dibutuhkan juga faktor tambahan lainnya untuk menjelaskan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 90


seseorang memiliki faktor risiko terjadinya kanker ovarium
(Yoshikawa et al., 2018).

Jumlah Paritas
Jumlah parietas memiliki hubungan dengan penurunan angka
kejadian kanker ovarium ini disebabkan karena pada saat wanita
mengalami kehamilan tidak terjadi proses ovulasi sehingga
menurunkan risiko terjadinya mutasi riwayat keluarga akibat ovulasi
yang terus menerus, selain itu pada saat kehamilan terjadi perubahan
hormonal sementara perubahan hormonal ini yang dapat menginduksi
apoptosis sel-sel pre malignan sel kanker (Guire et al., 2016).
Selain itu pada saat wanita melahirkan anak dapat
memberikan perlindungan secara alami yang dapat mencegah
pertumbuhan dan metastasis dari sel-sel kanker (Cohen et al., 2013)
Usia Menarche
Studi epidemiologi telah melaporkan hubungan antara usia
menarche dengan angka kejadian kanker ovarium, selain itu terdapat
hubungan terbalik antara usia menarche dengan angka kejadian kanker
ovarium akan tetapi hubungan antara usia menarche dengan angka
kejadian kanker ovarium dibatasi kanker ovarium serosa invasive dan
borderline (Gong et al.,2014).
Usia menarche yang lebih tua juga dapat menjadi faktor risiko
untuk menurunkan terjadinya kanker ovarium, hal ini disebabkan
karena usia menarche dapat mengurangi jumlah ovulasi hal ini sesuai
dengan hipotesis ovulasi terus menerus yang menjelaskan semakin
sering terjadinya ovulasi semakin besar kemungkinan terjadinya
kanker ovarium, selain itu usia menarche dini berhubungan dengan
onset siklus ovulasi yang lebih cepat menyebabkan tingginya
androgen dapat meningkatkan apoptosis sel epithelial disaat yang
bersamaan androgen juga dapat merangsang deoxyribonucleic acid
(DNA) untuk mengurangi kematian sel hal inilah yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker akibat kerusakan
sekunder pada sel epithelial (Gong et al., 2014).

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 91


Patogenesis Kanker Ovarium
Patogenesis terjadinya kanker ovarium masih belum jelas,
akan tetapi berbagai hipotesis terkait terjadinya kanker ovarium sudah
banyak dipublikasikan. Selama siklus ovulasi berlangsung, epitel
permukaan ovarium terus mengalami kerusakan dan perbaikan
berulang. Sel-sel epitel yang mengalami kerusakan dirangsang untuk
berproliferasi, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan mutasi
spontan. Setelah ovulasi, sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini
dapat terperangkap di dalam jaringan ikat yang mengelilingi ovarium,
yang dapat mengarah pada pembentukan kista inklusi. Yang terakhir
kanker ovarium dapat terjadi karena melibatkan gen disfungsional
BRCA1 atau BRCA2, menghasilkan karsinoma bermutu tinggi,
dengan prognosis yang lebih buruk (World America Cancer Institute,
2014)

6. Diagnosis
Diagnosis pada stadium dini sulit diketahui secara pasti.
Sebab, kanker ini baru menimbulkan gejala setelah mencapai stadium
lanjut. Dan, gejalanya pun menyerupai beberapa penyakit lainnya.
Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut penderita akan bertambah dan
ditemukan asites, yaitu penimbunan cairan di dalam rongga abdomen
(Prayitno, 2014).

Diagnosis Kanker Ovarium


Diagnosis penderita kanker ovarium stadium dini sulit
ditegakkan secara pasti, ini dikarenakan sebagian besar kanker
ovarium baru menimbulkan gejala klinis setelah mencapai stadium
lanjut, dan gejala kanker ovarium ini menyerupai beberapa penyakit
lainnya, pada pemeriksaan fisik penderita kanker ovarium dapat
ditemukan lingkar perut akan bertambah dan dapat ditemukan asites
akibat penimbunan cairan di dalam rongga abdomen (Prayitno, 2014)
Diagnosis penderita kanker ovarium dilakukan dengan
anamnesis lengkap serta pemeriksaan fisik dan juga untuk diagnosis
pasti kanker ovarium ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 92


penanda tumor Cancer Antigen 125 (CA-125) untuk jenis kanker
ovarium epitel, untuk jenis tumor sel germinal dapat dilakukan
pemeriksaan lactate dehydrogenase (LDH) dan alpha fetoprotein
(AFP) sedangkan, untuk jenis tumor stroma dapat dilakukan
pemeriksaan inhibin. Untuk mengetahui letak dan sifat kanker
ovarium dapat dilakukan laparoskopi dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi (Prawirohardjo, 2013).

Klasifikasi Kanker Ovarium


Menurut klasifikasi WHO, berdasarkan asal jaringanya kanker
ovarium dibagi menjadi tumor epithelial (65%), germ sel (15%), sex
cord stromal (10%), metastasis (5%) dan miscelaaneous. Berdasarkan
tipetipe sel kanker ovarium tipe epithelial dibagi menjadi (serous,
mucinous, endometroid, clear cell, transitional cell, undifferentiated,
dan mixed carcinoma) dan atipia (benign, borderline dan malignant
(invasive atau non-invasive), tumor yang paling banyak adalah tumor
malignant (Prawirohardjo, 2013).
Berikut klasifikasi kanker ovarium berdasarkan tipe selnya
1. Ephitelial Ovarium tumors
a. Serious tumours
1. Benign (cystadenoma)
2. Bonderline tumors (serous borderline tumor)
3. Malignant (serous adenocarcinoma)
b. Mucinous tumors, endocervical-like and intestinal type
1. Benign (cystadenoma)
2. Borderline tumors (endometroid borderline tumor)
3. Malignant (mucinous adenocarcinoma)
c. Endometroid tumors
1. Benign (cystadenoma)
2. Borderline tumors (endometroid borderline tumor)
3. Malignant (endometroid adenocarcinoma)
d. Clear Cell Tumors
1. Benign
2. Borderline tumors

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 93


3. Malignant (clear cell adenocarcinoma)
e. Transitional cell tumors
1. Brenner tumor
2. Brenner tumor of borderline malignancy
3. Malignant Brenner tumor
4. Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)
f. Epithelial-stromal
1. Adenocarcinoma
2. Carcinoma (mixed Mullerian tumor)
2. Sex Cord-Stromal Ovarium Tumors
a. Granulosa tumor
1. Fibromas
2. Fibrothecomas
3. Thecomas
b. Sertoli cell tumors
1. Cell Leydig tumor
c. Sex cord tumor with annular tubules
d. Gyandroblastoma
e. Steroid (lipid) cell tumors
3. Germ cell Ovarium Tumors
a. Teratoma
b. Monodermal
c. Dysgerminoma
d. Yolk sac tumor (endodermal sinus tumor)
e. Mixed germ cell tumors
4. Malignant, not otherwise specified
a. Metastatic cancer from non-ovarian primary
b. Colonic, appencieal
c. Gastric ,
d. Breast
(Simamora et al., 2018).

Derajat Diferensiasi Kanker Ovarium

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 94


Derajat diferensiasi kanker ovarium menjelaskan tentang
klasifikasi kanker ovarium berdasarkan gambaran morfologi dan
fungsional sel. Derajat diferensiasi dilakukan dengan membandingkan
sel kanker terhadap sel yang normal. Hal ini dilakukan untuk
memberikan informasi tentang kanker yang terus tumbuh dan
menyebar (Canadian Cancer Society, 2017).

Histopatologi Kanker Ovarium


Jenis epitel (65% dari kanker ovarium terdiri dari serosum
(20% sampai 50%), musinosum (15% sampai 25%), yang dapat
tumbuh sangat besar (permagna), endometrioid (5% dan 10%
bersamaan dengan endometriosis), sel jernih (5% prognosis buruk)
dan Brenner (2% sampai 3%, sebagian besar jinak). Kira-kira 15%
dari kanker jenis epitel menunjukkan potensi keganasan rendah (low
potential malignant) (Prawirohardjo, 2013).
Tumor sel germinal (25% dari semua kanker ovarium) dan
yang tersering disgerminoma, yang diikuti tumor campuran sel
germinal. Tipe lainnya adalah teratoma imatur, koriokarsinoma, tumor
sinus endodermal, dan karsinoma embrional (Prawirohardjo, 2013).
Tumor stroma sex cord (5% dari semua kanker ovarium). Sedangkan
yang tersering tumor sel granulosa. Tipe lainnya tumor sel
SertoliLeydig. Jenis lainnya: sarcoma, tumor metastasis
(Prawirohardjo,2013).

TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu mengelola Melakukan Keperaawatan Pada Tn.R
Dengan Kasus Ca Paru Di Ruangan inap paru RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Pada Tahun 2017
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui konsep teori tentang ca paru dan askep
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan tentang ca paru

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 95


pada Tn.R diruangan inap paru RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Pada Tahun2017.
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan diagnosa
keperawatan
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan
e. Mampu memberikan tindakan sesuai dengan sesuai dengan
rencana
f. Mampu mengevaluasi setiap tindakan yang sudah dilakukan
g. Mampu dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperaawatan ca paru pada Tn.R .pada Tn.R di ruangan rawat
inap paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017

MANFAAT
1. Diharapakan pada pihak rumah sakit agar dapat
memberikan asuhan keperawatan ca paru pada Tn.R di
ruangan Rawat inap paru RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2017 dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara komprehensif dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga dalam proses asuhan
keperawatan sehingga tercapai sesuai tujuan.
2. Bagi Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien penderita dengan ca paru .
melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan , khususnya pada pasien dengan ca paru
3. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan
dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
di masa yang akandating
4. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan
pengetahuan tentang cara perawatan ca paru
5. Bagi mahasiswa

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 96


Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuan dan peengalaman yang lebih mendalam
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien Tn,R dengan ca paru.

Konsep Dasar Ca Paru


1. Pengertian

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napasNatau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada
epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang


mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh
sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo,
2010)

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 97


ANATOMI FISIOLOGI

Gambar 2.1 : gambar sistem pernapasan

a. Hidung (Nasal)
Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-
partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang
terdapat dalam lubanghidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar serosa.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 98


b. Faring

Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung


dan rongga mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa
yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi
atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung, orofaring di belakang
mulut, dan faring laringeal di belakang laring.

c. Laring

Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan


rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana
terdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk
segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glottis

d. Trakea dan cabang-cabangnya

Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari


laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea
bercabang menjadi dua bronkus.

ETIOLOGI

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari


kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan
tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).

Serviks berasal dari bahasa latin yang artinya leher.serviks


adalah satu bagian dari Rahim. Serviks terdiri dari dua bagian yaitu
mulut Rahim dan leher Rahim,tetapi secara keseluhan keduanya di

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 99


sebut serviks . serviks adalah organ yang menghubungakan
Rahim dengan vagina. Leher Rahim terletak lebih rendah. Bagian
sempit dari Rahim mana ia bergabung dengan ujung atas vagina
berbentuk slinder atau kerucut dan menonjol bagian atas . panjang
serviks atau leher Rahim di perkirakan 2 inci . mulut Rahim adalah
bagian terendah adalah bagian sempit dari bagian bahwa Rahim di
atas porsio.

Gambar 1. Sketsa Rahim

( Gambar : dimitrios papafragos )

Rahim selama hubungan seksual . pada saat wanita belum


melahirkan , pembukaan leher Rahim bisanya sangat sempit namun ,
saat tiba waktunya melahirkan di bawah pengaruh hormone tubuh dan
tekanan dari kepada janin, pembukaan ini melebar ke sekitar 4 inci

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 100


( 10 cm ), untuk memungkinkan kelahirkan bayi secara normal
( tanpa pembedahan atau cesar )

Kanker yang di sebut juga ke ganasan atau tumor ganas


adalah istilah untuk menjelaskan suatu penyakit di mana sel – sel
tubuh yang normal beerubah menjadi abnormal.

Sel – sel abnormal tersebut bertulmuliti plikasi tanpa control ,


serta dapat mengivasi jaringan sekitar nya; organ yang dekat maupun
organ yang jauh. Ada tiga factor penyebab utama kanker , yaitu ;
genetic predisposition ( factor keturunan ) . sel kanker juga dapat
menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan system limpa.
Ada lebih dari 100 jenis kanker yang telah di temukan . beber apa
jenis kanker utama ; cancinoma adalah kanker yang di mulai di kulit
atau pada jaringan yang melapis atau menutupi organ
internal.sarcioma adalah kanker yang di mulai di tulang .tulang
rawan,lemak ,otot, pembuluhan darah , atau lainnya yang mendukung
jaringan penghubung. Leukemia adalah kanker yang di mulai di
jaringan di sel – sel system kekebalan tubuh. Kanker system saraf
pusat adalah kanker system saraf pusat adalah kanker di mulai di
jaringan otak dabn sumsum tulang belakang. Juga di sebut ke ganasan

Kanker menyebar melaui tiga cara :

1. Penyebaran ke jaringan sekitar nya ( per contuitatum speried )


2. Penyebaran melalui aliran darah ke organ – organ lainnya
( hematogeneus spread )
3. Penyebaran melalui system limfa ( lympatic spread )

Perdaan kanker dan tumor

Tubuh kita terbentuk dari susunan beberapa sel. Sel – sel ini tumbuh
dan membelah diri secara teratur untuk memproduksi lebih banyak sel
menjadi tua dan rusak, sel – sel itu mati dan di gantikan oleh sel – sel
yang baru .

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 101


kanker serviks

kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel – sel


serviks , kanker serviks dapat berasal dari sel – sel leher Rahim tetapi
dapat pula tumbuh dari sel – sel mulut Rahim atau keduanya .

PENYHEBAB KANKER PADA WANITA KANKER DAN


UPAYA PENCEGAHANNYA

Kanker dalam pengertian adalah sel yang tumbuh terus –


menerus secara tidak terkendali , tidak terebatas , dsan tidak normal
( abnormal ) . pertumbuhan sel – sel kanker tidak normal
( abnormal ) .pertumbuhan sel – sel kanker tidalk terkondinasi dengan
jaringan lain sehingga berbahaya bagi tubuh, konteks lain
menyebutkan kanker merupakan tumor ganas yang mengalami
pertumbuhan abnormal yang tidak di ketahui secara pasti penyebab
nya. Dalam kondisi normal, sel hanya akan berkembang biak dengan
cara membelah diri jika ada yang mati atau rusak,. Sel kanker akan
terus mengalami perkembang biakan meskipun tidak di butuh kan
oleh tubuh . sel kanker merusak jaringan ikat , darah, saraf , dan
jaringan penunjang organ tubuh. Bagaian organ tubuh yang
terserangsel kanker akan terhambat pertumbuhan nya.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 102


Kanker termasuk penyakit yang tidak ternular . penyakit ini
timbul akibatv kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang
tidaksehat. Meskipun demikian ,penyakit ini bisa di turunkan oleh
cara membelah diri jika ada yang mati atau rusak . sel kanker akan
terus mengalami perkembak biakan meskipun tidak di butuhkan oleh
tubuh , sel kanker merusak jaringan ikat, darah , saraf , dan jaringan
penunjang organa tubuh. bagian organ tubuh yang terserang sel
kanker akan terhambat pertumbuhnya.

Kanker termasuk penyakit yang tidak menular . penyakit ini


timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang
tidak sehat. Meskipun demikian , penyakit ini bisa diturunkan oleh
orang tua kepada anaknya , resiko terkena kanker angakat jika salah
satu anggota keluarga terkena kanker.

Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat


tanpa mengenal status social , penyakit kanker dapat menyerang orang
kaya, miskin, berpindidikan. Anak – anak , remaja, dan orang dewesa
juga tak luput dari sererangan kanker. Begitu pula dengan pria
maupun wanita dapat terserang penyakit yang paling banyak ditakuti
ini. Namun , berdasarkan data yang ada di perkirakan sekitar 60%
penderita kanker di indosia adalah wanita.

Kanker bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ tubuh,


termasuk organ repoduksi wanita, yang terdiri dari payudara , rahim,
,indung telur , dan vagina.

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 103


DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 104


Profil Penulis

Keperawatan Gerontik Kanker Pada Lansia Page 105

Anda mungkin juga menyukai