Anda di halaman 1dari 17

ANALISA JURNAL PICO DAN RESUME

“GAGAL GINJAL KRONIK”

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. AYU NIRMALA SARI (201801141)


2. FIKRI RACHMAT PURWOAJI (201801157)
3. IZZA WAYUNINGRUM (201801048)
4. IRENE MELIZTA ROMROMA (201801156)
5. AHMADI ARMANSYAH (201801144)
6. EGO ADZAN FATAH (201801140)
7. ADOLFINA REGINA SYANE (201801174)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TA 2018/2019
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 3902
Resume Jurnal 1

PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang penting, mengingat selain
prevalensi dan angka kejadiannya semakin meningkat juga pengobatan pengganti ginjal yang
harus dialami oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan yang mahal, butuh waktu dan
kesabaran yang harus ditanggung oleh penderita gagal ginjal dan
keluarganya (Harrison, 2013).

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
memperlihatkan yang menderita gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan
yang diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati dengan baik
(Indrasari, 2015).

Penderita gagal ginjal kronik harus melakukan terapi hemodialisa untuk memperpanjang
usia harapan hidup. Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer
& Bare, 2002). Oleh karena itu, kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang
dikenal sebagai perawatan paliatif (Dhina, 2015). Perawatan paliatif ini dapat menggunakan
intervensi dengan psikologis (psychological intervention) berupa relaksasi spiritual. Pemberian
intervensi ini dilakukan dengan setting kelompok dan
diharapkan tercipta peer group support sesama penderita yang akan meningkatkan motivasi
mereka dalam berada ptasi terhadap penyakitnya (menerima), sehingga mampu membangun
mekanisme koping yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Dhina,
2015).

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

1. Ginjal Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial, sisi
tersebut terdapat hilus ginjal yaitu tempat strukturstruktur pembuluh darah, sistem limfatik,
sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal (Purnomo, 2009).

2. Fungsi Ginjal

a. Mengeksresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh

b. Mengeksresikan gula kelebihan gula dalam darah.

c. Membantu keseimbangan air dalam tubuh

d. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.


e. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium
dan hidroksil (Prabowo, 2014).

3. Struktur Anatomi Ginjal

Ginjal orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150
gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara
11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk
ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan
dengan perubahan struktur (Suharyanto & Madjid, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA

B. Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian Gagal Ginjal

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau
melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di urin menumpuk dalam
cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa (Suharyanto & Madjid, 2009). Gagal ginjal adalah
suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk
melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti
sodium dan kalium di dalam darah atau urin. Penyakit ini terus berkembang secara perlahan
hingga fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya (Price & Wilson,
2006).

Kualitas Hidup (LATAR BELAKANG)

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk
mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai tujuan,
harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan
dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada (Adam, 2006).

2. Faktor yang mempengaruhikualitashidup

Avis (2005) dalam Riyanto (2011) menyatakan bahwa factor – factor yang
mempengaruhi kualitas hidup di bagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
sosiodemografi yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan. Kedua adalah
medic yaitu lama menjalani hemodialisasi, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang di
jalani
3. Pengukuran kualitas Hidup (QuALITY Of Life/QOL)

WHO telah menginisiasi sebuah proyek bernama World Health Organization Quality of
Life (WHOQOL) pada tahun 1991, yang bertujuan membentuk suatu instrument pengukuran
kualitas hidup yang terstandardisasi secara internasional.

4. Domain Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) dalam Nursalam (2013), ada empat domain yang dijadikan parameter
untuk mengetahui kualitas hidup. Setiap domain dijabarkan beberapa aspek yaitu :

a. Domain kesehatan fisik

b. Domain Psikologis

c. Domain hubungans osial

d. Domain hubungan sosial

e. Domain Lingkungan

5. Dampak Hemodialisa terhadap Kualitas Hidup

Dampak Hemodialisa akan berakibat terhadap respon pasien. Hal ini di pengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya karakteristik individu, pengalaman sebelumnya dan mekanisme
koping. (Mardyaningsih, 2014)

Psychological Intervention (INTERVENSI)

1. Pengertian

a. Psikologikal (Psychological)

Istilah “psikologi” secara epistemology berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata psyche
dan logos. Pysche artinya jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian, secara harfiah
psikologi adalah ilmu jiwa atau dengan pengertian lain ilmu yang mempelajari gejala-gejala
kejiwaan (Saam & Wahyuni, 2014). Psikologikal merupakan hal yang merupakan kepribadian
atau kejiwaan dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang
disebabkan situasi dan lingkungan (Nursalam, 2013).

b. Intervensi (Intervention)

Istilah “intervensi” merupakan istilah yang saat ini umum digunakan orang untuk
menunjuk pada berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan
atas gangguan kejiwaan atau pelurusan atas penyesuaian diri yang salah (Wiramihardja, 2007).
c. Psychological Intervention
Psychological intervention merupakan salah satu intervensi melalui pendekatan
psikologis/kejiwaan seperti pemberian relaksasi spiritual dzikir dan meditasi yang berfungsi
untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup seseorang yang mengalami penyakit-penyakit
terminal seperti gagal ginjal kronik, kanker, penyakit infeksi kronik, penyakit jantung terminal,
AIDS, akibat kecelakaan fatal, dan stroke multiple sklerosis.

2. Terapi Psikologis

Terapi psikologis meliputi: terapi psikodinamis, terapi humanistik, terapi perilaku, terapi
psikoreligius, dan terapi kelompok (Support Group)

METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra eksperiment
dengan menggunakan rancangan one-group pre post test design yang bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa melalui psychological intervention di Unit Hemodialisa RS Royal
Prima Medan Tahun 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan pada
bulan Maret 2016, jumlah penderita gagal ginjal kronik sebanyak 36 orang. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling memiliki kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

PEMBAHASAN (EVALUASI)

A. Kualitas Hidup Sebelum dilakukan Psychological Intervention dengan Terapi Relaksasi


Spiritual Dzikir

Menurut Nurchayati (2010) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat
didefenisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefenisikannya, karena kualitas
hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif. WHOQoL menyatakan kualitas hidup adalah
persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai
dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan
(Mardyaningsih, 2014).

Sebelum dilakukan psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir


didapatkan dari 12 orang responden terdapat 58% (7 orang) respon den mengalami kualitas
hidup kurang, itu terlihat dari pasien mayoritas berusia diatas 45 tahun sehingga pasien
cenderung mengalami berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar
dibanding dengan yang berusia dibawah 40 tahun, pasien juga sudah lama mengalami
hemodialisa.
Hal ini mengakibatkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup pada domain fisik seperti
ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kelelahan, dan54 Jurnal JUMANTIK Volume 2
nomor 1, Mei 2017 ketidaknyamanan, domain psikologis seperti perasaan negatif dari sisi
spiritual, pasien terkadang merasa Tuhan tidak adil karena mereka menderita penyakit gagal
ginjal kronik dan harus menjalani terapi hemodialisa seumur hidup, pasien juga merasa tidak
berdaya dan tidak mampu lagi menjalani hidup, domain hubungan sosial seperti dukungan
keluarga rendah dan domain lingkungan seperti penurunan
aksesbilitas dan kualitas dan 42% (5 orang) mengalami kualitas hidup cukup, itu terlihat dari
domain fisik, domain psikologis dan domain lingkungan pasien tidak mengalami penurunan
kualitas, sementara domain hubungan sosial pasien mengalami penurunan itu dapat dilihat dari
dukungan keluarga yang rendah sehingga pasien lebih menutup diri dan tingkat kepatuhan
pasien dalam menjalani hemodialisa juga semakin menurun.

B. Kualitas Hidup Setelah dilakukan Psychological Intervention dengan Terapi Relaksasi


Spiritual Dzikir

Berdasarkan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Subandi dkk (2013) tentang pengaruh
terapi psikoreligius dengan relaksasi doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat ansietas pada
lansia diketahui bahwa penerapan terapi psikoreligius dengan relaksasi doa dan dzikir dapat
menurunkan tingkat ansietas secara signifikan, yang dimana dari 32 responden terjadi penurunan
tingkat ansietas sebesar 67% yang mempengaruhi pengkatan kualitas hidup pasien (Jauhari,
2014).
Penelitian kualitas hidup setelah dilakukan psychological intervention dengan terapi
relaksasi spiritual dzikir dapat dilihat bahwa dari 12 orang responden mengalami peningkatan
kualitas hidup setelah dilakukan psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual
dzikir dari kualitas hidup kurang 9% (1 orang) karena pasien mengalami penurunan kualitas
hidup pada domain fisik yaitu keterbatasan vitalitas, ketergantungan bantuan medis dan
kelelahan, domain psikologis yaitu pasien mengalami perasaan negatif sehingga menyebabkan
penurunan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi, pasien juga bosan
dan jenuh dalam menjalani hemodialisa karena pasien sudah cukup lama dalam menjalani terapi.

C. Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Terhadap Psychological Intervention di Unit Hemodialisa RS Royal Prima
Medan Tahun 2016.

Hasil analisa statistik peningkatan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik terhadap
psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir, dengan jumlah responden 12
orang responden diperoleh rata-rata 2,58 dengan standar deviasi 0,515 sebelum dilakukan
psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir (pre-test) dan terjadi
peningkatan kualitas hidup setelah psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual
dzikir yaitu 1,50 dengan standar deviasi 0,674. Berdasarkan hasil perhitungan wilcoxon signed
rank test, dengan p=0,002 (p<0,05) sehingga keputusan hipotesis maka H0 ditolak, bahwa ada
peningkatan kualitas hidup yang signifikan antara psychological intervention dengan terapi
relaksasi spiritual dzikir terhadap kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan
Tahun 2016.

Hal ini sesuai dengan salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan
perawat secara mandiri dalam meningkatkan kualitas hidup, yaitu dengan melakukan
psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir pada penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa untuk meningkatkan kualitas hidup yang di alami
oleh responden.

KESIMPULAN

Kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
sebelum dilakukan psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir (pre-test),
ratarata responden mengalami kualitas hidup kurang adalah 2,58. Kualitas hidup pada penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sesudah dilakukan psychological
intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir (post-test), ratarata responden mengalami
kualitas hidup baik adalah 1,50. Ada peningkatan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa terhadap psychological intervention di Unit Hemodialisa RS Royal
Prima Medan Tahun 2016 dengan nilai p value = 0,002.

SARAN

Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan agar dapat
melakukan penelitian lebih dalam lagi mengenai domain-domain yang mempengaruhi kualitas
hidup seperti domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan lingkungan agar
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa melalui psychological
intervention di Unit Hemodialisa mengalami peningkatan kualitas hidup.
Resume Jurnal 2

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIS MELALUI TERAPI KOGNITIF PERILAKUAN RELIGIUS

Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat berbagai
faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-
lain (KementrianKesehatan RI, 2013)

Kelainan tersebut dapat memengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat
keparahan yang berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih,
dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama sekali. Pada
keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak menjalani hemodialisis (cuci
darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak
parah.

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat
persisten dan irreversible (Mansjoer, 2000). GGK didefinisikan sebagai gagal ginjal kronis jika
pernah didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal kronis (minimal sakit selama 3 bulan
berturut-turut) oleh dokter.

Peningkatan jumlah pasien gagal ginjal kronik tidak diikuti dengan penanganan fisik dan
psikis yang lebih baik sehingga banyak pasien gagal ginjal kronik kondisinya memburuk,
bahkan menyebabkan kematian (Safitri, 2013)

Enam gejala yang muncul pada pasien GGK, yaitu kemarahan karena penyakitnya telah
membuat dirinya menderita, keputusasaan, ketidakberdayaan, merasa lelah menjalani
hemodialisis, merasa lebih baik bila ada dukungan keluarga dan pasrah pada Tuhan yang
memberi kekuatan untuk menghadapi penyakitnya.

Penelitian yang terkait dengan terapi yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
subjektif pada pasien GGK adalah penelitian Cahyareni(2014), tentang efektivitas pelatihan
kebersyukuran untuk meningkatkan subjective well being pada pasien gagal ginjal. Penelitian ini
melibatkan 16 orang pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan usia berkisar antara 20-
35 tahun yang memiliki skor SWLS sedang atau rendah dan afek negatif yang sedang atau
tinggi. Hasil dari intervensi yang telah dilakukan adalah pelatihan kebersyukuran mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan subjective well-being (SWB) pada pasien gagal ginjal.
Terapi kognitif perilakuan mencakup dua tipe intervensi, yaitu intervensi yang difokuskan secara
langsung untuk mengubah sisi kognitif, dengan asumsi bahwa hal tersebut akan diikuti oleh
perubahan perilaku, serta sebaliknya intervensi yang difokuskan untuk mengubah perilaku,
dengan asumsi akan diikuti dengan perubahan kognisi (Sundel&Sundel, 2005).
Pendekatan kognitif perilakuan dipercaya memiliki hasil yang lebih optimal bila didukung
pendekatan religius. Menurut Ancok dan Suroso (2011), religiusitas merupakan perilaku ritual
(ibadah) yang dilakukan individu serta aktivitas lainnya yang didorong kekuatan supra natural
guna mendekatkan diri kepada Allah SWT termasuk didalamnya aktivitas yang tampak maupun
yang tidak tampak (di dalam hati).

Keuntungan adanya penambahan nilai religius dalam terapi kognitif perilakuan untuk
meningkatkan kesejahteraan subjektif antara lain: klien menjadi lebih mudah menerima terapi,
lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam terapi, meningkatkan efektivitas terapi dalam
meningkatkan kesejahteraan subjektif dan membantu mempertahankan kesejahteraan subjektif
pada pasien GGK

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Adapun bentuk penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan
pretest-posttest control group design. Rancangan pretest post test control group design adalah
metode eksperimen yang berusaha untuk membandingkan efek suatu perlakuan terhadap
variabel tergantung yang diuji dengan cara membandingkan keadaan variabel tergantung pada
kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan (Azwar, 2012).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis
dengan kriteria sebagai berikut: beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki/ perempuan, usia 22-
45 tahun, pendidikan terakhir adalah SMA, menjalani proses hemodialisis> 6 bulan, mempunyai
skor rendah sampai sedang pada skala kepuasan hidup, bersedia secara sukarela mengikuti
penelitian.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data berikutnya dilakukan dengan menggunakan skala kesejahteraan


subjektif.

Pertama: The Satisfaction with Life Scale (SWLS). Skala ini disusun berdasarkan teori Diener,
dkk (1985) yang terdiri atas 5 item dengan skor yang bergerak dari 1-7 (sangat tidak setuju
hingga sangat setuju)

Kedua: Skala PANAS (Positive andNegative Afect Scale). Skala ini dimaksudkan untuk
mengukur afek positif dan negatif terdiri atas 20 kata yang berkaitan dengan emosi dan atau
perasaan. Skala ini dibuat oleh Watson, Clark & Tellegen (1988) yang digunakan American
Psychological Association (APA).

Prosedur Intervensi

Prosedur dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan penelitian, yaitu:

Pertama: Persiapan penelitian meliputi analisis kebutuhan terkait permasalahan dalam penelitian
(wawancara dan studi pustaka) serta pengurusan perizinan

Kedua: Penyusunan modul terapi kognitif perilakuan religius.

Ketiga: Pengambilan data prates pada subjek penelitian(kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol) dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesejahteraan subjektif pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

Keempat: Subjek penelitian (kelompok eksperimen) diberi terapi kognitif perilakuan religius
dalam tiga kali pertemuan. Terapi diberikan oleh psikolog yang berpengalaman memberikan
intervensi yang terkait dengan keislaman.

Kelima: Pelaksanaan Perlakuan.

Keenam: Pengambilan data pasca tes dilakukan setelah terapi selesai dilaksanakan. Selanjutnya
pengambilan data tindak lanjut dilakukan dua minggu setelah terapi.

Ketujuh: Tahapan akhir adalah melakukan analisis secara keseluruhan

Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif
dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan program International
Business Machine Statistical Product and76 Service Solution (IBM SPSS) 22.0 forwindows. Jika
data penelitian diterima melalui uji asumsi (normal dan homogen), maka pengujian hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis parametrik dengan teknik Independent Sample t-
test digunakan untuk menguji perbedaan antara kelom-pok eksperimen dan kelompok kontrol
setelah diberikan terapi kognitif perilakuan religius.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif perilakuan religius
terhadap peningkatan kesejahteraan subjektif pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terapi kognitif
perilakuan religius berpengaruh dalam peningkatan kesejahteraan subjektif pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
perbedaan rerata gain score kesejahteraan subjektif setelah diberi perlakuan berupa terapi
kognitif perilakuan religius pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis. Pada penelitian ini, kesejahteraan subjektif terdiri atas 2 aspek yaitu kepuasan
hidup yang diukur dengan skala kepuasan hidup atau Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan
aspek afeksi yang diukur dengan Positive Affect andNegative Affect Schedule (PANAS).
Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada kesejahteraan subjektif pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan subjektif
antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan terapi kognitif perilakuan religius dan
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terapi
kognitif perilakuan religious dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Kelompok yang mendapat terapi kognitif perilakuan
religius lebih tinggi kesejahteraan subjektifnya dibandingan kelompok yang tidak mendapatkan
terapi kognitif perilakuan religius.

Saran

Penelitian ini telah dilakukan semaksimal mungkin, namun tidak menutup kemungkinan
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran sebagai berikut.
Pertama: Saran bagi subjek penelitian. Diharapkan dapat menerapkan, membiasakan dan
meningkatkan hal-hal yang telah didapatkan dalam proses terapi, seperti penerapan modifikasi
pikiran negatif dan
Analisis Jurnal 1

Tema : Gagal Ginjal Kronik : Meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis melalui
terapi psikologis dan relaksasi spritiual dzikir
Keterangan Problem atau Interventions Control Outcome
Population
Meningkatkan Problem : 1. Terapi Populasi dalam Hasil penelitian:
kesejahteraan Penderita gagal ginjal Psikologis penelitian ini Hasil penelitian
subjektif pasien kronik harus Terapi adalah seluruh menunjukkan
gagal ginjal melakukan terapi psikologis pasien gagal secara
kronis melalui hemodialisa untuk meliputi: ginjal kronik keseluruhan ada
terapi memperpanjang usia terapi sebanyak 35 pengaruh yang
psikologis dan harapan hidup. Oleh psikodinamis, orang yang bermakna antara
relaksasi karena itu, kebutuhan terapi menjalani peningkatan
spritiual dzikir pasien pada stadium humanistik, terapi kualitas hidup
lanjut suatu penyakit terapi perilaku, hemodialisa di dengan
tidak hanya terapi Unit penurunan
pemenuhan/pengobatan psikoreligius, Hemodialisa depresi sebelum
gejala fisik, namun dan terapi RS Royal dan sesudah
juga pentingnya kelompok Prima Medan dilakukan
dukungan terhadap (Support Tahun 2006, pemberian
kebutuhan psikologis, Group). jumlah terapi. Terapi
sosial dan spritiual 2. Relaksasi penderita gagal spiritual dzikir
yang dilakukan dengan Spiritual ginjal kronik adalah
pendekatan Dzikir sebanyak 36 kesadaran
interdisiplin yang SOP relaksasi ada orang. tentang
dikenal sebagai 4 langkah yang Pengambilan kehadiran Allah
perawatan paliatif. melibatkan: sampel SWT, dimana
Population : 1) menemukan menggunakan dan kapan saja,
seluruh pasien gagal suasana teknik serta kesadaran
ginjal kronik yang lingkungan purposive akan
menjalani terapi yang tenang sampling kebersamaan-
hemodialisa di Unit 2) mengendorkan memiliki Nya dengan
Hemodialisa RS Royal otot-otot tubuh kriteria inklusi makhluk. Dzikir
Prima Medan pada secara sadar dan kriteria yang antara lain
bulan Maret 2016, 3) selama 10-20 eksklusi. digunakan
jumlah penderita gagal menit sebagai terapi
ginjal kronik sebanyak memusatkan psikoreligius
36 orang dengan diri pada akan mampu
kriteria sebagai perangkat menaikkan
berikut : mental kekebalan tubuh
a. menjalani terapi 4) menerima manusia melalui
hemodialisa, baik dengan sikap jaringan psiko-
satu minggu dua yang pasif neuro-endokrin
kali maupun satu terhadap tersebut. Semua
minggu tiga kali pikiran-pikiran protektor yang
b. lamanya yang sedang ada di dalam
hemodialisa bergolak tubuh manusia
minimal dalam (Zuliani, bekerja dengan
seminggu selama 2014). : ketaatan
10 jam beribadah, lebih
mendekatkan
diri kepada
Allah SWT dan
pandai
bersyukur
sehingga
tercipta suasana
keseimbangan
dari
neurotransmitter
yang ada di
dalam otak
(Jauhari, 2014).

Kesimpulan :
Menurut analisis
kami kualitas
hidup pada
penderita gagal
ginjal kronik
yang menjalani
terapi psikologis
dan relaksasi
spiritual dizikir
mengalami
peningkatan
kualitas hidup
yang baik. secara
keseluruhan ada
pengaruh yang
bermakna antara
peningkatan
kualitas hidup
dengan
penurunan
depresi sebelum
dan sesudah
dilakukan
pemberian terapi
psikoreligius.
Analisis Jurnal 2

Tema : Gagal Ginjal Kronik : Meningkatkan kesejahteraan subjektif pasien gagal ginjal kronis
melalui terapi kognitif perilakuan religius
Keterangan Problem atau Interventions Control Outcome
Population
Meningkatkan Problem : Terapi kognitif pasien gagal Hasil penelitian:
kesejahteraan Pasien gagal yang diberikan ginjal kronis yang terapi kognitif
subjektif pasien ginjal kronik pada kelompok menjalani perilakuan
gagal ginjal menganggap eksperimen adalah hemodialisis lebih religius dapat
kronis melalui bahwa penyakit perilaku religius dari 6 bulan, laki- meningkatkan
terapi kognitif yang dialami guna meningkatkan laki maupun kesejahteraan
perilakuan merupakan kesejahteraan perempuan, subjektif pada
religius penyakit pasien. Terapi ini beragama Islam, pasien gagal
terminal dan dilakukan 2 kali berusia antara 22- ginjal kronis yang
tidak memiliki seminggu selama 45 tahun. Desain menjalani
harapan lagi, paling penelitian ini hemodialisis.
oleh karena itu sedikit 4 atau 5 jam adalah kuasi Kelompok yang
dengan terapi per terapi. Dengan eksperimen, mendapat terapi
kognitif SOP : dengan pretest- kognitif
perilakuan a. Persiapan posttest control perilakuan
religius ini penelitian group design. religius lebih
untuk meliputi Penelitian ini tinggi
meningkatkan analisis menggunakan kesejahteraan
penerimaan diri kebutuhan analisis subjektifnya
pada pasien terkait independent dibandingan
gagal ginjal permasalahan sample t-test. kelompok yang
kronik yang dalam tidak
menjalani penelitian mendapatkan
hemodialisis (wawancara terapi kognitif
Population : dan studi perilakuan
Pasien penderita pustaka) serta religius.
gagal ginjal pengurusan
kronis yang perizinan. Kesimpulan :
menjalani b. Penyusunan Menurut analisis
hemodialisis ada modul terapi kami terapi
50 orang dengan kognitif kognitif dengan
kriteria sebagai perilakuan perilakuan
berikut : religius. religius sangat
c. Beragama c. Pengambilan membantu pasien
Islam data prates gagl ginjal kronik
d. Usia 22-45 pada subjek untuk
tahun penelitian meningkatkan
e. Menjalani (kelompok kualitas hidupnya
proses eksperimen dan sebab dengan
hemodialisis kelompok mendekatkan diri
> 6 bulan kontrol) kepada Allah
f. Mempunyai dilakukan SWT
skor rendah untuk pasien akan
sampai mendapatkan merasakan adanya
sedang pada gambaran peningkatan dan
skala mengenai keyakinan
kepuasan kesejahteraan beragama
hidup subjektif pada
g. Bersedia pasien gagal
secara ginjal kronis
sukarela yang menjalani
mengikuti hemodialisis.
penelitian. d. Subjek
penelitian
(kelom-pok
eksperimen)
diberi terapi
kognitif
perilakuan
religius dalam
tiga kali per-
temuan. Terapi
diberikan oleh
psikolog
e. Pelaksanaan
Perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai