Anda di halaman 1dari 12

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seseorang yang memiliki dana mungkin akan tertarik untuk

menjalankan kegiatan investasi. Orang yang menjalankan investasi sering

dipanggil dengan sebutan investor. Investor menjalankan suatu kegiatan

investasi pasti bertujuan untuk memperoleh pengembalian di masa yang

akan datang. Investasi yang dipilih dapat berupa investasi di satu saham

perusahaan atau beberapa saham perusahaan. Investasi pada beberapa saham

berarti seseorang berinvestasi pada portofolio saham.

Seseorang yang berpikir untuk meminimalisir risiko akan memilih

berinvestasi pada portofolio saham dibandingkan dengan berinvestasi pada

satu jenis saham. Return yang didapatkan dari portofolio saham merupakan

rata-rata tertimbang dari dari return-return seluruh sekuritas tunggal.

Namun, risiko portofolio merupakan risiko yang lebih kecil daripada rata-

rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas tunggal (Hartono, 2017).

Sekuritas-sekuritas tunggal akan membentuk beberapa kemungkinan

kombinasi dalam suatu portofolio. Investor akan memilih salah satu

kombinasi dari sekuritas-sekuritas tunggal tersebut.

Kombinasi sekuritas tunggal akan membentuk portofolio yang efisien

atau portofolio yang optimal. Orang yang rasional akan memilih lebih

(Hartono, 2017). Portofolio yang optimal merupakan portofolio yang lebih

1
baik daripada portofolio efisien sehingga orang yang rasional akan memiliki

portofolio optimal.

Namun, kita harus menentukan terlebih dahulu portofolio optimal

dengan cara Markowitz, aktiva bebas risiko, atau model indeks tunggal.

Model indeks tunggal menggunakan indeks harga pasar dalam

perhitungannya. Risiko yang ada pada suatu sekuritas untuk model indeks

tunggal ditunjukkan dengan koefisien beta. Beta merupakan risiko

sistematik dari suatu portofolio. Beta yang positif menunjukkan pergerakan

return sekuritas yang searah dengan return pasar.

Pada saat kondisi krisis, kita berharap bahwa beta dari suatu sekuritas

memiliki nilai negatif. Return dari suatu sekuritas akan meningkat saat

return pasar mengalami penurunan ketika beta bernilai negatif. Sehingga

kita akan memilih sekuritas yang memiliki beta negatif. Beta pada indeks

tunggal kemungkinan akan memiliki bias. Maka dari itu, beta harus

dikoreksi terlebih dahulu sehingga menghasilkan beta koreksian. Beta

koreksian dapat dihitung dengan metode Fowler dan Rorke. Setelah

dilakukan koreksi, investor tetap akan memiliki kendala karena ada

pemikiran bahwa beta yang belum dikoreksi bisa saja merupakan beta yang

tidak bias.

2
B. Tujuan Penelitian

Dengan adanya kendala yang sudah dijelaskan pada latar belakang,

maka dari itu penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menentukan bahwa beta sebelum dikoreksi (beta model indeks

tunggal) bukan merupakan beta yang bias.

2. Menganalisis beta saham PT Gudang Garam Tbk.

3
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel

Pemakaian model indeks tunggal dan Fowler & Rorke membutuhkan

variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen pada kedua

model yaitu return saham perusahaan. Variabel independen untuk model

indeks tunggal yaitu return indeks pasar (IHSG) periode ke t. Sedangkan

untuk Fowler & Rorke, variabel independen dioperasionalisasikan oleh

return indeks pasar (IHSG) periode ke t, periode ke t-1, dan periode ke t+1.

B. Sampel Penelitian

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling (saham perusahaan

LQ45 dan berdasarkan data yang tersedia). Sampel yang didapatkan dari

metode tersebut berjumlah 33 saham perusahaan LQ45.

C. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data return saham, return pasar (IHSG), serta

menentukan return pasar periode t-1, t, dan t+1.

2. Menghitung nilai beta tiap saham dengan model indeks tunggal

dengan cara sebagai berikut:

Ri=❑i + ß i. Rm + e i

4
3. Menghitung nilai beta tiap saham metode Fowler & Rorke dengan

cara:

0
ß i=w i . ß−1 +1
i + ß i + w i . ßi

4. Hitung rata-rata seluruh beta saham perusahaan metode indeks

tunggal.

5. Hitung rata-rata seluruh beta saham perusahaan metode Fowler &

Rorke.

6. Rata-rata beta metode indeks tunggal dan rata-rata beta metode Fowler

& Rorke dibandingkan dengan nilai 1.

5
BAB III

PEMBAHASAN

Pengujian bias pada beta model indeks tunggal dan beta Fowler & Rorke

dilakukan dengan cara menghitung beta saham perusahaan yang ada di pasar

kemudian dihitung rata-rata beta saham perusahaan-perusahaan tersebut. Beta

hasil dari rata-rata akan sama dengan 1 jika tidak terjadi bias.

Tabel 1. Beta saham perusahaan LQ45 periode Januari 2019-Desember 2019

No KODE BETA FOWLER & RORKE BETA INDEKS TUNGGAL


1 ADRO 0.1053 1.1024
2 AKRA 2.3912 2.5258
3 ANTM 6.3561 2.3882
4 ASII 0.4845 1.3565
5 ACES -2.2623 1.2575
6 BBCA 1.6348 0.8823
7 BBNI -0.6611 1.4929
8 BBRI 0.5873 1.5164
9 BBTN -0.8923 1.8030
10 BMRI 1.5026 1.0099
11 CPIN 1.4798 0.5504
12 CTRA -1.8863 1.1609
13 ERAA -4.6896 -0.0629
14 EXCL -0.3091 0.2025
15 GGRM -0.0988 1.5374
16 HMSP 2.6596 1.4439
17 ICBP 0.4903 0.7493
18 INCO 1.0669 1.9478
19 INDF 2.3824 1.1754
20 ITMG 0.6710 1.7979
21 KLBF -0.3188 1.3572
22 MNCN -0.4170 2.1350
23 PGAS 0.1257 2.3846
24 PTBA 0.4975 0.0879
25 PTPP -0.9426 4.4342
26 PWON 2.0602 2.4856

6
27 SCMA -1.9068 -2.5324
28 SRIL 6.4055 0.7632
29 TKIM -3.9013 2.4308
30 TOWR -17.7569 1.4350
31 UNTR -1.0391 0.6879
32 UNVR 2.2725 1.0927
33 WSKT 1.2668 0.9636
  AVERAGE -0.0801 1.3201

Dari tabel beta saham LQ 45 dapat dilihat bahwa rata-rata beta Fowler &

Rorke sebesar -0.0801. Sedangkan rata-rata beta indeks tunggal sebesar 1.3201.

Bias pada rata-rata beta Fowler & Rorke lebih besar daripada bias rata-rata beta

indeks tunggal.

Beta yang dihitung dengan rumus model indeks tunggal merupakan beta

yang bias jika digunakan pada pasar modal yang memiliki saham yang transaksi

perdagangannya tipis. Namun, LQ45 merupakan indeks saham terdiri dari

perusahaan yang sahamnya memiliki transaksi perdagangan yang lancar.

Sehingga, beta saham perusahaan LQ45 yang diperoleh sebelum dikoreksi (beta

model indeks tunggal) merupakan beta yang tidak bias atau biasnya lebih kecil

daripada beta sesudah koreksi (beta metode Fowler & Rorke).

Pengembalian saham PT Gudang Garam Tbk. dan pengembalian pasar

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Return saham GGRM dan return indeks pasar

7
Dari data pada tabel 2, dihasilkan beta model indeks tunggal sebesar 1.5374

dan beta metode Fowler & Rorke sebesar -0.0988. Penjelasan pada tabel 1

memberikan kesimpulan bahwa beta sebelum koreksi ternyata memiliki bias yang

lebih sedikit dibandingkan beta sesudah koreksi. Sehingga beta saham GGRM

yang dipakai dalam perhitungan portofolio optimal yaitu beta model indeks

tunggal.

BAB IV

8
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan pembahasan, penelitian ini

memiliki kesimpulan:

1. Pada saham-saham yang memiliki transasksi perdagangan yang lancar

(saham pada perusahaan LQ45), beta yang belum dikoreksi (beta

model indeks tunggal) memiliki bias yang lebih kecil dibandingkan

beta yang sudah dikoreksi.

2. Beta saham perusahaan PT Gudang Garam Tbk yang dipakai untuk

menghitung portofolio optimal adalah beta model indeks tunggal

karena rata-rata beta model indeks tunggal dari perusahaan-

perusahaan LQ45 memiliki bias yang lebih sedikit. Beta saham

GGRM model indeks tunggal sebesar 1.534. Ini menunjukkan bahwa

pergerakan return saham GGRM searah dengan pergerakan return

pasar. Sehingga invesor akan mengalami kerugian jika memiliki

saham GGRM pada masa krisis (return indeks pasar menurun).

B. Saran

9
Penelitian ini memiliki kekurangan, sehingga saran yang dapat

diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah:

1. Jumlah perusahaan ditambah agar lebih mencerminkan return pasar.

2. Periode pada return saham dan return indeks pasar ditambah agar

dapat menghitung beta metode Fowler & Rorke sampai periode lag &

lead ketiga.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, J. 2017. Teori Portofolio dan Analisis Investast. Edisi Kesebelas. Yogyakarta :

BPFE – UGM

11

Anda mungkin juga menyukai